Anda di halaman 1dari 9

Koagulasi

Koagulasi didefinisikan sebagai proses destibilisasi muatan koloid padatan tersuspensi termasuk bakteri dan virus
dengan suatu koagulan, sehingga akan terbentuk flok-flok halus yang dapat diendapkan. Proses pengikatan partikel
koloid dengan cara pengadukan cepat (flash mixing), yang merupakan bagian integral dari proses koagulasi.

Tujuan pengadukan cepat adalah untuk mempercepat atau menyeragamkan penyebaran zat kimia melalui air.
Pengadukan cepat akan membuat partikel-partikel padat dalam air saling berbenturan dan bertemu sehingga terbentuk
flok-flok yang halus. Koagulan yang umum dipakai adalah : aluminium sulfat (tawas), ferri sulfat, ferro sulfat dan
PAC.

Umumnya partikel-partikel tersuspensi atau koloid dalam air buangan melibatkan efek browmian. Permukaan
partikel-partikel tersebut bermuatan listrik negatif. Partikel-partikel itu menarik ion-ion positif yang terdapat dalam
air dan menolak ion-ion negatif.

Ion-ion positif tersebut lalu menyelubungi partikel-partikel koloid dan membentuk lapisan rapat bermuatan didekat
permukaannya. Lapisan yang terdiri ddari ion-ion positif itu disebut dengan lapisan kokoh. Adanya muatan-muatan
pada permukaan partikel koloid tersebut menyebabkan pembentukan medan elektrostatik di sekitar partikel itu
sehingga menimbulkan gaya tolak-menolak antar partikel.

Disamping gaya tolak-menolak akibat muatan negatif pada partikel-partikel koloid, adagaya tarik menarik antara 2
partikel yang dikenal dengan gaya Van der walls. Selama tidak ada hal yang mempengaruhi kesetimbangan-
kesetimbangan muatan-muatan listrik partikel koloid, gaya tolak-menolak yang selalu lebih besar dari pada gaya Van
Der Walls dan akibatnya partikel koloid tetap dalam keadaan stabil.

Jika ion-ion atau koloid bermuatan positif (kation) ditambahkan kedalam koloid target koagulasi, maka kation tersebut
akan masuk ke dalam lapisan difusi karena tertarik oleh muatan negatif yang ada dalam permukaan partikel koloid.

Hal ini menyebabkan konsentrasi ion-ion dalam lapisan difusi akan meningkat. Akibatnya ketebalan lapisan difusi
akan berkurang.

Proses koagulasi juga dibagi dalam tahap secara fisika dan kimia.
Fisika : pemanasan, pengadukkan dan pendinginan.
Kimia : elektroforesis, penambahan koloid dan penambahan elektrolit.

Faktor-faktor yang mempengaruhi proses koagulasi.


- Suhu air
- Derajat keasaman
- Jenis koagulan
- Kadar ion terlarut
- Tingkat kekeruhan
- Dosis koagulan
- Kecepatan pengadukan
- Alkalinitas

Flokulasi
Flokulasi merupakan proses pembentukan flok yang pada dasarnya menggunakan pengelompokkan aglomerasi antara
partikel dengan koagulan (menggunakan proses pengadukkan lambat atau slow mixing).

Pada flokulasi terjadi proses penggabungan beberapa partikel menjadi flok yang berukuran besar. Partikel yang
ukurannya besar akan lebih mudah diendapkan dari pada yang kecil.

Agar partikel koloid menggumpal, gaya tolak menolak elektrostatik antara partikelnya harus dikurangi dan
transportasi partikelnya harus menghasilkan kontak diantara partikel yang mengalami destabilisasi. Setelah partikel-
partikel koloid mengalami destabilisasi.

Setelah partikel-partikel koloid mengalami destabilisasi, sangat penting untuk membawa partikel-partikel tersebut
kedalam suatu wadah berpengaduk antara satu dengan yang lainnya sehingga dapat menggumpal dan membentuk
partikel atau flok yang lebih besar.
1. Syarat fisik, antara lain:
a. Air harus bersih dan tidak keruh
b. Tidak berwarna apapun
c. Tidak berasa apapun
d. Tidak berbau apaun
e. Suhu antara 10-25 C (sejuk)
f. Tidak meninggalkan endapan
2. Syarat kimiawi, antara lain:

a. Tidak mengandung bahan kimiawi yang mengandung racun


b. Tidak mengandung zat-zat kimiawi yang berlebihan
c. Cukup yodium
d. pH air antara 6,5 – 9,2
3. Syarat mikrobiologi, antara lain:
Tidak mengandung kuman-kuman penyakit seperti disentri, tipus, kolera, dan bakteri patogen penyebab penyakit.
Seperti kita ketahui jika standar mutu air sudah diatas standar atau sesuai dengan standar tersebut maka yang terjadi
adalah akan menentukan besar kecilnya investasi dalam pengadaan air bersih tersebut, baik instalasi penjernihan air
dan biaya operasi serta pemeliharaannya. Sehingga semakin jelek kualitas air semakin berat beban masyarakat untuk
membayar harga jual air bersih. Dalam penyediaan air bersih yang layak untuk dikonsumsi oleh masyarakat banyak
mengutip Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 173/Men.Kes/Per/VII/1977, penyediaan air harus
memenuhi kuantitas dan kualitas, yaitu:
a. Aman dan higienis.
b. Baik dan layak minum.
c. Tersedia dalam jumlah yang cukup.
d. Harganya relatif murah atau terjangkau oleh sebagian besar masyarakat
Parameter yang ada digunakan untuk metode dalam proses perlakuan, operasi dan biaya. Parameter air yang penting
ialah parameter fisik, kimia, biologis dan radiologis yaitu sebagai berikut:

Parameter Air Bersih secara Fisika


1. Kekeruhan
2. Warna
3. Rasa & bau
4. Endapan
5. Temperatur
Parameter Air Bersih secara Kimia
1. Organik, antara lain: karbohidrat, minyak/ lemak/gemuk, pestisida, fenol, protein, deterjen, dll.
2. Anorganik, antara lain: kesadahan, klorida, logam berat, nitrogen, pH, fosfor,belerang, bahan-bahan beracun.
3. Gas-gas, antara lain: hidrogen sulfida, metan, oksigen.
Parameter Air Bersih secara Biologi
1. Bakteri
2. Binatang
3. Tumbuh-tumbuhan
4. Protista
5. Virus
Parameter Air Bersih secara Radiologi
1. Konduktivitas atau daya hantar
2. Pesistivitas
3. PTT atau TDS (Kemampuan air bersih untuk menghantarkan arus listrik)
Koagulasi
Penambahan bahan kimia (koagulan) pada proses koagulasi dengan pengadukan cepat, memberikan kesempatan
kepada koagulan untuk membentuk inti flok yang berasal dari partikel koloid yang ada dalam contoh air.

Faktor–faktor yang mempengaruhi koagulasi :


(1) Pemilihan bahan kimia
Pemilihan koagulan dan koagulan pembantu, merupakan suatu program lanjutan dari percobaan dan evaluasi yang
biasanya menggunakan Jar test. Seorang operator dalam pengetesan untuk memilih bahan kimia, biasanya dilakukan
di laboratorium. Untuk melaksanakan pemilihan bahan kimia, perlu pemeriksaan terhadap karakteristik air baku
yang akan diolah yaitu :
• Suhu
• pH
• Alkalinitas
• Kekeruhan
• Warna
(2) Penentuan dosis optimum koagulan
Untuk memperoleh koagulasi yang baik, dosis optimum koagulan harus ditentukan. Dosis optimum mungkin
bervariasi sesuai dengan karakteristik dan seluruh komposisi kimiawi di dalam air baku, tetapi biasanya dalam hal
ini fluktuasi tidak besar, hanya pada saat-saat tertentu dimana terjadi perubahan kekeruhan yang drastis (waktu
musim hujan/banjir) perlu penentuan dosis optimum berulang-ulang.
(3) Penentuan pH optimum
Penambahan garam aluminium atau garam besi, akan menurunkan pH air, disebabkan oleh reaksi hidrolisa garam
tersebut, seperti yang telah diterangkan di atas. Koagulasi optimum bagaimanapun juga akan berlangsung pada nilai
pH tertentu (pH optimum), dimana pH optimum harus ditetapkan dengan jar-test.

Jenis Koagulan Dan Koagulan Aid


Koagulan merupakan bahan kimia yang dibutuhkan untuk membantu proses pengendapan partikel – partikel kecil
yang tidak dapat mengendap dengan sendirinya ( secara grafitasi ). Kekeruhan dan warna dapat dihilangkan melalui
penambahan koagulan atau sejenis bahan – bahan kimia antara lain.

Jenis-jenis koagulan:
· Alumunium sulfat (Al2(SO4)3.14H2O)
Biasanya disebut tawas, bahan ini sering dipakai karena efektif untuk menurunkan kadar karbonat. Tawas berbentuk
kristal atau bubuk putih, larut dalam air, tidak larut dalam alkohol, tidak mudah terbakar, ekonomis, mudah didapat
dan mudah disimpan. Penggunaan tawas memiliki keuntungan yaitu harga relatif murah dan sudah dikenal luas oleh
operator water treatment. Namun Ada juga kerugiannya, yaitu umumnya dipasok dalam bentuk padatan sehingga
perlu waktu yang lama untuk proses pelarutan.
Al2(SO4)3 → 2 Al+3 + 3SO4-2
Air akan mengalami
H2O → H+ + OH-
Selanjutnya
2 Al+3 + 6 OH- → 2 Al (OH)3
Selain itu akan dihasilkan asam
3SO4-2 + 6 H+ → 3H2SO4
· Sodium aluminate ( NaAlO2 )
Digunakan dalam kondisi khusus karena harganya yang relatif mahal. Biasanya digunakan sebagai koagulan
sekunder untuk menghilangkan warna dan dalam proses pelunakan air dengan lime soda ash.
· Ferrous sulfate ( FeSO4.7H2O )
Dikenal sebagai Copperas, bentuk umumnya adalah granular. Ferrous Sulfate dan lime sangat efektif untuk proses
penjernihan air dengan pH tinggi (pH > 10).
· Chlorinated copperas
Dibuat dengan menambahkan klorin untuk mengioksidasi Ferrous Sulfate. Keuntungan penggunaan koagulan ini
adalah dapat bekerja pada jangkauan pH 4,8 hingga 11.
· Ferrie sulfate ( Fe2(SO4)3)
Mampu untuk menghilangkan warna pada pH rendah dan tinggi serta dapat menghilangkan Fe dan Mn.
· Ferrie chloride ( FeCl3.6H2O)
Dalam pengolahan air penggunaannya terbatas karena bersifat korosif dan tidak tahan untuk penyimpanan yang
terlalu lama.
Jenis Koagulan Aid
Kesulitan pada saat proses koagulasi kadang-kadang terjadi karena lamanya waktu pengendapan dan flok yang
terbentuk lunak sehingga akan mempersulit proses pemisahan. Koagulan Aid menguntungkan proses koagulasi
dengan mempersingkat waktu pengendapan dan memperkeras flok yang terbentuk. Jadi difinisi koagulan aids adalah
koagulan sekunder yang ditambahkan setelah koagulan primer atau utama bertujuan untuk mempercepat
pengendapan, pembentukan dan pengerasan flok.

Jenis koagulan aid diantaranya:


· PAC ( poly alumunium chloride )
Polimer alumunium merupakan jenis baru sebagai hasil riset dan pengembangan teknologi air sebagai dasarnya
adalah alumunium yang berhubungan dengan unsur lain membentuk unit berulang dalam suatu ikatan rantai molekul
yang cukup panjang, pada PAC unit berulangnya adalah Al-OH.
Rumus empirisnya adalah Aln(OH)mCl3n-m
Dimana : n = 2 2,7 <> 0
Dengan demikian PAC menggabungkan netralisasi dan kemampuan menjembatani partikel-partikel koloid sehingga
koagulasi berlangsung efisien. Namun terdapat kendala dalam menggunakan PAC sebagai koagulan aids yaitu perlu
pengarahan dalam pemakaiannya karena bersifat higroskopis.
· Karbon aktif
Aktivasi karbon bertujuan untuk memperbesar luas permukaan arang dengan membuka pori-pori yang tertutup
sehingga memperbesar kapasitas adsorbsi. Pori-pori arang biasanya diisi oleh hidrokarbon dan zat-zat organik
lainnya yang terdiri dari persenyawaan kimia yang ditambahkan akan meresap dalam arang dan membuka
permukaan yang mula-mula tertutup oleh komponen kimia sehingga luas permukaan yang aktif bertambah besar.
Efisiensi adsorbsi karbon aktif tergantung dari perbedaan muatan listrik antara arang dengan zat atau ion yang
diserap. Bahan yang bermuatan listrik positif akan diserap lebih efektif oleh arang aktif dalam larutan yang bersifat
basa. Jumlah karbon aktif yang digunakan untuk menyerap warna berpengaruh terhadap jumlah warna yang diserap.
· Activated silica
Merupakan sodium silicate yang telah direaksikan dengan sulfuric acid, alumunium sulfate, carbon dioxide, atau
klorida. Sebagai koagulan aid, activated silica memberikan keuntungan antara lain meningkatkan laju reaksi kimia,
menurunkan dosis koagulan, memperluas jangkauan pH optimum dan mempercepat serta memperkeras flok yang
terbentuk. Umumnya digunakan dengan koagulan alumunium dengan dosis 7 – 11% dari dosis alum.
· Bentonic clay
Digunakan pada pengolahan air yang mengandung zat warna tinggi, kekeruhan rendah dan mineral yang rendah.
Flokulasi
Flokulasi adalah suatu proses aglomerasi (penggumpalan) partikel-partikel terdestabilisasi menjadi flok dengan
ukuran yang memungkinkan dapat dipisahkan oleh sedimentasi dan filtrasi. Dengan kata lain proses flokulasi adalah
proses pertumbuhan flok (partikel terdestabilisasi atau mikroflok) menjadi flok dengan ukuran yang lebih besar
(makroflok).
Untuk mencapai kondisi flokulasi yang dibutuhkan, ada beberapa faktor yang harus diperhatikan, seperti
misalnya :
1. Waktu flokulasi,
2. Jumlah energi yang diberikan
3. Jumlah koagulan
4. Jenis dan jumlah koagulan/flokulan pembantu
5. Cara pemakaian koagulan/flokulan pembantu
6. Resirkulasi sebagian lumpur (jika memungkinkan)

Jenis Flokulan dalam proses flokulasi:


a. Kopolimer dari akrilamida dan N,N−dimetil amino propilen akrilat
Sifat muatan elektrostatik : Ionik
Sifat : Kopolimer yang linier dan kationik kepadatan muatanelektrostatik tergantung dari status kopolomerisasi (n/m
+ n) dan pH,membentuk jarak yang sensitif terhadap hidrolisab.
b. Poli (Natriumakrilat)
Sifat muatan elektrostatik : Anionik
S i f a t : P o l i m e r y a n g p a l i n g p e n t i n g a n i o n i k d a n s e g m e n l i n i e r dalam kopolimer
dengan akril amida dan anionikc.
c. Poli akrilamida
Sifat muatan elektrostatik : Non ionogen
S i f a t : M o l e k u l y a n g s a n g a t p a n j a n g d a n l i n i e r y a n g d i k e n a l sebagai flokulan pembantu yang
ionogen.
Zat polimer itu sangat cocok berdasarkan struktur kimia untuk membantudalam proses flokulasi dan untuk
mempengaruhi sifat flok.Pembubuhan Koagulan/flokulan pembantu dilakukan setelah pembubuhankoagulan.

Flokulan sintetis merupakan flokulan yang diproduksi dengan berbagai kebutuhan sehingga flokulan ini diproduksi
bermuatan negatif (anionic), bermuatan positif (cationic) dan netral (nonionic), flokulan bermuatan negatif dapat
bereaksi dengan partikel bermuatan negatif seperti garam-garam dan logam-logam hidroksida, sedangkan flokulan
yang bermuatan positif akan bereaksi dengan partikel bermuatan negatif seperti silika maupun bahan-bahan organik,
tetapi hukum itu tidak berlaku secara umum karena flokulan negatif dapat mengikat tanah liat yang bermuatan negatif.

Dalam proses koagulasi-flokulasi beberapa hal yang perlu diperhatikan :

1.Konsentrasi padatan yang terkandung dalam air limbah. Konsentrasi padatan atau zat terlarut dalam air limbah akan
mempengaruhi kebutuhan konsentrasi koagulan yang dibutuhkan dalam pengolahan air limbah, pada umumnya jika
konsentrasi padatan atau zat terlarutnya tinggi akan dibutuhkan konsentrasi koagulan yang lebih kecil (diperlukan
penelitian pendahuluan)
2.Jenis koagulan yang dipergunakan. Jenis koagulan yang akan diaplikasikan tergantung pada karakteristik air
limbahnya, hal ini disebabkan karena jenis koagulan tertentu akan bekerja baik pada derajat keasaman (pH) air limbah
tertentu.
3.Kecepatan putaran pengaduk (jika menggunakan tangki berpengaduk). Kecepatan putaran pengaduk pada
pengolahan dengan tangki berpengaduk berpengaruh terhadap ukuran flok yang terbentuk, kecepatan putaran
pengaduk dapat memecah flok yang sudah terbentuk. Untuk proses koagulasi kecepatan putaran pengaduk sekitar 100
rpm, sedangkan pada proses flokulasi lebih lambat sekitar 50 rpm.
4.Kecepatan aliran air limbah masuk dalam tangki (jika kecepatan aliran dimanfaatkan untuk pengadukan)
5.Waktu pengadukan (waktu tinggal). Waktu pengadukan berkaitan dengan mekanisme pembentukan flok, semakin
lama waktu pengadukan pembentukan floknya akan semakin sempurna dan mudah untuk diendapkan, tetapi jika
terlalu lama terkadang flok yang sudah terbentuk akan pecah kembali.
6.Jenis padatan (flok) yang dihasilkan. Jenis flok yang terbentuk tergantung pada jenis air limbah dan koagulan yang
dipergunakan, pada pemakain jenis koagulan tertentu akan menghasilkan flok tertentu, kekuatan flok tertentu dan
berat jenis flok tertentu. Dalam proses pengolahan air limbah secara kimia yang diharapkan adalah terbentuk flok
yang kuat dan mudah untuk diendapkan dan pengendapan membutuhkan waktu yang relatif cepat.
7.Pengelolaan flok yang dihasilkan. Pada proses pengolahan air limbah secara kimia dihasilkan padatan (flok), flok
yang dihasilkan perlu dilakukan pengelolaan sehingga tidak menghasilkan limbah padat meskipun jumlahnya tidak
banyak. Dalam pengelolaan flok yang perlu diperhatikan adalah apakah flok dapat dioleh kembali menjadi bahan
kimia baru, produk baru dan sebagainya.

PENGOLAHAN AIR BAKU MENJADI AIR BERSIH


Tahap pertama adalah koagulasi yaitu proses pencampuran bahan kimia (koagulan) dengan air baku sehingga
membentuk campuran yang homogen dengan disertai pengadukan cepat. Tipe koagulator terdiri dari tipe hidrolis
dan tipe mekanis. Koagulan yang digunakan antara lain Aluminium Sulfat dan Polyaluminium Chloride (PAC).
Waktu pengadukan 30 – 120 detik dengan nilai gradien kecepatan (G/detik) > 750.
Tahap kedua adalah flokulasi yaitu proses pembentukan partikel flok yang besar dan padat dengan cara
pengadukan lambat agar dapat diendapkan. Tipe flokulator terdiri dari tipe hidrolis, mekanis, dan clarifier. Waktu
kontak berkisar 20 – 100 menit. Nilai G/detik berkisat 100 – 5.
Tahap ketiga adalah sedimentasi yaitu proses pemisahan padatan dan air berdasarkan perbedaan berat jenis dengan
cara pengendapan. Tipe bak sedimentasi terdiri dari bak persegi (aliran horizontal), bak persegi aliran vertikal
(menggunakan pelat/tabung pengendap), bak bundar (aliran vertikal – radial dan kontak padatan), serta tipe clarifier.
Kedalaman bak berkisar antara 3 – 6 meter (bak persegi dan bak bundar) serta 0,5 – 1 meter (clarifier). Waktu
retensi 1 – 3 jam (untuk tipe bak persegi horizontal dan bak bundar), 0,07 jam (waktu retensi pada pelat/tabung
pengendap), dan 2 – 2,5 jam (tipe clarifier).
Tahap keempat adalah filtrasi (saringan pasir cepat) yaitu proses pemisahan padatan dari air melalui media
penyaring seperti pasir dan antrasit. Jenis saringan terdiri dari saringan biasa (gravitasi), saringan dengan pencucian
antar saringan, dan saringan bertekanan. Kecepatan penyaringan 6 – 11 m/jam (saringan biasa dan saringan dengan
pencucian antar saringan) dan 12 – 33 m/jam (saringan bertekanan).
Tahap kelima adalah desinfeksi yaitu proses pembubuhan bahan kimia untuk mengurangi zat organik pada air baku
dan mematikan kuman/organisme. Desinfektan yang digunakan antara lain gas khlor dan kaporit.

Air Minum -> KepMenKes No. 907/MENKES/SK/VII/2002


No Parameter Satuan Persyaratan Teknik Pengujian

FISIKA

1. Bau - tidak berbau Organoleptik

2. Rasa - normal Organoleptik

3. Warna TCU maks.15 Spektrofotometri

4. Total Padatan Terlarut (TDS) mg/l maks. 1000 Gravimetri

5. Kekeruhan NTU maks. 5 Spektrofotometri

6. Suhu oC
Suhu udara  3oC Termometer

KIMIA
7. Besi (Fe) mg/l maks 0.3 AAS

8. Kesadahan sebagai CaCO3 mg/l maks. 500 Titrimetri

9. Klorida (Cl) mg/l maks 250 Argentometri

10. Mangan (Mn) mg/l maks 0.1 AAS

11. pH - 6.5 - 8.5 pH meter

12. Seng (Zn) mg/l maks. 8 AAS

13. Sulfat (SO4) mg/l maks 250 Spektrofotometri

14. Tembaga (Cu) mg/l maks. 1 AAS

15. Klorin (Cl2) mg/l maks. 5 Titrimetri

16. Amonium (NH4) mg/l maks 0.15 Spektrofotometri (Nesler)

KIMIA ANORGANIK

17. Arsen (As) mg/l maks. 0.01 AAS

18. Fluorida (F) mg/l maks 1.5 Spektrofotometri

19. Krom heksavalen (Cr6+) mg/l maks 0.05 AAS

20. Kadnium (Cd) mg/l maks. 0.003 AAS

21. Nitrat (NO3) mg/l maks 50 Spektrofotometri (Brusin)

22. Nitrit (NO2) mg/l maks 3 Spektrofotometri (NED)

23. Sianida (CN) mg/l maks 0.07 Destilasi

24. Timbal (Pb) mg/l maks. 0.01 AAS

25. Raksa (Hg) mg/l maks 0.001 AAS

MIKROBIOLOGI

24. E. Coli APM/100ml negatif MPN

25. Total Bakteri Koliform APM/100ml negatif MPN


Air Bersih Permenkes No. 416/Men. Kes/Per./IX/1990
No. Parameter Satuan Standar Teknik Pengujian

A. FISIKA

1. Bau - - Organoleptik

2. Jumlah Zat Padat Terlarut mg/l 1.500 Gravimetri

3. Kekeruhan NTU 25 Spektrofotometri

4. Rasa - - Organoleptik

5. Suhu oC
Suhu udara  1-30C Temometer

6. Warna TCU 50 Spektrofotometri

B. KIMIA

a. Kimia Anorganik

1. Air Raksa (Hg) mg/l 0.001 AAS

2. Arsen (As) mg/l 0.05 AAS

3. Besi (Fe) mg/l 1.0 AAS

4. Fluorida (F) mg/l 1.5 Spektrofotometri

5. Kadmium (Cd) mg/l 0.005 AAS

6. Kesadahan sebagai CaCO3 mg/l 500 Titrimetri

7. Klorida (Cl-) mg/l 600 Argentometri

8. Kromium, valensi 6 (Cr6+) mg/l 0.05 AAS

9. Mangan (Mn) mg/l 0.5 AAS

10. Nitrat (NO3) mg/l 10 Spektrofotometri (Brusin)

11. Nitrit (NO2) mg/l 1.0 Spektrofotometri (Nesler)


12. pH - 6.5-9.0 pH meter

13. Selenium (Se) mg/l 0.01 -

14. Seng (Zn) mg/l 15 AAS

15. Sianida (CN) mg/l 0.1 Destilasi

16. Sulfat (SO4) mg/l 400 Spektrofotometri

17. Timbal (Pb) mg/l 0.05 AAS

b. Kimia Organik

1. Detergent mg/l 0.50 Spektrofotometri

2. Zat Organik mg/l 10.00 Gravimetri

3. Pestisida Gol. Organo Fosfat mg/l 0.00 -

4. Pestisida Gol. Organo Klorida mg/l 0.00 -

5. Pestisida Gol. Organo Karbamat mg/l 0.00 -

C. MIKROBIOLOGIK

1. MPN (Golongan Coliform) Per 100 ml 50 MPN

Anda mungkin juga menyukai