Anda di halaman 1dari 3

NAMA NPM

: POETY HIKMAWATI : 0906636945 PROSES KOAGULASI DAN FLOKULASI (JAR TEST)

Faktor yang mempengaruhi kualitas air yang diolah sebagaian besar karena adanya aktifitas bakteri yang menyebabkan rasa dan bau. Bakteri ini sebenarnya membantu dalam proses penguraian atau pembusukan. Namun ketika bakteri atau mikroorganisme ini mati dalam jumlah besar misalkan kurangnya oksigen untuk membantu proses penguraian, hal ini akan mengakibatkan penumpukan pada bahan-bahan yang tidak diinginkan sehingga akan mencemari air. Oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme ini tidak dapat terpenuhi karena adanya materi tersuspensiyang terkandung dalam air sehingga menghalangi masuknya cahaya matahari yang menghambat proses fotosintesis. Untuk dapat menghilangkan materi tesuspensi ini hal yang biasa dilakukan dalam pengolahan air adalah proses koagulasi dan flokulasi. Partikel tersusensi umumnya berada pada air permukaan. Partikel ini dapat berupa partikel bebas dan koloid dengan ukuran yang sangat kecil, antara 0.001 mikron sampai 1 mikron. Partikel yang ditemukan dalam kisaran ini meliputi partikel anorganik, seperti serat asbes, tanah liat, dan lanau/silt, presipitat koagulan, dan partikel organik, seperti virus, bakteri, dan plankton. Partikel tersuspensi sangat sulit mengendap langsung secara alami. Hal ini karena adanya stabilitas suspense koloid. Stabilitas koloid terjadi karena: Gaya van der Waals. Merupakan gaya tarik-menarik antara dua massa, yang besarnya tergantung pada jarak antara keduanya. Gaya Elektrostatik. Merupakan gaya utama yang menjaga suspense koloid pada keadaan yang stabil. Sebagian besar koloid mempunyai muatan listrik. Oksida metalik umumnya bermuatan positif, sedangkan oksida nonmetalik dan sulfide metalik umumnya bermuatan negative. Kestabilan koloid terjadi karena adanya gaya tolak antar koloid yang mempunyai muatan yang sama (zeta potensial). Gerak Brown. Merupakan gerak acak dari suatu partikel koloid yang disebabkan oleh kecilnya massa partikel.

Koagulasi Koagulasi merupakan proses destabilisasi muatan partikel koloid, suspended solid halus dengan penambahan koagulan disertai dengan pengadukan cepat untuk mendispersikan bahan kimia secara merata. Proses koagulasi-flokulasi terjadi pada unit pengadukan cepat dan pengadukan lambat. Pada bak pengadukan cepat, dibubuhi koagulan. Pada bak pengadukan lambat, terjadi pembentukan flok yang berukuran besar hingga mudah diendapkan pada bak sedimentasi. Koagulan yang banyak digunakan dalam pengolahan air minum adalah aluminium sulfat atau garam-garam besi. Ada juga penambhan koagulan pembantu, seperti polielektrolit dibutuhkan untuk memproduksi flok yang lebih besar atau lebih cepat mengendap. Factor utama yang memepengaruhi proses koagulasi dan flokulasi adalah kekeruhan, padatan tersuspensi, temperature, pH, komposisi dan konsentrasi kation dan anion, durasi dan tingkat agitasi selama koagulasi dan flokulasi, dosis koagulan. Koagulan yang paling banyak digunakan dalam praktek di lapangan adalah alumunium sulfat [Al2(SO4)3], karena mudah diperoleh dan harganya relatif lebih murah dibandingkan dengan jenis koagulan lain. Sedangkan kapur untuk pengontrol pH air yang paling lazim dipakai

adalah kapur tohor (CaCO3). Agar proses pencampuran koagulan berlangsung efektif dibutuhkan derajat pengadukan > 500/detik, nilai ini disebut dengan gradien kecepatan (G). Reaksi kimia untuk menghasilkan flok dengan menggunakan alumunium sulfat (alum): Al2(SO4)314H2O + 3Ca(HCO3)2 2Al(OH)3 + 3CaSO4 + 14H2O + 6CO2 Pada air yang mempunyai alkalinitas yang tidak cukup bereaksi dengan alum, maka perlu ditambahkan alkalinitas dengan menambahkan kalsium hidroksida. Al2(SO4)314H2O + 3Ca(OH)2 2Al(OH)3 + 3CaSO4 + 14H2O Derajat pH yang optimum untuk alum berkisar 4.5 sampai 8, karena alumunium hidroksida relative tidak terlarut. Ferro sulfat membutuhkan alkalinitas dalam bentuk ion hidroksida agar menghasilkan reaksi yang cepat.muntuk itu, Ca(OH)2 ditambahkan untuk mendapatkan pHpada level dimana ion besi bisa diendapkan sebagai Fe(OH)3. Dalam reaksi koagulasi, oksigen direduksi dan ion besi dioksidai menjadi ferri, dimana akan mengendap sebagai Fe(OH)3. 2FeSO47H2O + 2Ca(OH)2 + 1/2 O2 2Fe(OH)3 + 2CaSO4 + 13H2O pH harus sekitar 9.5 dan terkadang stabilitas membutuhkan kapur berlebih. Penggunaan ferri sulfat sebagai koagulan berlangsung mengikuti reaksi: Fe(SO4) + 3Ca(HCO3)2 2Fe(OH)3 + 3CaSO4 + 6CO2 Reaksi ini biasanya menghasilkan flok yang padat dan cepat mengendap. pH optimum adalah sekitar 4 sampai 12, karena ferri hidroksida relative tidak larut dalam rentan pH ini. Reaksi ferri klorida sebagai koagulan berlangsung sebagai berikut: 2FeCl3 + 3Ca(HCO3)2 2Fe(OH)3 + 3CaCl2 + 6CO2 Penambahan kapur dibutuhkan bila lakalinitas alami tidak mencukupi 2FeCl3 + 3Ca(OH)2 2Fe(OH)3 + 3CaCl2 Flokulasi Proses flokulasi dalam pengolahan air bertujuan untuk mempercepat proses penggabungan flok-flok yang telah dibibitkan pada proses koagulasi. Partikel-partikel yang telah distabilkan selanjutnya saling bertumbukan serta melakukan proses tarik-menarik dan membentuk flok yang ukurannya makin lama makin besar serta mudah mengendap. Gradien kecepatan merupakan faktor penting dalam desain bak flokulasi. Jika nilai gradien terlalu besar maka gaya geser yang timbul akan mencegah pembentukan flok, sebaliknya jika nilai gradien terlalu rendah/tidak memadai maka proses penggabungan antar partikulat tidak akan terjadi dan flok besar serta mudah mengendap akan sulit dihasilkan. Untuk itu nilai gradien kecepatan proses flokulasi dianjurkan berkisar antara 90/detik hingga 30/detik. Untuk mendapatkan flok yang besar dan mudah mengendap maka bak flokulasi dibagi atas tiga kompartemen, dimana pada kompertemen pertama terjadi proses pendewasaan flok, pada kompartemen kedua terjadi proses penggabungan flok, dan pada kompartemen ketiga terjadi pemadatan flok. Pengadukan lambat (agitasi) pada proses flokulasi dapat dilakukan dengan metoda yang sama dengan pengadukan cepat pada proses koagulasi, perbedaannya terletak pada nilai gradien kecepatan di mana pada proses flokulasi nilai gradien jauh lebih kecil dibanding gradien kecepatan koagulasi. Jar Test Untuk menentukan kondisi operasi optimum pada system pengolahan air bersih dan air limbah biasanya dilakukan Jar Test. Prinsip Jar Test adalah proses koagulasi, flokulasi, dan

sedimentasi. Jar Test ini umumnya digunakan untuk mengurangi/menghilangkan koloid tersuspensi dan zat organik penyebab kekeruhan, bau, rasa, dan warna.

Anda mungkin juga menyukai