Anda di halaman 1dari 20

PENCEMARAN UDARA DISEBABKAN ADANYA PERTAMBANGAN MINYAK DAN

PENEBANGAN HUTAN

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk melengkapi tugas Mata


Kuliah Dasar Dasar Penyakit Berbasis Ligkungan

Disusun Oleh :
KELOMPOK I

1. Azizah Hasyim (1813201004)


2. Fira Pebriyani (1813201007)
3. Mailita Aulia (1813201012)
4. Radinka Enfys (1813201016)
5. Rere Monica Deseria (1813201018)
6. Robiatul Addawiyah (1813251010)

INSTITUT KESEHATAN INDONESIA


JAKARTA 2019

1
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, yang senantiasa melimpahkan rahmat serta karunia-nya kepada
penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah Penyakit Berbasis
Lingkungan. Dengan adanya pembuatan makalah ini kami diharapkan mampu menangani,
memahami dan menyelesaikan masalah kesehatan yang terjadi.
Terima kasih tak lupa Penyusun sampaikan kepada PJ Mata Kuliah Penyakit Berbasis
Lingkungan Ibu Okky Assetya Pratiwi, SKM., MKM., dan tim dosen Mata Kuliah PBL lainnya.
Kami menyadari dalam penulisan makalah ini terdapat banyak kekurangan. Kami mengharapkan
kritik dan saran dari pembaca.
Harapan kami semoga makalah kami dapat bermanfaat bagi pembaca dan bagi penelitian berikutnya.

Jakarta, 7 Mei 2019

Tim Penyusun

2
DAFTAR ISI

HALAMAN DEPAN 1
KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3

BAB I PENDAHULUAN 4

1.1 Latar Belakang 4


1.2 Rumusan Masalah 4
1.3 Tujuan 5
1.4 Kasus 5

BAB II PEMBAHASAN 6
2.1 Model dinamika kinetika media+agents penyakit disertai simpul 6
2.2 Variabel yang berperan dalam dinamika kinetika media+agents 8
2.3 Sifat dan karakteristik agents penyakit dalam media perjalannya serta contoh
bahan bahan kimia 10
2.4 Pengertian Population at risk (spasial), genetika, dan karakteristik dinamika
kinetika agents+media 13
2.5 Pengertian behavioural exposure-perilaku pemajanan 15

BAB III PENUTUP 19


3.1 Kesimpulan 19

DAFTAR PUSTAKA 20

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Permasalahan lingkungan merupakan hal yang sangat penting untuk segera diselesaikan
karena menyangkut kesehatan, keselamatan, dan kehidupan manusia. Udara sebagai komponen
lingkungan yang penting dalam kehidupan perlu dipelihara dan ditingkatkan kualitasnya
sehingga dapat memberikan daya dukungan bagi makhluk hidup untuk hidup secara optimal,
namun saat ini kualitas udara sangat memprihatinkan akibat pencemaran udara.
Pencemaran udara saat ini semakin menampakkan kondisi yang sangat memprihatinkan.
Sumber pencemaran udara dapat berasal dari berbagai kegiatan antara lain industri, transportasi,
dan perumahan. Berbagai kegiatan tersebut merupakan kontribusi terbesar dari pencemaran
udara yang dibuang ke udara bebas. Sumber pencemaran udara juga dapat disebabkan oleh
berbagai kegiatan alam, seperti kebakaran hutan, gunung meletus, gas alam beracun, dll. Dampak
dari pencemaran udara tersebut akan menyebabkan penurunan kualitas udara yang berdampak
terhadap kesehatan manusia.
Pencemaran udara yang ada berasal dari asap kendaraan bermotor, asap pabrik atau partikel-
pertikel lainnya berupa debu (partikulat), sulfur dioksida (SO2), Oksida nitrogen (NO2), Carbon
dioksida (CO), dan Hidrokarbon (HC).

1.2 Rumusan Masalah


1. Gambarkan model dinamika kinetika media+agents penyakit. Sebutkan parameter simpul 1,
parameter simpul 2, parameter simpul 3, dan para meter simpul 4?
2. Jelaskan variabel yang berperan dalam dinamika kinetika media+agents seperti ukuran
partikel, teori hidrolisis bahan toksik, proses terjadinya pencemar sekunder, arah dan
kecepatan angin, ketinggian, teori spasial lainnya!
3. Jelaskan sifat dan karakteristik agents penyakit dalam media perjalannya (kinetika)
sebelum kontak dengan population at risk. Berikan contoh contoh bahan kimia yang
berubah menjadi lebih toksik seperti SO2?
4. Jelaskan pengertian Population at risk (spasial), genetika, dan karakteristik dinamika
kinetika agents+media, dalam konteks pencemaran udara!
5. Jelaskan pengertian behavioural exposure-perilaku pemajanan (seperti hobbi, lokasi,
pekerjaan, pemukiman). Biotransformasi dan kinetika bahan kimia toksik dalam tubuh!

4
1.3 Tujuan
1. Dapat menggambarkan model dinamika kinetika media+agents penyakit, serta menyebutkan
parameter simpul 1, parameter simpul 2, parameter simpul 3, dan parameter simpul 4.
2. Dapat menjelaskan serta menyebutan variabel yang berperan dalam dinamika kinetika
media+agents seperti ukuran partikel, teori hidrolisis bahan toksik, proses terjadinya
pencemar sekunder, arah dan kecepatan angin, ketinggian, dan teori spasial lainnya
3. Dapat menjelaskan sifat dan karakteristik agents penyakit dalam media perjalannya sebelum
kontak dengan population at risk serta memberikan contoh contoh bahan kimia
4. Dapat menjelaskan pengertian Population at risk (spasial), genetika, dan karakteristik
dinamika kinetika agents+media, dalam konteks pencemaran udara
5. Dapat menjelaskan pengertian behavioural exposure-perilaku pemajanan. Biotransformasi
dan kinetika bahan kimia toksik dalam tubuh
6. Memahami Genetic Environmental Health dalam kerangka hubungan interaktif antara media
transmisi dengan Population at risk

1.4 Kasus
.
Kota Riau Baru merupakan kota yang berkembang dengan pesat. Hal ini mudah dipahami
karena sejak diketemukannya tambang minyak yang disedot Perusahaan Asing sangat menarik
bagi pendatang. Sepertinya kota yang tumbuh dengan pesat ini dkleola secara tidak terencana
dengan baik. Ada Master Plan RTRW namun kurang diikuti oleh
pelaksana maupun warga sebagai dampaknya kemacetan dimana mana. Kota ini juga dikelilingi
oleh hutan yang setiap tahun disulap jadi kebuh kelapa sawit, dan pemukiman baru. Sebelum
alih fungsi perlu land clearing dengan cara dibakar, dan memang itu legal dibolehkan karena
alas an hal tersebut merupakan kearifan local yang terjadi secara turun temurun. Sebagai
dampaknya terjadi pencemaran udara yang pada akhirnya menimbulkan berbagai penyakit
akibat pencemaran udara.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Gambarkan model dinamika kinetika media+agents penyakit. Sebutkan parameter simpul 1,
parameter simpul 2, parameter simpul 3, dan para meter simpul 4?
Dinamika Transmisi Penyakit
Dinamika perpindahan agen penyakit dari suatu tempat ke tempat lainnya pada umumnya
diperantarai oleh media-media seperti udara, tanah/pangan, serangga, air, ataupun manusia melalui
kontak langsung dengan agen. Berikut adalah skematik patogenesis penyakit yang dapat
menjelaskan dinamika transmisi penyakit berdasarkan teori simpul yang dikemukakan oleh Achmadi
(2008).

Penduduk
Sumber Penyakit Sehat/ Sakit
Komponen  Perilaku dan kebiasaan
 Pertambangan Lingkungan (Pembakaran hutan secara
Minyak liar, dan penambangan asthma, bronkhitis,
 Pembakaran Udara minyak secara ilegal) pneumonia, PPOK,
Hutan  Biomarker ( pengukuran penyakit kardiovaskuler,
kadar Carboxy hemoglobin serta gangguan-gangguan
(CO-Hb) dalam plasma pada organ liver dan ginjal
Media Transmisi darah)
 melakukan aktivitas di luar
rumah/ruangan

Variabel yang berpengaruh

Kebijakan dalam mengatasi pencemaran udara

Diagram Skematik Patogenesis Penyakit

6
a. Simpul 1: Sumber penyakit
Sumber penyakit adalah titik mengeluarkan atau mengemisikan agen penyakit. Agen
penyakit dibagi menjadi 3 jenis, antara lain 1) agen mikroorganisme/mikroba seperti virus,
bakteri, parasit, dan fungi; 2) agen fisik seperti radiasi, kebisingan, dan kekuatan cahaya; 3)
agen bahan kimia beracun seperti pestisida, merkuri, kadmium, CO, dan lain sebagainya.
Selain itu, sumber penyakit ini dikelompokkan menjadi 2 kelompok besar yaitu sumber
penyakit alamiah misalnya gas dan debu beracun akibat letusan gunung berapi dan sumber
penyakit hasil kegiatan manusia seperti hasil industri, rumah tangga, kendaraan bermotor,
atau penderita penyakit menular. Parameter pada simpul 1 yaitu pengukuran pada sumber
penyakitnya atau lazim dikenal sebagai pengukuran emisi.
b. Simpul 2: Media transmisi penyakit
Terdapat 5 komponen lingkungan yang bisa menjadi media transmisi pnyakit yang memindah
agen penyakit, yaitu:
1) Udara
2) Air
3) Tanah/pangan
4) Binatang/serangga
5) Manusia (kontak langsung)
Parameter pada simpul 2 yaitu pengukuran berbagai komponen penyebab sakit pada ambient
(sebelum kontak dengan manusia), seperti pengukuran kualitas udara, air, makanan, dan
sebagainya.
c. Simpul 3: Perilaku pemajanan (behavioural exposure)
Perilaku pemajanan (behavioural exposure) merupakan hubungan interaktif atau kontak
antara komponen lingkungan yang mengandung potensi bahaya penyakit dengan
manusia/penduduk (population at risk) dimana jumlah kontak tersebut dapat dipengaruhi oleh
perilaku manusia itu sendiri. Parameter pada simpul 3 antara lain behavioural exposure
assesment baik dengan metode non-invasif maupun dengan metode invasif.
d. Simpul 4: Kejadian penyakit
Kejadian penyakit merupakan outcome hubungan interaktif antara lingkungan yang memiliki
potensi bahaya penyakit dengan manusia/penduduk, seperti gangguan kesehatan/sakit.
Parameter pada simpul 4 adalah adanya kejadian penyakit, misalnya prevalensi berbagai
penyakit.

7
Berdasarkan kasus ini dimana terjadi pencemaran udara di Kota Riau Baru yang
menimbulkan berbagai penyakit akibat dari pembakaran hutan, industri, rumah tangga, dan
banyaknya kendaran bermotor. Mengacu pada teori simpul, sumber penyakit atau agen
penyakit (simpul 1) pada kasus tersebut adalah karbon monoksida (CO), karbon dioksida
(CO2), nitrogen oksida (NO dan NO2), hidrokarbon, belerang oksida (SO2), timah hitam
(Pb), dan debu yang berasal dari penebangan hutan dan pertambangan minyak. Udara
berperan sebagai media transmisi penyakit (simpul 2) pada kasus tersebut. Masyarakat Kota
Riau Baru yang melakukan aktivitas di luar rumah/ruangan, serta kebiasaan yang dilakukan
seperti adanya pertambangan minyak ilegal dan penebangan hutan seara liar merupakan
population at risk (simpul 3) dari pencemaran udara yang terjadi. Pencemaran udara ini
menimbulkan beberapa penyakit dari yang bersifat lokal hingga sistemik, seperti asthma,
bronkhitis, pneumonia, PPOK, penyakit kardiovaskuler, serta gangguan-gangguan pada
organ liver dan ginjal (simpul 4). Dinamika transmisi penyakit bermula pada emisi hasil
kendaraan bermotor dan pembakaran hutan berada di udara, kemudian masyarakat yang
beraktivitas di luar rumah/ruangan menghirup partikel dan zat-zat tersebut, hingga
menimbulkan sakit di masyarakat.

2.2 Jelaskan variabel yang berperan dalam dinamika kinetika media+agents seperti
ukuran partikel, teori hidrolisis bahan toksik, proses terjadinya pencemar sekunder,
arah dan kecepatan angin, ketinggian, teori spasial lainnya!

Variabel yang berperan dalam dinamika media dan agen penyakit


Sebelum kontak dengan manusia, agen-agen penyakit mengalami beberapa proses
dalam dinamikanya menuju kelompok masyarakat. Dalam kasus pencemaran udara ada
beberapa variabel penentu dinamika pencemaran udara, antara lain:
a) Arah dan kecepatan angin. Zat-zat dan partikel pencemar udara dibawa dan
ditentukan arahnya oleh angin, terutama gas dan partikel berukuran kecil. Kecepatan
angin dapat memengaruhi konsentrasi bahan pencemar udara tersebut, semakin cepat
angin bertiup maka semakin terurai sehingga konsentrasinya menurun. Perubahan
bahan-bahan pencemar udara di lingkungan menjadi tidak beracun/toksik disebut
sink. Karbon monoksida merupakan zat pencemar udara yang paling sulit
terdegradasi.
b) Kelembapan. SO2 dalam pencemaran udara dapat bereaksi menjadi ikatan sulfit dan
sulfat yang bersifat korosif dalam kondisi kelembapan udara yang tinggi
8
c) Suhu. Reaksi suatu zat/bahan kimia dapat dipengaruhi oleh suhu, seperti suhu yang
meningkat dapat meningkatkan kecepatan reaksi suatu bahan kimia, atau suhu yang
menurun menyebabkan kelembapan relatif tinggi sehingga meningkatkan efek
korosif.
d) Sinar matahari. Sinar matahari dapat memengaruhi oksidan terutama O3 di atmosfer
yang menyebabkan kerusakan pada bahan dan alat bangunan atau bahan-bahan yang
terbuat dari karet.
e) Ukuran Partikel. Partikel kimia mempunyai ukuran yang berbeda-beda. Partikel
dengan ukuran lebih dari 10 μm mengiritasi hidung, mata, tenggorokan, sedangkan
pertikel yang ukurannya kurang dari 10 μm biasanya terhirup masuk ke paru-paru.
f) Teori hidrolisis bahan toksik. Hidrolisis bahan toksik yaitu terjadinya reaksi
berbagai bahan berbahaaya yang ada dia alam yang menyebabkan fenomena
merugikan seperti hujan asam, dan lain sebagainya
g) Proses terjadinya pencemaran skunder. Pencemaran skunder terjadi ketika unsur
polutan merupakan hasil dari reaksi unsur pencemar udara primer dengan unsur di
atmosfer. Contoh polusi sekunder adalah ozone (O3), hujan asam. Ozon terbentuk
dari reaksi kimia antara nitrogen oksida dengan Volatile Organic Compounds (VOC)
di bawah sinar matahari. Hujan asam terjadi ketika sulfud dioksida (SO2) dan
nitrogen dioksida (NO2) bereaksi dengan air, oksigen dan berbagai pertikel asam di
atmosfer. Campuran dari zat-zat tersebut tertiup angina di suatu tempat dan turun ke
tanah sebagai hujan asam. Hujan asam dapat merusak ekosistem dan bangunan.
h) Ketinggian. Ketinggian secara tidak langsung mempengaruhi paparan agen toksik
terhadap host. Ketinggian dalam kaitannya dengan topografi menjadi faktor penting
pergerakan arah angin. Di dataran tinggi pada siang hari, tekanan udaranya rendah,
dan tekanan di dataran rendah tinggi, hal ini mneyebabkan angin bergerak ke daerah
dataran tinggi. Dari fenomena ini, dapat diperkirakan sebaran host yang terdampak
berdasarkan lokasi dan waktu tersebarnya kabut asap dari kebakaran hutan.
i) Teori Spasial lainnya (Letak Geografis). Letak geografis berpengaruh pada jenis
iklim suatu tempat. Terjadinya kebakaran di Iklim kering berbeda dengan tropis,
maupun iklim basah. Di daerah dengan iklim kering, cuaca panas bahkan bisa menjadi
faktor utama dari kebakaran hutan.

9
2.3 Jelaskan sifat dan karakteristik agents penyakit dalam media perjalannya (kinetika)
sebelum kontak dengan population at risk. Berikan contoh contoh bahan kimia yang
berubah menjadi lebih toksik seperti SO2!
Agen Penyakit
1. Pengertian Agen Penyakit
Agen atau faktor penyebab adalah suatu unsur, organisme hidup atau kuman
infeksi yang dapat menyebabkan terjadinya penyakit atau masalah kesehatan lainnya.
(Muliani, dkk., 2010).
Agen penyakit dapat berupa benda hidup atau mati dan faktor mekanis,
namun kadang-kadang untuk penyakit tertentu, penyebabnya tidak diketahui seperti
pada penyakit ulkus peptikum, penyakit jantung coroner dan lain. (Chandra, 2006).
2. Klasifikasi Agen Penyakit
Agen penyakit dapat diklasifikasikan menjadi 5 kelompok :
a) Agen biologis, antara lain virus, bakteri, protozoa, jamur dan , parasit
b) Agen kimiawi, dari luar tubuh (zat racun, obat, senyawa kimia) dan dari dalam
tubuh (ureum, kolesterol)
c) Agen Fisika, panas (luka bakar), radiasi, dingin, kelembaban, tekanan, cahaya,
kebisingan
d) Agen Mekanis, gesekan, benturan, irisan, tikaman, pukulan yang
menimbulkan kerusakan jaringan pada tubuh host
e) Agen Nutrisi, kekurangan atau kelebihan nutrisi seperti : Protein, lemak,
karbohidrat,vitamin, mineral, dan air.
3. Karakteristik Agen Penyakit
Karakteristik agen penyakit yang menyebabkan dapat terjadinya penyakit, antara lain:
a) Infektivitas. Kemampuan dari organisme untuk beradaptasi sendiri terhadap
lingkungan dari pejamu untuk mampu tinggal dan berkembang biak dalam
jaringan pejamu
b) Invasitas. Kemampuan organisme bibit penyakit untuk melakukan penetrasi
dan menyebar setelah memasuki jaringan
c) Patogenesitas. Kemampuan penyakit / organisme untuk menimbulkan suatu
reaksi klinik khusus yang patologis setelah terjadinya infeksi pada pejamu
yang diserang

10
d) Toksisitas. Kemampuan bibit penyakit untuk memproduksi reaksi kimia yang
toksis dari substansi kimia yang dibuatnya
e) Virulensi. Ukuran derajat kerusakan yang ditimbulkan oleh bibit penyakit.
f) Antigenisitas. Kemampuan organisme bibit penyakit untuk merangsang reaksi
imunologis dari pejamu. (Kasjono, dkk., 2008)
Komponen lingkungan (yang merupakan wahana penyakit) yang mengandung
potensi dampak dibagi dalam kelompok:
A. Kelompok Mikroba
Virus, spora, bakteri, parasit, jamur, masing-masing perlu lebih
dideskripsikan lagi, bagaimana mengukur jumlah kontak atau perkiraan
dosisnya, misalnya hitung koloni kuman termasuk salah satu metode untuk
memperkirakan exposure terhadap kuman.
B. Kelompok Bahan Kimia
Klasifikasi bahan kimia amat luas, misalnya jenis pestisida bisa mencapai
ratusan, limbah industri, asap rokok, jenis logam berat, jenis bahan kimia
ikutan sehingga diperkirakan ratusan ribu jenis bahan kimia beredar di
lapangan dan masing-masing memiliki potensi bahaya kesehatan
lingkungan.
C. Kelompok Fisik
Radiasi, elektromagnetik, kebisingan, getaran, suhu, ultraviolet, cuaca,
radiasi, dan sebagainya.
Zat-zat Pencemar Udara, Sumbernya, dan Dampaknya pada Kesehatan

Pengaruh konsentrasi SO2 terhadap kesehatan

11
1. Sulfur dioksida (SO2)
 Sumber : pembakaran dari kegiatan rumah tangga/ domestik, pembangkit
tenaga listrik, kilang minyak, pabrik baja/ logam.
 Dampak : menimbulkan efek iritasi pada saluran nafas, sehingga
menimbulkan gejala batuk, sesak nafas (meningkatkan kasus asma)
2. Partikel debu melayang di udara (TSP, PM 10, PM 2,5)
 Sumber : pembakaran domestik, emisi kendaraan bermotor, pabrik gas,
pembangkit tenaga listrik, kilang minyak, pabrik semen, tempat
pembakaran sampah, pabrik keramik, pabrik pelebur logam.
 Dampak : masuk ke dalam sistem pernafasan atas sampai ke bagian paru-
paru terdalam (alveoli: tempat pertukaran gas di paru2 dan darah).
Sehingga : menimbulkan infeksi saluran pernafasan atas, jantung,
bronchitis, asma.
3. Hidrokarbon (HC)
 Sumber : emisi kendaraan bermotor, kilang minyak.
 Dampak : menimbulkan iritasi pada membrane mukosa dan bila terhisap
oleh paru- paru akan menimbulkan luka di bagian dalam dan timbul
infeksi.
4. Nitrogen oksida (NOx)
 Sumber : emisi kendaraan bermotor, pabrik pengolahan asam nitrat, pabrik
baja/ logam, pabrik pupuk.
 Dampak : keracunan gas NOx menyebabkan susah bernafas dan dapat
menyebabkan kematian
5. Karbon monoksida (CO)
 Sumber : emisi kendaraan bermotor.
 Dampak : CO yang ikut dalam aliran darah akan membentuk
karboksihaemoglobin (COHb). COHb merupakan senyawa yang stabil
sehingga fungsi darah sebagai pengangkut oksigen terganggu. Keracunan
gas CO ditandai dengan pusing/ bingung, sakit kepala, dan mual. Keadaan
lebih berat berupa menurunnya kemampuan gerak tubuh, gangguan
kardiovaskular, serangan jantung, sampai pada kematian.

12
Hubungan antara konsentrasi CO, lama terpapar, dan efek yang timbul

6. Karbon dioksida (CO2)


 Sumber : sisa-sisa pembakaran domestik dan industri, emisi kendaraan
bermotor.
7. Amoniak (NH3)
 Sumber : Pabrik pembuatan amoniak dan pengubahan amoniak (pabrik
pupuk)
8. Klorine dan Hidrogen Klorida
 Sumber : pabrik clorine, pabrik alumunium, pengolahan kembali logam
9. Hidrogen sulfide (H2S)
 Sumber : Pembangkit tenaga listrik, pengenceran logam, vulkanisir/
tambal ban dan kegiatan pembakaran batu bara
10. Timah Hitam (Pb)
 Sumber : emisi kendaraan bermotor b. dampak : mengganggu peredaran
darah, sistem saraf, ginjal, dan sistem reproduksi. Pengaruh Pb di daerah
dalam dapat menimbulkan anemia. Bagi ibu yang sedang hamil Pb dapat
menghambat pertumbuhan janin, Sedangkan bagi anak-anak dapat
menurunkan tingkat kecerdasan (IQ)
2.4 Jelaskan pengertian Population at risk (spasial), genetika, dan karakteristik dinamika
kinetika agents+media, dalam konteks pencemaran udara!
Population at risk adalah kelompok yang terkena risiko/kelompok yang mendapatkan
ancaman penyakit lebih tinggi untuk terjadinya penyakit. Telah disebutkan bahwa pada
dasarnya pengukuran dan pemantauan dampak pada manusia adalah community based. Oleh
karena dalam penentuan population at risk, harus mengikuti sebaran potensi dampak (yakni
komponen lingkungan yang mengandung agents penyakit/potensi dampak). Sebagai contoh
adalah risiko yang bergantung pada aliran dan penyebaran air ataupun udara. Sebuah
pembangkit tenaga listrik yang diperkirakan mengeluarkan polusi udara, akan mengalir
kearah satu daerah. Penduduk di sekitar arah angin merupakan population at risk. Dari

13
populasi yang telah kita definisikan kemudian kita ambil sampel menurut prosedur baku yang
telah ada, yakni teknik sampling. Contoh lainnya adalah distribusi makanan yang diduga
tercemar merkuri. Dalam hal ini population at risk, bisa tersebar di mana-mana, tergantung
apakah penduduk tersebut makan makanan yang mengandung merkuri atau tidak.
Population at risk juga dapat didasarkan pada kelompok umur, atau tempat ataupun waktu,
kebiasaan yang sama. Kesamaan-kesamaan “riwayat exposure” barangkali yang amat
menentukan terhadap kelompok berisiko ini. Population at risk harus didefinisikan dulu,
berdasarkan berbagai faktor yang sekiranya menentukan kesamaan risiko tadi, barulah
diambil sampelnya.

DINAMIKA ATAU KINETIKA PERJALANAN SUATU BAHAN TOKSIK DAN ATAU


FAKTOR PENYEBAB PENYAKIT
Mempelajari dinamika atau kinetika perjalanan suatu bahan toksik dan atau faktor
penyebab penyakit (fisik, kimia, mikroba) yang “menumpang” atau berada dalam “vehicle”
atau kendaraan transmisi hingga kontak dengan manusia atau penduduk, misal bahan toksik
Pb yang merupakan bahan campuran bahan bakar bensin yang di “emisikan” dari knalpot
kendaraan menjadi bahan pencemar udara perkotaan dapat masuk ke dalam tubuh manusia
selain langsung melalui udara juga dapat melalui makanan yang tercemar oleh Pb, melalui
air dan atau media lain, seperti tanah yang kemudian kontak dengan manusia melalui produk
pertanian. Demikian pula karakteristik debu kapas, karakteristik kebisingan, karakteristik gas
ataupun berbagai bahan toksik dalam lingkungan sebelum kontak dengan manusia. Bagi
penyebab mikroba, perilaku atau kinetika bagaimana mikroba tersebut menumpang
“vehicle”, seperti air, udara, makanan juga harus dipelajari. Misalnya sifat Legionella dalam
kasus Legionellosis, dari mana serta bagaimana cara berkembang biak harus dipelajari
terlebih dahulu. Bagi epidemiologis lingkungan tidak mungkin mengetahui semua sifat dan
karakteristik perjalanan agents penyakit. Untuk itu yang terpenting adalah bagaimana
mendapatkan referensi tentang agents tertentu dari sebuah buku referensi. Teknik mencari
referensi menjadi amat penting. Pemahaman tentang kinetika atau dinamika agents akan
menentukan teknik mengukur atau analisis pemajanan atau “exposure assessment ”.

14
2.5 Jelaskan pengertian behavioural exposure-perilaku pemajanan (seperti hobbi, lokasi,
pekerjaan, pemukiman). Biotransformasi dan kinetika bahan kimia toksik dalam
tubuh!
a) Behaviour Exposure
Perilaku pemajanan (behaviour exposure) adalah jumlah kontak antara manusia
dengan komponen lingkungan yang mengandung potensi bahaya penyakit (agent
penyakit). Agent penyakit dengan atau tanpa menumpang komponen lingkungan lain,
masuk ke dalam tubuh melalui satu proses yang kita kenal dengan hubungan interaktif.
Hubungan interaktif antara komponen lingkungan dengan penduduk berikut perilakunya,
dapat diukur dalam konsep yang disebut sebagai perilaku pemajanan atau behavioural
exposure. Masing-masing agent penyakit yang masuk ke dalam tubuh dengan cara-cara
yang khas, yakni melalui sistem pernafasan, sistem pencernaan, dan masuk melalui
permukaan kulit. Jumlah kontak setiap manusia dengan komponen lingkungan yang
mengandung potensi bahaya penyakit berbeda satu sama lain, karena ditentukan oleh
perilakunya.
Dalam kasus ini, dijelaskan bahwa kota Riau Baru ini merupakan kota yang
berkembang pesat pada bidang penambangan minyak yang menyebabkan banyak para
pendatang datang kesana sehingga menimbulkan kemacetan dimana-mana yang kemudian
merupakan salah satu sumber polusi udara. Alih fungsi lahan di kota ini juga
menggunakkan metode land clearing dengan cara dibakar. Dampak dari 2 hal tersebut
adalah pencemaran udara yang menyebabkan berbagai penyakit akibat pencemaran udara
seperti ISPA.
Dalam teori simpul, perilaku pemajanan terjadi pada simpul 3. Dalam behaviour
exposure, diketahui bahwa komponen lingkungan yang mengandung potensi penyakit
yaitu pencemaran udara/polusi udara yang terjadi di kota Riau Baru tersebut. Perilaku
menggunakkan kendaraan berbahan bakar fosil dan membakar lahan untuk alih fungsi
lahan merupakan hubungan interaktif agen penyakit menumpang pada polusi udara dan
masuk ke dalam tubuh. Lokasi kota Riau Baru yang dulunya dikelilingi hutan namun
sudah beralih fungsi menjadi pemukiman dan kebun kelapa sawit juga berpengaruh dalam
menciptakan udara yang tidak sehat, karena hutan tersebut sudah tidak bisa menyerap CO2
yang ada dalam kota tersebut. Orang yang bekerja setiap hari di perusahaan minyak dan
tepapar gas flaring serta menggunakkan kendaraan berbahan bakar fosil, dengan misal

15
ibu rumah tangga yang ada di rumah dan terpapar asap pembakaran hutan tentu berbeda
dosis paparannya satu sama lain.

b) Biotransformasi dan Kinetika Bahan Kimia Toksik dalam Tubuh


Biotransformasi adalah proses menetralkan/menawarkan bahan beracun menjadi
tidak beracun lagi sebelum dikeluarkan oleh tubuh melalui sistem eskresi yang berupa
keringat, air seni, tinja, ataupun cairan tubuh lain. Beberapa enzim melakukan tugas
biotransformasi dengan prinsip mengubah dari bahan kimia yang lebih lipophilic atau fet
soluble diubah bentuk menjadi yang lebih 'larut dalam air' atau water soluble. Ada dua
macam fase dalam proses ini, yakni fase pertama mengubah struktur kimia dengan cara
oksidasi, reduksi, dan hidrolisis.
Kemudian fase kedua dengan reaksi konjugasi dan sintesis. Biotransformasi tidak
selamanya merupakan kegiatan detoksifikasi, namun kadang dalam prosesnya bisa
mengubah metabolit menjadi lebih beracun, berbahaya atau lebih toksik dikenal sebagai
proses toksikasi. Secara umum benda asing tersebut semakin lipophilic semakin mudah
menembus kulit, mukosa paru, dan sistem pencernaan. Secara prinsip benda-benda yang
masuk bersifat lipophilic (larut dalam lemak) sehingga harus diubah bentuk menjadi lebih
hydrophilic, atau lebih mudah larut alam air. Dengan demikian, lebih mudah dibuang
melalui saluran pembuangan, misalnya saluran empedu kemudian bermuara ke dalam
sistem pencernaan, dan/atau sistem saluran urin. Benda-benda yang sulit berubah dan tetap
bersifat lipophilic akan berada dalam tubuh dan terjadi akumulasi, terutama organ yang
memiliki lemak tinggi. Proses perubahan ini merupakan prinsip dasar upaya mengubah
atau biotransformasi. Proses perubahan menggunakan mekanisme enzymatic. Proses
enzymatic ini melalui hidrolisis, oksidasi, dan reduksi. Fase kedua dari proses ini adalah
biosynthesis, atau membentuk bahan kimia baru yang lebih mudah larut dalam air' yang
dikenal sebagai metabolit. Metabolit inilah yang sering kali, dapat diukur menjadi
parameter pemajanan terhadap bahan kimia tertentu atau biomarker (Klaassen et al.,
2009).
Proses biotransformasi tidak selamanya bersifat detoksifikasi-menawarkan racun.
Beberapa metabolit justru merupakan racun dalam tubuh manusia. Misalnya bahan- bahan
kimia yang carcinogenic, teratogenic, dan metabolit organophosphate. Proses
biotransformasi terletak di liver. Keberadaan liver memang bertugas mengubah berbagai
bahan kimia yang diterima oleh usus, baik yang ginjal, paru, usus, bahkan testis, plasenta,
16
namun kemampuannya diperlukan oleh tubuh maupun tidak. Pada dasarnya organ lain
juga memiliki kemampuan untuk melakukan biotransformasi ini, misalnya ginjal, paru,
usus, bahkan testis, plasenta, namun kemampuannya terbatas. Hal ini dikenal sebagai
extrahepatic biotransformation. Beberapa variabel berperan dalam proses biotransformasi,
yakni umur, diet makanan dan lain sebagainya. Usia muda misalnya bayi dan anak-anak
dan/atau emakin tua tentu memengaruhi proses biotransformasi, yakni menjadi lebih
sensitif. Sedangkan diet, misalnya mineral deficiensi Calcium, Copper, dan Fe, Mg, Zn
menurunkan kemampuan citochrome-P-450 catalyzed dan mengganggu kemampuan
oksidasi dan reduksi. Demikian pula bila kekurangan vitamin C, E, dan B komplek serta
protein akan menurunkan kemampuan biotransfromasi. Berbagai penyakit muncul akibat
interaksi gen dengan lingkungan, setiap orang menghasilkan interaksi yang berbeda-beda,
karena memang gen serta faktor lingkungan yang juga berbeda. Oleh karena itu penting
untuk mengetahui bagaimana lingkungan sekitar bisa mempengaruhi gen yang sudah
diturunkan dari generasi sebelumnya. Mengapa dua orang saudara kembar bisa mengalami
penyakit yang berbeda padahal keduanya memiliki kesamaan DNA dan gen yang cukup
besar. Berikut adalah interaksi antara gen dengan lingkungan yang bisa mempengaruhi
kehidupan seorang individu secara keseluruhan:
1) Mutagen.
Mutagen adalah zat asing dari luar tubuh atau lingkungan yang masuk ke dalam tubuh
dan kemudian mengubah gen serta DNA, contohnya zat kimiawi dari rokok yang bisa
menyebabkan kanker.
2) Interaksi antargen.
Di dalam tubuh gen-gen berinteraksi satu sama lain untuk mempertahankan fungsi
tubuh untuk tetap normal. Namun ketika sesuatu hal yang dapat mempengaruhi gen
masuk ke dalam tubuh, maka interaksi tersebut akan terganggu. Contohnya, orang yang
mengonsumsi alkohol terlalu sering dan banyak menyebabkan perubahan fungsi gen
3) Faktor transkripsi.
Transkripsi adalah proses di mana DNA disalin dan diubah
‘teks’nya menjadi RNA yang kemudian akan digunakan sebagai ‘surat tugas’ yang
diberikan ke berbagai sel untuk menjalankan
fungsinya. Dalam proses ini, protein sangat dibutuhkan untuk pembuatan RNA. Proses
ini juga rentan akan gangguan yang mungkin saja datang dari luar tubuh atau

17
lingkungan. Seperti pada orang yang sedang mengalami stres. Keadaan stres bisa
membuat kadar protein yang dibutuhkan tubuh untuk proses transkripsi
berubah. Hal ini tentu saja akan mengubah ‘surat tugas’ yang dibuat
oleh DNA
4) Epigenetik.
Proses epigenetik adalah proses di mana lingkungan bisa mempengaruhi jumlah
protein. Protein tidak hanya berfungsi sebagai pembentukan jaringan, tetapi pada
tingkat DNA protein berperan penting untuk membuat suatu gen aktif atau tidak.
Contohnya, ketika seseorang memiliki gen kanker yang disebabkan oleh keturunan,
maka gen tersebut bisa saja aktif ataupun tidak. Tergantung dengan seberapa besar
paparan lingkungan untuk mengaktifkannya.
Lingkungan yang mempengaruhi gen adalah lingkungan yang kurang baik
untuk kesehatan secara keseluruhan, seperti misalnya zat polusi yang terlalu tinggi, asap
rokok, atau bahkan kebiasaan merokok dapat mempengaruhi pembentukan gen. Tidak
hanya itu, perilaku makan yang tidak sehat juga dianggap dapat mempengaruhi ekspresi
gen di dalam tubuh. Dalam kasus K01 dijelaskan bahwa kota Riau Baru merupakan kota
yang udaranya sudah tercemar sehingga paparan lingkungan yang tidak sehat tersebut
dapat menimbulkan berbagai penyakit genetik seperti polusi udara mengubah gen maupun
DNA menjadi penyakit kanker, serta polusi udara dapat mengaktifkan gen kanker
seseorang yang disebabkan oleh keturunan.

18
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pencemaran udara adalah dimasukkannya komponen lain ke dalam udara, baik oleh kegiatan
manusia secara langsung atau tidak langsung maupun akibat proses alam sehingga kualitas udara
turun sampai ke tingkatan tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat
berfungsi lagi sesuai peruntukannya. Sumber pencemaran udara ada dua macam yaitu sumber
pencemaran yang berasal dari kegiatan alam dan sumber pencemaran dari kegiatan manusia. Pada
kasus diatas pencemaran udara yang terjadi pada Kota Riau baru disebabkan karena adanya
penambangan minyak ilegal dan adanya penebangan hutan secara liar.
Dampak pencemaran udara pada kehidupan manusia dapat dibagi menjadi dampak umum,
dampak terhadap ekosistem, dampak terhadap kesehatan, dampak terhadap tumbuh-tumbuhan dan
hewan, dampak terhadap cuaca dan iklm, dan dampak terhadap sosial ekonomi. Salah satu, dampak
dari pencemaran udara di bidang kesehatan karena adanya zat kimia yg terkandung dari hasil
kegiatan pertambangan dan penebangan seperti, Sulfur dioksida (SO2), Hidrokarbon (HC), Nitrogen
oksida (NOx), Karbon dioksida (CO2), Hidrogen sulfide (H2S) dan lain lain.
Pengendalian yang dilakukan dengan adanya pencemaran udara dapat berupa kebijakan dari
pemerintah setempat, seperti menegaskan adanya hukuman bagi yang melakukan kegiatan
penambangan ilegal dan penebangan hutan karena hal tersebut berdampak besar bagi pencemaran
udara, manganggu kesehatan penduduk serta tercemarnya lingkungan.

19
DAFTAR PUSTAKA

Achmadi, Umar Fahmi. Manajemen penyakit berbasis wilayah. Jakarta: Penerbit Universitas
Indonesia (UI-Press), 2008.
Achmadi, Umar Fahmi. Dasar-dasar penyakit berbasis lingkungan. Jakarta: Rajawali Pers, 2011.
Chandra, Budiman. 2006. Ilmu Kedokteran Pencegahan Komunitas. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Kasjono, Heru Subraris dan Heldhi B. Kristiawan. 2009. Intisari Epidemiologi.Yogyakarta : Mitra
Cendekia
Muliani, dkk. 2010. Segitiga Epidemiologi. http://id.scribd.com/doc/136 (diakses pada tanggal 4
Oktober 2014)
Wardhana, Wisnu, 2004, Dampak Pencemaran Lingkungan (Edisi Revisi), Andi Offset,
Yogyakarta

20

Anda mungkin juga menyukai