HALAMAN JUDUL........................................................................................... i
1.3 Tujuan....................................................................................................... 7
1.4 Manfaat..................................................................................................... 7
vi
BAB III METODE PENELITIAN......................................................................25
LAMPIRAN ........................................................................................................43
v
DAFTAR GAMBAR
vi
BAB I
PENDAHULUAN
Di era yang semakin modern seperti saat ini, manusia memiliki kecenderungan
untuk memilih sesuatu yang sifatnya praktis dan cepat, salah satunya mengenai urusan
kebersihan pakaian. Saat ini sebagian besar masyarakat cenderung tidak sempat
mencuci pakaian sendiri dirumah dan menyerahkan semua urusan mencucui pakaian
dengan menggunakan jasa pencucian pakaian atau yang lebih dikenal dengan laundry.
Tak hanya cepat dan praktis, harganya yang terjangkau pun berhasil menarik minat
laundry ini. Hal ini tentu memberikan dampak positif karena dapat meningkatkan
produktivitas masyarakat, namun disisi lain hal ini juga memberikan dampak negatif
pada prosesnya, menghasilkan limbah yang mengandung senyawa kimia yang jika
terakumulasi dalam jumlah yang besar akan sulit didegradasi oleh perairan secara
alami.
kotoran-kotoran yang terdapat pada pakaian dapat dibersihkan. Surfaktan yang menjadi
bahan baku pembuatan detergen terdiri dari dua jenis yaitu surfaktan anionik dan
surfaktan nonionik. Diantara kedua jenis surfaktan tersebut yang paling banyak
1
digunakan adalah surfaktan anionik terutama anionik tipe sulfat (SO 42-) dan sulfonat
(𝑅𝑆𝑂3−). Dalam pembuatan detergen, bahan yang sering digunakan berasal dari tipe
sulfonat yaitu jenis rantai bercabang misalnya alkil benzene sulfonate (ABS), dan jenis
rantai lurus linier alkil sulfonate (LAS) (Grayson, 1983). Surfaktan merupakan 70-80%
bahan pembuatan detergen, selain surfaktan digunakan juga bahan builder yang
20-30%, selain itu terdapat juga bahan aditif lain seperti pewangi dan pemutih dengan
kandungan sekitar 2-8% (Sawyer et al., 2003). Semua bahan-bahan tersebut dapat
menghasilkan senyawa yang bersifat sukar didegradasi secara alami (Sumarno dkk,
1996).
dampak negatif baik pada ekosistem perairan maupun daratan. Surfaktan pada perairan
yang airnya dimanfaatkan oleh PDAM dapat membahayakan karena dapat membentuk
klorobenzena yang merupakan senyawa kimia yang bersifat racun dan berbahaya bagi
kesehatan. Adanya kandungan STPP yang dapat terdegradasi menjadi fosfat dapat
limbah hasil pencucian pakaian begitu saja tanpa dilakukan pengolahan terlebih dahulu
2
pencemaran lingkungan. Hal ini sudah diatur dalam Peraturan Gubernur Bali nomor 16
tahun 2016 tentang baku mutu lingkungan hidup dan kriteria baku kerusakan
lingkungan hidup pada BAB III yang menyatakan bahwa setiap pelaku usaha wajib
melampauai baku mutu yang sudah ditetapkan. Oleh karena itu, pengolahan terhadap
limbah usaha laundry ini perlu dilakukan agar dapat mengurangi atau menghilangkan
bahayanya.
berbagai metode baik secara fisik, kimia, ataupun biologi. Pengolahan limbah secara
fisik dapat dilakukan dengan menggunakan alat penyaringan berupa screen bar
pengolahan limbah secara fisik hanya menghasilkan outlet secondary waste yang
limbah yang semula tidak dapat diendapkan menjadi mudah diendapkan baik dengan
atau tanpa reaksi redoks. Pengolahan limbah secara kimia pada dasarnya efektif
kelemahan-kelemahan pada pengolahan limbah secara fisika dan kimia, maka perlu
menggunakan biosistem vertikal dengan tumbuhan sebagai salah satu medianya. Untuk
3
memaksimalkan kinerja biosistem dalam mengolah limbah laundry, diperlukan adanya
laundry tersebut.
Penggunaan biosistem dalam mengolah limbah cair saat ini mulai banyak
yaitu media pasir dan batu pecah, tanaman, dan mikroorganisme. Media pasir dan batu
pecah pada biosistem berfungsi sebagai media penyaring dan penyokong tanaman .
kadar limbah pecemar oleh akar tanaman. Rizhodegradasi dapat berlangsung dengan
dikembangkan dalam suatu media dan diberikan nutrient sebagai bahan makanan untuk
dalam system batch teraerasi yang dilakukan oleh Putra (2015). Hasil yang diperoleh
4
dalam penelitian tersebut yaitu terjadinya penurunan kadar surfaktan dan fosfat sebesar
97,96% dan 90,77% setelah dilakukan pengamatan setelah 30 jam. Hasil penelitian
Sutomo (2015) dalam mengolah limbah laundry dengan menggunakan biosistem untuk
mengetahui penurunan kadar COD, surfaktan, dan fosfat dengan tanaman Heliconia
masing parameter 84, 10 %; 96,36 %; dan 92,12 %. Hasil penelitian Meita (2015)
ion klorida dan COD yaitu sebesar 0,2906 ppm; 0,1452 ppm; 2,127 ppm; dan 3,848
ppm. Hasil penelitian Padmanabha (2016) dalam mengolah limbah laundry dengan
penurunan Total Fosfat dan Amonia selama 5 minggu pada masing-masing reaktor,
yaitu; reaktor 1 (50% batu vulkanik, 50% arang) sebesar 26,69%, reaktor 2 (75% batu
vulkanik, 25% arang) sebesar 37,32%, reaktor 3 (25% batu vulkanik, 75% arang)
sebesar 20,94%, reaktor 4 (100% batu vulkanik) sebesar 26,91%, reaktor 5 (100%
kadar BOD, COD, fosfat dan deterjen sebesar 127,09 ppm, 161,96 ppm, 0,8699 ppm
dan 1,3228 ppm. Kinerja dari komponen fisik dan biologis dalam biosistem yang
dipadukan dengan bak penampungan anaerob efektif menurunkan kadar BOD, COD,
fosfat dan deterjen berturut-turut sebesar 73,91%, 69,58%, 58,74% dan 80,03% (di
atas 50%) dalam satu kali perlakuan. Hasil penelitian Raharja (2018) menunjukkan
5
menurunkan kadar zat warna biru metilen, Cd, dan Cr berturut-turut sebesar 99,7587%;
99,8011%; 63,4927%.
yang cukup lama karena harus direndam dalam waktu yang lama mencapai 48 jam,
susahnya penanganan ketika terdapat limbah baru yang harus diolah lagi. Penelitian ini
dengan harapan mampu menurunkan nilai COD, surfaktan dan fosfat dari limbah cair
laundry hingga diperoleh hasil dibawah baku mutu yang telah ditetapkan.
laundry di sekitar Jalan Tukad Yeh Biu dan Tukad Banyusari desa Sesetan. Sedimen
ditambahkan pada dua jenis media cair yang sudah berisi dua jenis nutrient yang
berbeda kemudian di aerasi untuk mengetahui nutrien mana yang memberikan hasil
Biosistem disiapkan dengan menyusun media yang terdiri dari pasir, batu pecah dan
tanaman tasbih, kemudian media cair yang sudah berisi inokulum bakteri diadaptasikan
selama 1 hari. Biosistem yang sudah diadaptasi kemudian digunakan untuk mengolah
limbah laundry secara kontinyu. Pengolahan limbah laundry secara kontinyu dilakukan
dengan dengan menuangkan limbah laundry secara merata pada permukaan biosistem,
penuangan limbah diulang sebanyak 3 kali sehingga dapat dikatakan 3 kali sirkulasi.
6
1. Apakah nutrient NPK artificial atau nutrient pupuk NPK yang memberikan
hasil pertumbuhan terbaik pada suspensi aktif dari sampel sedimen tanah
limbah laundry ?
dalam menurunkan kadar COD, Surfaktan, dan fosfat pada limbah laundry?
dalam menurunkan kadar COD, Surfaktan, dan fosfat pada limbah laundry
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan solusi alternatif yang bersifat
ramah lingkungan dan ekonomis dalam mengolah limbah detergen dari usaha
laundry sehingga tidak berbahaya bagi lingkungan. Selain itu, hasil penelitian
ini diharapkan dapat dikembangkan lebih lanjut sehingga dapat dengan mudah