Koagulasi didefinisikan sebagai proses destibilisasi muatan koloid padatan tersuspensi termasuk bakteri dan virus
dengan suatu koagulan, sehingga akan terbentuk flok-flok halus yang dapat diendapkan. Proses pengikatan partikel
koloid dengan cara pengadukan cepat (flash mixing), yang merupakan bagian integral dari proses koagulasi.
Tujuan pengadukan cepat adalah untuk mempercepat atau menyeragamkan penyebaran zat kimia melalui air.
Pengadukan cepat akan membuat partikel-partikel padat dalam air saling berbenturan dan bertemu sehingga terbentuk
flok-flok yang halus. Koagulan yang umum dipakai adalah : aluminium sulfat (tawas), ferri sulfat, ferro sulfat dan
PAC.
Umumnya partikel-partikel tersuspensi atau koloid dalam air buangan melibatkan efek browmian. Permukaan
partikel-partikel tersebut bermuatan listrik negatif. Partikel-partikel itu menarik ion-ion positif yang terdapat dalam
air dan menolak ion-ion negatif.
Ion-ion positif tersebut lalu menyelubungi partikel-partikel koloid dan membentuk lapisan rapat bermuatan didekat
permukaannya. Lapisan yang terdiri ddari ion-ion positif itu disebut dengan lapisan kokoh. Adanya muatan-muatan
pada permukaan partikel koloid tersebut menyebabkan pembentukan medan elektrostatik di sekitar partikel itu
sehingga menimbulkan gaya tolak-menolak antar partikel.
Disamping gaya tolak-menolak akibat muatan negatif pada partikel-partikel koloid, adagaya tarik menarik antara 2
partikel yang dikenal dengan gaya Van der walls. Selama tidak ada hal yang mempengaruhi kesetimbangan-
kesetimbangan muatan-muatan listrik partikel koloid, gaya tolak-menolak yang selalu lebih besar dari pada gaya Van
Der Walls dan akibatnya partikel koloid tetap dalam keadaan stabil.
Jika ion-ion atau koloid bermuatan positif (kation) ditambahkan kedalam koloid target koagulasi, maka kation tersebut
akan masuk ke dalam lapisan difusi karena tertarik oleh muatan negatif yang ada dalam permukaan partikel koloid.
Hal ini menyebabkan konsentrasi ion-ion dalam lapisan difusi akan meningkat. Akibatnya ketebalan lapisan difusi
akan berkurang.
Proses koagulasi juga dibagi dalam tahap secara fisika dan kimia.
Fisika : pemanasan, pengadukkan dan pendinginan.
Kimia : elektroforesis, penambahan koloid dan penambahan elektrolit.
Flokulasi
Flokulasi merupakan proses pembentukan flok yang pada dasarnya menggunakan pengelompokkan aglomerasi antara
partikel dengan koagulan (menggunakan proses pengadukkan lambat atau slow mixing).
Pada flokulasi terjadi proses penggabungan beberapa partikel menjadi flok yang berukuran besar. Partikel yang
ukurannya besar akan lebih mudah diendapkan dari pada yang kecil.
Agar partikel koloid menggumpal, gaya tolak menolak elektrostatik antara partikelnya harus dikurangi dan
transportasi partikelnya harus menghasilkan kontak diantara partikel yang mengalami destabilisasi. Setelah partikel-
partikel koloid mengalami destabilisasi.
Setelah partikel-partikel koloid mengalami destabilisasi, sangat penting untuk membawa partikel-partikel tersebut
kedalam suatu wadah berpengaduk antara satu dengan yang lainnya sehingga dapat menggumpal dan membentuk
partikel atau flok yang lebih besar.
1. Syarat fisik, antara lain:
a. Air harus bersih dan tidak keruh
b. Tidak berwarna apapun
c. Tidak berasa apapun
d. Tidak berbau apaun
e. Suhu antara 10-25 C (sejuk)
f. Tidak meninggalkan endapan
2. Syarat kimiawi, antara lain:
Jenis-jenis koagulan:
· Alumunium sulfat (Al2(SO4)3.14H2O)
Biasanya disebut tawas, bahan ini sering dipakai karena efektif untuk menurunkan kadar karbonat. Tawas berbentuk
kristal atau bubuk putih, larut dalam air, tidak larut dalam alkohol, tidak mudah terbakar, ekonomis, mudah didapat
dan mudah disimpan. Penggunaan tawas memiliki keuntungan yaitu harga relatif murah dan sudah dikenal luas oleh
operator water treatment. Namun Ada juga kerugiannya, yaitu umumnya dipasok dalam bentuk padatan sehingga
perlu waktu yang lama untuk proses pelarutan.
Al2(SO4)3 → 2 Al+3 + 3SO4-2
Air akan mengalami
H2O → H+ + OH-
Selanjutnya
2 Al+3 + 6 OH- → 2 Al (OH)3
Selain itu akan dihasilkan asam
3SO4-2 + 6 H+ → 3H2SO4
· Sodium aluminate ( NaAlO2 )
Digunakan dalam kondisi khusus karena harganya yang relatif mahal. Biasanya digunakan sebagai koagulan
sekunder untuk menghilangkan warna dan dalam proses pelunakan air dengan lime soda ash.
· Ferrous sulfate ( FeSO4.7H2O )
Dikenal sebagai Copperas, bentuk umumnya adalah granular. Ferrous Sulfate dan lime sangat efektif untuk proses
penjernihan air dengan pH tinggi (pH > 10).
· Chlorinated copperas
Dibuat dengan menambahkan klorin untuk mengioksidasi Ferrous Sulfate. Keuntungan penggunaan koagulan ini
adalah dapat bekerja pada jangkauan pH 4,8 hingga 11.
· Ferrie sulfate ( Fe2(SO4)3)
Mampu untuk menghilangkan warna pada pH rendah dan tinggi serta dapat menghilangkan Fe dan Mn.
· Ferrie chloride ( FeCl3.6H2O)
Dalam pengolahan air penggunaannya terbatas karena bersifat korosif dan tidak tahan untuk penyimpanan yang
terlalu lama.
Jenis Koagulan Aid
Kesulitan pada saat proses koagulasi kadang-kadang terjadi karena lamanya waktu pengendapan dan flok yang
terbentuk lunak sehingga akan mempersulit proses pemisahan. Koagulan Aid menguntungkan proses koagulasi
dengan mempersingkat waktu pengendapan dan memperkeras flok yang terbentuk. Jadi difinisi koagulan aids adalah
koagulan sekunder yang ditambahkan setelah koagulan primer atau utama bertujuan untuk mempercepat
pengendapan, pembentukan dan pengerasan flok.
Flokulan sintetis merupakan flokulan yang diproduksi dengan berbagai kebutuhan sehingga flokulan ini diproduksi
bermuatan negatif (anionic), bermuatan positif (cationic) dan netral (nonionic), flokulan bermuatan negatif dapat
bereaksi dengan partikel bermuatan negatif seperti garam-garam dan logam-logam hidroksida, sedangkan flokulan
yang bermuatan positif akan bereaksi dengan partikel bermuatan negatif seperti silika maupun bahan-bahan organik,
tetapi hukum itu tidak berlaku secara umum karena flokulan negatif dapat mengikat tanah liat yang bermuatan negatif.
1.Konsentrasi padatan yang terkandung dalam air limbah. Konsentrasi padatan atau zat terlarut dalam air limbah akan
mempengaruhi kebutuhan konsentrasi koagulan yang dibutuhkan dalam pengolahan air limbah, pada umumnya jika
konsentrasi padatan atau zat terlarutnya tinggi akan dibutuhkan konsentrasi koagulan yang lebih kecil (diperlukan
penelitian pendahuluan)
2.Jenis koagulan yang dipergunakan. Jenis koagulan yang akan diaplikasikan tergantung pada karakteristik air
limbahnya, hal ini disebabkan karena jenis koagulan tertentu akan bekerja baik pada derajat keasaman (pH) air limbah
tertentu.
3.Kecepatan putaran pengaduk (jika menggunakan tangki berpengaduk). Kecepatan putaran pengaduk pada
pengolahan dengan tangki berpengaduk berpengaruh terhadap ukuran flok yang terbentuk, kecepatan putaran
pengaduk dapat memecah flok yang sudah terbentuk. Untuk proses koagulasi kecepatan putaran pengaduk sekitar 100
rpm, sedangkan pada proses flokulasi lebih lambat sekitar 50 rpm.
4.Kecepatan aliran air limbah masuk dalam tangki (jika kecepatan aliran dimanfaatkan untuk pengadukan)
5.Waktu pengadukan (waktu tinggal). Waktu pengadukan berkaitan dengan mekanisme pembentukan flok, semakin
lama waktu pengadukan pembentukan floknya akan semakin sempurna dan mudah untuk diendapkan, tetapi jika
terlalu lama terkadang flok yang sudah terbentuk akan pecah kembali.
6.Jenis padatan (flok) yang dihasilkan. Jenis flok yang terbentuk tergantung pada jenis air limbah dan koagulan yang
dipergunakan, pada pemakain jenis koagulan tertentu akan menghasilkan flok tertentu, kekuatan flok tertentu dan
berat jenis flok tertentu. Dalam proses pengolahan air limbah secara kimia yang diharapkan adalah terbentuk flok
yang kuat dan mudah untuk diendapkan dan pengendapan membutuhkan waktu yang relatif cepat.
7.Pengelolaan flok yang dihasilkan. Pada proses pengolahan air limbah secara kimia dihasilkan padatan (flok), flok
yang dihasilkan perlu dilakukan pengelolaan sehingga tidak menghasilkan limbah padat meskipun jumlahnya tidak
banyak. Dalam pengelolaan flok yang perlu diperhatikan adalah apakah flok dapat dioleh kembali menjadi bahan
kimia baru, produk baru dan sebagainya.
FISIKA
6. Suhu oC
Suhu udara 3oC Termometer
KIMIA
7. Besi (Fe) mg/l maks 0.3 AAS
KIMIA ANORGANIK
MIKROBIOLOGI
A. FISIKA
1. Bau - - Organoleptik
4. Rasa - - Organoleptik
5. Suhu oC
Suhu udara 1-30C Temometer
B. KIMIA
a. Kimia Anorganik
b. Kimia Organik
C. MIKROBIOLOGIK