PENGUJIAN KERTAS
I. TUJUAN
1. Mengetahui perbedaan bentuk watermark pada kertas HVS dan kertas
buram
2. Mengetahui fungsi penentuan kadar abu kertas
3. Mengetahui manfaat pengujian kertas
Disamping uji awal, ada beberapa uji analitik tambahan yang biasa
dipergunakan yaitu (Castillo, 2004) :
1. Metode mempersiapkan cuplikan yang bersih untuk dipergunakan pada uji
mikrokimia.
2. Metode spektrografik untuk mengidentifikasi adanya substansi anorganik
dalam kertas.
3. Metode kromaografik untuk mendeterminasi adanya logam-logam alkali
adan alkali tanah.
Kertas
-dipotong ukuran 1 x 1 cm
Kertas ukuran
1 x 1 cm
-ditimbang beratnya
-diletakkan pada cawan
Kertas dan
cawan
- dipijarkan
Sisa abu
Abu
-diletakkan dalam desikator
-ditimbang hingga berat konstan
Hasil
B. Identifikasi Watermark
Kertas
-dilihat jenis anyaman
Hasil
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
PERLAKUAN PENGAMATAN
Cawan porselin kosong ditimbanng Berat cawan 1 = 35,82 gram
Berat cawan 2 = 34,29 gram
Kertas HVS dan kertas buram dipotong Berat cawan+kertas 1 = 35,84 gram
sepanjang 1x1 cm kemudian dimasukkan ke Berat cawan+kertas 2 = 34,32 gram
dalam cawan porselin dan ditimbang kembali
Kertas HVS dan kertas buram dipijar Terbakar dan menjadi abu, warna kertas
menjadi abu-abu sebagian
Kertas HVS dan kertas buram yang sudah Kertas menjadi warna abu-abu kehitaman
dibakar ditaruh dalam furnace dengan suhu
500oC selama 30 menit
Cawan dikeluarkan dari furnace dan Cawan tidak panas
dimasukkan ke dalam desikator
Cawan ditimbang Berat cawan 1 = 35,83 gr
Berat cawan 2 = 34,30 gr
= 50%
Kadar abu 2 = x 100%
0,01
= x 100%
0,03
= 33 %
Identifikasi Watermark
Watermark (anyaman kertas) adalah salah satu ciri khas yang dapat ditemukan
dalam kertas. Identifikasi watermark dilakukan dengan memegang kertas didepan
sebuah sumber cahaya, kemudian anyaman seratnya (kerapatan serat) digambar.
Kertas umumnya memiliki ketebalan rendah ,sehingga cukup dengan
memegangnya didepan sumber cahaya dapat dilihat struktur anyaman serat
(watermark) dari kertas. Adapun jenis kertas yang digunakan adalah kertas buram
dan kertas HVS. Jika dalam keadaan kering anyaman pada kertas susah untuk
dilihat maka kertas dibasahi air dengan cara disemprot. Anyaman serat (watermark)
pada kertas yang diamati memiliki struktur serat yang cukup renggang sehingga
menyebabkan strukturnya cukup berpori. Rongga udara (pori-pori) kertas berkaitan
dengan struktur penetrasi minyak yang merupakan kemampuan rongga udara (pori-
pori) kertas dalam menyerap zat cair dalam hal ini tinta cetak. Sehingga dapat
disimpulkan kertas yang dianalisa memiliki daya serap tinta yang baik. Dari
gambar, kertas buram dan kertas HVS dalam keadaan basah menunjukan
watermark yang jelas, hal ini diakibatkan oleh kemampuan dari air yang terserap
dalam kertas untuk mmbantu meneruskan cahaya yang masuk. Dan dari anyaman
yang terbentuk berbeda antara kertas buram dan kertas HVS sehingga dapat
dikatakan kedua kertas tersebut dibuat dari bahan yang berbeda dan komponen yang
terdapat dari kertas tersebut juga berbeda.
5.2. Saran
Perlu dilakukan beberapa uji analitik tambahan lebih lanjut
seperti kromatografi, spektroskopi, dan lainnya, setelah uji
pendahuluan dilakukan agar identifikasi kertas memberikan hasil yang
akurat. Untuk pengukuran kadar abu disarankan menggunakan neraca
analitik yang dapat mengukur lebih dari dua angka dibelakang koma
(sensitivitas tinggi).
DAFTAR PUSTAKA
Funk, H.J., "Comparison of Paper Matches", JFS, 1968, Vol. 13, No. 1, pp. 137-
143
Von Bermen, U.G., "Laser Excited Luminescence of Inclusions and Fibers in Paper
Matches", JFS, 1986, Vol. 31, No. 4, pp. 1450-1454
Hopen, Thomas J., etc all, 2009, The Forensic Examination and Analysis of Paper
Matches, Global Publisher, London.
I. TUJUAN
1. Untuk memahami dan terampil melakukan teknik pengujian tinta
dengan spot test.
2. Untuk memahami dan terampil melakukan teknik kromatografi kertas
dalam pengujian tinta
3. Mengetahui harga Rf dari masing masing jenis tinta yang dipisahkan
dengan kromatografi kertas.
4. Mengetahui jenis tinta dari masing-masing sampel tinta.
II. DASAR TEORI
Tinta adalah cairan yang berisikan bermacam pigmen dan atau celupan
yang digunakan untuk mewarnai bidang atau untuk menghasilkan suatu
gambar, teks ataupun sebuah desain. Tinta juga digunakan untuk mengambar
dan atu menulis menggunakan pena, kuas atau quill (semacam kuas berbulu
lembut). Tinta yang lebih kental dalam bentuk pasta digunakan secara luas
pada penerbitan dan percetakan litografis (sebuah metode pencetakan
menggunakan pelat yang memiliki permukaan yang sangat halus)(Anonim,
2013)
Pengujian tinta sangat erat kaitannya dengan pengujian kertas. Dalam
banyak kasus pengujian sangat jarang ditemukan tinta yang diuji dalam
bentuk cair, umumnya tinta yang diuji sudah berada dalam bentuk tulisan
pada suatu kertas. Sehingga hal ini menyulitkan pemeriksaan tinta pada kasus
pemalsuan dokumen. Karena untuk mendapatkan tinta dari dokumen akan
diperiksa kemungkinan terjadi kerusakan dokumen. Oleh karena itu
pencarian metode yang tepat untuk identifikasi tinta haruslah tidak merusak
dokumen, diusahakan kerusakan yang terjadi sangat kecil. Selain itu hal hal
lain yang perlu dipahami dalam pengujian tinta adalah komposisi tinta, proses
pembuatan, serta sejarah perkembangan berbagai jenis tinta yang biasa
digunakan pada rentang masa tertentu.(Tim Laboratorium Kimia Forensik,
2017)
Dalam dokumen kemungkinan beberapa jenis tinta yang dipergunakan
misalnya (Djingga, 2000):
1. Indian inks, terdiri dari suspensi karbon hitam (endapan asap
hitam/lamp black) dalam air yang diberikan perekat atau getah pohon
2. Tinta logwood, tinta ini terbuat dari ekstrak air dari potongan
potongan kayu yang dicampur dengan potongan dikromat (K2Cr2O7).
Tembaga dan garam garam aluminium kadang kadang juga dipakai
dalam unsur tinta tersebut. Tinta jenis ini tidak dipakai dan tidak
diproduksi lagi
3. Tinta tulis Fe-gallotannate dengan kadar Fe yang rendah, tetapi
mengandung bahan sumba yang lebih banyak daripada tinta tinta yang
lain. Tinta ini bersifat netral dan tidak korosif.
4. Tinta Iron Gallotannate, tinta ini terdiri dari suspensi yang berwarna
hitam dari ferritannat yang tidak larut dalam zat perekat yang terbuat
dari pelvis gummi arabbicum. Tinta ini bersifat korosif.
5. Tinta tulis alkalin, merupakan tinta cepat kering yang bersifat alkalis
yang memiliki pH antara 9-11. Cairan yang bersifat alkalis akan
menyerap dengan cepat kedalam serat kertas, sehingga tinta menjadi
cepat kering
6. Tinta pena ballpoint adalah pasta dimana unsur unsur pewarna yang
mungkin adalah sumba, pigmen atau grafik yang dilarutkan atau
disuspensikan ke dalam suatu solven. Pelarut yang mungkin digunakan
basa, jenis minyak, jenis alcohol, dan dengan perekat alami atau perekat
sintetis.
7. Tinta cetak, tinta ini terdiri dari campuran pigmen pigmen berwarna,
carbon black dan suatu bahan minyak, perekat, perekat sintetik.
8. Tinta stempel, karena tinta dalam sampel tidak boleh kering, sehingga
tinta ini dibuat dengan bantuan glyserolglyool, polyglycols ataubenzil
alcohol dan air.
Berikut adalah beberapa cara yang dapat dilakukan dalam pengujian
suatu tinta yaitu (Basset, 1994):
1. Pengujian dengan reagen reagen kimia pada bekas tinta dokumen atau
pada bagian bagian dokumen yang terkena tinta. Dengan test ini jenis
tinta dapat ditentukan serta sifat alami adan sifat lain dari bahan sumba
yang ada dalam tinta tersebut
2. Uji kromatografi untuk memisahkan bahan bahan sumba di dalam
tinta. Metode ini terbatas pada perbandingan bahan sumba dan tinta,
tetapi dapat digunakan untuk mengidentifikasi satu atau dua komponen
lain dari bahan sumba
3. Identifikasi masing masing unsur tinta seperti FeSO4 dan FeCl2
sebagai penentuan kuantitatif dari besi atau kadar sulfat dalam tinta.
Dapat dilakukan dengan pengukuran absorpsi sinar oleh kertas
4. Penentuan umur tinta, untuk membandingkan pemeriksaan tinta reaksi
dari tinta. Fragmen hendaknya dilihat di bawah mikroskop. Fragmen
yang berisi bercak tinta yang intesitas warnanya sama digunakan
sebagai perbandingan. Pada umumnya bercak tinta yang tipis akan
memberikan reaksi lebih cepat dan lebih sempurna dibandingkan
dengan bercak tinta yang tebal. Disamping itu terlihat bahwa
flourosensi di bawah sinar ultraviolet akan tampak berbeda bila pHnya
berubah. Oleh karena itu untuk pemeriksaan tinta tertentu diupayakan
reagen yang digunakan dapat memberikan reagen yang spesifik.
Pada umumnya tinta menggunakan beberapa zat warna. Oleh karena itu
analisis secara kromatografi kertas harus dapat membedakan serta
mengidentifikasi zat warna yang diperlukan berbagai macam zat warna yang
beredar di pasaran yang biasa dipakai untuk pembuatan tinta. Kesulitan besar
akan dialami pada saat melakukan identifikasi karena beberapa zat warna
tidak diproduksi dalam keadaan murni, melainkan dicampur dengan warna
warna lainnya. Untuk alasan tersebut, suatu analisis komperatif dari beberapa
sampel untuk multi violet dari berbagai macam pabrik akan menghasilkan
kromatogram yang berbeda beda (Underwood, 2006).
Kertas dapat digunakan untuk memisahkan suatu zat terlarut melalui
proses migrasi diferensial dinamis dalam sistem yang terdiri dari dua fase atau
lebih, salah satu diantaranya bergerak secara berkesinambungan dalam arah
tertentu dan di dalamnya zat-zat itu menunjukkan perbedaan mobilitas
disebabkan adanya perbedaan dalam absorpsi, partisi, kelarutan, tekanan uap,
ukuran molekul atau kerapatan muatan ion dinamakan kromatografi sehingga
masing-masing zat dapat diidentifikasi atau ditetapkan dengan metode
analitik. Pada kromatografi kertas sebagai penyerap digunakan sehelai kertas
dengan susunan serabut dan tebal yang sesuai. Susunan serat kertas
membentuk medium berpori yang bertindak sebagai tempat untuk
mengalirkannya fase bergerak. Pada kromatografi kertas, fase diam yang
digunakan adalah zat padat yang disokong dengan serbuk selulosa yang
berupa kertas, dapat pula berupa kertas saring whatmann. Sedangkan fase
geraknya berupa campuran yang terdiri dari satu komponen organic yang
utama, air dan berbagai tambahan seperti asam asam, basa atau pereaksi
kompleks. Untuk memperbesar kelarutan dari beberapa senyawa, dan pelarut
ini harus sangat mudah menguap(Sumar, 20100
jaraktempuhanalit
Rf
jaraktempuhpelarut
2,2
2. Sampel B => Rf = = 0,24
9
1,2
Rf = = 0,13
9
8
3. Sampel C => Rf = 9 = 0,80
3,5
Rf = = 0,39
9
8,1
4. Sampel D => Rf = = 0,16
9
5,4
Rf = = 0,60
9
1,4
Rf = = 1,60
9
7,6
5. Sampel F => Rf = = 0,84
9
2,8
Rf = = 0,31
9
4.2. Pembahasan
Pada praktikum ini, setiap sampel tinta direaksikan dengan berbagai
macam reagen yaitu asam oksalat 5%, asam sitrat 5%, H2SO4 15%, HNO3
20%, NaOH 4%, NH4OH, HCL, KCN, Air. Ketika sampel tinta direaksikan
dengan reagen, pada beberapa sampel terjadi perubahan warna. Hal ini
dikarenakan ketika direaksikan, terjadi pembentukan kompleks antara sampel
tinta dan reagen.
Untuk sampel tinta A yang berwarna hitam, ketika direaksikan dengan
reagen-reagen dihasilkan warna hitam untuk semua reagen. Dari pengamatan
tersebut dapat disimpulkan bahwa tinta A merupakan tinta Nigrosin. Untuk
sampel tinta B berwarna hitam, ketika direaksikan dengan reagen-reagen
dihasilkan warna hitam untuk semua reagen. Dari pengamatan ini dapat
disimpulkan bahwa tinta B merupakan jenis tinta Nigrosin. Untuk sampel
tinta C yang berwarna hijau, ketika direaksikan dengan reagen-reagen
dihasilkan warna secara berturut-turut hijau, hijau, hijau, hijau, coklat, coklat,
hijau, hijau, hijau. Dari pengamatan ini dapat disimpulkan bahwa tinta C
merupakan jenis tinta Vanadium. Untuk sampel tinta D yang berwarna biru,
ketika direaksikan dengan reagen-reagen dihasilkan warna secara berturut-
turut biru tua, biru tua, biru tua, biru muda, ungu, biru tua, biru muda, emas,
biru. Dari pengamatan ini dapat disimpulkan bahwa tinta D merupakan jenis
tinta Perusaian Blue. Untuk sampel tinta F yang berwarna merah, ketika
direaksikan dengan reagen-reagen dihasilkan warna merah untuk semua
reagen. Dari pengamatan ini dapat disimpulkan bahwa tinta F merupakan
jenis tinta Resorsinol. Untuk sampel tinta G yang berwarna merah, ketika
direaksikan dengan reagen-reagen dihasilkan warna secara berturut-turut
biru, biru, hijau muda, hijau tua, coklat, ungu, tosca, ungu, ungu. Dari
pengamatan ini dapat disimpulkan bahwa tinta G merupakan jenis tinta
Logwood
Untuk memisahkan komponen komponen dalam tinta digunakan
kromatografi kertas. Sampel yang digunakan sebanyak 5 sampel yaitu sampel
tinta hitam A, hitam B, tinta merah, tinta ungu, dan tinta hijau. Fase diam
yang digunakan adalah kertas dan fase gerak yang digunakan terdiri dari
propanol : aseton : asam asetat (40:40:20). Pertama chamber dijenuhkan
dengan larutan pengembang yaitu propanol : aseton : asam asetat (40:40:20)
. Sementara chamber dijenuhkan, tinta yang akan dipisahkan diekstraksikan
dengan aseton secukupnya dalam tabung reaksi. Ekstrak aseton kemudian
ditotolkan pada bagian batas bawah fase diam. Setelah keempat sampel
ditotolkan, sampel kemudian dielusikan pada chamber sampai tanda batas.
Setelah pelarut sampai pada tanda batas, kertas yang digunakan sebagai fase
diam dikeringkan. Setelah kering noda noda yang dihasilkan oleh keempat
sampel tinta ditandai dan dihitung nila Rf masing masing noda. Nilai Rf
pada masing-masing sampel yaitu sampel A : 0,10; sampel B : 0,24 dan 0,13;
sampel C: 0,80 dan 0,39; sampel D : 0,16;0,60;1,60; sampel F : 0,84 dan 0,31.
Dari data tersebut diketahui hanya tinta A yang mengandung senyawa murni
karena nodanya tidak lebih dari satu. Sedangkan sampel tinta lain dikatakan
masih belum murni karena nodanya yang lebih dari satu.
Djingga, Wayan. 2000. Diktat Kuliah Kimia Forensik II. Jurusan Kimia
F. MIPA UNUD : Bukit JImbaran.
Day, R.A, Junior dan A.L. Underwood, 2006, Analisis Kimia Kuantitatif
Edisi Keenam, Jakarta, Erlangga.
Basset, J., et al., 1994, Buku Ajar Vogel: Kimia Analisis Kuantitatif
Anorganik, Penerbit Buku Kedokteran ECG, Jakarta.
LAMPIRAN