Anda di halaman 1dari 14

1

MAKALAH KIMIA ELEKTRO

KELOMPOK 1

ISNY NURRAHMA (D041181313)

SYAHBRIAN ARIADI (D041181019)

NURUL FAUZAN (D041181331)

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2018
2

A. Sel Elektrolisis
Sel elektrolisis terdiri dari sebuah wadah, elektroda, elektrolit dan
sumber arus searah. Elektron (listrik) memasuki larutan melalui kutub negatif
(Katode). Spesi tertentu dalam larutan menyerap elektron dari katode, sehingga
dalam katode terjadi reaksi reduksi. Sementara itu spesi lain melepas elektron di
anode, sehingga dalam anode (kutub positif) mengalami reaksi oksidasi.
Di bawah ini adalah salah satu contoh reaksi yang terjadi pada sel
elektrolisis, yaitu elektrolisis larutan CuSO4 dengan elektrode Cu. Pada
elektrolisis larutan CuSO4 dengan elektroda Cu, terbentuk endapan Cu di katode
dan anodenya (Cu) larut. Dalam larutan CuSO4, terdapat ion Cu2+, ion SO42-,
molekul air, dan logam Cu (elektrode). Pada katode akan terjadi kompetesi
antara ion Cu dan molekul air.
Cu2+(aq) + 2e  Cu(s) E0 = -0,54 volt
2H2O(l) + 2e  2OH-(aq) + H2(g) E0 = -0,83 volt

Gambar 1. Sel Elektrolisis

Potensial reduksi Cu lebih besar daripada H2O berdasarkan reaksi


tersebut sehingga ion Cu2+ lebih mudah mengalami reduksi. Pada anode akan
terjadi kompetesi antara ion SO42-, molekul air, dan anode (Cu).

2SO42-(aq)  S2O82-(aq) + 2e E⁰ = -2,01 volt


2H2O(l)  4H+(aq) + O2(g) + 4e E⁰ = -1,23 volt
Cu(s)  Cu2+(aq) + 2e E⁰ = -0,34 volt
3

Potensial oksidasi Cu paling besar sehingga oksidasi logam tembaga


lebih mudah terjadi. Reaksi elektrolisis larutan CuSO4 dengan elektrode Cu
secara keseluruhan dapat ditulis sebagai berikut.

CuSO4(aq)  Cu2+(aq) + SO42-(aq)


Katode : Cu2+(aq) + 2e  Cu(s)
Anode : Cu(s)  Cu2+(aq) + 2e
Cu(s)  Cu(s)
(anode) (katode)

Dari reaksi di atas dapat diketahui, bahwa pada katode akan terdapat
endapan Cu akibat reduksi yang terjadi, sebaliknya di anode, logam Cu akan
larut ke larutan elektrolit. Banyak zat yang mengendap pada elektrode dapat
dihitung dengan Hukum Faraday. Michael Faraday adalah orang Inggris pertama
yang menerangkan hubungan kuantitatif antara banyaknya arus listrik yang
digunakan pada elektrolisis dengan hasil elektrolisisnya. Hubungan kuantitatif
itu disimpulkannya dalam dua hukum sebagai berikut.
Hukum Faraday I
“massa zat yang dihasilkan atau melarut selama elektrolisis (G) berbanding lurus
dengan jumlah muatan listrik yang melalui sel elektrolisis (Q).
G~Q
G = massa zat yang dibebaskan atau melarut
Q = jumlah muatan listrik yang digunakan
Pengukuran jumlah listrik dalam prakteknya dapat dilakukan dengan
bantuan nstrumen berupa amperemeter dan pancatat waktu. Jumlah listrik yang
digunakan dalam elektrolisis merupakan hasil kali kuat arus (ampere) dengan
waktu (detik) atau dapat ditulis:
Q=iхt
Hukum Faraday II
“massa zat yang dihasilkan berbanding lurus dengan massa ekuivalennya untuk
jumlah listrik yang sama”
Massa ekuivalen adalah massa atom relatif dibagi dengan muatan ion logam.
4

G ~ ME
ME = massa ekivalen
Pada elektrolisis larutan AgNO3 di katode akan terjadi reaksi berikut:
AgNO3(aq)  Ag+(aq) + NO3-(aq)
Katode : Ag+(aq) + e  Ag(s)
Berdasarkan reaksi tersebut untuk mengendapkan 1 mol Ag diperlukan 1
mol elektron. Setiap 1 Faraday listrik diendapakan 1 mol Ag atau sebanyak 108
gram logam Ag (Ar Ag = 108) Reaksi elektrolisis larutan CuSO4 dan FeCl3 pada
setiap katode terjadi reaksi, yaitu:
Katode : Cu2+(aq) + 2e  Cu(s)
Berdasarkan persamaan reaksi:
2 mol e ~ 1 mol Cu
1 1
1 mol e = 2 mol Cu = 2 x Ar Cu (gram)

Katode: Fe3+(aq) + 3e  Fe(s)


Berdasarkan persamaan reaksi:
1 1
1 mol e = mol Fe = x Ar Fe (gram)
3 3

Berdasarkan hukum Faraday II dan contoh di atas, masaa ekuivalen suatu zat
sama dengan masaa atom relatif (Ar) zat dibagi dengan perubahan bilangan
oksidasi (pbo).
𝐴𝑟 𝑋
ME =
𝑝𝑏𝑜

Hukum Faraday I dan II dapat disimpulkan bahwa setiap 1 Faraday listrik pada
elektrolisis akan menghasilkan massa zat sebanyak massa ekivalennya.
𝑀𝐸
G=
𝐹
2𝐹 𝑥 𝑀𝐸
Dua hukum faraday listrik akan menghasilkan G = = 2 ME sedangkan (i
𝐹
𝑖 𝑥 𝑡 𝑥 𝑀𝐸
x t) coulomb listrik menghasilkan G = berdasarkan instrumen yang
𝐹
𝑀𝐸 𝑥 𝑖 𝑥 𝑡
ada, pada elektrolisis berlaku G =
96500
5

Jika jumlah listrik yang sama dialirkan ke dalam dua atau lebih sel
elektrolisis yang berbeda maka perbandingan massa zat yang dibebaskan sama
dengan perbandingan masaa ekivalennya.
GI : GII : GIII = MEI : MEII : MEIII
Dua buah sel elektrolisis berisi larutan AgNO3 dan larutan CuSO4 pada
setiap selnya, dihubungkan secara seri. Jika sel elektrolisis tersebut dialirkan
arus i ampere selama t detik maka pada setiap katode akan diendapkan logam Ag
dan logam Cu. Perbandingan massa Ag dan massa Cu yang diendapkan sama
dengan perbandingan massa ekuivalennya sesuai dengan hukum Faraday II.
GAg : GCu = MEAg : MECu

B. Aspek Kuantitatif Elektrolisis


Dari beberapa contoh reaksi elektrolisis di atas, pada setiap elektrode
dapat menghasilkan zat padat maupun gas. Perhitungan kimia pada sel elektrolisis
dapat dilakukan berdasarkan reaksi yang terjadi pada setiap elektrode dengan
menganggap bahwa jumlah aliran listrik yang dialirkan pada sel elektrolisis
merupakan aliran elektron. Muatan listrik dari 1 mol elektron adalah 96500
coulomb atau 1 Faraday yang diterapkan dalam persamaan reaksi kimia.
Pada prakteknya, jumlah listrik yang diberikan pada sel elektrolisis hanya
dapat diketahui dengan alat instrumen yang berhubungan dengan kuat arus dan
waktu. Telah diketahui bahwa arus sebesar i ampere yang dialirkan selama t detik
membawa muatan sebesar (i x t) coulomb sehingga jumlah mol elektron dalam
elektrolisis dapat ditentukan dengan rumus berikut.
𝑖𝑥𝑡
Mol elektron = 96500 mol

C. Penerapan Elektrolisis
Sel elektrolisis banyak digunakan dalam industri dapat dibagi dalam tiga
bidang, yaitu produksi zat atau bahan, pemurnian logam, dan penyepuhan logam.
6

1. Produksi Zat atau Bahan


Bahan kimia yang digunakan dalam industri, kehidupan sehari-hari, dan
laboratorium banyak dihasilkan melalui proses elektrolisis. Misalnya, gas klorin,
gas fluorin, logam golongan IA, logam aluminium, logam magnesium, natrium
hidroksida, dan natrium hipoklorit. Beberapa proses elektrolisis digunakan untuk
memproduksi zat yang sangat penting dalam industri kimia dasar, industri klorin,
dannatrium hidroksida yang dibuat dari elektrolisis larutannatrium klorida. Proses
ini disebut proses klor-alkali. Elektrolisis larutan NaCl tersebut menghasilkan
NaOH di katode dan gas klorin di anode.

NaCl(aq) → Na+(aq) + Cl-(aq)


Katode : 2H2O(l) + 2e → 2OH-(aq) + H2(g)
Anode : 2Cl-(aq) → Cl2(g) + 2e
2H2O(l) + 2Cl-(aq) → 2OH-(aq) + H2(g) + Cl2(g)
Persamaan reaksi lengkap yang terjadi seperti berikut ini:
2H2O(l) + 2NaCl(aq) →2NaOH(aq) + H2(g) + Cl2(g)

Ruang katode dan anode harus dipisahkan agar Cl2 yang terbentuk di
anode tidak bereaksi dengan NaOH yang terbentuk di katode selama proses
elektrolisis. Pemisahan kedua elektrode ini melahirkan sel-sel berikut ini.
a. Sel Diafragma
Ruang anode dan katode pada sel ioni dipisahkan dengan menggunakan
asbes agar dapat dilalui oleh ion-ion dan dapat menahan terjadinya
pencampuran larutan. Kawat besi digunakan sebagai katode, sedangkan
elektrode inert (grafit) digunakan sebagai anode. Sel ini menghasilkan larutan
yang mengandung 10 - 12% NaOH yang tercampur dengan 14 – 16% NaCl di
ruang katode. Proses penguapan dilakukan untuk memperoleh NaOH yang
lebih pekat. Kemudian, NaCL dipisahkan dengan pengkristalan. Hasil akhir
proses ini diperoleh NaOH 50% dengan 1% NaCl sebagai pengotor. Proses
elektrolisis ini enggunakan potensial 3,5 volt dan arus yang sangat besar
sampai ribuan ampere.
7

b. Sel Down
Sel down menggunakan grafit sebagai anode dan besi sebagai katode
dengan elektrolit lelehan NaCl. Reaksi yang terjadi dalam sel ini sebagai
berikut.
Katode : 2Na+(aq) + 2e → 2Na(l)
Anode : 2Cl-(aq) → Cl2(g) + 2e
Logan natrium yang terbentuk dalam keadaan cair dikeluarkan dari sel,
sedangkan gas klorin yang terbentuk dikeluarkan melalui tempat yang terpisah
sehingga kedua hasilnya terpisah seperti pada Gambar 2 berikut ini.

Gambar 2. Sel Down elektrolisis lelehan NaCl

c. Sel Merkuri
Sel merkuri menghasilkan NaOH dengan kemurnian tinggi yang
biasanya digunakan untuk pembuatan rayon. Raksa (Hg) yang mengalir
sepanjang dasar tangki digunakan sebagai katode, sedangkan grafit yang
tercelup dalam larutan NaCl digunakan sebagai anode. Reaksi yang terjadi
dalam sel sebagai berikut:

Katode : 2Na+(aq) + 2e → 2Na(dalam Hg)


Anode : 2Cl-(aq) → Cl2(g) + 2e
2Na+(aq) + 2Cl-(aq) → 2Na (dalam Hg) + Cl2(g)
8

Setelah Na dalam Hg (Na-amalgam) dikeluarkan dari sel, kemudian


ditambahkan air maka akan terbentuk reaksi
2Na(dalam Hg) + 2H2O(l) → 2Na+(aq) + 2OH-(aq) + H2(g) + Hg(l)
Berdasarkan persamaan reaksi dapat dilihat bahwa sel ini selain
menghasilkan NaOH dengan kemurnian tinggi, diperoleh juga hasil yang lain,
seperti gas Cl2 dan gas H2. Raksa cair yang diperoleh akan diambil kembali
untuk proses elektrolisis selanjutnya.

Gambar 3. Sel Merkuri

2. Pemurnian Logam
Tembaga merupakan logam yang berfungsi sebagai kawat penghantar
listrik yang baik dalam industri elektronika sehingga tembaga harus mempunyai
kemurnian tinggi. Tembaga dapat dimurnikan dengan cara elektrolisis, yaitu
menempatkan susunan tembaga kotor sebagai anode dan tembaga murni sebagai
katode dengan larutan CuSO4 sebagai larutan elektrolit. Tembaga di anode larut
selama proses elektrolisis, kemudian diendapkan sebagai tembaga murni di
katode. Adapun reaksi yang terjadi sebagai berikut.
CuSO4(aq) → Cu2+(aq) + SO42-(aq)
Katode: Cu2+(aq) + 2e → Cu(s)
Anode: Cu(s) → Cu2+(aq) + 2e
Cu(s) → Cu(s)
(anode) (katode)
9

Pada proses pemurnian ini biasanya diperoleh perak, emas, platina, besi,
dan seng karena logam-logam ini sebagai pengotor pada tembaga. Emas, perak,
dan platina dapat dipisahkan karena mempunyai potensial yang lebih positif
daripada tembaga.
Logam tersebut tidak larut karena pada potensial selama proses elektrolisis
diatur sehingga diperoleh endapan berupa Lumpur di anode. Kotoran logam yang
tidak mulia seperti besi dan seng mempunyai potensial yang lebih kecil dari
tembaga sehingga tidak dapat diendapkan di katode dan tetap berada dalam
larutan.

3. Penyepuhan
Penyepuhan (elektroplating) adalah suatu metode elektrolisis untuk
melapisi permukaan logam oleh logam lain yang lebih stabil terhadap cuaca atau
untuk menambah keindahannya. Contohnya, besi dilapisi nikel agar tahan karat,
tembaga dilapisi perak atau emas agar lebih bernilai. Cara penyepuhan dilakukan
dengan menempatkan logam yang akan dilapis pada katode dan logam pelapisnya
di anode. Garam yang larut dari logam pelapisnya digunakan sebagai elektrolit.
Pada ruang anoda diletakan silver sedangkan pada katoda digunakan senduk besi.

Gambar 4. Elektroplating Perak

4. Elektrolisis Plasma dalam Pembuatan Klor


Sektor industri klor-alkali merupakan sektor industri penting pada industri
kimia karena berperan sebagai pemasok bahan baku sektor industri lainnya. Di
10

Eropa, industri klor-alkali menyokong sekitar 55% industri kimia dan farmasi
serta memberikan keuntungan hingga 660 miliar euro pada tahun 2009 (Euro
Chlor, 2010). Bahan baku utama yang digunakan dalam produksi klor-alkali
adalah garam (NaCl), air, dan tenaga listrik. Produk yang dihasilkan berupa soda
api (NaOH), hidrogen (H2), dan klor (Cl2). Sementara produk sampingnya berupa
ion hipoklorit dan klorat. Elektrolisis adalah metode pemisahan ikatan-ikatan
senyawa dengan mengalirkan arus listrik pada ikatan senyawa tersebut. Senyawa
ionik, seperti garam NaCl, terurai pada pelarut seperti air, dan membentuk ion-ion
dalam larutan. Arus listrik dialirkan diantara dua elektroda inert dalam larutan.
Masing-masing elektroda mengikat ion-ion yang memiliki muatan berbeda
sehingga ion bermuatan negatif akan menuju anoda dan ion bermuatan positif
akan menuju katoda.
Reaksi elektrolisis NaCl (Brine Electrolysis) yang banyak dipakai saat ini
untuk menghasilkan klor-alkali membutuhkan energi listrik yang sangat tinggi
(Abdel-Aal dan Hussein, 1993). Konsumsi energi rata-rata pada proses elektrolisis
klor adalah sekitar 3,3 MWh per unit elektrokimia (ECU), sehingga komponen
biaya listrik mencapai hingga 70% dari harga penjualan. Oleh sebab itu,
penurunan konsumsi listrik dalam reaksi elektrokimia pada produksi klor-alkali
menjadi topik yang sangat menarik. Untuk itu dibutuhkan suatu metode lain yang
lebih efisien yang dapat menekan konsumsi listrik dalam proses produksi klor-
alkali.
Elektrolisis plasma merupakan metode alternatif yang menjanjikan karena
dapat menekan konsumsi energi listrik yang sangat signifikan dibanding proses
elektrolisis. Prinsip elektrolisis plasma serupa dengan elektrolisis, namun
dilakukan pada kondisi tegangan tinggi sehingga menimbulkan pancaran plasma
(glow discharge plasma).
Dengan adanya plasma, maka kinetika didalam larutan menjadi
meningkat, sehingga akan terbentuk spesi aktif yang membuat suatu reaksi akan
berlangsung lebih cepat dengan konversi yang lebih besar.
11

Gambar 5. Konfigurasi Peralatan Elektrolisis Plasma


Keterangan gambar:
1. Air pendingin 5. Produk gas Klor 10. Ampere-meter
2. Pompa 6. Katoda (Koil pendingin) 11. Jembatan dioda
3. Larutan NaCl 7. Penghalang akrilik 12. Transformer
4. Termometer 8. Anoda 13. Slide regulator
9. Larutan KI 14. Sumber listrik

5. Elektrolisis dalam Pengolahan Limbah


Beberapa metode konvensional yang digunakan untuk mengolah limbah
tekstil adalah kombinasi dari proses biologi, fisika dan kimia. Karena limbah
tekstil biasanya dihasilkan dalam skala besar maka beberapa metode tersebut
menjadi tidak menguntungkan. Metode baru yaitu penggunaan ozon dan
photooksidasi telah juga dikembangkan untuk mengolah limbah tekstil. Metode
ozonasi dan photooksidasi memerlukan biaya yang sangat tinggi dan sukar jika
diterapkan untuk masyarakat.
Metode elektrokimia merupakan metode yang sukses untuk mengolah
beberapa limbah cair industri, termasuk limbah zat warna dari industri tekstil.
metode elektrolisis dengan anoda dan katoda platinum (Pt). Pt merupakan logam
inert yang sangat baik sebagai elektrokatalis dan tahan terhadap kondisi larutan.
Metode ini merupakan metode yang efektif, selektif, ekonomis, bebas polutan
dan sangat sesuai untuk menghancurkan senyawa-senyawa organik. Hasil
akhirnya adalah air dan gas karbon dioksida.
12

Gambar 6. Rangkaian alat yang digunakan untuk mengolah limbah batik

Industri penyamakan kulit juga menghasilkan limbah yang berbahaya


terhadap lingkungan. Jenis limbah yang dihasilkan, yaitu limbah cair, limbah padat,
dan limbah gas. Limbah cair maupun lumpur yang dihasilkan dengan menggunakan
bahan penyamak kromium trivalen ditandai dengan warna limbah yang kebiru-
biruan. Limbah padat dan cair diduga mengandung krom valensi 6 dan krom valensi
3. Krom valensi 6 sangat toksik bersifat karsinogenik dan mutagenik. Limbah
tersebut dapat membahayakan lingkungan karena kromium trivalen dengan adanya
oksidator tertentu dan kondisi lingkungan yang memungkinkan akan teroksidasi
menjadi kromium heksavalen yang merupakan jenis bahan berbahaya dan beracun
(B3) yang dapat membahayakan kesehatan.
Pada dasarnya logam dalam air buangan dapat dipisahkan dengan berbagai
cara untuk mengurangi kandungan ion logam di dalam air buangan tersebut. Salah
satu cara pengolahan yang sering dipakai untuk menurunkan kadar logam berat
industri adalah dengan cara elektrolisis.
Elektrolisis merupakan suatu peristiwa dimana suatu larutan akan diuraikan
menjadi ion-ionnya, yaitu ion positif (kation) dan ion negatif (anion), ketika arus
listrik searah dialirkan ke dalam larutan elektrolit melalui elektroda. Pada peristiwa
ini kation akan mengalami reduksi karena menangkap elektron, sedangkan anion
akan mengalami oksidasi karena melepaskan elektron. Maka peristiwa reduksi terjadi
di katoda dan oksidasi terjadi di anoda, dan kation akan menuju katoda sedangkan
anion akan menuju anoda (Skoog, 1993).
13

Karbon (C) dan platina (Pt) meruapakan elektroda inert karena sifatnya yang
inert ini membuat elektroda Cu-C dan Cu-Pt menjadi elektroda yang cukup baik
untuk mereduksi Cr3+ dan Cr6+, sedangkan Cu merupakan elekroda reaktif. Karbon
(C) memiliki sifat yang hampir sama dengan logam yaitu merupakan bahan
konduktor yang tinggi karena setiap logam cepat akan menimbulkan korosi di
elektroda positif sehingga Cu dipilih sebagai katoda karena Cu lebih mudah
mengalami korosi dibandingkan dengan C dan Pt. Elektroda ini berfungsi untuk
mengumpulkan elektron-elektron yang terbentuk akibat reaksi reduksi dan oksidasi
pada zat-zat kimia (Wulansari, 2013).
14

Daftar Pustaka

Yunaska Wiskandini Ridaningtyas, Didik Setiyo Widodo, Rum Hastuti. 2013.


Pengolahan Limbah Cair Industri Percetakan Secara Elektrolisis dengan
Elektroda Karbon/ Karbon. Chem Info Vol 1, No 1, Hal 51 - 58 , 2013
Nelson Saksono, Fakhrian Abqari, Setijo Bismo. 2012. Aplikasi Teknologi
Elektrolisis Plasma pada Proses Produksi Klor-Alkali. Jurnal Teknik Kimia
Indonesia Vol. 11, No. 3, 2012, 141-148
Skoog, D., A West, D.,M and Holler, F., J, 1993, Principle of Instrumental Analysis,
6th ed, Saunders Collage Pub: Philadelpia.
Wulansari, R., 2013, Pengaruh Elektroda Grafit-Grafit, Aluminium-Grafit, dan Seng
–Grafit pada Elektrolisis Cobalt (Co2+) Dengan Pengotor Ion Seng (Zn2+), E-
Journal Karya Ilmiah S1, UNDIP, Vol 1, No 1
Wiharti, Riyanto dan Noor Fitri. _____. Aplikasi Metode Elektrolisis Menggunakan
Elektroda Platina (Pt), Tembaga (Cu) Dan Karbon (C) Untuk Penurunan
Kadar Cr Dalam Limbah Cair Industri Penyamakan Kulit Di Desa Sitimulyo,
Piyungan, Bantul, Yogyakarta.
Riyanto. _____. Penemuan Teknik Baru Untuk Pengolahan Limbah Batik. Makalah.

Anda mungkin juga menyukai