Air Sungai
screening
Carbon Filter
boiler
Deaerasi demineralisasi
Screening
• Raw water yang berasal dari air sungai atau air laut
biasanya perlu dipisahkan dari kotoran-kotoran yang
berukuran besar (seperti sampah) dengan cara dilewatkan
screen atau penyaring. Penyaring ini diletakkan pada
intake point (titik pengambilan) pasokan surface water,
untuk menghindari masuknya kotoran-kotoran yang dapat
mengakibatkan penyumbatan dan kerusakan pada alat.
Untuk memperoleh hasil pemisahan yang lebih baik,
seringkali dipasang tiga buah screen dengan ukuran
lubang dibuat bertingat mulai dari besar, sedang dan
kecil.
Pengendapan suspended solids
Jika sumber air yang akan diolah adalah air sungai, maka
langkah berikutnya setelah screening adalah sedimentasi
untuk mengendapkan suspended solids yang berukuran
besar
Catatan:
Agar supaya kondisi umpan air yang masuk unit sedimentasi
tidak berfluktuasi maka biasanya sebelum unit sedimentasi
dipasang kolam equalisasi, yang tujuannya adalah untuk
meredam atau mengontrol apabila pasokan dari air sungai
tidak stabil (baik kandungan kontaminan maupun debitnya),
sehingga kinerja unit sedimentasi bisa optimum.
Klasifikasi ukuran sedimen
air +
koloid partikel
coagulant + kaporit
ke tangki penampung
Mixing Tank
flocculation
(rapid mix)
coagulant
air keluar
air masuk
sedimentasi
sludge
clarifier
clarifier
Proses penjernihan atau klarifikasi ini tidak 100% efektif. Oleh karena itu setelah klarifikasi
seringkali masih dilanjutkan dengan penyaringan menggunakan saringan pasir
screening
Surface Water Primary Treatment
Conventional Treatment
Direct Filtration
alum alum
polymer polymer
carbon carbon
M M M M
To Filters
FE
Pump
sludge
temp pH pH
pH turbidity turbidity
turbidity counts counts
sludge
counts color color
color
• Process (random) variables
– Raw water quality parameters
• Manipulated (fixed) variables
– Alum dose, polymer dose, plant flow
• Controlled variable(s)
– Treated water quality parameter(s)
CLARIFIER
raw water treated water
Berdasarkan ukuran zat yang terdispersi, sistem dispers dapat dibedakan menjadi:
1. dispers renik: r< 1nm
2. dispers koloid: 1nm<r<100 nm
3. dispers kasar : r>100nm
(beberapa literatur menyebutkan bahwa dispers koloid adalah sistem dispers
dengan ukuran partikel antara 0,1 nm – 1 nm)
Karena ukurannya yang sangat kecil, partikel dengan ukuran koloid ini tidak bisa
diendapkan langsung secara fisis. Untuk menjernihkan air dari partikel koloid
digunakan cara koagulasi. yang berukuran itu perlu ditambahkan bahan kimia
sehingga partikel-partikel kecil ini kan arus diperbesar ukurannya dengan cara
digumpalkan terlebih dahulu.
Almost all particles in raw water have net negative surface charge
Since particles have like charges they repel each other (will not
stick together)
Pada sistem koloid, fase terdispers bisa berbentuk gas, cair atau padat, sedangkan
fase pendispers bisa dalam bentuk fase gas atau cair.
•Sistem koloid padat-cair disebut: sol → misal: air sungai
•Sistem koloid cair-cair disebut: emulsi
•Sistem koloid padat-gas disebut: aerosol
•Sistem koloid gas-cair disebut: buih
Dari segi kimia koloid, koagulasi adalah menggumpalnya butir butir sol menjadi
butir dispers kasar. Partikel koloid biasanya bermuatan listrik, karena muatannya
sama maka akan saling tolak menolak. Hal inilah yang menyebabkan partikel-
partikel tersebut selalu dalam keadaan terpisah satu dengan yang lain, sehingga
akan sukar untuk diendapkan sebelum muatan listriknya dinetralkan. Dalam kasus
partikel tanah lempung yang terdispersi dalam air sungai (sol), partikel lempung
yang bermuatan negatif dapat digumpalkan jika partikel tersebut menyerap ion
positif, seperti ion Al yang ada pada aluminium sulfat (alum).
Coagulation & Flocculation
– Coagulation
• the chemical alteration of the colloidal particles to make
them stick together
• Hydrophilic particles – water loving – absorbs to water
• Hydrophobic particles – water hating – does not absorb
to water
– Hydrophobic particles are negatively charged and don’t like
to aggregate and are hydrophobic
– A positively charge coagulant destabilizes the negatively
charged particles and brings them together.
• Coagulants lower the negative repulsion force of colloids
Coagulant: assist floc formation
Pada waktu partikel lempung yang bermuatan negatif mengadsorp ion Al yang
bermuatan positif, maka partikel tersebut akan menjadi netral (pada kondisi ini sol
dikatakan sebagai dalam kondisi isoelektrik). Akibatnya partikel lempung yang sudah
netral tidak akan tolak-menolak tetapi cenderung akan bergabung satu dengan yang
lain (gaya van der Waals) membentuk massa yang lebih besar floc-floc, dan akhirnya
mengendap. Bergabungnya dua partikel koloid disebut koagulasi dan proses
terbentuknya floc-floc atau kumpulan massa yang lebih besar atau gumpalan disebut
flokulasi.
Qin
V
Qout
VS
Sludge Zone
Settling
– PFR, L 2W, L H
– Surface Overflow Rate = Vs = Q/Ap = Q/LW
– Weir overflow rate = Q/WH
• Therefore, the settling velocity is the major
design parameter
– Surface Overflow rates 20-35 m3/day/m2
– Detention times 2-8 hr
– Weir overflow rate 150-300 m3/day/m2
Settling
• Example
– Small Water treatment plant with:
• Q = 0.6 m3/s inflow of the plant
• Vs = 0.004 m/s (not a good assumption)
• Effective settling zone, L = 20m, H = 3m, W = 6m
• Can 100% removal be expected?
– Surface Overflow rate, is the critical settling velocity
• Vs = Q/Ap = Q/LW = 0.6 m3/s / (20m)(6m) = 0.005 m/s
– 0.005 > 0.004 m/s, removal not expected
Settling
– Can also be solved realizing settling is a problem
of triangles:
– V = horizontal velocity = Weir Overflow rate =
Q/WH = 0.6m3/s / (6m)(3m)
– =0.033 m/s
– Vs/V = H/L’
– 0.004m/s/0.033m/s = 3m/L’ L’= 25 m, thus
particles would need 25 m to be totally removed.
SETTLING (SEDIMENTASI)
Types of Settling:
•Type 1
–Discrete settling
•Type 2
–Flocculent settling
•Type 3
–Zone settling
•Type 4
–Compression settling
SETTLING (SEDIMENTASI)
Tujuan dari sedimentasi adalah untuk memisahkan suspended solid dari air dengan cara
pengendapan. Berdasarkan sifat padatan yang ada di dalam air, proses pengendapan
ini dapat diklasifikasikan menjadi:
q Discrete Settling
Pada pengendapan ini, partikel selalu dalam posisi individu (antara partilel satu dengan
yang lain tidak menggabung), dan selama proses pengendapan bentuk, ukuran dan
densitasnya tidak berubah.
q Flocculent Settling
Pada pengendapan ini, partikel menempel atau bergabung satu dengan yang lain
sehingga selama periode pengendapan terjadi perubahan ukuran dan kecepatan
pengendapan
q Zone Settling
Pada pengendapan ini, partikel yang tersuspensi membentuk kelompok-kelompok
massa, dan selama proses pengendapan terbentuk zona-zona konsentrasi pada level
pengendapan.
q Compression Settling
Pada pengendapan ini, konsentrasi padatan yang sangat tinggi akan memberikan
tekanan yang besar
SETTLING (SEDIMENTASI)
Hindered
intermediate concentration, mass
(Zone) secondary clarifiers
settles as a unit, interface at top
(type 3)
I II III IV
B
A A B
C C
D D
D
Settling Type 1 • Discrete settling
– Particles fall
Buoyancy independently
Drag
Jika sebuah padatan berbentuk bola
dicelupkan didalam air dan
dilepaskan gaya-gaya yang bekerja
padanya adalah:
Forces on a particle
Neraca gaya:
Suatu partikel akan mengendap jika gaya beratnya melebihi gaya
apung dan gaya seretnya.
Jika diterapkan hukum Newton pada peristiwa tersebut:
Fg Fb Fd m p .a
dengan,
m p = massa partikel dan a = percepatan.
Terminal Settling Velocity
Gaya berat (garivity force):
Fg m p .g p .V p .g
Gaya apung (bouyant force):
Fb w .V p .g
Gaya seret (drag force):
2
v w
Fd C D Ap w = densitas air
2 p = densitas partikel
CD = drag coeficient
v2
w = tekanan dinamis
2
Ap = luas proyeksi partikel
Untuk partikel berbentuk bola dengan diameter d
d2
Maka,: Ap
4
Bila gaya netto sama dengan nol, berarti benda bergerak tanpa
percepatan atau dengan kata lain kecepatan geraknya tetap (terminal
velocity), sehingga:
Fg Fb Fd m p .a 0
p w V p g Fd 0
p w V p g C D Ap w 0
v2
2
d 3 d2
p w g CD w
v2
0
6 4 2
Terminal Settling Velocity
4 p w d
v g
3 CD w
w vd
Re = bilangan Reynolds
4 ( p w )d 4 ( p w )d Re
v g = g
3 24
w 3 24 w
Re
Terminal Settling Velocity
1 ( p w )d wvd
v g
18 w
g ( p w )d v2
v
18
g ( p w )d 2
v
18
Aliran Laminer (Stokes flow)
Turbulent
C D 0,4
4 p w d w d
v 4g
p
v g
3 CD w 1,2 w
Transisi
Need to solve non-linear equation
4 p w d
v g
2
Perlu CD untuk menghitung v
3 CD w
24 3
CD 0,5 0,34
Re Re
0.001
Stokes law
1000 9.81 2650 1000 0.00062
v 0.3237
p 2650 18 0.001
d 0.0006
Reynolds Number
g 9.81 1000 0.3237 0.0006
Re 194.24
0.001
CD
24 3
CD 0.34 0.6788
Re Re
Settling velocity
Settling velocity
Qin V
VS Qout
h
The percent of particles which will be removed may be found using the
following formula:
= (0.004/0.005) 100 = 80 %
Kondisi riil suatu suspensi
Suatu suspensi yang riil (tidak ideal) biasanya ukuran, densitas dan
bentuk partikelnya bervariasi (tidak hanya satu jenis),
C0
Ambil sampel pada berbagai waktu:
Use of results
Suppose v0 = 1.33
x v i
Fraction, X, removed is given by X 1 x 0
v0
x0 is the fraction with vs < v0 = 0.583, so 1-x0 = 0.417
Qin
V
Qout
VS
Sludge Zone
Settling
– PFR, L 2W, L H
– Surface Overflow Rate = Vs = Q/Ap = Q/LW
– Weir overflow rate = Q/WH
• Therefore, the settling velocity is the major
design parameter
– Surface Overflow rates 20-35 m3/day/m2
– Detention times 2-8 hr
– Weir overflow rate 150-300 m3/day/m2
Settling
• Example
– Small Water treatment plant with:
• Q = 0.6 m3/s inflow of the plant
• Vs = 0.004 m/s (not a good assumption)
• Effective settling zone, L = 20m, H = 3m, W = 6m
• Can 100% removal be expected?
– Surface Overflow rate, is the critical settling velocity
• Vs = Q/Ap = Q/LW = 0.6 m3/s / (20m)(6m) = 0.005 m/s
– 0.005 > 0.004 m/s, removal not expected
Settling
Q = AVsc
•where Q = flowrate (m3/s)
•A = area of basin (= width x length)
•Vsc = critical settling velocity (the velocity of particles which
just settle in the basin)
1) Hexamethylenetetramine bereaksi dengan air dan asam sulfat (dari hydrazine sulfat)
membentuk formaldehyde dan ammonium sulfate.
2) Formaldehyde bereaksi dengan hydrazine (dari hydrazine sulfate) membentuk
tetraformal triazine (TFTA) dan air. Tetraformal triazine terus terpolimerisasi dengan
formaldehyde berlebih membentuk endapan gelatin formazin .
NTU= nephelometric turbidity units