Anda di halaman 1dari 55

PROCESSING

ACRYLIC RESIN
Drg. Rinawati Satrio, M.Si.
Resin akrilik
Syarat suatu resin sintetik dapat digunakan
dalam KG:
1. kestabilan dimensi dan kimia
2. relatif mudah dimanipulasi
3. Kuat, keras dan tidak rapuh

Resin akrilik: turunan etilen yang mengandung


gugus vinil
X

H2C CH
Untuk membuat basis prothesa gigi tiruan dapat
digunakan berbagai macam bahan:
1. logam
2. campuran logam
3. Polimer

Untuk yg polimer, dipilih berdasarkan:


1. kestabilan dimensi
2. karakteristik penanganan
3. warna
4. kecocokan dengan jaringan mulut
Resin akrilik banyak digunakan sejak tahun 1940,
yang digunakan adalah resin poli(metil metakrilat),
karena sifatnya:
1. tidak berwarna (untuk pemakaian di KG diberi
warna)
2. transparan
3. padat
4. stabil didalam kondisi mulut normal
5. sifat fisiknya telah terbukti sesuai untuk aplikasi
di KG
6. Mudah pengerjaan/manipulasinya
Poli(metil metakrilat) biasa dikemas dalam bentuk : bubuk dan
cairan

Bubuk: -mengandung resin poli(metil metakrilat) pra-


polimerisasi (dalam bentuk butir-butir
halus)
-sedikit benzoil peroksida (inisiator)

Cairan:-mengandung metil metakrilat tidak terpolimer


-sedikit hidroquinon (penghambat/mencegah
polimerisasi selama penyimpanan)
-glikol dimetakrilat 1-2 %vol (meningkatkan
ketahanan terhadap deformasi)
Bubuk + cairan  massa yang dapat dibentuk

dalam perbandingan
yang tepat

Penyimpanan untuk resin yang diaktivasi dengan panas


perlu memperhatikan batas temperatur dan waktu
penyimpanan (komponen-komponen dapat berubah
sehingga mempengaruhi sifat kerja, sifat kimia dan
sifat fisik)
Teknik molding-tekanan
1.Persiapan mold:
Sebelum pembuatan mold, yang perlu diperhatikan adalah:
-pembuatan cetakan
-pengecoran model
-pembuatan cengkeram/clasp/dll
-pembuatan basis malam
-pembuatan galangan gigit
-pemasangan pada artikulator
-penyusunan gigi
-pembuatan kontur malam gingiva
2. Model dilepas dari artikulator

3. Bagian bawah model dilapisi selapis tipis bahan


separator (vaselin) untuk mencegah perlekatan stone
selama proses penanaman

4. Cuvet bagian bawah diisi adukan stone dan model


diletakan diatas adukan ini (posisi model harus
sedemikian rupa sehingga tidak ada undercut)
5. Stone disekitar model dibentuk untuk memudahkan
pembuangan malam, pengisian akrilik dan prosedur
pembukaan cuvet

6. Setelah stone pencapai pengerasan awal, seluruh


permukaan stone dan model malam dilapisi dengan
bahan pemisah/separator (vaselin)

7. Bagian atas cuvet dipasang, dan diisi dengan


adukan stone yang dituang diatas cuvet bawah yang

sudah ditanami model


8. Tuang stone sampai penuh dan pasang tutup
cuvet

NB: Pada setiap pengadukan, stone harus diketuk-


ketuk setelah diaduk, sebelum dituang untuk
mengeluarkan gelembung udara sehingga tidak porus

9. Stone dibiarkan mengeras

10. Setelah pengerasan sempurna, cuvet direndam


dalam air mendidih selama 4 menit

11. Cuvet diangkat dari air dan dibuka


12. Basis (model) dan malam yang sudah lunak tetap
berada pada cuvet bagian bawah, sementara gigi
tiruan dan cengkeram tertanam pada cuvet atas

13. Sisa malam dibersihkan dengan cara dibilas


dengan air mendidih (bisa juga dengan larutan
deterjen ringan)

14. Selanjutnya aplikasi medium pemisah (CMS=Cold


mould Seal) untuk mencegah kontak langsung
antara resin dengan stone
Catatan: apabila tahap no 14 diabaikan, maka:
-air akan melewati permukaan mold, masuk
kedalam resin. Hal ini akan mempengaruhi
kecepatan polimerisasi serta sifat fisik resin
-bila polimer terlarut/monomer bebas merembes
ke permukaan mold, maka stone akan menyatu
dengan resin

Hal-hal diatas akan mempengaruhi sifat fisik dan


estetika prothesa yang diproses.
Keterangan cara aplikasi CMS:

-Dengan kuas kecil CMS dioleskan tipis-tipis pada


permukaan mold stone dan regio interdental
-Perlu diperhatikan bahwa CMS TIDAK BOLEH
DIOLESKAN pada elemen gigi dan cengkeram serta
bagian lain yang harus menempel pada resin
-Perhatikan pula bahwa sudah terbentuk lapisan tipis
seperti film pada seluruh permukaan yang telah
diolesi CMS
-Selanjutnya dibiarkan mengering
15. Mencampur polimer dan monomer

-polimerisasi metil metakrilat membentuk


poli(metil metakrilat) akan menghasilkan
pengerutan volumetrik sebesar 21% dan juga
pengerutan linier kesulitan dalam pembuatan
prothesa
-untuk mengurangi perubahan dimensi, pabrik
pembuat resin melakukan pra-polimerisasi
(dapat dianggap sebagai “pra-pengerutan”)
Resin:

1. Bubuk: butir-butir poli(metil metakrilat) pra-


polimerisasi, biasa disebut POLIMER

2. Cairan: mengandung metil metakrilat tidak


terpolimerisasi, biasa disebut MONOMER

3. Perbandingan polimer:monomer = 3:1


4. Perbandingan ini memberikan monomer yang
cukup untuk membasahi seluruh partikel polimer,
tapi tidak memberikan kelebihan monomer untuk
dapat meningkatkan pengerutan polimerisasi

5. Dengan perbandingan ini, pengerutan volume


terbatas sampai 6% saja (0,5% pengerutan
linier)
5 tahap yang terjadi apabila polimer dicampur
dengan monomer dalam perbandingan yang tepat:

1. BERPASIR (sandy stage)


-tidak ada/sedikit interaksi pada tingkat
molekuler

-Butir-butir polimer tetap, tidak berubah

-Konsistensi adukan ‘kasar/berbutir’


2. BERBENANG (stringy stage):
-monomer menyerang masing2 butiran polimer,
beberapa rantai polimer terdispersi dalam
monomer cair

-rantai polimer ini melepaskan jalinan ikatan,


sehingga meningkatkan kekentalan adonan

-tahap ini mempunyai ciri ‘berbenang’ atau


‘lengket’ bila adonan disentuh/ditarik
3. MENYERUPAI ADONAN (dough stage):

-terbentuk suatu kondisi monomer dan polimer


terlarut

-masih terdapat sebagian besar polimer yang


tidak larut

-massa seperti adonan yang dapat dibentuk


-ciri2: tidak seperti benang dan tidak melekat
pada cawan maupun spatula

-Karakteristik fisik dan kimia selama fase


selanjutnya adalah ideal untuk molding
tekanan, karena itu adonan harus dimasukan
kedalam mold pada saat ini
4. SEPERTI KARET/ELASTIK (rubbery
stage):

-monomer dihabiskan dengan penguapan


dan penembusan lebih jauh kedalam
butir2 polimer yang tersisa

-secara klinis, massa memantul bila


ditekan/diregangkan
-karena massa tidak lagi mengalir bebas
mengikuti bentuk wadahnya, bahan ini
tidak dapat dibentuk dengan teknik
kompresi konvensional
5. KERAS (sticky stage):

-adonan menjadi keras, karena penguapan


monomer bebas

-secara klinis adonan sangat kering

-tahan terhadap deformasi mekanik


WAKTU PEMBENTUKAN ADONAN
-adalah: waktu yang diperlukan bagi adukan
resin mencapai tahap ‘menyerupai adonan’

-Spesifikasi ADA no. 12 mempersyaratkan


adonan tetap dapat dibentuk selama
sedikitnya 5 menit

-waktu kerja dipengaruhi oleh temperatur


sekitar
-waktu kerja dapat diperpanjang melalui
pendinginan dalam lemari es, tapi uap akan
terkondensasi pada resin yang akan
mempengaruhi sifat fisik dan estetik resin
yang diproses. Hal ini diatasi dengan wadah
kedap udara dan dibiarkan sampai suhu
ruangan baru wadahnya dibuka
16. PACKING

-adalah: mengisi resin kedalam rongga mold


di cuvet

-merupakan tahap yang paling penting

-mold dalam cuvet harus diisi dengan tepat


pada saat polimerisasi (dough stage)
-memasukan bahan terlalu berlebihan:
OVERPACKING, menyebabkan ketebalan
basis prothesa yang berlebihan dan
perubahan elemen gigi prothesa

-memasukan bahan terlalu sedikit:


UNDERPACKING, menyebabkan porus pada
basis prothesa
-Resin dikeluarkan dari cawan pengaduk dan
digulung menjadi bentuk seperti gulungan
kecil dan ditekuk seperti bentuk tapal kuda

-Letakan pada bagian cuvet yang menampung


elemen gigi
-selembar polietilen (celophan) diletakan
diatasnya dan cuvet disatukan kembali

-cuvet di pres dan tekanan diaplikasikan


secara perlahan-lahan supaya resin
mengalir merata kedalam semua rongga
dalam cuvet
-cuvet cepat dibuka dan kelebihan bahan
(flash) di buang dengan instrument tumpul.
Tindakan ini harus dilakukan dengan hati2
agar tidak merusak permukaan stone pada
mold dalam cuvet. Serpihan stone yang
terlepas harus dibuang sehingga tidak
menyatu dalam resin basis prothesa yang
diproses.
-cuvet disatukan lagi dan kembali diberi
tekanan sampai sebagian besar cuvet
berkontak erat satu sama lain

-cuvet dibuka kembali dan polietilen


(celophan) dikeluarkan

-beri tekanan lagi sampai cuvet menutup


rapat seluruhnya
-cuvet dibuka kembali dan polietilen
(celophan) dikeluarkan

-beri tekanan lagi sampai cuvet menutup


rapat seluruhnya

-sekrup cuvet dipasang untuk


mempertahankan tekanan selama
pemrosesan resin
17. PROSEDUR POLIMERISASI

Bubuk resin yang mengandung benzoil peroksida +


panas  pemisahan molekul benzoil peroksida
yang akan bereaksi dengan molekul monomer
polimerisasi

-panas disebut “aktivator” yang menyebabkan


pemisahan molekul benzoil peroksida

-benzoil peroksida disebut “inisiator” yang


menyebabkan dimulainya polimerisasi
Prosedurnya:
Cuvet direndam dalam air sampai semua bagian dari
cuvet terendam, kemudian air dipanaskan sampai
temperatur yang dianjurkan dan dipertahankan
pada temperatur tersebut untuk suatu periode
waktu tertentu sesuai petunjuk (dibaca pada
brosur yang ada dalam kemasan)

Keterangan:
- Polimerisasi adalah eksotermal, besarnya panas
yang terlibat dapat mempengaruhi sifat basis
protesa yang dibuat
-resin berada didalam/ditengah mold, jadi
pada pemanasan awal belum terjadi
perubahan temperatur resin

-begitu resin mencapai 70°C, temperatur


resin meningkat dengan cepat  kecepatan
pemisahan benzoil peroksida meningkat 
peningkatan kecepatan polimerisasi & panas
eksotermal
-resin & stone merupakan konduktor panas
yang relatif buruk, panas reaksi tidak
dapat dikeluarkan  temperatur resin
meningkat diatas stone penanam dan air
disekitarnya. Dan juga melewati titik didih
monomer (100,8°C)  efek pada
karakteristik fisik resin (misal: porus
internal)
18. SIKLUS POLIMERISASI/SIKLUS
CURING

adalah: proses pemanasan yang digunakan


untuk mengendalikan polimerisasi untuk
menghindari terjadinya porus (dengan
pemanasan secara perlahan-lahan)
Ada 2 cara:

1. dengan temperatur konstan 74°C


selama
8 jam atau lebih tanpa pendidihan
2. dengan temperatur 74°C selama kurang
lebih 2 jam, kemudian temperatur
ditingkatkan sampai 100°C selam 1 jam
-Setelah siklus polimerisasi selesai, cuvet
harus didinginkan perlahan-lahan sampai
mencapai temperatur ruang
-Pendinginan secara cepat  merusak resin
karena perbedaan kontraksi stone dan resin
-Cuvet diangkat dari rendaman air dan
dibiarkan mendingin selama 30 menit,
kemudian direndam dalam air mengalir
selama 15 menit
-Resin boleh dikeluarkan dari cuvet
NB: untuk menghindari hal-hal yang tidak
diharapkan, maka cuvet dapat dibiarkan
terendam dalam air bekas pemanasan
sampai air kembali ke temperatur ruangan
SIFAT FISIK RESIN

1. Pengerutan volumetrik harus sekitar 7%


(tidak menimbulkan masalah karena sedikit
sekali pengaruhnya terhadap adaptasi
resin dengan jaringan lunak dibawahnya)
2.Pengerutan linier ditentukan dengan
mengukur jarak antar 2 titik acuan yang
telah ditentukan pada regio molar kedua.
Perbedaan antara pengukuran sebelum dan
sesudah polimerisasi dicatat sebagai
pengerutan linier. Semakin besar nilainya,
semakin besar ketidaksesuaian prothesa
tersebut. Berdasarkan pengerutan
volumetrik 7%, pengerutan liniernya kurang
lebih 2%, seringkali hanya 1%
3. Porositas

-adanya gelembung di permukaan dan


dibawah permukaan resin mengakibatkan
porus, yang mempengaruhi sifat fisik,
estetika dan kebersihan basis prothesa

-porositas cenderung terjadi pada bagian


basis prothesa yang lebih tebal
-porositas terjadi sebagai akibat dari:
a. monomer yang tidak bereaksi dan polimer
berberat molekul rendah yang mengalami
pemanasan melebihi titik didih dari bahan
tersebut

b. pengadukan yang tidak tepat antara bubuk

dan cairan  kelebihan monomer 


mengerut lebih banyak dibandingkan bagian
lain saat polimerisasi  gelembung
c. Proses pemanasan yang terlalu cepat

d. tekanan dan kurangnya bahan dalam rongga


cuvet  gelembung udara banyak  resin
nampak lebih ringan dan opak
-Cara menghindari terjadinya porositas:
a. homogenitas resin
b. rasio polimer dan monomer yang tepat
c. prosedur pengadukan yang terkontrol
d. memasukan adonan kedalam mold pada
saat yang tepat (fase seperti
adonan/dough stage), karena pada fase
ini bahan paling homogen
4. Penyerapan air
- poli(metil metakrilat) menyerap air relatif
sedikit ketika ditempatkan pada lingkungan
basah
- penyerapan air ini mempengaruhi sifat
mekanis dan dimensi polimer
- penyerapan air melalui difusi
- akibatnya: ekspansi dan perubahan bentuk
5. Kelarutan
- resin larut dalam berbagai pelarut dan
sejumlah kecil monomer dilepaskan

- resin basis prothesa umumnya tidak


larut dalam cairan mulut
6. Tekanan waktu pemrosesan
-terjadi akibat pengerutan termal: waktu
resin didinginkan  kaku  pengerutan
termal  tekanan

-resin dan stone berkontraksi dengan


kecepatan yang berbeda  tekanan
dalam resin
-penyebab lain: ketidaktepatan pengadukan
dan penanganan resin; pengendalian panas
dan pendinginan cuvet

-akibat dari adanya tekanan ini adalah


terjadinya distorsi atau kerusakan bahan
7. Crazing

- adalah garis/retakan kecil yang nampak


pada permukaan prothesa/resin
- predisposisi terhadap patahnya resin
basis prothesa
- berdampak negatif pada sifat fisik dan
estetika
- disebabkan karena aplikasi tekanan atau resin
yang larut sebagian

- crazing akibat pelarut umumnya karena kontak


dengan etil alkohol yang terlalu lama

- dapat juga karena pemakaian gigi porselen


dengan basis resin (resin mengerut lebih besar
daripada porselen)
8. Kekuatan
faktor nya:
-komposisi resin
-teknik pembuatan
-kondisi yang ada dalam rongga mulut

-derajat polimerisasi bahan (kalau


meningkat, maka kekuatan resin juga
meningkat)
9. Creep
- resin menunjukan sifat viskoelastisitas
(seperti benda padat bersifat karet)

- apabila resin dipaparkan terhadap


beban, maka bahan menunjukan
deformasi apabila beban tidak
segera dilepaskan  tambahan
deformasi (creep)
- kecepatan terjadinya deformasi
progresif ini disebut laju creep

- kecepatan ini dapat meningkat dengan:


menaikan temperatur, memberi beban,
monomer residu, bahan pembuat plastis

Anda mungkin juga menyukai