Anda di halaman 1dari 5

PET Polymer

Polyethylene terephthalate atau yang biasa disebut sebagai PET adalah polimer (chain of
repeating unit) yang tiap unit individunya tersambung/terhubung oleh ester linkages. PET
terdiri dari 2 buah monomer yaitu etilen glikol termodifikasi dan asam terephthalate yang
telah dipurifikasi. Degree of polymerization dari PET biasanya bernilai 30, dimana pada
satu molekul PET terdapat 30 repeating unit monmernya. PET merupakan polimer yang
bersifat termoplastik dimana PET bisa dileburkan dan dibentuk kembali bila diperlukan
tanpa mengalami kerusakan (dapat di re-cycle). PET pertama kali ditemukan di Inggris
pada tahun 1941. Gambar berikut merupakan gambar molekul dari PET.

Gugus ester di dalam rantai polyester bersifat polar, dimana atom oksigen pada gugus
karbonil memiliki muatan negatif dan atom karbon pada gugus karbonil memiliki muatan
positif. Hal ini menyebabkan adanya tarik menarik antar molekul (gaya dipol-dipol). Gaya
ini menyebabkan gugus ester dari 2 molekul berbeda dapat terikat satu sama lain
membentuk struktur kristal dan membentuk fiber yang kuat.
Pembuatan PET umumnya diproduksi melalui du acara yaitu transesterifikasi dimetil
tereftalat (DMT) dengan etilen glikol (EG) dan esterifikasi langsung asam tereftalat murni
(TPA) dengan EG. Tahap pertama dari kedua cara itu akan menghasilkan campuran etilena
glikol ester asam tereftalat. Campuran oligomer linier (terutama bis hidroksietil tereftalat
(BHET)) akan terkena tahap lanjut yaitu polikondensasi yang menghasilkan polietilen
tereftalat yang berbentuk serat.
Pada sintesis PET terdapat dua tahap. Pada tahap pertama yaitu esterifikasi, yang dihasilkan
dari reaksi ini adalah gugus karboksilat dengan gugus alkohol. Karena gugus-gugus ini
terbentuk pada ujung senyawa bifunctional, maka PET dengan struktur yang linear yang

dihasilkan. Namun, ada senyawa yang harus dihilangkan (air dan metanol) selama proses
esterifikasi dan kesetimbangan akan bergeser ke arah produk kondensasi. Pada tahap kedua
terjadi proses yang mirip untuk proses pertukaran ester dan esterifikasi langsung. Katalis
ditambahkan ke campuran oligomer linier, campuran bebas glikol kemudian disuling
dengan menggunakan tekanan rendah sampai berat molekul yang diperlukan tercapai.
Katalis yang paling sering digunakan pada proses ini adalah antimony trioksida, meskipun
pentoksida antimony dan germanium dioksida juga digunakan.
Pada pembuatan PET ditambahkan juga aditif. Aditif yang digunakan antara lain berguna
untuk memberikan efek bening pada produk yaitu poliamida (harus tahan terhadap suhu
310-330C). Namun penambahan poliamida ini lama kelamaan akan menyebabkan produk
menjadi berwarna kekuningan.
Pada awal tahun 1980-an, produksi PET mulai menjadi signifikan di pasar semenjak
DuPont (Rynite) dan Mobay (Pelton) memperkenalkan produk dengan proses yang lebih
mudah.
Diawal 1990-an, fiber polyester ada sekitar 40% dari total fiber buatan. Pertumbuhan ini
dapat dikaitkan dengan keseimbangan yang optimal dari polyester tentang sifat: kekuatan,
kemampuan campuran dan stabilitas dimensi. Selanjutnya, materi tersebut menunjukkan
keunggulan kinerja, sangat serbaguna, memiliki kapasitas yang besar untuk dimodifikasi
dan fiber yang murah.
Pada tabel berikut adapat dilihat sifat fisik dan sifat mekanik dari PET.
Sifat Fisik
Densitas
Penyerapan air dalam 24 jam
Sifat Mekanik
Specific gravity
Tensile Strength (73F)
Tensile Modulus (73F)
Sifat Termal
Melting Point
Coefficient of linear thermal expansion

Satuan
Lbs/cu in.
%
Satuan
g/cu cm
psi
psi
Satuan
F
in/in.F

PET
0,0499
0,1
PET
1,38
11.500
4 x 105
PET
175
3,9 x 105

Produksi PETyang ada saat ini ada dua cara yaitu secara batch dan secara kontinyu.
Perbandingan produksi antara batc dengan kontinyu adalah sebagai berikut:
1. Kapasitas produksi
Dengan kapasitas produksi sebanyak 45.000 ton/tahun biasanya produksi dilakukan
dengan kontinyu dan proses batch biasanya hanya memproduksi sebanyak 450
ton/tahun.
2. Kondisi operasi
Dengan lamanya waktu reaksi yang dilakukan biasanya produksi dilakukan dengan
reaktor batch. Namun dengan kapasitas yang besar, proses produksi bisa dilakukan
dengan proses kontinyu .
Keuntungan dan kelemahan proses kontinyu:
1. Dengan proses kontinyu kondisi proses dan volume dapat diseragamkan.
Selanjutnya, temperatur dapat dipertahankan sama di dalam vessel dan ini dapat
mengurangi degradasi dan atau mempercepat reaksi.
2. Pada proses kontinyu, elemen pemanas akan lebih kecil dan tidak ada beban puncak
yang ada pada proses batch.
3. Pada proses kontinyu karakteristik produk akan sama.
4. Pada proses kontinyu, derajat polimerisasi berlangsung pada rangkaian reaktor
esterifikasi.
Pada pembuatan botol dengan PET adalah stretch blow molding. PET dipanaskan dan
ditempatkan dakan cetakan, dimana akan terbentuk tabung panjang dan tipis. Tabung PET
kemudian disebut parison dan kemudian dipindahkan ke cetakan kedua yang berbentuk
botol cetakan. Sebuah batang baja tipis yang disebut mandrel yang didalamnya dialirkan
udara bertekanan tinggi dan kemudian blow molding dilakukan. Dengan dialirkannya udara
panas, maka PET akan mengikuti cetakan yang ada. Untuk memastikan bahwa bagian

bawah botol mempertahankan bentuk konsisten datar, komponen terpisah dari plastik
secara bersamaan digabungkan ke botol selama blow molding. Proses pencetakan harus
didinginkan secara cepat, sehingga komponen yang baru terbentuk secara teratur. Proses
pendinginan dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Setelah pendinginan
selesai, maka kelebihan dari plastik yang tidak terpakai dapat dihilangkan dari botol yang
terbentuk.

http://www.napcor.com/PET/whatispet.html
http://www.chemguide.co.uk/organicprops/esters/polyesters.html
http://www.petresin.org/faq.asp
Handbook of Polymer Science and Technology, Volume 1

http://www.open.edu/openlearn/science-maths-technology/science/chemistry/introductionpolymers/content-section-1.2.2
http://www.pslc.ws/macrog/pet.htm
http://www.thomasnet.com/articles/materials-handling/plastic-bottle-manufacturing
A Technical and Economic Feasibility Study of: Production of Polyethylene Terephthalate
by Direct Esterification Using Pervaporation. Yahya Banat, Ziad Abu El-Rub. Enschede,
April 2011.

Anda mungkin juga menyukai