Anda di halaman 1dari 14

INDUSTRI PETROKIMIA

Industri petrokimia merupakan industri yang memproduksi bahan-bahan kimia yang


berasal dari minyak bumi dan gas alam. Secara umum, industri petrokimia dikelompokkan
menjadi dua kelompok besar yaitu industri hulu yang produknya masih berupa bahan dasar dan
setengah jadi dan industri hilir yang produknya berupa barang jadi. Industri petrokimia
menghasilkan berbagai macam jenis produk yang memiliki manfaat beragam. Berdasarkan
proses pembentukan dan pemanfaatannya, produk petrokimia dibagi menjadi empat jenis, yaitu :
• Produk Dasar : gas CO dan H2 sintetik, etilena, propilena, butadiene, benzene, toluene,
xilena dan n-parafin.
• Produk Antara : ammonia, methanol, carbon black, urea, etanol, etil klorida, cumene,
propilen oksida, butyl alkohol, isobutilen, nitrobenzene, nitrotoluena, PTA (Purified
Terepthalic Acid), TPA (Terepthalic Acid), DMT (Dimethyl terepthalate), kaprolaktam,
LAB (Linear Alkyl Benzene), dll.
• Produk Akhir : urea, carbon black, formaldehida, asetilena, polietilena, polipropilena,
poli vinil klorida, polistirena, TNT (Trinitrotoluena), polyester, nilon, poliuretan, LAB
sulfonat, dll.
• Produk Jadi : barang-barang yang banyak dipakai sehari-hari di rumah tangga.
Dalam pembuatan produk petrokimia terdapat tiga jalur utama, yaitu jalur gas sintetik,
ammonia dan carbon black, jalur olefin, dan jalur aromatik. Jalur pertama (gas sintetik, ammonia
dan carbon black) meliputi proses pembuatan ammonia dengan gas sintetik, pembuatan metanol
dengan steam reforming, dan pembuatan carbon black menggunakan thermal process. Jalur
pertama ini berperan dalam proses pembentukan produk hilir diantaranya proses pembentukan
pupuk urea, formaldehid dan DMT.
Jalur kedua adalah jalur olefin. Olefin merupakan senyawa hidrokarbon tidak jenuh yang
mempunyai ikatan rangkap tebuka yang sangat reaktif. Jalur olefin menghasilkan etilena,
propilena, dan butilena yang merupakan produk dasar dari cracking bahan baku nafta.
Pembuatan olefin dengan proses tubular.
Jalur aromatik merupakan jalur yang sangat reaktif sehingga sangat mudah
terpolimerisasi. Jalur ketiga ini menghasilkan Benzena, Toluena dan Xilena (BTX) sebagai hasil
utama, serta sikloheksana (CHX) sebagai produk samping. Produk hilir yang dihasilkan melalui
proses ini adalah deterjen, fenol dan sikloheksana.
Produk petrokimia ini memiliki banyak manfaat dan kegunaan dalam sektor industri,
yaitu pada industri pupuk dan pestisida, industri serat sintetik, industri bahan plastik, industri
resin adhesive, industri bahan baku cat, industri deterjen, elastomer dan industri kimia khusus.
Saat ini sedang dikembangkan produk plastik kualitas tinggi. Produk plastik berkualitas tinggi
dapat dihasilkan dengan penambahan bahan aditif (ingredient) ke bahan baku seperti filler
(bahan pengisi), plastisizer (membuat plastik elastis), colorant (bahan pewarna), dan
miscellaneous (stabilizer, inhibitor, katalis, dll). Salah satu metode yang digunakan untuk
mengkonversi plastik menjadi barang jadi adalah metode extrusion. Metode ekstrusi ini terdiri
dari tiga tahap yaitu :
– Dry extrusion, dimana feed bahan baku plastik berbentuk bubuk dimasukkan ke extruder
untuk dikeringkan
– Proses pendinginan
– Plastik lunak yang sudah ditambah aditif dimasukkan ke dalam molding.
Selain plastik, produk petrokimia yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari
adalah detergen, yaitu pembersih sintetis yang terbuat dari bahan-bahan turunan minyak bumi
yang memiliki daya cuci yang lebih baik daripada sabun.
Proses pembuatan detergen dimulai dengan membuat bahan penurun tegangan permukaan yang
kemudian dilanjutkan pengolahan dengan basa. Teknik pengolahan detergen dapat dilakukan
menggunakan berbagai macam teknik misalnya teknik biologi yaitu dengan bantuan bakteri,
koagulasi-flokulasi-flotasi, adsorpsi karbon aktif, lumpur aktif, khlorinasi dan teknik
representatif lainnya tergantung dari efektifitas kebutuhan.
Detergen pertama yang dihasilkan adalah detergen dari bahan natrium lauril sulfat (NSL)
yang berasal dari lemak trilausil. Namun, karena proses produksinya yang mahal, penggunaan
NSL untuk detergen ini tidak digunakan lagi. Selanjutnya, digunakan alkil benzena sulfonat
sebagai pengganti NSL. Akan tetapi, ABS memiliki dampak negatif terhadap lingkungan karena
molekul ABS ini tidak dapat diurai oleh mikroorganisme. Lalu dikembangkan detergen dari
lauril alkil sulfonat (LAS) yang dapat diurai oleh mikroorganisme sebagai pengganti ABS.:
Proses pembuatan LAS adalah dengan mereaksikan Lauril Alkohol dengan asam Sulfat pekat
menghasilkan asam Lauril Sulfat dengan reaksi:
C12H25OH + H2SO4 = C12H25OSO3H + H2O
Proses pembuatan detergen dari minyak bumi ini mengikuti jalur aromatik dalam industri
petrokimia. Detergen merupakan produk hilir dari bahan baku olefin yang bereaksi secara
aromatic dengan benzena. Berikut adalah skema pembuatan detergen alkil benzena
Dari skema di atas, dapat diketahui proses pembuatan detergen alkil benzena melalui
jalur aromatik. Alkil aril sulfonat terbentuk dari sulfonasi alkil benzena yang mengandung inti
dengan satu atau lebih rangkaian alkil. Alkil benzene yang biasa digunakan adalah jenis deodesil
benzena. Pembuatan deodesil benzena ini dilakukan dengan alkilasi benzena dengan alkena
dengan bantuan katalis asam.
Industri petrokimia merupakan industri yang bergelut dengan zat-zat kimia berbahaya.
Oleh karena itu, safety pada saat proses produksi merupakan salah satu hal penting yang
mendapat perhatian lebih. Kesadaran akan pentingnya safety ini didasari oleh keadaan di mana
suatu investasi yang telah dilakukan, yang umumnya bernilai besar pada suatu pabrik/plant,
dapat hilang atau rusak akibat adanya kelalaian dalam pengoperasian atau kelalaian
terhadap safety procedure yang ada yang juga dapat membahayakan para pekerja. Safety ini
meliputi berbagai aspek, yaitu sisi teknikal dan sisi manajemen. Sisi teknikal meliputi keamanan
dari alat-alat yang digunakan selama proses produksi berlangsung sedangkan sisi manajemen
menitikberatkan pada safety from the start yaitu proses pengamanan yang dimulai dari tahapan
definition, planning, preliminary design, detailed design, construction, commissioning , dan
hingga ke tahap production operation. Untuk mengurangi angka kecelakaan yang terjadi,
diperlukannya suatu safety procedure yang baik, yaitu bertujuan untuk menghindari kecelakaan,
luka, atau penyakit akibat kelalaian dalam bekerja, menghindari adanya dampak buruk terhadap
lingkungan, menghindari adanya pelanggaran terhadap undang – undang keselamatan kerja yang
berlaku, dan menghindari adanya kehilangan aset, produk atau sistem bisnis perusahaan. Dari
keempat tujuan safety procedure di atas, ada satu tujuan yang masih belum tercapai oleh
industri-industri petrokimia di Indonesia, yaitu tujuan yang berkaitan dengan lingkungan. Seperti
yang kita ketahui, industri petrokimia menghasilkan limbah berupa zat-zat kimia berbahaya yang
kurang bahkan tidak ramah lingkungan. Meskipun di beberapa industri terdapat suatu sistem
pengolahan limbah sisa produksi, sistem tersebut belum benar-benar efektif terhadap lingkungan.
Lingkungan masih saja tercemar oleh sekian banyak limbah-limbah hasil produksi petrokimia
tersebut. Oleh karena itu, perlu adanya penekanan mengenai hal ini untuk mereduksi tingkat
pencemaran lingkungan akibat limbah hasil produksi petrokimia.
Di Indonesia, industri petrokimia memegang peranan yang sangat penting. Namun,
produk hilir yang dihasilkan dari industri petrokimia ini masih lebih sedikit dibandingkan dengan
produk hulu yang dihasilkan. Kecilnya produksi menyebabkan impor produk hilir melonjak
sehingga pasar di Indonesia justru dikuasai oleh produk-produk impor. Oleh karena itu,
pemerintah Indonesia sedang berusaha untuk mengoptimalkan produk dari industri petrokimia
ini agar jumlah barang impor dapat dikurangi.
Masalah lain yang sedang dihadapi oleh Indonesia saat ini adalah mengenai pengadaan
bahan baku untuk industri hulu petrokimia. Hingga kini, ketergantungan terhadap bahan baku
naphta untuk olefin center dan kondensat center cukup tinggi. Minimnya ketersediaan bahan
baku naphta di Indonesia mengharuskan industri petrokimia untuk mengimpor naphta dari luar.
Sampai saat ini belum ada pengembangan lebih lanjut mengenai produksi naphta untuk
mengatasi masalah ini.
Ketersediaan gas alam di Indonesia untuk industri amoniak dan urea pun masih terbatas
karena sebagian gas alam dari dalam negeri diekspor untuk memenuhi kontrak penjualan jangka
panjang. Akibatnya, produksi pupuk urea di Indonesia terhambat. Ketiga masalah di atas
merupakan tantangan bagi para kimiawan untuk dapat mengembangkan suatu metode untuk
dapat memecahkan masalah-masalah tersebut.
Industri petrokimia dibagi menjadi dua bagian besar :

 Industri Petrokimia Hulu (upstream petrochemical) : Masih berupa produk dasar


(produk primer) dan produk antara (produk setengah jadi)
 Industri Petrokimia Hilir (downstream petrochemical : Berupa produk akhir dan atau
produk jadi

Alkil benzene merupakan produk antara (produk setengah jadi) pada industri petrokimia dan
diproduksi melalui jalur aromatic.

 Senyawa hidrokarbon tak jenuh yang mempunyai ikatan atom C siklis, berupa ikatan
atom antara C6 – C8, seperti benzena, toluena, xilena, dll
 Sangat reaktif sehingga mudah bereaksi dan terpolimerisasi.
 Menghasilkan Benzena, Toluena dan Xilena(BTX) sebagai hasil utama, serta
sikloheksana (CHX) sebagai produk samping.

Aromatik dengan Bahan Baku Nafta

Hidrokarbon aromatik (BTX) dihasilkan melalui proses catalytic reforming, dengan nafta
sebagai bahan baku dan katalis platina, pada suhu 450-500oC

Reaksi pembentukan benzena : dehidrogenasi hidrokarbon sikloparafin

Proses Pembentukan BTX (hidrokarbon aromatic)


Produk Hulu Jalur Aromatik (produk benzene) antara lain melaic anhydride, polistirena, deterjen,
fenol, akrilonitril, sikloheksana, kloro benzena, dll.

Deterjen

Detergen merupakan salah satu produk industri yang sangat penting dalam kehidupan sehari-
hari, terutama untuk keperluan rumah tangga dan industri. Detergen dapat berbentuk cair, pasta,
atau bubuk yang mengandung konstituen bahan aktif pada permukaannya dan konstituen bahan
tambahan.

Produk yang disebut deterjen ini merupakan pembersih sintetis yang terbuat dari bahan-bahan
turunan minyak bumi. Dibanding dengan produk terdahulu yaitu sabun, deterjen mempunyai
keunggulan antara lain mempunyai daya cuci yang lebih baik serta tidak terpengaruh oleh
kesadahan air.

Proses pembuatan detergen dimulai dengan membuat bahan penurun tegangan permukaan,
misalnya : p–alkilbenzena sulfonat dengan gugus alkil yang sangat bercabang disintesis dengan
polimerisasi propilena dan dilekatkan pada cincin benzena dengan reaksi alkilasi Friedel–Craft
Sulfonasi, yang disusul dengan pengolahan dengan basa.

Detergen pertama yang dihasilkan yaitu natrium lauril sulfat (NSL) yang berasal dari lemak
trilausil yang kemudian direduksi dengan hidrogen dibantu dengan katalis. Setelah itu,
direaksikan dengan asam sulfat lalu dinetralisasi. Karena proses produksinya yang mahal, maka
penggunaan NSL ini tidak dilanjutkan.

Industri deterjen selanjutnya dikembangkan dengan menggunakan alkil benzena sulfonat (ABS).
Akan tetapi, ABS ini memiliki dampak negatif terhadap lingkungan karena molekul ABS ini
tidak dapat dipecahkan oleh mikroorganisme sehingga berbahaya bagi persediaan suplai air
tanah. Selain itu, busa dari ABS ini menutupi permukaan air sungai sehingga sinar matahari tidak
bisa masuk pada dasar sungai yang dapat menyebabkan biota sungai menjadi mati dan sungai
menjadi tercemar. Perkembangan selanjutnya ABS diganti dengan linear alkil sulfonat (LAS).
Detergen ini memiliki rantai karbon yang panjang dan dapat dipecahkan oleh mikroorganisme
sehingga tidak menimbulkan busa pada air sungai. Akan tetapi, LAS juga memiliki kekurangan
yaitu dapat membentuk fenol, suatu bahan kimia beracun

Pada umumnya, deterjen mengandung bahan-bahan berikut:

1. Surfaktan (surface active agent) merupakan zat aktif permukaan yang mempunyai ujung
berbeda yaitu hydrophile (suka air) dan hydrophobe (suka lemak). Bahan aktif ini
berfungsi menurunkan tegangan permukaan air sehingga dapat melepaskan kotoran yang
menempel pada permukaan bahan. Surfaktant ini baik berupa anionic (Alkyl Benzene
Sulfonate/ABS, Linier Alkyl Benzene Sulfonate/LAS, Alpha Olein Sulfonate/AOS),
Kationik (Garam Ammonium), Non ionic (Nonyl phenol polyethoxyle), Amphoterik
(Acyl Ethylenediamines)
2. Builder (Permbentuk) berfungsi meningkatkan efisiensi pencuci dari surfaktan dengan
cara menon-aktifkan mineral penyebab kesadahan air. Baik berupa Phosphates (Sodium
Tri Poly Phosphate/STPP), Asetat (Nitril Tri Acetate/NTA, Ethylene Diamine Tetra
Acetate/EDTA), Silikat (Zeolit), dan Sitrat (asam sitrat).
3. Filler (pengisi) adalah bahan tambahan deterjen yang tidak mempunyai kemampuan
meningkatkan daya cuci, tetapi menambah kuantitas atau dapat memadatkan dan
memantapkan sehingga dapat menurunkan harga. Contoh : Sodium sulfate
4. Additives adalah bahan suplemen/ tambahan untuk membuat produk lebih menarik,
misalnya pewangi, pelarut, pemutih, pewarna dan sebagainya yang tidak berhubungan
langsung dengan daya cuci deterjen. Additives ditambahkan lebih untuk maksud
komersialisasi produk. Contoh : Enzyme, Borax, Sodium chloride, Carboxy Methyl
Cellulose (CMC) dipakai agar kotoran yang telah dibawa oleh detergent ke dalam larutan
tidak kembali ke bahan cucian pada waktu mencuci (anti Redeposisi). Wangi – wangian
atau parfum dipakai agar cucian berbau harum, sedangkan air sebagai bahan pengikat.

Berdasarkan senyawa organik yang dikandungnya, detergen dikelompokkan menjadi :

1. Detergen anionik (DAI)

Merupakan detergen yang mengandung surfaktan anionik dan dinetralkan dengan alkali.
Detergen ini akan berubah menjadi partikel bermuatan negatif apabila dilarutkan dalam
air. Biasanya digunakan untuk pencuci kain. Kelompok utama dari detergen anionik
adalah :

 Rantai panjang (berlemak) alkohol sulfat


 Alkil aril sulfonat
 Olefin sulfat dan sulfonat
1. Detergen kationik

Merupakan detergen yang mengandung surfaktan kationik. Detergen ini akan berubah
menjadi partikel bermuatan positif ketika terlarut dalam air, biasanya digunakan pada
pelembut (softener). Selama proses pembuatannya tidak ada netralisasi tetapi bahan-
bahan yang mengganggu dihilangkan dengan asam kuat untuk netralisasi.

2. Detergen nonionik

Merupakan senyawa yang tidak mengandung molekul ion sementara, kedua asam dan
basanya merupakan molekul yang sama. Detergen ini tidak akan berubah menjadi
partikel bermuatan apabila dilarutkan dalam air tetapi dapat bekerja di dalam air sadah
dan dapat mencuci dengan baik hampir semua jenis kotoran.

3. Detergen Amfoterik

Detergen jenis ini mengandung kedua kelompok kationik dan anionik. Detergen ini

dapat berubah menjadi partikel positif, netral, atau negatif bergantung kepada pH air

yang digunakan. Biasanya digunakan untuk pencuci alat-alat rumah tangga.

Menurut kandungan gugus aktifnya maka detergen diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Detergen jenis keras

Detergen jenis keras sukar dirusak oleh mikroorganisme meskipun bahan tersebut
dibuang akibatnya zat tersebut masih aktif. Jenis inilah yang menyebabkan pencemaran
air.

Contoh: Alkil Benzena Sulfonat (ABS).

ABS merupakan suatu produk derivat alkil benzen. Proses pembuatan ABS ini adalah
dengan mereaksikan Alkil Benzena dengan Belerang Trioksida, asam Sulfat pekat atau
Oleum. Reaksi ini menghasilkan Alkil Benzena Sulfonat. Jika dipakai Dodekil Benzena
maka persamaan reaksinya adalah

C6H5C12H25 + SO3 = C6H4C12H25SO3H (Dodekil Benzena Sulfonat)

Reaksi selanjutnya adalah netralisasi dengan NaOH sehingga dihasilkan Natrium Dodekil
Benzena Sulfonat
1. Detergen jenis lunak

Detergen jenis lunak, bahan penurun tegangan permukaannya mudah dirusak oleh
mikroorganisme, sehingga tidak aktif lagi setelah dipakai .

Contoh: Lauril Sulfat atau Lauril Alkil Sulfonat. (LAS).

Proses pembuatan (LAS) adalah dengan mereaksikan Lauril Alkohol dengan asam Sulfat
pekat menghasilkan asam Lauril Sulfat dengan reaksi:

C12H25OH + H2SO4 = C12H25OSO3H + H2O

Asam Lauril Sulfat yang terjadi dinetralisasikan dengan larutan NaOH sehingga
dihasilkan Natrium Lauril Sulfat.

Pembuatan deterjen Alkil benzene


Alkil aril sulfonat terbentuk dari sulfonasi alkil benzena, alkil benzena mengandung inti dengan
satu atau lebih rangkaian alifatik (alkil). Inti alkil benzena bisa benzena, toluene, xylena, atau
fenol. Alkil benzena yang biasa digunakan adalah jenis DDB (deodecil benzena).

Pembuatan deodecil benzena (C6H6C12H25) dilakukan dengan alkilasi benzena dengan alkena
(C12H24) dibantu dengan katalis asam. Alkilasi benzena kemudian dilakukan reaksi Fiedel-Craft.
Detergen alkil benzena yang dihasilkan melalui proses Fiedel-Craft memliki sifat degradasi
biologis yang buruk karena terdapat 300 isomer dari propilen tetramer.

Pembuatan Metanol dari Gas Alam pada Skala Industri

Dewasa ini metanol diproduksi dalam skala industri terutama berdasarkan perubahan katalitik
dari gas sintesa (catalityc conversion of synthesis gas). Berdasarkan tekanan yang digunakan
proses pembuatannya dibagi menjadi:

1. Proses tekanan tinggi.

Pada proses ini pembuatan metanol dioperasikan pada tekanan 300 bar, menggunakan katalis
krom oksida – seng oksida untuk perubahan katalitik dari CO dan CO2 dengan H2 menjadi
metanol pada suhu 320 sampai 400 oC. Kekurangan proses ini adalah mahalnya komponen yang
diperlukan untuk tekanan tinggi, biaya energi yang lebih tinggi, serta biaya peralatan yang relatif
cukup tinggi.
2. Proses tekanan rendah.

Pada proses ini tekanan yang digunakan ialah 50-150 bar dan suhu 200– 500 oC. Jenis katalis
yang digunakan ialah dasar tembaga (copper based catalyst). Keunggulan dari proses ini adalah
biaya investasi yang lebih rendah,biaya produksi yang lebih rendah, kemampuan operasi yang
lebih baik dan lebih fleksibel dalam penentuan ukuran pabrik.

Berdasarkan perbandingan dua proses di atas maka proses tekanan rendah dengan pertimbangan
sebagai berikut:

 Biaya investasi yang relatif rendah.


 Biaya produksi yang lebih rendah.
 Kemampuan operasi yang lebih baik.
 Lebih fleksibel dalam penentuan ukuran pabrik.

Proses-proses yang menggunakan tekanan rendah antara lain adalah sebagai berikut:

1. Proses Lurgi

Proses ini patennya dimiliki oleh Lurgi Oel Gas Chemie GmbH. Gambaran prosesnya secara
garis besar adalah sebagai berikut. Gas alam dilewatkan dalam proses desulfurisasi untuk
menghilangkan kontaminan sulfur. Proses ini berlangsung kira-kira pada suhu 350-380 0C dalam
reaktor desulfurisasi. Kemudian gas dikompresi dan dialirkan ke dalam unit reformer, dalam hal
ini LURGI reformer dan autothermal reformer. Dalam unit reformer gas dicampur dengan uap
panas dan diubah menjadi gas H2, CO2, dan CO dengan tiga macam langkah pembentukan. Gas
hasil kemudian didinginkan dengan serangkaian alat penukar panas. Panas yang dimiliki oleh gas
hasil digunakan untuk membuat uap panas. Pemanas awal gas alam, pemanas air umpan masuk
boiler dan alat re-boiler di kolom distilasi. Gas hasil tersebut kembali dikompresi hingga 80-90
bar tergantung pada optimasi proses yang ingin dicapai. Setelah dikompresi gas hasil kemudian
dikirim ke dalam reaktor pembentukan metanol. Reaktor yang digunakan ialah LURGI tubular
reaktor (proses isotermal) yang mengubah gas hasil menjadi crude methanol. Crude methanol
hasil kemudian dikirim ke dalam unit kolom distilasi untuk menghasilkan kemurnian metanol
yang dihasilkan.

2. The ICI Low Pressure Methanol (LPM) Process

Proses ini merupakan proses yang paling umum digunakan dalam proses pembutan metanol.
Paten dari proses ini dimiliki oleh Imperial Chemical Industry (ICI) dan sekarang lisensinya
dipegang oleh anak perusahannya yaitu Synetik.

Deskripsi prosesnya adalah sebagai berikut, umpan gas alam dipanaskan dan dikompresi lalu
kemudian didesulfurisasi sebelum dimasukkan ke dalam saturator. Setelah didesulfurisasi gas
alam kemudian di masukkan ke dalam saturator, di dalam saturator gas alam dikontakkan
dengan air panas. Pada proses ini sekitar 90% kebutuhan steam untuk proses dapat dicapai.
Selanjutnya gas alam kemudian dipanaskan ulang dan ditambahkan kekurangan steam yang
dibutuhkan untuk proses. Campuran gas alam dengan uap panas ini kemudian dikirim kedalam
methanol synthesys reformer (MSR). Di dalam MSR ini gas alam dirubah menjadi H2,CO2, CO.
Gas hasil ini kemudian didinginkan dengan serangkaian alat penukar panas. Panas yang
dihasilkan digunakan untuk memanaskan air umpan masuk boiler,menghasilkan uap panas dan
kebutuhan yang lain. Lalu gas hasil ini dikirim ke dalam methanol converter (ICI tube cooled
reactor). Reaksi yang berlangsung dengan bantuan katalis dalam reaktor ini menghasilkan crude
methanol dan bahan lain, hasil dari reaktor kemudian dipisahkan dengan separator, gas yang
masih belum terkonversi dipakai sebagai bahan bakar MSR.Crude methanol yang sudah
dipisahkan dari bahan lain kemudian dikirim ke unit distilasi fraksionasi untuk menghasilkan
metanol yang lebih murni.

3. The ICI Leading Concept Methanol (LCM) Process

Proses ini merupakan perbaikan dari proses ICI LPM, terutama dalam hal unit reformer.
Prosesnya adalah sebagai berikut. Umpan masuk gas alam pertama-tama di desulfurisasi
sebelum memasuki saturator. Dalam saturator gas alam dikontakkan dengan air panas yang
dipanaskan oleh gas hasil yang keluar dari Advanced Gas Heated Reformer (AGHR).
Pengaturan sirkuit saturator ini memungkinkan untuk mendapatkan sebagian uap panas yang
dibutuhkan untuk proses dan mengurangi sistem uap panas dari boiler.Tetapi berbagai macam
modifikasi proses dapat dilakukan tergantung dari pemilihan sistem reformer dan converter.

Campuran gas alam dan uap panas ini kemudian dipanaskan sebelum memasuki AGHR, dalam
AGHR gas campuran memasuki tabung-tabung yang berisi katalis yang dipanaskan oleh gas
hasil dari reformer kedua. Kira-kira 25 % gas alam terkonversi dalam AGHR menjadi CO2.
Setelah keluar dari AGHR gas alam memasuki reformer kedua kemudian ditambahkan semburan
oksigen yang merubah gas alam dengan bantuan katalis menjadi gas hasil yaitu H2, CO2, dan CO.
Gas hasil ini suhunya berkisar 1000 0 C dan hanya mengandung sangat sedikit metana yang tidak
terkonversi. Aliran gas hasil lalu dilewatkan melalui shell side dari AGHR dan serangkaian alat
penukar panas untuk memaksimalkan penggunaan panas. Lalu gas dikompresi sehingga 80 bar.

Gas yang telah dikompresi kemudian dikirim ke methanol converter untuk mengubahnya
menjadi metanol dan air. Metanol hasil kemudian dikirim ke unit distilasi fraksionasi untuk
memurnikannya.

Anda mungkin juga menyukai