Anda di halaman 1dari 4

Buku 4

Resin Akrilik. Sejak pertengahan tahun 1940-an, kebanyakan basis protesa dibuat menggunakan
resin poli(metil metakrilat). Resin-resin tersebut meerupakan plastik lentur yang dibentuk dengan
menggabungkan molekul-molekul metil metakrilat multipel. Dasar kimia untuk reaksi ini
dijelaskan dalam Bab 10.
Poli(metil metakrilat) murni adalah tidak berwarna, transparan dan padat. Untuk
mempermudah penggunaanya dalam kedokteran gigi, polimer diwarnai untuk mendapatkan
warna dan derajat kebeningan. Warna serta sifat optik tetap stabil di bawah kondisi mulut yang
normal; dan sifat-sifat fisiknya telah terbukti sesuai untuk aplikasi kedokteran gigi.
Satu keuntungan poli(metil metakrilat) sebagai bahan basis protesa adalah relatif mudah
pengerjaannya. Bahan basis protesa poli(metil metakrilat) biasanya dikemas dalam sistem
bubuk-cairan. Cairan mengandung metil metakrilat tidak terpolimer dan bubuk mengandung
resin poli(metil metakrilat) pra-polimerisasi dalam bentuk butir-butir kecil. Bila cairan dan
bubuk diaduk dengan proporsi yang tepat, diperoleh massa yang dapat dibentuk. Kemudian,
bahan dimasukkan ke dalam mold (rongga cetakan) dari bentuk yang diinginkan serta
dipolimerisasi. Setelah proses polimerisasi selesai, hasil protesa dikeluarkan dan dipersiapkan
untuk dipasang pada pasien.

RESIN BASIS PROTESA TERAKTIVASI DENGAN PANAS


Bahan-bahan teraktivasi dengan panas digunakan dalam pembuatan hampir semua basis protesa.
Energi termal yang diperlukan untuk polimerisasi bahan-bahan tersebut dapat diperoleh dengan
menggunakan perendaman air atau oven gelombang mikro (microwave). Karena prevalensi dari
resin-resin ini, sistem teraktivasi dengan panas lebih ditekankan.

Komposisi. Seperti dijelaskan sebelumnya, kebanyakan sistem resin poli(metil metakrilat) terdiri
atas komponen bubuk dan cairan (Gambar 11-1). Bubuk terdiri atas butir-butir poli(metil
metakrilat) pra-polimerisasi dan sejumlah kecil benzoil peroksida (pemulai/inisiator).

Interaksi Polimer-Monomer. Ketika monomer dan polimer diaduk dengan perbandingan yang
sesuai, dihasilkan massa yang dapat diproses. Sebenarnya, massa yang dihasilkan melalui 5
tahap yang berbeda: (1) berpasir; (2) berbenang; (3) menyerupai adonan; (4) seperti karet atau
elastik; dan (5) keras.
Selama tahap berpasir, sedikit atau tidak ada interaksi pada tingkat molekuler. Butir-butir
polimer tetap tidak berubah, dan konsistensi adukan dapat digambarkan sebagai ‘kasar’ atau
‘berbutir.’ Kemudian adukan memasuki tahap berbenang. Selama tahap ini monomer menyerang
permukaan masing-masing butiran polimer. Beberapa rantai polimer terdispersi dalam monomer
cair. Rantai-rantai polimer ini melepaskan jalinan ikatan, sehingga meningkatkan kekentalan
adukan. Tahap ini mempunyai ciri ‘berbenang’ atau ‘lengket’ bila bahan disentuh atau ditarik.
Kemudian, massa memasuki tahap menyerupai adonan. Pada tingkat molekul, jumlah
rantai polimer yang memasuki larutan meningkat. Jadi, dibentuk suatu lautan monomer dan
polimer terlarut. Sejumlah besar polimer tidak larut juga tetap ada. Secara klinis, massa bersifat
seperti suatu adonan yang dapat dibentuk. Adukan tersebut tidak lagi seperti benang dan tidak
melekat pada permukaan cawan atau spatula pengaduk. Karakteristik fisik dan kimia yang
terlihat selama fase selanjutnya dari tahap ini adalah ideal untuk molding tekanan. Karena itu,
bahan harus dimasukkan ke dalam mold selama fase berikutnya setelah tahap adonan.
Sesudah tahap adonan, adukan memasuki tahap karet atau elastik. Monomer dihabiskan
dengan penguapan dan dengan penembusan lebih jauh ke dalam butir-butir polimer yang tersisa.
Secara klinis, massa memantul bila ditekan atau diregangkan. Karena massa tidak lagi mengalir
bebas, mengikuti bentuk wadahnya, bahan ini tidak dapat dibentuk dengan teknik kompresi
konvensional.
Bila dibiarkan selama periode tertentu, adukan menjadi keras. Ini disebabkan karena
penguapan monomer bebas. Secara klinis, adukan nampak amat kering dan tahan terhadap
deformasi mekanik.

Waktu Pembentukan Adonan. Waktu yang diperlukan bagi adukan resin mencapai tahap
menyerupai adonan disebut waktu pembentukan adonan. Spesifikasi ADA No. 12 untuk resin
basis protesa menyebutkan bahwa konsistensi ini diperoleh kurang dari 40 menit sejak mulai
proses pengadukan. Secara klinis, kebanyakan resin mencapai konsistensi menyerupai adonan
dalam waktu kurang dari 10 menit.
`
Waktu Kerja. Waktu kerja dapat didefinisikan sebagai waktu bahan basis protesa tetap berada
dalam tahap menyerupai adonan. Periode ini penting bagi proses molding dengan tekanan.
Spesifikasi ADA No. 12 mempersyaratkan adonan tetap dapat dibentuk selama sedikitnya 5
menit.
Seperti diduga, waktu kerja dipengaruhi oleh temperatur sekitar. Jadi, waktu kerja suatu
resin protesa mungkin dapat diperpanjang melalui pendinginan dalam lemari es. Kekurangan
yang nyata dari teknik ini adalah uap mungkin terkondensasi pada resin ketika dikeluarkan dari
lemari pendingin. Adanya uap mengurangi sifat fisik dan estetik resin yang diproses.
Kontaminasi uap kelembaban mungkin dapat dihindari dengan penyimpanan resin dalam suatu
wadah kedap udara. Setelah dikeluarkan dari lemari pendingin, wadah kedap udara tersebut tidak
boleh dibuka sampai mencapai temperatur ruang.

Packing. Mengisi resin basis protesa dalam rongga mold di kuvet dinamakan packing. Proses ini
merupakan satu tahap yang paling penting dalam pembuatan basis protesa. Mold dalam kuvet
haruslah diisi dengan tepat pada saat polimerisasi. Memasukkan bahan terlalu berlebihan,
dinamakan overpacking, menyebabkan basis protesa dengan ketebalan berlebihan serta
perubahan posisi elemen gigi protesa. Sebaliknya, dengan memasukkan bahan terlalu sedikit,
disebut underpacking, menyebabkan porus yang dapat dilihat pada basis protesa. Untuk
meminimalkan kecenderungan over atau underpacking, mold diisi bertahap.

Porus Internal. Seperti yang telah kita lihat, proses polimerisasi adalah eksotermal. Bila
peningkatan temperatur yang menyertainya melebihi titik didih dari monomer yang tidak
bereaksi atau polimer dengan berat molekul rendah, atau keduanya, komponen ini mungkin
mendidih.
Secara klinik, didihan tersebut menimbulkan porus dalam basis protesa yang dibuat.
Pengalaman menunjukkan bahwa porositas tersebut biasanya tidak terlihat pada permukaan basis
protesa.

Siklus Polimerisasi. Proses pemanasan yang digunakan untuk mengendalikan polimerisasi


disebut siklus polimerisasi atau siklus curing. Idealnya, proses ini harus dikendalikan dengan
baik untuk menghindari efek peningkatan temperatur yang tidak terkendali seperti mendidihnya
monomer serta porus basis protesa.

Kestabilan warna dari resin yang teraktivasi secara kimia umumnya lebih rendah
dibandingkan dengan kestabilan warna resin yang diaktivasi dengan panas. Sifat ini berkaitan
dengan adanya amin tersier di dalam resin yang teraktivasi secara kimia. Gugus amin tersebut
rentan terhadap oksidasi dan selanjutnya terjadi perubahan warna yang mempengaruhi
penampilan resin. Perubahan warna resin-resin ini dapat diminimalkan melalui penambahan
bahan pembuat stabil yang mencegah oksidasi tersebut.

Porositas jenis ketiga dapat disebabkan karena tekanan atau tidak cukupnya bahan dalam
rongga kuvet selama polimerisasi (Gambar 11-13E). Gelembung udara akibat kekurangan ini
tidak berbentuk pola tetapi berbentuk tidak teratur. Gelembung ini dapat begitu banyak sehingga
seluruh resin nampak lebih ringan dan lebih opak dibandingkan warna sebenarnya.
Jenis porositas terakhir kebanyakan dihubungkan dengan resin cair. Porus tersebut
nampaknya disebabkan oleh masuknya udara selama prosedur pengadukan dan pemanasan. Bila
udara ini tidak dikeluarkan, gelembung-gelembung besar dapat terbentuk pada basis protesa.
Pengadukan, pemberian sprue, dan pemasangan jalan masuk secara cermat dapat membantu
mengurangi masuknya udara.
Penyerapan Air. Poli(metil metakrilat) menyerap air relatif sedikit ketika ditempatkan padi
lingkungan basah. Namun, air yang terserap ini menimbulkan efek yang nyata pada sita mekanis
dan dimensi polimer.
Meskipun penyerapan dimungkinkan oleh adanya polaritas molekul poli(meti metakrilat),
umumnya mekanisme penyerapan air yang terjadi adalah difusi. Difusi adalah berpindahnya
suatu substansi melalui rongga, atau melalui substansi kedua. Dalam contoh ini, molekul air
menembus massa poli(metil metakrilat) dan menempati posisi di antan rantai polimer. Sebagai
akibatnya, rantai polimer yang terganggu dipaksa memisah. Adanya molekul air di dalam massa
yang terpolimerisasi menimbulkan dua efek penting. Pertama, hal itu menyebabkan massa
terpolimerisasi mengalami sedikit ekspansi. Kedua, molekul air mempengaruhi kekuatan rantai
polimer dan karenanya bertindak sebagai bahan pembuat plastis.

Spesifikasi ADA No.12 memberikan petunjuk tentang pengujian dan syarat resin basis
protesa yang dapat diterima. Untuk menguji penyerapan air, suatu lempeng bahan dengan
dimensi khusus dipersiapkan dan dikeringkan sampai dicapai suatu berat yang stabil. Berat ini
dicatat sebagai berat awal. Selanjutnya, lempeng direndam dalam air murni selama 7 hari.
Kemudian lempeng ditimbang kembali, dan nilai ini dibandingkan dengan nilai awal. Menurut
persyaratan, berat yang bertambah setelah perendaman tidak boleh melebihi 0,8 mg/cm² .
Informasi tambahan mengenai Spesifikasi ADA No. 12 diuraikar pada bagian selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai