Anda di halaman 1dari 10

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ ii

KATA PENGANTAR ........................................................................................ iii

DAFTAR ISI .......................................................................................................iv

DAFTAR GAMBAR ..........................................................................................vi

DAFTAR TABEL ...............................................................................................vii

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................viii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 6

1.3 Tujuan....................................................................................................... 7

1.4 Manfaat..................................................................................................... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 8

2.1 Limbah Cair Laundry ............................................................................... 8

2.2 Tanaman Kana (Canna indica L) ............................................................. 9

2.3 Suspensi Aktif (Lumpur Aktif) ................................................................ 12

2.4 Mixed Liquor Volatile Suspended Solid (MLVSS) ..................................14

2.5 Chemical Oxygen Demand (COD) ...........................................................15

2.6 Surfaktan ..................................................................................................16

2.7 Fosfat ........................................................................................................18

2.8 Biosistem ..................................................................................................20

2.9 Spektrofotometri UV-VIS ........................................................................23

vi
BAB III METODE PENELITIAN......................................................................25

3.1 Peralatan dan Bahan Penelitian ................................................................25

3.1.1 Alat penelitian...................................................................................25

3.1.2 Bahan penelitian ...............................................................................25

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian ..................................................................25

3.3 Rancangan Penelitian ...............................................................................26

3.4 Prosedur Kerja ..........................................................................................26

3.4.1 Penyediaan tanaman kana .................................................................26

3.4.2 Pengambilan sampel sedimen ...........................................................27

3.4.3 Pembuatan media cair (nutrien) ........................................................27

3.4.4 Pembibitan media cair ......................................................................28

3.4.5 Penentuan nilai MLVSS ...................................................................29

3.4.6 Pembuatan bak biosistem .................................................................30

3.4.7 Pengujian parameter .........................................................................31

Pengukuran Chemical Oxygen Demand (COD) ...............................31

Pengukuran Kadar Surfaktan (MBAS) ............................................33

Pengukuran Kadar Fosfat .................................................................35

3.4.8 Penentuan efektifitas dan kapasitas biosistem dalam menurunkan kadar


COD, Surfaktan, dan Fosfat ......................................................................36

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................38

LAMPIRAN ........................................................................................................43

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kurva Pertumbuhan Mikroorganisme ............................................. 14

Gambar 2.2 Struktur Molekul Surfaktan............................................................. 17

Gambar 3.1 Penampang biosistem dengan tanaman kana .................................. 31

vi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Di era yang semakin modern seperti saat ini, manusia memiliki kecenderungan

untuk memilih sesuatu yang sifatnya praktis dan cepat, salah satunya mengenai urusan

kebersihan pakaian. Saat ini sebagian besar masyarakat cenderung tidak sempat

mencuci pakaian sendiri dirumah dan menyerahkan semua urusan mencucui pakaian

dengan menggunakan jasa pencucian pakaian atau yang lebih dikenal dengan laundry.

Tak hanya cepat dan praktis, harganya yang terjangkau pun berhasil menarik minat

masyarakat untuk menggunakan jasa ini. Semakin tingginya kebutuhan masyarakat

terhadap jasa inipun membawa dampak semakin menjamurnya keberadaan jasa

laundry ini. Hal ini tentu memberikan dampak positif karena dapat meningkatkan

produktivitas masyarakat, namun disisi lain hal ini juga memberikan dampak negatif

terhadap lingkungan terutama ekosistem perairan karena adanya penggunaan detergen

pada prosesnya, menghasilkan limbah yang mengandung senyawa kimia yang jika

terakumulasi dalam jumlah yang besar akan sulit didegradasi oleh perairan secara

alami.

Detergen adalah bahan yang didalamnya mengandung senyawa surfaktan

dimana senyawa ini bersifat dapat menurunkan tegangan permukaan, sehingga

kotoran-kotoran yang terdapat pada pakaian dapat dibersihkan. Surfaktan yang menjadi

bahan baku pembuatan detergen terdiri dari dua jenis yaitu surfaktan anionik dan

surfaktan nonionik. Diantara kedua jenis surfaktan tersebut yang paling banyak

1
digunakan adalah surfaktan anionik terutama anionik tipe sulfat (SO 42-) dan sulfonat

(𝑅𝑆𝑂3−). Dalam pembuatan detergen, bahan yang sering digunakan berasal dari tipe

sulfonat yaitu jenis rantai bercabang misalnya alkil benzene sulfonate (ABS), dan jenis

rantai lurus linier alkil sulfonate (LAS) (Grayson, 1983). Surfaktan merupakan 70-80%

bahan pembuatan detergen, selain surfaktan digunakan juga bahan builder yang

biasanya menggunakan Sodium Tripoly Phosphate (STPP) dengan kandungan sekitar

20-30%, selain itu terdapat juga bahan aditif lain seperti pewangi dan pemutih dengan

kandungan sekitar 2-8% (Sawyer et al., 2003). Semua bahan-bahan tersebut dapat

menghasilkan senyawa yang bersifat sukar didegradasi secara alami (Sumarno dkk,

1996).

Keberadaan surfaktan dalam konsentrasi yang tinggi dapat memberikan

dampak negatif baik pada ekosistem perairan maupun daratan. Surfaktan pada perairan

yang airnya dimanfaatkan oleh PDAM dapat membahayakan karena dapat membentuk

klorobenzena yang merupakan senyawa kimia yang bersifat racun dan berbahaya bagi

kesehatan. Adanya kandungan STPP yang dapat terdegradasi menjadi fosfat dapat

berdampak buruk pada perairan karena dapat mengakibatkan eutrofikasi atau

pengkayaan unsur hara (Hera, 2003). Di daratan, keberadaan surfaktan dapat

menurunkan tingkat kesuburan tanah yang pada akhirnya mengakibatkan penurunan

produktivitas pertanian dan perkebunan.

Para pemilik usaha laundry cenderung kurang memiliki kesadaran mengenai

kesehatan lingkungan disekitar usaha mereka sehingga mereka hanya membuang

limbah hasil pencucian pakaian begitu saja tanpa dilakukan pengolahan terlebih dahulu

sehingga jika terakumulasi dalam jumlah yang banyak dapat mengakibatka

2
pencemaran lingkungan. Hal ini sudah diatur dalam Peraturan Gubernur Bali nomor 16

tahun 2016 tentang baku mutu lingkungan hidup dan kriteria baku kerusakan

lingkungan hidup pada BAB III yang menyatakan bahwa setiap pelaku usaha wajib

melakukan pengolahan limbah sebelum dibuang ke lingkungan sehingga tidak

melampauai baku mutu yang sudah ditetapkan. Oleh karena itu, pengolahan terhadap

limbah usaha laundry ini perlu dilakukan agar dapat mengurangi atau menghilangkan

bahayanya.

Usaha pengolahannya limbah laundry dapat diolah dengan menggunakan

berbagai metode baik secara fisik, kimia, ataupun biologi. Pengolahan limbah secara

fisik dapat dilakukan dengan menggunakan alat penyaringan berupa screen bar

ataupun dengan menggunakan metode adsorbsi oleh adsorben. Namun, upaya

pengolahan limbah secara fisik hanya menghasilkan outlet secondary waste yang

membutuhkan pengolahan limbah lanjut. Pengolahan limbah secara kimia dapat

dilakukan dengan penambahan senyawa – senyawa kimia yang berfungsi sebagai

kuagulan atau flokulan yang merupakan senyawa-senyawa polimer untuk membuat

limbah yang semula tidak dapat diendapkan menjadi mudah diendapkan baik dengan

atau tanpa reaksi redoks. Pengolahan limbah secara kimia pada dasarnya efektif

digunakan namun memerlukan biaya operasional yang cukup tinggi. Adanya

kelemahan-kelemahan pada pengolahan limbah secara fisika dan kimia, maka perlu

dilakukan pengembangan terhadap metode pengolahan limbah laundry secara biologis.

Metode pengolahan limbah laundry secara biologis dapat dilakukan dengan

menggunakan biosistem vertikal dengan tumbuhan sebagai salah satu medianya. Untuk

3
memaksimalkan kinerja biosistem dalam mengolah limbah laundry, diperlukan adanya

penambahan mikoorganisme sebagai agen biologis yang mampu mengolah limbah

laundry tersebut.

Penggunaan biosistem dalam mengolah limbah cair saat ini mulai banyak

dikembangkan. Biosistem merupakan suatu bentuk ekosistem buatan yang didalamnya

terdapat beberapa komponen yang saling berinteraksi. Komponen-komponen tersebut

yaitu media pasir dan batu pecah, tanaman, dan mikroorganisme. Media pasir dan batu

pecah pada biosistem berfungsi sebagai media penyaring dan penyokong tanaman .

Tanaman pada biosistem berfungsi untuk melakukan rizhodegradasi yaitu penurunan

kadar limbah pecemar oleh akar tanaman. Rizhodegradasi dapat berlangsung dengan

adanya bantuan mikroorganisme rizozfer. Mikroorganisme memanfaatkan eksudat-

eksudat akar sebagai nutrisi untuk bekerja dalam menguraikan limbah-limbah

pencemar. Terjadinya interaksi antara akar tanaman dan mikroorganisme

menyebabkan tercukupinya kebutuhan unsur hara bagi mikroorganisme maupun

tanaman tersebut (Sumastri,2009). Selain keberadaannya yang secara alami dapat

tumbuh dan berkembang pada lingkungan biosistem, mikroorganisme yang sudah

diinokulasi juga dapat ditambahkan dari luar biosistem. Mikroorganisme ini

dikembangkan dalam suatu media dan diberikan nutrient sebagai bahan makanan untuk

mikroorganisme ini tumbuh dan berkembang.

Penelitian pengolahan limbah dengan menggunakan biosistem telah banyak

dilakukan, diantaranya pengolahan limbah deterjen dengan tanaman kangkungan

dalam system batch teraerasi yang dilakukan oleh Putra (2015). Hasil yang diperoleh

4
dalam penelitian tersebut yaitu terjadinya penurunan kadar surfaktan dan fosfat sebesar

97,96% dan 90,77% setelah dilakukan pengamatan setelah 30 jam. Hasil penelitian

Sutomo (2015) dalam mengolah limbah laundry dengan menggunakan biosistem untuk

mengetahui penurunan kadar COD, surfaktan, dan fosfat dengan tanaman Heliconia

menggunakan metode batch diperoleh hasil efektivitas penurunan kadar masing-

masing parameter 84, 10 %; 96,36 %; dan 92,12 %. Hasil penelitian Meita (2015)

dengan biosistem tanaman kangkungan mampu menurunkan kadar fenol, ammonia,

ion klorida dan COD yaitu sebesar 0,2906 ppm; 0,1452 ppm; 2,127 ppm; dan 3,848

ppm. Hasil penelitian Padmanabha (2016) dalam mengolah limbah laundry dengan

menggunakan sistem pengolahan constructed wetland menunjukkan efektivitas sistem

penurunan Total Fosfat dan Amonia selama 5 minggu pada masing-masing reaktor,

yaitu; reaktor 1 (50% batu vulkanik, 50% arang) sebesar 26,69%, reaktor 2 (75% batu

vulkanik, 25% arang) sebesar 37,32%, reaktor 3 (25% batu vulkanik, 75% arang)

sebesar 20,94%, reaktor 4 (100% batu vulkanik) sebesar 26,91%, reaktor 5 (100%

arang) sebesar 55,17%. Sedangkan penelitian Widiantara (2018) menunjukkan

biosistem yang dipadukan dengan bak penampungan anaerob mampu menurunkan

kadar BOD, COD, fosfat dan deterjen sebesar 127,09 ppm, 161,96 ppm, 0,8699 ppm

dan 1,3228 ppm. Kinerja dari komponen fisik dan biologis dalam biosistem yang

dipadukan dengan bak penampungan anaerob efektif menurunkan kadar BOD, COD,

fosfat dan deterjen berturut-turut sebesar 73,91%, 69,58%, 58,74% dan 80,03% (di

atas 50%) dalam satu kali perlakuan. Hasil penelitian Raharja (2018) menunjukkan

efektivitas biosistem vertikal dengan pengaliran limbah secara kontinyu dalam

5
menurunkan kadar zat warna biru metilen, Cd, dan Cr berturut-turut sebesar 99,7587%;

99,8011%; 63,4927%.

Sistem perendaman (batch) memiliki beberapa kelemahan yaitu waktu pengolahannya

yang cukup lama karena harus direndam dalam waktu yang lama mencapai 48 jam,

adanya air yang tergenang memungkinkan hidupnya jentik-jentik nyamuk serta

susahnya penanganan ketika terdapat limbah baru yang harus diolah lagi. Penelitian ini

menggunakan sistem sirkulasi secara kontinyu dengan penambahan lumpur aktif

dengan harapan mampu menurunkan nilai COD, surfaktan dan fosfat dari limbah cair

laundry hingga diperoleh hasil dibawah baku mutu yang telah ditetapkan.

Penelitian ini diawali dengan proses sampling sedimen perairan terpapar

laundry di sekitar Jalan Tukad Yeh Biu dan Tukad Banyusari desa Sesetan. Sedimen

ditambahkan pada dua jenis media cair yang sudah berisi dua jenis nutrient yang

berbeda kemudian di aerasi untuk mengetahui nutrien mana yang memberikan hasil

pertumbuhan biomassa terbesar dengan melihat nilai MLVSS yang dihasilkan.

Biosistem disiapkan dengan menyusun media yang terdiri dari pasir, batu pecah dan

tanaman tasbih, kemudian media cair yang sudah berisi inokulum bakteri diadaptasikan

selama 1 hari. Biosistem yang sudah diadaptasi kemudian digunakan untuk mengolah

limbah laundry secara kontinyu. Pengolahan limbah laundry secara kontinyu dilakukan

dengan dengan menuangkan limbah laundry secara merata pada permukaan biosistem,

kemudian effluent yang dihasilkan dituangkan kembali ke biosistem dan proses

penuangan limbah diulang sebanyak 3 kali sehingga dapat dikatakan 3 kali sirkulasi.

1.2. Rumusan Masalah

6
1. Apakah nutrient NPK artificial atau nutrient pupuk NPK yang memberikan

hasil pertumbuhan terbaik pada suspensi aktif dari sampel sedimen tanah

limbah laundry ?

2. Berapakah efektifitas dan kapasitas biosistem vertikal dengan tanaman kana

dalam menurunkan kadar COD, Surfaktan, dan fosfat pada limbah laundry?

1.3. Tujuan Penelitian

1. Menentukan nutrient yang memberikan hasil pertumbuhan terbaik pada

suspensi aktif dari sampel sedimen tanah limbah laundry

2. Menentukan efektifitas dan kapasitas biosistem vertikal dengan tanaman kana

dalam menurunkan kadar COD, Surfaktan, dan fosfat pada limbah laundry

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan solusi alternatif yang bersifat

ramah lingkungan dan ekonomis dalam mengolah limbah detergen dari usaha

laundry sehingga tidak berbahaya bagi lingkungan. Selain itu, hasil penelitian

ini diharapkan dapat dikembangkan lebih lanjut sehingga dapat dengan mudah

digunakan oleh para pelaku usaha laundry.

Anda mungkin juga menyukai