PENEBANGAN HUTAN
Disusun Oleh :
KELOMPOK I
1
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, yang senantiasa melimpahkan rahmat serta karunia-nya kepada
penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah Penyakit Berbasis
Lingkungan. Dengan adanya pembuatan makalah ini kami diharapkan mampu menangani,
memahami dan menyelesaikan masalah kesehatan yang terjadi.
Terima kasih tak lupa Penyusun sampaikan kepada PJ Mata Kuliah Penyakit Berbasis
Lingkungan Ibu Okky Assetya Pratiwi, SKM., MKM., dan tim dosen Mata Kuliah PBL lainnya.
Kami menyadari dalam penulisan makalah ini terdapat banyak kekurangan. Kami mengharapkan
kritik dan saran dari pembaca.
Harapan kami semoga makalah kami dapat bermanfaat bagi pembaca dan bagi penelitian berikutnya.
Tim Penyusun
2
DAFTAR ISI
HALAMAN DEPAN 1
KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
BAB I PENDAHULUAN 4
BAB II PEMBAHASAN 6
2.1 Model dinamika kinetika media+agents penyakit disertai simpul 6
2.2 Variabel yang berperan dalam dinamika kinetika media+agents 8
2.3 Sifat dan karakteristik agents penyakit dalam media perjalannya serta contoh
bahan bahan kimia 10
2.4 Pengertian Population at risk (spasial), genetika, dan karakteristik dinamika
kinetika agents+media 13
2.5 Pengertian behavioural exposure-perilaku pemajanan 15
DAFTAR PUSTAKA 20
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
1.3 Tujuan
1. Dapat menggambarkan model dinamika kinetika media+agents penyakit, serta menyebutkan
parameter simpul 1, parameter simpul 2, parameter simpul 3, dan parameter simpul 4.
2. Dapat menjelaskan serta menyebutan variabel yang berperan dalam dinamika kinetika
media+agents seperti ukuran partikel, teori hidrolisis bahan toksik, proses terjadinya
pencemar sekunder, arah dan kecepatan angin, ketinggian, dan teori spasial lainnya
3. Dapat menjelaskan sifat dan karakteristik agents penyakit dalam media perjalannya sebelum
kontak dengan population at risk serta memberikan contoh contoh bahan kimia
4. Dapat menjelaskan pengertian Population at risk (spasial), genetika, dan karakteristik
dinamika kinetika agents+media, dalam konteks pencemaran udara
5. Dapat menjelaskan pengertian behavioural exposure-perilaku pemajanan. Biotransformasi
dan kinetika bahan kimia toksik dalam tubuh
6. Memahami Genetic Environmental Health dalam kerangka hubungan interaktif antara media
transmisi dengan Population at risk
1.4 Kasus
.
Kota Riau Baru merupakan kota yang berkembang dengan pesat. Hal ini mudah dipahami
karena sejak diketemukannya tambang minyak yang disedot Perusahaan Asing sangat menarik
bagi pendatang. Sepertinya kota yang tumbuh dengan pesat ini dkleola secara tidak terencana
dengan baik. Ada Master Plan RTRW namun kurang diikuti oleh
pelaksana maupun warga sebagai dampaknya kemacetan dimana mana. Kota ini juga dikelilingi
oleh hutan yang setiap tahun disulap jadi kebuh kelapa sawit, dan pemukiman baru. Sebelum
alih fungsi perlu land clearing dengan cara dibakar, dan memang itu legal dibolehkan karena
alas an hal tersebut merupakan kearifan local yang terjadi secara turun temurun. Sebagai
dampaknya terjadi pencemaran udara yang pada akhirnya menimbulkan berbagai penyakit
akibat pencemaran udara.
5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Gambarkan model dinamika kinetika media+agents penyakit. Sebutkan parameter simpul 1,
parameter simpul 2, parameter simpul 3, dan para meter simpul 4?
Dinamika Transmisi Penyakit
Dinamika perpindahan agen penyakit dari suatu tempat ke tempat lainnya pada umumnya
diperantarai oleh media-media seperti udara, tanah/pangan, serangga, air, ataupun manusia melalui
kontak langsung dengan agen. Berikut adalah skematik patogenesis penyakit yang dapat
menjelaskan dinamika transmisi penyakit berdasarkan teori simpul yang dikemukakan oleh Achmadi
(2008).
Penduduk
Sumber Penyakit Sehat/ Sakit
Komponen Perilaku dan kebiasaan
Pertambangan Lingkungan (Pembakaran hutan secara
Minyak liar, dan penambangan asthma, bronkhitis,
Pembakaran Udara minyak secara ilegal) pneumonia, PPOK,
Hutan Biomarker ( pengukuran penyakit kardiovaskuler,
kadar Carboxy hemoglobin serta gangguan-gangguan
(CO-Hb) dalam plasma pada organ liver dan ginjal
Media Transmisi darah)
melakukan aktivitas di luar
rumah/ruangan
6
a. Simpul 1: Sumber penyakit
Sumber penyakit adalah titik mengeluarkan atau mengemisikan agen penyakit. Agen
penyakit dibagi menjadi 3 jenis, antara lain 1) agen mikroorganisme/mikroba seperti virus,
bakteri, parasit, dan fungi; 2) agen fisik seperti radiasi, kebisingan, dan kekuatan cahaya; 3)
agen bahan kimia beracun seperti pestisida, merkuri, kadmium, CO, dan lain sebagainya.
Selain itu, sumber penyakit ini dikelompokkan menjadi 2 kelompok besar yaitu sumber
penyakit alamiah misalnya gas dan debu beracun akibat letusan gunung berapi dan sumber
penyakit hasil kegiatan manusia seperti hasil industri, rumah tangga, kendaraan bermotor,
atau penderita penyakit menular. Parameter pada simpul 1 yaitu pengukuran pada sumber
penyakitnya atau lazim dikenal sebagai pengukuran emisi.
b. Simpul 2: Media transmisi penyakit
Terdapat 5 komponen lingkungan yang bisa menjadi media transmisi pnyakit yang memindah
agen penyakit, yaitu:
1) Udara
2) Air
3) Tanah/pangan
4) Binatang/serangga
5) Manusia (kontak langsung)
Parameter pada simpul 2 yaitu pengukuran berbagai komponen penyebab sakit pada ambient
(sebelum kontak dengan manusia), seperti pengukuran kualitas udara, air, makanan, dan
sebagainya.
c. Simpul 3: Perilaku pemajanan (behavioural exposure)
Perilaku pemajanan (behavioural exposure) merupakan hubungan interaktif atau kontak
antara komponen lingkungan yang mengandung potensi bahaya penyakit dengan
manusia/penduduk (population at risk) dimana jumlah kontak tersebut dapat dipengaruhi oleh
perilaku manusia itu sendiri. Parameter pada simpul 3 antara lain behavioural exposure
assesment baik dengan metode non-invasif maupun dengan metode invasif.
d. Simpul 4: Kejadian penyakit
Kejadian penyakit merupakan outcome hubungan interaktif antara lingkungan yang memiliki
potensi bahaya penyakit dengan manusia/penduduk, seperti gangguan kesehatan/sakit.
Parameter pada simpul 4 adalah adanya kejadian penyakit, misalnya prevalensi berbagai
penyakit.
7
Berdasarkan kasus ini dimana terjadi pencemaran udara di Kota Riau Baru yang
menimbulkan berbagai penyakit akibat dari pembakaran hutan, industri, rumah tangga, dan
banyaknya kendaran bermotor. Mengacu pada teori simpul, sumber penyakit atau agen
penyakit (simpul 1) pada kasus tersebut adalah karbon monoksida (CO), karbon dioksida
(CO2), nitrogen oksida (NO dan NO2), hidrokarbon, belerang oksida (SO2), timah hitam
(Pb), dan debu yang berasal dari penebangan hutan dan pertambangan minyak. Udara
berperan sebagai media transmisi penyakit (simpul 2) pada kasus tersebut. Masyarakat Kota
Riau Baru yang melakukan aktivitas di luar rumah/ruangan, serta kebiasaan yang dilakukan
seperti adanya pertambangan minyak ilegal dan penebangan hutan seara liar merupakan
population at risk (simpul 3) dari pencemaran udara yang terjadi. Pencemaran udara ini
menimbulkan beberapa penyakit dari yang bersifat lokal hingga sistemik, seperti asthma,
bronkhitis, pneumonia, PPOK, penyakit kardiovaskuler, serta gangguan-gangguan pada
organ liver dan ginjal (simpul 4). Dinamika transmisi penyakit bermula pada emisi hasil
kendaraan bermotor dan pembakaran hutan berada di udara, kemudian masyarakat yang
beraktivitas di luar rumah/ruangan menghirup partikel dan zat-zat tersebut, hingga
menimbulkan sakit di masyarakat.
2.2 Jelaskan variabel yang berperan dalam dinamika kinetika media+agents seperti
ukuran partikel, teori hidrolisis bahan toksik, proses terjadinya pencemar sekunder,
arah dan kecepatan angin, ketinggian, teori spasial lainnya!
9
2.3 Jelaskan sifat dan karakteristik agents penyakit dalam media perjalannya (kinetika)
sebelum kontak dengan population at risk. Berikan contoh contoh bahan kimia yang
berubah menjadi lebih toksik seperti SO2!
Agen Penyakit
1. Pengertian Agen Penyakit
Agen atau faktor penyebab adalah suatu unsur, organisme hidup atau kuman
infeksi yang dapat menyebabkan terjadinya penyakit atau masalah kesehatan lainnya.
(Muliani, dkk., 2010).
Agen penyakit dapat berupa benda hidup atau mati dan faktor mekanis,
namun kadang-kadang untuk penyakit tertentu, penyebabnya tidak diketahui seperti
pada penyakit ulkus peptikum, penyakit jantung coroner dan lain. (Chandra, 2006).
2. Klasifikasi Agen Penyakit
Agen penyakit dapat diklasifikasikan menjadi 5 kelompok :
a) Agen biologis, antara lain virus, bakteri, protozoa, jamur dan , parasit
b) Agen kimiawi, dari luar tubuh (zat racun, obat, senyawa kimia) dan dari dalam
tubuh (ureum, kolesterol)
c) Agen Fisika, panas (luka bakar), radiasi, dingin, kelembaban, tekanan, cahaya,
kebisingan
d) Agen Mekanis, gesekan, benturan, irisan, tikaman, pukulan yang
menimbulkan kerusakan jaringan pada tubuh host
e) Agen Nutrisi, kekurangan atau kelebihan nutrisi seperti : Protein, lemak,
karbohidrat,vitamin, mineral, dan air.
3. Karakteristik Agen Penyakit
Karakteristik agen penyakit yang menyebabkan dapat terjadinya penyakit, antara lain:
a) Infektivitas. Kemampuan dari organisme untuk beradaptasi sendiri terhadap
lingkungan dari pejamu untuk mampu tinggal dan berkembang biak dalam
jaringan pejamu
b) Invasitas. Kemampuan organisme bibit penyakit untuk melakukan penetrasi
dan menyebar setelah memasuki jaringan
c) Patogenesitas. Kemampuan penyakit / organisme untuk menimbulkan suatu
reaksi klinik khusus yang patologis setelah terjadinya infeksi pada pejamu
yang diserang
10
d) Toksisitas. Kemampuan bibit penyakit untuk memproduksi reaksi kimia yang
toksis dari substansi kimia yang dibuatnya
e) Virulensi. Ukuran derajat kerusakan yang ditimbulkan oleh bibit penyakit.
f) Antigenisitas. Kemampuan organisme bibit penyakit untuk merangsang reaksi
imunologis dari pejamu. (Kasjono, dkk., 2008)
Komponen lingkungan (yang merupakan wahana penyakit) yang mengandung
potensi dampak dibagi dalam kelompok:
A. Kelompok Mikroba
Virus, spora, bakteri, parasit, jamur, masing-masing perlu lebih
dideskripsikan lagi, bagaimana mengukur jumlah kontak atau perkiraan
dosisnya, misalnya hitung koloni kuman termasuk salah satu metode untuk
memperkirakan exposure terhadap kuman.
B. Kelompok Bahan Kimia
Klasifikasi bahan kimia amat luas, misalnya jenis pestisida bisa mencapai
ratusan, limbah industri, asap rokok, jenis logam berat, jenis bahan kimia
ikutan sehingga diperkirakan ratusan ribu jenis bahan kimia beredar di
lapangan dan masing-masing memiliki potensi bahaya kesehatan
lingkungan.
C. Kelompok Fisik
Radiasi, elektromagnetik, kebisingan, getaran, suhu, ultraviolet, cuaca,
radiasi, dan sebagainya.
Zat-zat Pencemar Udara, Sumbernya, dan Dampaknya pada Kesehatan
11
1. Sulfur dioksida (SO2)
Sumber : pembakaran dari kegiatan rumah tangga/ domestik, pembangkit
tenaga listrik, kilang minyak, pabrik baja/ logam.
Dampak : menimbulkan efek iritasi pada saluran nafas, sehingga
menimbulkan gejala batuk, sesak nafas (meningkatkan kasus asma)
2. Partikel debu melayang di udara (TSP, PM 10, PM 2,5)
Sumber : pembakaran domestik, emisi kendaraan bermotor, pabrik gas,
pembangkit tenaga listrik, kilang minyak, pabrik semen, tempat
pembakaran sampah, pabrik keramik, pabrik pelebur logam.
Dampak : masuk ke dalam sistem pernafasan atas sampai ke bagian paru-
paru terdalam (alveoli: tempat pertukaran gas di paru2 dan darah).
Sehingga : menimbulkan infeksi saluran pernafasan atas, jantung,
bronchitis, asma.
3. Hidrokarbon (HC)
Sumber : emisi kendaraan bermotor, kilang minyak.
Dampak : menimbulkan iritasi pada membrane mukosa dan bila terhisap
oleh paru- paru akan menimbulkan luka di bagian dalam dan timbul
infeksi.
4. Nitrogen oksida (NOx)
Sumber : emisi kendaraan bermotor, pabrik pengolahan asam nitrat, pabrik
baja/ logam, pabrik pupuk.
Dampak : keracunan gas NOx menyebabkan susah bernafas dan dapat
menyebabkan kematian
5. Karbon monoksida (CO)
Sumber : emisi kendaraan bermotor.
Dampak : CO yang ikut dalam aliran darah akan membentuk
karboksihaemoglobin (COHb). COHb merupakan senyawa yang stabil
sehingga fungsi darah sebagai pengangkut oksigen terganggu. Keracunan
gas CO ditandai dengan pusing/ bingung, sakit kepala, dan mual. Keadaan
lebih berat berupa menurunnya kemampuan gerak tubuh, gangguan
kardiovaskular, serangan jantung, sampai pada kematian.
12
Hubungan antara konsentrasi CO, lama terpapar, dan efek yang timbul
13
populasi yang telah kita definisikan kemudian kita ambil sampel menurut prosedur baku yang
telah ada, yakni teknik sampling. Contoh lainnya adalah distribusi makanan yang diduga
tercemar merkuri. Dalam hal ini population at risk, bisa tersebar di mana-mana, tergantung
apakah penduduk tersebut makan makanan yang mengandung merkuri atau tidak.
Population at risk juga dapat didasarkan pada kelompok umur, atau tempat ataupun waktu,
kebiasaan yang sama. Kesamaan-kesamaan “riwayat exposure” barangkali yang amat
menentukan terhadap kelompok berisiko ini. Population at risk harus didefinisikan dulu,
berdasarkan berbagai faktor yang sekiranya menentukan kesamaan risiko tadi, barulah
diambil sampelnya.
14
2.5 Jelaskan pengertian behavioural exposure-perilaku pemajanan (seperti hobbi, lokasi,
pekerjaan, pemukiman). Biotransformasi dan kinetika bahan kimia toksik dalam
tubuh!
a) Behaviour Exposure
Perilaku pemajanan (behaviour exposure) adalah jumlah kontak antara manusia
dengan komponen lingkungan yang mengandung potensi bahaya penyakit (agent
penyakit). Agent penyakit dengan atau tanpa menumpang komponen lingkungan lain,
masuk ke dalam tubuh melalui satu proses yang kita kenal dengan hubungan interaktif.
Hubungan interaktif antara komponen lingkungan dengan penduduk berikut perilakunya,
dapat diukur dalam konsep yang disebut sebagai perilaku pemajanan atau behavioural
exposure. Masing-masing agent penyakit yang masuk ke dalam tubuh dengan cara-cara
yang khas, yakni melalui sistem pernafasan, sistem pencernaan, dan masuk melalui
permukaan kulit. Jumlah kontak setiap manusia dengan komponen lingkungan yang
mengandung potensi bahaya penyakit berbeda satu sama lain, karena ditentukan oleh
perilakunya.
Dalam kasus ini, dijelaskan bahwa kota Riau Baru ini merupakan kota yang
berkembang pesat pada bidang penambangan minyak yang menyebabkan banyak para
pendatang datang kesana sehingga menimbulkan kemacetan dimana-mana yang kemudian
merupakan salah satu sumber polusi udara. Alih fungsi lahan di kota ini juga
menggunakkan metode land clearing dengan cara dibakar. Dampak dari 2 hal tersebut
adalah pencemaran udara yang menyebabkan berbagai penyakit akibat pencemaran udara
seperti ISPA.
Dalam teori simpul, perilaku pemajanan terjadi pada simpul 3. Dalam behaviour
exposure, diketahui bahwa komponen lingkungan yang mengandung potensi penyakit
yaitu pencemaran udara/polusi udara yang terjadi di kota Riau Baru tersebut. Perilaku
menggunakkan kendaraan berbahan bakar fosil dan membakar lahan untuk alih fungsi
lahan merupakan hubungan interaktif agen penyakit menumpang pada polusi udara dan
masuk ke dalam tubuh. Lokasi kota Riau Baru yang dulunya dikelilingi hutan namun
sudah beralih fungsi menjadi pemukiman dan kebun kelapa sawit juga berpengaruh dalam
menciptakan udara yang tidak sehat, karena hutan tersebut sudah tidak bisa menyerap CO2
yang ada dalam kota tersebut. Orang yang bekerja setiap hari di perusahaan minyak dan
tepapar gas flaring serta menggunakkan kendaraan berbahan bakar fosil, dengan misal
15
ibu rumah tangga yang ada di rumah dan terpapar asap pembakaran hutan tentu berbeda
dosis paparannya satu sama lain.
17
lingkungan. Seperti pada orang yang sedang mengalami stres. Keadaan stres bisa
membuat kadar protein yang dibutuhkan tubuh untuk proses transkripsi
berubah. Hal ini tentu saja akan mengubah ‘surat tugas’ yang dibuat
oleh DNA
4) Epigenetik.
Proses epigenetik adalah proses di mana lingkungan bisa mempengaruhi jumlah
protein. Protein tidak hanya berfungsi sebagai pembentukan jaringan, tetapi pada
tingkat DNA protein berperan penting untuk membuat suatu gen aktif atau tidak.
Contohnya, ketika seseorang memiliki gen kanker yang disebabkan oleh keturunan,
maka gen tersebut bisa saja aktif ataupun tidak. Tergantung dengan seberapa besar
paparan lingkungan untuk mengaktifkannya.
Lingkungan yang mempengaruhi gen adalah lingkungan yang kurang baik
untuk kesehatan secara keseluruhan, seperti misalnya zat polusi yang terlalu tinggi, asap
rokok, atau bahkan kebiasaan merokok dapat mempengaruhi pembentukan gen. Tidak
hanya itu, perilaku makan yang tidak sehat juga dianggap dapat mempengaruhi ekspresi
gen di dalam tubuh. Dalam kasus K01 dijelaskan bahwa kota Riau Baru merupakan kota
yang udaranya sudah tercemar sehingga paparan lingkungan yang tidak sehat tersebut
dapat menimbulkan berbagai penyakit genetik seperti polusi udara mengubah gen maupun
DNA menjadi penyakit kanker, serta polusi udara dapat mengaktifkan gen kanker
seseorang yang disebabkan oleh keturunan.
18
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pencemaran udara adalah dimasukkannya komponen lain ke dalam udara, baik oleh kegiatan
manusia secara langsung atau tidak langsung maupun akibat proses alam sehingga kualitas udara
turun sampai ke tingkatan tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat
berfungsi lagi sesuai peruntukannya. Sumber pencemaran udara ada dua macam yaitu sumber
pencemaran yang berasal dari kegiatan alam dan sumber pencemaran dari kegiatan manusia. Pada
kasus diatas pencemaran udara yang terjadi pada Kota Riau baru disebabkan karena adanya
penambangan minyak ilegal dan adanya penebangan hutan secara liar.
Dampak pencemaran udara pada kehidupan manusia dapat dibagi menjadi dampak umum,
dampak terhadap ekosistem, dampak terhadap kesehatan, dampak terhadap tumbuh-tumbuhan dan
hewan, dampak terhadap cuaca dan iklm, dan dampak terhadap sosial ekonomi. Salah satu, dampak
dari pencemaran udara di bidang kesehatan karena adanya zat kimia yg terkandung dari hasil
kegiatan pertambangan dan penebangan seperti, Sulfur dioksida (SO2), Hidrokarbon (HC), Nitrogen
oksida (NOx), Karbon dioksida (CO2), Hidrogen sulfide (H2S) dan lain lain.
Pengendalian yang dilakukan dengan adanya pencemaran udara dapat berupa kebijakan dari
pemerintah setempat, seperti menegaskan adanya hukuman bagi yang melakukan kegiatan
penambangan ilegal dan penebangan hutan karena hal tersebut berdampak besar bagi pencemaran
udara, manganggu kesehatan penduduk serta tercemarnya lingkungan.
19
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi, Umar Fahmi. Manajemen penyakit berbasis wilayah. Jakarta: Penerbit Universitas
Indonesia (UI-Press), 2008.
Achmadi, Umar Fahmi. Dasar-dasar penyakit berbasis lingkungan. Jakarta: Rajawali Pers, 2011.
Chandra, Budiman. 2006. Ilmu Kedokteran Pencegahan Komunitas. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Kasjono, Heru Subraris dan Heldhi B. Kristiawan. 2009. Intisari Epidemiologi.Yogyakarta : Mitra
Cendekia
Muliani, dkk. 2010. Segitiga Epidemiologi. http://id.scribd.com/doc/136 (diakses pada tanggal 4
Oktober 2014)
Wardhana, Wisnu, 2004, Dampak Pencemaran Lingkungan (Edisi Revisi), Andi Offset,
Yogyakarta
20