PENGUJIAN KERTAS
I.
TUJUAN
1. Mengetahui cara pengujian kertas.
2. Untuk memahami dan terampil dalam penentuan kadar abu kertas dan watermark
kertas sebagai teknik pengujian kertas.
3. Mengetahui alat-alat yang digunakan dalam pengujian kertas.
4. Mengetahui fungsi penentuan kadar abu pada kertas.
5. Mengetahui perbedaan dari hasil yang didapat pada setiap kertas yang diuji.
II.
DASAR TEORI
Kertas adalah bahan yang tipis dan rata, yang dihasilkan dengan
kompresi serat yang berasal dari pulp. Serat yang digunakan biasanya adalah alami,
dan mengandung selulosa dan hemiselulosa. Kertas dikenal sebagai media utama
untuk menulis, mencetak serta melukis dan banyak kegunaan lain yang dapat
dilakukan dengan kertas misalnya kertas pembersih (tissue) yang digunakan untuk
hidangan, kebersihan ataupun toilet.
Adanya kertas merupakan revolusi baru dalam dunia tulis menulis yang
menyumbangkan arti besar dalam peradaban dunia. Sebelum ditemukan kertas,
bangsa-bangsa dahulu menggunakan tablet dari tanah lempung yang dibakar. Hal ini
bisa dijumpai dari peradaban bangsa Sumeria, Prasasti dari batu, kayu, bambu, kulit
atau tulang binatang, sutra, bahkan daun lontar yang dirangkai seperti dijumpai pada
naskah naskah Nusantara beberapa abad lampau.
1. Canvas Paper
Jenis kertas ini jika kita gunakan untuk mencetak photo akan menghasilkan
cetakan dengan sentuhan canvas layaknya sebuah lukisan. Hasil akhir cetakan akan
menampilkan photo yang persis dengan kertas canvas.
2. Pemium Glossy Photo Paper.
Kertas jenis ini biasa disebut oleh para penggunanya dengan sebutan high
glossy, kertas jenis ini mampu menghasilkan cetakan dengan efek yang lebih
mengkilap. Kertas jenis ini sangat cocok untuk mengcetak photo dengan resolusi
tinggi. Walaupun harga kertas ini lebih mahal tetapi jika kita gunakan, akan
menghasilkan cetakan photo yang maksimal dan lebih cerah.
3. Double-Side Paper.
Jenis kertas ini mampu digunakan untuk mencetak photo pada kedua sisinya
(depan dan belakang). Kualitas photo yang dihasilkan juga cukup bagus, tidak terlalu
mengkilap dan cenderung doff. Jenis kertas ini cocok digunakan untuk mencetak
pamflet yang biasanya digunakan untuk sarana promosi, sehingga para konsumen
dapat melihat dikedua sisinya.
4. Laster Photo Paper.
Laster photo paper biasanya digunakan untuk keperluan dokumenter karena
jenis kertas ini sangat awet bahkan bisa bertahan hingga puluhan tahun, tidak mudah
pudar, mampu menghasilkan efek doff, dan sangat cocok untuk photo dengan resolusi
tinggi. Permukaan kertas yang mirip kulit jeruk adalah ciri khas untuk membedakan
dengan jenis kertas lain. Ketahanan hasil cetakan membuat para konsumen puas,
mungkin jenis ini bisa menjadi pertimbangan jika kita ingin serius didunia digital
photo printing.
5. Glossy Photo Paper.
Kertas ini merupakan jenis standar cetak photo. Dengan jenis kertas yang
mengkilap dan putih mampu menghasilkan cetakan yang cemerlang. Dapat digunakan
untuk photo resolusi tinggi dan harga kertas yang relatif murah (standar cetak photo).
per meter persegi, ataupun jenis watermark, juga beberapa uji warna dan uji
mikroskopis tentang jenis serat bahan pembuat kertas, produsen dan mungkin kisaran
masa pembuatannya.
Uji fisik kertas adalah kadar abu dan jenis watermark-nya. Penetapan kadar
abu berhubungan dengan hal kemurnian dan kandungan bahan organik antara pabrik
penghasil keratas yang satu dengan lainnya. Watermark adalah kualitas khas yang
dapat ditemukan dalam setiap kertas. watermark adalah desain anyaman serat yang
ditemukan di kertas. Kita dapat melihat dengan memegang sebuah kertas di depan
sebuah sumber cahaya. watermark ini menandakan asal produsen kertas, tanggal
pembuatan, dan, untuk siapa kertas diproduksi. Setiap upaya untuk menempa
watermark dengan mudah dapat dideteksi. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa
watermark sebenarnya memiliki serabut yang lebih sedikit dari sisa kertas. Kerapatan
serat yang mendasari dalam analisis sebuak kertas dokumen. Disamping uji awal, ada
beberapa uji analitik tambahan yang biasa dipergunakan yaitu :
1. Metode mempersiapkan cuplikan yang bersih untuk dipergunakan pada uji
mikrokimia.
2. Metode spektrografik untuk mengidentifikasi adanya substansi anorganik dalam
kertas.
3. Metode kromaografik untuk mendeterminasi adanya logam-logam alkali adan
alkali tanah.
III.
Alat
Furnace
Cawan porselen
Desikator
Pinset
Neraca analitik
3.2
Bahan - bahan
Kertas Buram
Kertas HVS
3.4
Skema Kerja
Dipoton
Kertas Berukuran
2 x2
Diletakkan dalam cawan yang sudah
ditimbang dengan menggunakan
pinset
Kertas Dalam Cawan
Porselin
Ditimban
g
Berat Kristal +
Cawan
Dipijarkan dalam furnace pada
temperature 500oC selama 30 menit
Sisa Abu
Didingankan dalam desikator dan
berat sisa abu ditimbang
Hasil
Identifikasi Watermark
Sampel Kertas
Dilihat anyamannya dibawah sinar
matahari ( apabila penampakan kurang
jelas, kertas dibasahi dengan air)
Kertas Yang Teramati
Anyamannya
Diamati
Gambar Anyaman
IV.
Perlakuan
Hasil
o
1.
Kertas HVS 2 x 2 cm
21,70 gram
21,73 gram
Abu berwarna abu- abu
21,71 gram
29,54 gram
29,56 gram
Abu berwarna hitam gelap
29,55 gram
Kertas buram 2 x 2 cm
4.1.2
1. Kertas HVS
Identifikasi Watermark
2. Kertas Buram
4.1.3
Kadar Abu
4.2
Pembahasan
Dalam prrekatikum kali ini dilakukan dua percobaan yaitu penetapan kadar
abu dan identifikasi watermark. Penetapan kadar abu berhubungan dengan hal
kemurnian dan kandungan bahan organik antara pabrik penghasil keratas yang satu
dengan lainnya. Pada penetapan kadar abu, kertas yang diuji adalah kertas hvs dan
kertas buram. Pertama-tama cawan porselin kosong ditimbang, kemudian kertas HVS
dan kertas buram dipotong ukuran 2 x 2. Lalu kertas ditimbang dalam wadah cawan
porselin, dan berat kertas HVS didapat dengan cara selisih dari berat cawan porselin
ditambah kertas HVS dengan berat cawan porselin kosong. Perlakuan yang sama
dilakukan pada sampel kertas buram Dari masing-masing penimbangan didapatkan
berat kertas HVS 0,03 gramdan berat kertas buram 0,02 gram. Selanjutnya kertas
yang sudah diukur beratnya dipijarkan atau dibakar dengan mengunakan korek api.
Hal ini bertujuan untuk memudahkan mendapatkan abu saat dipanaskan didalam
furnance. Kemudian cawan porselin yang berisi hasil dari kertas yang sudah
dipijarkan dimasukan kedalam pembakar furnance pada suhu 500oC selama 30 menit.
Temperatur furnance dibuat hingga 500oC bertujuan untuk membuat kertas hingga
menjadi abu dan menghilangkan kadar airnya. Setelah pengabuan, cawan porselin
yang berisi abu didinginkan terlebih dahulu didalam desikator atau pada udara
terbuka. Hal ini dilakukan karena cawan porselin yang dalam kondisi panas jika
ditimbang beratnya akan lebih kecil dari berat cawan porselin semula, sehingga akan
terjadi kesalahan dalam menetapkan kadar abu. Setelah cawan porselin dingin, cawan
porselin dengan abu didalamnya ditimbang. Dimana berat abu yang diperoleh dengan
cara selisih berat cawan porselin tambah abu dengan berat cawan porselin kosong.
Berat abu yang diperoleh dari kertas HVS yaitu 0,02 gram sedangkan berat abu yang
diperoleh dari kertas buram yaitu 0,01 gram. Kemudian kadar abu dihitung dengan
cara membagi berat abu dengan berat kertas dan dikalikan seratus persen. Dimana
kadar abu yang didapatkan dari kertas HVS yaitu 33,33 % dan kadar abu yang
diperoleh dari kertas buram adalah 50 %. Kadar tersebut tidak dapat menunjukan
kemurnian atau jumlah kandungan anorganik suatu kertas. Dari literature semakin
kecil nilai kadar abu semakin banyak rongga udara dan semakin kuat daya serapnya.
Formula pembuatan yang berbeda-beda untuk berbagai jenis kertas salah
satunya dalam konsumsi air (kadar air) dalam pembuatan kertas menjadi salah satu
pembeda antara pabrik kertas satu dan lainya, sehingga metode penetapan kadar abu
ini dapat digunakan sebagai salah satu uji awal (uji fisisk) kertas.
Watermark (anyaman kertas) adalah salah satu ciri khas yang dapat ditemukan
dalam kertas. Identifikasi watermark dilakukan dengan memegang kertas didepan
sebuah sumber cahaya, kemudian anyaman seratnya (kerapatan serat) digambar.
Kertas umumnya memiliki ketebalan rendah ,sehingga cukup dengan memegangnya
didepan sumber cahaya dapat dilihat struktur anyaman serat (watermark) dari kertas.
Adapun jenis kertas yang digunakan adalah kertas buram dan kertas HVS, dimana
kertas yang diidentifikasi terlebih dahulu dibasahi menggunnakan air agar seratnya
dapat terlihat dengan jelas. Adapun anyaman serat yang teramati adalah sebagai
berikut:
-
Kertas HVS
Kertas Buram
Anyaman serat (watermark) diatas memiliki struktur serat yang cukup renggang
sehingga menyebabkan strukturnya cukup berpori. Rongga udara (pori-pori) kertas
berkaitan dengan struktur penetrasi minyak yang merupakan kemampuan rongga udara
(pori-pori) kertas dalam menyerap zat cair dalam hal ini tinta cetak. Sehingga dapat
disimpulkan kertas yang dianalisa memiliki daya serap tinta yang baik. Dari gambar,
kertas buram dan kertas HVS dalam keadaan basah menunjukan watermark yang jelas,
hal ini diakibatkan oleh kemampuan dari air yang terserap dalam kertas untuk membantu
meneruskan cahaya yang masuk. Dan dari anyaman yang terbentuk berbeda antara
kertas HVS dan kertas buram sehingga dapat dikatakan kedua kertas tersebut dibuat dari
bahan yang berbeda dan komponen yang terdapat dari kertas tersebut juga berbeda.
V.
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Uji awal yang biasa dilakukan pada pengujian kertas meliputi uji-uji fisik kertas,
diantaranya penentuan kadar abu dan identifikasi watermark.
2. Tujuan dari penentuan kadar abu ini adalah untuk mengetahui kemampuan rongga
udara (pori-pori) kertas dalam menyerap zat cair. Selain itu dapat juga untuk
mengetahui banyaknya kandungan yang terdapat dalam kertas itu sendiri.
3. Dari literature semakin kecil nilai kadar abu semakin banyak rongga udara dan
semakin kuat daya serapnya.
4. Pada identifikasi watermark pada kertas buram dibawah sinar matahari teramati
struktur serat yang cukup renggang sehingga menyebabkan strukturnya cukup
berpori begitu pula dengan kertas HVS hanya saja terdapat perbedaan pada alur
serat pada kedua kertas ter sebut. Struktur berpori ini berkaitan dengan kemampuan
menyerap zat cair.
5. Kertas buram dan kertas HVS dalam keadaan basah menunjukan watermark yang
jelas, hal ini diakibatkan oleh kemampuan dari air yang terserap dalam kertas untuk
mmbantu meneruskan cahaya yang masuk
6. Watermark merupakan ciri (kualitas) khas yang ditemukan didalam kertas. Oleh karena
itu kerapatan serat (anyaman serat) dapat mendasari asal kertas suatu dokumen yang
digunakan.
.
E.2. Saran
Perlu dilakukan beberapa uji analitik tambahan lebih lanjut seperti kromatografi,
spektroskopi, dan lainnya, setelah uji pendahuluan dilakukan agar identifikasi kertas
memberikan hasil yang akurat. Untuk pengukuran kadar abu disarankan menggunakan neraca
analitik yang dapat mengukur lebih dari dua angka dibelakang koma (sensitivitas tinggi).
DAFTAR PUSTAKA
Funk, H.J., "Comparison of Paper Matches", JFS, 1968, Vol. 13, No. 1, pp. 137-143
Von Bermen, U.G., "Laser Excited Luminescence of Inclusions and Fibers in Paper
Matches", JFS, 1986, Vol. 31, No. 4, pp. 1450-1454
Hopen, Thomas J., etc all, 2009, The Forensic Examination and Analysis of Paper Matches,
http://projects.nfstc.org/trace/docs/Revised%20Papers/Forensic%20Examination
%20and%20Analysis%20of%20Paper%20Matches083007.doc, Diakses 14 Mei 2011
Anonim, 2001, Pengujian Kertas, http://pusgrafin.go.id/main/index.php?option=com_content
&task =view&id=16&Itemid=30, Diakses 14 mei 2011
Casttilo, Fabiola, 2004, analyzing Paper Used in Document,
http://ezinearticles.com/?
Forensic-Document-Analysis---Analyzing-Paper-Used-in-a-Document&id=932564,
Diakses 14 mei 2011