Anda di halaman 1dari 9

Nama : Raihan Andely Oktavian

NIM : 21080122140096

5.1 Diskusikan pentingnya peraturan lingkungan dan standar terkait dan bagaimana
pengaruhnya terhadap pengembangan dan pengoperasian fasilitas pengolahan air.
Peraturan lingkungan sangat penting guna mengontrol berbagai aktivitas yang berkaitan dengan
lingkungan baik dalam lingkup domestik maupun industri. Regulasi mengenai lingkungan merupakan
hal yang sangat penting dan fundamental sebagai acuan dalam melakukan aktivitas yang berkaitan
dengan lingkungan. Hal ini tentu berpengaruh terhadap industri yang bergerak dalam pengolahan air,
mereka jadi memiliki dasar dan batasan dalam bertindak, serta pengembangan dan pengoperasian
fasilitas pengolahan air. Pengoperasian fasilitas pengolahan air menjadi terstruktur dan tidak
sembarangan, yang dapat berakibat merugikan lingkungan.

5.2 Jelaskan perbedaan antara proses pengolahan air limbah fisik, kimia, dan biologis dan
berikan masing-masing contohnya.
 Fisika: melibatkan pemisahan zat-zat terlarut dan tersuspensi dalam air limbah dengan menggunakan
metode fisik, seperti penyaringan, sedimentasi, dan filtrasi. Contoh dari proses ini adalah
penggunaan penjepitan (grit chamber) untuk menghilangkan pasir dan partikel berat lainnya dari air
limbah sebelum masuk ke tahap selanjutnya dalam pengolahan.
 Kimia: melibatkan penggunaan bahan kimia tertentu untuk mengubah karakteristik fisik atau kimia
zat-zat dalam air limbah. Contoh dari proses ini adalah penggunaan koagulan, seperti sulfat
aluminium atau polielektrolit, untuk membantu menggumpalkan partikel-partikel kecil dalam air
limbah sehingga mudah dipisahkan.
 Biologi: melibatkan aktivitas mikroorganisme atau organisme hidup untuk menguraikan zat  zat
organik dalam air limbah. Contoh dari proses ini adalah penggunaan bakteri atau alga dalam proses
aerobik atau anaerobik, seperti proses lumpur aktif, untuk menguraikan bahan organik dan
menghasilkan air yang lebih bersih

5.3 Pada bagian 5.1.1 kita membahas penggunaan tawas atau aluminium sulfat terhidrasi untuk
mengendapkan fosfat dan aluminium fosfat (AlPO4) keluar dari larutan. Selain itu, kalsium,
biasanya dalam bentuk kapur (CaOH)2, digunakan untuk membantu menghilangkan fosfat
dari air limbah. Bereaksi dengan alkalinitas alami dalam air limbah untuk menghasilkan
CaCO3:
a. Aluminium fosfat (AlPO4) mengendap:
2 Al2(SO4)3 + 3 Ca(OH)2 + 2H3PO4 → 2 AlPO4 + 3 CaSO4 + 8 H2O
b. Pembentukan kapur (CaCO3):
Ca(HCO3)2 + Ca(OH)2 → 2 CaCO3 + 2 H2O
c. Endapan hidroksiapatit (Ca5(PO4)3OH):
10 Ca(OH)2 + 6 H3PO4 → Ca5(PO4)3OH + 9 Ca(H2PO4)2 + 12 H2O
Dalam reaksi pertama, aluminium sulfat terhidrasi (Al2(SO4)3) bereaksi dengan kapur (Ca(OH)2)
dan asam fosfat (H3PO4) untuk menghasilkan aluminium fosfat (AlPO4), gipsum (CaSO4), dan air.
1
Dalam reaksi kedua, kapur (Ca(OH)2) bereaksi dengan hidrogen karbonat (HCO3-) dalam air limbah,
menghasilkan kapur (CaCO3) dan air. Dalam reaksi ketiga, kelebihan ion kalsium dari reaksi
sebelumnya (Ca(OH)2) bereaksi dengan asam fosfat (H3PO4), membentuk hidroksiapatit
(Ca5(PO4)3OH), kelebihan asam fosfat (Ca(H2PO4)2), dan air. Metode ini menghilangkan fosfat dari
air limbah dengan membentuk endapan yang tidak larut dalam air.

5.4 Menyediakan mekanisme dasar untuk penggunaan besi klorida untuk menghilangkan
fosfor (melalui koagulasi) di aliran air limbah.
Menghilangkan fosfor dari aliran air limbah menggunakan besi klorida melalui proses koagulasi
adalah metode yang umum digunakan untuk pengolahan air limbah. Berikut ini adalah mekanisme
dasar yang terjadi selama proses tersebut:
1. Pembentukan Flock: Besi klorida ditambahkan ke aliran air limbah. Besi klorida bereaksi
dengan fosfat dalam air limbah dan membentuk senyawa besi fosfat yang tidak larut. Reaksi
ini menghasilkan pembentukan partikel-partikel kecil yang disebut "flock" atau "endapan".
2. Penggumpalan: Flock yang terbentuk secara bertahap akan menggumpal dan membentuk
partikel yang lebih besar. Flock ini akan menangkap partikel-partikel kecil lainnya dalam air
limbah, termasuk fosfor yang terlarut dan partikel-partikel kecil lainnya seperti lumpur, zat
organik, dan logam berat.
3. Koagulasi: Proses ini juga melibatkan ion besi yang ada dalam besi klorida. Ion besi berperan
dalam mengkoagulasi partikel-partikel yang tergumpal, membantu mengikat mereka bersama-
sama. Hal ini meningkatkan ukuran dan kepadatan flock, membuatnya lebih mudah untuk
diendapkan atau dihilangkan dari air limbah.
4. Pengendapan: Setelah terjadi penggumpalan dan koagulasi, flock yang terbentuk akan
mengendap ke bagian bawah tangki atau sedimentasi. Ini terjadi karena berat relatif flock yang
lebih besar dibandingkan dengan air. Selama proses pengendapan, waktu yang cukup
diperlukan untuk memastikan bahwa flock sepenuhnya terpisah dari air.
5. Pemisahan: Setelah flock mengendap, tahap pemisahan dilakukan untuk memisahkan air
yang jernih dari flock yang terendap. Pemisahan ini dapat dilakukan dengan menggunakan
proses seperti filtrasi, pengendapan lanjutan, atau teknik pemisahan mekanis lainnya.

5.5 Jelaskan mengapa jumlah Ca2thion yang dibutuhkan untuk menggerakkan reaksi pada
soal 5.3 hampir sepenuhnya tidak bergantung pada jumlah fosfat yang ada dalam larutan.
Ion kalsium dan ion fosfat (PO43-) dapat berpartisipasi dalam berbagai reaksi kimia, termasuk reaksi
pengendapan di mana mereka dapat membentuk garam yang tidak larut seperti kalsium fosfat. Reaksi
ini dipengaruhi oleh tetapan hasil kali kelarutan (Ksp) dari garam tertentu yang terlibat. Ksp
menyatakan tetapan kesetimbangan untuk disosiasi garam menjadi ion penyusunnya. Ketika ion
kalsium dan ion fosfat hadir dalam larutan, mereka dapat bergabung membentuk kalsium fosfat,
mengingat konsentrasi kedua ion melebihi ambang batas tertentu. Pembentukan kalsium fosfat
bergantung pada stoikiometri reaksi dan konsentrasi ion, sebagaimana diatur oleh ekspresi
kesetimbangan dan tetapan hasil kali kelarutan. Dalam banyak kasus, konstanta produk kelarutan
kalsium fosfat relatif kecil, menunjukkan bahwa kesetimbangan sangat mendukung pembentukan
2
garam padat daripada menjaga ion dalam larutan. Oleh karena itu, meskipun jumlah fosfat yang ada
dalam larutan meningkat, kesetimbangan reaksi cenderung bergeser ke arah pembentukan kalsium
fosfat, yang pada akhirnya menghilangkan kalsium dan fosfat dari larutan dan mengurangi
konsentrasinya. Akibatnya, jumlah ion kalsium yang diperlukan untuk menggerakkan reaksi hampir
tidak bergantung pada jumlah fosfat yang ada dalam larutan. Sistem mencapai titik di mana
konsentrasi ion kalsium cukup untuk bereaksi dengan fosfat yang tersedia, dan setiap kelebihan fosfat
tidak akan secara signifikan mempengaruhi jumlah ion kalsium yang dibutuhkan atau kemajuan
reaksi. Penting untuk dicatat bahwa reaksi dan kondisi spesifik dapat mengubah independensi
kebutuhan ion kalsium dari konsentrasi fosfat. pH, suhu, keberadaan ion lain, dan reaktan spesifik
yang terlibat semuanya dapat mempengaruhi dinamika reaksi. Oleh karena itu, pemahaman yang
mendetail tentang reaksi tertentu dan kondisinya diperlukan untuk memberikan penjelasan yang lebih
akurat dan spesifik.

5.6 Faktor-faktor apa yang diketahui mempengaruhi/mempengaruhi proses koagulasi?


a. Suhu air: Suhu air yang rendah mempunyai pengaruh terhadap efisiensi proses koagulasi. Bila
suhu air diturunkan, maka besarnya daerah pH yang optimum pada proses kagulasi akan berubah dan
merubah pembubuhan dosis koagulan.
b. Derajat Keasaman (pH): Proses koagulasi akan berjalan dengan baik bila berada pada daerah pH
yang optimum. Untuk tiap jenis koagulan mempunyai pH optimum yang berbeda satu sama lainnya.
c. Jenis Koagulan: Pemilihan jenis koagulan didasarkan pada pertimbangan segi ekonomis dan daya
efektivitas dari pada koagulan dalam pembentukan flok. Koagulan dalam bentuk larutan lebih efektif
dibanding koagulan dalam bentuk serbuk atau butiran.
d. Kadar ion terlarut: Pengaruh ion-ion yang terlarut dalam air terhadap proses koagulasi yaitu :
pengaruh anion lebih bsar daripada kation. Dengan demikian ion natrium, kalsium dan magnesium
tidak memberikan pengaruh yang berarti terhadap proses koagulasi.
e. Tingkat kekeruhan: Pada tingkat kekeruhan yang rendah proses destibilisasi akan sukar terjadi.
Sebaliknya pada tingkat kekeruhan air yang tinggi maka proses destabilisasi akan berlangsung cepat.
Tetapi apabila kondisi tersebut digunakan dosis koagulan yang rendah maka pembentukan flok kurang
efektif
f. Dosis koagulan: Untuk menghasilkan inti flok yang lain dari proses koagulasi dan flokulasi sangat
tergantung dari dosis koagulasi yang dibutuhkan Bila pembubuhan koagulan sesuai dengan dosisyang
dibutuhkan maka proses pembentukan inti flok akan berjalan dengan baik.
g. Kecepatan pengadukan: Tujuan pengadukan adalah untuk mencampurkan koagulan ke dalam air.
Dalam pengadukan hal-hal yang perlu diperhatikan adalah pengadukan harus benarbenar merata,
sehingga semua koagulan yang dibubuhkan dapat bereaksi dengan partikelpartikel atau ion-ion yang
berada dalam air. Kecepatan pengadukan sangat berpengaruh terhadap pembentukan flok bila
pengadukan terlalu lambat mengakibatkan lambatnya flok terbantuk dan sebaliknya apabila
pengadukan terlalu cepat berakibat pecahnya flok yang terbentuk.
h. Alkalinitas: Alkalinitas dalam air ditentukan oleh kadar asam atau basa yang terjadi dalam air
(Tjokrokusumo, 1995). Alkalinitas dalam air dapat membentuk flok dengan menghasil ion hidroksida
pada reaksihidrolisa koagulan.
3
5.7 Jelaskan bagaimana muatan pada ion tertentu akan mempengaruhi kemampuannya untuk
menggumpal.
Muatan pada ion tertentu dapat mempengaruhi kemampuannya untuk menggumpal dalam beberapa
cara. Hal ini terutama terkait dengan interaksi elektrostatik antara ion-ion tersebut. Berikut adalah
beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan yaitu ion-ion dengan muatan yang berlawanan memiliki
kemungkinan besar untuk saling tertarik dan membentuk ikatan ionik yang kuat. Ini dapat
mempengaruhi kemampuan ion-ion tersebut untuk bergerak secara bebas dalam larutan. Semakin
tinggi muatan ion, semakin kuat tarikannya terhadap ion dengan muatan berlawanan, yang dapat
menghambat gerakan dan mobilitas ion-ion tersebut. Konsentrasi ion-ion dalam larutan dapat
mempengaruhi kemampuan untuk berinteraksi dan menggumpal. Ketika konsentrasi ion-ion tertentu
meningkat, peluang kolisi dan interaksi antara ion-ion tersebut juga meningkat. Ini dapat
menyebabkan pembentukan ikatan ionik atau ikatan kovalen antara ion-ion yang pada gilirannya
dapat menyebabkan penggumpalan.

5.8 Berikan alasan mengapa penting untuk memberikan pencampuran awal yang cepat dari
koagulan (dan bahan kimia lainnya) selama proses flokulasi.
Alasannya karena rapid mixing penting selama proses flokulasi yang bertujuan untuk mencampurkan
air baku air minum yang masih kotor dengan koagulan secara menyeluruh sehingga pengolahan air
dapat menjadi efektif. Langkah ini diwajibkan dalam semua proses pengolahan air minum. Rapid
mixing menyebabkan flokulasi partikel tersuspensi yang ada dalam air kotor dengan memungkinkan
partikel teragregasi dan mengendapkan sedimen di dasar tangki flokulasi dan menghasilkan air bersih
di bagian permukaan.

5.9 Hitung (angka) total kloroform (TC) awal dalam aliran limbah adalah 10.003 per 100 mL
sampel yang dikumpulkan. Setelah desinfeksi melalui perawatan klorin, nomor TC adalah
6779, 3993, dan 582/100 mL, setelah perawatan masing-masing selama 12 jam, 24 jam, dan 48
jam. Hitunglah tingkat kematian (k) dicapai (dalam hari) setelah setiap kali perawatan.

JAWABAN DI SLIDE TERAKHIR

4
5.10 Seperti disebutkan, data disinfeksi (konsep Hukum Chick) dapat dievaluasi dengan
menggunakan plot kelangsungan hidup semilogaritmik. Plot data yang dihasilkan dari soal 5.9
di Excel dan buat garis lurus.

Keterangan:
• sumbu x sebagai angka kematian (k)
• sumbu y sebagai waktu kontak (jam)

5.11 Diskusikan potensi dampak tingkat DO pada kinerja bioreaktor lumpur aktif.
Tingkat DO (Dissolved Oxygen) dalam bioreaktor lumpur aktif memiliki dampak signifikan terhadap
kinerjanya. Berikut adalah beberapa dampak potensial yang perlu dipertimbangkan:
• Populasi Mikroorganisme: Tingkat DO mempengaruhi populasi mikroorganisme dalam bioreaktor
lumpur aktif. Ketersediaan oksigen yang cukup akan mendukung pertumbuhan mikroorganisme aerob
yang diinginkan. Namun, jika tingkat DO terlalu tinggi, dapat terjadi persaingan antara
mikroorganisme aerob dan anaerob, yang dapat mengganggu keseimbangan biologis dalam sistem
dan menyebabkan penurunan efisiensi penguraian.
• Penggunaan Energi: Tingkat DO yang tinggi membutuhkan konsumsi oksigen yang lebih tinggi
dan menghasilkan permintaan energi yang lebih besar untuk menjaga tingkat DO yang diinginkan.
Hal ini dapat menyebabkan penggunaan energi yang lebih tinggi dalam operasi bioreaktor lumpur
aktif

5.12 Jelaskan dua faktor penting yang mempengaruhi efisiensi filtrasi karbon aktif.
• Ukuran Butiran Karbon Aktif: Ukuran butiran karbon aktif merupakan faktor penting yang
mempengaruhi efisiensi filtrasi. Ukuran butiran yang lebih besar memiliki luas permukaan yang lebih
rendah, sehingga dapat mengurangi kemampuan karbon aktif untuk menyerap zat-zat terlarut dalam
air.
• Waktu Kontak dan Tingkat Aliran: Waktu kontak antara air dan karbon aktif, serta tingkat aliran
air melalui media filtrasi, juga mempengaruhi efisiensi filtrasi karbon aktif. Waktu kontak yang cukup
antara air dan karbon aktif memungkinkan reaksi adsorpsi terjadi secara efektif, sehingga zat-zat
terlarut dapat diadsorpsi dan dihilangkan dengan baik. Tingkat aliran yang terlalu tinggi dapat
mengurangi waktu kontak dan mengurangi efisiensi adsorpsi.

5
5.13 Jelaskan mengapa proses osmosis balik akan sangat dipengaruhi oleh kandungan total
padatan terlarut (TDS) yang tinggi selama proses pengolahan air.
• Peningkatan tekanan osmotik: RO bekerja dengan menerapkan tekanan untuk mengatasi tekanan
osmotik dan mendorong molekul air melalui membran sambil menolak zat terlarut. Kadar TDS yang
tinggi berarti perbedaan tekanan osmotik antara air umpan dan air yang dimurnikan lebih besar,
sehingga membutuhkan tekanan operasi yang lebih tinggi. Tekanan yang lebih tinggi meningkatkan
konsumsi energi dan dapat menempatkan tekanan tambahan pada sistem.
• Pencemaran membran: Kadar TDS yang tinggi dapat menyebabkan pencemaran pada membran,
di mana zat-zat terlarut mengumpul di permukaan membran. Pencemaran ini mengurangi
permeabilitas membran dan meningkatkan tekanan yang diperlukan untuk mempertahankan laju
aliran yang diinginkan. Pencemaran juga dapat menyebabkan produksi air yang berkurang dan
konsumsi energi yang lebih tinggi.
• Penolakan kontaminan yang berkurang: Membran osmosis terbalik dirancang untuk menolak
berbagai kontaminan, termasuk garam dan mineral terlarut. Namun, kadar TDS yang tinggi dapat
mengurangi efisiensi penolakan membran, memungkinkan lebih banyak zat terlarut melewati. Hal ini
dapat mengakibatkan kualitas air yang lebih rendah dan pengurangan dalam proses pemurnian.

5.14 Memperluas diskusi kita tentang proses perawatan membran, berspekulasi tentang
berbagai proses fisik/kimia yang akan membantu membedakan spesies (kontaminan) mana
yang dapat melewati membran tertentu.
1. Adsorpsi permukaan: Membran dapat memiliki kemampuan untuk mengadsorpsi spesies atau
kontaminan tertentu pada permukaannya. Adsorpsi ini dapat terjadi melalui interaksi fisik atau kimia
antara permukaan membran dan molekul yang melewati. Adsorpsi ini dapat mempengaruhi
permeabilitas membran terhadap spesies atau kontaminan tersebut.
2. Interaksi kimia: Beberapa membran memiliki kelompok fungsional atau permukaan yang dapat
berinteraksi secara kimiawi dengan spesies atau kontaminan tertentu. Interaksi ini dapat meliputi
reaksi ionik, kompleksasi, atau interaksi hidrogen. Interaksi kimia ini dapat mempengaruhi
permeabilitas dan selektivitas membran terhadap spesies atau kontaminan tertentu.
3. Ukuran pori membran: Membran memiliki ukuran pori yang berbeda-beda, yang mempengaruhi
ukuran partikel atau molekul yang dapat melewati. Jika ukuran spesies atau kontaminan melebihi
ukuran pori membran, maka mereka akan terhalang dan tidak dapat melewati membran tersebut.

5.15 Apa peran alkalinitas dalam proses pengolahan air limbah?


Alkalinitas berperan dalam menjaga pH yang sesuai dalam proses pengolahan biologis, seperti proses
aerobik atau anaerobik. Aktivitas mikroorganisme dalam proses biologis memerlukan kondisi pH
yang optimal, dan alkalinitas berperan dalam menjaga kondisi pH tersebut agar tetap stabil. Hal ini
penting untuk mendukung efisiensi biodegradasi bahan organik dan penurunan konsentrasi zat-zat
yang terkontaminasi dalam air limbah. (Metcalf & Eddy, Inc. (2014). Wastewater Engineering:
Treatment and Resource Recovery. McGraw-Hill Education.)

6
5.16 Daftar ion umum yang berhubungan dengan alkalinitas.
• Bikarbonat (HCO3-): Ion bikarbonat adalah penyumbang utama alkalinitas dalam air. Ketika
bikarbonat bereaksi dengan air, ia dapat melepaskan ion hidroksida (OH-) dan meningkatkan
alkalinitas.
• Karbonat (CO32-): Ion karbonat juga berkontribusi pada alkalinitas dalam air limbah. Karbonat
dapat bereaksi dengan air dan menghasilkan ion hidroksida, sehingga meningkatkan alkalinitas.
• Hidroksida (OH-): Meskipun hidroksida sendiri bukanlah ion alkalinitas, ia dapat terbentuk sebagai
produk dari reaksi bikarbonat atau karbonat dalam air limbah dan berkontribusi pada tingkat
alkalinitas.
• Fosfat (PO43-): Fosfat dalam bentuk tertentu, seperti fosfat bikarbonat (HPO42-) dan fosfat
karbonat (PO43-), juga dapat menyumbang terhadap alkalinitas air.
• Amonium (NH4+): Meskipun amonium adalah ion asam lemah, ketika mengalami reaksi dengan
air, ia dapat membentuk ion hidroksida (OH-) dan meningkatkan alkalinitas.

5.17 Sebutkan dua kerugian dari proses klorinasi yang digunakan dalam desinfeksi air limbah.
• Pembentukan Senyawa Klororganik: Salah satu kelemahan utama dari proses klorinasi adalah
kemungkinan terbentuknya senyawa klororganik. Ketika klorin bereaksi dengan materi organik yang
terdapat dalam air limbah, seperti sisa-sisa zat organik, dapat terbentuk senyawa klororganik yang
berpotensi berbahaya bagi kesehatan manusia.
• Efek Terhadap Lingkungan: Penggunaan klorinasi dalam desinfeksi air limbah juga dapat memiliki
dampak negatif pada lingkungan. Ketika air limbah yang terklorinasi dibuang ke lingkungan, residu
klorin dapat mencapai perairan alami seperti sungai, danau, atau laut.

5.18 Apa yang dimaksud dengan pelunakan air? Teknik pengolahan air apa yang secara rutin
digunakan dalam proses ini?
Pelembutan air mengacu pada proses mengurangi atau menghilangkan kandungan mineral tertentu
dalam air, terutama mineral yang menyebabkan kekerasan air, seperti kalsium (Ca2+) dan magnesium
(Mg2+). Kehadiran mineral-mineral ini menyebabkan pembentukan endapan kapur (karbonat) dan
kerak pada peralatan rumah tangga, pipa, dan permukaan yang bersentuhan dengan air. Teknik
pengolahan air yang rutin digunakan dalam proses pelembutan air adalah pertukaran ion dengan
menggunakan resin penukar ion. Biasanya, resin penukar kation yang mengandung ion natrium (Na+)
atau kalium (K+) digunakan dalam proses pelembutan air.

5.19 Apa dua penyebab utama kesadahan dalam air?


Penyebab utama keswadahan air adalah ion kalsium dan magnesium, Ca2+ dan Mg2+ , atau dapat
juga disebabkan adanya ion-ion lain dari polyvalent metal (logam bervalensi banyak) seperti Al, Fe,
Mn, Sr dan Zn dalam bentuk garam sulfat, klorida dan bikarbonat dalam jumlah kecil.

7
5.20 Seperti yang telah dibahas, ketika sistem pelunakan air penukar ion menjadi jenuh dengan
Ca2thdan Mg2thion, itu diregenerasi dengan melewatkan larutan NaCl melalui resin. Tuliskan
reaksi kimia yang seimbang untuk penggantian Ca2+selama proses ini.

5.21 Pertukaran ion dapat digunakan untuk menghilangkan kelebihan garam dan mineral
lainnya dari air (misalnya air laut) selama proses desalinasi. Jenis resin apa yang akan
digunakan untuk menghilangkan Cl secara individual-dan Nathion?
• Resin Penukar Anion: Resin penukar anion digunakan untuk menghilangkan ion-ion bermuatan
negatif, seperti ion klorida (Cl-). Resin ini umumnya terdiri dari matriks yang mengandung gugus
fungsional bermuatan positif, seperti gugus amonium kuartener. Gugus fungsional bermuatan positif
ini menarik dan bertukar ion-ion klorida (Cl-) dengan anion lain yang terdapat dalam air, sehingga
efektif menghilangkannya. Resin penukar anion yang umum digunakan adalah resin penukar anion
basa kuat.
• Resin Penukar Kation: Resin penukar kation digunakan untuk menghilangkan ion-ion bermuatan
positif, seperti ion natrium (Na+). Resin ini umumnya terdiri dari matriks dengan gugus fungsional
bermuatan negatif, seperti gugus asam sulfonat. Gugus fungsional bermuatan negatif ini menarik dan
bertukar ion-ion natrium (Na+) dengan kation lain yang terdapat dalam air, sehingga
menghilangkannya. Resin penukar kation yang umum digunakan adalah resin penukar kation asam
kuat

5.22 Sebutkan kemungkinan proses/teknik pengolahan air yang dapat digunakan untuk
mengolah kontaminan berikut:
A.Patogen
• Proses Pengolahan Fisik: Filtrasi, baik dengan menggunakan media filtrasi seperti pasir atau
menggunakan membran mikrofiltrasi atau ultrafiltrasi, dapat menghilangkan patogen berukuran
besar dari air.
• Proses Pengolahan Kimia: Penggunaan desinfektan seperti klorin, ozon, atau ultraviolet (UV)
dapat membunuh patogen yang ada dalam air.
• Proses Pengolahan Biologi: Proses pengolahan biologi seperti pengolahan lumpur aktif atau
pengolahan anaerobik dapat mengurangi populasi patogen melalui proses penguraian
mikroorganisme yang ada.
B.Karbon organic
• Proses Pengolahan Biologi: Proses aerobik seperti pengolahan lumpur aktif atau pengolahan
aerobik lainnya dapat menguraikan karbon organik menjadi produk yang lebih sederhana, seperti
karbon dioksida dan air.
• Proses Pengolahan Kimia: Oksidasi kimia menggunakan bahan kimia seperti ozon, hidrogen
peroksida, atau persulfat dapat menghilangkan karbon organik melalui reaksi oksidasi.
• Proses Pengolahan Fisik: Proses adsorpsi menggunakan karbon aktif atau resin pertukaran ion
dapat menghilangkan karbon organik dari air dengan menyerapnya ke permukaan bahan adsorben.
8
C.Fosfat
• Proses Pengolahan Kimia: Proses pengendapan kimia menggunakan bahan kimia seperti besi
atau aluminium sulfat dapat membentuk endapan fosfat yang kemudian dapat dipisahkan dari air.
• Proses Pengolahan Biologi: Proses pengolahan biologi seperti proses pengolahan lumpur aktif
atau pengolahan aerobik dapat mengurangi konsentrasi fosfat dalam air limbah melalui
penyerapan oleh mikroorganisme.
• Proses Pengolahan Fisik-Kimia: Proses koagulasi-flokulasi menggunakan bahan kimia
koagulan dan flokulan dapat membantu menggumpalkan fosfat dalam air sehingga dapat
diendapkan atau dihilangkan melalui proses filtrasi.

JAWABAN 5.9

Anda mungkin juga menyukai