Anda di halaman 1dari 4

1. Apa yang dimaksud dengan fase larutan, fase suspense dan fase koloid beserta contohnya.

Jawab
Pengertian Koloid adalah suatu sistem campuran yang berada diantara larutan dan
campuran kasar (suspensi). Koloid terdiri dari fase terdispersi dan medium
pendispersi . fase terdispersi memiliki ukuran tertentu. zat yang didispersikan
disebut fase terdispersi, sedangkan medium yang digunakan untuk
mendispersikan disebut medium pendispersi. Keadaan koloid atau sistem koloid
atau suspensi koloid atau larutan koloid atau suatu koloid adalah suatu campuran
berfasa dua yaitu fasa terdispersi dan fasa pendispersi dengan ukuran partikel
terdispersi berkisar antara 10-7 sampai dengan 10-4 cm. Besaran partikel yang
terdispersi, tidak menjelaskan keadaan partikel tersebut. Partikel dapat terdiri atas
atom, molekul kecil atau molekul yang sangat besar. Koloid emas terdiri atas
partikel-partikel dengan bebagai ukuran, yang masing-masing mengandung jutaan
atom emas atau lebih. Koloid belerang terdiri atas partikel-partikel yang
mengandung sekitar seribu molekul S8. Suatu contoh molekul yang sangat besar
(disebut juga molekul makro) ialah haemoglobin. Berat molekul dari molekul ini
66800 s.m.a dan mempunyai diameter sekitar 6 x 10-7. Koloid termasuk kedalam
salah satu jenis sistem dispersi. Jenis sistem dispersi lainnya adalah Larutan sejati
dan suspensi.
Larutan adalah campuran homogen dari dua atau lebih zat (unsur/molekul).
Ketika ditempatkan dalam air, kebanyakan zat akan terlarut dan zat yang terlarut
ini disebut soluble (dapat larut) dan yang lainnya yang tidak dapat larut
disebut insoluble(tidak dapat larut). Garam dan gula sangat mudah larut dalam air.
Dalam suatu larutan, zat yang menunjukkan jumlah yang lebih besar disebut
dengan pelarut dan zat yang jumlahnya lebih sedikit disebut zat terlarut. Apa
artinya bahwa suatu zat terlarut dalam zat lainnya? Hal ini berarti bahwa molekul-
molekul dari zat terlarut terpisah dan terdistribusikan secara merata dalam pelarut.
Zat tidak dapat larut (insoluble) mempertahankan keadaannya agar tidak
terdistribusi dalam pelarut. Biasanya yang digunakan sebagai pelarut adalah air,
karena kebanyakan zat padat akan terlarut dalam air, tetapi sebenarnya hampir
semua cairan dapat dijadikan pelarut.
Bilamana kita mencampurkan gula dengan air maka akan didapatkan larutan,
namun jika kita mencampurkan pasir kedalam air, kita akan mendapatkan
campuran. Ketika kita mencampurkan garam dan pasir maka yang akan kita
dapatkan juga adalah campuran. Dengan menggunakan sepasang penjepit tipis akan
dimungkinkan untuk memisahkan butiran pasir dari air atau sepotong batubara dari
bubuk campuran, tetapi hal ini tidak dapat dilakukan untuk memisahkan molekul-
molekul gula dari air, karena ukurannya yang sangat kecil. Karena hal itulah yang
membedakan suatu campuran dengan larutan. Dalam suatu campuran partikel-
partikelnya berukuran cukup besar, sehingga mungkin untuk dipisahkan dengan
menggunakan metode mekanik.
Misalnya dengan menggunakan ayakan campuran dapat dipisahkan menjadi
bagian-bagian penyusunnya. Tetapi hal ini tidak bisa dilakukan terhadap larutan
dikarenakan ukurannya yang sangat kecil. Untuk memisahkan komponen dalam
larutan harus menggunakan metode fisika seperti destilasi.
Jadi campuran tersusun dari pertikel-partikel yang berukuran cukup besar,
sedangkan larutan tersusun dari partikel-partikel yang sangat kecil. Suspensi yang
kadang kita temui, misalnya minuman kopi/ teh tubruk yang ampasnya bisa kita
saring.
2. Bagaimana proses koagulasi dan flokulasi terjadi? Contoh!
Jawab :
Pada proses koagulasi terjadi destabilisasi koloid dan partikel dalam air
sebagai akibat dari pengadukan cepat dan pembubuhan bahan kimia (disebut koagulan).
Akibat pengadukan cepat, koloid dan partikel yang stabil berubah menjadi tidak stabil
karena terurai menjadi partikel yang bermuatan positif dan negatif. Pembentukan ion
positif dan negatif juga dihasilkan dari proses penguraian koagulan. Proses ini berlanjut
dengan pembentukan ikatan antara ion positif dari koagulan (misal Al3+) dengan ion negatif
dari partikel (misal OH- ) dan antara ion positif dari partikel (misal Ca2+) dengan ion negatif
dari koagulan (misal SO4 2-) yang menyebabkan pembentukan inti flok (presipitat).
Segera setelah terbentuk inti flok, diikuti oleh proses flokulasi, yaitu pembentukan
flok serta penggabungan inti flok menjadi flok berukuran lebih besar yang memungkinkan
partikel dapat mengendap. Penggabungan flok kecil menjadi flok besar terjadi karena
adanya tumbukan antar flok. Tumbukan ini terjadi akibat adanya pengadukan lambat.
Berikut ini adalah gambaran dari proses koagulasi-flokulasi:

Proses koagulasi-flokulasi terjadi pada unit pengaduk cepat dan pengaduk lambat.
Pada bak pengaduk cepat, dibubuhkan koagulan. Pada bak pengaduk lambat, terjadi
pembentukan flok yang berukuran besar hingga mudah diendapkan pada bak sedimentasi.
Koagulan yang banyak digunakan dalam pengolahan air minum adalah aluminium sulfat
atau garam-garam besi. Kadang-kadang koagulan-pembantu, seperti polielektrolit
dibutuhkan untuk memproduksi flok yang lebih besar atau lebih cepat mengendap. Faktor
utama yang mempengaruhi proses koagulasi-flokulasi air adalah kekeruhan, padatan
tersuspensi, temperatur, pH, komposisi dan konsentrasi kation dan anion, durasi dan tingkat
agitasi selama koagulasi dan flokulasi, dosis koagulan, dan jika diperlukan, koagulan-
pembantu. Pemilihan koagulan dan konsentrasinya dapat ditentukan berdasarkan studi
laboratorium menggunakan jar test apparatus untuk mendapatkan kondisi optimum.

Reaksi kimia untuk menghasilkan flok adalah:

Pada air yang mempunyai alkalinitas tidak cukup untuk bereaksi dengan alum,
maka perlu ditambahkan alkalinitas dengan menambah kalsium hidroksida.

Pada proses penambahan koagulan, pH atau derajat keasaman memegang peranan


penting dalam menentukan efektivitas proses koagulasi-flokulasi selain itu pH juga
menentukan kelarutan dari inti flok dalam hal ini contohnya adalah alum yang memiliki
pH optimum berkisar antara 4 sampai dengan 8, karena pada rentang pH tersebut
aluminium hidroksida relatif tidak larut. Selain itu derajat kekeruhan juga mempengaruhi
efektivitas proses ini, jika kekeruhan cukup tinggi dan alkalinitas memenuhi maka proses
ini dapat berjalan dengan baik, namun ada kalanya kekeruhan rendah namun masih
melampaui baku mutu air minum dan alkalinitas cukup, pada kondisi ini proses koagulasi-
flokulasi kurang efektif sehingga pada umumnya jika proses koagulasi-flokulasi dilakukan
maka perlu dilakukan penambahan kekeruhan buatan seperti senyawa silika.

3. Jelaskan terjadinya delta di muara sungai!


Jawab
Delta ini terbentuk karena air sungai yang keruh coklat, membawa berbagai jenis kotoran
dan tanah bertemu dengan ion-ion yang terdapat di air laut, mengalami koagulasi. Air
sungai yang setiap hari tampak keruh coklat itu merupakan suatu koloid. Karena keruh,
dapat diduga bahwa zat-zat yang menyatu dengan air sungai itu mayoritas berfasa padat.
Koloid yang fasa terdispersinya padat dan medium pendispersinya cair, yaitu air,
dinamakan sol. Dikatakan bahwa air sungai adalah koloid padat dalam cair (padat/cair
atau s/l). Suatu koloid merupakan campuran antara homogen dan heterogen. Hal ini
menjelaskan bahwa bagian terkecil koloid berupa sekelompok partikel yang tersebar
dalam medium pendispersinya. Masing-masing kelompok ini dapat stabil dalam waktu
yang cukup lama berada diantara mediumpendispersi, karena dilindungi oleh ion-ion
tertentu yang diadsorpsi oleh kelompok partikel tersebut. Oleh karena itu koloid memiliki
muatan tertentu. Air laut rasanya asin, berarti mengandung garam. Garam yang diperoleh
dari air laut dan sehari-hari dikenal sebagai garam dapur, rumus kimianya NaCl.
Walaupun kandungan garam dalam air laut tidak hanya NaCl, namun kandungan
terbanyak adalah NaCl. Jenis ikatan yang terdapat dalam senyawa ini adalah ikatan
elektrovalen atau lebih terkenal sebagai ikatan ion, karena ikatan ini menunjukkan adanya
gaya elektrostatik antara ion-ion Na+ dengan ion-ion Cl-. Oleh karena itu pada uji daya
hantar listrik air laut, lampu menyala dan terjadi banyak gelembung gas. Dapat
disimpulkan bahwa air laut menghantar listrik, sehingga dinamakan larutan elektrolit.
4. Spesies logam-logam berat/bentuk-bentuk logam berat dalam perairan
Jawab
Berdasarkan jurnal yang telah saya cari, dalam perairan Estuaria Sungai Matangpondo
Palu, spesi yang terdapat dalam perairan tersebut adalah Krom dan Timbal.
5. Interkonversi (proses perubahan) dari spesi satu ke yang lain.
Jawab :
Pada jurnal yang saya dapatkan tidak terdapat adanya interkonversi dari spesi awal (Cr dan
Pb) yang terjadi pada perairan tersebut
6. Jelaskan proses sedimentasi/ presipitasi
Jawab
radaan Pb. Pada daerah sebaran logam lainnya, kenaikan salinitas menyebabkan pH naik,
sehingga kelarutan logam dalam air turun karena kestabilan berubah dari bentuk karbonat
menjadi hidroksida yang membentuk ikatan dengan partikel pada badan air, sehingga
mengendap membentuk lumpur. kadar logam berat dalam lumpur pada sedimen
mempunyai korelasi yang positif, dimana semakin banyak kandungan lumpur dalam
sedimen maka semakin tinggi kandungan logam berat yang terdapat pada sedimen tersebut.
Hal ini disebabkan karena peran lumpur dalam pengikatan logam berat pada sedimen
sangat efektif, yang mana lumpur pada sedimen di daerah muara sungai mempunyai
kemampuan untuk menyerap unsur hara sehingga cenderung bersifat ligan, karena lumpur
yang bersifat ligan merupakan suatu senyawa yang mempunyai dua atau lebih pasangan
elektron yang bebas yang dapat mengikat elektron-elektron positif dari suatu atom unsur
logam (membentuk suatu ikatan kompleks dengan logam berat dalam perairan).
7. Pemanfaatan proses koagulasi dan flokulasi dalam penjernihan air atau pengolahan limbah.
Jawab :
a. Flokulasi Koloid dengan Polyelectrolytes
b. Flokulasi Bakteri dengan Bahan Polimer

Anda mungkin juga menyukai