PENDAHULUAN
Aluminiu
m sulfat,
Alum Bongkah,
Al2(SO4)3.XH2O Asam 6,0 7,8 75 250
sulfat, X = 14, 16 ,18 bubuk
Alum,
Salum
Lime Ca(OH)2 Bongkah, Basa 9,0 11 150 500
bubuk
Poly
Aluminiu Cairan,
Aln(OH)mCl3n-m Asam 6,0 7,8 30 150
m Chloride bubuk
(PAC)
Ferro Kristal,
FeSO4.7H2O Asam > 8,5 70 500
Sulfat halus
Ferri Bongkah,
FeCl2.6H2O Asam 49 35 150
Klorida cairan
Cationic
25
electrolyte
Anionic
0,25 1,0
electrolyte
2. Flokulasi
Proses dimana partikel koloid terdestabilkan bergabung membentuk flok-flok
dengan ukuran partikel yang lebih besar. Penambahan bahan kimia pada proses
ini adalah dengan menggunakan bahan kimia polimer dengan berat molekul
yang lebih besar.
3. Sedimentasi
Proses pemisahan padatan dimana partikel flok mengendap karena pengaruh
gravitasi. Kecepatan pengendapan akan sangat berpengaruh terhadap hasil
koagulasi dan flokulasi.
4. Filtrasi
Proses pemisahan partikel padat dan cair dengan menggunakan media filter,
diantaranya carbon filter, sand filter, ultra filtrasi, RO, dan lain lain. Pada unit
ini kita menggunakan unit penyaringan multimedia yaitu gabungan antara
carbon filter dan sand filter dalam satu unit proses yang sering disebut filter
multimedia.
18.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 3.2 Data air danau Polnes setelah diproses menggunakan IPAL
Konduktivitas Temperatur TDS
pH
(s/cm) (oC) (mg/L)
643 27 6 367
3.2 Pembahasan
Pada percobaan ini yaitu IPAL (Instalasi Pengolahan Limbah) air yang
digunakan adalah air danau POLNES. Pada proses awalnya, air danau di tampung
terlebih dahulu di dalam waste water tank lalu diberikan larutan kapur untuk
menaikkan pH (8.5). Proses koagulasi dan flokulasi kebanyakan berlangsung
secara optimum pada pH 8,5, sehingga jika kondisi air limbah mempunyai pH
yang rendah maka diperlukan penetralan (menaikkan pH) agar proses
pembentukan flok dapat berlangsung optimum. Kemudian air di waste water tank
dialirkan menuju tangki koagulasi dan flokulasi. Air yang berada pada tangki
koagulasi diberikan larutan PAC dan di aduk oleh pengaduk agar tumbukan yang
terjadi antar partikel semakin besar. Penambahan PAC bertujuan untuk mengikat
partikel-partikel yang teresuspensi dalam air limbah sehingga partikel koloid
mengalami aglomerasi dan membentuk agregat. Setelah proses koagulasi selesai,
air mengalir ke tangki flokulasi dan ditambahkan dengan superflok agar partikel
koloid terdestabilikan bergabung membentuk flok-flok dengan ukuran partikel
yang lebih besar. Setelah proses flokulasi air mengalir ke dalam clarifier disini
terjadi proses sedimentasi pemisahan padatan dimana partikel flok mengendap
karena pengaruh gravitasi. Air yang mengalami over flow dari clarifier mengalir
ke treated tank. Air yang tertampung di treated tank dipompakan melewati unit
selanjutnya mengalirkan air menuju unit media filter (sand filter, carbon filter,
anion dan kation filter).
Dari praktikum dilakukan pengambilan data pH, konduktivitas, dan nilai
TDS. Data pH, konduktivitas, dan nilai TDS air sebelum pengolahan yaitu 5,04,
137,9s/cm, 78,4 mg/L. Data pH, konduktivitas, dan nilai TDS air sesudah
pengolahan yaitu 6, 643 s/cm, 367 mg/L. pH air sesudah pengolahan mengalami
kenaikan disebabkan karena larutan kapur yang selalu ditambahkan. Nilai
konduktivitas yang harusnya turun setelah proses pengolahan naik disebabkan
karena penambahan koagulan dan flokulan yang berlebih, dimana pengaturan
keluaran pompa diatur 100%. Hal ini menyebabkan mobilitas ion dan kadar yeng
terlarut di dalam air semakin tinggi. Konduktivitas listrik air secara langsung
berkaitan dengan konsentrasi padatan terlarut yang terionisasi didalam air dan
menciptakan kemampuan air untuk melakukan arus listrik. Sedangkan nilai TDS
yang merupakan padatan terlarut dalam air mengalami peningkatan setelah proses
pengolahan dapat disebabkan karena banyaknya partikel terlarut yang tidak
tampak oleh mata yang dalam hal ini merupakan larutan kapur yang ditambahkan
secara berlebih dan kurang optimumnya proses filtrasi pada pengolahan limbah.
Data air dari hasil pengolahan limbah yang diperoleh praktikum ini
menunjukan kriteria kualitas air yang masuk dalam golongan D berdasarkan
Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 1990 Tentang : Pengendalian Pencemaran
Air. Dimana kualitas air golongan D dapat dimanfaatkan untuk keperluan
pertanian, dan dapat dimanfaatkan untuk usaha perkotaan, industri, pembangkit
listrik tenaga air.
.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Nilai pH, konduktivitas, dan TDS setelah proses pengolahan mengalami
kenaikan.
2. Nilai parameter pH, konduktivitas dan TDS pada praktikum ini termasuk
dalam kriteria kualitas air golongan D berdasarkan Peraturan Pemerintah
No.20 Tahun 1990 tentang: Pengendalian Pencemaran Air.
DAFTAR PUSTAKA
3 kg
0,007 m 1000
m3
7 kg
m
0,005=
m+7 kg
0,005 m+ 0,035=m
0,035=0,995 m
m=0,0352 kg
kg
0,042 m3 1000
m3
42 kg
m
CaC O3= 100
m+42 kg
15,6 kg
CaC O3= 100
15,6 kg+42 kg
27,08
LAMPIRAN