Alkil benzene merupakan produk antara (produk setengah jadi) pada industri petrokimia dan
diproduksi melalui jalur aromatic.
Senyawa hidrokarbon tak jenuh yang mempunyai ikatan atom C siklis, berupa ikatan
atom antara C6 – C8, seperti benzena, toluena, xilena, dll
Sangat reaktif sehingga mudah bereaksi dan terpolimerisasi.
Menghasilkan Benzena, Toluena dan Xilena(BTX) sebagai hasil utama, serta
sikloheksana (CHX) sebagai produk samping.
Hidrokarbon aromatik (BTX) dihasilkan melalui proses catalytic reforming, dengan nafta
sebagai bahan baku dan katalis platina, pada suhu 450-500oC
Deterjen
Detergen merupakan salah satu produk industri yang sangat penting dalam kehidupan sehari-
hari, terutama untuk keperluan rumah tangga dan industri. Detergen dapat berbentuk cair, pasta,
atau bubuk yang mengandung konstituen bahan aktif pada permukaannya dan konstituen bahan
tambahan.
Produk yang disebut deterjen ini merupakan pembersih sintetis yang terbuat dari bahan-bahan
turunan minyak bumi. Dibanding dengan produk terdahulu yaitu sabun, deterjen mempunyai
keunggulan antara lain mempunyai daya cuci yang lebih baik serta tidak terpengaruh oleh
kesadahan air.
Proses pembuatan detergen dimulai dengan membuat bahan penurun tegangan permukaan,
misalnya : p–alkilbenzena sulfonat dengan gugus alkil yang sangat bercabang disintesis dengan
polimerisasi propilena dan dilekatkan pada cincin benzena dengan reaksi alkilasi Friedel–Craft
Sulfonasi, yang disusul dengan pengolahan dengan basa.
Detergen pertama yang dihasilkan yaitu natrium lauril sulfat (NSL) yang berasal dari lemak
trilausil yang kemudian direduksi dengan hidrogen dibantu dengan katalis. Setelah itu,
direaksikan dengan asam sulfat lalu dinetralisasi. Karena proses produksinya yang mahal, maka
penggunaan NSL ini tidak dilanjutkan.
Industri deterjen selanjutnya dikembangkan dengan menggunakan alkil benzena sulfonat (ABS).
Akan tetapi, ABS ini memiliki dampak negatif terhadap lingkungan karena molekul ABS ini
tidak dapat dipecahkan oleh mikroorganisme sehingga berbahaya bagi persediaan suplai air
tanah. Selain itu, busa dari ABS ini menutupi permukaan air sungai sehingga sinar matahari tidak
bisa masuk pada dasar sungai yang dapat menyebabkan biota sungai menjadi mati dan sungai
menjadi tercemar. Perkembangan selanjutnya ABS diganti dengan linear alkil sulfonat (LAS).
Detergen ini memiliki rantai karbon yang panjang dan dapat dipecahkan oleh mikroorganisme
sehingga tidak menimbulkan busa pada air sungai. Akan tetapi, LAS juga memiliki kekurangan
yaitu dapat membentuk fenol, suatu bahan kimia beracun
1. Surfaktan (surface active agent) merupakan zat aktif permukaan yang mempunyai ujung
berbeda yaitu hydrophile (suka air) dan hydrophobe (suka lemak). Bahan aktif ini
berfungsi menurunkan tegangan permukaan air sehingga dapat melepaskan kotoran yang
menempel pada permukaan bahan. Surfaktant ini baik berupa anionic (Alkyl Benzene
Sulfonate/ABS, Linier Alkyl Benzene Sulfonate/LAS, Alpha Olein Sulfonate/AOS),
Kationik (Garam Ammonium), Non ionic (Nonyl phenol polyethoxyle), Amphoterik
(Acyl Ethylenediamines)
2. Builder (Permbentuk) berfungsi meningkatkan efisiensi pencuci dari surfaktan dengan
cara menon-aktifkan mineral penyebab kesadahan air. Baik berupa Phosphates (Sodium
Tri Poly Phosphate/STPP), Asetat (Nitril Tri Acetate/NTA, Ethylene Diamine Tetra
Acetate/EDTA), Silikat (Zeolit), dan Sitrat (asam sitrat).
3. Filler (pengisi) adalah bahan tambahan deterjen yang tidak mempunyai kemampuan
meningkatkan daya cuci, tetapi menambah kuantitas atau dapat memadatkan dan
memantapkan sehingga dapat menurunkan harga. Contoh : Sodium sulfate
4. Additives adalah bahan suplemen/ tambahan untuk membuat produk lebih menarik,
misalnya pewangi, pelarut, pemutih, pewarna dan sebagainya yang tidak berhubungan
langsung dengan daya cuci deterjen. Additives ditambahkan lebih untuk maksud
komersialisasi produk. Contoh : Enzyme, Borax, Sodium chloride, Carboxy Methyl
Cellulose (CMC) dipakai agar kotoran yang telah dibawa oleh detergent ke dalam larutan
tidak kembali ke bahan cucian pada waktu mencuci (anti Redeposisi). Wangi – wangian
atau parfum dipakai agar cucian berbau harum, sedangkan air sebagai bahan pengikat.
Merupakan detergen yang mengandung surfaktan anionik dan dinetralkan dengan alkali.
Detergen ini akan berubah menjadi partikel bermuatan negatif apabila dilarutkan dalam
air. Biasanya digunakan untuk pencuci kain. Kelompok utama dari detergen anionik
adalah :
Merupakan detergen yang mengandung surfaktan kationik. Detergen ini akan berubah
menjadi partikel bermuatan positif ketika terlarut dalam air, biasanya digunakan pada
pelembut (softener). Selama proses pembuatannya tidak ada netralisasi tetapi bahan-
bahan yang mengganggu dihilangkan dengan asam kuat untuk netralisasi.
2. Detergen nonionik
Merupakan senyawa yang tidak mengandung molekul ion sementara, kedua asam dan
basanya merupakan molekul yang sama. Detergen ini tidak akan berubah menjadi
partikel bermuatan apabila dilarutkan dalam air tetapi dapat bekerja di dalam air sadah
dan dapat mencuci dengan baik hampir semua jenis kotoran.
3. Detergen Amfoterik
Detergen jenis ini mengandung kedua kelompok kationik dan anionik. Detergen ini
dapat berubah menjadi partikel positif, netral, atau negatif bergantung kepada pH air
Detergen jenis keras sukar dirusak oleh mikroorganisme meskipun bahan tersebut
dibuang akibatnya zat tersebut masih aktif. Jenis inilah yang menyebabkan pencemaran
air.
ABS merupakan suatu produk derivat alkil benzen. Proses pembuatan ABS ini adalah
dengan mereaksikan Alkil Benzena dengan Belerang Trioksida, asam Sulfat pekat atau
Oleum. Reaksi ini menghasilkan Alkil Benzena Sulfonat. Jika dipakai Dodekil Benzena
maka persamaan reaksinya adalah
Reaksi selanjutnya adalah netralisasi dengan NaOH sehingga dihasilkan Natrium Dodekil
Benzena Sulfonat
1. Detergen jenis lunak
Detergen jenis lunak, bahan penurun tegangan permukaannya mudah dirusak oleh
mikroorganisme, sehingga tidak aktif lagi setelah dipakai .
Proses pembuatan (LAS) adalah dengan mereaksikan Lauril Alkohol dengan asam Sulfat
pekat menghasilkan asam Lauril Sulfat dengan reaksi:
Asam Lauril Sulfat yang terjadi dinetralisasikan dengan larutan NaOH sehingga
dihasilkan Natrium Lauril Sulfat.
Pembuatan deodecil benzena (C6H6C12H25) dilakukan dengan alkilasi benzena dengan alkena
(C12H24) dibantu dengan katalis asam. Alkilasi benzena kemudian dilakukan reaksi Fiedel-Craft.
Detergen alkil benzena yang dihasilkan melalui proses Fiedel-Craft memliki sifat degradasi
biologis yang buruk karena terdapat 300 isomer dari propilen tetramer.
Dewasa ini metanol diproduksi dalam skala industri terutama berdasarkan perubahan katalitik
dari gas sintesa (catalityc conversion of synthesis gas). Berdasarkan tekanan yang digunakan
proses pembuatannya dibagi menjadi:
Pada proses ini pembuatan metanol dioperasikan pada tekanan 300 bar, menggunakan katalis
krom oksida – seng oksida untuk perubahan katalitik dari CO dan CO2 dengan H2 menjadi
metanol pada suhu 320 sampai 400 oC. Kekurangan proses ini adalah mahalnya komponen yang
diperlukan untuk tekanan tinggi, biaya energi yang lebih tinggi, serta biaya peralatan yang relatif
cukup tinggi.
2. Proses tekanan rendah.
Pada proses ini tekanan yang digunakan ialah 50-150 bar dan suhu 200– 500 oC. Jenis katalis
yang digunakan ialah dasar tembaga (copper based catalyst). Keunggulan dari proses ini adalah
biaya investasi yang lebih rendah,biaya produksi yang lebih rendah, kemampuan operasi yang
lebih baik dan lebih fleksibel dalam penentuan ukuran pabrik.
Berdasarkan perbandingan dua proses di atas maka proses tekanan rendah dengan pertimbangan
sebagai berikut:
Proses-proses yang menggunakan tekanan rendah antara lain adalah sebagai berikut:
1. Proses Lurgi
Proses ini patennya dimiliki oleh Lurgi Oel Gas Chemie GmbH. Gambaran prosesnya secara
garis besar adalah sebagai berikut. Gas alam dilewatkan dalam proses desulfurisasi untuk
menghilangkan kontaminan sulfur. Proses ini berlangsung kira-kira pada suhu 350-380 0C dalam
reaktor desulfurisasi. Kemudian gas dikompresi dan dialirkan ke dalam unit reformer, dalam hal
ini LURGI reformer dan autothermal reformer. Dalam unit reformer gas dicampur dengan uap
panas dan diubah menjadi gas H2, CO2, dan CO dengan tiga macam langkah pembentukan. Gas
hasil kemudian didinginkan dengan serangkaian alat penukar panas. Panas yang dimiliki oleh gas
hasil digunakan untuk membuat uap panas. Pemanas awal gas alam, pemanas air umpan masuk
boiler dan alat re-boiler di kolom distilasi. Gas hasil tersebut kembali dikompresi hingga 80-90
bar tergantung pada optimasi proses yang ingin dicapai. Setelah dikompresi gas hasil kemudian
dikirim ke dalam reaktor pembentukan metanol. Reaktor yang digunakan ialah LURGI tubular
reaktor (proses isotermal) yang mengubah gas hasil menjadi crude methanol. Crude methanol
hasil kemudian dikirim ke dalam unit kolom distilasi untuk menghasilkan kemurnian metanol
yang dihasilkan.
Proses ini merupakan proses yang paling umum digunakan dalam proses pembutan metanol.
Paten dari proses ini dimiliki oleh Imperial Chemical Industry (ICI) dan sekarang lisensinya
dipegang oleh anak perusahannya yaitu Synetik.
Deskripsi prosesnya adalah sebagai berikut, umpan gas alam dipanaskan dan dikompresi lalu
kemudian didesulfurisasi sebelum dimasukkan ke dalam saturator. Setelah didesulfurisasi gas
alam kemudian di masukkan ke dalam saturator, di dalam saturator gas alam dikontakkan
dengan air panas. Pada proses ini sekitar 90% kebutuhan steam untuk proses dapat dicapai.
Selanjutnya gas alam kemudian dipanaskan ulang dan ditambahkan kekurangan steam yang
dibutuhkan untuk proses. Campuran gas alam dengan uap panas ini kemudian dikirim kedalam
methanol synthesys reformer (MSR). Di dalam MSR ini gas alam dirubah menjadi H2,CO2, CO.
Gas hasil ini kemudian didinginkan dengan serangkaian alat penukar panas. Panas yang
dihasilkan digunakan untuk memanaskan air umpan masuk boiler,menghasilkan uap panas dan
kebutuhan yang lain. Lalu gas hasil ini dikirim ke dalam methanol converter (ICI tube cooled
reactor). Reaksi yang berlangsung dengan bantuan katalis dalam reaktor ini menghasilkan crude
methanol dan bahan lain, hasil dari reaktor kemudian dipisahkan dengan separator, gas yang
masih belum terkonversi dipakai sebagai bahan bakar MSR.Crude methanol yang sudah
dipisahkan dari bahan lain kemudian dikirim ke unit distilasi fraksionasi untuk menghasilkan
metanol yang lebih murni.
Proses ini merupakan perbaikan dari proses ICI LPM, terutama dalam hal unit reformer.
Prosesnya adalah sebagai berikut. Umpan masuk gas alam pertama-tama di desulfurisasi
sebelum memasuki saturator. Dalam saturator gas alam dikontakkan dengan air panas yang
dipanaskan oleh gas hasil yang keluar dari Advanced Gas Heated Reformer (AGHR).
Pengaturan sirkuit saturator ini memungkinkan untuk mendapatkan sebagian uap panas yang
dibutuhkan untuk proses dan mengurangi sistem uap panas dari boiler.Tetapi berbagai macam
modifikasi proses dapat dilakukan tergantung dari pemilihan sistem reformer dan converter.
Campuran gas alam dan uap panas ini kemudian dipanaskan sebelum memasuki AGHR, dalam
AGHR gas campuran memasuki tabung-tabung yang berisi katalis yang dipanaskan oleh gas
hasil dari reformer kedua. Kira-kira 25 % gas alam terkonversi dalam AGHR menjadi CO2.
Setelah keluar dari AGHR gas alam memasuki reformer kedua kemudian ditambahkan semburan
oksigen yang merubah gas alam dengan bantuan katalis menjadi gas hasil yaitu H2, CO2, dan CO.
Gas hasil ini suhunya berkisar 1000 0 C dan hanya mengandung sangat sedikit metana yang tidak
terkonversi. Aliran gas hasil lalu dilewatkan melalui shell side dari AGHR dan serangkaian alat
penukar panas untuk memaksimalkan penggunaan panas. Lalu gas dikompresi sehingga 80 bar.
Gas yang telah dikompresi kemudian dikirim ke methanol converter untuk mengubahnya
menjadi metanol dan air. Metanol hasil kemudian dikirim ke unit distilasi fraksionasi untuk
memurnikannya.