MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah Teknologi
Pembuatan Serat
Disusun oleh:
KIMIA TEKSTIL
2019
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
3. Zat Pembantu
a. Katalis
Katalis yang umumnya digunakan untuk metoda esterifikasi
langsung adalah antimontrioksida atau antimontriasetat. Pada
beberapa kondisi reaksi esterifikasi dapat berlangsung tanpa
penambahan katalis dari luar. Reaksi esterifikasi berlangsung
dengan menggunakan katalis yang berasal dari ujung gugus
asam dari asam tereftalat.
b. Zat Penstabil (Stabilisator)
Pengaruh panas terhadap lelehan polietilena terftalat sangat
berhubungan dengan proses pembentukan polimer. Suhu tinggi
pada proses polimerisasi dapat menyebabkan degradasi terhadap
monomer monomer pembentuk polimer. Suhu polimerisasi
harus dijaga konstan (tetap) untuk mendapatkatkan chips yang
seragam dan berkualitas. Dengan demikian keberadaan zat
penstabil dalam proses polimerisasi menjadi sangat penting
untuk mencegah terjadinya aksi degradasi lebih lanjut. Pada
umumnya senyawa yang digunakan untuk proses polimerisasi
ini adalah senyawa fosfor.
c. Zat Pemburam (Dulling Agent)
Zat pemburam adalah zat yang secara sengaja ditambahkan
untuk memberikan kenampakan luar dari serat polyester
sehingga mempunyai beberapa warna. Serat polyester tanpa
pemburaman akan tidak memberikan warna atau transparan.
Oleh karena itu diberikan penambahan zat pemburam yang
umunya adalah senyawa titanium oksida (TiO2), senyawa
tersebut dapat merubah kenampakan poliester menjadi suram
(dull) dan setengah suram (semidull).
d. Zat Pewarna Lainnya
Persyaratan pewarna dalam pemintalan leleh adalah ketahan
warna terhadap panas pada saat polimerisasi, mempunyai sifat
larut dalam etilena glikol dan mempunyai ukuran partikel yang
kecil sehigga dapat menghindari penyumbatan pada lubang
spinneret.
1.2 Proses Pembuatan
Poliester dibuat berdasarkan reaksi antara etilena glikol dengan asam
tereftalat atau dimetil ester asam tereftalat. Reaksi berlangsung pada
temperatur tinggi dan tekanan rendah hingga tercapai berat molekul yang
diperlukan untuk membentuk serat. Poliester dibuat dengan cara pemintalan
leleh.
Reaksi pembuatan poliester terjadi dalam dua tahap utama yaitu pra-
polimerisasi dan polimerisasi sesungguhnya. Pada tahap pertama, terbentuk
sebuah ester yang cukup sederhana dari asam dan dua molekul etilena glikol.
Dapat dilihat pada reaksi dibawah ini:
Pada tahap polimerisasi, ester sederhana ini dipanaskan pada temperatur
260oC dan pada tekanan rendah. Dalam hal ini diperlukan sebuah katalis
semisal antimoni (III) oksida. Poliester terbentuk dan setengah dari etilena
glikol diperbaharui. Etilena glikol selanjutnya dilepaskan dan disiklus ulang.
Reaksi polimerisasi:
Pelelehan polimer
Pemintalan leleh
Pemadatan polimer
Penarikan filamen
Penggulungan filamen
BAB II
TINJAUAN KHUSUS
2) Waktu
Waktu yang digunakan begantung pada tinggi rendahnya
temperatur, medium dan alat pemantapan panas yang dgunakan. Apabila
temperatur semakin tinggi, maka waktu pemantapan panasnya harus lebih
singkat untuk mencegah terjadinya kerusakan pada bahan.
3) Medium
Medium yang dapat digunakan untuk pemantapan panas adalah air,
uap air, rol panas, dan udara panas. Untuk poliester umumnya medium
yang digunakan adalah udara panas tetapi untuk kain-kain dengan
konstruksi berat digunakan rol-rol panas.
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Berasarkan tinjauan khusus dapat disimpulakan bahwa pemantapan panas
dilakukan pada suhu diatas suhu transisi gelas tetapi dibawah titik leleh
bahan. Pemantapan panas dapat mempengaruhi sifat fisika dari kain poliester
yaitu:
1) Kain menjadi stabil dimensinya
2) Meningkatkan kekuatan tariknya
3) Mulur sebelum putusnya semakin kecil
4) Kelangsaian kain lebih jelek
5) Kerataan warna hasil celup lebih baik
Erik Y. 2013. Pengaruh Pemantapan Panas Awal, Tengah, Akhir Terhadap Sifat
Fisika Kain Poliester. Kimia Tekstil. Politeknik Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil