Anda di halaman 1dari 34

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan segala rahmat dan hidayah-Nya serta kesehatan dan kesempatan
kepada penulis sehingga mampu menyelesaikan tugas makalah Teknologi
Membran dengan judul “ Dehidrasi Etanol” sesuai dengan jadwal yang telah
ditetapkan.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pembimbing mata kuliah


Proses Industri Kimia serta semua anggota kelompok yang telah bekerja keras
dalam proses penyelesaian makalah ini dan juga kepada pihak-pihak yang telah
memberikan saran dan arahan kepada penulis dalam penyusunan makalah ini.

Makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan, mengingat refrensi yang kami
dapatkan masih sangat terbatas. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan
saran dari pembaca yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini
dimasa mendatang.

Lhokseumawe, 21 Maret 2019

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... . 1


1.1 Latar Belakang .............................................................................. . 1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................3

2.1 Bioetanol ....................................................................................... . 4


2.2 Etanol ............................................................................................ . 6
BAB III PEMBAHASAN .............................................................................. 13
3.1 Pervaporasi sebagai salah satu teknik pemisahan membran ......... 13
3.2 Cara kerja pervorasi ...................................................................... 15
3.3 Faktor yang mempengaruhi kerja pervaporasi................................17
3.4 Keuntugan teknik pervaporasi.........................................................19
BAB IV PENUTUP ........................................................................................ 20
4.1 Kesimpulan ................................................................................... 20
4.2 Saran .............................................................................................. 20
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 21
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Minyak bumi dan gas alam dapat berasal dari beberapa area di kerak bumi.
Minyak bumi dan gas alam berasal dari jasad renik lautan, tumbuhan dan hewan
yang mati sekitar 150 juta tahun yang lalu. Sisa-sisa organisme tersebut
mengendap di dasar lautan, kemudian ditutupi oleh lumpur. Lapisan lumpur
tersebut lambat laun berubah menjadi batuan karena pengaruh tekanan lapisan
diatasnya. Sementara itu, dengan meningkatnya tekanan dan suhu, bakteri anaerob
menguraikan sisa-sisa jasad renik tersebut dan mengubahnya menjadi minyak dan
gas. Minyak bumi terdiri dari campuran kompleks dari berbagai hidrokarbon,
sebagian besar meruapakan deret senyawa alkana, bervariasi dalam komposisi dan
kemurniannya.
Minyak bumi erat kaitannya dengan produk-produk petrokimia. Hal ini
disebabkan dalam minyak bumi terkandung bahan-bahan selain karbon, yaitu
hidrogen sulfur, nitrogen, oksigen, dan lain-lain. Pada awalnya, minyak bumi
banyak dimanfaatkan sebagai minyak tanah, namun seiring dengan perkembangan
teknologi maka minyak bumi diolah menjadi bahan lain yang sangat berguna bagi
manusia seperti bahan bakar (bensin, solar, kerosin, minyak diesel, dll.) yang
lebih dikenal dengan sebutan BBM (bahan bakar minyak). Minyak bumi
bersumber dari cadangan alam yang tidak dapat diperbaharui, sehingga makin hari
cadangannya makin menipis sejalan dengan tuntutan kebutuhan energi dunia yang
semakin meningkat.
Bersama kita ketahui BBM (bahan bakar Minyak) adalah komoditas yang
tidak bisa kita lepaskan dari kehidupan kita sehari-hari, tuntuk konsumen
perorangan sangat berkaitan dengan mobilitas antar kota atau wilayah berupa
bahan bakar untuk sektor transportasi seperti sepeda motor, mobil, kendaraan
umum seperti bus, kereta api, kapal laut dan lain lain, sementara untuk kegiatan
usaha produktif tentu saja sangat dibutuhkan sebagai bahan bakar kegiatan
industri terutama di pabrik-pabrik maupun usaha lain yang bisa mendorong
kegiatan ekonomi. Menurut Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH
Migas) Indonesia rata-rata konsumsi BBM Indonesia tiap tahun Indonesia 50 Juta
Kilo liter baik yang subsidi maupun non subsidi, tentu saja ini adalah jumlah yang
luar biasa besar dan perlu ketersediaan suplai dan stock yang memadai. Untuk
memenuhi konsumsi tersebut maka kilang didalam negeri harus dioptimalkan
selain juga dipenuhi lewat dengan impor BBM.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana sejarah ditemukannya minyak bumi?


2. Bagaimanakah uraian proses yang berlangsung pada industri pengilangan
minyak bumi?
3. Unit-unit apa saja yang terdapat pada setiap tahapan proses pengilangan
minyak bumi?
4. Produk apa saja yang dihasilkan pada setiap unit proses pengilangan
minyak bumi?
5. Apa saja alat yang digunakan serta bagaimana metode proses berjalannya
pada setiap unit proses pengilangan?

1.2 Tujuan
1. Mengetahui sejarah pertama kali ditemukannya minyak bumi.
2. Mampu menguraikan tahapan-tahapan yang berlangsung selama proses
pengilangan minyak bumi.
3. Mengetahui unit-unit apa saja yang terdapat pada setiap proses
pengilangan tersebut.
4. Mampu menjelaskan produk-produk apa saja yang dihasilkan pada setiap
proses pengilangan minyak bumi.
5. Mampu menguraikan alat-alat yang digunakan dan fungsinya pada setiap
unit proses pengilangan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sejarah Minyak Bumi


Minyak bumi pertama kali ditemukan di timur tengah (Parsi kuno/Iran)
yang ditemukan sebagai rembesan yang muncul kepermukaan dan diperkirakan
bahwa Nabi Nuh adalah orang yang pernah menggunakan minyak bumi ini untuk
menambal perahunya agar tidak kemasukan air, dimana minyak bumi yang
dipergunakan berbentuk Asphalt atau Teer. Pada zaman berikutnya juga
ditemukan gas bumi yang muncul ke permukaan dan terbakar sehingga pada
waktu itu muncul agama yang menyembah api yang abadi (agama parsi),
kemudian Pada abad pertama, bangsa Arab dan Persia berhasil menemukan
teknologi destilasi minyak bumi. Destilasi ini menghasilkan minyak yang mudah
terbakar. Semenjak itulah minyak digunakan sebagai bahan bakar. Minyak bumi
sebagai bahan bakar juga muncul pada zaman Harun Al Rasyid dengan nama
Naphta (minyak bumi yang digunakan sebagai bahan bakar). Beberapa abad
kemudian bangsa Spanyol melakukan eksplorasi minyak bumi di wilayah yang
sekarang bernama Kuba, Meksiko, Bolivia, dan Peru.
Industri minyak bumi yang modern muncul di AS pada abad ke 19 dan
disusul oleh beberapa negara Eropa dan lainnya. Sebelum minyak bumi
diusahakan secara komersil, minyak bumi juga telah lama dikenal di AS dan
ditemukan sebagai rembesan. Pada tahun 1794 sebelum minyak bumi digunakan
di dunia industri Haquet mengemukan teorinya bahwa minyak bumi berasal dari
daging atau zat organik lainnya seperti kerang dan moluska, hal ini didasari bahwa
batuan yang mengandung minyak bumi biasanya mengandung fosil binatang laut.
Minyak bumi telah dikenal di Indonesia sejak abad pertengahan dan hal ini
telah digunakan oleh masyarakat Aceh dalam memerangi armada Portugis.
Industri minyak bumi modern dimulai pada tahun 1871 yaitu dengan dilakukan
peengeboran minyak bumi di sumur di Cibodas, sebuah desa dekat Majalengka
dan Kadipaten, di kaki gunung Cireme, oleh seorang pengusaha Belanda Jan
Reerink (tetapi gagal). Seorang pedagang Belanda di Cirebon, Jan Reerink
merupakan orang pertama yang mencoba melakukan eksplorasi minyak di
Indonesia. Kemudian ia melakukan pengeboran di desa Panais, Majalengka,
Cipinang, dan Palimanan, dengan menggunakan tenaga uap yang didatangkan dari
Canada, menghasilkan minyak yang sangat kental disertai dengan air panas yang
mancur setinggi 15 meter.
Tahun 1945 -1950 semua instalasi minyak di ambil alih oleh pemerintah
Indonesia dan tahun 1945 didirikan PT. Minyak Nasional Rakyat yang tahun
1954 menjadi Perusahaan Tambang Minyak Negara Republik Indonesia
(P.T.M.N.R.I) yang merupakan perusahaan minyak Indonesia yang pertama yang
menguasai lapangan minyak sekitar pangkalan Brandan dan daerah Aceh. Tahun
1957 didirikan PT. Permina (Perusahaan Tambang Minyak Nasional) oleh Kol.
Ibnu Suowo yang menjadi PN. Permina tahun 1960. Pada tahun 1959
N.V.N.I.A.M yang dibentuk oleh pemerintahan belanda tahun 1930 diubah
menjadi PT. Permindo dan tahun 1961 menjadi PN. Pertamin. Pada waktu yang
sama di Jatim dan Jateng telah berdiri PT. MRI (Perusahaan Tambang Minyak
Republik Indonesia) yang kemudian menjadi Permigan dan tahun 1965 di ambil
alih oleh PN. Permina.
Tahun 1961 sistem konsesi perusahaan asing dihapus dan diganti dengan
sistem kontrak karya. Tahun 1964 perusahaan SPCO diserahkan ke Permina dan
1965 seluruh kekayaan BPM – Shell Indonesia di beli oleh PN. Permina dan di
tahun tersebut dimulainya kontrak bagi hasil. Tahun 1968 tepatnya 20 agustus
untuk mempertegas struktur dan prosedur kerja demi memperlancar usaha
peningkatan produksi minyak dan gas bumi maka kedua perusahaan tersebut (PN.
Permina dan PN. Pertamin) dilebur menjadi PN. PERTAMINA (Perusahaan
Negara Minyak dan Gas Bumi Nasional)

2.2 Asal Minyak Bumi


Minyak mentah atau crude oil adalah cairan coklat kehijauan sampai hitam
yang terutama terdiri dari karbon dan hidrogen. Teori yang paling umum
digunakan untuk menjelaskan asal-usul minyak bumi adalah “organic source
materials”. Teori ini menyatakan bahwa minyak bumi merupakan produk
perubahan secara alami dari zat-zat organik yang berasal dari sisa-sisa tumbuhan
dan hewan yang mengendap selama ribuan sampai jutaan tahun. Akibat dari
pengaruh tekanan, temperatur, kehadiran senyawa logam dan mineral serta letak
geologis selama proses perubahan tersebut, maka minyak bumi akan mempunyai
komposisi yang berbeda di tempat yang berbeda.
Minyak bumi dijuluki juga sebagai emas hitam, adalah cairan kental,
berwarna coklat gelap, atau kehijauan yang mudah terbakar, yang berada di
lapisan atas dari beberapa area di kerak bumi. Minyak Bumi terdiri dari campuran
kompleks dari berbagai hidrokarbon, sebagian besar seri alkana, tetapi bervariasi
dalam penampilan, komposisi, dan kemurniannya. Minyak Bumi diambil dari
sumur minyak di pertambangan-pertambangan minyak. Lokasi sumur-sumur
minyak ini didapatkan setelah melalui proses studi geologi, analisis sedimen,
karakter dan struktur sumber, dan berbagai macam studi lainnya.
Setelah itu, minyak bumi akan diproses di tempat pengilangan minyak dan
dipisah-pisahkan hasilnya berdasarkan titik didihnya sehingga menghasilkan
berbagai macam bahan bakar, mulai dari bensin dan minyak tanah sampai aspal
dan berbagai reagen kimia yang dibutuhkan untuk membuat plastik dan obat-
obatan.Minyak Bumi digunakan untuk memproduksi berbagai macam barang dan
material yang dibutuhkan manusia.
Minyak bumi biasanya berada 3-4 km di bawah permukaan laut. Minyak
bumi diperoleh dengan membuat sumur bor. Minyak mentah yang diperoleh
ditampung dalam kapal tanker atau dialirkan melalui pipa ke stasiun tangki atau
ke kilang minyak. Minyak mentah (cude oil) berbentuk cairan kental hitam dan
berbau kurang sedap. Minyak mentah belum dapat digunakan sebagai bahan bakar
maupun untuk keperluan lainnya, tetapi harus diolah terlebih dahulu. Minyak
mentah mengandung sekitar 500 jenis hidrokarbon dengan jumlah atom C-1
sampai 50. Titik didih hidrokarbon meningkat seiring bertambahnya jumlah atom
C yang berada di dalam molekulnya. Oleh karena itu, pengolahan minyak bumi
dilakukan melalui destilasi bertingkat, dimana minyak mentah dipisahkan ke
dalam kelompok-kelompok (fraksi) dengan titik didih yang mirip.
2.3 Komposisi Minyak Bumi
Minyak bumi memiliki campuran senyawa hidrokarbon sebanyak 50-98%
berat, sisanya terdiri atas zat-zat organik yang mengandung belerang, oksigen, dan
nitrogen serta senyawa-senyawa anorganik seperti vanadium, nikel, natrium, besi,
aluminium, kalsium, dan magnesium. Secara umum, komposisi minyak bumi
dapat dilihat pada tabel berikut :
Komposisi Persen
Karbon (C) 84-87
Hidrogen (H) 11-14
Sulfur (S) 0-3
Nitrogen (N) 0-1
Oksigen (O) 0-2
Tabel 2.1 Komposisi Elemental Minyak Bumi

Berdasarkan kandungan senyawanya, minyak bumi dapat dibagi menjadi


golongan hidrokarbon dan non-hidrokarbon serta senyawa-senyawa logam.

a) Hidrokarbon
Golongan hidrokarbon-hidrokarbon yang utama adalah parafin, olefin, naften,
dan aromat.
1) Parafin
Parafin adalah kelompok senyawa hidrokarbon jenuh berantai lurus
(alkana), CnH2n+2. Contohnya adalah metana (CH4), etana (C2H6), n-butana
(C4H10), isobutana (2-metil propana, C4H10), isopentana (2-metilbutana,
C5H12), dan isooktana (2,2,4-trimetil pentana, C8H18). Jumlah senyawa
yang tergolong ke dalam senyawa isoparafin jauh lebih banyak daripada
senyawa yang tergolong nparafin. Tetapi, di dalam minyak bumi mentah,
kadar senyawa isoparafin biasanya lebih kecil daripada n-parafin.
2) Olefin
Olefin adalah kelompok senyawa hidrokarbon tidak jenuh, CnH2n.
Contohnya etilena (C2H4), propena (C3H6), dan butena (C4H8).
3) Naftena
Naftena adalah senyawa hidrokarbon jenuh yang membentuk struktur
cincin dengan rumus molekul CnH2n. Senyawa-senyawa kelompok naftena
yang banyak ditemukan adalah senyawa yang struktur cincinnya tersusun
dari 5 atau 6 atom karbon. Contohnya adalah siklopentana (C5H10),
metilsiklopentana (C6H12) dan sikloheksana (C6H12). Umumnya, di dalam
minyak bumi mentah, naftena merupakan kelompok senyawa hidrokarbon
yang memiliki kadar terbanyak kedua setelah n-parafin.
4) Aromatik
Aromatik adalah hidrokarbon-hidrokarbon tak jenuh yang berintikan atom-
atom karbon yang membentuk cincin benzen (C6H6). Contohnya benzen
(C6H6), metilbenzen (C7H8), dan naftalena (C10H8). Minyak bumi dari
Sumatera dan Kalimantan umumnya memiliki kadar aromat yang relatif
besar.
b) Non Hidrokarbon
Selain senyawa-senyawa yang tersusun dari atom-atom karbon dan hidrogen,
di dalam minyak bumi ditemukan juga senyawa non hidrokarbon seperti belerang,
nitrogen, oksigen, vanadium, nikel dan natrium yang terikat pada rantai atau
cincin hidrokarbon. Unsur-unsur tersebut umumnya tidak dikehendaki berada di
dalam produk-produk pengilangan minyak bumi, sehingga keberadaannya akan
sangat mempengaruhi langkah-langkah pengolahan yang dilakukan terhadap suatu
minyak bumi.
1. Belerang
Belerang terdapat dalam bentuk hidrogen sulfida (H2S), belerang bebas
(S), merkaptan (R-SH, dengan R=gugus alkil), sulfida (R-S-R’), disulfida
(R-S-S-R’) dan tiofen (sulfida siklik). Senyawa-senyawa belerang tidak
dikehendaki karena :
a. Menimbulkan bau tidak sedap dan sifat korosif pada produk
pengolahan.
b. Mengurangi efektivitas zat-zat bubuhan pada produk pengolahan.
c. Meracuni katalis-katalis perengkahan.
d. Menyebabkan pencemaran udara (pada pembakaran bahan bakar
minyak, senyawa belerang teroksidasi menjadi zat-zat korosif yang
membahayakan lingkungan, yaitu SO2 dan SO3).
2. Nitrogen
Senyawa-senyawa nitrogen dibagi menjadi zat-zat yang bersifat basa
seperti 3-metilpiridin (C6H7N) dan kuinolin (C9H7N) serta zat-zat yang
tidak bersifat basa seperti pirol (C4H5N), indol (C8H7N) dan karbazol
(C12H9N). Senyawa-senyawa nitrogen dapat mengganggu kelancaran
pemrosesan katalitik yang jika sampai terbawa ke dalam produk,
berpengaruh buruk terhadap bau, kestabilan warna, serta sifat penuaan
produk tersebut.
3. Oksigen
Oksigen biasanya terikat dalam gugus karboksilat dalam asam-asam
naftenat (2,2,6-tri-metil-sikloheksan-karboksilat, C10H18O2) dan asam-
asam lemak (alkanoat), gugus hidroksi fenolik dan gugus keton. Senyawa
oksigen tidak menyebabkan masalah serius seperti halnya senyawa
belerang dan senyawa nitrogen pada proses-proses katalitik.
c) Senyawa logam
Minyak bumi biasanya mengandung 0,001- 0,05% berat logam. Kandungan
logam yang biasanya paling tinggi adalah vanadium, nikel dan natrium. Logam-
logam ini terdapat bentuk garam terlarut dalam air yang tersuspensi dalam minyak
atau dalam bentuk senyawa organometal yang larut dalam minyak. Vanadium dan
nikel merupakan racun bagi katalis-katalis pengolahan minyak bumi dan dapat
menimbulkan masalah jika terbawa ke dalam produk pengolahan.

2.4 Pengertian Pengilangan Minyak Bumi


Kilang minyak (oil refinery) adalah pabrik/fasilitas industri yang
mengolah minyak bumi (mentah) menjadi produk petroleum yang bisa langsung
digunakan maupun produk-produk lain yang menjadi bahan baku bagi industri
petrokimia. Kilang minyak merupakan fasilitas industri yang sangat kompleks
dengan berbagai jenis peralatan proses dan fasilitas pendukungnya. Selain itu,
pembangunannya juga membutuhkan biaya yang sangat besar. Kilang minyak
merupakan salah satu bagian downstream paling penting pada industri minyak
bumi. Produk-produk utama yang dihasilkan dari kilang minyak antara lain:
minyak nafta, bensin (gasoline), bahan bakar diesel, minyak tanah (kerosene), dan
elpiji.

2.5 Dampak Negatif dari Minyak Bumi

1. Minyak menyebabkan munculnya gangguan reproduksi


Menghirup uap atau menelan makanan atau cairan yang terkontaminasi
minyak dan gas dapat menyebabkan munculnya problem kesehatan reproduksi
seperti siklus haid yang tidak teratur, keguguran, meninggal dalam kandungan,
dan cacat lahir. Masalah-masalah ini mungkin punya tanda-tanda peringatan dini
seperti nyeri lambung atau haid yang tidak teratur.
2. Minyak menyebabkan kanker
Pemaparan secara periodik dengan gas dan minyak menyebabkan kanker.
Anak-anak yang tinggal di sekitar kilang lebih mungkin mendapatkan kanker
darah (leukemia) dari pada mereka yang tinggal jauh dari fasilitas tersebut.Orang-
orang yang tinggal di kawasan pengeboran minyak lebih mungkin mendapatkan
kanker usus, kantong kemih, paru-paru daripada mereka yang tinggal jauh dari
lokasi pengeboran.Para pekerja di kilang-kilang minyak punya resiko tinggi
mengidap kanker mulut, usus, ulu hati, pankreas, jaringan sel, prostat, mata, otak,
dan darah.
BAB III
PERMASALAHAN

3.1 Proses Pengilangan Minyak Bumi

Gambar 3.1 Flow Diagram Proses Pengilangan Minyak Bumi

3.1.1 Proses Destilasi


Tahap pertama adalah destilasi. Destilasi adalah proses pemisahan fraksi-
fraksi yang ada di minyak bumi, dimana pemisahan fraksi tersebut berdasarkan
pada perbedaan titik didih. Pada proses ini biasanya dilakukan pada sebuah wadah
tabung tinggi yang kedap terhadap udara. Awalnya minyak mentah akan dialirkan
ke dalam tabung tersebut dan kemudian dipanaskan dalam tekanan 1 atmosfer
pada suhu 370 derajat Celcius. Selanjutnya hasil dari fraks-fraksi tersebut
nantinya dipisahkan, dimana fraksi yang memiliki titik didih terendah akan
menempati bagian atas tabung, sedangkan fraksi yang memiliki titik didih tinggi
akan menempati bagian dasar tabung. Adapun fraksi-fraksi minyak bumi tersebut
adalah sebagai berikut :
a. Residu
Saat pertama kali minyak bumi masuk ke dalam menara distilasi, minyak
bumi akan dipanaskan dalam suhu diatas 500oC. Residu tidak menguap dan
digunakan sebagai bahan baku aspal, bahan pelapis antibocor, dan bahan bakar
boiler (mesin pembangkit uap panas). Bagian minyak bumi yang menguap akan
naik ke atas dan kembali diolah menjadi fraksi minyak bumi lainnya.
b. Oli
Oli adalah pelumas kendaraan bermotor untuk mencegak karat dan
mengurangi gesekan. Oli dihasilkan dari hasil distilasi minyak bumi pada suhu
antara 350-500oC. Itu dikarenakan oli tidak dapat menguap di antara suhu
tersebut. Kemudian, bagian minyak bumi yang lainnya akan menguap dan menuju
ke atas untuk diolah kembali.
c. Solar
Solar adalah bahan bakar mesin diesel. Solar adalah hasil dari pemanasan
minyak bumi antara 250-340oC. Solar tidak dapat menguap pada suhu tersebut
dan bagian minyak bumi lainnya akan terbawa ke atas untuk diolah kembali.
Umumnya, solar mengandung belerang dengan kadar yang cukup tinggi. Kualitas
minyak solar dinyatakan dengan bilangan setana. Angka setana adalah tolak ukur
kemudahan menyala atau terbakarnya suatu bahan bakar di dalam mesin diesel.
d. Kerosin dan Avtur
Kerosin (minyak tanah) adalah bahan bakar kompor minyak. Avtur adalah
bahan bakar pesawat terbang bermesin jet. Kerosin dan avtur dihasilkan dari
pemanasan minyak bumi pada suhu antara 170-250oC. Kerosin dan avtur tidak
dapat menguap pada suhu tersebut dan bagian minyak bumi lainnya akan terbawa
ke atas untuk diolah kembali. Kerosin adalah cairan hidrokarbon yang tidak
berwarna dan mudah terbakar. Kerosin yang digunakan sebagai bahan bakar
kompor minyak disebut minyak tanah, sedangkan untuk bahan bakar pesawat
disebut avtur.
e. Nafta
Nafta adalah bahan baku industri petrokimia. Nafta dihasilkan dari
pemanasan minyak bumi pada suhu antara 70-170oC. Nafta tidak dapat menguap
pada suhu tersebut dan bagian minyak bumi lainnya akan terbawa ke atas untuk
diolah kembali.
f. Petroleum Eter dan Bensin
Petroleum eter adalah bahan pelarut dan untuk laundry. Bensin pada
umumnya adalah bahan bakar kendaraan bermotor. Petroleum eter dan bensin
dihasilkan dari pemanasan minyak bumi pada suhu antara 35-75oC. Petroleum eter
dan bensin tidak dapat menguap pada suhu tersebut dan bagian minyak bumi
lainnya akan terbawa ke atas untuk diolah kembali. Bensin merupakan fraksi
minyak bumi yang mengandung senyawa n-heptana dan isooktan.
g. Gas
Hasil olahan minyak bumi yang terakhir adalah gas. Gas merupakan bahan
baku LPG (Liquid Petroleum Gas) yaitu bahan bakar kompor gas. Supaya gas
dapat disimpan dalam tempat yang lebih kecil, gas didinginkan pada suhu antara -
160 - 40oC supaya dapat berwujud cair.

Gambar 3.2 Proses Destilasi


3.1.2 Proses Cracking
Tahap kedua adalah cracking. Cracking adalah proses pengolahan minyak
bumi yang bertujuan untuk menguraikan molekul-molekul besar senyawa
hidrokarbon menjadi molekul hidrokarbon yang lebih kecil. Proses crakcing ini
sering disebut sebagai proses refinery.

3.1.3 Proses Reforming


Setelah melalui proses cracking maka selanjutnya adalah proses reforming.
Proses reforming adalah proses merubah struktur pada molekul fraksi yang
mutunya buruk menjadi molekul fraksi yang mutunya lebih baik. Pada proses
reforming ini dapat dilakukan dengan menggunakan katalis atau proses
pemanasan. Karena proses reforming ini bertujuan untuk merubah struktur pada
molekul fraksi maka proses reforming ini dapat disebut juga sebagai proses
isomerasi.

3.1.4 Proses Polimerasi dan Alkilasi


Proses selanjutnya setelah perbaikan / perubahan struktur molekul fraksi
adalah proses polimerasi dan alkilasi. Proses alkilasi adalah proses penambahan
jumlah atom pada suatu fraksi sehingga molekul sebuah fraksi tersebut menjadi
lebih panjang dan bercabang. Pada proses alkilasi ini menggunakan bahan
tambahan katalis asam yang kuat seperti H2SO4, HCl atau AlCl3 (asam Lewis).
Sedangkan proses polimerasi adalah proses penggabungan antara molekul-
molekul kecil menjadi molekul yang lebih besar dalam sebuah fraksi sehingga
mutu dari produk akhir menjadi meningkat. Jadi pada tahap ini molekul fraksi
akan melalui tahap alkilasi terlebih dahulu lalu kemudian melalui tahap polimerasi
sehingga membentuk sebuah molekul fraksi yang panjang dimana molekul fraksi
tersebut mutunya sudah meningkat.

3.1.5 Proses Treating


Proses kelima adalah treating. Treating adalah proses pemurnian fraksi
minyak bumi melalui tahap eliminasi bahan-bahan pengotor yang terlibat dalam
proses pengolahan. Bahan-bahan yang dihilangkan dalam proses treating ini
antara lain bau tidak sedap yang dihilangkan melalui proses copper sweetening
and doctor treating, parafin yang dihilangkan melalui proses solvent dewaxing,
lumpur dan warna yang dihilangkan melalui proses acid treatment, aspal yang
dihilangkan melalui proses deasphalting dan terakhir belerang melalui proses
desulfurizing. Inti dari proses ini adalah mengeliminasi bahan-bahan yang tidak
memberikan mutu dalam proses pengolahan minyak mentah ini sehingga hasil
akhirnya nanti mutunya akan bertambah.

3.1.6 Proses Blending


Tahapan terakhir dalam proses pengolahan minyak bumi adalah blending.
Blending adalah proses yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas produk siap
pakai dengan cara menambahkan bahan-bahan aditif ke dalam fraksi minyak
bumi. Salah satu bahan aktif yang digunakan adalah TEL (tetra ethyl lead). TEL
ini merupakan bahan aditif yang digunakan untuk menaikkan bilangan oktan
bensin. Setelah melalui proses ini maka hasil dari pengolahan minyak bumi
mutunya menjadi lebih baik dan menjadi bahan yang siap pakai.

3.2 Column Destilation

Gambar 3.3 Column Destilation


Distilasi adalah metode yang dikenal umum untuk pemisahan dua
komponen cair dengan titik didih yang berbeda. Kemudahan pemisahan melalui
distilasi biasanya tergantung pada perbedaan antara titik didih. Untuk perbedaan
yang signifikan antara titik didih dari dua cairan, mereka dapat dipisahkan dengan
distilasi batch di mana satu cairan tetap hampir seluruhnya dalam bentuk cair pada
titik didih cairan lainnya.
Jika titik didih dari dua cairan yang dipisahkan berdekatan satu sama lain,
cairan yang lebih berat menguap sebagian pada titik didih cairan yang lebih
ringan. Oleh karena itu tingkat pemisahan dikompromikan dalam distilasi batch.
Untuk campuran tersebut dalam kondisi kesetimbangan uap-cair, kedua fase - cair
dan uap - mengandung sejumlah besar komponen. Tetapi komposisi keduanya -
fase cair dan fasa uap - bergantung pada suhu dan kondisi tekanan. Dengan
memanipulasi suhu dan tekanan, dimungkinkan untuk mencapai tingkat
pemisahan yang baik.
Kolom distilasi sendiri disusun oleh tray-tray yang disusun ke atas. Cairan pada
feed merupakan campuran dari komponen cairan yang akan dipisahkan masuk
pada kolom pada satu atau lebih tray tertentu. Cairan tersebut akan mengalami
over flow pada tray dimana dia masuk dan kemudian jatuh ke tray di bawahnya.
Sedangkan gelembng uap naik menembus tray di atasnya yang bersisi cairan
melalui lubang-lubang yang ada pada tray.
Proses paling penting dalam kolom distilasi adalah terjadinya contact
antara uap dari tray bawah dan cairan yang tertahan oleh bendungan di tray
sehingga terjadi proses perpindahan panas. Molekul dengan boiling point tinggi
berubah fase uap ke fase cair dengan melepaskan panas, molekul yang lain dengan
boiling point yang lebih rendah menggunakan panas yang dilepaskan molekul
pertama untuk berubah dari fase cair ke fase uap.

3.2.1 Kinerja Column Destilasi


Kinerja kolom destilasi ditentukan oleh beberapa factor, diantaranya :
a. Kondisi Feed
Keadaan campuran dan komposisi feed mempengarhi garis operasi dan
jumlah stage dalam pemishan.
b. Kondisi Refluks
Pemisahan semakin baik jika sedikit tray yang digunakan untuk
mendapatkan tingkat pemisahan. Tray minimum dibutuhkan di bawah
kondisi total refluks, yakni tidak ada penarikan destilat.
c. Kondisi Aliran Uap
Kondisi aliran uap yang merugikan dapat menyebabkan :
 Foaming : Mengacu pada ekspansi liquid melewati uap atau gas.
Walapun menghasilkan kontak antar fase liquid-uap yang tinggi,
foaming berlebihan sering mengarah pada terbentuknya liquid pada
tray.
 Entrainment : Mengacu pada liquid yang terbawa uap menuju tray di
atasnya dan disebabkan laju alir uap yang tinggi menyebabkan
efisiensi tray berkurang. Bahan yang sukar menguap terbawa menuju
plate yang menahan liquid dengan bahan yang mudah menguap. Dapat
mengganggu kemurnian destilat. Entrainment berlebihan dapat
menyebabkan flooding.
 Weeping / dumping : Fenomena ini disebabkan aliran uap yang
rendah. Tekanan yang dihasilkan uap tidak cukup untuk menahan
liquid pada tray. Karena itu liquid mulai merembes melalui perforasi.
 Flooding : Terjadi karena aliran uap berlebih menyebabkan liquid
terjebak pada uap di atas kolom. Peningkatan tekanan dari uap berlebih
menyebabkan kenaikan liquid yang tertahan pada plate di atasnya.

3.2.2 Komponen-komponen Utama Destilasi


Sebuah sistem destilasi umumnya mengandung beberapa komponen
utama:
 Sebuah Shell vertikal dimana pemisahan komponen liquid terjadi, terdapat
pada bagian dalam kolom (internal column) seperti tray atau plate dan
packing yang digunakan untuk meningkatkan derajat pemisahan
komponen.
 Sebuah Reboiler untuk menyediakan penguapan yang cukup pada proses
destilasi.
 Kondenser untuk mendinginkan dan mengkondensasikan uap yang keluar
dari atas kolom.
 Reflux drum untuk menampung uap yang terkondensasi dari top kolom
sehingga liquid (reflux) dapat di recycle kembali ke kolom.

Gambar 3. 4 Skema Proses Destilasi dalam Industri


BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Industri Pengilangan Minyak Bumi


Minyak bumi biasanya berada 3-4 km di bawah permukaan laut. Minyak
bumi diperoleh dengan membuat sumur bor. Minyak mentah yang diperoleh
ditampung dalam kapal tanker atau dialirkan melalui pipa ke stasiun tangki atau
ke kilang minyak. Minyak mentah (crude oil) berbentuk cairan kental hitam dan
berbau kurang sedap. Minyak mentah belum dapat digunakan sebagai bahan bakar
maupun untuk keperluan lainnya, tetapi harus diolah terlebih dahulu. Minyak
mentah mengandung sekitar 500 jenis hidrokarbon dengan jumlah atom C-1
sampai 50. Titik didih hidrokarbon meningkat seiring bertambahnya jumlah atom
C yang berada di dalam molekulnya. Oleh karena itu, pengolahan minyak bumi
dilakukan melalui destilasi bertingkat, dimana minyak mentah dipisahkan ke
dalam kelompok-kelompok (fraksi) dengan titik didih yang mirip.
Pada pemrosesan minyak bumi melibatkan 2 proses utama, yaitu :
1. Proses pemisahan (separation processes)
2. Proses konversi (convertion processes)
Proses pengilangan (refines) pertama-tama adalah mengubah komponen
minyak menjadi fraksi-fraksi yang laku dijual berupa beberapa tipe dari destilasi.
Beberapa perlakuan kimia dan pemanasan dilakukan untuk memperbaiki kualitas
dari produk minyak mentah yang diperoleh. Misalnya pada tahun 1912
permintaan gas olin melebihi supply dan untuk memenuhi permintaan tersebut
maka digunakan proses "pemanasan" dan "tekanan" yang tinggi untuk mengubah
fraksi yang tidak diharapkan. Molekul besar menjadi yang lebih kecil dalam range
titik didih gasolin, proses ini disebut cracking.

4.2 Unit Proses Pengilangan Minyak Bumi


4.2.1 Proses Pemisahan (Separation Processes)
Unit operasi yang digunakan dalam penyulingan minyak biasanya
sederhana tetapi yang kompleks adalah interkoneksi dan interaksinya. Proses
pemisahan tersebut adalah :
1. Destilasi
Bensin, kerasin dan minyak gas biasanya disuling pada tekanan atmosfer,
fraksi-fraksi minyak pelumas akan mencapai suhu yang lebih tinggi dimana zat-
zat hidrokarbon mulai terurai (biasanya kira-kira antara suhu 375 -400°C) karena
itu lebih baik jika minyak pelumas disuling dengan tekanan yang diturunkan.
Pengurangan tekanan diperoleh dengan menggunakan sebuah pompa vakum
(vacuum pump).
2. Absorpsi
Umumnya digunakan untuk memisahkan zat yang bertitik didih tinggi dengan
gas. Minyak gas digunakan untuk menyerap gasolin alami dari gas-gas basah.
Gas-gas dikeluarkan dari tank penyimpanan gas sebagai hasil dari pemanasan
matahari yang kemudian diserap ulang oleh tanaman. Steam stripping pada
umumnya digunakan untuk mengabsorpsi hidrokarbon fraksi ringan dan
memperbaiki kapasitas absorpsi minyak gas. Proses ini dilakukan terutama dalam
hal-hal sebagai berikut:
 Untuk mendapatkan fraksi-fraksi gasolin alami yang dapat dicampurkan
pada bensin.
 Untuk pemisahan gas-gas rekahan dalam suatu fraksi yang sangat ringan
(misalnya fraksi yang terdiri dari zat hidrogen, metana, etana) dan fraksi
yang lebih berat yaitu yang mempunyai komponen-komponen yang lebih
tinggi.
 Untuk menghasilkan bensin-bensin yang dapat dipakai dari berbagai gas
ampas dari suatu instalasi penghalus.
3. Adsorpsi
Proses adsorpsi digunakan untuk memperoleh material berat dari gas.
Pemakaian terpenting proses adsorpsi pada perindustrian minyak adalah :
 Untuk mendapatkan bagian-bagian berisi bensin (natural gasoline) dari
gas-gas bumi, dalam hal ini digunakan arang aktif.
 Untuk menghilangkan bagian-bagian yang memberikan warna dan hal-hal
lain yang tidak dikehendaki dari minyak, digunakan tanah liat untuk
menghilangkan warna dan bauxiet (biji oksida-aluminium).
4. Filtrasi
Digunakan untuk memindahkan endapan lilin dari lilin yang mengandung
destilat. Filtrasi dengan tanah liat digunakan untuk decolorisasi fraksi.
5. Kristalisasi
Sebelum di filtrasi lilin harus dikristalisasi untuk menyesuaikan ukuran Kristal
dengan cooling dan stirring. Lilin yang tidak diinginkan dipindahkan dan menjadi
lilin mikrokristalin yang diperdagangkan.
6. Ekstraksi
Pengerjaan ini didasarkan pada pembagian dari suatu bahan tertentu dalam
dua bagian yang mempunyai sifat dapat larut yang berbeda.

4.2.2 Proses Konversi (Conversion Processes)


Hampir 70% dari minyak mentah di proses secara konversi, mekanisme
yang terjadi berupa pembentukan "ion karbonium" dan "radikal bebas".
1. Cracking atau Pyrolisis
Cracking atau pyrolisis (perengkahan) merupakan proses pemecahan molekul-
molekul hidrokarbon besar menjadi molekul-molekul yang lebih kecil dengan
adanya pemanasan atau katalis.

C7H15C15H30C7H15 → C7H16 + C6H12CH2 + C14H28CH2


Minyak Gas Berat Gasolin Gasalin Recycle Stock
(Anti Knokck)

Dengan adanya pemanasan yang cukup dan katalis maka hidrokarbon paraffin
akan pecah menjadi dua atau lebih fragmen dan salah satunya berupa olefin.
Semua reaksi cracking adalah endotermik dan melibatkan energi yang tinggi.
Terdapat 3 cara proses cracking, yaitu :
a) Thermal Cracking
Proses ini merupakan proses pemecahan molekul-molekul besar dari zat
hidrokarbon yang dilakukan pada suhu tinggi dan tekanan rendah yang bekerja
pada bahan awal selama waktu tertentu. Thermal cracking dilakukan untuk
menghasilkan fraksi-fraksi bensin yang berat yaitu yang mempunyai bilangan
oktan yang buruk karena umumnya bilangan oktan itu meningkat jika titik
didihnya turun.
b) Catalytic Cracking
Proses ini dilakukan dengan penggunaan katalis. Katalis yang digunakan
biasanya SiO2 atau Al2O3 bauksit. Reaksi dari perengkahan katalitik melalui
mekanisme perengkahan ion karbonium. Mula-mula katalis karena bersifat asam
menambahkna proton ke molekul olevin atau menarik ion hidrida dari alkana
sehingga menyebabkan terbentuknya ion karbonium Dengan adanya katalisator
maka reaksi cracking dapat terjadi pada suhu yang lebih rendah. Keuntungan dari
proses ini adalah:
 Perbandingan antara bensin terhadap gas adalah sangat baik karena
disebabkan oleh pendeknya waktu cracking pada suhu yang lebih rendah.
 Bensin yang dihasilkan menunjukkan angka oktan yang lebih baik.
Dengan adanya katalisator dapat terjadi proses isomerisasi, dimana alkena-
alkena dengan rantai luru dirubah menjadi hidrokarbon bercabang, selanjtnya
terjadi aromatic-aromatik dalam fraksi bensin yang lebih tinggi yang juga dapat
mempengaruhi bilangan oktan.
c) Hydrocracking
Hydrocracking merupakan kombinasi antara proses perengkahan
(Cracking) dan proses hidrogensi menghasilkan senyawa yang jenuh, pada
tekanan tinggi. Proses hydrocracking merupakan penambahan hydrogen pada
proses cracking. Keuntungan dari proses hydrocracking adalah belerang yang
terkandung dalam minyak diubah menjadi hidrogen sulfida yang kemudian
dipisahkan.
2. Polimerisasi
Proses polimerisasi merubah produk samping gas hirokarbon yang
dihasilkan pada cracking menjadi hidrokarbon liquid yang bisa digunakan
sebagai:
 Bahan bakar motor dan penerbangan yang memiliki bilangan oktan yang
tinggi.
 Bahan baku petrokimia.
Bahan dasar utama dalam proses polimerisasi adalah olefin (hidrokarbon
tidak jenuh) yang diperoleh dari cracking still. Contohnya: Propilen, n-butilen,
isobutilen.
3. Alkilasi
Proses alkilasi adalah eksotermik dan pada dasarnya sama dengan
polimerisasi, hanya berbeda pada bagian-bagian dari charging stock need be
unsaturated. Sebagai hasilnya adalah produk alkilat yang tidak mengandung
olefin dan memiliki bilangan oktan yang tinggi. Metode ini didasarkan pada
reaktifitas dari karbon tersier dari isobutan dengan olefin, seperti propilen, butilen
dan amilen.
4. Reforming
Reforming merupakan proses pengubahan struktur molekul dari
hidrokarbon parafin menjadi senyawa aromatik dengan bilangan oktan tinggi.
Pada proses ini biasanya menggunakan katalis rhenium, platinum dan chromium.
5. Treating/pemurnian
Hampir semua produk hasil proses penyulingan, perengkahan dan yang
lainnya, masih mengandung pengotor yang harus dihilangkan sebelum
digunakan/konsumsi. Proses pemurnian ini dapat diakukan dengan cara:
a) Copper sweetening dan doctor treating yaitu proses merubah kotoran-kotoran
yang menyebabkan karat dan bau, agar produk yang dihasilkan tidak berbau.
b) Acid treatment yaitu membuang pengotor yang berbentuk lumpur sambil
memperbaiki warna dan tahan terhadap pembusukan.
c) Desulfurizing dilakukan untuk menghilangkan unsur belerang.
d) Dewaxing yaitu proses penghilangan wax (n-parafin) dengan berat molekul
tinggi dari fraksi minyak pelumas untuk menghasilkan minyak pelumas
dengan pour point yang lebih rendah.
e) Deasphalting yaitu penghilangan aspal dari fraksi yang digunakan untuk
minyak pelumas.
6. Blending
Blending (Pencampuran) merupakan proses pengolahan produk setelah
melalui langkah-langkah sebelumnya agar memenuhi syarat untuk dikonsumsi.
Misalnya ditambahkan bahan aditif TEL (tetraethyl lead) yang berfungsi untuk
mengurangi ketukan (knocking) pada mesin. Suatu bahan inhibitor dicampur pada
bensin agar bensin dapat disimpan lebih lama. Di negara yang mengalami empat
musim, ke dalam bensin ditambahkan zat tertentu agar cepat menguap walaupun
musim dingin.

4.3 Peralatan Industri Pengilangan Minyak Bumi

Gambar 4.1 Rangkaian Peralatan Kilang Minyak Bumi


Kilang minyak (refinery unit) merupakan suatu area yang di dalamnya
berisi alat-alat produksi yang memiliki fungsi masing-masing dalam hal
pengolahan minyak bumi menjadi produk jadi. Setiap alat telah tersusun
sebagaimana mestinya sesuai dengan flow diagram proses seperti pada gambar di
atas. Berikut ini merupakan beberapa jenis peralatan utama pada proses
pengolahan minyak mentah beserta fungsinya masing-masing, yaitu:
a. Pompa
Alat ini merupakan bagian penting dalam suatu instalasi pada kilang minyak,
digunakan untuk memindahkan liquid dari suatu tempat ke tempat lain. pada
proses destilasi, pompa digunakan untuk mentransferkan fluida dari dalam tanki
penampungan bahan baku menuju kolom destilasi, umunya pompa yang
digunakan ialah pompa jenis cenrifugal.
b. Heat Exchanger
Heat Exchanger merupakan alat penukar kalor (panas) antar liquid, pada
proses destilasi alat ini digunakan untuk memanaskan minyak mentah yang akan
dimasukkan ke dalam kolom destilasi serta untuk mendinginkan fraksi yang
keluar dari dalam kolom. Kedua zat yang memiliki temperatur yang berbeda
dibatasi oleh dinding sehingga kedua zat tersebut tidak akan bercampur pada zaat
terjadinya proses pertukaran panas.
c. Desalter
Sesuai dengan namanya, alat ini digunakan untuk menghilangkan garam yang
terdapat di dalam kandungan minyak bumi. Cara kerja dari alat ini yaitu dengan
mencampurkan minyak mentah dengan air agar mineral yang terkandung di dalam
minyak bumi akan terlarut dengan air, selanjutnya akan dikontakkan dengan plat
yang dialiri dengan tegangan listrik AC, maka secara otomatis ion-ion yang
terdapat di dalam minyak akan ditarik ke katup-katup plat, air yang telah berisi
mineral akan membesar dan jatuh ke bawah dasar tanki desalter.
d. Furnace
Furnace adalah proses dimana terjadinya pemanasan minyak mentah yang
mengalir di dalam pipa sebelum dimasukkan kedalam kolom destilasi. Panas yang
digunkan berasal dari hasil pembakaran fuel oil maupun gas dengan suhu sekitar
350°C, di dalam furnace terdapat susunan pipa yang merupakan media yang
dipanaskan kemudian panas tersebut akan diserap oleh liquid yang mengalir di
dalam pipa, proses perpindahan panas terjadi dengan tiga cara yaitu konduksi,
radiasi dan konveksi.
e. Kolom Destilasi
Crude oil yang telah dipanaskan, selanjutnya akan dimasukkan ke dalam
kolom destilasi, kolom ini berbentuk bejana dengan material baja dan memiliki
tekanan 1 atm. Fungsi dari kolom ini ialah sebagai tempat terjadinya penguapan
molekul-molekul minyak bumi dan kemudian dipisahkan kedalam fraksi-fraksi
tertentu sesuai dengan titik didihnya. Pemisahan terjadi dengan menggunakan
tray-tray khusus, dimana suatu fraksi dengan titik tertentu akan tertampung pada
tray tertentu pula. Molekul yang memiliki titik didih paling rendah yaitu gas akan
berada pada bagian puncak kolom dan fraksi berat (long residu) akan tetap berada
pada bagian bawah kolom. Hasil dari kolom destilasi ini terdiri dari gas (20°C),
Naphta (40°C), Kerosen (120°C), Diesel (170°C), Lubricating oil atau pelumas
(300°C) dan residu (350°C).
f. Kolom Stripper
Peralatan proses pengolahan minyak bumi selanjutnya yaitu kolom stripper,
kolom ini memiliki bentuk yang mirip dengan kolom destilasi hanya saja
ukurannya lebih kecil, alat ini berfungsi untuk mengeluarkan fraksi yang lebih
ringan dari dalam fraksi yang lebih berat, contohnya fraksi naphta yang terikut
masuk kedalam penampungan fraksi kerosen. Cara kerja dari alat ini yaitu
penguapan biasa dengan menggunakan injeksi steam dari dasar kolom sebagai
sumber panas.
g. Condensor
Kondensor merupakan alat yang digunakan untuk mencairkan fraksi gas yang
merupakan hasil dari kolom destilasi. Gas tersebut didapatkan dari bagian atas
kolom yang merupakan fraksi yang memiliki titik didih terendah. Cara kerja dari
kondensor ini yaitu pertukaran panas, dengan cara gas akan dimasukkan kedalam
ruangan pada alat tersebut, diamana di dalamnya terdapat pipa-pipa yang berisi air
(sebagai pendingin), gas tersebut akan mengalami kontak dengan permukaan luar
pipa sehingga panasnya (panas latent) akan diserap oleh air pendingin yang
membuat temperatur dari gas tersebut akan menurun dan akan terkondensasi.
h. Cooler
Cooler adalah alat yang digunakan untuk mendinginkan suatu produk yang
memiliki panas yang tinggi sehingga tidak dapat ditampung di dalam tanki. Media
pendingin pada alat ini sama halnya dengan kondensor yaitu media air. Cara
kerjanya yaitu pipa-pipa yang berisi produk panas akan melewati media pendingin
air sehingga panas dari produk tersebut akan terserap dan menurunkan
temperaturnya hingga mencapai temperatur normal.
i. Seperator
Separator digunakan untuk memisahkan dua zat yang tidak dapat melarut,
misalnya air dan minyak atau minyak dan gas. Cara kerjanya yaitu dengan cara
pengendapan, sehingga zat yang memiliki densitas yang tinggi (misalnya air) akan
berada pada bagian bawah sedangkan zat yang memiliki densitas yang rendah
akan berada pada bagian atas (minyak), selanjutnya salah satu zat tersebut akan
dikeluarkan baik itu minyak maupun air.
j. Perpipaan
Sistem perpipaan dalam indutri migas sangatlah diperlukan, tanpa adanya pipa
maka proses di dalam kilang tidak akan terjadi. Pipa berfungsi sebagai tempat
mengalirnya suatu fluida dari suatu tempat ke tempat lain. Pipa terbuat dari
berbagai jenis bahan tergantung dari karakteristik liquid yang akan dialirkan
didalamnya. Khusus untuk mengalirkan minyak, jenis pipa yang digunakan
biasanya terbuat dari baja dengan paduan serat carbon.
k. Instrument
Instrument ialah sistem control yang terdiri dari data-data suatu proses yang
sedang terjadi di lapangan. Fungsi dari instrument yaitu menjaga kestabilan dan
memantau suatu proses produksi sehingga proses tersebut dapat berjalan sesuai
dengan jalur yang ditetapkan. Contoh sederhana dari peralatan instrumen yaitu
control valve (katup) yang digunakan untuk mengatur jumlah aliranan fluida
dalam pipa baik itu secara manual maupun dengan kendali jarak jauh.
4.4 Produk-produk Industri Pengilangan Minyak Bumi
Adapun beberapa produk yang dihasilkan dari industri penyulingan
minyak bumi adalah sebagai berikut:
a. Bahan Bakar Gas
Bahan bakar gas terdiri dari LNG (Liquified Natural Gas) dan LPG
(Liquified Petroleum Gas). Bahan baker gas biasa digunakan untuk keperluan
rumah tangga dan indusri. Elpiji, LPG (liquified petroleum gas,harfiah: "gas
minyak bumi yang dicairkan"), adalah campuran dari berbagai unsur hidrokarbon
yang berasal darigas alam. Dengan menambah tekanan dan menurunkan suhunya,
gas berubah menjadi cair.
b. Gasolin atau Bensin
Bensin (gasoline) adalah cairan campuran yang sebagian besar berupa
senyawa hidrokarbon (parafin, naftalen, senyawa tidak jenuh dan terkadang
senyawa aromatic) yang berasal dari minyak bumi, digunakan sebagai bahan
bakar untuk kendaraan bermotor. Istilah gasoline banyak digunakan dalam
industri minyak, bahkan dalam perusahaan. Kadangkala istilah mogas (motor
gasoline) digunakan untuk membedakannya dengan avgas, gasoline yang
digunakan oleh pesawat terbang ringan. Konsumsi gasoline di Amerika mencapai
360 juta gallon (1,36 milyar liter) setiap harinya. Terdapat tiga jenis bensin antara
lain sebagai berikut :
a. Bensin yang dihasilkan langsung dari penyulingan minyak mentah yang
disebut bensin langsung.
b. Bensin yang dihasilkan dari gas alam atau hasil pengolahan lainnya yang
disebut bensin alam.
c. Bensin yang dihasilkan dari perengkahan bagian-bagian minyak bumi
yang lebih berat dari bensin biasa, dengan perengkahan ini maka jumlah
bagian bensin yang dihasilkan minyak bumi dapat bertambah, bensin jenis
ini disebut bensin rengkahan.
c. Minyak Tanah atau Kerosin
Biasa digunakan sebagai bahan bakar untuk keperluan rumah tangga.
Selain itu kerosin juga digunakan sebagai bahan baku pembuatan bensin melalui
proses kracking. Minyak tanah (bahasa Inggris: kerosene atau paraffin) adalah
cairan hidrokarbon yang tak berwarna dan mudah terbakar. Dia diperoleh dengan
cara distilasi fraksional dari petroleum pada 150°C and 275°C (rantai karbon dari
C12 sampai C15). Pada suatu waktu dia banyak digunakan dalam lampu minyak
tanah tetapi sekarang utamanya digunakan sebagai bahan bakar mesin jet (lebih
teknikal Avtur, Jet-A, Jet-B, JP-4 atau JP-8). Sebuah bentuk dari kerosene dikenal
sebagai RP-1dibakar dengan oksigen cair sebagai bahan bakar roket. Nama
kerosene diturunkan dari bahasa Yunani keros (wax ). Kegunaan lain Kerosene
biasa di gunakan untuk membasmi serangga seperti semut dan mengusir kecoa.
Kadang di gunakan juga sebagai campuran dalam cairan pembasmi serangga
seperti pada Merk/ Brand Baygone.
d. Minyak Diesel atau Minyak Solar
Biasa digunakan sebagai bahan bakar untuk mesin diesel pada kendaraan
bermotor seperti bus, truk, kereta api dan traktor. Selain itu, minyak solar juga
digunakan sebagai bahan baku pembuatan bensin melalui proses kracking.
e. Minyak Pelumas
Minyak pelumas adalah bagian dari minyak bumi yang mempunyai titik
didih lebih tinggi dari pada minyak gas. Biasa digunakan untuk lubrikasi mesin-
mesin. Tidak setiap minyak bumi mengandung minyak pelumas, terkadang rendah
sekali sehingga sulit untuk diolah. Sifa-sifat minyak pelumas antara lain
kekentalan, kestabilan, warna dan daya emulsi.
f. Minyak Parafin Wax
Parafin wax adalah zat berwarna berbentuk kristal dan tidak berbau, dapat
berbentuk padat atau setengah padat. Parafin tidak mudah bereaksi dengan
senyawa kimia lain (inert), tetapi pada suhu tinggi sebagian kecil akan teroksidasi
atau pecah (cracking), tidak larut dalam air dan alkohol tetapi larut dalam fraksi
minyak bumi dan benzena. Parafin merupakan senyawa hidrokarbon tinggi yang
jenuh (parafin). Pada proses penyulingan ikut tersuling setelah gas oil. Parafin
diperoleh dengan cara :
 Penyulingan, Dilakukan dengan cara penyulingan kembali residu yang
dihasilkan, untuk menghilangkan komponen aspal yang masih terkandung
dalam wax agar wax tidak mengkristal.
 Pendinginan, Bagian wax didinginkan sampai wax mengkristal.
 Penyaringan, Kristal yang terbentuk disaring melalui saringan bertekanan
pada suhu rendah.
 Sweating, Pencairan wax secara perlahan sehingga bagian dari minyak
dapat terpisah.
 Perkolasi (penambahan asam sulfat), Penambahan asam sulfat untuk
mendapatkan wax yang lebih jernih.
Kegunaan parafin antara lain sebagai bahan dasar pembuatan lilin yang
biasanya dicampur dengan lemak hewan, bahan pelapis tahan air dan bahan isolasi
listrik.
g. Residu minyak bumi

Yang terdiri dari : Parafin , digunakan dalam proses pembuatan obat-


obatan, kosmetika, tutup botol, industri tenun menenun, korek api, lilin batik, dan
masih banyak lagi. Aspal digunakan sebagai pengeras jalan raya.

4.5 Limbah Industri Pengilangan Minyak Bumi

Pengolahan minyak mentah (crude oil) sangat membutuhkan energi yang


merupakan bahan baku sumber daya alam sangat berpotensi terjadinya
kerusakan/pencemaran lingkungan, disamping melalui proses fisik dan kimia
dalam pengolahan bahan baku cenderung menghasilkan polusi seperti : partikel,
gas karbon monoksida (CO), gas karbon dioksida (CO2), gas belerang oksida
(SO2), dan uap air. Sesuai dengan jenis produksinya, maka kilang minyak tidak
dapat lepas dari masalah limbah dan polusi yang timbul terutama pada lingkungan
yaitu pencemaran air, tanah, dan udara. Sumber limbah cair minyak bumi berasal
dari kegiatan-kegiatan antara lain:
 Air pendingin di kilang minyak, dimana bila terjadi kebocoran pada pipa
pendingin, bocoran minyak akan terbawa air.
 Air sisa umpan boiler untuk pembangkit uap air.
 Air sisa dari lumpur pembocoran.
 Air bekas mencuci peralatan-peralatan dan tumpahan-tumpahan/ ceceran
minyak di tempat kerja.
 Air hujan.

Perusahaan minyak menghasilkan limbah minyak dalam bentuk lumpur


dari berbagai lapangan produksi. lumpur adalah bahan berfase solid yang
bercampur dengan media air (liquid), namun tidak dapat disebut atau disamakan
dengan air. Sedangkan limbah lumpur minyak (oil sludge) adalah kotoran minyak
yang terbentuk dari proses pengumpulan dan pengendapan kontaminan minyak
yang tidak dapat digunakan atau diproses kembali dalam proses produksi.
Kandungan terbesar dalam oil sludge adalah petroleum hydrocarbon yang dapat
diolah dengan proses bioremediasi yaitu proses pendaurulangan seluruh material
organik. Bakteri pengurai spesifik dapat diisolasi dengan menebarkannya pada
daerah yang terkontaminasi. Selain itu, teknik bioremediasi dapat menambahkan
nutrisi dan oksigen, sehingga mempercepat penurunan polutan.
BAB V
KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan
1. Proses pengilangan (refines) bertujuan untuk mengubah komponen
minyak menjadi fraksi-fraksi yang laku dijual dengan beberapa perlakuan
kimia dan pemanasan yang dilakukan untuk memperbaiki kualitas dari
produk minyak mentah yang diperoleh.
2. Pada Pada pemrosesan minyak bumi melibatkan 2 proses utama, yaitu :
Proses pemisahan (separation processes) dan proses konversi (convertion
processes).
3. Pada unit separation proses meliputi beberapa tahapan proses diantaranya
Destilasi, absorbsi, adsorbsi, filtrasi, kristalisasi, dan ekstraksi.
4. Unit proses konversi meliputi 6 tahapan proses yaitu, cracking,
polimerisasi, alkilasi, reforming, treating dan blending.
5. Produk-produk hasil pengilangan minyak bumi diantaranya adalah gas
petroleum, minyak tanah, bensin, minyak diesel, minyak pelumas, minyak
paraffin wax dan lain-lain.
5.2 Saran
Demikian makalah ini kami buat, tentunya masih banyak kekurangan dan
kesalahan. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun bagi para pembacanya dan terutama bagi kami pribadi sebagai
penyempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Syahputra, Darmawan. 2014. Laporan Kerja Praktek Laporan Umum PT.


Pertamina (persero) Refinery Unit II Dumai Riau. Universitas
Malikussaleh
https://www.scribd.com/doc/299400590/INDUSTRI-Pengilangan-Minyak-Bumi
http://staffnew.uny.ac.id/upload/197905222008122003/pendidikan/Kimia+Industr
i_Minyak+Bumi.pdf
https://adnantario.wordpress.com/2015/08/16/memahami-kilang-minyak-bumi/
https://www.scribd.com/document/341176235/Pengilangan-Minyak-Bumi-Dan-
Nabati
https://www.scribd.com/doc/266213447/Proses-Pengilangan-Minyak-Bumi-Unit-
v-Balikpapan-pptx-KLP-4-MIGAS-IB
https://www.slideshare.net/YOHANISSAHABAT/peralatan-hse-management-
system-pengolahan-migas
http://www.cnzahid.com/2016/12/proses-pengolahan-minyak-bumi-dan.html
http://dokumen.tips/documents/pengolahan-minyak-bumi-dan-fraksi-minyak.html

Anda mungkin juga menyukai