Anda di halaman 1dari 59

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN KESEHATAN KOMUNITAS PADA


KELOMPOK KESEHATAN LINGKUNGAN

Diajukan sebagai tugas mata kuliah Keperawatan Komunitas II

Disusun oleh :
Kelompok 5
Sutianingsih (132011123026)
Iwan Budiyanto (132011123027)
Rosita Faradilah (132011123028)
Ririn Yuliarti (132011123029)
Sultan Nur Fahmi (132011123030)
Aken Larasati (132011123031)
Syarifah Qurrotu A (132011123032)

JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS
KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA

2020

i
KATA PENGANTAR

Segala puji serta rasa syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas
berkah dan rahmat-Nyalah sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
makalah komunitas tentang “Asuhan Keperawatan Komunitas pada Kelompok
Kesehatan Lingkungan” Dengan harapan makalah ini dapat membantu
mahasiswa/i dalam mempelajari mata kuliah.
Makalah ini merupakan salah satu tugas yang di berikan kepada kami
dalam rangka pengembangan dasar ilmu keperawatan komunitas yang berkaitan
dengan bagaimana mengelola asuhan keperawatan pada kelompok kesehatan
lingkungan. Sehingga besar harapan kami, makalah yang kami sajikan dapat
menjadi konstribusi positif bagi pengembang wawasan pembaca.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini belum sempurna dan
masih perlu perbaikan serta penyempurnaan, baik dari segi materi maupun
pembahasan. Oleh sebab itu dengan lapang dada penulis akan menerima kritik dan
saran yang sifatnya membangun demi penyempurnaan makalah ini dimasa
mendatang.
Demikianlah, semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan dapat
ikut memberikan sumbangan dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.

Surabaya, 15 September 2020

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan Penulisan 2
1.4 Manfaat Penulisan 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Kesehatan Lingkungan 4
2.2 Faktor Lingkungan Terhadap Kejadian Penyakit 5
2.3 Alternatif Penanggulangan Masalah Lingkungan 17

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS


3.1 Gambaran Kasus 28
3.2 Pengkajian 29
3.3 Analisa Data 38
3.4 Diagnosa Keperawatan 40
3.5 Intervensi 41
3.6 Evaluasi 47

BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan 51
4.2 Saran 51

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................53
BAB I
PENDAHULUA
N

1.1 Latar Belakang


Komunitas adalah kelompok sosial yang tinggal dalam suatu tempat,
saling berinteraksi satu sama lain, saling mengenal serta mempunyai minat
dan interest yang sama. Kesehatan lingkungan merupakan ilmu kesehatan
masyarakat yang menitik beratkan usaha preventif dengan usaha perbaikan
semua faktor lingkungan agar manusia terhindar dari penyakit dan gangguan
kesehatan. Lingkungan dapat dikatakan sehat apabila sudah memenuhi syarat-
syarat lingkungan yang sehat.
Sampah dan limbah telah menjadi permasalahan nasional. Masalah
persampahan sangat terkait dengan pertambahan penduduk, pertumbuhan
ekonomi dan perubahan pola konsumsi masyarakat. Pada tahun 2017 jumlah
penduduk Indonesia sudah mencapai 261,89 juta jiwa meningkat dibanding
tahun 2000 yang sebesar 206,26 juta jiwa. Tren pertumbuhan ekonomi juga
terus mengalami peningkatan,dengan kontribusi terbesar dari sektor
manufaktur. Pertumbuhan pesat di sektor industri juga merupakan imbas dari
meningkatnya pendapatan rumah tangga dan makin beragamnya pola serta
jenis konsumsi masyarakat. Kondisi tersebut menimbulkan bertambahnya
volume, beragamnya jenis, dan karakteristik sampah dan limbah.
Menurut KLHK dan Kementrian Perindustrian tahun 2016, jumlah
timbulan sampah di Indonesia sudah mencapai 65,2 juta ton pertahun.
Sedangkan dari limbah B3, sisa industri yang dikelola tahun 2017 sebesar
60,31 juta ton, dan secara akumulasi dari tahun 2015 hanya mencapai kurang
dari 40 persen dari target pengelolaan limbah B3 sebesar 755,6 juta ton di
2019. Jenis usaha yang mengelola limbah B3 terbesar adalah pertambangan,
energi dan mineral. Sejalan dengan itu, permasalahan lingkungan dan
kesehatan akibat sampah dan limbah juga bertambah. Kualitas air parit di
Indonesia umumnya berada pada status tercemar berat. Tahun 2018 25,1
persen desa mengalami pencemaran air, dan sekitar 2,7 persen desa tercemar
tanahnya. Sampah juga berkontribusi terhadap kejadian banjir yang terus
meningkat dari
1
tahun ketahun, pada tahun 2016 dan 2017 sebanyak 1.805 banjir terjadi di
Indonesia serta menimbulkan 433 korban jiwa. Kondisi yang
mengkhawatirkan adalah angka kematian (CFR) akibat kejadian luar biasa
diare pada tahun 2016 sebesar 3,04 persen, padahal CFR diharapkan kurang
dari 1 persen.
Menumbuhkan kepedulian terhadap lingkungan perlu dilakukan oleh
semua kalangan, pemerintah, swasta dan terutama masyarakat sebagai
penyumbang dan penerima ekses negatif pencemaran. Untuk itu masyarakat
harus mengambil peran dalam pengurangan dan penanganan sampah. Namun
sayangnya pada hasil Susenas Modul Ketahanan Sosial 2017, menunjukkan
hanya 8,7 persen rumah tangga selalu membawa tas belanja sendiri untuk
mengurangi sampah. Sedangkan rumah tangga yang melakukan kegiatan daur
ulang hanya 1,2 persen rumah tangga, sementara 66,8 persen rumah tangga
masih membakar sampah untuk penanganan sampahnya. Sehingga diperlukan
adanya kolaborasi dengan tenaga kesehatan untuk mencapai derajat kesehatan
yang setingginya dengan pendekatan asuhan keperawatan komunitas.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Bagaimana konsep keperawatan komunitas pada kelompok kesehatan
lingkungan?
1.2.2 Apa saja masalah kesehatan lingkungan yang terjadi di Indonesia?
1.2.3 Bagaimana penanggulangan masalah kesehatan lingkungan?
1.2.4 Bagimana asuhan keperawatan pada kelompok kesehatan lingkungan?

1.3 Tujuan
1.3.1 Memahami konsep keperawatan komunitas pada kelompok kesehatan
lingkungan
1.3.2 Memahami masalah kesehatan lingkungan yang terjadi di Indonesia
1.3.3 Memahami penanggulangan masalah kesehatan lingkungan
1.3.4 Memahami cara membuat asuhan keperawatan pada kelompok kesehatan
lingkungan
1.4 Manfaat
Mahasiswa mampu memahami konsep dan proses asuhan keperawatan pada
kelompok kesehatan lingkungan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kesehatan Lingkungan


Kesehatan lingkungan diselenggarakan untuk mewujudkan kualitas
lingkungan yang sehat, yang dapat dilakukan dengan melalui peningkatan
sanitasi lingkungan, baik yang menyangkut tempat maupun terhadap
bentuk atau wujud substantifnya yang berupa fisik, kimia, atau biologis
termasuk perubahan perilaku. Keadaan lingkungan dapat mempengaruhi
kondisi kesehatan masyarakat.
Banyak aspek kesejahteraan manusia dipengaruhi oleh lingkungan,
dan banyak penyakit dapat dimulai, didukung, ditopang, atau di rangsang
oleh faktor-faktor lingkungan oleh karena itu lingkungan hidup sangat
berperan dalam mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan
kesejahteraan manusia serta mahluk hidup.
Interaksi manusia dengan lingkungan hidupnya merupakan suatu
proses yang wajar dan terlaksana sejak manusia itu dilahirkan sampai ia
meninggal dunia. Hal ini disebabkan karena manusia memerlukan daya
dukung unsur-unsur lingkungan untuk kelangsungan hidupnya. Udara, air,
makanan,sandang, papan dan seluruh kebutuhan manusia harus diambil
dari lingkungan hidupnya.
Kualitas lingkungan yang sehat adalah keadaan lingkungan yang
bebas dari resiko yang membahayakan kesehatan dan keselamatan hidup
manusia, melalui pemukiman antara lain rumah tinggal dan asrama atau
yang sejenisnya, melalui lingkungan kerja antara perkantoran dan kawasan
industry atau sejenis. Sedangkan upaya yang harus dilakukan dalam
menjaga dan memelihara kesehatan lingkungan adalah obyek sanitasi
meliputi seluruh tempat kita tinggal/bekerja seperti: dapur, restoran, taman,
public area, ruang kantor, rumah dsb.
Menurut HAKLI (Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan
Indonesia) Mengemukakan bahwa “Kesehatan Lingkungan adalah Suatu
kondisi lingkungan yang mampu menopang keseimbangan ekologi yang
dinamis antara manusia dan lingkungannya untuk mendukung tercapainya
kualitas hidup manusia yang sehat dan bahagia.” Menurut WHO (World
Health Organization), bahwa “ Kesehatan Lingkungan adalah Suatu
keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia dan lingkungan agar
dapat menjamin keadaan sehat dari manusia”. Menurut WHO, terdapat 17
ruang lingkup kesehatan lingkungan yaitu sebagai berikut:
a. Penyediaan air minum
b. Pengelolaan air buangan (limbah) dan pengendalian pencemaran
c. Pembuangan sampah padat
d. Pengendalian vector
e. Pencegahan atau pengandalian pencemaran tanah oleh ekskresi
manusia
f. Higiene makanan, termasuk higiene susu
g. Pengendalian pencemaran udara
h. Pengendalian radiasi
i. Kesehatan kerja
j. Pengendalian kebisingan
k. Perumahan dan pemukiman
l. Aspek kesehatan lingkungan dan transportasi udara
m. Perencanaan daerah dan perkotaan
n. Pencegahan kecelakaan
o. Rekreasi umum dan pariwisata
p. Tindakan-tindakan sanitasi yang berhubungan dengan keadaan
epidemi (wabah), bencana alam dan perpindahan penduduk
q. Tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menjamin lingkungan

2.2 Faktor Lingkungan Terhadap Kejadian Penyakit


Lingkungan merupakan faktor ketiga sebagai penunjang terjadinya
penyakit. Faktor ini disebut "faktor ekstrinsik". Faktor lingkungan dapat
berupa lingkungan fisik, lingkungan kimia, lingkungan biologis dan
lingkungan sosial ekonomi.
a. Lingkungan Fisik
Yang termasuk lingkungan fisik antara lain geografik dan keadaan
musim. Misalnya, negara yang beriklim tropis mempunyai pola penyakit
yang berbeda dengan negara yang beriklim dingin atau subtropis.
Demikian pula antara negara maju dengan negara berkembang. Dalam
satu negara pun dapat terjadi perbedaan pola penyakit, misalnya antara
daerah pantai dan daerah pegunungan atau antara kota dan desa.
b. Lingkungan Biologis
Lingkungan biologis ialah semua mahluk hidup yang berada di sekitar
manusia yaitu flora dan fauna, termasuk manusia. Misalnya, wilayah
dengan flora yang berbeda akan mempunyai pola penyakit yang berbeda.
Faktor lingkungan biologis ini selain bakteri dan virus patogen, ulah
manusia juga mempunyai peran yang penting dalam terjadinya penyakitr,
bahkan dapat dikatakan penyakit timbul karena ulah manusia.
c. Lingkungan kimia
Potensi bahaya yang berasal dari bahan-bahan kimia yang digunakan
dalam proses produksi maupun kehidupan sehari-hari. Potensi bahaya ini
dapat memasuki atau mempengaruhi tubuh melalui : inhalation (melalui
pernafasan), ingestion (melalui mulut ke saluran pencernaan), skin contact
(melalui kulit). Terjadinya pengaruh potensi kimia terhadap tubuh tenaga
kerja sangat tergantung dari jenis bahan kimia atau kontaminan, bentuk
potensi bahaya debu, gas, uap, asap, daya racun bahan (toksisitas); cara
masuk ke dalam tubuh.
d. Lingkungan sosial ekonomi
Yang termasuk dalam faktor sosial ekonomi adalah pekerjaan, urbanisasi,
perkembangan ekonomi dan bencana alam.

Selain faktor-faktor lingkungan, terdapat pula faktor media lingkungan


yang berpengaruh terhadap kejadian penyakit, yaitu
a. Udara
Udara adalah suatu campuran gas yang terdapat pada lapisan yang
mengelilingi bumi dan komponen campuran gas tersebut tidak selalu
konstan (Fardiaz, 1992). Campuran gas- gas pada udara meliputi 78%
nitrogen (N2), 20% oksigen (O2), 0.93% Argon (Ar), 0.03% karbon
dioksida (CO2), dan sisanya terdiri dari gas lain seperti helium (He),
metana (CH4), neon (Ne), dan hidrogen (H2).
Berikut merupakan agen pencemaran udara dan dampaknya terhadap
Kesehatan :
1) Agen Kimia
a.) Karbon Monoksida (CO)
Asap kendaraan merupakan sumber utama bagi karbon
monoksida di berbagai perkotaan. Karbon monoksida (CO)
adalah gas yang tidak berwarna dan tidak berbau yang dihasilkan
dari proses pembakaran yang tidak sempurna. Karbon monoksida
merupakan gas beracun yang berbahaya bagi kesehatan manusia
karena sifatnya yang dapat mengikat hemoglobin secara
reversibel, 230-270 kali lebih kuat daripada oksigen. Akibatnya,
terjadi gangguan transportasi oksigen dalam darah sehingga
ketersediaan oksigen di jaringan menurun. Kondisi seperti ini
dapat mengganggu kinerja organ-organ yang mengonsumsi
oksigen dalam jumlah besar seperti otak dan jantung. CO yang
terdapat di sistem saraf pusat dapat menyebabkan edema dan
nekrosis fokal. Sedangkan CO yang terdapat di jantung dapat
menyebabkan kegagalan respirasi di tingkat seluler akibat terjadi
hipoksia pada jaringan.
b.) Sulfur Dioksida (SO2)
Sulfur Dioksida adalah gas yang tidak berwarna, larut dalam
air, tidak mudah terbakar, dan memiliki bau yang menyengat.
Sumber utama emisi SO2 berasal dari pembakaran bahan bakar
fosil (batu bara, minyak) dan letusan gunung berapi. Sulfur
Dioksida dapat menyebabkan iritasi pada kulit dan selaput lendir
mata, hidung, tenggorokan, dan paru-paru. Lebih dari 95% SO2
yang dihirup dengan konsentrasi tinggi dapat mengganggu
pernapasan, yakni mempengaruhi fungsi paru-paru, memperburuk
kondisi penderita penyakit bronkitis dan emfisema, dan juga
memperburuk kondisi jantung pada orang-orang yang berisiko
terkena penyakit jantung.
c.) Cadmium atau Cd
Cadmium (Cd) merupakan salah satu jenis logam berat yang
berbahayakarena elemen ini berbahaya terhadap pembuluh darah.
Karena bisa membuat kadar ph dalam darah menjadi basa
sehingga membuat darah susah untuk menangkap oksigen akibat
matinya sel darah merah
d.) Timah
Keberadaan timbal dalam tubuh dapat berpengaruh dan
mengakibatkan berbagai gangguan fungsi jaringan dan
metabolisme. Gangguan mulai dari sintesis haemoglobin darah,
gangguan pada ginjal, system reproduksi, penyakit akut atau
kronik sistem syaraf serta gangguan fungsi paru-paru. Pengaruh
lain yang sangat mengkawatirkan kita, bahwa seorang anak kecil
dapat menurun dua point tingkat kecedasannya jika terdapat 10–
20 µg/dl pb dalam dalam darahnya. Beberapa penelitian juga
mendapatkan bahwa timbal dapat merusak jaringan saraf, fungsi
ginjal, menurunkan kemampuan belajar dan membuat anak
hiperaktif.
2) Agen Biologi
Pencemaran udara dalam bentuk biologi seperti bakteri,
virus, dan telur cacing. Agen biologik pencemar udara bisa terdapat
pada ruangan yang menggunakan AC dan kurang bersih
lingkungannya. Salah satu penyebab pencemaran adalah bakteri
Legionella sp yang menyebabkan Legionnaire Disease, yang
merupakan bentuk parah dari pneumonia (penyakit infeksi paru-paru)
dan menyerang kelompok rentan yaitu orang usia lanjut terutama yang
perokok dan orang-orang dengan imunitas lemah karena sedang
terjangkit penyakit lain.
a. Air
Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-
hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat
diminum apabila telah dimasak. Selain itu WHO menjelaskan
bahwa air
yang aman untuk diminum adalah air yang tidak akan
menimbulkan resiko kesehatan apabila dikonsumsi.
Syarat kualitas air bersih yaitu : Bakteri Eschericia Coli
dan Bakteri Koliform dalam satuan 100 ml sampel, jumlah
maksimal yang boleh ada adalah 0, berada pada pH netral, tidak
mengandung bahan kimia beracun, tidak mengandung garam-
garam atau ion-ion logam, kesadahan rendah, tidak berbau,
jernih, tidak berasa, suhu : air yang baik tidak boleh memiliki
perbedaan suhu yang mencolok dengan udara sekitar (udara
ambien). Di Indonesia, suhu air minum idealnya ± 3 ºC dari
suhu udara di atas atau di bawah suhu udara berarti mengandung
zat-zat tertentu (misalnya fenol yang terlarut) atau sedang terjadi
proses biokimia yang mengeluarkan atau menyerap energi air
(Kusnaedi, 2002).
Berikut merupakan agen pencemaran air dan dampaknya
terhadap kesehatan:
(1) Bakteri Escheria colli
Bakteri ini banyak terdapat dalam usus dan membantu
dalam proses penguraian makanan, akan tetapi apabila
bakteri tersebut dikonsumsi bersamaan dengan air minum,
bakteri akan menimbulkan gangguan pada kesehatan.
Gangguan yang ditimbulkan adalah penyakit gastroenteritis
seperti diare, selain itu bakteri Eschericia colli
meningkatkan resiko seseorang terkena penyakit jantung.
(2) Bakteri koliform
Bakteri koliform merupakan salah satu bakteri gram negatif
yang dijadikan indikator kualitas air minum, semakin
banyak bakteri ini, semakin tercemar air. Zat etionin yang
dihasilkan bakteri ini dapat menimbulkan kanker.
(3) Dysentery bacillus
Dysentry bacillus merupakan bakteri berbentuk batang
yang menyebabkan penyakit disentri. Gejala yang
ditimbulkan adalah diare berat sampai mengeluarkan
darah/lendir,
muntah muntah, nyeri perut, kram perut, dan demam tinggi.
(4) Bacillus thypus
Bakteri yang berbentuk batang ini menyebabkan penyakit
tifus. Gejala yang ditimbulkan adalah demam, sakit perut,
mual, muntah, dan lidah berwarna putih.
(5) Vibrio chloreae
Bakteri ini menimbulkan penyakit kolera, yang memiliki
gejala diare, muntah muntah, tekanan darah rendah, detak
jantung yang menjadi cepat, dan kram otot.
(6) Virus Hepatitis A
Virus yang menyebabkan penyakit hepatitis A ini terdapat
pada makanan atau air yang tercemar, sehingga
menimbulkan gejala kulit dan mata berwarna kuning, urin
berwarna gelap, nyeri otot, demam, serta kehilangan nafsu
makan.
(7) Virus polio
Virus polio terdapat pada air atau makanan yang
terkontaminasi oleh tinja, sehingga menimbulkan
kelumpuhan kepada penderita.
3) Agen Kimia
a) Benzena
Jika terpapar dan mengenai kulit dapat merusak dan melumpuhkan
sistem saraf
b) Arsen
Arsen (As) adalah logam yang mudah patah, berwarna keperakan
dan sangat toksik. As biasanya digunakan untuk racun tikus.
Keracunan akut menimbulkan gejala muntaber disertai darah,
disusul dengan koma, mual, diare, pendarahan pada ginjal, dan
kanker kulit. As dapat menimbulkan iritasi, alergi, dan cacat
bawaan.
c) Chloroform
Jika terpapar dapat merusak sistem saraf
d) Timbal
Jika terpapar dan dimasukka via oral oleh media air dapat
menyebabkan kerusakan tenggorokan
e) Merkuri
Merkuri atau air raksa (Hg) adalah logam berat yang bersifat racun.
Biasanya secara alami ada dalam air dengan konsentrasi yang
sangat kecil. Pencemaran air oleh merkuri umumnya akibat limbah-
limbah industri.

Keracunan Hg akan menimbulkan gejala gangguan pada :


a) Susunan saraf pusat (SSP), seperti kelainan kepribadian, pikun,
insomnia, kehilangan kepercayaan diri, iritasi, depresi, dan rasa
ketakutan.
b) Gastro-intestinal (GI), seperti stomatis, hipersalivasi, colitis, sakit
saat mengunyah, ginggivitis, garis hitam pada gusi, dan gigi mudah
lepas.
c) Kulit, seperti dermatritis dan ulcer. Hg organik cenderung merusak
susunan saraf pusat, sedangkan Hg anorganik biasanya merusak
ginjal, dan menyebabkan cacat bawaan.
d) DDT
Dapat merusak sistem saraf
e) Belerang
Dapat membuat darah menjadi asam.

b. Makanan dan Minuman


Makanan adalah segala sesuatu yang dapat dimakan atau segala
bahan yang kita makan atau masuk ke dalam tubuh yang membentuk atau
mengganti jaringan tubuh, memberikan tenaga, atau mengatur semua
proses di dalam tubuh. Peran makanan dalam kesehatan masyarakat
antara lain : mempengaruhi prevalensi penyakit di antara masyarakat
karena biasanya masyarakat yang memiliki makanan khas tertentu.
Sebagai contoh etnik Minahasa yang biasa mengonsumsi babi lebih
berisiko mengidap penyakit kardiovaskuler dibandingkan dengan etnik
yang tidak
memakan babi; Mengonsumsi makanan yang tinggi nilai gizi seperti
vitamin, protein, dan zat lain yang dibutuhkan oleh tubuh dapat
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat; Semakin tinggi kualitas
makanan yang dimakan seseorang, maka menandakan adanya
meningkatnya ekonomi dan pengetahuan tentang makanan yang baik
bagi tubuh.
Berikut merupakan agen pencemaran terhadap makanan dan
minuman serta dampaknya terhadap Kesehatan :
1) Mikroorganisme
a) Ricketssiae
Ricketssiae merupakan bakteri yang berukuran kecil.
Ricketssia ini berbeda dengan virus karena memiliki struktur
yang dimiliki oleh bakteri. Contoh dari rickettsia ini adalah
Coxiella burnetil yang dapat menyebabkan deman Q melalui
susu sapi yang terinfeksi.
b) Protozoa dan parasit
Protozoa dan parasit merupakan mikroorganisme yang dapat
mengkontaminasi makanan dan menyebabkan gangguan
kesehatan pada manusia yang masuk ke dalam tubuh manusia
melalui jalur fekal-oral dan lain sebagainya. Beberapa contoh
parasit dan protozoa yang dapat mengkontaminasi makanan di
antaranya adalah Histolytica, Taenia saginata, Taenia solium,
Trichunella spiralis, dan lain sebagainya.
c) Bakteri (Clostridium perfringens)
Keracunan perfringens secara umum dicirikan dengan kram
perut dan diare yang mulai terjadi 8-22 jam setelah
mengkonsumsi makanan yang mengandung banyak C.
perfringen penghasil toxin penyebab keracunan makanan.
Penyakit ini biasanya sembuh dalam waktu 24 jam, namun
pada beberapa individu, gejala ringan dapat berlanjut sampai 1
hingga 2 minggu. Beberapa kasus kematian dilaporkan akibat
terjadi dehidrasi dan komplikasi-komplikasi lain.
d) Salmonella
Orang yang terinfeksi Salmonella sering mengalami sakit kepala,
demam, kekejangan perut, diare, mual dan muntah. Gejala sering
mulai timbul 6-72 jam setelah infeksi. Gejala biasanya berlanjut
selama 4-7 hari, adakalanya jauh lebih lama.
e) Fungi (Penicillium)
Penicillium dikenal sebagai jamur biru, yang menyebabkan soft rot
pada apel, moulding pada selai, roti, dan kue.
f) Parasit (Taenia saginata)
Jenis cacing pita yang terdapat pada sapi (lembu) adalah Taenia
Saginata, bila sudah cukup besar, maka ukuran panjangnya bisa
mencapai lima belas hingga dua puluh kaki. Ternak seperti sapi ini
makan rumput/pakan yang sebelumnya sudah terkotori oleh telur-telur
dari cacing pita. Manusia bisa terjangkiti karena mengkonsumsi
daging sapi yang mengandung telur cacing pita ini.Sebenarnya hal ini
dapat dihindari dengan memasak daging tersebut sampai matang
benar.
2) Agen Kimia
a) Bahan Pengawet
(1) Formalin, dapat menimbulkan risiko kesehatan seperti iritasi, alergi,
kemerahan, mata berair, mual, muntah, rasa terbakar, sakit perut
dan pusing dan dalam jangka waktu yang lama mengakibatkan
gangguan pada pencernaan, hati, ginjal, pankreas, system saraf
pusat dan menyebabkan kanker.
(2) Boraks, dapat mengakibatkan gangguan pada sistem saraf, ginjal,
hati, dan kulit, gejala pendarahan di lambung dan gangguan
stimulasi saraf pusat, dan terjadinya komplikasi pada otak dan hati
dan menyebabkan kematian.
(3) Asam benzoat dan natrium benzoate, jika dosisnya berlebihan dapat
menimbulkan reaksi alergi dan penyakit saraf.
(4) Natrium dan kalium nitrit, jika dosisnya berlebihan dapat
menyebabkan efek seperti kegagalan reproduksi, perubahan sel
darah, tumor pada saluran pernapasan, dan bisa menimbulkan efek
toksik pada manusia di jaringan lemak.
(5) Kalium dan natrium sulfit, jika dosisnya berlebihan dapat
mengganggu saluran pernapasan pada manusia, mengganggu
pencernaan, mengganggu metabolisme vitamin A dan B dan
metabolisme kalsium.
b) Bahan Pewarna
(1) Amaranth, dapat menimbulkan tumor, reaksi alergi pada
pernapasan, dan dapat menyebabkan hiperaktif pada anak-anak.
(2) lndigotine, meningkatkan sensitivitas pada penyakit yang
disebabkan oleh virus, serta mengakibatkan hiperaktif pada anak-
anak.
(3) Erythrosin, menimbulkan reaksi alergi pada pernapasan, hiperaktif
pada anak-anak, dan efek yang kurang baik pada otak dan perilaku.
c) Pemanis Sintetis
(1) Aspartame, mengakibatkan penyakit fenil ketonuria, memicu sakit
kepala, pusing- pusing, dapat mengubah fungsi otak dan perilaku.
(2) Siklamat, mempengaruhi hasil metabolismenya karena bersifat
karsinogenik.
(3) Sakarin, yang nama kimia sebenarnya adalah natrium sakarin atau
kalium sakarin penggunaan yang berlebihan dapat memicu
terjadinya tumor kandung kemih, dan menimbulkan rasa pahit getir.
(4) Xyllotil, mengakibatkan timbulnya kanker karena bersifat
karsinogenik (merangsang kanker).
(5) Siklamat, dengan kadar 200 mg per ml dalam medium biakan sel
leukosit dan monolayer manusia (in vitro) dapat mengakibatkan
kromosom sel-sel pecah. Di Inggris penggunaan siklamat untuk
makanan dan minuman sudah dilarang, demikian pula di beberapa
negara Eropa dan Amerika Serikat.
d) Penyedap Rasa
(1) Kafein, pemakaian kafein yang berlebihan akan merangsang sistem
saraf pada anak-anak yang menyebabkan hiperaktif, dan memicu
kanker pankreas.
(2) Monosodium glutamate menyebabkan sakit kepala, memicu jantung
berdebar, mudah lemah, menyebabkan mati rasa (Chinese Restorant
Syndrome), bias menyebabkan asma, kerusakan saraf, dan efek
psikologi.
(3) Brominasi minyak nabati dapat menyebabkan abnormalitas pada
beberapa anatomi.
(4) Asamtarin, jika penggunaan telah berlebihan dapat merangsang
kerusakan liver, dan memicu timbulnya tumor.
(5) Bahan Pemutih
(6) Benzoil perioksida yang berlebihan dapat merusak vitamin C,
bersifat karsinogenik dan menimbulkan reaksi alergi.
(7) Asam Etilen Diamin Tetra Asetat (EDTA), menimbulkan gangguan
pada absorpsi mineral-mineral esensial seperti tembaga, besi, dan
seng.
e) Bahan Antioksidan
Penggunaan antioksidan secara berlebihan dapat menyebabkan
lemah otot, mual-mual, pusing-pusing, dan kehilangan kesadaran,
sedangkan penggunaan dalam dosis rendah secara terus-menerus dapat
menyebabkan tumor kandung kemih, kanker sekitar lambung, dan
kanker paru-paru akan tetapi dari segi positifnya penggunaan
antioksidan dapat mencegah bau tengik pada makanan. Bahan
antioksidan seperti asam askorbat, BHA, tert-buti hidrokinon, dan
took ferol harus dibatasi penggunaannya. Bahan anti busa seperti
dimetil polisiloksan dibatasi. Bahan pengental seperti metil sellulosa,
CMC, asam alginat, harus dibatasi penggunaannya. Bahan pemantap
seperti propilenglikol, harus dibatasi penggunaannya.

c. Vektor
Vektor adalah anthropoda yang dapat memindahkan atau
menularkan suatu infectious agent dari sumber infeksi kepada induk
semang yang rentan, menurut WHO (2005). Berikut Vektor penyebab
penyakit bagi manusia :
1. Vektor Nyamuk
a) Malaria
Masa inkubasi penyakit malaria adalah 10 – 40 hari. Penyakit
malaria tidak akut plasmodium vivax , ovale, dan malariare. Gejala
awal pada dewasa adalah demam panas dingin, menggigil, nyeri
otot, lesu dan lemah, dan muntah.
b) Demam Berdarah
Gejala demam berdarah dengue atau DBD disebabkan oleh virus
dengue. Virus dengue ini dalam penyebaran membutuhkan nyamuk
aedes yntuk menularkannya ke manusia.
Gejala DBD yang dirasa oleh pasien adalah : Demam yang
mendadak tinggi sekitar 2 – 7 hari. Terkadang demam akan turun di
hari ke 3 atau ke 4, Mulai muncul ruam pada kulit, Nyeri yang
dirasakan di belakang mata, Manifestasi pendarahan yang ditandai
dengan bintik merah kehitaman pada kulit yang direnggangkan
warna akan tetap terlihat, Pada pemeriksaan laboratorium, trobosit
dibawah 100.000/ul
c) Filariasis (Penyakit Kaki Gajah)
Penyakit filariasis adalah penyakit menular yang disebabkan
oleh cacing parasit nemtoda dan infeksi yang dapat menyebabkan
terjadinya pembengkakan pada tukai bawah kaki dan dikenal
sebagai penyakit kaki gajah.
Gejala yang terjadi : Mual, Nyeri Otot, Sakit Kepala, Demam
dengan Menggigil, Sensitif Terhadap Cahaya Terang, Pembesaran
Kelenjar Getah Bening, Pembengkakan di Daerah Cacing
Berkembang
d) Demam Chikungunya
Masa inkubasi dari Chikungunya yaitu antara 2 – 4 hari. Gejala
yang ditimbulkan : Demam tinggi, Sakit perut, Mual, Muntah,
Sakit kepala, Nyeri sendi dan otot, Bintik-bintik merah di badan
dan tangan.
2. Vektor Lalat
a) Estamoeba dysenteriae
Vektornya adalah musca domestica (lalat rumah) dan kecoa.
Penularan terjadi karena makanan atau minuman yang terkontaminasi
oleh kista yang dibawa oleh vektor. Gejala yang dapat ditimbulkan
antara lain : Sering buang air besar, Fesesnya sedikit-sedikit dengan
lendir dan darah, Biasanya disertai rasa sakit diperut (kram
perut),Biasanya tidak demam
b) Penyakit kala-azhar
Vektornya adalah lalat penghisap darah pheblotomus sp.
Gejalanya antara lain: Deman tinggi, Menggigil, Muntah-muntah,
Terjadi pengurusan badan, Hepar bengkak
c) Penyakit leishmaniasis
Vektornya adalah lalat penghisap darah pheblotomuss.
Gejalanya yaitu : Terjadinya kupulan ditempat gigitan, Kulit tertutupi
kerak, Keluarnya exudate yang lengket, Terjadinya kerusakan jaringan

2.3 Masalah Kesehatan Lingkungan dan Alternatif Penanggulangannya


Masalah Kesehatan lingkungan merupakan masalah kompleks
yang untuk mengatasinya dibutuhkan integrasi dari berbagai sector terkait.
Di Indonesia permasalah dalam kesehatan lingkungan antara lain :

a. Air Bersih
Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-
hari seperti memasak, minum yang kualitasnya memenuhi syarat
kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak. Air minum
adalah air yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat
langsung diminum.
Syarat-syarat Kualitas Air Bersih diantaranya adalah sebagai berikut :
1) Syarat Fisik : Tidak berbau, tidak berasa, dan tidak berwarna
2) Syarat Kimia : Kadar Besi : maksimum yang diperbolehkan 0,3
mg/l, Kesadahan (maks 500 mg/l)
3) Syarat Mikrobiologis : Koliform tinja/total koliform (maks 0 per
100 ml air)
Alternatif atau program untuk menanggulangi krisis air bersih
atau penyediaan air bersih adalah :
1) Melakukan Sosialisasi
Sosialisasi yang saya maksud di sini berupa sosialisasi
untuk meningkatkan kesadaran masyarakat untuk hemat air dalam
kehidupan sehari-hari. Sosialisasi ini sangat penting untuk
dilakukan, karena ketika masyarakat sudah sadar dan memahami
tujuan serta manfaat melakukan penghemaan air, maka
penggunaan air bersih yang berlebihan bisa berkurang, dengan
begitu persediaan air tanah yang bersih bisa terjaga kapasitasnya.
Sehingga ketika masa kemarau tiba, air tanah tersebut bisa
digunakan oleh masyarakat untuk keperluan sehari-hari, sehingga
pemerintah hanya tinggal menyediakan pasokan cadangan apabila
kemarau terjadi berkepanjangan dan benar-benar menimpulkan
kekeringan yang parah.
Sosialisasi bisa dilakukan oleh berbaga pihak seperti
pemerintah, organisasi kemasyarakatan, pengurus desa setempat
dan masih banyak lagi. Kegiatan sosialisasi tersebut hendaknya
dilakukan setiap tahun, sehingga masyarakat bisa terus menjaga
kebiasan dan kesadaran tersebut dan agar pola pikir hemat air
benar-benar tertanam dalam diri mereka.
2) Melakukan Kontrol Kepada Industri
Pemerintah perlu melakukan kontrol yang ketat terhadap
industri-industribenar maupun sedang yang ada di semarang.
Kontrol yang dilakukan bertujuan untuk mencegah ulah pelaku
industri yang nakal dengan membuang limbah industri ke parit
tanpa di olah terlebih dahulu. Kontrol yang dilakukan meliputi :
a.) Melakukan analisa mengenai dampak lingkungan (AMDAL)
Jika industri tersebut tidak lolos uji AMDAL, maka sebaiknya
tidak memberikan ijin kepada pihak bersangkutan.
b.) Mengkontrol limbah proses pembuangan limbah
Jika diketahui ada industri yang membuang limbah secara
sembarangan dan terbukti merusak lingkungan, pemerintah kota
harus memberikan sanksi terhadap industri tersebut. dan setelah
itu terus melakukan kontrol yang ketat yang didukung oleh
sebuah hukum yang mengikat. Sehingga apabila ada pihak yang
melanggar, bisa dikenai sanksi pidana atau denda.
3) Menjaga Kelestarian Parit dan DAS
Penanggulangan krisis air bersih sangat bergantung kepada
kelestarian parit dan DAS. Parit yang bersih dan memiliki daerah
aliran parit yang memadai akan mampu memberikan ketersediaan
air bersih yang melimpah bagi masyarakat. Untuk bagaimana cara
menjaga kelestarian parit dan DAS
4) Melakukan Reboisasi dan Membuat Daerah Resapan Air
Untuk melakukan reboisasi, usaha yang bisa dilakukan
adalah dengan menggalakkan gerakan seperti one man one tree.
Reboisasi sangat penting untuk dilakukan, demi mengembalikan
kembali kelestarian hutan dan lingkungan, yang mana dengan
reboisasi tersebut semakin banyak pohon yang bisa membantu
untuk menyimpan persediaan air dalam tanah. Selama daur
hidupnya pohon mampu menghasilkan 250 galon air.
Selain itu reboisasi juga berguna untuk mengimbangi antara
pertumbuhan lahan yang digunakan untuk bangunan dengan lahan
terbuka yang bisa menyerap dan menyimpan air, sehingga tetap
seimbang. Dan solusi lain yang tidak kalah penting untuk
menjaga ketersediaan air bersih adalah dengan menyediakan
daerah resapan air. Yang bisa berupa taman atau kebun yang
ditanami pepohonan dengan jenis berbagai macam sehingga bisa
menyerap dan menyimpan air.
5) Melakukan pemerataan layanan PDAM
Pemerataan layanan PDAM juga menjadi sebuah solusi
yang bisa memberikan jawaban untuk mengatasi masalah krisis
air
bersih. Karena sampai saat ini banyak wilayah di semaran yang
belum merasakan layanan dari PDAM, dan karena sebagian
wilayah tersebut adalah wilayah miskin, maka hendaknya pemkot
bisa memberikan tarif yang lebih murah dan bisa dijangkau oleh
masyarakat.
Atau layanan PDAM yang diberikan tidak harus selama
satu tahun penuh, melainkan hanya ketika musim kemarau saja.
Yang penting wilayah-wilayah tersebut sudah dijangkau oleh
pipa-pipa PDAM, sehingga ketika kekeringan benar-benar datang,
pemkot bisa mengatasi masalah tersebut dengan cepat dan
wargapun tidak perlu harus menderita berjalan sekian kilo meter
untuk mencari air.
6) Membuat Penampungan Air Hujan
Secara umum wilayah-wilayah di Indonesia memiliki curah
hujan yang tinggi. Hal ini adalah peluang yang sangat bagus
untuk mengatasi kekeringan di musim kemarau, jika air hujan
bisa dikelola dengan baik sehingga bisa menyimpan cadangan air
yang akan sangat berguna saat musim kemarau. Membangun
tempat penampungan air hujan seperti situ, embung, waduk
sekala kecil yang dibuat di beberapa wilayah rawan kekeringan.
Embung atau situ tersebut dimaksudkan untuk menampung air,
yang bisa digunakan untuk keperluan warga sehari-hari atau bisa
juga untuk pertanian ketika kemarau.
Jika membuat danau-danau buatan terlalu berat dan besar
biayanya, maka pemerintah bisa membangun bak penampungan air
hujan di tiap RT. Bak penampungan air hujan bisa dibuat dengan
kedalaman 4 meter atau lebih, dengan bak seukuran tersebut air
hujan yang tertampung dapat bertahan selama 3-4 bulan
pemakaian.
Cara lain untuk mencegah seminimal mungkin air hujan
agar tidak terbuang ke laut adalah dengan membuat sumur
resapan air atau lubang resapan biopori. Dengan begitu air hujan
bisa terserap
sepenuhnya ke dalam tanah. Selain itu cara tersebut juga bisa
memperkecil banjir dengan menyimpan air di tanah
7) Sosialisasi Perawatan Sistem Air Bersih
Jika sudah dilakukan pembangunan-pembangunan sistem
untuk menampung air bersih. Maka pemerintah harus melakukan
sosialisasi kepada warga untuk menerangkan bagaimana cara
merawat dan memperbaiki sistem air bersih yang akan dikelola
sendiri tersebut. sehingga apa yang sudah dibuat dan dibangun
bisa bertahan lama dan berfungsi dengan baik.

b. Pembuangan Kotoran/Tinja
Metode pembuangan tinja yang baik yaitu dengan jamban dengan
syarat sebagai berikut :
1) Tanah permukaan tidak boleh terjadi kontaminasi

2) Tidak boleh terjadi kontaminasi pada air tanah yang mungkin


memasuki mata air atau sumur
3) Tidak boleh terkontaminasi air permukaan
4) Tinja tidak boleh terjangkau oleh lalat dan hewan lain
5) Tidak boleh terjadi penanganan tinja segar ; atau, bila memang
benar-benar diperlukan, harus dibatasi seminimal mungkin
6) Jamban harus babas dari bau atau kondisi yang tidak sedap
dipandang
7) Metode pembuatan dan pengoperasian harus sederhana dan tidak
mahal.

Alterntif atau program penanggulangan bisa dengan cara berikut :


1) Pengolahan Setempat: Tangki Septik dengan Upflow Filter
Tangki septik berfungsi menampung air kakus dan
menurunkan berbagai pencemar yang dikandungnya. Tangki
septik dengan upflow filter adalah teknologi pengolahan untuk
menjamin air limbah yang diolah akan mencapai batasan tingkat
pencemaran yang aman untuk dibuang ke lingkungan. Teknologi
itu berbahan
dasar beton atau fiber glass, berbentuk segi-empat, lingkaran, atau
kombinasinya.
2) Menyediakan dan memelihara sarana buang air besar yang
memenuhi standar dan persyaratan kesehatan.
Jamban sehat efektif untuk memutus mata rantai penularan
penyakit. Jamban sehat harus dibangun, dimiliki, dan digunakan
oleh keluarga dengan penempatan (di dalam rumah atau di luar
rumah) yang mudah dijangkau oleh penghuni rumah. Standar dan
persyaratan kesehatan bangunan jamban terdiri dari:
a) Bangunan atas jamban (dinding dan/atau atap) Bangunan atas
jamban harus berfungsi untuk melindungi pemakai dari
gangguan cuaca dan gangguan lainnya.
b) Bangunan tengah jamban Terdapat 2 (dua) bagian bangunan
tengah jamban, yaitu:
(1) Lubang tempat pembuangan kotoran (tinja dan urine)
yang saniter dilengkapi oleh konstruksi leher angsa. Pada
konstruksi sederhana (semi saniter), lubang dapat dibuat
tanpa konstruksi leher angsa, tetapi harus diberi tutup.
(2) Lantai Jamban terbuat dari bahan kedap air, tidak licin,
dan mempunyai saluran untuk pembuangan air bekas ke
Sistem Pembuangan Air Limbah (SPAL).
(3) Bangunan Bawah Merupakan bangunan penampungan,
pengolah, dan pengurai kotoran/tinja yang berfungsi
mencegah terjadinya pencemaran atau kontaminasi dari
tinja melalui vektor pembawa penyakit, baik secara
langsung maupun tidak langsung.
c.) Terdapat 2 (dua) macam bentuk bangunan bawah jamban,
yaitu:
(1) Tangki Septik, adalah suatu bak kedap air yang berfungsi
sebagai penampungan limbah kotoran manusia (tinja dan
urine). Bagian padat dari kotoran manusia akan
tertinggal dalam tangki septik, sedangkan bagian cairnya
akan
keluar dari tangki septik dan diresapkan melalui
bidang/sumur resapan. Jika tidak memungkinkan dibuat
resapan maka dibuat suatu filter untuk mengelola cairan
tersebut.
(2) Cubluk, merupakan lubang galian yang akan
menampung limbah padat dan cair dari jamban yang
masuk setiap harinya dan akan meresapkan cairan limbah
tersebut ke dalam tanah dengan tidak mencemari air
tanah, sedangkan bagian padat dari limbah tersebut akan
diuraikan secara biologis.
d.) Membudayakan perilaku buang air besar sehat yang dapat
memutus alur kontaminasi kotoran manusia sebagai sumber
penyakit secara berkelanjutan.

c. Kesehatan Pemukiman
Secara umum rumah dapat dikatakan sehat apabila memenuhi kriteria
sebagai berikut :
1) Memenuhi kebutuhan fisiologis, yaitu : pencahayaan,
penghawaan dan ruang gerak yang cukup, terhindar dari
kebisingan yang mengganggu
2) Memenuhi kebutuhan psikologis, yaitu : privacy yang cukup,
komunikasi yang sehat antar anggota keluarga dan penghuni
rumah
3) Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit
antarpenghuni rumah dengan penyediaan air bersih, pengelolaan
tinja dan limbah rumah tangga, bebas vektor penyakit dan tikus,
kepadatan hunian yang tidak berlebihan, cukup sinar matahari
pagi, terlindungnya makanan dan minuman dari pencemaran,
disamping pencahayaan dan penghawaan yang cukup
4) Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik
yang timbul karena keadaan luar maupun dalam rumah antara lain
persyaratan garis sempadan jalan, konstruksi yang tidak mudah
roboh, tidak mudah terbakar, dan tidak cenderung membuat
penghuninya jatuh tergelincir.

d. Pembuangan Sampah
Teknik pengelolaan sampah yang baik dan benar harus
memperhatikan faktor-faktor atau unsur, berikut:
1) Penimbulan sampah. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi
sampah adalah jumlah penduduk dan kepadatanya, tingkat
aktivitas, pola kehidupan, sosial ekonomi, letak geografis, iklim,
musim, dan kemajuan teknologi
2) Penyimpanan sampah
3) Pengumpulan, pengolahan dan pemanfaatan kembali
4) Pengangkutan
5) Pembuangan

Dengan mengetahui unsur-unsur pengelolaan sampah, kita


dapat mengetahui hubungan dan urgensinya masing-masing unsur
tersebut agar kita dapat memecahkan masalah-masalah ini secara
efisien. Alternati atau program yang dapat dilakukan adalah dengan
cara 3R. 3R terdiri atas reuse, reduce, dan recycle. Reuse berarti
menggunakan kembali sampah yang masih dapat digunakan untuk
fungsi yang sama ataupun fungsi lainnya. Reduceberarti mengurangi
segala sesuatu yang mengakibatkan sampah. Dan Recycle berarti
mengolah kembali (daur ulang) sampah menjadi barang atau produk
baru yang bermanfaat.

Mengelola sampah dengan sistem 3R (Reuse Reduce


Recycle) dapat dilakukan oleh siapa saja, kapan saja (setiap hari), di
mana saja, dan tanpa biaya. Yang dibutuhkan hanya sedikit waktu
dan kepedulian. Berikut adalah kegiatan 3R (Reuse Reduce Recycle)
yang dapat dilakukan di rumah, sekolah, kantor, ataupun di tempat-
tempat umum lainnya.
Contoh kegiatan reuse sehari-hari:

1) Pilihlah wadah, kantong atau benda yang dapat digunakan


beberapa kali atau berulang-ulang. Misalnya, pergunakan
serbet dari kain dari pada menggunakan tissu, menggunakan
baterai yang dapat di charge kembali.
2) Gunakan kembali wadah atau kemasan yang telah kosong untuk
fungsi yang sama atau fungsi lainnya. Misalnya botol bekas
minuman digunakan kembali menjadi tempat minyak goreng.
3) Gunakan alat-alat penyimpan elektronik yang dapat dihapus dan
ditulis kembali.
4) Gunakan sisi kertas yang masih kosong untuk menulis.
5) Gunakan email (surat elektronik) untuk berkirim surat.
6) Jual atau berikan sampah yang terpilah kepada pihak
yang memerlukan

Contoh kegiatan reduce sehari-hari:

1) Pilih produk dengan kemasan yang dapat didaur ulang.


2) Hindari memakai dan membeli produk yang menghasilkan
sampah dalam jumlah besar.
3) Gunakan produk yang dapat diisi ulang (refill). Misalnya alat
tulis yang bisa diisi ulang kembali).
4) Maksimumkan penggunaan alat-alat penyimpan elektronik yang
dapat dihapus dan ditulis kembali.
5) Kurangi penggunaan bahan sekali pakai.
6) Gunakan kedua sisi kertas untuk penulisan dan fotokopi.
7) Hindari membeli dan memakai barang-barang yang kurang perlu.

Contoh kegiatan recycle sehari-hari:

1) Pilih produk dan kemasan yang dapat didaur ulang dan


mudah terurai.
2) Olah sampah kertas menjadi kertas atau karton kembali.
3) Lakukan pengolahan sampah organic menjadi kompos.
4) Lakukan pengolahan sampah non organic menjadi barang
yang bermanfaat.

e. Serangga dan Binatang Pengganggu

Serangga sebagai reservoir (habitat dan suvival) bibit penyakit


yang kemudian disebut sebagai vektor misalnya : pinjal tikus untuk
penyakit pes/sampar, Nyamuk Anopheles sp untuk penyakit Malaria,
Nyamuk Aedes sp untuk Demam Berdarah Dengue (DBD), Nyamuk
Culex sp untuk Penyakit Kaki Gajah/Filariasis.
Penanggulangan/pencegahan dari penyakit tersebut
diantaranya dengan merancang rumah/tempat pengelolaan makanan
dengan rat proff (rapat tikus), Kelambu yang dicelupkan dengan
pestisida untuk mencegah gigitan Nyamuk Anopheles sp, Gerakan 3
M (menguras mengubur dan menutup) tempat penampungan air untuk
mencegah penyakit DBD, Penggunaan kasa pada lubang angin di
rumah atau dengan pestisida untuk mencegah penyakit kaki gajah dan
usaha-usaha sanitasi.
Binatang pengganggu yang dapat menularkan penyakit
misalnya anjing dapat menularkan penyakit rabies/anjing gila.Kecoa
dan lalat dapat menjadi perantara perpindahan bibit penyakit ke
makanan sehingga menimbulakan diare.Tikus dapat menyebabkan
Leptospirosis dari kencing yang dikeluarkannya yang telah terinfeksi
bakteri penyebab.
f. Makanan dan Minuman
Sasaran higene sanitasi makanan dan minuman adalah restoran,
rumah makan, jasa boga dan makanan jajanan (diolah oleh pengrajin
makanan di tempat penjualan dan atau disajikan sebagai makanan siap
santap untuk dijual bagi umum selain yang disajikan jasa boga, rumah
makan/restoran, dan hotel). Persyaratan hygiene sanitasi makanan dan
minuman tempat pengelolaan makanan meliputi :
1) Persyaratan lokasi dan bangunan
2) Persyaratan fasilitas sanitasi
3) Persyaratan dapur, ruang makan dan gudang makanan
4) Persyaratan bahan makanan dan makanan jadi
5) Persyaratan pengolahan makanan
6) Persyaratan penyimpanan bahan makanan dan makanan jadi
7) Persyaratan peralatan yang digunakan
8) Pencemaran Lingkungan
Pencemaran lingkungan diantaranya pencemaran air,
pencemaran tanah, pencemaran udara.Pencemaran udara dapat
dibagi lagi menjadi indoor air pollution dan out door air pollution.
Indoor air pollution merupakan problem perumahan/pemukiman
serta gedung umum, bis kereta api, dll. Masalah ini lebih berpotensi
menjadi masalah kesehatan yang sesungguhnya, mengingat manusia
cenderung berada di dalam ruangan ketimbang berada di
jalanan.Diduga akibat pembakaran kayu bakar, bahan bakar rumah
tangga lainnya merupakan salah satu faktor resiko timbulnya infeksi
saluran pernafasan bagi anak balita.
Mengenai masalah out door pollutionatau pencemaran udara di
luar rumah, berbagai analisis data menunjukkan bahwa ada
kecenderungan peningkatan. Beberapa penelitian menunjukkan
adanya perbedaan resiko dampak pencemaran pada beberapa
kelompok resiko tinggi penduduk kota dibanding pedesaan.
Besar resiko relatif tersebut adalah 12,5 kali lebih besar.
Keadaan ini, bagi jenis pencemar yang akumulatif, tentu akan lebih
buruk di masa mendatang. Pembakaran hutan untuk dibuat lahan
pertanian atau sekedar diambil kayunya ternyata membawa dampak
serius, misalnya infeksi saluran pernafasan akut, iritasi pada mata,
terganggunya jadual penerbangan, terganggunya ekologi hutan.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS PADA
KELOMPOK KESEHATAN LINGKUNGAN

3.1 Gambaran Kasus


Di wilayah RW IV Kelurahan Mojo Kecamatan Gubeng Surabaya
yang didapatkan melalui observasi terdapat parit yang tercemar limbah
anorganik seperti plastik bungkus snack, botol plastik minuman, kaleng dan
lain-lainnya dan terdapat sampai organik pula seperti sisa makanan, tinja dan
dedaunan. Hal ini dikarenakan perilaku warga di sekitar tidak taat pada
PHBS seperti membuang sampah di parit dan membuat parit sebagai
septictank. Hal ini dikarenakan ukuran parit yang cukup besar dan untuk
fasilitas tempat sampah yang ukurannya memadahi pun minim. Hasilnya air
parit berwarna kehitaman, berbau tidak sedap, berdasarkan hasil wawancara
dengan penduduk setempat sebagian besar penduduk sudah terbiasa dengan
bau parit yang berada didepan halaman rumah karena sudah sejak lama
seperti itu dan mengatakan bahwa membuang sampah atau limbah di parit
lebih mudah karena tempatnya luas. wawancara dengan tokoh masyarakat
didapatkan bahwa sudah ada larangan membuang sampah dan limbah rumah
tangga seperti pembuangan tinja, pembuangan air sabun ke parit tetapi, tetap
ada yang melanggar aturan tersebut. Asuhan Keperawatan Komunitas
dilaksanakan di RW IV Kelurahan
Mojo Kecamatan Gubeng Surabaya dari tanggal 26 Agustus 2020 sampai 16
September 2020 diberikan dalam beberapa tahap, yaitu:
1. Tahap pertama yaitu tahap persiapan melalui winshield survey yang
dilaksanakan pada tanggal 26 Agustus 2020 sampai 28 Agustus 2020
dan melaksanakan tindak lanjut hasil survey melalui Musyawarah
Masyarakat Kelurahan I (MMK I) pada tanggal 1 September 2020
2. Tahap kedua yaitu tahap pengumpulan data dan pengkajian kesehatan
masyarakat melalui penyebaran kuesioner pada tanggal 3-7 September
2020.
3. Tahap ketiga yaitu penentuan masalah kesehatan/keperawatan dan
penyusunan rencana kegiatan (tindakan keperawatan) yang disepakati
melalui Musyawarah Masyarakat Kelurahan II (MMK II) pada tanggal 8
September 2020
4. Tahap keempat yaitu tahap pelaksanaan tindakan/implementasi yang
dilaksanakan berdasarkan rencana selama 10-17 September 2020
5. Tahap kelima yaitu tahap evaluasi terhadap hasil kegiatan yang telah
dilaksanakan serta tindak lanjut dari tindakan yang dilakukan pada
tanggal 18 September 2020 dalam kegiatan Musyawarah Masyarakat
Kelurahan III (MMK III).
Asuhan keperawatan yang dilakukan di wilayah RW IV Kelurahan Mojo
Kecamatan Gubeng Surabaya dilaksanakan oleh Fakultas Keperawatan
UNAIR Surabaya bekerjasama dengan masyarakat, serta pihak terkait.

3.2 Pengkajian
3.2.1 Tahap Persiapan
Pada tahap ini dilakukan beberapa persiapan sebelum dilakukan
asuhan keperawatan komunitas, diantaranya melakukan pengamatan secara
umum (winshield survey) tentang situasi dan keadaan wilayah RW IV
Kelurahan Mojo Kecamatan Gubeng Surabaya dan presentasi hasil winshield
survey pada Musyawarah Masyarakat Kelurahan I (MMK I).
Gambaran umum situasi dan keadaan wilayah RW IV Kelurahan
Mojo Kecamatan Gubeng Surabaya didapatkan melalui wawancara dengan
penduduk setempat, tokoh masyarakat, dan observasi lingkungan, sehingga
dapat diperkirakan faktor risiko yang dapat menimbulkan masalah kesehatan
dan faktor penunjang untuk peningkatan kesehatan masyarakat. Hasil
winshield survey adalah sebagai berikut :
A. Data Inti
1) Riwayat/Sejarah Perkembangan Komunitas
Pada tahun 1980 RW V dahulu merupakan lingkungan yang
memiliki 4 RT yaitu RT 29, 30, 31 dan 32. Sejak tahun 1990-an, berubah
menjadi RW IV Kelurahan Mojo Kecamatan Gubeng Surabaya dan
memiliki 4 RT yaitu RT I, RT II, RT III,dan RT IV. Dasar pemilihan
RT/RW mengacu pada keputusan No 06 tahun 2007 tentang penetapan
susunan pengurus rukun tetangga dan RW sewilayah Kelurahan Mojo.
Pemilihan RW dilakukan secara langsung oleh warga dengan cara
mencalonkan terlebih dahulu RW kemudian dipilih. Sedangkan RT
dipilih secara bebas oleh warga tanpa dicalonkan terlebih dahulu.
2) Demografi Penduduk
a. Data penduduk Berdasarkan Umur

Tabel 4.1 Data Penduduk Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin RW IV


Kelurahan Mojo Periode Februari-Maret 2019
RT1 RT 2 RT3 RT4 Total Prosentase
UMUR
L P L P L P L P L P L P
0-1 - - - - - - - - - - - -
Bulan
1 bln–1 - 1 - 1 - - - - 2 - 0,70%
thn
2 - 5 Thn 3 6 2 2 2 1 7 3 14 12 4,82% 4,21%
6 – 12 thn 6 9 9 7 5 9 9 5 29 30 10% 10,52
%
13 – 21 9 9 7 8 13 5 10 11 39 33 13,44 11,57
thn % %
22 – 44 25 26 21 21 20 18 30 24 96 89 33,10 31,22
thn % %
45 – 59 15 16 17 19 18 16 17 17 67 68 23,10 24,21
thn % %
60 - 74 7 9 10 12 7 10 8 7 32 38 11,03 13,33
Thn % %
75 - 90 2 3 3 2 4 1 4 7 13 13 4,48% 4,56%
Thn
> 90 - - - - - - - - - - - -
Tahun
TOTAL 67 79 69 72 69 60 85 74 29 28 100% 100%
0 5
Dari Tabel 4.1 Diketahui Penduduk RW VI Adalah Umur 22-44 Tahun ( Usia
Produktif) Berjenis Kelamin Laki-Laki 33,10 %, Berjenis Kelamin Perempuan
31,22%.

b. Data penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin


Tabel 4.2. Data Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin RW IV
Kelurahan Mojo Periode Februari-Maret 2019
RT Prosentase
Jenis Kelamin RT I RT III RT IV Total
II
Laki-laki 67 69 69 85 290 50,44%
Perempuan 79 72 60 74 285 49,56%
TOTAL 146 141 129 159 575 100%
Dari Tabel 4.2. Diketahui Jenis Kelamin Penduduk RW VI 50,44% adalah
Laki-Laki

c. Data penduduk Berdasarkan Pekerjaan


Tabel 4.3 Data penduduk Berdasarkan Pekerjaan RW IV Kelurahan
Mojo Periode Februari-Maret 2019
Presentase masyarakat produktif : 54,7 %
Presentase masyarakat tidak produktif : 45,3 %
Pekerjaan RT I RT II RT III RT IV Total Prosentase
PNS 6 7 7 2 22 3,92 %
Pelajar 27 30 35 25 117 20,85 %
Tidak/Belum 12,65 %
28 20 12 11 71
bekerja
Polri 1 0 0 0 1 0,17 %
Sopir 1 0 0 1 2 0,35 %
Wiraswasta 14 44 13 24 95 16,93 %
Karyawan BUMN 2 1 25 3 31 5,52 %
Karyawan Swasta 23 0 2 0 25 4,45 %
Buruh 11 10 1 8 30 5,34 %
Dosen 0 0 1 0 1 0,17 %
Ibu Rumah Tangga 26 30 13 19 88 15,68 %
Petani 0 2 3 0 5 0,89 %
Pensiunan 6 6 9 4 25 4,45 %
Pedagang 2 7 7 2 18 3,2 %
TOTAL 86 101 62 58 307 100%
Dari Tabel 4.3. Diketahui Pekerjaan Penduduk RW VI 20,85% adalah Sebagai
Pelajar

d. Data Penduduk Berdasarkan Fasilitas Keluarga


Tabel 4.4. Data Penduduk Berdasarkan Fasilitas Keluarga RW IV
Kelurahan Mojo Periode 2019
Total Prese
Sumber RT RT
RT I RT IV Total KK/Pen ntase
air II III
-duduk
Tidak
tersedia
31 27 36 36 130 197 88%
sarana air
besih
Air sumur
32 48 36 34 150 197 87%
terlindungi
Tersedia
90,8
jamban 36 50 36 57 179 197
%
keluarga
Buang ari
besar 146 158 132 115 551 561 98%
dijamban
Tidak
memakai 89 80 95 86 350 561 62%
air bersih
Dari Tabel 4.4 Diketahui 90,8% Penduduk RW VI Tersedia Jamban Keluarga
3) Ras dan etnik
Penduduk di RW IV 100% bersuku Jawa. Menurut Ketua RT mereka
hidup dengan kebiasaan dan budaya yang berlaku dana saling menghargai.
Di daerah ini biasanya tempat khusus untuk perkumpulan masyarakat
untuk rapat atau musyawarah adalah di salai desa atau aula
mesjid/mushola. Namun masyarakat di RW IV jarang melakukan kegiatan
kemasyarakatan karena masyarakatnya terlalu sibuk untuk bekerja.
4) Nilai, Agama, dan Kepercayaan
Seluruh masyarakat (100%) RW IV menganut agama Islam. Aktivitas
beribadah masyarakat yang beragama islam terlihat ketika warga
melaksanakan sholat berjamaah di Mesjid/Musholla. Selain itu di RW
IV juga terdapat kegiatan majlis ta’lim dan pengajian yang dilaksanakan 1
kali dalam sebulan yang diadakan di masjid. Pada RW IV tidak terdapat
gereja dan rumah ibadah lainnya.

B. Delapan Sub Sistem


1. Lingkungan Fisik
Di Kelurahan Mojo ini memiliki batas wilayah:
Batas utara  Pacar keling
Batas Timur  Pacar Kembang
Batas Barat  Pucang sewu
Batas Selatan  Kertajaya
Sebagian besar rumah di RW IV bersifat permanen, Jarak rumah-
rumah di RW IV sebagian besar berdekatan bahkan berdempetan antara
rumah yang satu dengan rumah yang lainnya. Kondisi lingkungan rumah
secara umum terlihat cukup kumuh, banyak perabotan tak terpakai atau
barang rongsokan bertumpukan di depan rumah, sampah seperti plastik
dan kertas bekas bungkus makanan, dedaunan terlihat tidak disapu.
Sumber air bersih berasal dari PDAM Kota. Sanitasi lingkungan terlihat
cukup kotor, ada beberapa tempat pembuangan sampah yang tidak
dikelola secara baik. Sampah ditumpuk di sebuah tempat dengan ukuran
yang kurang memadai dibandingkan dengan jumlah sampah yang
terkumpul. Namun, ini juga diakibatkan karena perilaku masyarakat yang
kurang megelola fasilitas tepat sampah denga baik dalam membuang dan
mengumpulkan sampai pada tempatnya. Karena banyak juga yang tidak
membuang sampah dengan rapi. Sampah itu tidak dibakar atau diangkut
oleh petugas kebersihan. Pengangkutan sampah tersebut dilakukan dalam
dua hari sekali sehingga menjadikan lingkungan tersebut kumuh, bau tak
sedap yang menyebar sampai dalam rumah. Di RW IV terdapat parit
yang tercemar limbah rumah tangga seperti untuk pembuangan tinja
dan air
bekas cucian karena warga mengandalkannya sebagai septictank. Hal ini
menyebabkan air parit berwarna kehitaman, berbau tidak sedap.
2. Kesehatan dan Pelayanan Sosial
Sarana pelayanan kesehatan yang tersedia di RW IV adalah
Posyandu balita dan Pos Kesehatan Kelurahan. RW IV ini tidak memiliki
posyandu lansia. Posyandu balita dilakukan 1 kali sebulan pada hari
Rabu minggu ke 3 dimana petugas kesehatan dari Puskesmas Pacarkeling
langsung datang ke RW IV. Di RW IV. Terdapat juga Kader Juantik
pada kelurahan ini yang bekerja sama juga dengan Puskesmas
Pacarkeling.
Di Kelurahan Mojo hanya terdapat satu buah Posyandu Lansia
yang diadakan satu kali sebulan, dimana posyandu dilakukan secara
gabungan sekelurahan Mojo.. Di Kelurahan Mojo juga terdapat satu buah
Posbindu (Pos Pembinaan Terpadu) yang merupakan program baru dari
Dinas Kesehatan dan baru terbentuk di kelurahan Mojo selama 1 bulan.
Ponbindu ini akan dilaksanakan 1 kali dalam 3 bulan di kantor Kelurahan
Mojo.
Vital Statistik
Berdasarkan hasil survey 6 bulan terakhir terdapatkan data
beberapa penyakit diantaranya adalah Diare (41,6%), ISPA (11,9%),
alergi kulit (11,2%), febris (6,7%), infeksi kulit (5,6%), rematik (5,6%),
neuralgia (4,8%), caries (3%), Berdasarkan data dari Poskeskel, dalam 6
bulan ini kasus diare mendominasi diikuti ISPA dan alergi kulit.
3. Ekonomi
Tingkat ekonomi masyarakat sebagian besar (70%) menengah ke
bawah. Pada umumnya masyarakat bekerja sebagai pedagang baik
berdagang sembako di rumah, berdagang jajanan keliling maupun
menetap yang membuat bungkus jajanan kurang lebih tercecer. Ada juga
warung makan disekitar area RW. Menurut ketua RT hanya 3,92 % dari
masyarakat yang bekerja sebagai PNS. Ada juga beberapa masyarakat
yang bekerja sebagai buruh bangunan, jasa laundry atau mencuci
pakaian.
4. Transportasi dan Keamanan
Sarana transportasi yang digunakan masyarakat untuk keluar
masuk lokasi RW IV adalah kendaraan roda 2 ataupun roda 4.
Masyarakat umumnya memiliki kendaraan pribadi roda 2, dan hanya
beberapa yang memiliki kendaraan roda 4. Dan sebagai transportasi
umum, masyarakat menggunakan fasilitas angkot dengan kendaraan roda
dua (ojek/ojek online).
Secara umum kondisi lalu lintas di wilayah ini ramai lancar karena
konstruksi jalan sudah terbuat dari aspal. Luas jalan relatif sempit, dan
terdapat juga beberapa jalan setapak yang hanya bisa dilewati oleh
kendaraan roda dua. Kondisi ini membuat kendaraan yang melewati jalan
tersebut tidak bisa melaju dengan kecepatan tinggi. Dampak positifnya
adalah memudahkan akses menuju pelayanan kesehatan yang berjarak ±
6 km. Salah satu dampak negatifnya adalah menyulitkan penanganan
diwaktu-waktu yang darurat misalnya saat terjadinya kebakaran, gempa.
5. Politik dan Pemerintahan
Ketua RT di RW IV dipilih secara langsung oleh masyarakat
dengan menyebarkan kertas suara dan dikumpulkan oleh panitia
pemilihan ketua RT. Di RW IV terdapat organisasi pemuda namun
organisasi ini nyaris tidak memiliki kegiatan. Selain itu tidak ada
organisasi yang aktif di masyarakat RW IV. Tidak terlihat spanduk atau
poster partai politik, tapi ada terlihat 2 spanduk calon wali kota dan wakil
wali kota Surabaya yang terpasang di pinggir jalan RW IV, selain itu
tidak ada warga RW IV yang menjadi simpatisan fanatik suatu partai
politik tertentu. Terdapat kebijakan larangan membuang sampah dan
limbah rumah tangga (menjadikan parit sebagai septic tank) ke parit.
Namun, tetap saja dilanggar dengan alasannya fasilitas yang kurang.
Tetapi, fasilitas pembuangan sampah ada, tetapi tidak digunakan dengan
benar karena cara membuangnya yang tidak rapi akhirnya sampah
terkumpul dengan tidak teratur atau berserakan.
6. Komunikasi
Pada umumnya masyarakat di daerah ini mengunakan bahasa
Jawa. Biasanya komunikasi antar warga dilakukan pada sore hari karena
pada pagi dan siang hari warga sibuk dengan urusannya masing-masing.
Komunikasi antar warga berjalan dengan baik.
Sebagian besar penduduk di RW IV sudah memiliki TV atau
radio. Hal ini tampak dari adanya antena televisi di tiap – tiap rumah
yang ada di RW IV. Selain itu, sebagai sarana penyampaian informasi
seperti ada berita duka, perkumpulan diumumkan di Mesjid atau
Mushalla, atau pun informasi dari kelurahan biasanya langsung
disampaikan ke Ketua RW lalu ke Ketua RT hingga informasi sampai
pada masyarakat. Informasi mengenai Posyandu dan imunisasi biasanya
langsung disampaikan oleh kader.
Selain itu, warga biasanya berkumpul di warung untuk bercerita
dan berbagi informasi. Warga menggunakan handphone sebagai sarana
komunikasi dan jarang menggunakan telepon rumah.
7. Pendidikan
Di RW IV tidak terdapat sekolah formal seperti TK, SD, SMP, dan
SMA, sehingga anak-anak harus sekolah di SD yang ada di RW lain yang
jaraknya tidak jauh dari RW IV. Namun SMP dan SMA jaraknya cukup
jauh dari RW IV. Di RW IV terdapat sebuah Mesjid (Ar-Rafah) dan dua
Mushalla (Nurul Muttaqin dan Nurul Huda), sehingga bagi warga yang
beragama islam beribadah di mesjid atau pun mushalla.
8. Rekreasi
Setelah pulang kerja, sebagian besar penduduk menghabiskan
waktunya di rumah bersama keluarga dengan bercerita atau menonton TV.
Dan sebagian kecil bapak - bapak berkumpul, duduk – duduk dan
bercerita- cerita pada sore atau malam hari di warung-warung dan teras
rumah. Sedangkan sebagian kecil ibu- ibu berkumpul dan bercerita- cerita
di rumah salah satu warga. Setiap sore beberapa pemuda berkumpul di
warung untuk bercerita-cerita dan bermain.
C. PERSEPSI
1. Persepsi Penduduk di Wilayah
Warga mengatakan daerah RW IV Kelurahan Mojo ini aman,
damai, tentram dan jarang terjadi keributan. Apabila terdapat keributan
antar
warga, warga yang lain tidak ikut campur akan masalah tersebut.
Sebagian besar masyarakat percaya dengan pelayanan kesehatan.
Untuk membersihkan lingkungan, warga membersihkan sendiri-
sendiri dan sekali-sekali melakukan gotong royong di lingkungannya .
Warga sudah terbiasa dengan bau tidak sedap dari parit. Warga
mengadakan pengajian setiap satu kali sebulan.
2. Persepsi Perawat
Pada observasi yang dilakukan mahasiswa, sanitasi lingkungan
terlihat sedikit kumuh, namun ada beberapa tempat pembuangan sampah
yang tidak dikelola secara baik dan mengakibatkan sampai anorganik
sepert bungkus makanan, botol plastik dan sampah anorganik seperti sisa
makanan dan dedaunan berserakan. Sanitasi lingkungan terlihat cukup
kotor, ada beberapa tempat pembuangan sampah yang tidak dikelola
secara baik. Parit juga sebagai pembuangan limbah rumah tangga yang
dijadikan septictank dan pembuangan air sabun bekas mencuci.

Ancaman Masalah Yang Mungkin Muncul Dari Hasil Winshield Survey


1. Resiko terjadinya penyakit menular seperti penyakit infeksi (diare, dan
penyakit kulit)
2. Resiko penurunan derajat kesehatan
3. Resiko terjadinya kecelakaan terutama pada anak-anak
4. Potensial peningkatan peran serta masyarakat
5. Potensial peningkatan pengetahuan dan pertukaran informasi
6. Potensial peningkatan tingkat pendidikan.
3.3 Analisa Data
No. Pengelompokan Data Kemungkinan Masalah Kesehatan
Penyebab
1. DS : Sumber daya Domain 1
- Hasil wawancara dengan pengetahuan tidak Promosi Kesehatan
penduduk, mengatakan cukup Kelas 2
bahwa membuang Manajemen Kesehatan
sampah atau limbah di Kode
parit lebih mudah karena 00099
tempatnya luas Ketidakefektifan
- Hasil wawancara dengan Pemeliharaan Kesehatan
tokoh masyarakat
didapatkan bahwa sudah
ada larangan membuang
sampah plastik, botol,
kalneg dan limbah rumah
tangga seperti
pembuangan tinja, tetapi
tetap ada yang melanggar
aturan tersebut.

DO :
- Terlihat sampah
ditumpuk di sebuah
tempat dengan ukuran
yang kurang memadai
dibandingkan dengan
jumlah sampah yang
terkumpul.
- Perilaku masyarakat
yang kurang megelola
fasilitas
tepat sampah denga baik
dalam membuang dan
mengumpulkan sampah
dengan teratur
- Warga mengandalkan
parit sebagai septictank
untuk membuang tinja
- Terlihat beberapa sampah
berceceran karena warga
bekerja sebagai pedagang
baik berdagang sembako
di rumah, berdagang
jajanan keliling maupun
menetap yang membuat
bungkus jajanan kurang
lebih tercecer
- Fasilitas tempat sampah
yang ukurannya
memadahi pun minim.

2. DS : Kontak zat kimia Domain 11


- Berdasarkan hasil dalam air Keamanan/Perlindungan
wawancara dengan Kelas 4
penduduk setempat Bahaya Lingkungan
sebagian besar penduduk Kode
sudah terbiasa dengan 00181
bau parit yang berada Kontaminasi
didepan halaman rumah
karena sudah sejak lama
seperti itu.
- Warga mengatakan
bahwa membuang
sampah atau limbah di
parit lebih mudah karena
tempatnya luas.

DO :
- Observasi terdapat parit
yang tercemar limbah
anorganik seperti plastik
bungkus snack, botol
plastik minuman, kaleng
dan lain-lainnya dan
terdapat sampai organik
pula seperti sisa
makanan, tinja dan
dedaun
- Hasilnya air parit
berwarna kehitaman,
berbau tidak sedap.

3.4 Diagnosa Keperawatan Komunitas


a. Domain 1 : Promosi Kesehatan
Kelas 2 : Manajemen Kesehatan
Kode 00099
Diagnosa : Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan berhubungan dengan
sumber daya pengetahuan tidak cukup pada kelompok masyarakat di RW IV
Kelurahan Mojo
b. Domain 11:
Keamanan/Perlindungan Kelas 4
: Bahaya Lingkungan
Kode 00181
Diagnosa : Kontaminasi berhubungan dengan kontaminasi zat kimia dalam air
pada kelompok masyarakat di RW IV Kelurahan Mojo
3.5 Rencana Keperawatan
Prioritas Diagnosa Keperawatan

Diagnosa Perhatian Poin Tingkat Kemungkinan Total


masyarakat prevalensi bahaya untuk
1= rendah 1= rendah 1= rendah dikelola
2= sedang 2= sedang 2= sedang 1= rendah
3= tinggi 3= tinggi 3= tinggi 2= sedang
4= sangat 4= sangat 4= sangat 3= tinggi
tinggi tinggi tinggi 4= sangat
tinggi
Ketidakefektifan
pemeliharaan
kesehatan
berhubungan dengan
sumber daya 1 3 4 4 68
pengetahuan tidak
cukup pada kelompok
masyarakat di RW IV
Kelurahan Mojo
Kontaminasi
berhubungan dengan
kontaminasi zat kimia
dalam air pada 2 3 3 3 54
kelompok masyarakat
di RW IV Kelurahan
Mojo
Diagnosa
Tujuan NOC NIC Medi Sumber
Keperawatan Sasaran Metode Waktu Tempat PJ
a Dana
Kode Diagnosis Kode Hasil Kode Intervensi
Domain 1 1823 Primer : Seluruh Ceramah, Pada Balai PPT, Perawat Anggaran
Tujuan Jangka
Promosi Kesehatan Pengetahuan : Pendidikan warga diskusi hari desa poster desa
pendek:
Kelas 2 Promosi Kesehatan RW IV Minggu leaflet
Setelah dilakukan
Manajemen Kesehatan Kode : 5510 Kelurahan pertama
1 x pertemuan
Kesehatan 1. Targetkan Mojo dan
diharapkan warga
Kode 182308 sasaran pada ketiga
RW IV Kelurahan
00099 Penignkatan kelompok
Mojo memahami
dan mengerti akan pengetahuan berisiko tinggi
Ketidakefektifan tentang perilaku dan rentang usia
pentingnya
pemeliharaan yang yang akan
menjaga dan
kesehatan meningkatkan mendapatkan
memelihara
berhubungan dengan
kesehatan keluarga kesehatan manfaat besar
sumber daya dari pendidikan
maupun
pengetahuan tidak kesehatan.
lingkungan sekitar.
cukup pada 2. Identifikasi
kelompok faktor internal
masyarakat di RW dan eksternal
IV Kelurahan Mojo yang dapat

42
Tujuan jangka 2015 meningkatkan
Panjang: Perilaku atau mengurangi
Diharapkan warga memahami motivasi untuk
RW IV Kelurahan Kesehatan berperilaku sehat
Mojo 3. Tentukan
201502 pengetahuan
menerapkan
Mendapatkan kesehatan dan
informasi yang
informasi gaya hidup
sudah diberikan
mengenai perilaku saat ini
oleh pemateri
kesehatan yang pada kelompok
bereputasi sasaran
4. Identifikasi
201604 sumber daya
Memverbalisasikan fasilitas
pemahaman kesehatan seperti
tentang informasi tempat sampah
verbal yang yang diperlukan
relevan dengan
Sekunder :
kesehatan
Skrining Kesehatan
Kode : 6520
201607
1. Sediakan akses
Memverbalisasikan
yang mudah
pemahaman
tentang untuk layanan
penanganan yang skrining
direkomendasikan 2. Dapatkan
persetujuan
kelompok pada
prosedur skrining
yang tepat
3. Berikan
kenyamanan
selama prosedur
skrining
Tersier :
Panduan Sistim
Pelayanan
Kesehatan
Kode : 7400
1. Monitor
kecukupan
tindak lanjut
perawatan
kesehatan
Domain 11 Tujuan Jangka Primer : Seluruh Ceramah, Pada Balai PPT, Perawat Anggran
Keamanan/Perlindun pendek: Pendidikan warga diskusi hari desa poster desa
gan Setelah dilakukan Kesehatan RW IV Minggu leaflet
190201
Kelas 4 1 x pertemuan Kode : 8880 Kelurahan pertama
Kontrol resiko
Bahaya Lingkungan diharapkan warga 1. Perlingdungan Mojo dan
Kode RW IV Kelurahan lingkungan yang ketiga
190201
00180 Mojo Surabaya beresiko
Mengenali factor
menunjukkan 2. Identifikasi resiko
resiko individu
Resiko Kontaminasi perilaku 3. Partisipasi dalam
berhubungan dengan pencegahan risiko program di
190221
kontaminasi zat kontaminasi komunitas untuk
Mengenali
kimia dalam air pada mengatasi risiko
kemampuan untuk
kelompok Tujuan jangka yang sudah
merubah perilaku
masyarakat di RW Panjang: diketahui
IV Kelurahan Mojo Diharapkan 4. Dorong
190202
Surabaya kontaminasi lingkungan untuk
Mengembangkan
lingkungan tidak berpartisipasi
strategi yang
terjadi di yang aktif
efektif dalam
kelompok 5. Lakukan program
mengontrol resiko
komunitas edukasi untuk
lingkungan warga kelompok
RW IV Kelurahan berisiko
Mojo Surabaya
Sekunder :
Skrining
kesehatan Kode :
6520
1. Inisiasi skrining
risiko Kesehatan
yang berasal dari
dari lingkungan
sekitar

Tersier :
Panduan Sistem
Pelayanan
Kode : 6540
1. Monitor status
risiko Kesehatan
yang sudah
diketahui
3.6 Impelementasi

No Diagnosa Keperawatan Hari/ tanggal Implementasi Evaluasi


1. 00099 Minggu/ 20 September 1. Menargetkan sasaran pada S:
Ketidakefektifan pemeliharaan 2020 kelompok berisiko tinggi dan Warga komunitas RW IV Kelurahan
kesehatan berhubungan dengan rentang usia yang akan Mojo mengatakan akan mulai
sumber daya pengetahuan tidak mendapatkan manfaat besar dari memperhatikan kesehatan diri sendiri
cukup pada kelompok masyarakat pendidikan kesehatan. maupun kesehatan lingkungan sekitar
di RW IV Kelurahan Mojo 2. Mengidentifikasi faktor internal dan karena jika tidak akan sangat berdampak
eksternal yang dapat meningkatkan buruk pada kesehatan diri.
atau mengurangi motivasi untuk
berperilaku sehat O:
3. Menentukan pengetahuan - Peserta terlihat antusias mengikuti
kesehatan dan gaya hidup perilaku kegiatan ini
saat ini pada kelompok sasaran - Peserta mampu menjelaskan dan
4. Mengidentifikasi sumber daya menyebutkan kembali yang sudah
fasilitas kesehatan seperti tempat dipaparkan perawat saat diskusi
sampah yang diperlukan A:
5. Menyediakan akses yang Masalah ketidakefektifan pemeliharaan
mudah untuk layanan skrining Kesehatan pada kelompok komunitas
6. Mendapatkan persetujuan lingkungan RW IV Kelurahan Mojo
kelompok pada prosedur skrining teratasi
yang tepat
7. Memberikan kenyamanan P:
selama prosedur skrining Rencana tindak lanjut:
8. Memonitor kecukupan tindak - Membuat simulasi pemilihan
lanjut perawatan sampah yang baik dan benar
kesehatanmenghindari atau dengan menggunakan 3R dengan
mengubah perilaku menyiapkan beberapa plastik
bekas, karung, botol plastik
ataupun kaleng.
- Membuat rencana pendirian Bank
Sampah dan nanti dana yang
diperoleh dapat digunakan untuk
pembangunan penampungan
sampah yang lebih memadai.
- Membuat renacna program terkait
lingkungan, program 3M,
pemeriksaan jentik nyamuk
dengan berkeliling ke rumah-
rumah, dan kerja bakti
pembersihan parit dan lingkungan
sekitar.
2 00180 Minggu/ 20 September S:
Resiko Kontaminasi berhubungan 2020 Kelompok masyarakat di RW IV
dengan kontaminasi zat kimia Kelurahan Mojo yang mengikuti kegiatan
1. Melindungi lingkungan yang
dalam air pada kelompok ini mengatakan akan memulai tidak
beresiko
masyarakat di RW IV Kelurahan membuang sampah diparit yang tidak
2. Mengidentifikasi resiko
Mojo Surabaya menjadikan parit menjadi septic tank
3. Melakukan partisipasi dalam
program di komunitas untuk
O:
mengatasi risiko yang sudah
- Peserta terlihat antusias mengikuti
diketahui
kegiatan ini
4. Mendorong lingkungan untuk
- Peserta mampu menjelaskan
berpartisipasi yang aktif
kembali apa saja dampak negative
5. Melakukan program edukasi untuk
membuang sampah baik organik
kelompok berisiko
seperti tinja ataupun anorganik
6. Menginisiasi skrining risiko
sepert plastik, kaleng dan lainnya
Kesehatan yang berasal dari dari
di parit.
lingkungan sekitar
A:
7. Memonitor status risiko Kesehatan
Masalah risiko kontaminasi pada
yang sudah diketahui
kelompok kelompok masyarakat di RW
IV Kelurahan Mojo teratasi
P:
Rencana tindak lanjut:
- Pemasangan spanduk yang
bertuliskan yang bertuliskan
“Dilarang Membuang Sampah di
Parit”
- Mengkoordinasikan program 3R
untuk pengelolaan sampah, 3 M,
kerja bakti pembersihan parit dan
lingkungan sekitar dilakukan
seminggu 2 x
- Mengedukasi bahwa pembuangan
sampah di parit itu menyebabkan
tercemarnya lingkungan dan
terkontaminasi dengan air di
sekitar. Yang nantinya akan
menyebabkan penyakit.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Kesehatan lingkungan diselenggarakan untuk mewujudkan kualitas
lingkungan yang sehat, yang dapat dilakukan dengan melalui peningkatan
sanitasi lingkungan, baik yang menyangkut tempat maupun terhadap bentuk
atau wujud substantifnya yang berupa fisik, kimia, atau biologis termasuk
perubahan perilaku. Keadaan lingkungan dapat mempengaruhi kondisi
kesehatan masyarakat.
Lingkungan merupakan faktor ketiga sebagai penunjang terjadinya
penyakit. Faktor ini disebut "faktor ekstrinsik". Faktor lingkungan dapat
berupa lingkungan fisik, lingkungan kimia, lingkungan biologis dan
lingkungan sosial ekonomi.
Dalam mengatasi permasalahan terjadinya penyakit akibat lingkungan
dapat dilakukan dengan upaya, sebagai berikut:
a. Penyehatan lingkungan pemukiman
b. Penyediaan air bersih
c. Pengelolaan limbah dan sampah
d. Pengelolaan tempat-tempat umum dan pengolahan makanan
e. Pengendalian vektor

4.2 Saran
a. Dalam melaksanakan perannya dalam memberikan asuhan keperawatan
komunitas perawat harus terus mengasah kemampuan atau
kompetensinya agar munculah outcome sesuai apa yang ditargetkan
b. Seorang perawat harus berperan aktif dalam melaksanakan asuhan
keperawatan komunitas untuk meningkatkan derajat kesehatan dan
memandirikan klien individu, kelompok, dan komunitas yang menjadi
tanggung jawabnya.

52
c. Perawat adalah rolemodel dalam menjalankan asuhan keperawatan
komunitas, maka jangan sampai perawat berperilaku di luar nilai-nilai
kesehatan yang telah disampaikan kepada masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. 2018. Pengelolaan Sampah dan Limbah Di Indonesia.


Jakarta: BPS

Bulechek, G., Butcher, H., Dochterman, J., & Wagner, C., 2013. Nursing
Interventions Classification (NIC), edisi 6. Alih Bahasa : Intansari
Nurjannah & Roxsana Devi Tumanggor. Jakarta : CV. Mocomedia

Clark M.J. 1999. Nursing in the community: Dimensions of community health


nursing. Standford Connecticut: Appleton & Lange.

Efendi F. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan Praktik dalam


Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Herawati, Neni FS. 2012. Buku Panduan Praktikum Keperawatan Komunitas


I. Banjarbaru :PSIK FK UNLAM

Herdman, T.H., & Kamitsuru, S.2018-2020. NANDA-I diagnosis keperawatan:


definisi dan klasifikasi. Alih Bahasa : Budianna Keliat, Henny Suzanna
Mediani, Teuku Tahli. Jakarta : EGC

Hidayat AH. 2004. Pengantar Konsep Keperawatan Dasar. Jakarta : Salemba


Medika

Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M.L., & Swanson, E. 2013. Nursing Outcomes
Classification (NIC). edisi 6. Alih Bahasa : Intansari Nurjannah &
Roxsana Devi Tumanggor. Jakarta : CV. Mocomedia

Mubarak IW. 2009. Pengantar dan Teori Ilmu Keperawatan Komunitas 1.


Jakarta:CV Sagung Seto

Wawan A, Dewi M. 2010. Teori & Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan


Perilaku Manusia. Nuha Medika: Yogyakarta.

Qodriyatun, Siti Nurhayati.2015. Penyediaan Air Bersih DI Indonesia Peran


Pemerintah, Pemerintah Daerah, Swasta dan Masyarakat. Jakarta : P3DI
Setjen DPR RI dan Azza Grafika.

Anda mungkin juga menyukai