PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebagai negara berkembang, Indonesia melaksanakan pembangunan
dan pengembangan di berbagai sektor, salah satunya adalah sektor industri.
Dengan kemajuan dalam sektor industri diharapkan akan meningkatkan
kesejahteraan
rakyat.
Dalam
pembangunanya,
sektor
industri
ini
besar
bagi
pendapatan
negara.
Dalam
mengembangkan
dan
PET dengan berat molekul yang besar banyak digunakan untuk membuat
serat sintetis, resin, pembungkus makanan dan minuman, dan lain-lain.
1 | Kimia Polimer 2015
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sejarah dan Pengertian Polietilen Tereftalat (PET)
Perkembangan ilmu dan teknologi mengenai poliester (polietilen
tereftalat) dimulai dengan penelitian yang dilakukan oleh Krencle dan
Carotherspada akhir tahun 1930. Adapun penelitian Krenclemengenai teknik
alkil resin yaitu reaksi antara gliserol dengan asam phtalic anhidrid.
Pada tahun 1942, Rex Whinfield dan W Dickson yang bekerja pada
perusahaan Calico Printers Association di Inggris menemukan sintetis
polimer linieryang dapat diproduksi melalui Ester Exchange antara Etilen
Glikol(EG)
dan
Dimetil
Tereftalat
(DMT)
yang
menghasilkan
PolietilenTereftalat.
Pada perkembangan selanjutnya produksi poliester (polietilen tereftalat)
untuk serat-serat sintetis menggunakan bahan baku asam tereftalat (TPA) dan
Etilen Glikol (EG). Produksi serat poliester (Polietilen Tereftalat) secara
komersial dimulai pada tahun 1944 di Inggris dengan nama dagang
Terylene dan pada tahun 1953 di Amerika Serikat (Dupont) dengan nama
dagang Dacron.
Polietilen tereftalat (PET) merupakan poliester linier yang bersifat
termoplastik yang disintesis melalui proses esterifikasi Asam Tereftalat (TPA)
dan Etilen Glikol (EG) atau melalui proses transesterifikasi Dimetil Tereftalat
(DMT) dan Etilen Glikol. PET banyak diaplikasikan penggunaannya sebagai
bahan tekstil, botol minuman ringan dan film fotografi. (IMRAN, 2010).
PET
dihasilkan
melalui
reaksi
polimerasikondensasi
dari
tereftalat
Dapatdireaksikandengan metanol menghasilkan dimetil tereftalat
Asamtereftalatdapat dihasilkan dengan mengoksidasikan p-dimetil
benzena
2. Etilen Glikol
5 | Kimia Polimer 2015
a. Sifat-sifat Fisika :
Struktur kimia:
Rumus molekul
: C2H4(OH)2
Berat molekul
: 62,068 g/mol
Densitas
: 1,1132 g/cm3
Titik lebur
: -12,9 oC
Titik didih
: 197,3 oC
Titik nyala
: 111 oC (closed cup)
Temperatur Autoignition : 410 oC
Viskositas
: 20,9 mPa.s (20 oC)
Index refractive
: 1,431820D
Panas penguapan
: 52,24 kJ/mol (pada 101.3 kPa)
b. Sifat-sifat Kimia :
Bahandasarpembuatanpolietilentereftalat
Dihasilkandarietilenoksidadengan air
3. Antimony Trioksida
a. Sifat-sifat fisika
Strukturkimia
Rumus molekul
Berat molekul
Wujud
Densitas
Titik lebur
Titik didih
Kelarutan dalam air
b. Sifat-sifat kimia :
: Sb2O3
: 291,52 g/mol
: Padatan kristal berwarna putih
: 5,2 g/cm3
: 656 oC
: 1425 oC
: 1,4 mg/100 ml (30 oC)
4. Polietilen Tereftalat
a. Sifat-sifat Fisika :
Struktur kimia:
Rumus molekul
Densitas
Modulus young
Tensile strength
Temperature glass
: C10H8O4
: 1370 kg/m3
: 2800-3100 Mpa
: 55-75 Mpa
: 75
Titik lebur
: 260
250
1 atm,100 menit
TPA
EG
BHET
air
Uap air dan etilen glikol yang keluar dari reaktor esterifikasi
dialirkan menuju partial kondensoruntuk mengkondensasikan uap yang
terbentuk. Selanjutnya uap dan cairan yang dihasilkan dari partial
kondensordengan temperatur 160 0C dialirkan ke knock out drum untuk
dipisahkan. Cairan yang telah dipisahkan kemudian dialirkan menuju
cooler (E-10) untuk menurunkan temperaturnya menjadi 80 0C yang
kemudian akan dialirkan menuju ke tangki pencampuran. Sedangkan
BHET yang terbentuk, asam tereftalatyang tidak bereaksi
dan katalis
Sebagian uap etilen glikol dan air yang tidak bereaksi akan
menguap dan dialirkan ke knock out drum. Selanjutnya monomer dari
Pada proses ini uap etilen glikolyang tidak bereaksi akan di hisap
sangat kencang oleh steam ejector. Selanjutnya steam dan etilen glikol
dikondensasikan dengan menggunakan kondensor. Etilen glikol yang
dipisahkan kemudian direcycle ke tangki pencampuran yang terlebih
dahulu didinginkan pada cooler.
dan diturunkan
Pembuatan
Polietilen
Tereftalat
(PET)
dengan
Reaksi
transesterifikasi
Pada dasarnya prinsip kerja proses pembuatan PET dengan reaksi
transesterifikasi antara antara dimetil tereftalat (DMT) dengan etilen glikol
(EG) dibandingkan dengan reaksi esterifikasi langsung asam tereftalat
(TPA) dan etilen glikol (EG) adalah sama. Yang berbeda adalah produk
samping yang dihasilkan. Jika pada reaksi esterifikasi langsung, produk
11 | K i m i a P o l i m e r 2 0 1 5
2.4
Klasifikasi
pada
atau
macam-macam
Polietilen
Tereftalat
(PET), yaitu
Tekstil-Polietilen tereftalat (PET)
Resin, Botol / A-Polietilen Tereftalat (PET)
Film-Polietilen Tereftalat (PET)
2.5 Karakteristik Polietilen Tereftalat (PET)
Penggunaan Polietilen Tereftalat (PET) di dunia sebagai kemasan botol
- botolminuman mencapai 1,5 juta ton setiap tahunnya(SUH dkk., 2000).
Pada 2010 peningkatan penggunaanPET mencapai 56,0 juta ton (IMRAN
dkk., 2010).
Meningkatnya penggunaan PET menyebabkan jumlah limbah PET
meningkat dengan cepat pula. Walaupun plastik jenis poliester ini tidak
12 | K i m i a P o l i m e r 2 0 1 5
13 | K i m i a P o l i m e r 2 0 1 5
c.
d.
2.
ukurannya, bukaan leher pada botol, maupun bentukan handle. Jenis plastik
yang digunakan adalah HDPE, PVC, PC, PP, and PETG.
Tahapan Proses :
a.
b.
c.
Cetakan tertutup.
d.
3.
b.
c.
d.
Tahapan Proses :
Secara sederhana botol umumnya di buat dari material seperti plastik dan
kaca. Proses pembuatan botol dari kedua material tersebut hampir sama.
Material di lebur kemudian di tiup kedalam cetakan sesuai dengan bentuk
yang di inginkan. Berikut detail proses pembuatan botol dari bahan kaca :
1.
2.
3.
15 | K i m i a P o l i m e r 2 0 1 5
4.
5.
merupakansalahsatukemasanplastik
yang
tidakbiaslepasdarikehidupansehari-haridanbanyakdigunakan di Indonesia..
Hal
inidikarenakanplastikmemilikisifatunggulseperti:
transparan,
ringantetapikuat,
tahan
air,
sertaharganyarelatifmurahdanterjangkauolehsemuakalanganmasyarakat.Peng
gunaanlimbahbahanplastikcukupbanyakdalamkehidupansehariharitetapisangatsedikit
yang
sehinggasaatinitelahditemukaninovasibarupenggunaanlimbah
dimanfaatkan,
PET
sebagaibahancampurandalampembuatanlaston-wc.
Ada tujuh karakteristik campuran yang harus dimiliki oleh aspal beton
sebagai berikut:
1) Stabilitas, adalah kemampuan dari suatu perkerasan jalan menerima beban
lalu lintas tanpa terjadi perubahan bentuk tetap seperti gelombang, alur
dan bleeding. Jalan yang melayani volume lalu lintas yang tinggi dan
kendaraan berat yang dominan, membutuhkan suatu perkerasan jalan
dengan stabilitas yang tinggi. Faktor yang dapat mempengaruhi nilai
stabilitas beton aspal adalah gesekan internal dan kohesi.
2) Keawetan atau durabilitas,adalah kemampuan beton aspal untuk menerima
repetisi beban lalu lintas seperti berat kendaraan dan gesekan antara roda
kendaraan dan permukaan jalan, serta menahan keausan akibat pengaruh
cuaca dan iklim, seperti udara, air, atau perubahan temperatur. Durabilitas
beton aspal dipengaruhi oleh tebalnya film atau selimut aspal, banyaknya
pori dalam campuran, kepampatan dan kedap airnya campuran. Semakin
tebal film aspal akan mengakibatkan mudah terjadi bleeding yang akan
menyebabkan jalan semakin licin.
3)Kelenturan atau fleksibilitas, adalah kemampuan dari beton aspal untuk
menyesuaikan diri akibat penurunan (konsolidasi/settlement) dan
16 | K i m i a P o l i m e r 2 0 1 5
pergerakan dari fondasi atau tanah dasar, tanpa terjadi retak. Penurunan
terjadi akibat repetisi beban lalu lintas, ataupun penurunan akibat berat
sendiri tanah timbunan yang dibuat di atas tanah asli. Fleksibilitas dapat
ditingkatkan dengan mempergunakan agregat yang bergradasi terbuka
dengan kadar aspal yang tinggi.
4)Ketahanan terhadap kelelahan (fatigue resistance), adalah suatu kemampuan
daribeton aspal untuk menerima lendutan berulang akibat repetisi beban,
tanpa terjadinya kelelehan berupa alur dan retak.
5)Kekesatan atau tahanan geser (skid resistance), adalah kemampuan
permukaan beton aspal terutama pada kondisi basah, memberikan gaya
gesek pada roda kendaraan sehingga roda kendaraan tidak tergelincir,
ataupun slip. Selain itu agregat yang digunakan tidak saja harus
mempunyai permukaan yang kasar, tetapi juga harus mempunyai daya
tahan agar permukaan jalan tidak mudah menjadi licin akibat repetisi
kendaraan.
6)Kedap air (impermeabilitas), adalah kemampuan beton aspal untuk tidak
dapat dimasuki oleh air ataupun udara ke dalam lapisan beton aspal. Air
dan udara dapat menyebabkan terjadinya percepatan proses penuaan aspal,
dan pengelupasan film/selimut aspal dari permukaan agregat. Tingkat
impermeabilitas beton aspal berbanding terbalik dengan tingkat
durabilitasnya.
7) Mudah dilaksanakan (worakability), adalah kemampuan campuran beton
aspal untuk mudah dihamparkan dan dipampatkan. Faktor yang
mempengaruhi tingkat kemudahan dalam proses penghamparan dan
pemadatan adalah viskositas aspal, kepekaan aspal terhadap perubahan
temperatur gradasi serta kondisi agregat.
2.8 Teknik Pencampuran Plastik dalam Campuran Beraspal
1. Cara basah, (wet process), yaitu suatu cara pencampuran dimana plastic
dimasukkan ke dalam aspal panas dan diaduk dengan kecepatan tinggi
sampai homogen. Cara ini membutuhkan tambahan dana cukup besar
antara lain bahan bakar, mixer kecepatan tinggi sehingga aspal modifikasi
yang dihasilkan harganya cukup besar bedanya dibandingkan dengan aspal
konvensional.
2. Cara kering (dry process), yaitu suatu cara dimana plastik dimasukkan ke
dalam agregat yang dipanaskan pada temperatur campuran, kemudian aspal
panas ditambahkan. Cara ini bisa lebih murah dibandingkan cara basah,
lebih mudah hanya dengan memasukkan plastik ke dalam agregat panas,
tanpa membutuhkan peralatan lain untuk mencampur (mixer).
17 | K i m i a P o l i m e r 2 0 1 5
dapatmenurunkannilaipenetrasi
yang
menyebabkanperkerasanakanmenjadikakudanmudahretakakibatbebanlaluli
ntassehinggameningkatkanstabilitasdariwaston-wc.
2. Mempengaruhititiklelehaspal
Semakinbanyaknyakadar
plastic
yang
dicampurkankedalamwaston-wcsemakinmeningkatkankelenturan.
3. Nilairongga di dalamcampuran
Didalamcampuranlaston-wc yang tidakmenggunakancampuran
PET
yang
PET
sehingga
air
tidakbisamasukkepori-poriagregat.
5. Marshall question
Marshall question dihitungsebagairasidaristabilitasterhadapkelelehan
yang
digunakansebagai
indicator
kekakuancampuran.Campuran
akanmenghasilkannilaimarshall
question
PET
yang
atau
menyajikan
makanan
dan
harus
sesuai
dengan
19 | K i m i a P o l i m e r 2 0 1 5
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
glikol.
Kebanyakan (sekitar 60%) dari produksi PET dunia digunakan dalam serat
pembuatan
yang
PET
20 | K i m i a P o l i m e r 2 0 1 5
DAFTAR PUSTAKA
Basset ,J . 1994 . Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Jakarta : EGC.
Harjadi, W., 1990.Ilmu Kimia Analitik Dasar.Jakarta: Gramedia
Hendayana, Sumar, dkk. 1994. Kimia Analitik Instrumen. Semarang : IKIP Press
Imran, M., Kim, Bo-Kyung., Han, Myungwan., Cho, Bong Gyoo., Kim, Do Hyun.
2010. Sub- and Supercritical Glycolysis of Polyethylene Terephthalate
(PET) Into The Monomer Bis(2-Hydroxyethyl) Terephthalate (BHET)
Polymer Degradation and Stability, 95, 1686-1693 .
Khopkar. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik.Jakarta: UI Press.
Silverstein. 2002. Identification of Organic Compund, 3rd Edition. New York:
John Wiley & Sons Ltd.
https://www.scribd.com/doc/268768881/Makalah-Tekban-Polietilen-Tereftalat
Pet. Diakses pada 1 Desember 2015 pukul 13.15 wib.
21 | K i m i a P o l i m e r 2 0 1 5