Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebagai negara berkembang, Indonesia melaksanakan pembangunan
dan pengembangan di berbagai sektor, salah satunya adalah sektor industri.
Dengan kemajuan dalam sektor industri diharapkan akan meningkatkan
kesejahteraan

rakyat.

Dalam

pembangunanya,

sektor

industri

ini

dikembangkan dalam beberapa tahap dan secara terpadu melalui peningkatan


hubungan antara sektor industri dengan sektor lainnya.
Industri kimia merupakan salah satu contoh sektor industri yang sedang
dikembangkan di Indonesia, dan diharapkan dapat memberikan kontribusi
yang

besar

bagi

pendapatan

negara.

Dalam

mengembangkan

dan

meningkatkan industri ini diperlukan ilmu pengetahuan dan teknologi. Untuk


itu Indonesia harus mampu memanfaatkan potensi yang ada, karena industri
kimia membutuhkan perangkat-perangkat yang memang dibutuhkan dan juga
membutuhkan sumber daya alam seefisien mungkin. Disamping itu perlu juga
penguasaan teknologi baik yang sederhana maupun yang canggih, sehingga
bangsa Indonesia dapat meningkatkan eksistensinya dan kredibilitasnya
sejajar dengan bangsa-bangsa lain yang telah maju.
Kebutuhan industri-industri kimia saat ini, maka kebutuhan akan bahan
baku industri kimia tersebut pun semakin meningkat. Bahan baku industri ada
yang berasal dari dalam negeri dan ada juga yang masih di impor. Salah satu
bahan baku yang masih diimpor adalah Polietilen Tereftalat (PET).
Polietilen Tereftalat (PET) ini sering dikenal dengan nama poliester
memiliki rumus struktur sebagai berikut :

PET dengan berat molekul yang besar banyak digunakan untuk membuat
serat sintetis, resin, pembungkus makanan dan minuman, dan lain-lain.
1 | Kimia Polimer 2015

Penyimpanan PET dalam wujud cair membutuhkan temperatur yang tinggi


sehingga peralatan yang digunakan akan lebih mahal. Selain itu PET dalam
wujud cair akan menyulitkan pengiriman. Oleh karena itu lebih efektif bila
PET cair diubah menjadi padatan dengan proses kristalisasi.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada penulisan makalah ini yaitu
1. Apa yang dimaksud dengan Polietilen Tereftalat (PET)?
2. Apa saja klasifikasi dari Polietilen Tereftalat (PET)?
3. Bagaimana proses pembuatan Polietilen Tereftalat (PET) , karakteristik
serta aplikasinya?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu untuk memenuhi salah
satu tugas mata kuliah Kimia Polimer mengenai Polietilen Tereftalat (PET)
dan mengetahui Pengertian, klasifikasi, proses pembuatan, karakteristik serta
aplikasi dari polietilen tereftalat.

2 | Kimia Polimer 2015

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sejarah dan Pengertian Polietilen Tereftalat (PET)
Perkembangan ilmu dan teknologi mengenai poliester (polietilen
tereftalat) dimulai dengan penelitian yang dilakukan oleh Krencle dan
Carotherspada akhir tahun 1930. Adapun penelitian Krenclemengenai teknik
alkil resin yaitu reaksi antara gliserol dengan asam phtalic anhidrid.
Pada tahun 1942, Rex Whinfield dan W Dickson yang bekerja pada
perusahaan Calico Printers Association di Inggris menemukan sintetis
polimer linieryang dapat diproduksi melalui Ester Exchange antara Etilen
Glikol(EG)

dan

Dimetil

Tereftalat

(DMT)

yang

menghasilkan

PolietilenTereftalat.
Pada perkembangan selanjutnya produksi poliester (polietilen tereftalat)
untuk serat-serat sintetis menggunakan bahan baku asam tereftalat (TPA) dan
Etilen Glikol (EG). Produksi serat poliester (Polietilen Tereftalat) secara
komersial dimulai pada tahun 1944 di Inggris dengan nama dagang
Terylene dan pada tahun 1953 di Amerika Serikat (Dupont) dengan nama
dagang Dacron.
Polietilen tereftalat (PET) merupakan poliester linier yang bersifat
termoplastik yang disintesis melalui proses esterifikasi Asam Tereftalat (TPA)
dan Etilen Glikol (EG) atau melalui proses transesterifikasi Dimetil Tereftalat
(DMT) dan Etilen Glikol. PET banyak diaplikasikan penggunaannya sebagai
bahan tekstil, botol minuman ringan dan film fotografi. (IMRAN, 2010).

Gambar 1 Struktur kimia polietilena tereftalat


PET dapat berwujud padatanamorf (transparan) atau sebagai bahan
semi-kristal yang putih dan tidak transparan, tergantung kepada proses dan
3 | Kimia Polimer 2015

riwayat termalnya. Monomernya dapat diproduksi melalui esterifikasiasam


tereftalat dengan etilen glikol, dengan air sebagai produk sampingnya.
Monomer PET juga dapat dihasilkan melalui reaksi transesterifikasietilen
glikol dengan dimetil tereftalat dengan metanol sebagai hasil samping.
Polimer

PET

dihasilkan

melalui

reaksi

polimerasikondensasi

dari

monomernya. Reaksi ini terjadi sesaat setelah esterifikasi/transesterifikasinya


dengan etilen glikol sebagai produk samping (dan etilen glikol ini biasanya
didaur ulang).
Kebanyakan (sekitar 60%) dari produksi PET dunia digunakan dalam
serat sintetis, dan produksi botol mencapai 30% dari permintaan dunia.
Dalam penggunaannya di bidang tekstil, PET biasanya disebut dengan
poliester saja.
Plastik PET merupakan serat sintesis poliester (darkon) yang transparan
dengan daya tahan kuat, tahan terhadap asam, kedap udara, fleksibel, dan
tidak rapuh. Dalam hal penggunaanya, pelastik PET menempati urutan
pertama . Penggunaanya sekitar 72 % sebagai kemasan minuman dengan
kualitas yang baik. Plastik PET merupakan poliester yang dapat dicampur
dengan polimer alam seperti : sutera , wol dan katun untuk menghasilkan
bahan pakaian yang bersifat tahan lama dan mudah perawatannya.
PET merupakan jenis 1, Tanda ini biasanya tertera logo daur ulang
dengan angka 1 di tengahnya serta tulisan PETE atau PET (polietilen
tereftalat) di bawah segitiga. Biasa dipakai untuk botol plastik, berwarna
jernih/ transparan/tembus pandang seperti botol air mineral, botol jus, dan
hampir semua botol minuman lainnya. Botol Jenis PET/PETE ini
direkomendasikan hanya sekali pakai. Bila terlalu sering dipakai, apalagi
digunakan untuk menyimpan air hangat apalagi panas, akan mengakibatkan
lapisan polimer pada botol tersebut akan meleleh dan mengeluarkan zat
karsinogenik (dapat menyebabkan kanker) dalam jangka panjang.

2.2 Sifat-sifat Reaktan dan Produk

4 | Kimia Polimer 2015

Pada pembuatan Polietilen Tereftalat bahan-bahan yang digunakan


adalah Asam Tereftalatdan Etilen Glikol sedangkan produk yang dihasilkan
adalah Polietilen Tereftalat. Sifat-sifat fisika dan kimia bahan-bahan tersebut
diuraikan sebagai berikut :

1. Asam Tereftalat (TPA)


a. Sifat-sifat Fisika :
Struktur kimia:

Rumus molekul : C6H4(COOH)2


Berat molekul
: 166,13 g/mol
Wujud
: Bubuk atau kristal berwarna putih
Densitas
: 1,522 g/cm3
Titik lebur
: 427 oC
Titik didih
: 402oC
Kelarutan dalam air
: 1,7 g/ 100 mL (25 oC)
Panas spesifik
: 1202 J/(kg.K)
Larut dalam dimetil sulfoksida dan alkaliserta sedikit larut dalam
etanol, metanol, asam asetat, dan asam sulfat.
b. Sifat-sifat Kimia :
Dapatdireaksikandengan etilen glikol menghasilkan polietilen

tereftalat
Dapatdireaksikandengan metanol menghasilkan dimetil tereftalat
Asamtereftalatdapat dihasilkan dengan mengoksidasikan p-dimetil
benzena

Asamtereftalatdapat dihasilkan dengan mengoksidasikan p-xylene

dengan menggunakan katalis Kobalt.


Asamtereftalatdapatihasilkan dengan mereaksikan dipotassium
tereftalat dengan asam sulfat.

2. Etilen Glikol
5 | Kimia Polimer 2015

a. Sifat-sifat Fisika :
Struktur kimia:

Rumus molekul
: C2H4(OH)2
Berat molekul
: 62,068 g/mol
Densitas
: 1,1132 g/cm3
Titik lebur
: -12,9 oC
Titik didih
: 197,3 oC
Titik nyala
: 111 oC (closed cup)
Temperatur Autoignition : 410 oC
Viskositas
: 20,9 mPa.s (20 oC)
Index refractive
: 1,431820D
Panas penguapan
: 52,24 kJ/mol (pada 101.3 kPa)
b. Sifat-sifat Kimia :
Bahandasarpembuatanpolietilentereftalat
Dihasilkandarietilenoksidadengan air

Merupakan agent anti beku yang digunakanpadamesinmesin

3. Antimony Trioksida
a. Sifat-sifat fisika
Strukturkimia

Rumus molekul
Berat molekul
Wujud
Densitas
Titik lebur
Titik didih
Kelarutan dalam air
b. Sifat-sifat kimia :

: Sb2O3
: 291,52 g/mol
: Padatan kristal berwarna putih
: 5,2 g/cm3
: 656 oC
: 1425 oC
: 1,4 mg/100 ml (30 oC)

6 | Kimia Polimer 2015

Digunakan sebagai katalis pada reaksi pembentukan polietilen

tereftalat dari asam tereftalat dan etilen glikol


Antimony Trioksida dihasilkan dari reaksi oksidasi antimon
4Sb + 3O2 2Sb2O3
Antimony Trioksida bereaksi dengan asam klorida menghasilkan

antimony trikloridadan air


Sb2O3 + 6HCl 2SbCl3+ 3H2O
Antimony Trioksida bereaksi dengan asam bromida menghasilkan

antimony tribromida dan air


Sb2O3 + 6HCl 2SbCl3+ 3H2O
Antimony Trioksida bereaksi dengan asam klorida menghasilkan

antimony oksiklorida dan air


Sb2O3 + 2HCl 2SbOCl + H2O

4. Polietilen Tereftalat
a. Sifat-sifat Fisika :
Struktur kimia:

Rumus molekul
Densitas
Modulus young
Tensile strength
Temperature glass

: C10H8O4
: 1370 kg/m3
: 2800-3100 Mpa
: 55-75 Mpa
: 75

Titik lebur

: 260

Konduktivitas thermal : 0.24 W/(m.K)


Panas Specific
: 1.0 KJ/(Kg.K)
Penyerapan air
: 0.16
Viskositas intrinstik : 0.629 dl/g
b. Sifat-sifat kimia:
Polietilen tereftalat dihasilkan dari reaksi antar asam tereftalat dan
Etilen glikol dengan menggunakan katalis Sb2O3
Polietilentereftalat dihasilkan dari reaksi antara dimetil tereftalat
dan etilen glikol
2.3 Deskripsi Proses Pembuatan

7 | Kimia Polimer 2015

Polietilen Tereftalat (PET) dapat diperoleh dengan 2 cara, yaitu melalui


reaksi ester exchange antara dimetil tereftalat (DMT) dengan etilen
glikol(EG) dan melalui esterifikasi langsung antara asam tereftalat (TPA) dan
etilen glikol(EG).
1. Proses pembuatan dengan reaksi esterifikasi langsung
a. Tahap Persiapan Bahan Baku
Asam tereftalat (TPA) yang berbentuk bubuk diangkut dari tangki
penyimpanan dengan menggunakan bucket elevator untuk dimasukkan ke
dalam tangki pencampur . Bersamaan dengan itu dimasukkan juga etilen
glikol (EG) dari tangki penyimpananyang dialirkan dengan menggunakan
pompa serta EG yang di recycle dari proses pembuatan PET. Rasio molar
antara asam tereftalat dengan EGyang akan masuk ke dalam mixer adalah
1:2. Proses pencampuran dilakukan dengan menggunakan pengaduk dan
berlangsung selama 30 menit pada temperatur 800C serta tekanan 1 atm.
Campuran yang dihasilkan berupa slurry.
b. Tahap reaksi
1. Reaksi pembentukan
Slurry (TPA + EG) yang dihasilkan dari tangki pencampuran
dialirkan ke reaktor esterifikasi dengan menggunakan pompa .Selanjutnya
katalis antimony trioksida (Sb2O3) dicampurkan ke dalam reaktor
esterifikasi. Dalam reaktor esterifikasi dilengkapi dengan pengaduk
berlangsung proses esterifikasi langsung yaitu terbentuknya gugus isomer
dari reaksi antara TPA dan EG dengan konversiasam tereftalat sebesar 90
%. Hasil yang diperoleh dari reaksi tersebut adalah bishidroksietil
tereftalat(BHET), air (H2O) dan asam tereftalat(TPA) yang tidak bereaksi.
Pada reaktor ini, reaksi berjalan secara endotermis. Kondisi operasi
reaktor esterifikasi pada temperatur 250 0C dan tekanan 1 atm selama 100
menit.
Reaksi yang terjadi pada reaktor esterifikasi adalah :

250

1 atm,100 menit

8 | Kimia Polimer 2015

TPA

EG

BHET

air

Uap air dan etilen glikol yang keluar dari reaktor esterifikasi
dialirkan menuju partial kondensoruntuk mengkondensasikan uap yang
terbentuk. Selanjutnya uap dan cairan yang dihasilkan dari partial
kondensordengan temperatur 160 0C dialirkan ke knock out drum untuk
dipisahkan. Cairan yang telah dipisahkan kemudian dialirkan menuju
cooler (E-10) untuk menurunkan temperaturnya menjadi 80 0C yang
kemudian akan dialirkan menuju ke tangki pencampuran. Sedangkan
BHET yang terbentuk, asam tereftalatyang tidak bereaksi

dan katalis

dialirkan dari bagian bawah reaktor esterifikasi ke reaktor prepolimerisasi


dengan menggunakan pompa.
2. Proses Prepolimerisasi
Proses prepolimerisasi berlangsung dalam reaktor prepolimerisasi
yang dilengkapi dengan pengaduk pada suhu 270 0C dan tekanan 1 atm
dengan konversi bishidroksietiltereftalat(BHET) sebesar 95 % . Proses ini
menghasilkan monomer dengan derajat polimerisasi 20 (prepolimer),
etilen glikol, dan bishidroksietil tereftalat yang tidak bereaksi.

Reaksi yang terjadi dalam reaktor prepolimerisasi adalah :


Bishidroksietil Tereftalat270 , 1 atm

Etilen Glikol +Prepolimer

Sebagian uap etilen glikol dan air yang tidak bereaksi akan
menguap dan dialirkan ke knock out drum. Selanjutnya monomer dari

9 | Kimia Polimer 2015

reaktor prepolimerisasi yang terbentuk dialirkan ke reaktor polikondensasi


dengan menggunakan pompa.
3. Proses Polikondensasi
Pada proses polikondensasi akan terbentuk ikatan monomer
-monomer

menjadi polimer yang panjang dengan derajat polimerisasi

yang semakin bertambah besar. Proses polikondensasiberlangsung pada


temperatur 2900C dan tekanan 0,00197 atm (200 Pa) dengan konversi
prepolimer sebesar 99 % dalam reaktor polikondensasi. Untuk
memvakumkan tekanan dari 1 atm menjadi 0,00197 atm digunakan steam
ejector.
Reaksi yang terjadi adalah :

Pada proses ini uap etilen glikolyang tidak bereaksi akan di hisap
sangat kencang oleh steam ejector. Selanjutnya steam dan etilen glikol
dikondensasikan dengan menggunakan kondensor. Etilen glikol yang
dipisahkan kemudian direcycle ke tangki pencampuran yang terlebih
dahulu didinginkan pada cooler.

c. Tahap Pemisahan Produk


Cairan kental polietilen tereftalat (PET) yang dihasilkan dari reaktor
polikondensasi dialirkan ke filter pressuntuk dipisahkan dari katalis Sb2O3.
Selanjutnya cairan kental PET tersebut dipompakan

dan diturunkan

temperaturnya dari 290 0C menjadi 60 0C dengan menggunakan cooler.


Setelah didinginkan, Cairan kental PET tersebut dimasukkan ke kristaliser
10 | K i m i a P o l i m e r 2 0 1 5

untuk mengkristalkan produk PET. Setelah keluar dari kristaliser, PET


kristal dan mother liquordialirkan menuju centrifugedengan menggunakan
pompa untuk dipisahkan antara PET kristal dengan mother liquornya.
Mother liquoryang telah dipisahkan dari kristal PET dialirkan ke mother
liquortank, sedangkan PETkristalnya dialirkan menuju Pelletizeruntuk
dibentuk menjadi pelet dengan ukuran 3 mm. Kemudian pellet PET
diangkut menuju ke tangki penyimpanan dengan menggunakan belt
conveyor. Kadar prepolimer dan PET non kristal yang boleh tercampur
dalam produk PET kristal adalah sebesar 1 %.
Berikut ini merupakan diagram alir pembuatan Polietilen Tereftalat
(PET) dengan proses esterifikasi langsung antara antara asam tereftalat
(TPA) dan etilen glikol (EG).

Gambar 2 Diagram alir pembuatan Polietilen Tereftalat (PET) dengan


proses esterifikasi langsung
2. Proses

Pembuatan

Polietilen

Tereftalat

(PET)

dengan

Reaksi

transesterifikasi
Pada dasarnya prinsip kerja proses pembuatan PET dengan reaksi
transesterifikasi antara antara dimetil tereftalat (DMT) dengan etilen glikol
(EG) dibandingkan dengan reaksi esterifikasi langsung asam tereftalat
(TPA) dan etilen glikol (EG) adalah sama. Yang berbeda adalah produk
samping yang dihasilkan. Jika pada reaksi esterifikasi langsung, produk

11 | K i m i a P o l i m e r 2 0 1 5

samping yang terbentuk adalah air sedangkan pada reaksi transesterifikasi,


produk samping yang terbentuk adalah metanol.
A. Persiapan monomer Bis-HidroksietilTereftalat:

2.4

Klasifikasi

pada

Poliethylene Terephtalate (PET)


Adapun
klasifikasi

atau

macam-macam

jenis produk yang dihasilkan dari bahan

Polietilen

Tereftalat

(PET), yaitu
Tekstil-Polietilen tereftalat (PET)
Resin, Botol / A-Polietilen Tereftalat (PET)
Film-Polietilen Tereftalat (PET)
2.5 Karakteristik Polietilen Tereftalat (PET)
Penggunaan Polietilen Tereftalat (PET) di dunia sebagai kemasan botol
- botolminuman mencapai 1,5 juta ton setiap tahunnya(SUH dkk., 2000).
Pada 2010 peningkatan penggunaanPET mencapai 56,0 juta ton (IMRAN
dkk., 2010).
Meningkatnya penggunaan PET menyebabkan jumlah limbah PET
meningkat dengan cepat pula. Walaupun plastik jenis poliester ini tidak
12 | K i m i a P o l i m e r 2 0 1 5

menimbulkan bahaya yang langsung terhadap lingkungan, yakni dalam hal ia


tidak mengeluarkan/membuat/menyebabkan timbulnya bahan-bahan yang
menyebabkan turunnya kualitas kesehatan manusia, namun plastik ini tidak
dapat langsung didegradasi di alam (WANG dkk, 2009).
Secaraumum keunggulan PET adalah pada sifat-sifat yang baikpada
kuat tarik, ketahanan kimia, kejernihan danstabilitas termal (CALDICOTT,
1999).
Polietilen Tereftalat (PET)memiliki beberapa karakteristik, diantaranya :
Transparan (tembus pandang), bersih, dan jernih
Memiliki sifat beradaptasi terhadap suhu tinggi (300C) yang sangat baik
Permeabilitas uap air dan gas sangat rendah
Tahan terhadap pelarut organik seperti asam asam dan buah buahan
sehingga dapat digunakan untuk mengemas produk sari buah
Tidak tahan terhadap asam kuat, fenol, dan benzil alkohol.
Kuat, tidak mudah rusak. Botol plastik yang menggunakanPET mampu
menahan tekanan yang berasal dari minuman berkarbonasi.
2.6 Proses PembuatanBotol PET(Blow Mold Technology)
Awal proses pembuatan botol PET, butiran biji plastik disedot dan
kemudian dipanaskan sampai leleh dengan chopper dryer. Tujuan pemanasan
ini adalah untuk mulai melelehkan biji plastic. Setelah itu, biji plastic
dimasukkan dalam suatu terowongan dengan suhu 150C dan disemprot
pewarna (bila perlu sesuai permintaan botol yang diinginkan) hingga
berbentuk cairan. Proses selanjutnya adalah memasukkan biji plastik yang
telah leleh tadi kedalam mold dimana pembentukan diawali dengan dari
bagian leher dan ulir. Selanjutnya, plastic yang sudah terbentuk itu
diinjeksikan dengan udara sehingga akan membentuk botol karena di dalam
area blowing udara ini terdapat mold berbentuk badan botol. Sembari
dilakukan blowing, dilakukan juga proses pendinginan sehingga botol PET
terlepas dari cetakannya. Umumnya digunakan untuk bentukan yang
berongga dengan perbedaan tebal dinding.

13 | K i m i a P o l i m e r 2 0 1 5

Metode Blow Mold dapat dibedakan atas tiga cara, yaitu :


1.

Injection Blow Mold


Proses pembentukan produk berbahan plastik dengan cara diinjeksikan
terlebih dahulu untuk bakalan plastik yang akan di blow. Terdiri dari
komponen Injeksi dan Blow. Secara umum digunakan untuk kontainer dengan
ukuran yang relatif kecil dan yang sama sekali tidak ada
handle. Sering jugadigunakan untuk kontainer yang terdapat bentukan ulir
pada bagian leher pada botol.
Tahapan Proses :
a.
b.

Plastik dalam keadaan melting diinjeksikan kedalam kaviti dalam


bentuk bakalan.

c.

Plastik dipindah ke cetakan blowing.

d.

Udara di tiupkan sehingga plastik mengembang dan menempel sesuai


bentuk mold.

2.

Cetakan membuka untuk pengeluaran produk.


Extrusion Blow Mold

Proses pembentukan material plastik dengan cara diteteskan dari


extruder. Metode yang paling sederhana dari blow mold terdiri dari extruder
dan blow. Bisa digunakan untuk kontainer yang bervariasi dari bentuknya,
14 | K i m i a P o l i m e r 2 0 1 5

ukurannya, bukaan leher pada botol, maupun bentukan handle. Jenis plastik
yang digunakan adalah HDPE, PVC, PC, PP, and PETG.
Tahapan Proses :
a.
b.

Plastik dikeluarkan dari extruder masuk ke cetakan blow dengan


pengarah lubang.

c.

Cetakan tertutup.

d.

Pengarah lubang mengalirkan fluida (udara) kedalam plastik yang


dalam keadaan melting sehingga menekan ke cetakan.

3.

Cetakan terbuka untuk pengeluaran produk.


Stretch Blow Mold

Proses pembentukan plastik dengan cara di rentangkan (stretch) sampai


tercapai ukuran yang diinginkan dengan mempertimbangkan ketebalan
bakalan plastik. Sangat baik digunakan untuk plastik dengan jenis PET. Terdiri
a.

Plastik dalam keadaan melting diinjeksikan kedalam kaviti dalam


bentuk bakalan.

b.

Plastik di stretching (diregangkan) sesuai dimensi yang diperlukan.

c.

Udara di tiupkan sehingga plastik mengembang dan menempel


sesuai bentuk mold.

d.

Cetakan membuka untuk pengeluaran produk.

Tahapan Proses :
Secara sederhana botol umumnya di buat dari material seperti plastik dan
kaca. Proses pembuatan botol dari kedua material tersebut hampir sama.
Material di lebur kemudian di tiup kedalam cetakan sesuai dengan bentuk
yang di inginkan. Berikut detail proses pembuatan botol dari bahan kaca :
1.

Bahan-bahan untuk membuat botol, seperti kalsium karbonat, sodium


karbonat, pasir silika, dan bahan-bahan kimia lainnya di masukan kedalam
tungku pembakaran (furnace).

2.

Didalam tungku pembakaran bahan-bahan tadi di lebur sampai


temperatur 1400 derajat Celsius.

3.

Hasil leburan ini (gob) di umpankan ke dalam cetakan.

15 | K i m i a P o l i m e r 2 0 1 5

4.

Didalam cetakan ini leburan ini di tiup dengan angin bertekanan


sehingga cairan kaca menempel pada cetakan sehingga membentuk botol
yang di inginkan (lihat gambar).

5.

Setelah botol di lepas dari cetakan kemudian di lakukan pemanasan


ulang (perlakuan panas) untuk menghilangkan tegangan dan regangan saat
membentuk botol. perlakuan ini di berikan agar kekuatan botol maksimal.

2.7 Aplikasi PET sebagai Campuran Laston-Wc terhadap Parameter


Marshall
PET

merupakansalahsatukemasanplastik

yang

tidakbiaslepasdarikehidupansehari-haridanbanyakdigunakan di Indonesia..
Hal

inidikarenakanplastikmemilikisifatunggulseperti:

transparan,

ringantetapikuat,

tahan

air,

sertaharganyarelatifmurahdanterjangkauolehsemuakalanganmasyarakat.Peng
gunaanlimbahbahanplastikcukupbanyakdalamkehidupansehariharitetapisangatsedikit

yang

sehinggasaatinitelahditemukaninovasibarupenggunaanlimbah

dimanfaatkan,
PET

sebagaibahancampurandalampembuatanlaston-wc.
Ada tujuh karakteristik campuran yang harus dimiliki oleh aspal beton
sebagai berikut:
1) Stabilitas, adalah kemampuan dari suatu perkerasan jalan menerima beban
lalu lintas tanpa terjadi perubahan bentuk tetap seperti gelombang, alur
dan bleeding. Jalan yang melayani volume lalu lintas yang tinggi dan
kendaraan berat yang dominan, membutuhkan suatu perkerasan jalan
dengan stabilitas yang tinggi. Faktor yang dapat mempengaruhi nilai
stabilitas beton aspal adalah gesekan internal dan kohesi.
2) Keawetan atau durabilitas,adalah kemampuan beton aspal untuk menerima
repetisi beban lalu lintas seperti berat kendaraan dan gesekan antara roda
kendaraan dan permukaan jalan, serta menahan keausan akibat pengaruh
cuaca dan iklim, seperti udara, air, atau perubahan temperatur. Durabilitas
beton aspal dipengaruhi oleh tebalnya film atau selimut aspal, banyaknya
pori dalam campuran, kepampatan dan kedap airnya campuran. Semakin
tebal film aspal akan mengakibatkan mudah terjadi bleeding yang akan
menyebabkan jalan semakin licin.
3)Kelenturan atau fleksibilitas, adalah kemampuan dari beton aspal untuk
menyesuaikan diri akibat penurunan (konsolidasi/settlement) dan
16 | K i m i a P o l i m e r 2 0 1 5

pergerakan dari fondasi atau tanah dasar, tanpa terjadi retak. Penurunan
terjadi akibat repetisi beban lalu lintas, ataupun penurunan akibat berat
sendiri tanah timbunan yang dibuat di atas tanah asli. Fleksibilitas dapat
ditingkatkan dengan mempergunakan agregat yang bergradasi terbuka
dengan kadar aspal yang tinggi.
4)Ketahanan terhadap kelelahan (fatigue resistance), adalah suatu kemampuan
daribeton aspal untuk menerima lendutan berulang akibat repetisi beban,
tanpa terjadinya kelelehan berupa alur dan retak.
5)Kekesatan atau tahanan geser (skid resistance), adalah kemampuan
permukaan beton aspal terutama pada kondisi basah, memberikan gaya
gesek pada roda kendaraan sehingga roda kendaraan tidak tergelincir,
ataupun slip. Selain itu agregat yang digunakan tidak saja harus
mempunyai permukaan yang kasar, tetapi juga harus mempunyai daya
tahan agar permukaan jalan tidak mudah menjadi licin akibat repetisi
kendaraan.
6)Kedap air (impermeabilitas), adalah kemampuan beton aspal untuk tidak
dapat dimasuki oleh air ataupun udara ke dalam lapisan beton aspal. Air
dan udara dapat menyebabkan terjadinya percepatan proses penuaan aspal,
dan pengelupasan film/selimut aspal dari permukaan agregat. Tingkat
impermeabilitas beton aspal berbanding terbalik dengan tingkat
durabilitasnya.
7) Mudah dilaksanakan (worakability), adalah kemampuan campuran beton
aspal untuk mudah dihamparkan dan dipampatkan. Faktor yang
mempengaruhi tingkat kemudahan dalam proses penghamparan dan
pemadatan adalah viskositas aspal, kepekaan aspal terhadap perubahan
temperatur gradasi serta kondisi agregat.
2.8 Teknik Pencampuran Plastik dalam Campuran Beraspal
1. Cara basah, (wet process), yaitu suatu cara pencampuran dimana plastic
dimasukkan ke dalam aspal panas dan diaduk dengan kecepatan tinggi
sampai homogen. Cara ini membutuhkan tambahan dana cukup besar
antara lain bahan bakar, mixer kecepatan tinggi sehingga aspal modifikasi
yang dihasilkan harganya cukup besar bedanya dibandingkan dengan aspal
konvensional.
2. Cara kering (dry process), yaitu suatu cara dimana plastik dimasukkan ke
dalam agregat yang dipanaskan pada temperatur campuran, kemudian aspal
panas ditambahkan. Cara ini bisa lebih murah dibandingkan cara basah,
lebih mudah hanya dengan memasukkan plastik ke dalam agregat panas,
tanpa membutuhkan peralatan lain untuk mencampur (mixer).
17 | K i m i a P o l i m e r 2 0 1 5

2.9 PengaruhPenambahan PET padaCampuranPembuatanLaston-WC


1. Stabilitasdarilaston-wc
PET

dapatmenurunkannilaipenetrasi

yang

menyebabkanperkerasanakanmenjadikakudanmudahretakakibatbebanlaluli
ntassehinggameningkatkanstabilitasdariwaston-wc.
2. Mempengaruhititiklelehaspal
Semakinbanyaknyakadar
plastic

yang

dicampurkankedalamwaston-wcsemakinmeningkatkankelenturan.
3. Nilairongga di dalamcampuran
Didalamcampuranlaston-wc yang tidakmenggunakancampuran

PET

akancenderunglebihrendahdibandingkandengan yang menggunakan PET.


4. Ronggadiantara mineral agregat
Roggadiantara
mineral
agregatmerupakanronggaantaraagregatpadacampuran

yang

sudahdipadatkan.Penambahan PET akanmenurunkanronggadiantara mineral


agregatkarnaaspaldiselimutiolehplastik

PET

sehingga

air

tidakbisamasukkepori-poriagregat.
5. Marshall question
Marshall question dihitungsebagairasidaristabilitasterhadapkelelehan
yang

digunakansebagai

indicator

kekakuancampuran.Campuran

akanmenghasilkannilaimarshall

question

PET
yang

lebihtinggidibandingkandengancampurantanpa PET.Dalampengolahan PET


perludilakukancara yang tepatdanhati- hatikarenakandungan PET yang
dapatmenjadiracunberbahaya.
2.10 Bahaya dari Polietilen Tereftalat (PET)
PET hanya boleh digunakan sesuai dengan petunjuk yang diberikan
oleh produsennya. Sebagai contoh, nampan yang bisa dipanaskan dalam
microwave hanya boleh sekali pakai dan tidak boleh dipakai untuk
menyimpan

atau

menyajikan

makanan

dan

harus

sesuai

dengan

peruntukannya.Namun studi yang dilakukan baru-baru ini menunjukkan


bahwa penggunaan ulang botol yang terbuat dari PET ternyata berbahaya.
Didapati bahwa PET seiring berjalannya waktu akan rontok dan meresap ke
dalam minuman ketika botol itu di gunakan ulang. Racun yang disebut
DEHA ini terbukti dapat menyebabkan masalah di hati, juga menyebabkan
18 | K i m i a P o l i m e r 2 0 1 5

kesulitan memperoleh keturunan, serta dicurigai bisa menyebabkan kanker


pada manusia. Karenanya, yang terbaik adalah mendaur ulang botol-botol ini,
jangan menggunakannya berulang kali.PET bisa meningkatkan penyebab
kacaunya kelenjar endokrin. Penulis lain (Franz dan Welle) mempublikasikan
bukti yang mengindikasikan bahwa ternyata PET juga meningkatkan
kandungan penyebab kekacauan kelenjar endokrin dalam air mineral.
Selain itu selama penyimpanan, PET dapat melepas zat antimon
trioksida (SbO3). Antimon trioksida merupakan zat berbahaya yang dapat
menyebabkan iritasi kulit, iritasi saluran pernapasan, dan untuk jangka
panjang dapat menyebabkan kanker. Pemanasan kering di atas 383 F (195
C) dapat menyebabkan gas dan uap yang mampu mengiritasi secara kuat.

19 | K i m i a P o l i m e r 2 0 1 5

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Polietilen Tereftalat (PET) dapat diperoleh dengan 2 cara, yaitu melalui


reaksi ester exchange antara dimetil tereftalat (DMT) dengan etilen glikol
(EG) dan melalui esterifikasi langsung antara asam tereftalat dengan etilen

glikol.
Kebanyakan (sekitar 60%) dari produksi PET dunia digunakan dalam serat

sintetis, dan produksi botol mencapai 30%


Penggunaan
PET
sebaiknyadigunakandalampemakaian

wajardanhanyabaikuntuksatu kali pakai


Pemerintahharuslebihmendukungindustrilokal

pembuatan

yang
PET

dengantidakmengimpor PET dariluar

20 | K i m i a P o l i m e r 2 0 1 5

DAFTAR PUSTAKA
Basset ,J . 1994 . Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Jakarta : EGC.
Harjadi, W., 1990.Ilmu Kimia Analitik Dasar.Jakarta: Gramedia
Hendayana, Sumar, dkk. 1994. Kimia Analitik Instrumen. Semarang : IKIP Press
Imran, M., Kim, Bo-Kyung., Han, Myungwan., Cho, Bong Gyoo., Kim, Do Hyun.
2010. Sub- and Supercritical Glycolysis of Polyethylene Terephthalate
(PET) Into The Monomer Bis(2-Hydroxyethyl) Terephthalate (BHET)
Polymer Degradation and Stability, 95, 1686-1693 .
Khopkar. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik.Jakarta: UI Press.
Silverstein. 2002. Identification of Organic Compund, 3rd Edition. New York:
John Wiley & Sons Ltd.

https://www.scribd.com/doc/268768881/Makalah-Tekban-Polietilen-Tereftalat
Pet. Diakses pada 1 Desember 2015 pukul 13.15 wib.

21 | K i m i a P o l i m e r 2 0 1 5

Anda mungkin juga menyukai