Anda di halaman 1dari 40

A.

Pengaruh Kemajuan IPTEK terhadap Negara Kesatuan Republik


Indonesia

1. Bidang Ideologi
a. Pengaruh Positif

1) Seperti yang kita ketahui , sila pertama adalah sila yang berhubungan dengan moral
serta keyakinan pada manusia. Tanpa adanya keyakinan penuh akan ajaran agama,
seseorang dapat melakukan tindakan diluar norma. Website yang sedianya dapat
berupa media yang baik
2) dimanfaatkan untuk meningkatkan rasa kemanusiaan seperti yang dilakukan oleh
masyarakat aktivis-aktivis sosial menggunakan media website dalam membangun
jaringannya maupun saat menggalang dana untuk kepedulian bencana dan lain
sebagainya.
3) Teknologi dapat menciptakan media pemersatu bangsa.
4) Melalui teknologi, media komunikasi yang baik dapat tercipta dan komunikasi yang
baik mendukung terciptanya kebijakan yang baik pula. Jika musyawarah dapat
dilakukan tanpa harus memikirkan kendala letak geografis para anggota majelis,
maka betapa efisiennya hal tersebut. Dan teknologi informasi memungkinkan
penerapannya
5) Indonesia ini luas dan informasi berkembang cepat. Informasi menyangkut Negara
adalah hak setiap warnga Negara untuk mengetahuinya. Apa yang diketahui warga
Jakarta seharusnya juga dapat diketahui warga di pelosok lain dinegeri ini. Namun
sayang, tidak semua warga Negara mampu memiliki akses untuk mendapat berita
dengan mudah. Dan inipun dapat dipermudah dengan teknologi informasi.

b. Pengaruh Negatif

1) terkadang IPTEK khususnya dunia maya menjadi akses untuk menyebarkan doktrin
sesat dimana mengajak para penggunanya atau pembacanya untuk mengikuti ajaran
sesat sehingga dapat mengganggu kehidupan beragama di Indonesia.
2) seseorang dapat saling menghujat satu sama lain melalui media yang diciptakan
melalui teknologi informasi.
3) mengundang hal-hal yang berbau SARA yang dapat memecah belah persatuan
bangsa.
4) tidak dapat menjamin masyarakat dapat berpendapat sebagaimana mestinya.
5) belum semua warga Indonesia merasakan kemajuan IPTEK antara warga kota
maupun warga pelosok. Sehingga terjadi ketimpangan di dalamnya.

2. Bidang Politik
a. Pengaruh Positif

1) Memberikan dorongan yang besar bagi konsolidasi demokrasi di banyak negara


2) Meningkatnya hubungan diplomatik antar negara
3) Kerjasama antar negara jadi lebih cepat dan mudah
4) Menegakan nilai-nilai demokrasi
5) Memperluas dan meningkatkan hubungan dan kerja sama Internasional
6) Partisipasi aktif dalam percaturan politik untuk menuju perdamaian dunia

1
7) Adanya peranan besar masyarakat dalam pengembangan pemerintah. Contohnya
dengan e-government maka hal ini bisa tercapai. Bayangkan saja jika ada anggota
DPR yang dapat berinteraksi dengan rakyat yang telah memilihnya, kegiatan tanya
jawab, melakukan voting, saran dan kritik akan dapat tersalurkan dengan cepat,
langsung, dan nyaman
8) Kegiatan komunikasi untuk keperluan politik dengan menggunakan teknologi
informasi menyebabkan sampainya berita lebih cepat, dilakukan secara efisien, dan
nyaman. Misalnya jika ada masyarakat yang ingin mengajukan pendapatnya ke
wakil rakyat maka cukup dengan menggunakan e-mail surat dapat sampai dengan
segera.

b. Pengaruh Negatif

1) Negara tidak lagi dianggap sebagai pemegang kunci dalam proses pembangunan
2) Timbulnya gelombang demokratisasi (dambaan akan kebebasan)
3) Adanya ancaman disintegrasi bangsa dan negara yang akan menggoyahkan Negara
Kesatuan Republik Indonesia
4) Semakin meningkatnya nilai-nilai politik individu, kelompok, oposisi, diktator
mayoritas atau tirani minoritas
5) Timbulnya fanatisme rasial, etnis, dan agama dalam forum & organisasi
6) Timbulnya unjuk rasa yang semakin berani dan terkadang mengabaikan
kepentingan umum
7) Adanya konspirasi internasional, yaitu pertentangan kekuasaan dan percaturan
politik
8) Internasional selalu mengarah kepada persekongkolan
9) Lunturnya nilai-nilai politik yang berdasarkan semangat kekeluargaan,
musyawarah mufakat, dan gotong royong.

3. Bidang Ekonomi

a. Pengaruh Positif

1) Produktifitas dunia industri semakin meningkat. Kemajuan teknologi akan


meningkatkan kemampuan produktivitas dunia industri baik dari aspek teknologi
industri maupun pada aspek jenis produksi
2) Pertumbuhan ekonomi akan semakin tinggi
3) Persaingan dalam dunia kerja sehingga menuntut pekerja untuk selalu menambah
skill dan pengetahuan yang dimiliki.
4) Semakin maraknya penggunaan TIK akan semakin membuka lapangan pekerjaan
5) Dengan fasilitas pemasangan iklan di internet pada situs-situs tertentu akan
mempermudah kegiatan promosi dan pemasaran suatu produk
6) Perusahaan dapat menjangkau pasar lebih luas, karena pembeli yang mengakses
internet tidak dibatasi tempat dan waktu
7) Perusahaan tidak perlu membuka cabang distribusi
8) Pengeluaran lebih sedikit, karena pegawai tidak banyak
9) Harga barang lebih murah, karena biaya operasionalnya murah
10) Bisnis yang berbasis TIK atau yang biasa disebut e-commerce dapat mempermudah
transaksi-transaksi bisnis suatu perusahaan atau perorangan

2
11) Pemanfaatan TIK untuk membuat layanan baru dalam perekonomian dan bisnis
antara lain internet banking, SMS banking, dan e-commerce.

b. Pengaruh Negatif

1) Terjadinya pengangguran bagi tenaga kerja yang tidak mempunyai kualifikasi yang
sesuai dengan yang dibutuhkan
2) Sifat konsumtif sebagai akibat kompetisi yang ketat pada era globalisasi akan juga
melahirkan generasi yang secara moral mengalami kemerosotan: konsumtif, boros
dan memiliki jalan pintas yang bermental instant
3) Adanya aksi tipu menipu dalam proses jual beli online yang dapat merugikan
beberapa pihak;
4) Dengan jaringan yang tersedia seperti yang terdapat pada beberapa situs yang
menyediakan perjudian secara online, para penjudi tidak perlu pergi ke tempat
khusus untuk memenuhi keinginannya
5) Resistensi Membeli Secara Online. Bagi orang awam yang belum pernah
bertransaksi secara online, akan merasa janggal ketika harus bertransaksi tanpa
bertatap muka atau melihat penjualnya. Belum lagi ketakutan bila pembayaran tak
terkirim atau tak diterima. Atau barang tak dikirim, atau bahkan barang dikirim
tetapi tak diterima

4. Bidang Sosial

a. Pengaruh Positif

1) Kemajuan teknologi komunikasi yang cepat dapat mempermudah komunikasi antar


manusia dari suatu tempat ke tempat yang lain
2) Sosialisasi kebijakan pemerintah dapat lebih cepat disampaikan kepada masyarakat
3) Informasi yang ada di masyarakat dapat langsung dipublikasikan dan diterima oleh
masyarakat

b. Pengaruh Negatif

1) Dengan makin pesatnya komunikasi membuat bentuk komunikasi berubah,yang


asalnya face to face menjadi tidak. Hal ini dapat menyebabkan komunikasi hampa
2) Seseorang yang terus-menerus bergaul dengan komputer akan cenderung menjadi
seseorang yang individualis
3) Dengan pesatnya teknologi informasi, baik internet maupun media
lainnya,membuat peluang masuknya hal-hal yang berbau
pornografi,pornoaksi,maupun kekerasan makin mudah
4) Interaksi anak dan computer yang bersifat satu (orang) menhadap satu (mesin)
mengakibatkan anak menjadi tidak cerdas secara sosial
5) Kemerosotan moral di kalangan warga masyarakat, khususnya di kalangan remaja
dan pelajar. Kemajuan kehidupan ekonomi yang terlalu menekankan pada upaya
pemenuhan berbagai keinginan material, telah menyebabkan sebagian warga
masyarakat menjadi “kaya dalam materi tetapi miskin dalam rohani

3
5. Bidang Budaya

a. Pengaruh Positif

1) Mempermudah seseorang di suatu Negara mengetahui berbagai macam budaya


yang ada di belahan bumi yang lain
2) Mempermudah adanya pertukaran pelajar antar negara
3) Mempermudah pendistribusian karya-karya anak bangsa seperti
musik, film, fashion maupun furniture ke Negara-negara tetangga maupun Negara-
negara berbeda benua yang mana akan memperkuat identitas Negara serta membuat
Negara semakin dikenal oleh dunia

b. Pengaruh Negatif

1) Terjadinya akulturasi budaya yang selanjutnya berkembang menjadi budaya massa


2) Mempercepat perubahan pola kehidupan bangsa
3) Membuat sikap menutup diri dan berpikir sempit
4) Mudah terpengaruh oleh hal yang berbau barat
5) Lenyapnya identitas kultural nasional dan lokal
6) Kehilangan arah sebagai bangsa yang memiliki jati diri
7) Hilangnya semangat nasionalisme dan patriotism
8) Cenderung pragmatisme dan maunya serba instant

6. Bidang Pertahanan dan Keamanan

a. Pengaruh Positif

1) Dari sisi komandan, teknologi informasi dapat mempercepat penyampaian


informasi sehingga dapat mempercepat pengambilan keputusan.
2) Dari sisi pasukan, teknologi informasi membantu pasukan untuk memperoleh
informasi pada waktu dan tempat yang tepat sehingga pasukan menjadi lebih
fleksibel dalam bergerak.
3) Meningkatkan kualitas pemilihan strategi dengan Decision Support System.
4) Peningkatan akurasi dan keandalan teknologi persenjataan dengan rekayasa
hardware dan software.
5) Pemerolehan personel militer yang mumpuni yaitu dengan rekrutmen berbasis
teknologi informasi.
6) Dengan penguasaan pengetahuan yang disebabkan oleh kemajuan dalam bidang
teknologi informasi, musuh dapat dibuat bertekuk lutut melalui sarana yang berupa
teknologi komputer. Sebagai contoh, penggunaan program kecerdasan buatan untuk
mensimulasikan formasi dan kekuatan musuh memungkinkan serangan menjadi
efektif dengan tingkat keberhasilan yang cukup tinggi.

b. Pengaruh Negatif

1) Penyalahgunaan satelit oleh para teroris seperti, melacak kondisi tempat mereka
akan melakukan kejahatan.

4
2) Melalui media internet, pelaku teroris dapat berkomunikasi dengan sesama teroris
maupun untuk mencari pengikut.
3) Berkaitan dengan teknologi senjata pemusnah massal (Weapon of Mass Destruction
/ WMD) seperti senjata nuklir dan senjata biologi, dikhawatirkan akan menjadi
ancaman terbesar bagi suatu negara bila digunakan oleh pihak yang tidak
bertanggung jawab.
4) Perkembangan yang cepat dari teknologi informasi beserta teknologi perang lainnya
memungkinkan menciptakan jenis perang yang secara kualitatif berbeda, seperti
pada Perang Teluk, perang dimana penguasaan pengetahuan mengungguli senjata
dan taktik.
5) Munculnya perang informasi dengan memanfaatkan perkembangan teknologi
informasi, karena sifat penggunaan sistem secara bersama (sharing), sehingga
memungkinkan pihak-pihak yang tidak berkompeten pada suatu sistem dapat
melakukan akses ke pihak lain tanpa mengalami kendala.

B. NKRI HARGA MATI

1. Konsep Negara Kesatuan


NKRI HARGA MATI bermakna bahwa bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia
adalah sebuah ketetapan yang tak bisa lagi diubah, dirongrong, atau dilenyapkan. “Harga Mati”
bermakna sesuatu sudah tak bisa ditawar-tawar lagi.
Ketetapan mengenai HARGA MATI ini ditegaskan dalam Undang Undang Dasar
tahun 1945 pada Pasal 37 ayat 5 yang berbunyi:
“Khusus mengenai bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia tidak dapat dilakukan
perubahan.”
Bentuk negara Indonesia adalah Kesatuan. Bentuk ini tak bisa diubah dengan alasan
apapun karena sudah ketetapan yang pasti oleh bapak pendiri bangsa. Tugas kita untuk menjaga
dan melindungi kedaulatan NKRI.

2. Karakteristik NKRI

a. UUD 1945 pasal 1 ayat (1)

“Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan, yang berbentuk Republik”

Penjelasan Pasal 1 Ayat 1

Pasal 1 ayat 1 menjelaskan bahwa Negara Indonesia adalah negara kesatuan.


Negara kesatuan adalah negara berdaulat yang diselenggarakan sebagai satu kesatuan
tunggal, di mana pemerintah pusat adalah yang tertinggi dan satuan-satuan subnasionalnya
hanya menjalankan kekuasaan-kekuasaan yang dipilih oleh pemerintah pusat untuk
didelegasikan.

5
b. UUD 1945 pasal 25 A

“Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang berciri
Nusantara dengan wilayah yang batas-batas dan hak-haknya ditetapkan dengan Undang-
Undang.”

Adanya wilayah merupakan salah satu syarat berdirinya sebuah negara. Dalam
konstitusi negara-negara di dunia ini terdapat bermacam cara dalam merumuskan
wilayahnya. Ada yang menggunakan garis lintang dan garis bujur, ada yang menyebutkan
negara bagiannya atau provinsinya, ada pula dengan cara menjelaskan kondisi
kewilayahannya. Dalam hal ini, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 menganut cara yang terakhir.

Adanya ketentuan ini dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia


Tahun 1945 dimaksudkan untuk mengukuhkan kedaulatan wilayah NKRI. Hal ini penting
dirumuskan agar ada penegasan secara konstitusional batas wilayah Indonesia di tengah
potensi perubahan batas geografis sebuah negara akibat gerakan separatisme, sengketa
perbatasan antarnegara, atau pendudukan oleh negara asing.

Dengan adanya ketentuan mengenai wilayah negara tersebut, pada masa datang
kemungkinan pemisahan sebuah wilayah dari NKRI makin dipersulit. Demikian pula hal
itu akan mendukung penegakan hukum di seluruh wilayah tanah air, dalam melakukan
perundingan internasional yang berkaitan dengan batas wilayah negara Indonesia, serta
pengakuan internasional terhadap kedaulatan wilayah negara Indonesia.

Kesadaran bangsa Indonesia sebagai bangsa yang besar dengan mengingat


besarnya jumlah penduduk, sumber daya alam yang melimpah, serta luasnya wilayah pasti
akan memberikan kepercayaan diri yang besar.

c. Sumpah Pemuda

Ikrar Sumpah Pemuda merupakan hasil dari berlangsungnya Kongres Pemuda II


yang berlangsung selama 2 hari, yaitu pada tanggal 27 dan 28 Oktober 1928. Dimana di
gagas oleh PPI atau yang dikenal sebagai Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia. Yang
mendorong berlangsungnya Kongres Pemuda sendiri adalah adanya pemikiran para
pemuda pada masa itu yang sadar bahwa pergerakan dari organisasi-organisasi yang lebih
bersifat kedaerahan tidak dapat memberikan hasil yang berarti dalam upaya pencapaian
kemerdekaan Indonesia.
Oleh sebab itulah, organisasi-organisasi pemuda yang bersifat kedaerahan melebur
menjadi satu dan mengadakan Kongres Pemuda untuk melawan penjajah bersama.
Kongres Pemuda sendiri bertujuan untuk menyatukan organisasi-organisasi pemuda yang
terpecah, dan berhasil melangsungkan sebanyak 2 kali.
Ikrar Sumpah Pemuda yang dihasilkan pula menjadi suatu tonggak semangat para
pejuang kemerdekaan Indonesia pada masa itu, dimana mereka ingin mencapai satu tanah
air Indonesia, bangsa Indonesia, dan bahasa Indonesia. Ikrar Sumpah Pemuda juga
dijadikan asas bersama pada setiap pertemuan-pertemuan yang membahas mengenai
kemerdekaan Indonesia, terlebih lagi ikrar Sumpah Pemuda juga selalu disiarkan melalui

6
surat kabar dan selalu dibacakan sebagai awal atau pembuka rapat perkumpulan-
perkumpulan tersebut.

Berikut isi ikrar Sumpah Pemuda tersebut:

1) Kami poetra dan poetri Indonesia, mengakoe bertoempah darah jang satoe, tanah
Indonesia.
2) Kami poetra dan poetri Indonesia mengakoe berbangsa satoe, bangsa Indonesia.
3) Kami poetra dan poetri Indonesia mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa
Indonesia.

3. Ancaman Terhadap Keutuhan NKRI


Ancaman adalah setiap usaha dan kegiatan, baik dari dalam negeri maupun luar negeri
yang dinilai membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah negara, dan keselamatan
segenap bangsa. Ancaman terhadap keutuhan NKRI pada saat ini masih ada, baik berupa
ancaman militer maupun nonmiliter. Ancaman terhadap bangsa dan negara Indonesia terdiri
atas ancaman militer dan ancaman non militer.
Ancaman militer adalah ancaman yang menggunakan kekuatan bersenjata yang
terorganisasi yang dinilai mempunyai kemampuan yang membahayakan kedaulatan negara,
keutuhan wilayah negara, dan keselamatan segenap bangsa. Ancaman militer dapat berbentuk
agresi, pelanggaran wilayah, spionase, sabotase, aksi teror bersenjata, pemberontakan, dan
perang saudara. Ancaman nonmiliter tidak bersifat fisik serta bentuknya tidak terlihat seperti
ancaman militer. Ancaman nonmiliter berbentuk ancaman terhadap ideologi, politik, ekonomi,
sosial budaya, pertahanan dan keamanan.

a. Ancaman dari Dalam Negeri


Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa dengan latar belakang budaya
yang berbeda-beda. Adakalanya perbedaan suku bangsa bisa menjadi sumber konflik yang
dapat menyebabkan perpecahan sehingga menjadi ancaman bagi Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Potensi ancaman yang dihadapi NKRI dari dalam negeri, antara lain :
1) Disintegrasi bangsa, melalui gerakan-gerakan separatis berdasarkan sentimen kesukuan
atau pemberontakan akibat ketidakpuasan daerah terhadap kebijakan pemerintah pusat.
Gerakan sparatis ini terjadi di beberapa daerah antara lain di Papua, Maluku, Aceh,
Poso.
2) Keresahan sosial akibat kesenjangan ekonomi dan ketimpangan kebijakan ekonomi
serta pelanggaran Hak Azasi Manusia yang pada gilirannya dapat menyebabkan huru
hara/kerusuhan massa.
3) Upaya penggantian ideologi Pancasila dengan ideologi lain yang ekstrim atau tidak
sesuai dengan jiwa dan semangat perjuangan bangsa Indonesia.
4) Makar atau penggulingan pemerintah yang sah dan konstitusional.
5) Munculnya pemikiran memperluas daerah otonomi khusus tanpa alasan yang jelas,
hingga persoalan-persoalan yang muncul di wilayah perbatasan dengan negara lain

7
6) Pemaksaan kehendak golongan tertentu berusaha memaksakan kepentingannya secara
tidak konstitusional, terutama ketika sistem sosial politik tidak berhasil menampung
aspirasi yang berkembang dalam masyarakat.
7) Potensi konflik antarkelompok baik perbedaan pendapat dalam politik, dalam masalah
politik, koflik akibat pilkada maupun akibat masalah SARA
8) Melakukan Kolusi, Korupsi dan Nepotisme sangat merugikan negara dan bangsa karena
akan mengancam dan menghambat pembangunan nasional
9) Kesenjangan ekonomi, pemerataan pendapatan yang tidak adil antarkelompok dan
antardaerah.
b. Ancaman dari Luar Negeri
Dengan berakhirnya perang dingin maka ancaman militer semakin tidak menjadi
perhatian. tidak berarti ancaman militer tidak terjadi, seperti pelanggaran wilayah oleh
pesawat atau kapal perang negara lain. Potensi ancaman dari luar lebih berbentuk
ancaman nonmiliter yaitu ancaman terhadap ideologi, politik, ekonomi, dan sosial budaya.
1) Ancaman terhadap ideologi merupakan ancaman terhadap dasar negara dan ideologi
Pancasila. Masuknya ideologi lain seperti liberalisme, komunisme, dan beberapa
dekade terakhir muncul ideologi yang berbasis agama semakin mudah diterima oleh
masyarakat Indonesia di era globalisasi ini.
2) Ancaman terhadap politik dengan ikut campurnya negara lain dalam urusan dalam
negeri Indonesia seperti hak asasi manusia, hukum, pemilihan umum, dan sebagainya.
Sistem politik liberal yang mengutamakan kepentingan individu atau kelompok menjadi
ancaman dalam kehidupan demokrasi Pancasila.
3) Ancaman terhadap ekonomi seperti semakin bebasnya impor berbagai produk luar
negeri, restoran, investasi asing, perusahaan asing, dan sebagainya. Ketidakmampuan
kita dalam menghadapi globalisasi dan perdagangan bebas dapat mengakibatkan
penjajahan dalam bentuk yang baru. Contoh sikap lebih menyukai produksi luar negeri,
hanya karena gengsi merupakan bentuk baru penjajahan bidang ekonomi.
4) Ancaman dalam bentuk penjarahan sumber daya alam melalui eksploitasi SDA yang
tidak terkontrol sehingga merusak lingkungan, seperti illegal logging, illegal fishing,
pencurian kekayaan alam, dan penyelundupan barang.
5) Ancaman terhadap sosial budaya misalnya dengan upaya menghancurkan budaya
bangsa melalui disinformasi, propaganda, dan berbagai kegiatan kebudayaan yang
dapat mempengaruhi kebudayaan luhur bangsa Indonesia.
6) Ancaman terhadap pertahanan dan keamanan antara lain pelanggaran wilayah oleh
kapal atau pesawat militer negara lain, kejahatan internasional, kelompok luar negeri
yang membantu gerakan sparatis, dan sebagainya.

Jadi kita sebagai penerus bangsa haruslah hati hati terhadap budaya asing dan selalu
memiliki rasa nasionalisme karna dengan begitu Negara kita akan jauh dari masalah
perpecahaan dalam Negara

8
4. Pembukaan UUD 1945
Makna Setiap Alinea Dalam Pembukaan UUD 1945

a. Alinea Pertama
Dari pembukaan UUD 1945, yang berbunyi ”Bahwa kemerdekaan itu ialah hal
segala bangsa, oleh sebab itu maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena
tidak sesuai dengan pri kemanusiaan dan perikeadilan”.
Kalimat tersebut menunjukkan keteguhan dan kuatnya motivasi bangsa Indonesia
untuk melawan penjajahan untuk merdeka, dengan demikian segala bentuk penjajahan
haram hukumnya dan segera harus dienyahkan dari muka bumi ini karena bertentangan
dengan nilai-nilai kemanusian dan keadilan.

b. Alinea Kedua
Yang berbunyi ”Dan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada
saat yang berbahagia dengan selamat sentosa mengantarkan rakya Indonesia kedepan
pintu gerbang kemerdekaan negara Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat adil dan
makmur”.
Kalimat tersebut membuktikan adanya penghargaan atas perjuangnan bangsa
Indonesia selama ini dan menimbulkan kesadaran bahwa keadaan sekarang tidak dapat
dipisahkan dengan keadaan kemarin dan langkah sekarang akan menentukan keadaan yang
akan datang. Nilai-nilai yang tercermin dalam kalimat di atas adalah negara Indonesia yang
merdeka, bersatu, berdaulat adil dan makmur hal ini perlu diwujudkan.

c. Alinea Ketiga
Yang berbunyi ”atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan
didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka
rakyat Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaannya”.
Pernyataan ini bukan saja menengaskan lagi apa yang menjadi motivasi riil dan
materil bangsa Indonesia untuk menyatakan kemerdekaannya, tetapi juga menjadi
keyakinan menjadi spritualnya, bahwa maksud dan tujuannya menyatakan
kemerdekaannya atas berkah Allah Yang Maha Esa. Dengan demikian bangsa Indonesia
mendambakan kehidupan yang berkesinambungan kehidupan materiil dan spritual,
keseimbangan dunia dan akhirat.

d. Alinea Keempat
Yang berbunyi ’kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintah negara
Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdasakan kehidupan bangsa,
dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia, yang
terbentuk dalam suatu susunan negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat
dengan berdasarkan kepada :Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan
beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan/perwakilan”.

9
Dengan rumusan yang panjang dan padat ini pada aline keempat pembukaan
Undang-Undang Dasar 1945 ini punya makna bahwa
1) Negara Indonesia mempunyai fungsi sekaligus tujuan, yaitu melindungi segenap
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia
yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial,
2) Keharusan adanya Undang-Undang Dasar,
3) Adanya asas politik negara yaitu Republik yang berkedaulan rakyat,
4) adanya asas kerohanian negara, yaitu rumusan Pancasila, Ketuhanan Yang Maha
Esa, Kemanusian yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Adapun empat pokok pikiran dari Pembukaan Undang-undang Dasar 1945, yaitu
sebagai berikut ini :
1. Pokok Pikiran Pertama
Negara melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dengan
berdasar asas persatuan dengan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

2. Pokok Pikiran Kedua


Negara hendak mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.Pokok pikiran
ini menempatkan suatu tujuan atau cita-cita yang ingin dicapai dalam Pembukaan, dan
merupakan suatu kuasa finalis (sebab tujuan), sehingga dapat menentukan jalan serta
aturan-aturan mana yang harus dilaksanakan dalam Undang-Undang Dasar untuk sampai
pada tujuan itu yang didasari dengan bekal persatuan.

3. Pokok Pikiran Ketiga


Negara yang berkedaulatan rakyat, berdasarkan atas kerakyatan dan
permusyawaratan/perwakilan. Pokok pikiran ini dalam ‘pembukaan’ mengandung
konsekuensi logis bahwa sistem negara yang terbentuk dalam Undang-Undang Dasar harus
berdasarkan atas kedaulatan rakyat dan berdasarkan permusyawaratan/perwakilan

4. Pokok Pikiran Keempat


Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa, menurut dasar kemanusiaan yang adil
dan beradab. Hal ini menegaskan pokok pikiran Ketuhanan Yang Maha Esa, yang
mengandung pengertian taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, dan pokok pikiran
kemanusiaan yang adil dan beradab yang mengandung pengertian menjunjung tinggi
harkat dan martabat manusia atau nilai kemanusiaan yang luhur. Pokok pikiran keempat
itu merupakan Dasar Moral Negara yang pada hakikatnya merupakan suatu penjabaran dari
Sila Kedua Pancasila.

10
5. Nilai Nilai pada PANCASILA

a. Sila Pertama Pancasila (Nilai Ketuhanan)


Sila ke 1 pancasila yang berbunyi "Ketuhanan Yang Maha Esa mengandung nilai Ketuhanan
yang artinya Bangsa Indonesia memberikan kebebasan pada rakyat untuk menganut menjalankan
sekaligus mengamalkan ibadah berdasarkan agama masing masing individu tersebut. Nilai nilai
yang terkandung dalam sila pertama pancasila adalah sebagai berikut:
1) Sebuah keyakinan bahwa Tuhan itu ada dan memiliki sifat yang sempurna.
2) Memiliki ketakwaan pada Tuhan Yang Maha Esa dengan cara melakukan semua perintahNya
dan menjauhi laranganNya.
3) Saling hormat menghormati antar umat beragama.
4) Adanya bentuk kebebasan untuk menjalankan ibadah sesuai dengan ajaran agama masing
masing.

b. Sila Kedua Pancasila (Nilai kemanusiaan)


Di dalam pancasila sila kedua memiliki arti yakni segenap bangsa dan rakyat Indonesia diakui
serta diperlakukan sebagaimana mestinya sesuai harkat serta martabatnya sebagai makhluk ciptaan
Tuhan. Nilai nilai pancasila ini dilandasi pada pernyataan bahwa semua manusia memiliki derajat,
martabat, hak dan kewajiban yang sama. Nilai nilai yang terkandung dalam pancasila sila kedua
antara lain adalah:
1) Manusia memiliki hak dan martabat yang sama dan sejajar.
2) Timbulnya pengakuan bahwa manusia merupakan makhluk sosial yang paling sempurna.
3) Dengan menjunjung tinggi nilai kemanusiaan akan mendapat perlakuan adil dari dan kepada
manusia lain.
4) Setiap manusia memiliki rasa solidaritas dan tenggang rasa yang tinggi sehingga mereka tidak
bisa bertindak seenaknya sendiri.

c. Sila Ketiga Pancasila (Nilai persatuan)


Makna yang terkandung dalam pancasila sila ketiga merupakan wujud berupa tekat kuat dan
utuh yang berasal dari berbagai aspek kehidupan yang memiliki satu tujuan dan tergabung menjadi
satu yakni Indonesia. Sebagaimana makna yang terkadung dalam sila ketiga pancasila yang
berbunyi "Persatuan Indonesia" memiliki makna dan nilai persatuan. Adapun makna dan nilai sila
ketiga pancasila yang lainnya adalah sebagai berikut:
1) Menempatkan kepentingan, keselamatan, persatuan dan kesatuan bangsa diatas kepentingan
diri sendiri dan golongan.
2) Mempunyai rasa cinta tanah air, bangsa serta negara dengan cara rela berkorban demi
kepentingan bangsanya sendiri.
3) Mengakui semua suku bangsa termasuk dengan keanekaragaman budaya suku bangsa tersebut.
Hal ini tentunya dapat mendorong bangsa Indonesia menuju persatuan dan kesatuan.

11
d. Sila Keempat Pancasila (Nilai kerakyatan)
Pancasila sila keempat berbunyi "Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan" makna sila keempat pancasila menegaskan pada kita bahwa segala
proses pengambilan keputusan harus didasarkan pada asas musyawarah sehingga dapat
menciptakan kesepakatan bersama. Selain itu nilai pancasila sila keempat juga menegaskan bahwa
pemerintahan yang dilaksanakan berasal dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Adapun makna
dan nilai lain yang terkandung dalam sila keempat pancasila adalah sebagai berikut:
1) Rakyat Indonesia merupakan warga negara yang memiliki hak, kewajiban dan kedudukan yang
sama.
2) Asas kekeluargaan digunakan untuk melakukan musyawarah serta mufakat.
3) Mengutamakan segala kepentingan bersama dan kepentingan bangsa melebihi kepentingan diri
sendiri dan golongan.
4) Melakukan musyawarah dalam mengambil keputusan yang menyangkut banyak orang.

e. Sila Kelima Pancasila (Nilai keadilan)


Pancasila sila kelima berbunyi "Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia" nilai sila kelima
pancasila ini menegaskan bahwa dalam kehidupan berbangsa dan bernegara harus tercipta
keseimbangan yang sesuai antara hak dengan kewajiban. Serta sebagai anggota masyarakat
sebangsa setanah air kita harus menghormati hak hak yang dimiliki orang lain, bersikap adil dan
suka menolong sesama jika diperlukan. Makna dan nilai lain yang terkandung dalam pancasila sila
kelima adalah:
1) Semua manusia memiliki derajat yang sama di mata hukum.
2) Mencintai segala jenis pembangunan demi kemajuan bangsa.
3) Tidak membeda bedakan manusia berdasarkan derajat dan golongan.
4) Adil dan bijaksana dalam segala tindakan.

C. Hubungan Internasional
Secara umum, hubungan internasional diartikan sebagai hubungan yang bersifat global
yang meliputi semua hubungan yang terjadi dengan melampaui batas-batas ketatanegaraan.
Konsepsi hubungan internasional oleh para ahli sering dianggap sama atau dipersamakan
dengan konsepsi politik luar negeri, hubungan luar negeri dan politik internasional.
Suatu negara dapat menjalin hubungan dengan negara lain manakala kemerdekaan dan
kedaulatannya telah diakui, baik secara de facto maupun de jure oleh negara lain. Perlunya kerja sama
dalam bentuk hubungan internasional antara lain karena faktor-faktor berikut.

1. Faktor internal, yaitu adanya kekhawatiran terancam kelangsungan hidupnya baik melalui kudeta
maupun intervensi dari negara lain.
2. Faktor ekternal, yaitu ketentuan hukum alam yang tidak dapat dipungkiri bahwa suatu negara tidak
dapat berdiri sendiri tanpa bantuan dan kerja sama dengan negara lain. Ketergantungan tersebut
terutama dalam upaya memecahkan masalah-masalah ekonomi, politik, hukum, sosial budaya,
pertahanan dan keamanan.

12
1. Arti Penting Hubungan Internasional Bagi Bangsa Indonesia
Bangsa Indonesia dalam membina hubungan dengan negara lain menerapkan prinsip politik
luar negeri yang bebas aktif dan diabadikan bagi kepentingan nasional, terutama kepentingan
pembangunan di segala bidang serta ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Pembangunan hubungan internasional bangsa Indonesia ditujukan untuk meningkatkan
persahabatan dan kerja sama bilateral, regional dan multilateral melalui berbagai macam forum sesuai
dengan kepentingan dan kemampuan nasional. Selain itu, bagi Bangsa Indonesia, hubungan
internasional diarahkan untuk:

a. membentuk satu negara Republik Indonesia yang berbentuk negara kesatuan dan negara
kebangsaan yang demokratis;
b. membentuk satu masyarakat yang adil dan makmur secara material ataupun spiritual dalam wadah
Negara Kesatuan Republik Indonesia;
c. membentuk satu persahabatan yang baik antara Republik Indonesia dan semua negara di dunia,
terutama sekali dengan negara-negara Afrika dan Asia atas dasar kerja sama membentuk satu dunia
baru yang bersih dari imperialisme dan kolonialisme menuju perdamaian dunia yang sempurna;
d. mempertahankan kemerdekaan bangsa dan menjaga keselamatan negara.
e. memperoleh barang-barang yang diperlukan dari luar untuk memperbesar kemakmuran rakyat,
apabila barang-barang itu tidak atau belum dihasilkan sendiri;
f. meningkatkan perdamaian internasional karena hanya dalam keadaan damai, Indonesia dapat
membangun dan memperoleh syarat-syarat yang diperlukan untuk memperbesar kemakmuran
rakyat;
g. meningkatkan persaudaraan segala bangsa sebagai pelaksanaan cita-cita yang tersimpul dalam
Pancasila, dasar dan filsafat negara kita.

2. Akibat Bila Suatu Negara Tidak Menjalin Hubungan Internasional

Suatu negara pada dasarnya sama dengan manusia yang tidak dapat hidup sendiri dan selalu
memerlukan manusia lain. Suatu negara tidak mungkin memenuhi semua kebutuhan sendiri akan
tetapi selalu memerlukan kerjasama dengan negara lain di dunia ini.
Apabila suatu negara menarik diri dari pergaulan antarbangsa maka akan berakibat, antara
lain:
a. Jauh dari pergaulan antarbangsa.
b. Menghambat pencapaian tujuan nasionalnya.
c. Tidak mampu menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi di berbagai bidang kehidupan.
d. Ketinggalan zaman atau sulit menyesuaikan diri dengan kemajuan zaman yang sudah memasuki
era globalisasi.
e. Tidak mampu memenuhi semua kebutuhan hidupnya.
f. Masyarakatnya statis dan sulit berkembang.
g. Timbulnya segala macam ancaman (tidak aman).
h. Organisasi internasional tidak akan peduli terhadap masalah yang timbul dalam negara tersebut.
i. Diberhentikannya bantuan dari negara-negara atau bangsa-bangsa terhadap negara tersebut.

13
3. Perjanjian Internasional

Perjanjian Internasional adalah sebuah perjanjian yang dibuat di bawah hukum


internasional oleh beberapa pihak yang berupa negara atau organisasi internasional. Sebuah
perjanjian multilateral dibuat oleh beberapa pihak yang mengatur hak dan kewajiban masing-
masing pihak. Perjanjian bilateral dibuat antara dua negara. Sedangkan, perjanjian multilateral
adalah perjanjian yang dibuat oleh lebih dari dua negara.
Berikut ini adalah beberapa pengertian yang dikemukakan oleh para ahli.
Prof Dr.Mochtar Kusumaatmadja
Perjanjian internasional adalah perjanjian yang diadakan antarbangsa yang bertujuan
untuk menciptakan akibat-akibat hukum tertentu
Oppenheimer-Lauterpacht
Perjanjian internasional adalah suatu persetujuan antarnegara yang menimbulkan hak
dan kewajiban di antara pihak-pihak yang mengadakannya
G. Schwarzenberger
Perjanjian internasional adalah suatu persetujuan antara subjek-subjek hukum
internasional yang menimbulkan kewajiban-kewajiban yang mengikat dalam hukum
internasional
Konferensi Wina ((1969))
Perjanjian internasional adalah perjanjian yang diadakan oleh dua negara atau lebih
yang bertujuan untuk mengadakan akibat-akibat hukum tertentu
Pasal 38 ayat 1 Piagam Mahkamah Internasional
Perjanjian internasional baik yang bersifat umum maupun khusus, yang mengandung
ketentuan-ketentuan hukum yang diakui secara tegas oleh negara-negara yang bersangkutan
Jadi, perjanjian Internasional adalah perjanjian yang diadakan oleh masyarakat bangsa-
bangsa dan bertujuan mengakibatkan hukum tertentu. Perjanjian internasional sekaligus menjadi
subjek hukum internasional. Perjanjian internasional juga lebih menjamin kepastian hukum serta
mengatur masalah-masalah bersama yang penting. Disebut perjanjian internasional jika perjanjian
diadakan oleh subjek hukum internasional yang menjadi anggota masyarakat internasional.
Tahap-tahap Perjanjian Internasional:

a. Tahap Perundingan (Negotiation)


Perundingan adalah salah satu metode pembicaraan dan pembahasan atau diskusi
yang dilakukan oleh salah satu dari utusan negara – negaranya masing – masing terhadap
materi yang akan dibahas di dalam naskah perjanjian, dan mengenai siapa yang mewakili
dalam suatu perundingan tersebut tidak menjadi persoalan karena hukum internasional tidak
mengaturnya, sementara itu menjadi persoalan negara – negara yang berkaitan tersebut
tentang siapa yang ikut dalam rapat perjanjian Internasional dengan tahap perundingan
tersebut.
Namun hukum Internasional mengadakan suatu peraturan tertentu dimana utusan dari
pihak negara harus ada kuasa penuh atau Full Power. Tanpa ini seseorang yang menjadi
utusan dianggap tidak sah sebagai wakil dari suatu negara, sehingga sebagai kerugiannya atau
konsekuensinya dia tidak bisa mengusulkan atau mengesahkan naskah suatu penjanjian
Internasional yang ber atasnamakan negaranya. Namun surat kuasa penuh itu juga ada
pengecualiannya, jika saat sejak semula yang akan datang itu seperti kepala negara atau
Presiden, kepala pemerintah, menteri luar negeri, kepala kementrian diplomatik 9 dalam

14
perundingan negara dimana ia di tempatkan) maka peraturan surat kuasa penuh atau Full
power itu tidak berlaku baginya. Dan untuk memeriksa sah atau tidaknya surat – surat kuasa
penuh itu maka di bentuklah panitia untuk pemeriksaan surat kuasa penuh.

b. Tahap Penandatanganan (Signature)


Dalam tahap ini penandatanganan dilakukan setelah naskah di tuangkan
dalam perundingan oleh wakil – wakil negara peserta yang hadir , dan dalam perjanjian
bilateral maka penandatanganan harus dilakukan oleh kedua wakil negara yang telah
melakukan perundingan sehingga penerimaan perjanjian hasil perundingan dapat diterima
secara bulat dan penuh, dan penandatanganan ini mutlak sangat dibutuhkan oleh kedua belah
pihak wakil negara yang telah melakukan perjanjian tersebut. Dan sebaliknya jika dalam
perjanjian multilateral dapat disetujui ketika 2/3 dari semua peserta wakil negara yang hadir
yang ada di dalam perundingan menyetujuinya dan kecuali di tentukan dengan yang lain,
namun perjanjian belum dapat diberlakukan oleh masing – masing negara jika belum di
ratifikasi oleh masing – masing negaranya.

c. Tahap Pengesahan (Ratification)


Dalam tahap pengesahan ini naskah perjanjian yang telah di tanda tangani dibawa
oleh wakil negara ken pemerintahan negaranya masing – masing, dan selanjutnya terserah dari
pemerintahannya mau diapakan naskah perjanjian tersebut. Bisa jadi karena begitu pentingnya
naskah perjanjian tersebut maka naskah perjanjian itu disahkan, dan inilah yang disebut
dengan ratifikasi. Sementara pelaksanaan ratikfikasi itu tergantung pada hukum negara yang
bersangkutan, dan dasar pembenaran ratifikasi itu antara lain adalah bahwa setiap negara
masing – masing berhak meninjau kembali naskah hasil perundingan perjanjian internasional
tersebut dari wakil atau utusan negaranya sebelum menerima kewaajiban yang telah
ditetapkan di perundingan perjanjian nasional tersebut.
Namun dengan demikian wajib dan perlu Anda ketahui bahwa hukum Internasional
tidak mewajibkan semua utusan atau wakil negara untuk menandatangani hasil perundingan
tersebut dan untuk meratifikasi hasil perundingan perjanjian Internasional tidak ada kewajiban
untuk hal ini karena sebuah negara adalah berdaulat

Perjanjian internasional berakhir apabila :

a. terdapat kesepakatan para pihak melalui prosedur yang ditetapkan dalam perjanjian;
b. tujuan perjanjian tersebut telah tercapai;
c. terdapat perubahan mendasar yang mempengaruhi pelaksanaan perjanjian;
d. salah satu pihak tidak melaksanakan atau melanggar ketentuan perjanjian;
e. dibuat suatu perjanjian baru yang menggantikan perjanjian lama;
f. muncul norma-norma baru dalam hukum internasional;
g. objek perjanjian hilang;
h. terdapat hal-hal yang merugikan kepentingan nasional.

15
D. HAK ASASI MANUSIA (HAM)
Hak asasi manusia adalah sebuah konsep hukum dan normatif yang menyatakan bahwa manusia
memiliki hak yang melekat pada dirinya karena ia adalah seorang manusia. Hak asasi manusia berlaku
kapanpun, di manapun, dan kepada siapapun, sehingga sifatnya universal.

1. Upaya yang dapat dilakukan oleh pemeritah untuk upaya pemerintah dalam
menegakkan HAM bagi warga negara Indonesia

a. Penegakan melalui undang-undang


1) Undang-Undang No. 1 Tahun 1974
Undang-Undang No.1 Tahun 1974 merupakan udang-undang yang berkaitan upaya
pemerintah dalam menegakkan HAM dengan hak asasi manusia yang mengatur
tentang perkawinan di Indonesia.
Di dalam undang-undang tersebut dijelaskan bahwa dasar perkawinan atau
pernikahan merupakan ikatan secara lahir maupun batin yang terjalin diantara
seorang pria dan seorang wanita dengan tujuan membentuk suatu keluarga atau
rumah tangga.

2) TAP MPR Nomor XVII/MPR/1998


Ketetapan MPR ini merupakan ketetapan yang berkaitan tentang hak-hak asasi
manusia khususnya hak-hak asasi warga negara Indonesia.
Beberapa hak asasi manusia yang terdapat dalam ketetapan MPR ini antara lain:
a) Hak untuk hidup
b) Hak untuk berkeluarga
c) Hak untuk melakukan pengembangan diri
d) Hak untuk mendapatkan keadilan
e) Hak untuk mendapatkan kemerdekaan
f) Hak atas kebebasan informasi
g) Hak atas rasa aman
h) Hak atas kesejahteraan

3) Undang-Undang No. 39 Tahun 1999


Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 merupakan undang-undang yang
menggantikan Ketetapan MPR MPR Nomor XVII/MPR/1998.
Karena Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 adalah penyempurnaan dari Ketetapan
MPR MPR Nomor XVII/MPR/1998, maka terdapat beberapa tambahan mengenai
hak-hak asasi manusia sebagai warga negara Indonesia. Penambahan cakupan hak-
hak asasi tersebut antara lain:
a) Hak untuk berperan serta dalam sistem pemeritnahan
b) Hak-hak perempuan
c) Hak-hak anak

16
4) Undang-Undang No. 23 Tahun 2004
Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 adalah undang-undang yang berisikan tentang
penghapusan kekerasan dalam rumah tangga. Undang-undang ini merupakan
sebuah tindak lanjut dari Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 yang mengatur
tentang perkawinan.
Bagi siapapun yang melakukan kekerasan dalam rumah tangganya, orang tersebut
dapat dikenai sanksi baik secara hukum maupun sosial sesuai dengan undang-
undang ini.

5) Undang-Undang No. 35 Tahun 2014


Undang-Undang No. 35 Tahun 2014 merupakan undang-undang tentang perubahan
atas UU No. 23 Tahun 2003 tentang Perlindungan Anak.
Di dalam undang-undang ini disebutkan bahwa hak-hak anak perlu dilindungi dan
ditegakkan agar anak tersebut dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi
secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat secara kemanusiaan. Selain itu,
anak perlu mendapatkan perlindungan dari segala bentuk kekerasan dan
diskriminasi.

6) UUD 1945 Pasal 27 – 34


Pada intinya, isi yang terkandung dalam UUD 1945 pasal 27 sampai dengan pasal
34 ini berkaitan dengan hak-hak asasi yang dimiliki oleh manusia secara umum
seperti yang dipaparkan pada paragraf pertama dalam artikel ini. UUD 1945 Pasal
27 – 34 lebih mekankan kepada penjaminan terhadap hak-hak yang dimiliki oleh
segenap warga negara Indonesia.

b. Pembentukan Komisi Nasional


1) Komisi Nasional Perempuan
Komisi Nasional Perempuan merupakan komisi nasional yang dibentuk oleh
pemerintah dalam melakukan upaya penegakan hak asasi manusia khususnya pada
hak asasi perempuan. Dalam menjalankan peran dan fungsinya, komisi ini
mempunyai tujuan untuk:
a) Menghapuskan bentuk-bentuk kekerasan terhadap kaum wanita.
b) Menegakkan hak-hak asasi manusia khususnya perempuan di Indonesia.
c) Meningkatkan upaya penanggulangan kekerasan terhadap perempuan.

2) Komisi Perlindungan Anak Indonesia


Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) merupakan komisi yang dibentuk
oleh pemerintah untuk melindungi dan menegakkan hak-hak yang oleh dimiliki
seluruh anak di Indonesia tanpa terkecuali. Komisi ini didirikan pada 20 Oktober
2002 atas desakan para masyarakat sebagai orangtua yang merasa bahwa hak-hak
anaknya tidak terpenuhi dengan baik.
Dalam menjalankan peran dan fungsinya, komisi ini memiliki tugas pokok yaitu

17
melakukan pengawasan terhadap jalannya perlindungan anak yang di Indonesia
baik di dalam lingkungan keluarga, masyarakat, maupun pendidikan.

c. Pembentukan pengadilan HAM


1) Keberadaan pengadilan HAM di Indonesia merupakan salah upaya pemerintah
dalam menegakkan hak asasi manusia bagi setiap warga negara Indonesia.
Pengadilan HAM ini dibentuk berdasarkan UU No. 26 Tahun 2000 tentang
Pengadilan HAM. Dalam menjalankan perannya, pengadilan ini berperan
khusus dalam mengadili kejahatan genosida dan kejahatan terhadap
kemanusiaan, sebagai berikut:
a) Keberadaan pengadilan HAM di Indonesia merupakan salah satu langkah
dalam menegakkan keadilan bagi warga negara Indonesia khususnya yang
berkaitan dengan pelanggaran HAM.
b) Proses pelimpahan perkara yang terkait dengan pelanggaran HAM yang
terjadi tentunya dilakukan oleh pengadilan HAM sesuai dengan mekanisme
pelaksanaan sistem peradilan di Indonesia.

d. Penegakan melalui proses pendidikan


1) Jika penegakan itu dilakukan dalam pendidikan formal yaitu sekolah,
penegakan HAM tentang penanaman konsep HAM kepada peserta didik dapat
dilakukan melalui tujuan dari mata pelajaran PPKn dan agama.
Harapannya, melalui penanaman konsep HAM melalui pendidikan, peserta
didik dapat melakukan penegakan HAM secara sederhana misalnya dengan
melakukan penerapan Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, sebagai
berikut:
a) Di Indonesia sendiri, hak asasi manusia dijunjung tinggi di dalam kehidupan
bermasyarakat dan bernegara sesuai dengan nilai-nilai luhur
Pancasila sebagai dasar negara kita.
b) Pengakuan dan penghormatan terhadap hak asasi manusia di dalam
masyarakat telah dilakukan dari zaman nenek moyang kita meskipun dulu
belum mengenal dengan betul apa itu hak asasi manusia.
c) Nenek moyang kita di Indonesia mengenal hak asasi manusia sebagai hak-
hak sebagaimana umumnya seperti hak yang tercantum dalam UUD 1945.
d) Setiap warga negara Indonesia mempunyai hak untuk memperjuangkan hak-
hak asasinya jika hak-hak asasi tersebut belum terpenuhi secara maksimal.
e) Setiap warga negara Indonesia tidak perlu merasa takut atau sungkan dalam
menuntut hak asasinya karena terdapat dasar hukum yang mengatur itu
semua.

18
2. Upaya pemerintah dalam mencegah pelanggaran HAM

a. Menegakkan supremasi hukum dan demokrasi


Pendekatan hukum dan pendekatan dialogis harus dikemukakan dalam rangka
melibatkan partisipasi masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Para
pejabat penegak hukum harus memenuhi kewajiban dengan memberikan pelayanan
yang baik dan adil kepada masyarakat. Selain itu juga, harus mampu memberikan
perlindungan pada tiap orang dari perbuatan melawan hukum, dan menghindari
tindak kekerasan yang melawan hukum dalam rangka menegakkan hukum.
b. Meningkatkan kualitas pelayanan publik untuk mencegah terjadinya berbagai
bentuk pelanggaran HAM
Kualitas pelayanan publik yang baik akan membuat masyarakat menjadi
nyaman. Tidak ada keluhan dan protes dari masyarakat menjadi tonggak upaya
pencegahan pelanggaran HAM.
c. Meningkatkan profesionalisme lembaga keamanan dan pertahanan Negara
Semakin profesional sebuah lembaga, semakin baik pula masyarakat untuk
mempercayai lembaga tersebut. Demikian halnya dengan lembaga keamanan dan
pertahanan negara, jika mampu meyakinkan masyarakat bahwa mereka itu
profesional, maka pelanggaran HAM mungkin menjadi semakin berkurang.
d. Meningkatkan penyebarluasan prinsip-prinsip HAM kepada masyarakat
Penyebarluasan prinsip HAM pada masyarakat dapat melalui lembaga
pendidikan formal (sekolah/perguruan tinggi) ataupun lembaga pendidikan non-
formal (kegiatan-kegiatan keagamaan dan kursus-kursus).
Tujuan dari penyebarluasan ini tentunya agar masyrakat mengerti dan paham
seberapa pentingnya HAM itu. Jika masyarakat mengerti, maka akan meringankan
beban pemerintah dalam upaya penegakan HAM.
Upaya ini sebaiknya dilakukan sedini mungkin, apabila masyarakat tahu lebih awal,
maka pelanggaran HAM juga tidak akan terjadi di kemudian hari.

3. Apakah pelaksanaan HAM di Indonesia sudah terjamin berjalan dengan baik?

Nyatanya belum. Hal ini terbukti dari beberapa kasus pelanggaran HAM yang sudah
pernah terjadi di Indonesia. Kasus-kasus pelanggaran tersebut antara lain adalah Peristiwa
Trisakti, Peristiwa Tajung Priok, Kasus Pembunuhan Marsinah, Kasus Pembantaian
Massal Anggota PKI, dan masih banyak lagi.
Sebenarnya, ada banyak faktor yang dapat menyebabkan terjadinya pelanggaran HAM.
Secara umum, penyebab pelanggaran HAM dapat dikelompokkan menjadi 2, yakni faktor
internal dan eksternal. Faktor internalnya antara lain seperti sifat egois, sifat individualis,
tidak adanya rasa toleransi dan kemanusiaan, tidak adanya kesadaran si pelaku terhadap
pelanggaran HAM, dsb.
Sedangkan untuk faktor eksternal, antara lain yaitu perangkat hukum yang tidak tegas,
lemahnya fungsi lembaga hukum, adanya diskriminasi, adanya pihak lain yang membantu
aksi pelanggaran HAM itu sendiri, dan lain-lain. Memang faktor-faktor penyebab tersebut

19
tidak dapat langsung dihilangkan begitu saja, tetapi setidaknya kita dapat menguranginya
melalui solusi-solusi yang ada.

4. Kasus pelanggaran HAM di Indonesia

a. Peristiwa Trisakti
Salah satu pelanggaran HAM di Indonesia yang paling terkenal adalah peristiwa
trisakti. Peristiwa ini adalah peristiwa penembakan mahasiswa Universitas Trisakti
yang terjadi pada tanggal 12 Mei 1998. Hal ini terjadi saat demonstrasi mahasiswa
yang menuntut Soeharto mundur dari jabatannya. Sebanyak 4 orang mahasiswa
tewas tertembak dan puluhan lainnya luka-luka saat melakukan unjuk rasa.
b. Tragedi Semanggi I
Tragedi Semanggi I merupakan peristiwa protes masyarakat kepada pelaksanaan
serta agenda Sidang Istimewa MPR yang mengakibatkan tewasnya warga sipil.
Peristiwa ini terjadi pada tanggal 13 November 1998 dan menuntut pembersihan
orang-orang orde baru dari posisi pemerintahan dan militer. Setidaknya 5 orang
korban meninggal dunia akibat peristiwa ini dan puluhan lainnya luka-luka.
c. Tragedi Semanggi II
Sama seperti sebelumnya, tragedi Semanggi II juga terjadi akibat protes dan
demonstrasi masyarakat sipil. Tragedi Semanggi II terjadi pada tanggal 24
September 1999, selisih hampir satu tahun dengan tragedi Semanggi I yang terjadi
tahun 1998. Pada tragedi ini, sekurang-kurangnya 5 orang korban meninggal dunia
dan ratusan korban lainnya luka-luka.
d. Kasus Pembunuhan Munir
Contoh pelanggaran HAM di Indonesia lainnya adalah kasus pembunuhan Munir.
Munir Said Thalib merupakan aktifis HAM yang pernah menangani kasus-kasus
pelanggaran HAM. Pria asal Malang ini meninggal dunia pada tanggal 7 September
2004 di dalam pesawat Garuda Indonesia ketika Munir sedang melakukan
perjalanan menuju Amsterdam, Belanda. Penyebab tewasnya tidak diketahui,
namun banyak berita yang menyebutkan ia tewas diracun. Hingga kini belum ada
titik temu mengenai kasus pembunuhan Munir ini.
e. Kasus Pembunuhan Marsinah
Kasus pembunuhan Marsinah terjadi pada tanggal 3-4 Mei 1993. Marsinah
merupakan seorang pekerja dan aktivis wanita yang bekerja di PT Catur Putera
Surya Porong. Berawal dari aksi mogok yang dilakukan oleh Marsinah dan buruh
lainnya yang menuntut kepastian pada perusahaan yang telah melakukan PHK
mereka tanpa alasan. Setelah aksi demo tersebut, Marsinah yang menjadi aktivis
buruh malah ditemukan tewas 5 hari kemudian. Ia tewas di kawasan hutan
Wilangan, Nganjuk dalam kondisi mengenaskan. Kasus pelanggaran HAM ini pun
belum bisa diselesaikan dan masih menjadi misteri sampai sekarang.
f. Peristiwa Tanjung Priok
Peristiwa Tanjung Priok merupakan salah satu contoh kasus pelanggaran HAM di
Indonesia yang cukup terkenal. Kasus ini terjadi tahun 1984 antara aparat dengan
20
warga sekitar. Pemicu peristiwa terjadi akibat masalah SARA dan unsur politis.
Warga sekitar melakukan demonstrasi pada pemerintah karena menolak
pemindahan makam keramat Mbah Priok. Hal ini memicu bentrok antara warga
dengan anggota polisi dan TNI. Diperkirakan ratusan korban meninggal dunia
akibat kekerasan dan penembakan akibat bentrok yang terjadi.
g. Tragedi Bom Bali
Peristiwa bom bali terjadi pada tahun 2002. Sebuah bom diledakkan di kawasan
Legian Kuta, Bali oleh sekelompok jaringan teroris. Akibatnya ratusan korban
meninggal dunia dan ratusan lain luka-luka, baik warga lokal atau pun turis
mancanegara. Aksi bom bali menjadi salah satu aksi terorisme terbesar yang pernah
terjadi di Indonesia dan tragedi ini diberitakan di seluruh dunia.
h. Kasus Pengkhianatan G 30S/PKI
Peristiwa Gerakan 30 September PKI (G 30S/PKI) adalah peristiwa pemberontakan
Partai Komunis Indonesia (PKI) dengan menculik dan membunuh beberapa
perwira dan jenderal militer pada tanggal 30 September 1965. PKI menculik dan
membantai 10 perwira jenderal dan mayatnya dibuang di sumur lubang buaya.
Peristiwa ini menjadi salah satu tragedi kelam dalam sejarah bangsa Indonesia. PKI
kemudian ditetapkan sebagai partai terlarang karena dianggap melakukan
pemberontakan dan pengkhianatan terhadap negara.

E. Perlindungan dan Penegakkan Hukum di Indonesia

1. Penegak Hukum
a. Kepolisian
Kepolisian sebagai subsistem peradilan pidana diatur dalam Undang-Undang No. 2
Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia. Sesuai Pasal 13 Undang-
Undang No. 2 Tahun 2002 tersebut Kepolisian mempunyai tugas pokok memelihara
keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum, dan memberikan perlindungan,
pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat. Sedangkan dalam peradilan pidana,
Kepolisian memiliki kewenangan khusus sebagai penyidik yang secara umum di atur
dalam Pasal 15 dan pasal 16 Undang-Undang No. 2 Tahun 2002 dan dalam KUHAP di
atur dalam Pasal 5 sampai pasal 7 KUHAP.
b. Kejaksaan
Menurut undang-undang no 16 tahun 2004 tentang kejaksaan, kejaksaan dalam
perkembangan sistem ketatanegaraan di Indonesia, lembaga Kejaksaan merupakan bagian
dari lembaga eksekutif yang tunduk kepada Presiden. Akan tetapi, apabila dilihat dari segi
fungsi kejaksaan merupakan bagian dari lembaga yudikatif.
Hal ini dapat diketahui dari Pasal 24 Amandemen Ketiga UUD Negara RI 1945 yang
menegaskan bahwa kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan
badan peradilan lain yang fungsinya berkaitan dengan kekuasaan kehakiman. Penegasan
mengenai badan-badan peradilan lain diperjelas dalam Pasal 41 Undang-Undang No. 4
Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman yang berbunyi :

21
“Badan-badan lain yang fungsinya berkaitan dengan kekuasaan kehakiman meliputi
Kepolisian Negara Republik Indonesia, Kejaksaan Republik Indonesia, dan badan-badan
lain diatur dalam undang-undang”. Sebagai subsistem peradilan pidana, Kejaksaan
mempunyai tugas dan wewenang dibidang pidana sebagaimana diatur Pasal 14 KUHAP
c. Kehakiman
Keberadaan lembaga pengadilan sebagai subsistem peradilan pidana diatur dalam
Undang-Undang No. 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman. Pasal 1 ayat (1)
Undang-undang tersebut memberi definisi tentang kekuasaan kehakiman sebagai berikut:
“Kekuasaan Kehakiman adalah kekuasaan negara yang merdeka untuk
menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, demi
terselenggaranya Negara Hukum Republik Indonesia.”
Sesuai dengan Undang-Undang No. 48 Tahun 2009 tersebut dan KUHAP, tugas
Pengadilan adalah menerima, memeriksa dan memutus perkara yang diajukan kepadanya.
Dalam memeriksa seseorang terdakwa, hakim bertitik tolak pada surat dakwaan yang
dibuat oleh Jaksa Penuntut Umum, dan mendasarkan pada alat bukti sebagaimana
ketentuan Pasal 184 KUHAP. Kemudian dengan sekurang-kurangnya 2 (dua) alat bukti
dan keyakinannya, hakim menjatuhkan putusannya.
d. Lembaga Pemasyarakatan
Lembaga Pemasyarakatan (LAPAS) diatur dalam Undang-Undang No. 12 Tahun 1995
tentang Pemasyarakatan yang mengubah sistem kepenjaraan menjadi sistem
pemasyarakatan. Sistem pemasyarakatan merupakan suatu rangkaian kesatuan penegakan
hukum, oleh karena itu pelaksanaannya tidak dapat dipisahkan dari pengembangan konsep
umum mengenai pemidanaan. Menurut ketentuan Pasal 1 angka 3 Undang-Undang No. 12
Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan, dinyatakan bahwa Lembaga Pemasyarakatan
(LAPAS) adalah tempat untuk melaksanakan pembinaan narapidana dan anak didik
pemasyarakatan.
Lembaga Pemasyarakatan yang mengurusi perihal kehidupan narapidana selama
menjalani masa pidana. Yang dimaksudkan dalam hal ini adalah pidana penjara. Sejalan
dengan UUD 1945, Pancasila sebagai dasar negara di dalam sila ke-2 yang berbunyi
“Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab” menjamin bahwa manusia Indonesia
diperlakukan secara beradab meskipun berstatus narapidana. Selain itu, pada sila ke-5
mengatakan bahwa “Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia” berarti bahwa
narapidanapun haruslah juga mendapatkan kesempatan berinteraksi dan bersosialisasi
dengan orang lain layaknya kehidupan manusia secara normal.
e. Advokat
Lahirnya Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat menjadi landasan
hokum penting bagi profesi Advokat sebagai salah satu pilar penegak hukum.
Hal ini ditegaskan dalam Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003
tersebut, yang menyatakan bahwa Advokat berstatus penegak hukum, bebas dan mandiri
yang dijamin oleh hukum dan peraturan perundang-undangan. Dalam Penjelasan Pasal 5

22
ayat (1) Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 lebih ditegaskan lagi, bahwa yang
dimaksud dengan “Advokat berstatus sebagai penegak hukum” adalah Advokat sebagai
salah satu perangkat dalam proses peradilan yang mempunyai kedudukan setara dengan
penegak hukum lainnya dalam menegakan hukum dan keadilan.

2. Suprastruktur

Suprastruktur adalah struktur pemerintahan yang memiliki kewenangan untuk mengambil


kebijakan. Yang termasuk pada suprastruktur politik adalah Lembaga-lembaga negara yang
menjadi alat kelengkapan negara dan menyelenggarakan negara

Lembaga suprastruktur negara:

a. Legislatif, yang bertugas membuat undang undang. Lembaga legislatif meliputi Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR),DPD, MPR.
b. Eksekutif, yang bertugas menerapkan atau melaksanakan undang-undang. Lembaga
eksekutif meliputi presiden dan wakil presiden beserta menteri-menteri yang
membantunya.
c. Yudikatif, yang bertugas mempertahankan pelaksanaan undang-undang. Lembaga
yudikatif terdiri atas Mahkamah Agung(MA), Mahkamah Konstitusi (MK), dan Komisi
Yudisial (KY).

F. Pelanggaraan Hak dan Pengingkaran Kewajiban Warga Negara

1. Pasal-pasal yang mengatur tenatang kewarganegaraan


a. Kewarganegaraan Republik Indonesia diatur dalam UU Nomor 12 Tahun 2006
tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia. Menurut UU ini, orang yang
menjadi WNI adalah sebagai berikut :

1) setiap orang yang berdasarkan peraturan perundang- undangan dan/atau berdasarkan


perjanjian Pemerintah Republik Indonesia dengan negara lain sebelum Undang-
Undang ini berlaku sudah menjadi WNI.
2) anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah dan ibu WNI.
3) anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah WNI dan ibu WNA.
4) anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah WNA dan ibu WNI.
5) anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ibu WNI, tetapi ayahnya tidak
mempunyai kewarganegaraan atau hukum negara asal ayahnya tidak memberikan
kewarganegaraan kepada anak tersebut.
6) anak yang lahir dalam tenggang waktu 300 (tiga ratus) hari setelah ayahnya
meninggal dunia dari perkawinan yang sah dan ayahnya WNI.
7) anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang ibu WNI.
8) anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang ibu WNA yang diakui oleh
seorang ayah WNI sebagai anaknya dan pengakuan itu dilakukan sebelum anak
tersebut berusia 18 (delapan belas) tahun atau belum kawin.

23
9) anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia yang pada waktu lahir tidak
jelas status kewarganegaraan ayah dan ibunya.
10) anak yang baru lahir yang ditemukan di wilayah negara Republik Indonesia selama
ayah dan ibunya tidak diketahui.
11) anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia apabila ayah dan ibunya tidak
mempunyai kewarganegaraan atau tidak diketahui keberadaannya.
12) anak yang dilahirkan di luar wilayah negara Republik Indonesia dari seorang ayah
dan ibu WNI yang karena ketentuan dari negara tempat anak tersebut dilahirkan
memberikan kewarganegaraan kepada anak yang bersangkutan.
13) anak dari seorang ayah atau ibu yang telah dikabulkan permohonan
kewarganegaraannya, kemudian ayah atau ibunya meninggal dunia sebelum
mengucapkan sumpah atau menyatakan janji setia.

b. Keberadaan rakyat yang menjadi penduduk maupun warga negara, secara


konstitusional tercantum dlam Pasal 26 UUD Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 sebagai berikut :
1) Yang menjadi warga negara ialah orang-orang bangsa Indonesia asli dan
orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai warga
negara.
2) Penduduk ialah warga negara Indonesia dan orang asing yang bertempat tinggal di
Indonesia.
3) Hal-hal mengenai warga negara dan penduduk diatur dengan undang-undang.

c. Pasal 26 ayat (2) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menegaskan
bahwa “penduduk ialah warga negara Indonesia dan orang asing asing yang
bertempat tinggal di Indonesia.”

d. Menrut penjelasan UU Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan


Republik Indonesia dinyatakan bahwa Indonesia dalam penentuan
kewarganegaraan menganut asas – asas sebagai berikut :
Adapaun asas-asas yang dianut dalam Undang-Undang No.12 Tahun 2006 adalah
sebagai berikut:
1) Asas Ius Soli, yaitu asas yang menentukan kewarganegaraan seseorang berdasarkan
negara tempat kelahiran.
2) Asas Ius Sanguinis, yaitu penentuan kewarganegaraan berdasarkan
keturunan/pertalian darah. Artinya penentuan kewarganegaraan berdasarkan
kewarganegaraan orang tuanya bukan berdasarkan negara tempat kelahiran.
3) Asas Kewarganegaraan Tunggal, yaitu asas yang menentukan satu kewarganegaraan
bagi setiap orang.
4) Asas Kewarganegaraan Ganda Terbatas, yaitu asas menentukan kewarganegaraan
ganda bagi anak-anak sesuai gengan ketentuan yang diatur dalam undang-undang ini.

e. Orang dari bangsa asing yang mengajukan dengan cara naturalisasi biasa, harus
memenuhi persyaratan sebagaimana ditentukan dalam Pasal 9 UU No. 12 Tahun
2006, sebagai berikut :
1) Telah berusia 18 (delapan belas) tahun atau sudah kawin.

24
2) Pada waktu mengajukan permohonan sudah bertempat tinggal di wilayah negara
Republik Indonesia paling singkat lima tahun berturut-turut atau paling singkat
sepuluh puluh tahun tidak berturut-turut.
3) Sehat jasmani dan rohani.
4) Dapat berbahasa Indonesia serta mengakui dasar negara Pancasila dan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
5) Tidak pernah dijatuhi pidana karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan
pidana penjara satu tahun atau lebih.
6) Jika dengan memperoleh Kewarganegaraan Republik Indonesia, tidak menjadi
berkewarganegaraan ganda.
7) Mempunyai pekerjaan dan/atau berpenghasilan tetap.
8) Membayar uang pewarganegaraan ke Kas Negara.

f. Naturalisasi istimewa diberikan sesuai dengan ketentuan Pasal 20 UU Republik


Indonesia No. 12 Tahun 2006 “Orang asing yang telah berjasa kepada negara
Republik Indonesia atau dengan alasan kepentingan negara dapat diberi
Kewarganegaraan Republik Indonesia oleh Presiden setelah memperoleh
pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, kecuali dengan
pemberian kewarganegaraan tersebut mengakibatkan yang bersangkutan
berkewarganegaraan ganda.”
g. Kemerdekaan beragama dan kepercayaan di Indonesia dijamin oleh UUD Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 dalam Pasal 28 E ayat (1) dan (2) sebagai berikut:
1) Setiap orang berhak memeluk agama dan beribadat menurut agamanya, m
emilih pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih kewarganegaraan,
memilih tempat tinggal diwilayah negara dan meninggalkannya, serta berhak kembali.
2) Setiap org berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran dan
sikap, sesuai dg hati nuraninya.

3. Pasal – Pasal yang Mengatur Tentang Hak dan Kewajiban Warga Negara
a. Hak atas Kewarganegaraan
 Pasal 26 ayat :
(1) Yang menjadi warga negara ialah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-
orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai warga negara.
(2) Penduduk ialah warga negara Indonesia dan orang asing yang bertempat tinggal di
Indonesia.

b. Kesamaan Kedudukan dalam Hukum dan Pemerintahan


 Pasal 27 ayat (1) : “Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan
pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada
kecualinya.”

c. Hak atas Pekerjaan dan Penghidupan yang Layak Bagi Kemanusiaan

25
 Pasal 27 ayat (2) :“Tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak
bagi kemanusiaan.”
1
d. Hak dan Kewajiban Bela Negara
 Pasal 27 ayat (3) :“Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya
pembelaan Negara.”

e. Kemerdekaan Berserikat dan Berkumpul


 Pasal 28 :“Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan
dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang.”

f. Kemerdekaan Memeluk agama


 Pasal 29 ayat :
(1) Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa.
(2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya
masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.

g. Pertahanan dan Keamanan


 Pasal 30 ayat :
(1) (1)Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan
keamanan negara.
(2) (2)Usaha pertahanan dan keamanan negara dilaksanakan melalui sistem
pertahanan dan keamanan rakyat semesta oleh Tentara Nasional Indonesia dan
Kepolisian Negara Republik Indonesia, sebagai kekuatan utama, dan rakyat,
sebagai kekuatan pendukung.

h. Hak Mendapat Pendidikan


 Pasal 31 ayat
(1) Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan.
(2) Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib
membiayainya.
(3) Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan
nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang.

i. Kebudayaan Nasional Indonesia


 Pasal 32 ayat :
(1) Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban dunia
dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan
nilai-nilai budayanya.
(2) Negara menghormati dan memelihara bahasa daerah sebagai kekayaan budaya
nasional.

26
j. Perekonomian Nasional
 Pasal 33 ayat :
(1) Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan.
(2) Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat
hidup orang banyak dikuasai oleh negara.
(3) Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh
negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.
(4) Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan
prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan
lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan
kesatuan ekonomi nasional.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam undang-
undang.

a. Kesejahteraan Sosial
 Pasal 34 ayat :
(1) Fakir miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara oleh negara.
(2) Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan
memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat
kemanusiaan.
(3) Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan
fasilitas pelayanan umum yang layak.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam undang-
undang.
4. Contoh Kasus Pelanggaran Hak Warga Negara beserta penyebabnya
a. Eksploitasi Terhadap anak
Anda tentunya pernah melihat para anak jalanan sedang mengamen di pinggir jalan raya.
Mungkin juga anda pernah didatangi anak yang dijadikan pengemis yang selanjutnya meminta
sumbangan kepada anda. Anak jalanan dan pengemis merupakan salah satu golongan warga
negara yang kurang beruntung, karena tidak bisa mendapatkan haknya secara utuh. Kondisi
yang mereka alami salah satunya disebabkan oleh terjadinya pelanggaran terhadap hak mereka
sebagai warga negara, misalnya pelanggaran terhadap hak mereka untuk mendapatkan
pendidikan, sehingga mereka menjadi putus sekolah dan akibatnya mereka bisa saja menjadi
anak jalanan.
b. Proses penegakkan hukum masih belum optimal dilakukan
Misalnya saja di indonsia ini masih terjadinya kasus salah tangkap, perbedaan perlakuan
oknum aparat penegak hukum terhadap para pelanggar hukum dengan dasar kekayaan atau
jabatan, dan lain sebagainya. Hal tersebut merupakan bukti bahwa amanat pada Pasal 27 ayat
(1) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan “Segala warga negara
bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum
dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya”, belum sepenuhnya dilaksanakan
sebagaimana tujuan hukum ketenagakerjaan .
c. Tingkat kemiskinan dan angka pengangguran masih tinggi
Saat ini tingkat kemiskinan dan angka pengangguran di negara indonesia masih cukup
tinggi, padahal pada Pasal 27 ayat (2) UUD Tahun 1945 mengamanatkan bahwa tiap-tiap warga
negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.
d. Semakin merebaknya kriminalitas

27
Masih adanya kasus pelanggaran hak asasi manusia seperti pemerkosan, pembunuhan,
ataupun kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), padahal Pasal 28A–28J UUD Tahun 1945
menjamin keberadaan Hak Asasi Manusia.
e. Masih terjadinya tindak kekerasan mengatasnamakan agama
Contohnya adalah penyerangan tempat peribadatan, padahal pada Pasal 29 ayat (2) UUD
Tahun 1945 menegaskan bahwa negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk
memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agama dan kepercayaannya.
f. Angka Anak Putus Sekolah Yang Cukup Tinggi
Hal ini mengindikasikan bahwa belum terlaksananya secara sepenuhnya amanat pada Pasal
31 ayat (1) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan bahwa setiap warga
negara berhak mendapat pendidikan sebagimana juga tujuan hukum bisnis .
g. Pelanggaran hak cipta
Misalnya saja masih banyak beredarnya VCD/ DVD bajakan, perilaku plagiat dalam
membuat sebuah karya dan sebagainya.

5. Contoh Kasus Pengingkaran Kewajiban Warga Negara

a. Tidak atau Menghindari Membayar Pajak


Tidak atau menghindari membayar pajak berarti pengingkaran kewajiban warga
negara terhadap pasal 23 ayat 2 UUD 1945,”segala pajak untuk keperluan negara berdasarkan
undang-undang”. Pengingkaran terhadap pajak hampir dilakukan oleh seluruh warga negara,
mulai dari pajak kendaraan, pajak bumi dan bangunan, pajak penghasilan, pajak penjualan, dan
lain-lain. Mengapa kita wajib membayar pajak? Karena pajak merupakan salah satu sumber
baya pembangunan dan kita menikmati hasilnya. Misalnya, jalan raya yang dibuat dengan
segala fasilitasnya, itu dibiayai salah satunya oleh pajak kendaraan .
b. Melanggar Hak Asasi Manusia Lain
Jenis-jenis pelanggaran hak asasi manusia merupakan pengingkaran kewajiban yang
tercantum dalam pasal 28 J ayat 1 UUD 1945,”setiap orang wajib menghormati hak asasi
manusia orang lain”. Hak asasi manusia dimiliki oleh setiap warga negara yang tinggal di
Indonesia. Oleh karena itu agar tercipta suasana yang kondusif, seharusnya setiap warga negara
wajib menghormati dan menghargai hak asasi manusia lain. Salah satu contoh pelanggaran hak
asasi manusia adalah membunuh orang lain, ini pelanggaran terhadap hak hidup.
c. Pelanggaran terhadap Kewajiban Pendidikan Dasar
Dalam UUD 1945 pasal 31 ayat 1 amandemen, menyebutkan pentingnya pendidikan bagi
manusia sebagai sebuah kewajiban bagi setiap warga negara. Pasal tersebut berbunyi,”setiap
warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya”, sebuah
kewajiban yang tidak banyak diketahui. Pendidikan dasar yang dimaksud adalah pendidikan
formal sampai jenjang SMP. Siapapun warga negara yang tidak memberikan keleluasaan
tersebut, berarti telah melanggarnya. Contoh pelanggaran ini, yaitu anak-anak jalanan yang
tidak sekolah, maka orangtua dan lingkungan terdekatnya telah melanggar kewajiban.
d. Tidak Ikut Serta dalam Pembelaan Negara
“Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan
keamanan negara”, demikian bunyi pasal 30 ayat 1 UUD 1945. Artinya tiap warga negara
wajib ikut serta dalam bentuk-bentuk usaha pembelaan negara sesuai perannya masing-masing.
Contoh pelanggaran atau pengingkaran kewajiban negara terhadap pembelaan negara,
adalah seorang pelajar yang tidak bersungguh-sungguh dalam melaksanakan suatu tugas dan

28
kewajibannya sebagai warga negara. Atau seorang warga negara yang tidak mau tahu dengan
lingkungannya dan negaranya atau berbuat / melakukan tindakan yang memecah belah Bangsa
Indonesia. (Baca juga: Keunggulan NKRI)
e. Tidak Ikut Serta dalam Mencapai Tujuan Pembangunan Nasional
Tujuan pembangunan nasional Indonesia terdapat dalam pokok pikiran dalam Pembukaan
UUD 1945 alinea 4, yaitu memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa,
melindungi segenap Bangsa Indonesia, dan ikut serta melaksanakan ketertiban dunia.
Kewajiban untuk ikut serta mencapai tujuan pembangunan nasional tersebut terdapat dalam
UU Nomor 20 tahun 2003 tentang kewajiban warga negara. Contoh pengingkaran kewajiban
yang tergolong hal ini adalah warga negara yang tidak peduli dengan pendidikan di lingkungan
(terutama keluarganya), warga negara yang ikut membuat kerusuhan di negara lain, dan warga
negara yang mengambil hak warga negara lain (baca : Contoh Kegiatan Memajukan
Kesejahteraan Umum ).
f. Tidak Menaati Peraturan Lalu Lintas
Setiap warga negara mempunyai kewajiban menaati peraturan lalu lintas, baik sebagai
pejalan kaki, pengendara bermotor, dan pengguna jalan lain. Contoh perbuatan yang tidak
menaati peraturan lalu lintas adalah tidak mempunyai surat kendaraan yang lengkap, parkir di
sembarang tempat, melanggar lampu merah, dan lain-lain. Perbuatan-perbuatan tersebut selain
melanggar UU Lalu Lintas juga melanggar kewajiban menghormati hak orang lain. Apalagi
bila pelanggaran diikuti dengan membahayakan orang lain, maka seseorang melanggar hak
asasi orang lain.
g. Merusak Fasilitas Umum dan Membuang Sampah Sembarangan
Membuang sampah sembarangan dan merusak fasilitas umum berarti pengingkaran
terhadap kewajiban warga negara terhadap lingkungan dan alam sekitar. Padahal, lingkungan
dan alam sekitar tersebut bermanfaat bagi manusia. Contoh fasilitas umum yang sering kali
dirusak, telepon umum, mencoret-coret halte, merusak kendaraan umum, padahal kalau rusak
akan merugikan diri sendiri yang menggunakan fasilitas tersebut. Sedangkan membuang
sampah sembarangan, akibatnya kalau lingkungan kotor dan bau, bahkan sampai banjir, maka
kita sendiri yang rugi dan merugikan orang lain. Merugikan orang lain juga artinya
mengingkari kewajiban warga negara terhadap orang lain (baca : Hak dan Kewajiban Warga
Negara dalam Pelestarian Lingkungan ).
h. Tidak Berpartisipasi dalam Kegiatan Lingkungan
Contoh kegiatan lingkungan, misalnya ikut serta pelaksanaan siskamling, membayar iuran
warga, dan ikut serta membantu korban bencana alam. Tidak ikut siskamling, berarti
pengingkaran terhadap kewajiban membela dan mempertahankan negara, dalam hal ini
menjaga lingkungan,. Membayar iuran warga, sama dengan tidak membayar pajak, yang akan
digunakan untuk kesejahteraan wwraga sendiri. Dan tidak ikut serta membantu korban bencana
alam juga merupakan perwujudan tidak melaksanakan kewajiban membela negara.
i. Tidak Jujur dan Melakukan Korupsi
Dampak korupsi bagi negara sebenarnya merupakan salah satu perilaku yang
mencerminkan ketidakjujuran. Perilaku ini, dapat merugikan rakyat dan negara hingga
trilyunan rupiah. Itu artinya seseorang mengingkari banyak kewajibannya sebagai warga
negara. Kewajiban tersebut antara lain kewajiban menghormati orang lain, membela negara,
dan ikut serta dalam mencapai tujuan pembangunan nasional. Dengan demikian, sungguh
banyak kesalahan dan dosa orang yang melakukan korupsi (baca : Penyebab Korupsi dan Cara
Mengatasinya dan Upaya Pemberantasan Korupsi ).

29
G. Otonomi Daerah

1. Hubungan yang dimiliki oleh pemerintah pusat dengan pemerintah daerah adalah:
a. Hubungan Wewenang
Dimana ini merupakan sebuah hubungan tentang urusan pemerintahan yang akan
dilaksanakan oleh pemerintah atau pemerintah pusat, urusan pemerintahan yang akan di
laksanakan oleh pemerintah provinsi dan yang di laksanakan oleh pemerintah kota atau
pemerintah kabupaten.
b. Hubungan Keuanga
Para pemerintah daerah yang memiliki SDA yang lebih besar tentunya akan menyambut
dengan senang dan penuh partisipasi namun adanya kesenjangan seperti daerah yang tidak
memiliki SDA yang baik dan miskin akan mendapatkan kekhawatiran dan ini akan
mempengaruhi banyaknya pendapatan daerah yang mereka terima. Dan daerah otonom akan
di berikan tuntutan agar bisa mencari sumber alternatif untuk mendapatkan sumber pembiayaan
dan bantuan dari pemerintahan pusat
c. Pelayanan Umum
Pemerintah pusat dan daerah tidak akan bisa di pisahkan sebagai sarana yang luas
memberikan pelayanan menyeluruh terhadap masyarakat sebuah bangsa. Dan jika diartikan
secara umum maka kedua jenis pemerintahan ini memegang tanggung jawab yang sejalan.
d. Pemanfaatan SDA dan Sumber Daya Lainnya
Dimana akan terbentuk hubungan yang akan mengatur tentang pemanfaatan segala sumber
kekayaan untuk kepentingan seluruh rakyat.
e. Hubungan Fungsional
Ini merupakan sebuah hubungan yang di dasari oleh konteks penyelenggaraan program
pemerintah. Yang jika diartikan secara umum merupakan sebuah proses timbal balik yang
berupa sebuah hubungan atau bagian yang terjadi karena faktor proses, kepentingan yang sama
dan hubungan sebab akibat.

2. Pengertian Otonomi Daerah


Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan
mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
Pengertian daerah otonom menurut para ahli:
a. Menurut F. Sugeng Istianto
Otonomi daerah adalah hak dan wewenang untuk mengatur dan mengurus rumah tangga
daerah.
b. Menurut Syarif Saleh
Otonomi daerah adalah hak mengatur dan memerintah daerah sendiri dimana hak tersebut
merupakan hak yang diperoleh dari pemerintah pusat.
c. Menurut Benyamin Hoesein
Otonomi daerah adalah pemerintahan oleh dan untuk rakyat di bagian wilayah nasional suatu
Negara secara informal berada di luar pemerintah pusat.
d. Menurut Philip Mahwood

30
Otonomi daerah adalah suatu pemerintah daerah yang mempunyai kewenangan sendiri dimana
keberadaannya terpisah dengan otoritas yang diberikan oleh pemerintah untuk mengalokasikan
sumber material yang bersifat substansial mengenai fungsi yang berbeda.

3. Tujuan Otonomi Daerah


a. Peningkatan pelayanan masyarakat yang semakin baik.
b. Pengembangan kehidupan demokrasi.
c. Keadilan nasional.
d. Pemerataan wilayah daerah.
e. Pemeliharaan hubungan yang serasi antara pusat dan daerah serta antar daerah dalam rangka
keutuhan NKRI.
f. Mendorong pemberdayaaan masyarakat.
g. Menumbuhkan prakarsa dan kreativitas, meningkatkan peran serta masyarakat,
mengembangkan peran dan fungsi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
Secara konseptual, Indonesia dilandasi oleh tiga tujuan utama yang meliputi: tujuan politik, tujuan
administratif dan tujuan ekonomi.
a. Tujuan politik: uaya untuk mewujudkan demokratisasi politik melalui partai politik dan DPRD.
b. Tujuan administratif : pembagian urusan pemerintahan antara pusat dan daerah, termasuk
sumber keuangan, serta pembaharuan manajemen birokrasi pemerintahan di daerah.
c. Tujuan ekonomi: terwujudnya peningkatan indeks pembangunan manusia sebagai indikator
peningkatan kesejahteraan masyarakat Indonesia.

4. Manfaat Otonomi Daerah


a. Agar tidak terjadi pemusatan kekuasaan di pusat sehingga penyelenggaraan pemerintahan
berjalan lancar.
b. Pemerintahan bukan hanya dijalankan oleh pemerintah pusat, melainkan pemerintah daerah
juga terlibat.
c. Kesejahteraan masyarakat di daerah semakin meningkat.
d. Daya kreasi dan inovasi masyarakat di daerah akan semakin meningkat, karena setiap daerah
pasti berusaha menampilkan keunggulan di daerahnya.
e. Meningkatnya pengawasan kegiatan yang dilakukan.
f. Meningkatkan pasokan baran dan jasa di daerah dengan biasa yang disesuaikan.
g. Memudahkan pengaturan administrasi pemerintahan.
h. Lembaga masyarakat mengalami peningkatan.

5. Peran Pemerintahan Daerah


Pemerintahan daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan
prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Proses penyelenggaraan pemerintahan daerah merupakan salah satu bentuk pengelolaan kekuasaan
negara di daerah oleh pemerintah daerah. Pemerintahan daerah merupakan alat kelengkapan negara
untuk mencapai cita-cita dan tujuan negara sehingga pemerintahan daerah mempunyai peranan yang
sangat penting dalam pencapaian cita-cita dan tujuan negara.

31
6. Pasal – Pasal mengenai Pemda
a. Pasal 18
(1) Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi
itu dibagi atas kabupaten dan Kota, yang tiap-tiap provinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai
pemerintahan daerah, yang diatur dengan undang-undang.** )
(2) Pemerintah daerah provinsi, daerah Kabupaten, dan Kota mengatur dan mengurus sendiri
urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan.**)
(3) Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten, dan kota memiliki Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah yang anggota-anggotanya dipilih melalui pemilihan umum.** )
(4) Gubernur, Bupati, dan Walikota masing-masing sebagai kepala pemerintah daerah provinsi,
kabupaten dan kota dipilih secara demokratis.**)
(5) Pemerintahan daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan yang
oleh undang-undang ditentukan sebagai urusan Pemerintahan Pusat.**)
(6) Pemerintahan daerah berhak menetapkan peraturan daerah dan peraturan peraturan lain untuk
melaksanakan otonomi dan tugas pembantuan.** )
(7) Susunan dan tata cara penyelenggaraan pemerintahan daerah diatur dalam undang-undang.**
)

b. Pasal 18A
(1) Hubungan wewenang antara pemerintah pusat dan pemerintahan daerah provinsi, kabupaten,
dan kota, atau provinsi dan kabupaten dan kota, diatur dengan undang undang dengan
memperhatikan kekhususan dan keragaman daerah.**)
(2) Hubungan keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya
lainnya antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah diatur dan dilaksanakan secara adil dan
selaras berdasarkan undang-undang.**)

c. Pasal 18B
(1) Negara mengakui dan menghormati satuan-satuan pemerintahan daerah yang bersifat khusus
atau bersifat istimewa yang diatur dengan undang undang.
(2) Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-
hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan
prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang diatur dalam undang-undang.**)

7. Perbedaan Demokrasi Terpimpin, Presidensial, dan Pancasila


a. Demokrasi Terpimpin
adalah sebuah sistem demokrasi di mana seluruh keputusan serta pemikiran berpusat
pada pemimpin negara, kala itu Presiden Soekarno. Konsep sistem Demokrasi Terpimpin
pertama kali diumumkan oleh Presiden Soekarno dalam pembukaan sidang konstituante pada
tanggal 10 November 1956.

32
b. Demokrasi Presidensial
Sistem presidensial (presidensiil), atau disebut juga dengan sistem kongresional,
merupakan sistem pemerintahan negara republik di mana kekuasan eksekutif dipilih melalui
pemilu dan terpisah dengan kekuasan legislatif.
Kedua badan tersebut tidak berhubungan secara langsung seperti dalam sistem
pemerintahan parlementer. Mereka dipilih oleh rakyat secara terpisah. Sistem presidensial
tidak mengenal adanya lembaga pemegang supremasi tertinggi. Kedaulatan negara
dipisahkan (separation of power) menjadi tiga cabang kekuasaan, yakni legislatif, eksekutif,
dan yudikatif, yang secara ideal diformulasikan sebagai ”Trias Politica” oleh Montesquieu.
Presiden dan wakil presiden dipilih langsung oleh rakyat untuk masa kerja yang lamanya
ditentukan konstitusi. Konsentrasi kekuasaan ada pada presiden sebagai kepala negara dan
kepala pemerintahan. Dalam sistem presidensial para menteri adalah pembantu presiden yang
diangkat dan bertanggung jawab kepada presiden.
c. Demokrasi Pancasila
adalah suatu paham demokrasi yang sumbernya berasal dari falsafah hidup bangsa
Indonesia yang digali berdasarkan kepribadian rakyat Indonesia itu sendiri. Falsafah hidup
bangsa Indonesia tersebut kemudian melahirkan dasar falsafah negara Indonesia, yaitu
Pancasila yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945.
Jadi, secara ringkas penjelasan poin-poin penting mengenai sistem demokrasi ini dapat dijelaskan
sebagai berikut:
a. Demokrasi dilaksanakan berdasarkan kekeluargaan dan musyawarah untuk mufakat untuk
kesejahteraan rakyat.
b. Sistem organisasi negara dilaksanakan sesuai dengan persetujuan rakyat.
c. Kebebasan individu dijamin namun tidak bersifat mutlak dan harus disesuaikan dengan
tanggung jawab sosial.
4. Dalam pelaksanaan demokrasi ini tidak ada dominasi mayoritas atau minoritas, namun harus dijiwai
oleh semangat kekeluargaan untuk mewujudkan cita-cita hidup bangsa Indonesia.
Kesimpulannya
1.Demokrasi terpimpin : demokrasi yang tidak mengenal lembaga kekuasaan dalam tata
pemerintahan.
2. Demokrasi presidensial : suatu sistem dimana pemerintahan negara republik yang kekuasaan
eksekutifnya dipilih melalui pemilihan umum dan terpisah dengan legislatif.
3. Demokrasi pancasila : demokrasi yang brsumber dari falsafah bangsa yaitu pancasila.

H. Hukum
Penggolongan tersebut dapat berdasarkan sumbernya, tempat berlakunya, bentuknya, waktu
berlakunya, cara mempertahankannya, sifatnya, wujudnya dan isinya. Untuk lebih jelasnya, mari kita lihat
uraian berikut ini.
1. Penggolongan hukum berdasarkan sumbernya
a. Hukum undang-undang, yakni hukum yang terletak di dalam peraturan perundang-undangan.
b. Hukum kebiasaan, yakni hukum yang berlaku di dalam peraturan- peraturan atau kebiasaan

33
c. Hukum traktat, yakni hukum yang ditetapkan oleh negara-negara melalui suatu perjanjian
antar negara (traktat)
d. Hukum yurisprudensi, yakni hukum yang muncul karena adanya keputusan hakim.
2. Penggolongan hukum berdasarkan tempat berlakunya
a. Hukum nasional, yakni hukum yang berlaku di dalam wilayah negara tertentu.
b. Hukum internasional, yakni hukum yang berguna untuk mengatur hubungan hukum antar
negara di dalam hubungan internasional. Hukum internasional ini berlaku secara universal.
Artinya, dapat berlaku secara keseluruhan terhadap negara-negara yang mengikatkan diri
dalam perjanjian internasional (traktat) tertentu dan dapat juga mengikat negara lain yang
tidak termasuk dalam perjanjian tersebut.
c. Hukum asing, yakni hukum yang berlakunya di dalam wilayah negara lain.
d. Hukum gereja, yakni sekumpulan norma yang ditetapkan oleh gereja dan berlaku untuk para
anggotanya.
3. Penggolongan hukum berdasarkan bentuknya
a. Hukum tertulis, di bedakan ke dalam dua macam yakni :
 Hukum tertulis yang dikodifikasikan. Yakni hukum yang disusun lengkap, sistematis,
teratur serta dibukukukan, sehingga tidak lagi diperlukan peraturan pelaksanaan.
Contoh hukum tertulis yang dikodifikasikan misalnya KUH Pidana, KUH
Perdata dan KUH Dagang.
 Hukum tertulis yang tidak dikodifikasikan yakni hukum yang walaupun tertulis, akan tapi
tidak disusun dengan sistematis, tidak lengkap, dan masih terpisah-pisah. Karenanya
hukum ini sering masih memerlukan peraturan pelaksanaan di dalam penerapannya.
Contoh undang-undang, peraturan pemerintah dan keputusan presiden.
b. Hukum tidak tertulis, adalah hukum yang berlaku serta diyakini oleh masyarakat dan
dipatuhi, akan tetapi tidak dibentuk menurut prosedur yang formal, melainkan lahir dan
tumbuh di kalangan masyarakat tersebut.
4. Penggolongan hukum berdasarkan waktu berlakunya
a. Ius Constitutum (hukum positif), adalah hukum yang berlaku sekarang dan hanya bagi
suatu masyarakat tertentu saja di dalam daerah tertentu. Contohnya Undang-Undang
Dasar Republik Indonesia 1945, Undang-Undang RI Nomor 12 tahun 2006 tentang
Kewarganegaraan Republik Indonesia
b. Ius Constituendum (hukum negatif), adalah hukum yang diharapkan dapat berlaku pada
waktu yang akan datang. Misalnya rancangan undang-undang (RUU).
5. Penggolongan hukum berdasarkan cara mempertahankanya
a. Hukum material, adalah hukum yang mengatur hubungan antara anggota masyarakat
yang berlaku secara umum mengenai hal-hal yang dilarang serta hal –hal yang
dibolehkan untuk dilakukan. Contohnya hukum pidana, hukum perdata, hukum dagang
dan sebagainya.
b. Hukum formal, adalah hukum yang mengatur tentang bagaimana cara mempertahankan
dan melaksanakan hukum meterial. Contohnya Hukum Acara Pidana (KUHAP), Hukum
Acara Perdata dan sebagainya.
6. Penggolongan hukum berdasarkan sifatnya
a. Hukum yang memaksa, adalah hukum yang bila diterapkan untuk keadaan bagaimana
pun, harus dan mempunyai paksaan yang mutlak. Contoh, hukuman bagi orang yang
melakukan pembunuhan, maka sanksinya secara paksa wajib untuk dilaksanakan.
b. Hukum yang mengatur, adalah hukum yang dapat dikesampingkan ketika pihak-pihak
yang bersangkutan telah membuat peraturan tersendiri berupa suatu perjanjian. Dengan

34
kata lain, hukum ini mengatur hubungan antar individu yang baru dapat diberlakukan bila
yang bersangkutan tidak menggunakan alternatif lain yang dimungkinkan oleh hukum
(undang-undang). Contoh ketentuan dalam pewarisan ab-intesto (pewarisan berdasarkan
undang-undang), yang baru memungkinkan untuk dilaksanakan jika tidak terdapat surat
wasiat (testamen).
7. Penggolongan hukum berdasarkan wujudnya
a. Hukum objektif, adalah hukum yang mengatur tentang hubungan antar dua orang atau
lebih yang berlaku umum. Dalam artian, hukum di dalam suatu negara ini berlaku secara
umum dan tidak mengenai terhadap orang atau golongan tertentu saja.
b. Hukum subjektif, yakni hukum yang muncul dari hukum objektif dan berlaku terhadap
seorang atau lebih. Hukum subjektif ini juga sering disebut sebagai hak.
8. Penggolongan hukum berdasarkan isinya
a. Hukum publik, adalah hukum yang mengatur hubungan antara negara dengan individu
atau warga negaranya, yang menyangkut tentang kepentingan umum atau publik. Hukum
publik dapat dibagi lagi ke dalam :
 Hukum Pidana, yang mengatur terkait pelanggaran dan kejahatan, serta memuat
larangan dan sanksi.Hukum Tata Negara, yang mengatur terkait hubungan antara
negara dengan bagian -bagiannya.
 Hukum Tata Usaha Negara (administratif), yang mengatur tentang tugas dan
kewajiban para pejabat negara.
 Hukum Internasional, yang mengatur terkait hubungan antar negara, seperti hukum
perjanjian internasional, hukum perang internasional, dan sejenisnya.
b. Hukum privat (sipil), yakni hukum yang berguna untuk mengatur hubungan antara
individu satu dengan individu lainnya, termasuk negara sebagai pribadi. Hukum privat
dapat dibagi lagi dalam:
 Hukum Perdata, yakni hukum yang mengatur hubungan antar individu secara umum.
Contoh hukum perdata seperti hukum keluarga, hukum perjanjian hukum kekayaan,
hukum waris, , dan hukum perkawinan.
 Hukum Perniagaan (dagang), yakni hukum yang mengatur hubungan antar individu
di dalam kegiatan perdagangan. Contoh hukum dagang yakni hukum tentang jual
beli, hutang piutang, hukum untuk mendirikan perusahaan dagang dan sebagainya.

I. Sejarah Berdirinya Bangsa Indonesia Secara Singkat


Negara Nusantara kita ini merupakan sebuah negara kepulauan dengan kekayaan sumber daya alam
yang luar biasa banyaknya. Indonesia terletak di antara tanah besar Asia Tenggara dan Australia dan di
antara Samudera Hinida dan Samudra Pasifik. Selain itu, Indonesia memiliki 16.056 pulau bernama yang
diajukan ke Sejarah Berdirinya PBB pada tahun 2018 dan memiliki peringkat ke-5 dengan jumlah pulau
terbanyak di dunia. Pada tahun 2017, terhitung bahwa jumlah penduduk Indonesia telah mencapai 264
juta penduduk dengan peringkat ke-4 dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia berdasarkan 1 Juli
2018.

1. Era Pra Kolonial


Era sebelum datangnya para penjajah, Sejarah Berdirinya Bangsa Indonesia hanyalah
terdiri dari pulau dan tanah saja yang dikuasai oleh beberapa kerajaan dan kekaisaran yang
muncul. Nusantara kita yang luas ini masih kurang memiliki rasa persatuan sosial dan politik

35
dikarenakan adanya beberapa kondisi peperangan antara satu sama lain. Meskipun begitu, tidak
hanya peperangan saja tetapi terkadang mereka juga hidup berdampingan dan damai dengan satu
sama lain. Meskipun demikian, jaringan perdagangan pada masa itu telah berkembang di wilayah
ini sejak awal permulaan negara Asia. Sebuah kerajaan akan mendapatkan kekayaan dan
komoditas yang diperlukan untuk berkembang jika terhubung ke jaringan perdangan ini.
a. Kerajaan Hindu Budha
Sejarah Berdirinya Bangsa Indonesia bermula pada Era kerajaan di indonesia yang
bercorak Hindu Budha di Nusantara yang berkuasa di beberapa pulau. Kerajaan pertama yang
berdiri di Indonesia adalah Sejarah Kerajaan Kutai yang berasal dari Kalimantan Timur dengan
adanya penemuan prasasti Kutai yang merupakan prasasti tertua yang ditemukan. Kerajaan ini
sudah ada sejak sekitar tahun abad ke-4 Masehi dan dibangun oleh Kudungga. Prasasti yang
ditulis menggunakan bahasa Sansekerta dengan tulisan Palawa, tulisan yang dikembangkan di
India Selatan sekitar abad ke 3 Masehi. Setelah itu, Sejarah Kerajaan Tarumanegara pun berdiri
pada tahun 358 oleh Raja Jayasingmarwan. Abad ke 7, Sejarah Kerajaan Sriwijaya yang bercorak
Budha juga didirikan di Palembang oleh Raja Sri Jaya Naga. Selanjutnya, kerajaan yang didirikan
adalah Sejarah Kerajaan Mataram kuno dengan dua agama sekaligus dengan Raja Sanna sebagai
raja pertamanya.
Kerajaan berikutnya yang berdiri adalah Sejarah Kerajaan Kediri pada abad ke 12 di tepi
sungau Brantas, Jawa Timur dengan Raja Sri Jayawarsa Digjaya Shastraprabu. Kerajaan
Singasari didirika satu abad berikutnya dengan penuh kontroversi. Raja pertamanya adalah Ken
Arok yang dengan tipu muslihatnya mampu membangun Kerajaan Singasari. Dan kerajaan Hindu
Budah terakhir adalah Kerajaan Majapahit yang dibangun oleh Raja Raden Wijaya. Di kerajaan
inilah dimana Gajah Mada membuat Sumpah Palapa.
b. Kerajaan Islam
Penyebaran agama Islam sebenarnya sudah dimulai sejak abad ke 7 tetapi masih
termasuk minoritas karena pada saat itu, kekuasaan agama Hindu lebih besar. Penyebaran Islam
dilakukan melalui perdagangan luar Nusantara. Pedagang-pedagang ini menyebarkan Islam
kepada pedagang lainnya ataupun penduduk asli setempat dan ajaran tersebut disebarkan lagi ke
orang lain hingga banyak masyarakat memeluk agama Islam. Kerajaan Islam pun mulai dibangun
pada awal abad ke 13. Sejarah Kerajaan Islam di indonesia pertama yang dibangun adalah
Kerajaan Samudra Pasai di Sumatera Utara dengan pimpinan Sultan Malik Al Saleh. Dari
kerajaan ini, kepercayaan Islam pun mulai menyebar kea rah timur melalui perdagangan hingga
pada abad ke 14, beberapa kota Islam muncul di pesisir pantai utara Jawa.
Pada akhir abad ke-14 dan awal abad ke-15, pengaruh Majapahit mulai menurun karena
konflik suksesi dan meningkatkan kekuasaan Islam. Sebuah negara perdagangan baru, Malaka,
adalah salah satu dari kekuatan baru yang menjadi pelabuhan yang sangat sukses dengan fasilitas
menguntungkan dalam jaringan perdagangan yang luas membentang dari Cina dan Maluku
hingga ke ujung timu Afrika dan ujung barat Mediterania. Selain itu, kerajaan-kerajaan Islam
juga mulai berdiri, diantaranya adalah Kerajaan Aceh, Sejarah Kerajaan Demak, sejarah
berdirinya Kerajaan Banten, Kerajaan Mataram Islam, Kerajaan Cirebon, Kerajaan Makassar,
Kerajaan Ternate dan Tidore, dan Kerajaan Banjar.

2. Era Penjajahan Kolonial


Karena Indonesia telah dikenal dengan sumber daya alamnya yang melimpah yang bermula dari
Malaka, bangsa Eropa mulai mendengar cerita-ceritanya dan menggoda bangsa Portugis untuk berlayar

36
menuju Indonesia. Pada tahun 1511, Portugis menaklukkan Malaka dibawah pimpinan Alfonso de
Albuqurque. Simak juga masa kolonial Eropa di Indonesia.
Tidak hanya Portugis, Belanda juga mulai tertarik untuk memasuki jaringan perdagangan rempah-
rempah di Asia Tenggara. Tetapi pada akhirnya, perdagangan rempah-rempah ke Eropa malah merugikan
karena persaingan bangsa Eropa membuat harga rempah di Nusantara menjadi mahal dan harga jual di
Eropa menjadi murah. Maka dari itu, Belanda memuruskan untuk menggabungkan semua badan usaha
pesaing menjadi satu dengan nama Serikat Dagang Hindia Timur (Vereenigde Oost Indische Compagnie,
disingkat VOC).
Sejarah Berdirinya VOC dapat menyebarkan kekuasaannya dengan cepat di Nusantara dan mendapat
kendali untuk produksi cengkeh dan pala di Kepulauan Banda (Maluku) dengan melakukan aksi-aksi
pemaksaan ekstrim seperti pembataian massal. Sejarah VOC Belanda juga mulai menjadi peran sentral
dalam jaringan perdagangan Belanda dan menggunakan peran mereka untuk mulai mengadu dombakan
bangsa Nusantara. Kerajaan Mataram yang besar sempat terpecah belah di bawah kekuasaan Belanda.
Eksploitasi penjajah pun berlanjut hingga tahun 1619 dimana pendudukan Jawa oleh VOC dan itu
menjadi bagian terkelam sejarah Indonesia. Dimulai dari pendirian Batavia, dan setelahnya VOC menjadi
sangat berperan dalam politik pulau Jawa dan melakukan perang dengan Mataram dan Banten beberapa
kali. Pada tahun 1800, VOC mengalami kebangkrutan dan sempat dibubarkan dan Thomas Stamford
Raffles ditunjuk untuk ambil alih. Pada tahun 1830, Belanda menerapkan Cultuurstelsel dan membawa
Belanda dan Indonesia menuju kemakmuran tetapi dihapus pada tahun 1870. Setelah itu, Belanda mulai
menerapkan Politik Etis, dimana Belanda memberikan inverstasi bagi Pendidikan orang pribumi, pada
tahun 1901 sebagai upaya lainnya untuk merayu masyarakat Indonesia yang masih kurang berpendidikan.

3. Gerakan Perlawanan Menuju Kemerdekaan


Gerakan Nasionalis pertama yang dilakukan adalah pembetukan Serikat Dagang Islam pada tahun
1905, seperti sejarah berdirinya Hizbut Tahrir, dan diikuti dengan gerakan berikutnya oleh Budi Utomo
pada tahun 1908 seperti sejarah perang Banjar. Hingga pada tahun 1940, pada awal Perang Dunia II,
Belanda ditaklukan oleh Nazi Jerman maka Belanda sempat mengumumkan keadaan siaga dan
mengalihkan ekspor dari Jepang ke AS dan Britania. Negosiasi gagal dan Jepang mulai menaklukan Asia
Tenggara pada Desember 1941. Pada bulan yang sama, faksi nasionalis Sumatra menerima bantuan
Jepang untuk mengadakan revolusi. Pada akhirnya, pasukan Belanda kalah dengan Jepang pada Maret
1942.
Jepang mulai meguasai Jepang sejak tahun 1942, dimana Soekarno menerima tawaran Jepang untuk
mengadakan kampanye public dan membentuk pemerintahan. Meskipun diberi bantuan, pengalaman
penguasaan Jepang sangat bervariasi, tergantung dari status sosial dan area tempat tinggal. Bagi yang
tinggal di area yang dianggap penting dalam perang, masyarakat mengalami siksaan, penahanan
sembarangan, hingga hukuman mati. Selain itu, masyarakat Belanda dan campuran Indonesia-Belanda
juga menjadi sasaran penguasa Jepang.
Pada Maret 1945, Jepang membentuk BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia) dan BPUPKI melakukan pertemuan-pertemuan untuk membicarakan mengenai persiapan
kemerdekaan Indonesia. Simak juga sejarah berdirinya BPUPKI. Pada 9 Agustus 1945, Soekarno, Hatta,
dan Radjiman diterbangkan ke Vietnam untuk bertemu Marsekal Terauchi yang mengabarkan bahwa
pasukan Jepang sedang dalam proses menuju kehancuran. Meskipun begitu, Jepang ingin Indonesia
merdeka pada 25 Agustus 1945.

37
Mendengar kabar tersebut pada tanggal 16 Agustus, Soekarno akhirnya membacakan Proklamasi
pada hari berikutnya tanggal 17 Agustus 1945. Simak juga makna proklamasi kemerdekaan indonesia.
Kabar proklamasi menyebar melalui radio dan selebaran sementara pasukan militer Indonesia. PETA
(Pasukan Pembela Tanah Air), para pemuda, dan lainnya langsung mempertahankan kediaman Soekarno
di hari itu.
PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) melantik Soekarno sebagai presiden pada tanggal
18 Agustus 1945 dan Mohammad Hatta sebagai wakil presiden dengan menggunakan konstitusi yang
telah dirancang. Kemudia, parlemen sementara dibentuk berupa KNIP (Komite Nasional Indonesia Pusat)
hingga pemilu dapat dilaksanakan. Pada tanggal 31 Agustus, pemerintahan baru dideklarasikan dan
menghendaki Republik Indonesia terdiri dari 8 provinsi:
a. Sumatra
b. Kalimantan (tidak termasuk wilayah Sabah, Sarawak dan Brunei)
c. Jawa Barat
d. Jawa Tengah
e. Jawa Timur
f. Sulawesi
g. Maluku (termasuk Papua)
h. Nusa Tenggara
Jadi itulah Sejarah Berdirinya Bangsa Indonesia. Sejak saat itu, Indonesia telah merdeka dan terus
berkembang negaranya hingga sekarang menjadi tanah air bangsa dan negara.

J. Membangun Karakter Bangsa Berlandaskan PANCASILA


Pembangunan karakter bangsa yang sudah diupayakan dengan berbagai
bentuk, hingga saat ini belum terlaksana dengan optimal. Hal ini tercermin dari
kesenjangan sosial-ekonomi-politik yang masih besar, kerusakan lingkungan
yang terjadi di berbagai pelosok negeri dan masih terjadinyaketidakadilan hukum, pergaulan bebas dan
pornografi yang terjadi di kalanganremaja, kekerasan dan kerusuhan, korupsi yang akhirnya merambah
pada semuasektor kehidupan masyarakat. Bisa kita lihat pada saat ini banyak dijumpai tindakan
anarkis,konflik sosial, penuturan bahasa yang buruk dan tidak santun, sertaketidaktaataan berlalu lintas.
Masyarakat Indonesia yang terbiasa santundalam berperilaku, melaksanakan musyawarah mufakat dalam
menyelesaikanmasalah, mempunyai kearifan lokal yang kaya dengan pluralitas, sertabersikap toleran dan
gotong royong mulai cenderung berubah menjadisaling mengalahkan dan berperilaku tidakjujur. Semua
itu terjadi disebabkan oleh ketidakpastian jati diri dankarakter bangsa yang bermuara pada disorientasi
dan belum dihayatinyanilai-nilai Pancasila sebagai filosofi dan ideologi bangsa, keterbatasanperangkat
kebijakan terpadu dalam mewujudkan nilai-nilai esensi Pancasila,bergesernya nilai etika dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara, memudarnya kesadaran terhadap nilai-nilai budaya bangsa dan
ancamandisintegrasi bangsa, serta melemahnya kemandirian bangsa.Memperhatikan situasi dan kondisi
karakter bangsa yang memprihatinkantersebut, pemerintah mengambil inisiatif untuk memprioritaskan
pembangunankarakter bangsa. Pembangunan karakter bangsa seharusnya menjadi arusutama
pembangunan nasional. Artinya, setiap upaya pembangunan harusselalu dipikirkan keterkaitan dan
dampaknya terhadap pengembangan karakter. Hal itu tercermin dari misi pembangunan nasional yang
memposisikan pendidikan karakter sebagai misi pertama dari delapan misi guna mewujudkanvisi
pembangunan nasional, sebagaimana tercantum dalam RencanaPembangunan Jangka Panjang Nasional
Tahun 2005 – 2025 (Undang-UndangRepublik Indonesia Nomor 17 Tahun 2007), yaitu terwujudnya
karakter bangsayang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, dan bermoral berdasarkanPancasila, yang

38
dicirikan dengan watak dan perilaku manusia dan masyarakat Indonesia yang beragam, beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang MahaEsa, berbudi luhur, bertoleran, bergotongroyong, berjiwa patriotik,
berkembangdinamis, dan berorientasikan kepada IPTEK. Karakter merupakan hal sangat esensial dalam
berbangsa dan bernegara, hilangnya karakter akan menyebabkan hilangnya generasi penerus bangsa maka
dapat dikatakan bahwa karakter berperan sebagai “kemudi” dan kekuatan sehingga bangsa ini
tidakterombang-ambing. Karakter tidak datang dengan sendirinya, tetapi harusdibangun dan dibentuk
untuk menjadi bangsa yang bermartabat. Selanjutnya,pembangunan karakter bangsa akan mengerucut
pada tiga tataran besar, yaitu menumbuhkan dan memperkuat jati diri bangsa, menjaga keutuhan Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), membentuk manusia dan masyarakat Indonesia yang berakhlak
mulia danbangsa yang bermartabat.Dalam rangka meningkatkan pembangunan karakter yang berhasil
guna,diperlukan upaya-upaya nyata antara lain penyusunan desain pembangunankarakter secara nasional,
penyusunan rencana aksi nasional secara terpadu,pencanangan pembangunan karakter bangsa oleh
Presiden RepublikIndonesia sebagai tonggak dimulainya revitalisasi pembangunan karakterbangsa, serta
implementasi pembangunan karakter oleh semua komponenbangsa dan aktualisasi nilai-nilai karakter
secara nyata dalam kehidupanberbangsa dan bernegara.
Ada tiga fungsi pembangunan karakter bangsa :
1. Fungsi Pembentukan dan Pengembangan Potensi Pembangunan karakter bangsa yaitu
membentuk dan mengembangkan potensi manusia atau warga negara Indonesia agar berpikiran
baik, berhati baik, dan berperilaku baik sesuai denganfalsafah hidup Pancasila.
2. Fungsi Perbaikan dan PenguatanPembangunan karakter bangsa yaitu memperbaiki dan
memperkuat peran keluarga, satuan pendidikan, masyarakat, danpemerintah untuk ikut
berpartisipasi dan bertanggung jawab dalampengembangan potensi warga negara dan
pembangunan bangsamenuju bangsa yang maju, mandiri, dan sejahtera.
3. Fungsi PenyaringPembangunan karakter bangsa yaitu memilah budaya bangsa sendiri dan
menyaring budaya bangsa lain yang tidak sesuai dengannilai-nilai budaya dan karakter bangsa
yang bermartabat.
Ketiga fungsi tersebut dilakukan melalui Pengukuhan Pancasila sebagai falsafah dan ideologi negara,
Pengukuhan nilai dan normakonstitusional Undang Undang Dasar Negara Republik Indoensia1945,
Penguatan komitmen kebangsaan NegaraKesatuan Republik Indonesia (NKRI), Penguatan nilai-nilai
keberagaman sesuai dengan konsepsi Bhinneka Tunggal Ika, sertaPenguatan keunggulan dan daya saing
bangsa untuk keberlanjutankehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara Indonesia dalamkonteks
global.
Adapun tujuan pembangunan karakter bangsa adalah untuk membina danmengembangkan karakter
warga negara sehingga mampu mewujudkanmasyarakat yang ber-Ketuhanan Yang Maha Esa,
berkemanusiaan yangadil dan beradab, berjiwa persatuan Indonesia, berjiwakerakyatan yangdipimpin
oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan,serta berkeadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia.
Ruang lingkup sasaran pembangunan karakter bangsa yaitu:
1. Lingkup Keluarga
Keluarga merupakan wahana pembelajaran dan pembiasaan karakter yang dilakukan oleh
orang tua dan orang dewasa lain dalam keluarga terhadapanak sebagai anggota keluarga sehingga
diharapkan dapat terwujudkeluarga berkarakter mulia yang tercermin dalam perilaku
keseharian.Proses itu dapat dilakukan melalui komunitas keluarga dan partisipasikeluarga dalam
pengelolaan pendidikan dan pemberdayaan masyarakat.Keluarga merupakan lingkungan yang

39
pertama dan utama di mana orangtua bertindak sebagai pemeran utama dan panutan bagi anak.
Proses itudapat dilakukan dalam bentuk pendidikan, pengasuhan, pembiasaan, danketeladanan.
Pendidikan karakter dalam lingkup keluarga dapat jugadilakukan kepada komunitas calon orang
tua dengan penyertaanpengetahuan dan keterampilan, khususnya dalam pengasuhan
danpembimbingan anak.

2. Lingkup Satuan Pendidikan


Satuan pendidikan merupakan wahana pembinaan dan pengembangan karakter yang
dilakukan dengan menggunakan pendekatan terintegrasi dalam semua mata pelajaran,
pengembangan budaya satuan pendidikan, dan pelaksanaan kegiatankokurikuler/ekstrakurikuler,
sertapembiasaan perilaku dalam kehidupan di lingkungan satuan pendidikan.Pembangunan
karakter melalui satuan pendidikan dilakukan mulai daripendidikan usia dini sampai pendidikan
tinggi.
Salah satu kunci keberhasilan program pengembangan karakter pada satuan pendidikan
adalah keteladanan dari para pendidik dan tenagakependidikan. Keteladanan bukan sekadar
sebagai contoh bagi pesertadidik, melainkan juga sebagai penguat moral bagi peserta didik
dalambersikap dan berperilaku. Oleh karena itu, penerapan keteladanan di lingkungan satuan
pendidikan menjadi prasyarat dalam pengembangankarakter peserta didik
3. Lingkup Pemerintahan
Pemerintahan merupakan wahana pembangunan karakter bangsa melaluiketeladanan
penyelenggara negara, elite pemerintah, dan elite politik. Unsur pemerintahan merupakan
komponen yang sangat penting dalamproses pembentukan karakter bangsa karena aparatur negara
sebagaipenyelenggara pemerintahan merupakan pengambil dan pelaksana kebijakan yang ikut
menentukan berhasilnya pembangunan karakter padatataran informal, formal, dan nonformal.
Pemerintahlah yang mengeluarkanberbagai kebijakan dalam pelaksanaan pembangunan.
Berdasarkan beberapa uraian di atas, maka penulis dapat memberikan kesimpulan bahwa
Pembangunan Karakter Bangsa adalah upaya kolektif-sistemik suatu negara kebangsaan untuk
mewujudkan kehidupan berbangsa yang sesuai dengan dasar dan ideologi negara, konstitusi,
haluannegara, serta potensi kolektif dalam konteks kehidupan nasional, regional, dan global yang
berkeadaban untuk membentuk bangsa yangtangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral,
bertoleran, bergotongroyong, patriotik, dinamis, berbudaya, dan berorientasi IPTEK
berdasarkanPancasila dan dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Pembangunan karakter bangsa dilakukan secara koheren melalui proses sosialisasi, pendidikan
dan pembelajaran, pemberdayaan, pembudayaan,dan kerja sama seluruh komponen bangsa dan
negara

40

Anda mungkin juga menyukai