Anda di halaman 1dari 25

PERCOBAAN 2A

PENGUJIAN KERTAS
I. TUJUAN
1. Mengetahui perbedaan bentuk watermark pada kertas HVS dan kertas
buram
2. Mengetahui fungsi penentuan kadar abu kertas
3. Mengetahui manfaat pengujian kertas

II. DASAR TEORI


Kertas adalah bahan yang tipis dan rata, yang dihasilkan dengan
kompresi serat yang berasal dari pulp. Serat yang digunakan biasanya adalah
alami, dan mengandung selulosa dan hemiselulosa. kertas dikenal sebagai
media utama untuk menulis, mencetak serta melukis dan banyak kegunaan
lain yang dapat dilakukan dengan kertas misalnya kertas pembersih (tisu)
yang digunakan untuk hidangan, kebersihan ataupun toilet. Adanya kertas
merupakan revolusi baru dalam dunia tulis menulis yang menyumbangkan
arti besar dalam peradaban dunia. Sebelum ditemukan kertas, bangsa-bangsa
dahulu menggunakan tablet dari tanah lempung yang dibakar. Hal ini bisa
dijumpai dari peradaban bangsa Sumeria, (prasasti dari batu, kayu, bambu,
kulit atau tulang binatang, sutra, bahkan daun lontar yang dirangkai seperti
dijumpai pada naskah-naskah )nusantara beberapa abad lampau(Anonim,
2001)
Adapun jenis kertas yang saat ini sering digunakan adalah (Hopen,
2009)
1. Canvas Paper
Jenis kertas ini jika kita gunakan untuk mencetak foto akan
menghasilkan cetakan dengan sentuhan canvas layaknya sebuah
lukisan. Hasil akhir cetakan akan menampilkan foto yang persis dengan
kertas canvas.
2. Premium Glossy Photo Paper
Kertas jenis ini biasa disebut oleh para penggunanya dengan sebutan
high glossy, kertas jenis ini mampu menghasilkan cetakan dengan efek
yang lebih mengkilap. Kertas jenis ini sangat cocok untuk mengcetak
foto dengan resolusi tinggi. Walaupun harga kertas ini lebih mahal
tetapi jika kita gunakan, akan menghasilkan cetakan foto yang
maksimal dan lebih cerah.
3. Kertas Kalkir
Kertas Kalkir hampir sama dengan kertas HVS yang biasanya dipakai
untuk media sablon, namun tidak putih alias lebih gelap dan terlihat
transparan seperti kertas habis kena tumpahan minyak.
4. Kertas Duplex (Coated)
Bahan duplex mudah dibedakan dari bahan lain, yakni sisi depan
berwarna putih dan sisi belakang abu-abu. Jadi, yang dicetak hanya
satu sisi. Bahan ini banyak digunakan untuk pembuatan box karena
harganya yang relatif murah dibandingkan bahan lainnya. Gramasi
yang umum digunakan 250gr , 270gr , 310gr, 350gr, 400gr.
5. Kertas Art/Matt Paper
Bahan kertas untuk brosur dengan permukaan yang licin (art) atau
semi doff (matt). Selain licin, produk cetak yang dihasilkan juga
berkualitas bagus karena raster kertas halus. Gramasi yang umum
digunakan 100g, 120gr, 150gr.
6. Kertas Ivory
Bahan ivory ini hampir sama seperti art karton. Kedua sisinya putih,
tetapi tidak seputih art karton. Yang membedakan art karton
kedua sisinya licin sementara ivory hanya satu sisi yang licin. Hampir
sama dengan cwb, hanya cwb lebih halus. Bahan ini juga banyak
digunakan untuk box cosmetic karena cukup tebal/kokoh. Gramasi
yang umum digunakan 210gr, 230gr,250gr,270gr, 300gr,350gr.
7. Kertas HVS
Jenis kertas HVS agak kasar, umumnya digunakan untuk
kertas fotocopy / Printer Deskjet. Kertas jenis ini banyak dijual di toko-
toko buku (contoh : kertas paperone, Gold, dsb) dengan gramasi 70gr
,80gr , 100gr. ukuranya ada A4, F4 atau Folio dan ada juga Kertas HVS
A3 70 Gr.
8. Art Karton
Bahan kertas ini sama seperti art paper, tetapi gramasi lebih tebal.
Banyak digunakan untuk produk cetak, seperti : kartu nama, katalog,
co profile,brosur, dan produk cetak lain yang membutuhkan kertas agak
tebal. Umumnya setelah di cetak bahan ini dilaminasi (optional),
supaya hasilnya lebih memuaskan.Gramasi yang umum digunakan
190g, 210gr , 230gr , 260gr , 310gr , 360gr.
9. CWb/Duplex Putih
Bahan sama seperti duplex, hanya bagian dalam berwarna putih
sehingga kelihatan lebih bersih. Banyak digunakan untuk box makanan.
Gramasi yang umum digunakan 230gr, 250gr, 300gr.
10. Samson Kraft
Berwarna coklat muda, merupakan bahan hasil daur ulang, dan
permukaannya kasar. Umumnya digunakan untuk kertas bungkus,
namun karena memberi kesan klasik, bahan ini banyak digunakan untuk
pembuatan paperbag dan handtag (khususnya untuk distro jeans).
Karena warna dasarnya coklat, umumnya dicetak 1-2 warna saja.
Gramasi yang umum digunakan 150gr, 220gr (karton).
11. Corugated (Gelombang)
Sesuai namanya, corugated merupakan karton yang bagian dalamnya
bergelombang antara lain digunakan sebagai box mi instan. Jika
dicetak, box ini umumnya ditempel lagi dengan menggunakan dupl.
ex, kraft atau hvs. Jadi jika hendak dicetak fullcolor, pencetakan
dilakukan pada bahan lain kemudian ditempel. Ketebalan bahan ini
dikategorikan menjadi B flute (gelombang besar ) dan E flute
(gelombang kecil).
12. BW/BC/Linen Jepang/Concord)
Kertas ini bertekstur, biasanya digunakan untuk kop surat / sertifikat.
Terdapat dalam berbagai warna. Gramasi yang tersedia umumnya
hanya 1 macam, misalnya 220gr-250gr
Pengujian kertas pada pemalsuan dokumen merupakan hal yang penting,
karena banyak pemalsu yang tertangkap menggunakan kertas yang salah. Berbagai
uji analitik yang dilakukan harus didasari oleh pemahaman tentang bahan-bahan
yang digunakan dan alur proses pembuatan suatu jenis kertas. Uji awal yang
dilakukan pada pengujian kertas meliputi uji-uji fisik kertas misalnya tentang
ketebalan, berat per meter persegi, ataupun jenis watermarknya, juga beberapa uji
warna dan uji mikroskopis tentang jenis serat bahan pembuat kertas, produsen dan
mungkin kisaran masa pembuatannya. Analisis kertas dapat membantu proses
investigasi khususnya ekstrak bukti sejarah dan fisik dari dokumen, foto, seni cetak,
buku, dan objek berbasis kertas lainnya. Sebuah studi pendahuluan telah dilakukan
tentang bahan-bahan dan teknologi pembuatan kertas. Disana ditemukan bahwa ada
formula pembuatan yang berbeda- beda untuk berbagai jenis kertas yang sangat
dirahasiakan oleh podusennya. Penyidik memerlukan sejumlah alat-alat analisis
yang mendukung, mulai dari perbesaran optik standar hingga spektroskopi
molekul(Funk, 1968).
Uji fisik kertas adalah kadar abu dan jenis watermarkna. Penetapan kadar abu
berhubungan dengan hal kemurnian dan kandungan bahan organik antara pabrik
penghasil keratas yang satu dengan lainnya. Watermark adalah kualitas khas yang
dapat ditemukan dalam setiap kertas. Watermark adalah desain anyaman serat yang
ditemukan di kertas. Kita dapat melihat dengan memegang sebuah kertas di depan
sebuah sumber cahaya. Watermark ini menandakan asal produsen kertas, tanggal
pembuatan, dan, untuk siapa kertas diproduksi. Setiap upaya untuk menempa
watermark dengan mudah dapat dideteksi. Hal ini disebabkan Oleh fakta bahwa
watermark sebenarnya memiliki serabut yang lebih sedikit dari sisa kertas.
Kerapatan serat yang mendasari dalam analisis sebuak kertas dokumen(Von
Bermen, 1986)

Disamping uji awal, ada beberapa uji analitik tambahan yang biasa
dipergunakan yaitu (Castillo, 2004) :
1. Metode mempersiapkan cuplikan yang bersih untuk dipergunakan pada uji
mikrokimia.
2. Metode spektrografik untuk mengidentifikasi adanya substansi anorganik
dalam kertas.
3. Metode kromaografik untuk mendeterminasi adanya logam-logam alkali
adan alkali tanah.

III. MATERI DAN METODE


3.1. Materi
A. Alat yang digunakan
Furnace
Cawan porselin
Desikator
Pinset
Gunting
Penggaris
Neraca Analitik
B. Bahan yang digunakan
Bermacam-macam jenis kertas (kertas HVS dan kertas buram)
Air
3.2. Prosedur Kerja
A. Penetapan Kadar Abu
Disiapkan kertas yang akan diuji dan kertas dipotong dengan ukuran
1x1 cm. Cawan porselin yang kering dan bersih disiapkan, kemudin
beratnya ditentukan sampai ditemkan berat konstan. Hasilnya
dicatat. Kertas yang akan diuji diletakkan dalam cawan porselin
yang telah disiapkan dengan menggunakan pinset. Ditimbang dan
dicatat hasilnya. Cawan beserta isinya dipijarkan untuk
mendapatkan sisa abu. Untuk menyempurnakan proses pembakaran,
cawan ditaruh dalam furnace dan temperatur dibuat 500oC hingga
kertas telah menjadi abu. Setelah 30 menit diamati sampai diperoleh
abu. Cawan diletakkan di dalam desikator untuk didinginkan,
kemudian ditimbang hingga beratnya konstan. Hasilnya dicatat.
Percobaan ini diulangi sebanyak 2 kali
B. Identifikasi Watermark
Tiap-tiap kertas dilihat anyamannya dibawah sinar matahari.
Apabila kurang jelas penampakan seratnya, dicoba dibasahi air lalu
amati kembali. Jenis anyaman yang tampak (tiap jenis kertas
memiliki jenis anyaman yang berbeda. Anyaman inilah yang disebut
Watermark)
3.3. Skema Kerja
A. Penetapan Kadar Abu

Kertas

-dipotong ukuran 1 x 1 cm
Kertas ukuran
1 x 1 cm

-ditimbang beratnya
-diletakkan pada cawan
Kertas dan
cawan

- dipijarkan

Sisa abu

-diletakkan dalm furnace suhu 500C

Abu
-diletakkan dalam desikator
-ditimbang hingga berat konstan

Hasil
B. Identifikasi Watermark

Kertas
-dilihat jenis anyaman

-digambar jenis anyaman

Hasil
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
PERLAKUAN PENGAMATAN
Cawan porselin kosong ditimbanng Berat cawan 1 = 35,82 gram
Berat cawan 2 = 34,29 gram
Kertas HVS dan kertas buram dipotong Berat cawan+kertas 1 = 35,84 gram
sepanjang 1x1 cm kemudian dimasukkan ke Berat cawan+kertas 2 = 34,32 gram
dalam cawan porselin dan ditimbang kembali
Kertas HVS dan kertas buram dipijar Terbakar dan menjadi abu, warna kertas
menjadi abu-abu sebagian
Kertas HVS dan kertas buram yang sudah Kertas menjadi warna abu-abu kehitaman
dibakar ditaruh dalam furnace dengan suhu
500oC selama 30 menit
Cawan dikeluarkan dari furnace dan Cawan tidak panas
dimasukkan ke dalam desikator
Cawan ditimbang Berat cawan 1 = 35,83 gr
Berat cawan 2 = 34,30 gr

Penetapan Kadar Abu


No Berat Cawan Berat Cawan + Berat Kertas Berat Cawan + Berat Abu (gram)
Kosong Kertas (gram) (gram) Abu (gram)
(gram)
1 35,82 35,84 0,02 35,83 0,01
2 34,29 34,32, 0,03 34,30 0,01

Kadar Abu 1 = x 100%

0,01
= x 100%
0,02

= 50%

Kadar abu 2 = x 100%

0,01
= x 100%
0,03

= 33 %

No Kadar abu (%)


1 50
2 33

Identifikasi Watermark

Jenis Kertas Bentuk Serat (watermark)

Kertas buram basah Tidak Beraturan

Kertas HVS basah Seperti Anyaman


4.2. Pembahasan
Dalam pengujian kertas yang dipraktikumkan, dilakukan dua
pengujian kertas meliputi uji-uji fisik kertas, yaitu penetapan kadar abu dan
identifikasi watermark. Penetapan kadar abu berhubungan dengan hal kemurnian
dan kandungan bahan organik antara pabrik penghasil keratas yang satu dengan
lainnya. Pada penetapan kadar abu, kertas yang diuji adalah kertas buram, pertama-
tama cawan porselin kosong ditimbang kemudian kertas yang sudah dipotong
dengan ukuran 1 x 1 cm. Lalu kertas ditimbang dalam wadah cawan porselin, dan
berat kertas didapat dengan cara selisih dari berat cawan porselin plus kertas dengan
berat cawan porselin kosong. Dalam pengukuran ini dilakukan pengulangan
sebanyak tiga kali. Dari masing-masing pengulangan didapatkan berat kertas
sebesar 0,02 gram dan 0,03 gram. Selanjutnya kertas yang sudah diukur beratnya
dipijarkan atau dibakar dengan mengunakan korek api. Hal ini bertujuan untuk
memudahkan mendapatkan abu saat dipanaskan didalam furnance. Kemudian
cawan porselin yang berisi hasil dari kertas yang sudah dipijarkan dimasukan
kedalam pembakar furnance pada suhu 500oC selama 30 menit. Temperatur
furnance dibuat hingga 500oC bertujuan untuk membuat kertas hingga menjadi abu
dan menghilangkan kadar airnya. Setelah pengabuan, berat cawan dan abu
ditimbang, kemudian kembali dimasukan kedalam furnance dan dilakukan
penimbangan kembali hingga didapat berat yang konstan, setelah beratnya telah
konstan, proses pengabuan dihentikan. Setelah proses pegabuan atau pemanasan
didalam furnence selama 30 menit, cawan porselin yang berisi abu didinginkan
terlebih dahulu didalam desikator atau pada udara terbuka. Hal ini dilakukan karena
cawan porselin yang dalam kondisi panas jika ditimbang beratnya akan lebih kecil
bahkan lebih kecil dari berat cawan porselin yang kecil sehingga akan terjadi
kesalahan dalam menetapkan kadar abu. Setelah cawan porselin dingin, cawan
porselin dengan abu didalamnya ditimbang dan penimbangan dilakukan
pengulangan sebanyak tiga kali. Dimana berat abu yang diperoleh dengan cara
selisih berat cawan porselin plus abu dengan berat cawan porselin kosong. Berat
abu yang diperoleh dari masing-masing pengulangan adalah 0,01 gram dan 0,01
gram. Kemudian kadar abu dihitung dengan cara membagi berat abu dengan berat
kertas dan dikalikan seratus persen. Dimana kadar abu yang didapatkan dari
masing-masing pengulangan adalah 50% dan 33%,Kadar tersebut tidak dapat
menunjukan kemurnian atau jumlah kandungan anorganik suatu kertas, sebab tidak
mungkin 100% komponen suatu kertas terdiri atas air. Dari literature semakin kecil
nilai kadar abu semakin banyak rongga udara dan semakin kuat daya serapnya.
Seharusnya setelah proses pengabuan seluruh kadar air yang ada di kertas akan
habis (ditandai dengan beratnya yang konstan) sehingga komponen anorganik yang
tersisa dapat dihitung sebagai kadar abu. Berdasarkan data dari Pusat Grafika
Idonesia, spesifikasi kadar air maksimum untuk sebuah kertas dokumen adalah
10%. Jika diasumsikan kertas buram yang diuji memliki kadar air 10% (0,001)
sehingga kadar abu yang terdeteksi seharusnya paling kecil 90%.
Ketidaksesuaian kadar abu yang diproleh dapat disebabkan oleh kesalahan
saat penimbangan, sebab sensitivitas neraca digital yang digunakan hanya sampai
dua (2) angka dibelakang koma, sehingga alat tak dapat mendeteksi perubahan berat
dibawah 0,01 gram. Formula pembuatan yang berbeda-beda untuk berbagai jenis
kertas salah satunya dalam konsumsi air (kadar air) dalam pembuatan kertas
menjadi salah satu pembeda antara pabrik kertas satu dan lainya, sehingga metode
penetapan kadar abu ini dapat digunakan sebagai salah satu uji awal (uji fisisk)
kertas.

Watermark (anyaman kertas) adalah salah satu ciri khas yang dapat ditemukan
dalam kertas. Identifikasi watermark dilakukan dengan memegang kertas didepan
sebuah sumber cahaya, kemudian anyaman seratnya (kerapatan serat) digambar.
Kertas umumnya memiliki ketebalan rendah ,sehingga cukup dengan
memegangnya didepan sumber cahaya dapat dilihat struktur anyaman serat
(watermark) dari kertas. Adapun jenis kertas yang digunakan adalah kertas buram
dan kertas HVS. Jika dalam keadaan kering anyaman pada kertas susah untuk
dilihat maka kertas dibasahi air dengan cara disemprot. Anyaman serat (watermark)
pada kertas yang diamati memiliki struktur serat yang cukup renggang sehingga
menyebabkan strukturnya cukup berpori. Rongga udara (pori-pori) kertas berkaitan
dengan struktur penetrasi minyak yang merupakan kemampuan rongga udara (pori-
pori) kertas dalam menyerap zat cair dalam hal ini tinta cetak. Sehingga dapat
disimpulkan kertas yang dianalisa memiliki daya serap tinta yang baik. Dari
gambar, kertas buram dan kertas HVS dalam keadaan basah menunjukan
watermark yang jelas, hal ini diakibatkan oleh kemampuan dari air yang terserap
dalam kertas untuk mmbantu meneruskan cahaya yang masuk. Dan dari anyaman
yang terbentuk berbeda antara kertas buram dan kertas HVS sehingga dapat
dikatakan kedua kertas tersebut dibuat dari bahan yang berbeda dan komponen yang
terdapat dari kertas tersebut juga berbeda.

V. KESIMPULAN DAN SARAN


5.1. Kesimpulan

5.2. Saran
Perlu dilakukan beberapa uji analitik tambahan lebih lanjut
seperti kromatografi, spektroskopi, dan lainnya, setelah uji
pendahuluan dilakukan agar identifikasi kertas memberikan hasil yang
akurat. Untuk pengukuran kadar abu disarankan menggunakan neraca
analitik yang dapat mengukur lebih dari dua angka dibelakang koma
(sensitivitas tinggi).
DAFTAR PUSTAKA

Funk, H.J., "Comparison of Paper Matches", JFS, 1968, Vol. 13, No. 1, pp. 137-
143

Von Bermen, U.G., "Laser Excited Luminescence of Inclusions and Fibers in Paper
Matches", JFS, 1986, Vol. 31, No. 4, pp. 1450-1454

Hopen, Thomas J., etc all, 2009, The Forensic Examination and Analysis of Paper
Matches, Global Publisher, London.

Anonim, 2001, Pengujian Kertas, Penta Pustaka, Yogyakarta.

Casttilo, Fabiola, 2004, analyzing Paper Used in Document,


http://ezinearticles.com/?Forensic-Document-Analysis---Analyzing-Paper-
Used-in-a-Document&id=932564, Diakses 9 November 2017
LAMPIRAN
PERCOBAAN 2B
PENGUJIAN TINTA DENGAN SPOT TEST DAN KROMATOGRAFI
KERTAS

I. TUJUAN
1. Untuk memahami dan terampil melakukan teknik pengujian tinta
dengan spot test.
2. Untuk memahami dan terampil melakukan teknik kromatografi kertas
dalam pengujian tinta
3. Mengetahui harga Rf dari masing masing jenis tinta yang dipisahkan
dengan kromatografi kertas.
4. Mengetahui jenis tinta dari masing-masing sampel tinta.
II. DASAR TEORI
Tinta adalah cairan yang berisikan bermacam pigmen dan atau celupan
yang digunakan untuk mewarnai bidang atau untuk menghasilkan suatu
gambar, teks ataupun sebuah desain. Tinta juga digunakan untuk mengambar
dan atu menulis menggunakan pena, kuas atau quill (semacam kuas berbulu
lembut). Tinta yang lebih kental dalam bentuk pasta digunakan secara luas
pada penerbitan dan percetakan litografis (sebuah metode pencetakan
menggunakan pelat yang memiliki permukaan yang sangat halus)(Anonim,
2013)
Pengujian tinta sangat erat kaitannya dengan pengujian kertas. Dalam
banyak kasus pengujian sangat jarang ditemukan tinta yang diuji dalam
bentuk cair, umumnya tinta yang diuji sudah berada dalam bentuk tulisan
pada suatu kertas. Sehingga hal ini menyulitkan pemeriksaan tinta pada kasus
pemalsuan dokumen. Karena untuk mendapatkan tinta dari dokumen akan
diperiksa kemungkinan terjadi kerusakan dokumen. Oleh karena itu
pencarian metode yang tepat untuk identifikasi tinta haruslah tidak merusak
dokumen, diusahakan kerusakan yang terjadi sangat kecil. Selain itu hal hal
lain yang perlu dipahami dalam pengujian tinta adalah komposisi tinta, proses
pembuatan, serta sejarah perkembangan berbagai jenis tinta yang biasa
digunakan pada rentang masa tertentu.(Tim Laboratorium Kimia Forensik,
2017)
Dalam dokumen kemungkinan beberapa jenis tinta yang dipergunakan
misalnya (Djingga, 2000):
1. Indian inks, terdiri dari suspensi karbon hitam (endapan asap
hitam/lamp black) dalam air yang diberikan perekat atau getah pohon
2. Tinta logwood, tinta ini terbuat dari ekstrak air dari potongan
potongan kayu yang dicampur dengan potongan dikromat (K2Cr2O7).
Tembaga dan garam garam aluminium kadang kadang juga dipakai
dalam unsur tinta tersebut. Tinta jenis ini tidak dipakai dan tidak
diproduksi lagi
3. Tinta tulis Fe-gallotannate dengan kadar Fe yang rendah, tetapi
mengandung bahan sumba yang lebih banyak daripada tinta tinta yang
lain. Tinta ini bersifat netral dan tidak korosif.
4. Tinta Iron Gallotannate, tinta ini terdiri dari suspensi yang berwarna
hitam dari ferritannat yang tidak larut dalam zat perekat yang terbuat
dari pelvis gummi arabbicum. Tinta ini bersifat korosif.
5. Tinta tulis alkalin, merupakan tinta cepat kering yang bersifat alkalis
yang memiliki pH antara 9-11. Cairan yang bersifat alkalis akan
menyerap dengan cepat kedalam serat kertas, sehingga tinta menjadi
cepat kering
6. Tinta pena ballpoint adalah pasta dimana unsur unsur pewarna yang
mungkin adalah sumba, pigmen atau grafik yang dilarutkan atau
disuspensikan ke dalam suatu solven. Pelarut yang mungkin digunakan
basa, jenis minyak, jenis alcohol, dan dengan perekat alami atau perekat
sintetis.
7. Tinta cetak, tinta ini terdiri dari campuran pigmen pigmen berwarna,
carbon black dan suatu bahan minyak, perekat, perekat sintetik.
8. Tinta stempel, karena tinta dalam sampel tidak boleh kering, sehingga
tinta ini dibuat dengan bantuan glyserolglyool, polyglycols ataubenzil
alcohol dan air.
Berikut adalah beberapa cara yang dapat dilakukan dalam pengujian
suatu tinta yaitu (Basset, 1994):
1. Pengujian dengan reagen reagen kimia pada bekas tinta dokumen atau
pada bagian bagian dokumen yang terkena tinta. Dengan test ini jenis
tinta dapat ditentukan serta sifat alami adan sifat lain dari bahan sumba
yang ada dalam tinta tersebut
2. Uji kromatografi untuk memisahkan bahan bahan sumba di dalam
tinta. Metode ini terbatas pada perbandingan bahan sumba dan tinta,
tetapi dapat digunakan untuk mengidentifikasi satu atau dua komponen
lain dari bahan sumba
3. Identifikasi masing masing unsur tinta seperti FeSO4 dan FeCl2
sebagai penentuan kuantitatif dari besi atau kadar sulfat dalam tinta.
Dapat dilakukan dengan pengukuran absorpsi sinar oleh kertas
4. Penentuan umur tinta, untuk membandingkan pemeriksaan tinta reaksi
dari tinta. Fragmen hendaknya dilihat di bawah mikroskop. Fragmen
yang berisi bercak tinta yang intesitas warnanya sama digunakan
sebagai perbandingan. Pada umumnya bercak tinta yang tipis akan
memberikan reaksi lebih cepat dan lebih sempurna dibandingkan
dengan bercak tinta yang tebal. Disamping itu terlihat bahwa
flourosensi di bawah sinar ultraviolet akan tampak berbeda bila pHnya
berubah. Oleh karena itu untuk pemeriksaan tinta tertentu diupayakan
reagen yang digunakan dapat memberikan reagen yang spesifik.

Pada umumnya tinta menggunakan beberapa zat warna. Oleh karena itu
analisis secara kromatografi kertas harus dapat membedakan serta
mengidentifikasi zat warna yang diperlukan berbagai macam zat warna yang
beredar di pasaran yang biasa dipakai untuk pembuatan tinta. Kesulitan besar
akan dialami pada saat melakukan identifikasi karena beberapa zat warna
tidak diproduksi dalam keadaan murni, melainkan dicampur dengan warna
warna lainnya. Untuk alasan tersebut, suatu analisis komperatif dari beberapa
sampel untuk multi violet dari berbagai macam pabrik akan menghasilkan
kromatogram yang berbeda beda (Underwood, 2006).
Kertas dapat digunakan untuk memisahkan suatu zat terlarut melalui
proses migrasi diferensial dinamis dalam sistem yang terdiri dari dua fase atau
lebih, salah satu diantaranya bergerak secara berkesinambungan dalam arah
tertentu dan di dalamnya zat-zat itu menunjukkan perbedaan mobilitas
disebabkan adanya perbedaan dalam absorpsi, partisi, kelarutan, tekanan uap,
ukuran molekul atau kerapatan muatan ion dinamakan kromatografi sehingga
masing-masing zat dapat diidentifikasi atau ditetapkan dengan metode
analitik. Pada kromatografi kertas sebagai penyerap digunakan sehelai kertas
dengan susunan serabut dan tebal yang sesuai. Susunan serat kertas
membentuk medium berpori yang bertindak sebagai tempat untuk
mengalirkannya fase bergerak. Pada kromatografi kertas, fase diam yang
digunakan adalah zat padat yang disokong dengan serbuk selulosa yang
berupa kertas, dapat pula berupa kertas saring whatmann. Sedangkan fase
geraknya berupa campuran yang terdiri dari satu komponen organic yang
utama, air dan berbagai tambahan seperti asam asam, basa atau pereaksi
kompleks. Untuk memperbesar kelarutan dari beberapa senyawa, dan pelarut
ini harus sangat mudah menguap(Sumar, 20100

Setetes dari larutan cuplikan yang mengandung campuran yang akan


dipisahkan, diteteskan pada daerah yang diberi tanda diatas sepotong kertas
dimana tetesan tetesan tersebut akan meluas membentuk noda yang bulat.
Bila noda telah kering, kemudian pelarut akan bergerak melalui serat serat
dari kertas dan menggerakkan komponen komponen dari campuran
cuplikan pada perbedaan jarak dalam arah aliran pelarut. Metode identifikasi
yang paling mudah adalah berdasarkan kedudukan dari noda relatif terhadap
permukaan pelarut, menggunakan harga Rf. Nilai Rf adalah jarak yang
dipindahkan oleh suatu zat terlarut terhadap jarak yang dipindahkan oleh garis
depan pelarut selama jangka waktu yang sama(Sumar, 2010).

jaraktempuhanalit
Rf
jaraktempuhpelarut

III. MATERI DAN METODE


3.1. Materi
A. Alat yang digunakan
Plat tetes
Pipet tetes
Batang pengaduk
Penangas air
Kertas kromatografi
Chamber kromatografi
Gelas beaker
Gelas ukur
Tabung reaksi
Pipet kapiler
Kertas saring
B. Bahan yang digunakan
Bermacam-macam tinta
Aseton
Ammonia
Propanol
Kloroform
Asam asetat
Aquadest
C. Reagen
Asam oksalat 5%
Asam sitrat 5%
H2SO4 15%
HNO3 20%
NaOH 4%
NH4OH
HCL
KCN
Air
3.2. Prosedur Kerja
A. Eksperimen Spot Test Tinta
Masing-masing tinta diteteskan sejumlah 2-3 tetes diatas plat
tetes, sesuai dengan tes yang akan dilakukan. Kemudian reagen
diteteskan diatas masing-masing tinta. Perubahan warna yang
terjadi diamati dan dicatat. Langkah ini dilakukan juga untuk tinta
hasil isolasi (dibandingkan dengan tinta yang digunakan, yang
mana menunjukkan hasil perubahan warna yang sama
B. Eksperimen Kromatografi Kertas Untuk Pengujian Tinta
Chamber kromatografi dijenuhkan dengan larutan
pengembang yang dipilih salah satunya sebagai berikut :
Propanol:Aseton:Amonia = 4:4:2
Tinta diekstraksi dengan aseton secukupnya (dalam tabung reaksi).
Ekstrak aseton ditotolkan pada kertas kromatografi. Dielusi sampai
tanda batas. Dikeringkan lalu hasilnya diamati noda-noda yang
terpisah. Noda ditandai dan Rf masing-masing noda dihitung.
3.3. Skema Kerja
Eksperimen Spot Test Tinta

Macam macam tinta

Diteteskan sebanyak 2-3 tetes diatas plat tetes

Tetesan tinta di plat tetes

Reagen diteteskan pada masing-masing tinta

Terjadi perubahan warna pada


tinta
Diamati dan dicatat perubahan warna yang terjadi

Bandingkan hasil perubahan


warna dengan tabel 1 dan 2 pada
buku penuntun praktikum

Eksperimen Kromatografi Kertas Untuk Pengujian Tinta

Larutan pengembang Propanol :


Aseton : Asam Asetat = 4: 4 : 2

Chamber dijenuhkan dengan larutan pengembang

Chamber berisi larutan pengembang

Diekstraksikan tinta dengan aseton

Ekstak tinta dengan aseton


Ditotolkan ekstrakaseton pada kertas kromatografi

Totolan ekstrakaseton pada kertas


kromatografi

Dikeringkan lalu dilihat dibawah sinar UV


Kertas kromatografi setelah dielusi

Terlihat bercak noda pada kertas


kromatografi
Tandai noda dan dihitung Rf masing-masing noda

Nilai Rf masing-masing noda

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1. Hasil
Spot Test
Tinta Biru Ungu
Hitam A Hitam B Hijau Merah
Reagen
Asam Biru Merah Biru
Hitam Hitam Hijau
oksalat 5% Tua
Asam sitrat Biru Merah Biru
Hitam Hitam Hijau
5% Tua
Biru Merah Hijau
H2SO4 15% Hitam Hitam Hijau Muda
Tua
Biru Merah Hijau
HNO3 20% Hitam Hitam Hijau Tua
Muda
NaOH 4% Hitam Hitam Coklat Ungu Merah Coklat
NH4OH Biru Merah Ungu
Hitam Hitam Coklat
10% Tua
Biru Merah Tosca
HCl Hitam Hitam Hijau
Muda
KCN 20% Hitam Hitam Hijau Emas Merah Ungu

Air Hitam Hitam Hijau Biru Merah Ungu


Eksperimen Kromatografi Kertas
Nama Sampel Jarak Elusi (cm)
Sampel A 0,9 (kuning)
Sampel B 2,2 (hijau)
1,2 (hijau muda)
Sampel C 8 (ungu)
3,5 (biru)
Sampel D 8,1 (merah muda)
5,4 (peach)
1,4 (merah muda)
Sampel F 7,6 (merah muda)
2,8 (biru)
Jarak eluen : 9 cm
Perhitungan
0,9
1. Sampel A => Rf = = 0,10
9

2,2
2. Sampel B => Rf = = 0,24
9
1,2
Rf = = 0,13
9

8
3. Sampel C => Rf = 9 = 0,80
3,5
Rf = = 0,39
9

8,1
4. Sampel D => Rf = = 0,16
9
5,4
Rf = = 0,60
9
1,4
Rf = = 1,60
9

7,6
5. Sampel F => Rf = = 0,84
9
2,8
Rf = = 0,31
9

4.2. Pembahasan
Pada praktikum ini, setiap sampel tinta direaksikan dengan berbagai
macam reagen yaitu asam oksalat 5%, asam sitrat 5%, H2SO4 15%, HNO3
20%, NaOH 4%, NH4OH, HCL, KCN, Air. Ketika sampel tinta direaksikan
dengan reagen, pada beberapa sampel terjadi perubahan warna. Hal ini
dikarenakan ketika direaksikan, terjadi pembentukan kompleks antara sampel
tinta dan reagen.
Untuk sampel tinta A yang berwarna hitam, ketika direaksikan dengan
reagen-reagen dihasilkan warna hitam untuk semua reagen. Dari pengamatan
tersebut dapat disimpulkan bahwa tinta A merupakan tinta Nigrosin. Untuk
sampel tinta B berwarna hitam, ketika direaksikan dengan reagen-reagen
dihasilkan warna hitam untuk semua reagen. Dari pengamatan ini dapat
disimpulkan bahwa tinta B merupakan jenis tinta Nigrosin. Untuk sampel
tinta C yang berwarna hijau, ketika direaksikan dengan reagen-reagen
dihasilkan warna secara berturut-turut hijau, hijau, hijau, hijau, coklat, coklat,
hijau, hijau, hijau. Dari pengamatan ini dapat disimpulkan bahwa tinta C
merupakan jenis tinta Vanadium. Untuk sampel tinta D yang berwarna biru,
ketika direaksikan dengan reagen-reagen dihasilkan warna secara berturut-
turut biru tua, biru tua, biru tua, biru muda, ungu, biru tua, biru muda, emas,
biru. Dari pengamatan ini dapat disimpulkan bahwa tinta D merupakan jenis
tinta Perusaian Blue. Untuk sampel tinta F yang berwarna merah, ketika
direaksikan dengan reagen-reagen dihasilkan warna merah untuk semua
reagen. Dari pengamatan ini dapat disimpulkan bahwa tinta F merupakan
jenis tinta Resorsinol. Untuk sampel tinta G yang berwarna merah, ketika
direaksikan dengan reagen-reagen dihasilkan warna secara berturut-turut
biru, biru, hijau muda, hijau tua, coklat, ungu, tosca, ungu, ungu. Dari
pengamatan ini dapat disimpulkan bahwa tinta G merupakan jenis tinta
Logwood
Untuk memisahkan komponen komponen dalam tinta digunakan
kromatografi kertas. Sampel yang digunakan sebanyak 5 sampel yaitu sampel
tinta hitam A, hitam B, tinta merah, tinta ungu, dan tinta hijau. Fase diam
yang digunakan adalah kertas dan fase gerak yang digunakan terdiri dari
propanol : aseton : asam asetat (40:40:20). Pertama chamber dijenuhkan
dengan larutan pengembang yaitu propanol : aseton : asam asetat (40:40:20)
. Sementara chamber dijenuhkan, tinta yang akan dipisahkan diekstraksikan
dengan aseton secukupnya dalam tabung reaksi. Ekstrak aseton kemudian
ditotolkan pada bagian batas bawah fase diam. Setelah keempat sampel
ditotolkan, sampel kemudian dielusikan pada chamber sampai tanda batas.
Setelah pelarut sampai pada tanda batas, kertas yang digunakan sebagai fase
diam dikeringkan. Setelah kering noda noda yang dihasilkan oleh keempat
sampel tinta ditandai dan dihitung nila Rf masing masing noda. Nilai Rf
pada masing-masing sampel yaitu sampel A : 0,10; sampel B : 0,24 dan 0,13;
sampel C: 0,80 dan 0,39; sampel D : 0,16;0,60;1,60; sampel F : 0,84 dan 0,31.
Dari data tersebut diketahui hanya tinta A yang mengandung senyawa murni
karena nodanya tidak lebih dari satu. Sedangkan sampel tinta lain dikatakan
masih belum murni karena nodanya yang lebih dari satu.

V. KESIMPULAN DAN SARAN


5.1.Kesimpulan
1. Identifikasi tinta dengan metode spot dilakukan dengan
membandingkan perubahan warna tinta pada percobaan dengan tinta
standar
2. Pengujian tinta dengan kromatografi kertas dilakukan untuk
mengetahui kemurnia tinta dimana diperoleh hasil bahwa hanya
sampel tinta A yaitu dengan jenis Nigrosin merupakan tinta yang
paling murni
3. Nilai Rf pada masing-masing sampel yaitu sampel A : 0,10; sampel B
: 0,24 dan 0,13; sampel C: 0,80 dan 0,39; sampel D : 0,16;0,60;1,60;
sampel F : 0,84 dan 0,31.
4. Jenis tinta pada masing-masing sampel secara berturut-turtu adalah
Nigrosin, Nigrosin, Vanadium, Perusian Blue, Resorsinol, dan
Logwood.
5.2.Saran
Saran bagi praktikan yang melakukan percobaan yang sama
diharapkan dapat memiliki referensi yang lebih banyak mengenai
perubahan warna yang terjadi pada berbagai macam merk tinta dan juga
komposisi tinta yang akan diuji ataupun tinta yang banyak beredar di
pasaran. Pada percobaan kromatografi kertas diharapkan dapat
menggunakan larutan pengembang yang cocok untuk memisahkan
komponen dari sampel tinta tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2013. Tinta, http://id.wikipedia.org/wiki/Tinta/. diakses pada 10


November 2017

Djingga, Wayan. 2000. Diktat Kuliah Kimia Forensik II. Jurusan Kimia
F. MIPA UNUD : Bukit JImbaran.

Staf Laboratorium Kimia Forensik. 2017. Penuntun Praktikum Kimia


Forensik. Laboratorium Kimia Forensik Jurusan Kimia F.
MIPA UNUD : Bukit Jimbaran.

Sumar Hendayana, 2010, Kimia Pemisahan (Metode Kromatografi dan


Elektroforesis Modern) PT Remaja Rosdakarya, Bandung

Day, R.A, Junior dan A.L. Underwood, 2006, Analisis Kimia Kuantitatif
Edisi Keenam, Jakarta, Erlangga.
Basset, J., et al., 1994, Buku Ajar Vogel: Kimia Analisis Kuantitatif
Anorganik, Penerbit Buku Kedokteran ECG, Jakarta.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai