Anda di halaman 1dari 10

RESUME KIMIA FISIKA 2

Oleh Kelompok 5 :

1. Ulyl Hilmi (12212183004)


2. Dewi Fitriyah Wulandari (12212183015)
3. Miftakhul Jannah (12212183029)
4. Azzahro Nur Realita (12212183037)

SEL ELEKTROLISIS
A. Pengertian Elektrolisis
Elektrolisis adalah penguraian suatu zat menggunakan energi listrik agar rekasi kimia
non spontan dapat terjadi. Zat teruarai dapat berupa padatan, cairan, atau lelehan. Arus
listrik yang digunakan dalam proses elektrolisis adalah arus searah (Direct Current-DC). Sel
tempat terjadinya elektrolisis disebut sel elektrolisis. Tempat berlangsungnya rekasi reduksi
dan oksidasi dalam sel elektrolisis sama seperti pada sel volta yaitu anode (reaksi oksidasi)
dan katode (reaksi reduksi). Namun terdapat beberapa perbedaan antara sel elektrolisis
dengan sel volta adapun perbedaanya dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel perbedaan sel elektrolisis dan sel volta
No Sel elektrolisis Sel volta
Energi listrik diubah Energi kimia diubah
1.
menjadi energi kimia. menjadi energi listrik.
Katode adalah kutub Katode adalah kutub positif
2.
negatif (-) (+)
Anode adalah kutub positif Anode adalah kutub negatif
3.
(+) (-)
4. Reaksi tidak sepontan Rekaksi spontan

Pada sel elektrolisis anode dihubungkan dengan kutub positif sebagai sumber listrik,
sedangkan katode dihubungkan dengan kutub negatif. Proses elektrolisis dimulai dengan
masuknya elektron dari arus listrik searah ke dalam larutan melalui kutub negatif. Spesi
tertentu atau ion yang bermuatan positif menyerap elektron dan mengalami rekasi reduksi
dikatode. Spesi yang lain atau ion bermuatan negatif akan melepas elektron dan mengalami
rekasi oksidasi di kutub positif atau anode. Jadi proses elektrolisis merupakan rekasi redoks.
Elektrode positif dan elektrode negatif pada sel elektrolisis ditentukan oleh sumber arus
listrik.
Seperti halnya sel volta, sel elektrolisis juga memerlukan elektrode. Jenis elektrode
yang digunakan dalam proses elektrolisis sangat berpengaruh pada hasil elektrolisis.
Elektrode dapat dibedakan menjadi dua berdasarkan keaktifannya, yaitu:
1. Elektrode tidak aktif (tidak ikut berekasi atau inert), seperti C dan Pt.
2. Elektrode aktif (ikut berekasi) selain C dan Pt.
Pada proses elektrolisis dengan elektrode aktif berlangsung rekasi elektrode dan rekasi
elektrolit. Sedangkan proses elekrolisis dengan elektrode inert hanya berlangsung reaksi
elektrolitnya saja.

B. Ketentuan Reaksi Elektrolisis


Jika dalam elektrolisis digunakan elektrolit berupa larutan maka rekasi yang terjadi
tidak hanya melibatkan ion-ion dalam larutan tetapi juga air. Hal tersebut menyebabkan
terjadinya kompetisi antara ion dengan molekul pelarutnya atau ion-ion lain dalam larutan
pada saat mengalami reaksi dianode dan katode. Adapun ketentuan rekasi elektrolisis adalah
sebagai berikut.
1. Reaksi Anoda
Jika anoda terbuat dari zat inert, seperti Pt, Au, dan C, maka akan terjadi
peristiwa-peristiwa seperti berikut ini.

a) Jika anion yang menuju anoda adalah OH– dari suatu basa, maka OH– akan
teroksidasi.

4OH–(aq) → 2H2O(l) + O2(g) + 4e–

b) Jika anionnya Cl–, Br–, dan I–, maka ion-ion tersebut akan teroksidasi seperti
berikut ini.

2Cl–(aq) → Cl2(s) + 2e–

2Br–(aq) → Br2(g) + 2e–

2I–(aq) → I2(s) + 2e–


c) Jika anionnya berupa sisa asam oksi seperti SO42–, PO43- dan NO3–, maka
anoda tidak teroksidasi, sedangkan yang teroksidasi H2O. Persamaan reaksinya
adalah sebagai berikut.

2H2O(l) → 4H+(aq) + O2(g) + 4e–

Jika anoda terbuat dari logam aktif (zat tak inert) seperti Cu, maka
anodanya yang akan mengalami oksidasi.

Cu → Cu2+ + 2e–

2. Reaksi Katoda
Reaksi yang terjadi pada katoda, dapat diketahui dengan memperhatikan
jenis kation yang terdapat dalam larutan elektrolitnya (pelarut air), yaitu sebagai
berikut.

d) Jika kationnya merupakan golongan IA, IIA, Al, dan Mn (K+, Na+, Ca2+,
Mg2+, Be2+, Al3+, dan Mn2+), maka reaksi yang berlangsung pada katoda
adalah sebagai berikut.

2H2O(l) + 2e– → 2OH–(aq) + H2(g)

Molekul yang tereduksi adalah air. Jika tidak terdapat air, maka semua
kation mengalami reduksi.

e) Jika kationnya H+ berasal dari suatu asam, maka reaksi yang berlangsung
pada katoda adalah sebagai berikut.

2H+(aq) + 2e– → H2(g)

f) Jika kationnya selain kation pada poin a) dan b), maka akan terjadi reaksi
reduksi (diendapkan pada katoda) seperti berikut ini.

Cu2+(s) + 2e– → Cu(s)

Ag+(s) + e– → Ag(s)

Au3+(s) + 3e– → Au(s)


Molekul yang terseduksi adalah kation itu sendiri.

C. Hukum Faraday
Michael Faraday adalah orang Inggris pertama yang menerangkan hubungan kuantitatif
antara banyaknya arus listrik yang digunakan pada elektrolisis dengan hasil elektrolisisnya.
Hubungan kuantitatif itu disimpulkannya dalam dua hukum sebagai berikut.

1. Hukum Faraday I
“massa zat yang dihasilkan atau melarut selama elektrolisis (G) berbanding lurus
dengan jumlah muatan listrik yang melalui sel elektrolisis (Q).”

G=Q

G = massa zat yang dibebaskan atau melarut


Q = jumlah muatan listrik yang digunakan

Pengukuran jumlah listrik dalam prakteknya dapat dilakukan dengan bantuan


instrumen berupa amperemeter dan pancatat waktu. Jumlah listrik yang digunakan
dalam elektrolisis merupakan hasil kali kuat arus (ampere) dengan waktu (detik) atau
dapat ditulis:

Q=ixt

2. Hukum Faraday II
“massa zat yang dihasilkan berbanding lurus dengan massa ekuivalennya untuk
jumlah listrik yang sama.”
Massa ekuivalen adalah massa atom relatif dibagi dengan muatan ion logam.

G = ME

ME = massa ekivalen

Pada elektrolisis larutan AgNO3 di katode akan terjadi reaksi berikut:


Anode : AgNO3(aq) → Ag+ (aq) + NO3- (aq)
Katode : Ag+ (aq) + e → Ag(s)
Berdasarkan reaksi tersebut untuk mengendapkan 1 mol Ag diperlukan 1 mol
elektron. Setiap 1 Faraday listrik diendapakan 1 mol Ag atau sebanyak 108 gram
logam Ag (Ar Ag = 108) Reaksi elektrolisis larutan CuSO4 dan FeCl3 pada setiap
katode terjadi reaksi, yaitu:

Katode: Cu2+(aq) + 2e → Cu(s)

Berdasarkan persamaan reaksi :


2 mol e ~ 1 mol Cu
1 mol e = mol Cu = x Ar Cu (gram)

Katode: Fe3+(aq) + 3e → Fe(s)

Berdasarkan persamaan reaksi:


1 mol e = mol Fe = x Ar Fe (gram)

Berdasarkan hukum Faraday II dan contoh di atas, masaa ekuivalen suatu zat
sama dengan masaa atom relatif (Ar) zat dibagi dengan perubahan bilangan oksidasi
(pbo).

𝐴𝑟 𝑋
ME = 𝑝𝑏𝑜

Hukum Faraday I dan II dapat disimpulkan bahwa setiap 1 Faraday listrik pada
elektrolisis akan menghasilkan massa zat sebanyak massa ekivalennya.

𝑀𝐸
G= 𝐹

Dua hukum Faraday listrik akan menghasilkan G = = 2 ME sedangkan (i


x t) coulomb listrik menghasilkan G = . Berdasarkan instrumnen yang ada,
pada elektrolisis berlaku

𝑖 𝑥 𝑡 𝑥 𝑀𝐸
G=
96500
Jika jumlah listrik yang sama dialirkan ke dalam dua atau lebih sel elektrolisis
yang berbeda maka perbandingan massa zat yang dibebaskan sama dengan
perbandingan masaa ekivalennya.

GI : GII : GIII = MEI : MEII : MEIII

Dua buah sel elektrolisis berisi larutan AgNO3 dan larutan CuSO4 pada setiap
selnya, dihubungkan secara seri. Jika sel elektrolisis tersebut dialirkan arus i ampere
selama t detik maka pada setiap katode akan diendapkan logam Ag dan logam Cu.
Perbandingan massa Ag dan massa Cu yang diendapkan sama dengan perbandingan
massa ekuivalennya sesuai dengan hukum Faraday II.

GAg : GCu = MEAg : MECu

Dari beberapa contoh reaksi elektrolisis di atas, pada setiap elektrode dapat
menghasilkan zat padat maupun gas. Perhitungan kimia pada sel elektrolisis dapat
dilakukan berdasarkan reaksi yang terjadi pada setiap elektrode dengan menganggap
bahwa jumlah aliran listrik yang dialirkan pada sel elektrolisis merupakan aliran
elektron. Muatan listrik dari 1 mol elektron adalah 96500 coulomb atau 1 Faraday
yang diterapkan dalam persamaan reaksi kimia.

Pada prakteknya, jumlah listrik yang diberikan pada sel elektrolisis hanya dapat
diketahui dengan alat instrumen yang berhubungan dengan kuat arus dan waktu.
Telah diketahui bahwa arus sebesar i ampere yang dialirkan selama t detik membawa
muatan sebesar (i x t) coulomb sehingga jumlah mol elektron dalam elektrolisis dapat
ditentukan dengan rumus berikut:

𝑖𝑥𝑡
Molelektron = mol
96500

D. Kegunaan Sel Elektrolisis

Sel elektrolisis banyak digunakan dalam bidang industry, diantaranya dalam pembuatan
gas, proses penyepuhan logam, dan proses pemurnian logam.
1. Pembuatan Gas
Sel elektrolisis digunakan dalam pembuatan gas, misalnya pembuatan gas
oksigen, hydrogen, dan klorin. Untuk menghasilkan oksigen dan hydrogen dapat
menggunakan larutan elektrolit dari kation golongan utama (K+, Na+) dan anion yang
mengandung oksigen (SO42-, NO3-) dengan electrode Pt atau karbon.
Reaksi elektrolisis yang menghasilkan gas, misalnya elektrolisis larutan Na2SO4,
menggunakan electrode karbon.
Reaksi yang terjadi sebagai berikut:
Na2SO4(aq) → 2Na+(aq) + SO42-(aq)
Katode (C) : 2H2O(l) + 2e- → 2OH-(aq) + H2(g)
Anode (C) : 2H2O(l) → 4e- + 4H+(aq) + O2(g)
Oleh karena di katode dan anode yang bereaksi adalah air, semakin lama air
semakin berkurang sehingga perlu ditambahkan. Perlu diingat bahwa walaupun yang
bereaksi air, tidak berarti elektrolit Na2SO4 tidak diperlukan. Elektrolit ini berguna
sebagai pengahntar arus listrik.

2. Proses Penyepuhan Logam


Proses penyepuhan logam dengan emas, perak, atau nikel, bertujuan menutupi
logan yang penampilannya kurang baik atau melindungi logam yang mudah berkarat.
Logam-logam ini dilapisi dengan logam lain yang penampilan dan daya tahan lebih baik
agar tidak berkarat.
Prinsip kerja proses penyepuhan adalah penggunaan sel dengan elektrolit larutan
dan electrode reaktif. Contohnya, jika logam cincin dari besi akan dilapisi emas,
digunakan larutan AuCl3(aq). Logam besi (Fe) dijadikan sebagai katode, sedangkan
logam emasnya (Au) sebagai anode.
Reaksi yang berlangsung dalam proses penyepuhan besi dengan emas sebagai berikut:
AuCl3(aq) → Au3+(aq) + 3Cl-(aq)
Katode (cincin Fe) : Au3+(aq) + 3e- → Au(s)
Anode (Au) : Au(s) → Au3+(aq) + 3e-
Proses yang terjadi adalah oksidasi logam emas (anode) menjadi ion Au3+(aq).
Kation ini bergerak ke katode menggantikan kation Au3+ yang direduksi di katode.
Kation Au3+ di katode direduksi membentuk endapan logam emas yang melapisi logam
atau cincin besi. Proses ini cukup murah karena emas yang melapisi besi hanya berupa
lapisan tipis.

3. Proses Pemurnian Logam


Pemurnian logam sering dilakukan dalam pertambangan. Logam transisi yang
kotor dapat dimurnikan dengan cara menempatkannya sebagai anode dan logam
murninya sebagai katode. Elektrolit yang digunakan adalah elektrolit yang mengandung
kation logam yang dimurnikan. Contohnya, proses pemurnian nikel menggunakan
larutan NiSO4. Nikel murni digunakan sebagai katode, sedangkan nikel kotor (logam
yang dimurnikan) digunakan sebagai anode.
Reaksi yang terjadi sebagai berikut:
NiSO4(aq) → Ni2+(aq) + SO42-(aq)
Katode (Ni murni) : Ni2+(aq) + 2e- → Ni(s)
Anode (Ni kotor) : Ni(s) → Ni2+(aq) + 2e-
Logam nikel yang kotor pada anode dioksidasi menjadi ion Ni2+. Kemudian , ion
Ni2+ pada katode direduksi membentuk logam Ni dan bergabung dengan katode yang
merupakan logam murni. Kation Ni2+ di anode begerak ke daerah katode menggantikan
kation yang direduksi. Untuk mendapatkan logam nikel murni (di katode) harus ada
penyaring sehingga kotorn (tanah, pasir) hanya berada di anode dan tidak berpindah ke
katode.

E. Contoh Soal
1. Tuliskan reaksi elektrolisis zat berikut!
a. Lelehan NaCl dielektrolisis dengan elektrode grafit
b. Larutan NaCl dielektrolisis dengan elektrode grafit
Penyelesaian:
Dalam sel elektrolisis anode bertindak sebagai kutub posistif sedangkan katode bertindak
sebagai kutub negatif. Saat suatu larutan dielektrolisis makan akan terjadi ionisasi yang
membentuk ion(+) dan ion(-). Ion(+) akan bereaksi di katode yang bertindak sebagai
kutub negatif, dan ion(-) akan bereaksi di anode yang bertindak sebagai kutub positif.
a. Elektrolisis Lelehan NaCl dielektrolisis dengan elektrode grafit (innert)
2NaCl → 2Na+ + Cl-
Anode : 2Cl- → Cl2 + 2e
Katode : 2Na+ + 2e → 2Na +
- +
2Cl + 2Na → Cl2 + 2Na
b. Elektrolisis Larutan NaCl dielektrolisis dengan elektrode grafit (innert)
2NaCl → 2Na+ + Cl-
Anode : 2Cl- → Cl2 + 2e
Katode : H2O + 2e → H2 + 2OH- +
- -
2Cl + 2H2O → Cl2 + H2 + 2OH

2. Kedalam larutan NiSO4 dialirkan arus listrik 0,2 Faraday. Tentukan volume gas oksigen
yang dikasilkan di anoda jika diukur pada keadaan standar.
Penyelesaian:
Reaksi anoda: 2H2O(l) → 4e + 4H+(aq) + O2(g)
1 mol O2 ekuivalen dengan 4 mol elektron, berarti nilai n = 4.
Arus listrik = 0,2 Faraday.
3. Arus listrik sebesar 0,1A dialirkan selama 96500 detik. Muatan listrik yang dihasilkan
setara dengan . . . mol elektron.
Penyelesaian:
Diketahui: I = 0,1A
t = 96500
Ditanya: mol elektron yang dihasilkan
Jawab:
Q=I.t
Q = 0,1 x 96500
Q = 965 Coloumb
1 mol elektron = 96500, sehingga jumlah mol elektron saat listrik mengalir
965
Mol = = 0,01 mol
96500

4. Larutan CuSO4 dan PbSO4 dielektrolisis dengan jumlah listrik yang sama. Perbandingan
masa logam Cu (Ar = 64) dan logam Pb (Ar = 207) yang dihasilkan pada masing-masing
katoda adalah…
Penyelesaian:
Diketahui: Ar Cu = 64 Ar Pb = 207
Ditanya: perbandingan massa Cu dan massa Pb
Jawab:
Cu2+ 2e → Cu
Pb2+ 2e → Pb
6
MECu = =
07
MEPb = =
6 07 6
= : =
07
DAFTAR PUSTAKA
Laurensius. 2012. HandOut Hukum Faraday. Universitas Negeri Malang: Jurusan Kimia
Rahayu, Imam. 2007. Praktik Belajar Kimia. Jakarta:Visindo media perdasa.
Salirawati, Das., Dkk. 2007. Belajar Kimia Secara Menarik Untuk SMA/MA Kelas XII.
Jakarta: Grasindo.
Sukmanawati, Wening. 2009. KIMIA 3 untuk SMA dan MA Kelas XII. Jakarta: Pusat
Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Sunaryan, Yayan dan Agus Setiabudi. 2007. Mudah dan Aktif Belajar Kimia. Jakarta: PT.
Setia Purna.
Sutresna, Nana. 2007. Cerdas Belajar Kimia. Bandung: Grafindo Media Pratama.
Sutresna, Nana. 2007. Kimia untuk Kelas XII Semester1 Sekolah Menengah Atas. Bandung:
Grafindo Media Pratama.
Suyatno, purwani. 2007. Kimia Untuk SMA/MA Kelas XII. Jakarta: Grasindo.

Anda mungkin juga menyukai