Anda di halaman 1dari 11

Koagulasi dan Flokulasi

1. Pendahuluan dan Prinsip Kerja


A. Koagulasi
Koagulasi adalah penurunan daya larut molekul molekul
protein atau perubahan bentuk dan cairan (sol) menjadi bentuk
padat atau semi padat (gel) (Chang, 2004). Dalam suatu
suspensi, koloid tidak mengendap (bersifat stabil) dan terpelihara
dalam keadaan terdispersi, karena mempunyai gaya elektrostatis
yang diperolehnya dari ionisasi bagian permukaan serta adsorpsi
ion-ion dari larutan sekitar. Pada dasarnya koloid terbagi dua,
yakni koloid hidrofilik yang bersifat mudah larut dalam air
(soluble) dan koloid hidrofobik yang bersifat sukar larut dalam air
(insoluble). Bila koagulan ditambahkan ke dalam air, reaksi yang
terjadi antara lain adalah:
Pengurangan zeta potensial (potensial elektrostatis) hingga
suatu titik di mana gaya van der walls dan agitasi yang
diberikan menyebabkan partikel yang tidak stabil
bergabung serta membentuk flok
Agregasi partikel melalui rangkaian inter partikulat antara
grup-grup reaktif pada koloid.
Penangkapan partikel koloid negatif oleh flok-flok
hidroksida yang mengendap.
Untuk suspensi encer laju koagulasi rendah karena
konsentrasi koloid yang rendah sehingga kontak antar partikel
tidak memadai, bila digunakan dosis koagulan yang terlalu besar
akan mengakibatkan restabilisasi koloid. Untuk mengatasi hal ini,
agar konsentrasi koloid berada pada titik dimana flok-flok dapat
terbentuk dengan baik, maka dilakukan
proses recycle sejumlah settled sludge sebelum atau
sesudah rapid mixing dilakukan. Tindakan ini sudah umum
dilakukan pada banyak instalasi untuk meningkatkan efektifitas
pengolahan. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses koagulasi
antara lain:
1.
2.

Kualitas air meliputi gas-gas terlarut, warna,


kekeruhan, rasa, bau, dan kesadahan
Derajat keasaman air (pH)

3.
4.

5.

Nilai pH akan mempengaruhi proses terbentuknya


flok sehingga perlu adanya pH optimum yang sesuai
dengan jenis koagulan yang dipakai.
Pengadukan cepat dan kecepatan paddle;
Temperatur
Peningkatan temperatur akan menyebabkan
peningkatan gerak partikel dalam sistem sehingga
semakin banyak tumbukan antar partikel maka flok
akan cepat terbentuk.
Alkalinitas
Alkalinitas yang rendah akan mempengaruhi proses
koagulasi sehingga hasil yang diperoleh menjadi
kurang baik. Untuk mengatasi hal tersebut,
diperlukan penambahan alkalinitas dalam air yakitu
melalui penambahan kapur atau soda abu.

1. Koagulasi pada Protein


Koagulasi dapat diartikan sebagai kerusakan protein yang
terjadi akibat pemanasan dan terjadi adanya penggumpalan
serta pengerasan pada protein karena menyerap air pada proses
tersebut. Koagulasi berbeda dari denaturasi protein, dimana
pada koagulasi protein sifat biologi dan aktivitas protein tidak
berubah. Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan
koagulasi suatu protein, yaitu :
Asam
Proses
koagulasi
protein
dapat
terjadi
karena
penambahan asam. Pada proses pembuatan yogurt, susu
yang didalamnya terkandung bahan protein dalam
bentuk laktosa dan kasein difermentasi dengan
penambahan bakteri dari spesies lactobacillus. Dalam
proses fermentasi tersebut, susu kemudian mengalami
koagulasi karena berubahnya sifat susu menjadi asam
yang disebabkan oleh dihasilkannya asam laktat oleh
bakteri
yang
ditambahkan.
Perubahan
tersebut
mengakibatkan
susu
teragulasi
yang
membuat
teksturnya menjadi kental sehingga terbentuk curd atau
yoghurt.
Garam
Garam berfungsi dalam membantu pengeluaran protein
(whey) dari koagulan, pengaturan kadar air dan

keasaman keju (sebagai contoh dari adanya koagulasi),


dan pembentukan cita rasa keju.
Panas
Kenaikan suhu sistem koloid menyebabkan tumbukan
antar partikel-partikel sol dengan molekul-molekul air
bertambah banyak. Hal ini melepaskan elektrolit yang
teradsorpsi pada permukaan koloid. Suhu yang terlalu
rendah menyebabkan reaksi metabolisme relatif rendah
karena tidak cukup energi untuk mencapai suatu reaksi.
Pada suhu yang lebih tinggi molekul enzim yang
terproduksi lebih aktif dan terjadi tumbukan molekul,
dapat memulai suatu reksi selama protein enzim tidak
terdenaturasi. Optimal produksi enzim didefinisikan
sebagai maksimum produk, pada kondisi ini enzim
diproduksi terus-menerus.
Enzim
Enzim adalah suatu protein yang bertindak sebagai
katalisator reaksi biologi (biokatalisator). Pemanfaatan
enzim saat ini berkembang pesat terutama pada industri
pengolahan pangan, misalnya penggunaan enzim rennet
untuk menggumpalkan susu pada proses pembuatan
keju.
Mikroba
Pentingnya mikroba dalam proses penggumpalan protein
adalah karena beberapa jenis mikroba menghasilkan
suatu enzim yang dapat menyebabkan penggumpalan.
Selain itu, mikroba menghasilkan asam laktat dari
laktosa sehingga diperoleh kondisi pH yang diinginkan
dan diperlukan saat proses penggumpalan seperti pada
proses pembuatan keju.

Mekanisme Koagulasi pada Protein


Koagulasi
berawal
dari
pemanasan yang
dapat
menyebabkan pemutusan ikatan hidrogen yang menopang
struktur sekunder dan tersier suatu protein sehingga
menyebabkan sisi hidrofobik dari gugus samping polipeptida
akan terbuka. Hal ini menyebabkan kelarutan protein semakin
turun dan akhirnya mengendap dan menggumpal. Pada saat
inilah terjadi proses koagulasi.
Tahapan koagulasi protein :
1. Denaturasi protein

2.

3.

Perubahan utama pada struktur 3 dimensi


Flokulasi / curding
Perubahan struktur protein sekunder, penggumpalan
protein yang mengendap berada di dalam keadaan
terpisah pisah
Koagulasi
Gumpalan gumpalan protein sudah menbentuk massa
homogen seperti gel.

Gambar 1.1 Mekanisme Koagulasi pada Telur (atas). Struktur


Protein yang Mengalami Koagulasi (bawah).
2. Koagulasi pada Air

Pada proses koagulasi (destabilisasi) dibutuhkan bahan


kimia yang mampu mengubah muatan partikel. Bahan kimia
yang sering dipergunakan dalam proses koagulasi yaitu seperti
yang tertera pada tabel berikut.
Koagulan
Aluminium
sulphate
Ferrous sulphate
Lime
Ferric chloride
Ferric sulphate

Formula
Al2(SO4)3 .18 H2O

Berat molekul
666,7

Fe (SO4). 7 H2O
Ca(OH)2
FeCl3
Fe2(SO4)3

278,0
56 sebagai CaO
162,1
400

Koagulan yang paling banyak digunakan dalam praktek di


lapangan adalah alumunium sulfat (Al2(SO4)3), karena mudah
diperoleh dan harganya relatif lebih murah dibandingkan dengan
jenis koagulan lain. Sedangkan kapur untuk pengontrol pH air
yang paling lazim dipakai adalah kapur tohor (CaCO3). Agar
proses pencampuran koagulan berlangsung efektif dibutuhkan
derajat pengadukan > 500/detik, nilai ini disebut dengan gradien
kecepatan (G). Untuk mencapai derajat pengadukan yang
memadai, berbagai cara pengadukan dapat dilakukan,
diantaranya:
Pengadukan Mekanis
Dapat dilakukan menggunakan turbine
impeller, propeller, atau paddle impeller.
Pengadukan Pneumatis
Sistem ini menggunakan penginjeksian udara dengan
kompresor pada bagian bawah bak koagulasi. Gradien
kecepatan diperoleh dengan pengaturan flow rate udara
yang diinjeksikan.
Pengadukan hidrolis
Pengadukan cepat menggunakan sistem hidrolis
dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya melalui
terjunan air, aliran air dalam pipa, dan aliran dalam
saluran. Nilai gradien kecepatan dihitung berdasarkan
persamaan sebelumnya. Sementara
besar headloss masing-masing tipe pengadukan hidrolis
berbeda-beda tergantung pada sistem hidrolis yang
dipakai. Untuk pengadukan secara hidrolis, besar
nilai headloss yang digunakan sangat mempengaruhi

efektifitas pengadukan. Nilai headloss ditentukan


menurut tipe pengadukan yang digunakan, yaitu terjunan
air, aliran dalam pipa, atau aliran dalam saluran (baffle).

Gambar 1.2 Mekanisme Koagulasi pada Air Limbah

B. Flokulasi
Flokulasi adalah suatu proses aglomerasi (penggumpalan)
partikel partikel terdestabilisasi menjadi flok dengan ukuran
yang memungkinkan sehingga dapat dipisahkan melalui
pengendapan dan filtrasi.
Dengan pengadukan yang lambat maka flok-flok yang sudah
terbentuk dalam proses koagulasi diperbesar ukurannya, flok-flok akan
ke dalam hubungan sehingga partikel-partikel tersebut saling
bertabrakan kemudian melekat dan berubah menjadi ukuran yang siap
turun mengendap dan endapan tersimpan di bak flokulasi.

Segera setelah terbentuk inti flok, inti flok bergabung


menjadi flok berukuran lebih besar yang memungkinkan partikel
dapat mengendap. Penggabungan flok kecil menjadi flok besar
terjadi karena adanya tumbukan antar flok. Tumbukan ini terjadi
akibat adanya pengadukan lambat. Pada bak pengaduk cepat,
dibubuhkan koagulan. Pada bak pengaduk lambat, terjadi
pembentukan flok yang berukuran besar hingga mudah
diendapkan pada bak sedimentasi.

Gambar 1.3 Mekanisme Flokulasi

2. Kegunaan Koagulasi dan Flokulasi


Sebagian besar aplikasi koagulasi dan flokulasi digunakan
dalam proses penjernihan air. Bahan-bahan yang diperlukan
dalam proses penjernihan air antara lain :
1. tawas (Al2(SO4)3)
2. karbon aktif
3. klorin/kaporit
4. kapur Tohor
5. pasir
Berikut bagan pengolahan air bersih:

Gambar 2.1 Penjernihan Air


Adapun mekanisme kerja pengolahan air yaitu :
1. Air sungai dipompakan ke dalam bak prasedimentasi.
Dalam bak prasedimentasi ini, lumpur dibiarkan
mengendap karena pengaruh gravitasi.
2. Lumpur dibuang dengan pompa, sedangkan air dialirkan ke
dalam bak ventury. Pada tahap ini, dicampurkan tawas dan
gas klorin (preklorinasi). Ion Al3+ yang terdapat pada tawas
tersebut akan terhidrolisis membentuk partikel koloid
Al(OH)3 yang bermuatan positif melalui reaksi :
Al3+ + 3H2O Al(OH)3 + H+
Setelah itu, Al(OH)3 menghilangkan muatan muatan
negatif dari partikel koloid tanah liat/lumpur dan terjadi

3.

4.

5.

6.
7.

koagulasi pada lumpur. Lumpur tersebut kemudian


mengendap karena pengaruh gravitasi, sehingga lumpur
lebih mudah disaring. Selain itu, tawas yang membentuk
koloid Al(OH)3 dapat mengadsorbsi zat -zat warna atau zatzat pencemar seperti detergen dan pestisida. Sedangkan
gas klorin berfungsi sebagai pembasmi hama
(desinfektan). Selanjutnya ditambahkan karbon aktif ini
berfungsi untuk menghilangkan bau, rasa, dan zat organik
yang terkandung dalam air baku.
Air baku dari bak ventury yang telah dicampur dengan
bahan-bahan kimia dialirkan dalam accelator. Dalam bak
accelator terjadi proses koagulasi, lumpur dan kotoran lain
menggumpal membentuk flok-flok yang akan mengalami
sedimentasi secara gravitasi.
Air yang setengah bersih dari accelator dialirkan ke dalam
bak saringan pasir. Dari bak pasir diperoleh air yang hampir
bersih, karena sisa flok telah tertahan sebelumnya.
Air dalam bak pasir dialirkan ke dalam siphon. Di dalam
siphon, air yang hampir bersih ditambahkan kapur untuk
menaikkan pH dan gas klorin (post klorinasi) untuk
mematikan hama.
Air yang sudah memenuhi standar bersih dari bak siphon
dialirkan ke reservoir.
Air siap dikonsumsi konsumen

Selain itu ada beberapa pemanfaatan proses koagulasi dan


flokulasi dalam kehidupan sehari hari dan industri yaitu :
Pembentukan delta di muara sungai terjadi karena koloid
tanah liat dalam air sungai mengalami koagulasi ketika
bercampur dengan elektrolit dalam air laut.
Pengolahan karet. Partikel-partikel karet dalam lateks
digumpalkan dengan penambahan asam asetat atau asam
format sehingga karet dapat dipisahkan dari lateksnya.
Lumpur koloidal dalam air sungai dapat digumpalkan
dengan menambahkan tawas. Sol tanah liat dalam air
sungai biasanya bermuatan negatif sehingga akan
digumpalkan oleh ion Al 3+ dari tawas (alumunium sulfat)
Asap dari tebu dari pabrik/industri dapat digumpalkan
dengan alat koagulasi listrik yang disebut pengendap
Cottrel. Prinsip kerja alat ini memanfaatkan sifat muatan
dan penggumpalan koloid sehingga gas yang keluar ke
udara telah bebas dari asap dan partikel berbahaya. Asap

pabrik sebelum meninggalkan cerobong asap dialirkan


melalui ujung-ujung logam yang tajam dan bermuatan
pada tegangan tinggi. Ujung-ujung yang runcing akan
mengionkan molekul-molekul dalam udara. Ion-ion tersebut
akan diadsorbsi oleh partikel asap danmenjadi bermuatan.
Selanjutnya, partikel bermuatan itu akan tertarik dan diikat
pad aelektrodayang lainnya. Pengendap Cottrel ini banyak
digunakan dalam industri untuk dua tujuan
yaitu,mencegah udar oleh buangan beracun atau
memperoleh kembali debu yang berharga (misalnya debu
logam).
Jika bagian tubuh mengalami luka maka ion Al3+ atau Fe3+
segera menetralkan partikel albuminoid yang dikandung
darah sehingga terjadi penggumpalan darah yang
menutupi luka.

3. Keuntungan dan Kerugian pada proses pemisahan


dengan cara koagulasi dan flokulasi
Keuntungan
o Lebih cepat, efektif, dan efisien menghilangkan bahan
bahan limbah dalam bentuk koloid, dengan menambahkan
koagulan. Dengan koagulasi partikel-partikel koloid akan
saling menarik dan menggumpal membentuk flok.
o Memudahkan partikel-partikel tersuspensi yang sangat
lembut dan bahan bahan koloidal di dalam air menjadi
agregat (proses sebelum penggumpalan) dan membentuk
flok,
sehingga
dapat
dipisahkan
dengan
proses
pengendapan
o Menghilangkan beberapa jenis organisme dalam air
Kerugian

Waktu flokulasi dan bentuk flok yang dihasilkan akan


mempersulit proses pemisahan
Penetapan pH pada proses koagulasi
Tidak stabil pada saat proses pemanasan

4. Kajian Pustaka

Anonim. 2009. Koagulasi dan Flokulasi.


https://bulekbasandiang.wordpress.com/2009/03/26/koagul
asi-dan-flokulasi/ diakses pada tanggal 24 oktober 2015
Anonim. 2015. Koagulasi Protein.
http://arfristyrani.blogspot.co.id/2015/08/koagulasiprotein.html diakses pada tanggal 24 oktober 2015
Chang,R. 2004. Kimia Dasar Jl. 2 Ed. 3. Erlanggga.Jakarta.
Hidayat, Nur. 2012. Teknik Pemurnian. Universitas
Brawijaya. Malang
Sumada, Ketut. 2012. Pengolahan Air Limbah Secara Kimia.
Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur

Anda mungkin juga menyukai