Disusun oleh :
Kelompok 5
Sutianingsih (132011123026)
Iwan Budiyanto (132011123027)
Rosita Faradilah (132011123028)
Ririn Yuliarti (132011123029)
Sultan Nur Fahmi (132011123030)
Aken Larasati (132011123031)
Syarifah Qurrotu A (132011123032)
JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS
KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2020
i
KATA PENGANTAR
Segala puji serta rasa syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas
berkah dan rahmat-Nyalah sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
makalah komunitas tentang “Asuhan Keperawatan Komunitas pada Kelompok
Kesehatan Lingkungan” Dengan harapan makalah ini dapat membantu
mahasiswa/i dalam mempelajari mata kuliah.
Makalah ini merupakan salah satu tugas yang di berikan kepada kami
dalam rangka pengembangan dasar ilmu keperawatan komunitas yang berkaitan
dengan bagaimana mengelola asuhan keperawatan pada kelompok kesehatan
lingkungan. Sehingga besar harapan kami, makalah yang kami sajikan dapat
menjadi konstribusi positif bagi pengembang wawasan pembaca.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini belum sempurna dan
masih perlu perbaikan serta penyempurnaan, baik dari segi materi maupun
pembahasan. Oleh sebab itu dengan lapang dada penulis akan menerima kritik dan
saran yang sifatnya membangun demi penyempurnaan makalah ini dimasa
mendatang.
Demikianlah, semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan dapat
ikut memberikan sumbangan dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan Penulisan 2
1.4 Manfaat Penulisan 3
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan 51
4.2 Saran 51
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................53
BAB I
PENDAHULUA
N
1.3 Tujuan
1.3.1 Memahami konsep keperawatan komunitas pada kelompok kesehatan
lingkungan
1.3.2 Memahami masalah kesehatan lingkungan yang terjadi di Indonesia
1.3.3 Memahami penanggulangan masalah kesehatan lingkungan
1.3.4 Memahami cara membuat asuhan keperawatan pada kelompok kesehatan
lingkungan
1.4 Manfaat
Mahasiswa mampu memahami konsep dan proses asuhan keperawatan pada
kelompok kesehatan lingkungan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
c. Vektor
Vektor adalah anthropoda yang dapat memindahkan atau
menularkan suatu infectious agent dari sumber infeksi kepada induk
semang yang rentan, menurut WHO (2005). Berikut Vektor penyebab
penyakit bagi manusia :
1. Vektor Nyamuk
a) Malaria
Masa inkubasi penyakit malaria adalah 10 – 40 hari. Penyakit
malaria tidak akut plasmodium vivax , ovale, dan malariare. Gejala
awal pada dewasa adalah demam panas dingin, menggigil, nyeri
otot, lesu dan lemah, dan muntah.
b) Demam Berdarah
Gejala demam berdarah dengue atau DBD disebabkan oleh virus
dengue. Virus dengue ini dalam penyebaran membutuhkan nyamuk
aedes yntuk menularkannya ke manusia.
Gejala DBD yang dirasa oleh pasien adalah : Demam yang
mendadak tinggi sekitar 2 – 7 hari. Terkadang demam akan turun di
hari ke 3 atau ke 4, Mulai muncul ruam pada kulit, Nyeri yang
dirasakan di belakang mata, Manifestasi pendarahan yang ditandai
dengan bintik merah kehitaman pada kulit yang direnggangkan
warna akan tetap terlihat, Pada pemeriksaan laboratorium, trobosit
dibawah 100.000/ul
c) Filariasis (Penyakit Kaki Gajah)
Penyakit filariasis adalah penyakit menular yang disebabkan
oleh cacing parasit nemtoda dan infeksi yang dapat menyebabkan
terjadinya pembengkakan pada tukai bawah kaki dan dikenal
sebagai penyakit kaki gajah.
Gejala yang terjadi : Mual, Nyeri Otot, Sakit Kepala, Demam
dengan Menggigil, Sensitif Terhadap Cahaya Terang, Pembesaran
Kelenjar Getah Bening, Pembengkakan di Daerah Cacing
Berkembang
d) Demam Chikungunya
Masa inkubasi dari Chikungunya yaitu antara 2 – 4 hari. Gejala
yang ditimbulkan : Demam tinggi, Sakit perut, Mual, Muntah,
Sakit kepala, Nyeri sendi dan otot, Bintik-bintik merah di badan
dan tangan.
2. Vektor Lalat
a) Estamoeba dysenteriae
Vektornya adalah musca domestica (lalat rumah) dan kecoa.
Penularan terjadi karena makanan atau minuman yang terkontaminasi
oleh kista yang dibawa oleh vektor. Gejala yang dapat ditimbulkan
antara lain : Sering buang air besar, Fesesnya sedikit-sedikit dengan
lendir dan darah, Biasanya disertai rasa sakit diperut (kram
perut),Biasanya tidak demam
b) Penyakit kala-azhar
Vektornya adalah lalat penghisap darah pheblotomus sp.
Gejalanya antara lain: Deman tinggi, Menggigil, Muntah-muntah,
Terjadi pengurusan badan, Hepar bengkak
c) Penyakit leishmaniasis
Vektornya adalah lalat penghisap darah pheblotomuss.
Gejalanya yaitu : Terjadinya kupulan ditempat gigitan, Kulit tertutupi
kerak, Keluarnya exudate yang lengket, Terjadinya kerusakan jaringan
a. Air Bersih
Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-
hari seperti memasak, minum yang kualitasnya memenuhi syarat
kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak. Air minum
adalah air yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat
langsung diminum.
Syarat-syarat Kualitas Air Bersih diantaranya adalah sebagai berikut :
1) Syarat Fisik : Tidak berbau, tidak berasa, dan tidak berwarna
2) Syarat Kimia : Kadar Besi : maksimum yang diperbolehkan 0,3
mg/l, Kesadahan (maks 500 mg/l)
3) Syarat Mikrobiologis : Koliform tinja/total koliform (maks 0 per
100 ml air)
Alternatif atau program untuk menanggulangi krisis air bersih
atau penyediaan air bersih adalah :
1) Melakukan Sosialisasi
Sosialisasi yang saya maksud di sini berupa sosialisasi
untuk meningkatkan kesadaran masyarakat untuk hemat air dalam
kehidupan sehari-hari. Sosialisasi ini sangat penting untuk
dilakukan, karena ketika masyarakat sudah sadar dan memahami
tujuan serta manfaat melakukan penghemaan air, maka
penggunaan air bersih yang berlebihan bisa berkurang, dengan
begitu persediaan air tanah yang bersih bisa terjaga kapasitasnya.
Sehingga ketika masa kemarau tiba, air tanah tersebut bisa
digunakan oleh masyarakat untuk keperluan sehari-hari, sehingga
pemerintah hanya tinggal menyediakan pasokan cadangan apabila
kemarau terjadi berkepanjangan dan benar-benar menimpulkan
kekeringan yang parah.
Sosialisasi bisa dilakukan oleh berbaga pihak seperti
pemerintah, organisasi kemasyarakatan, pengurus desa setempat
dan masih banyak lagi. Kegiatan sosialisasi tersebut hendaknya
dilakukan setiap tahun, sehingga masyarakat bisa terus menjaga
kebiasan dan kesadaran tersebut dan agar pola pikir hemat air
benar-benar tertanam dalam diri mereka.
2) Melakukan Kontrol Kepada Industri
Pemerintah perlu melakukan kontrol yang ketat terhadap
industri-industribenar maupun sedang yang ada di semarang.
Kontrol yang dilakukan bertujuan untuk mencegah ulah pelaku
industri yang nakal dengan membuang limbah industri ke parit
tanpa di olah terlebih dahulu. Kontrol yang dilakukan meliputi :
a.) Melakukan analisa mengenai dampak lingkungan (AMDAL)
Jika industri tersebut tidak lolos uji AMDAL, maka sebaiknya
tidak memberikan ijin kepada pihak bersangkutan.
b.) Mengkontrol limbah proses pembuangan limbah
Jika diketahui ada industri yang membuang limbah secara
sembarangan dan terbukti merusak lingkungan, pemerintah kota
harus memberikan sanksi terhadap industri tersebut. dan setelah
itu terus melakukan kontrol yang ketat yang didukung oleh
sebuah hukum yang mengikat. Sehingga apabila ada pihak yang
melanggar, bisa dikenai sanksi pidana atau denda.
3) Menjaga Kelestarian Parit dan DAS
Penanggulangan krisis air bersih sangat bergantung kepada
kelestarian parit dan DAS. Parit yang bersih dan memiliki daerah
aliran parit yang memadai akan mampu memberikan ketersediaan
air bersih yang melimpah bagi masyarakat. Untuk bagaimana cara
menjaga kelestarian parit dan DAS
4) Melakukan Reboisasi dan Membuat Daerah Resapan Air
Untuk melakukan reboisasi, usaha yang bisa dilakukan
adalah dengan menggalakkan gerakan seperti one man one tree.
Reboisasi sangat penting untuk dilakukan, demi mengembalikan
kembali kelestarian hutan dan lingkungan, yang mana dengan
reboisasi tersebut semakin banyak pohon yang bisa membantu
untuk menyimpan persediaan air dalam tanah. Selama daur
hidupnya pohon mampu menghasilkan 250 galon air.
Selain itu reboisasi juga berguna untuk mengimbangi antara
pertumbuhan lahan yang digunakan untuk bangunan dengan lahan
terbuka yang bisa menyerap dan menyimpan air, sehingga tetap
seimbang. Dan solusi lain yang tidak kalah penting untuk
menjaga ketersediaan air bersih adalah dengan menyediakan
daerah resapan air. Yang bisa berupa taman atau kebun yang
ditanami pepohonan dengan jenis berbagai macam sehingga bisa
menyerap dan menyimpan air.
5) Melakukan pemerataan layanan PDAM
Pemerataan layanan PDAM juga menjadi sebuah solusi
yang bisa memberikan jawaban untuk mengatasi masalah krisis
air
bersih. Karena sampai saat ini banyak wilayah di semaran yang
belum merasakan layanan dari PDAM, dan karena sebagian
wilayah tersebut adalah wilayah miskin, maka hendaknya pemkot
bisa memberikan tarif yang lebih murah dan bisa dijangkau oleh
masyarakat.
Atau layanan PDAM yang diberikan tidak harus selama
satu tahun penuh, melainkan hanya ketika musim kemarau saja.
Yang penting wilayah-wilayah tersebut sudah dijangkau oleh
pipa-pipa PDAM, sehingga ketika kekeringan benar-benar datang,
pemkot bisa mengatasi masalah tersebut dengan cepat dan
wargapun tidak perlu harus menderita berjalan sekian kilo meter
untuk mencari air.
6) Membuat Penampungan Air Hujan
Secara umum wilayah-wilayah di Indonesia memiliki curah
hujan yang tinggi. Hal ini adalah peluang yang sangat bagus
untuk mengatasi kekeringan di musim kemarau, jika air hujan
bisa dikelola dengan baik sehingga bisa menyimpan cadangan air
yang akan sangat berguna saat musim kemarau. Membangun
tempat penampungan air hujan seperti situ, embung, waduk
sekala kecil yang dibuat di beberapa wilayah rawan kekeringan.
Embung atau situ tersebut dimaksudkan untuk menampung air,
yang bisa digunakan untuk keperluan warga sehari-hari atau bisa
juga untuk pertanian ketika kemarau.
Jika membuat danau-danau buatan terlalu berat dan besar
biayanya, maka pemerintah bisa membangun bak penampungan air
hujan di tiap RT. Bak penampungan air hujan bisa dibuat dengan
kedalaman 4 meter atau lebih, dengan bak seukuran tersebut air
hujan yang tertampung dapat bertahan selama 3-4 bulan
pemakaian.
Cara lain untuk mencegah seminimal mungkin air hujan
agar tidak terbuang ke laut adalah dengan membuat sumur
resapan air atau lubang resapan biopori. Dengan begitu air hujan
bisa terserap
sepenuhnya ke dalam tanah. Selain itu cara tersebut juga bisa
memperkecil banjir dengan menyimpan air di tanah
7) Sosialisasi Perawatan Sistem Air Bersih
Jika sudah dilakukan pembangunan-pembangunan sistem
untuk menampung air bersih. Maka pemerintah harus melakukan
sosialisasi kepada warga untuk menerangkan bagaimana cara
merawat dan memperbaiki sistem air bersih yang akan dikelola
sendiri tersebut. sehingga apa yang sudah dibuat dan dibangun
bisa bertahan lama dan berfungsi dengan baik.
b. Pembuangan Kotoran/Tinja
Metode pembuangan tinja yang baik yaitu dengan jamban dengan
syarat sebagai berikut :
1) Tanah permukaan tidak boleh terjadi kontaminasi
c. Kesehatan Pemukiman
Secara umum rumah dapat dikatakan sehat apabila memenuhi kriteria
sebagai berikut :
1) Memenuhi kebutuhan fisiologis, yaitu : pencahayaan,
penghawaan dan ruang gerak yang cukup, terhindar dari
kebisingan yang mengganggu
2) Memenuhi kebutuhan psikologis, yaitu : privacy yang cukup,
komunikasi yang sehat antar anggota keluarga dan penghuni
rumah
3) Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit
antarpenghuni rumah dengan penyediaan air bersih, pengelolaan
tinja dan limbah rumah tangga, bebas vektor penyakit dan tikus,
kepadatan hunian yang tidak berlebihan, cukup sinar matahari
pagi, terlindungnya makanan dan minuman dari pencemaran,
disamping pencahayaan dan penghawaan yang cukup
4) Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik
yang timbul karena keadaan luar maupun dalam rumah antara lain
persyaratan garis sempadan jalan, konstruksi yang tidak mudah
roboh, tidak mudah terbakar, dan tidak cenderung membuat
penghuninya jatuh tergelincir.
d. Pembuangan Sampah
Teknik pengelolaan sampah yang baik dan benar harus
memperhatikan faktor-faktor atau unsur, berikut:
1) Penimbulan sampah. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi
sampah adalah jumlah penduduk dan kepadatanya, tingkat
aktivitas, pola kehidupan, sosial ekonomi, letak geografis, iklim,
musim, dan kemajuan teknologi
2) Penyimpanan sampah
3) Pengumpulan, pengolahan dan pemanfaatan kembali
4) Pengangkutan
5) Pembuangan
3.2 Pengkajian
3.2.1 Tahap Persiapan
Pada tahap ini dilakukan beberapa persiapan sebelum dilakukan
asuhan keperawatan komunitas, diantaranya melakukan pengamatan secara
umum (winshield survey) tentang situasi dan keadaan wilayah RW IV
Kelurahan Mojo Kecamatan Gubeng Surabaya dan presentasi hasil winshield
survey pada Musyawarah Masyarakat Kelurahan I (MMK I).
Gambaran umum situasi dan keadaan wilayah RW IV Kelurahan
Mojo Kecamatan Gubeng Surabaya didapatkan melalui wawancara dengan
penduduk setempat, tokoh masyarakat, dan observasi lingkungan, sehingga
dapat diperkirakan faktor risiko yang dapat menimbulkan masalah kesehatan
dan faktor penunjang untuk peningkatan kesehatan masyarakat. Hasil
winshield survey adalah sebagai berikut :
A. Data Inti
1) Riwayat/Sejarah Perkembangan Komunitas
Pada tahun 1980 RW V dahulu merupakan lingkungan yang
memiliki 4 RT yaitu RT 29, 30, 31 dan 32. Sejak tahun 1990-an, berubah
menjadi RW IV Kelurahan Mojo Kecamatan Gubeng Surabaya dan
memiliki 4 RT yaitu RT I, RT II, RT III,dan RT IV. Dasar pemilihan
RT/RW mengacu pada keputusan No 06 tahun 2007 tentang penetapan
susunan pengurus rukun tetangga dan RW sewilayah Kelurahan Mojo.
Pemilihan RW dilakukan secara langsung oleh warga dengan cara
mencalonkan terlebih dahulu RW kemudian dipilih. Sedangkan RT
dipilih secara bebas oleh warga tanpa dicalonkan terlebih dahulu.
2) Demografi Penduduk
a. Data penduduk Berdasarkan Umur
DO :
- Terlihat sampah
ditumpuk di sebuah
tempat dengan ukuran
yang kurang memadai
dibandingkan dengan
jumlah sampah yang
terkumpul.
- Perilaku masyarakat
yang kurang megelola
fasilitas
tepat sampah denga baik
dalam membuang dan
mengumpulkan sampah
dengan teratur
- Warga mengandalkan
parit sebagai septictank
untuk membuang tinja
- Terlihat beberapa sampah
berceceran karena warga
bekerja sebagai pedagang
baik berdagang sembako
di rumah, berdagang
jajanan keliling maupun
menetap yang membuat
bungkus jajanan kurang
lebih tercecer
- Fasilitas tempat sampah
yang ukurannya
memadahi pun minim.
DO :
- Observasi terdapat parit
yang tercemar limbah
anorganik seperti plastik
bungkus snack, botol
plastik minuman, kaleng
dan lain-lainnya dan
terdapat sampai organik
pula seperti sisa
makanan, tinja dan
dedaun
- Hasilnya air parit
berwarna kehitaman,
berbau tidak sedap.
42
Tujuan jangka 2015 meningkatkan
Panjang: Perilaku atau mengurangi
Diharapkan warga memahami motivasi untuk
RW IV Kelurahan Kesehatan berperilaku sehat
Mojo 3. Tentukan
201502 pengetahuan
menerapkan
Mendapatkan kesehatan dan
informasi yang
informasi gaya hidup
sudah diberikan
mengenai perilaku saat ini
oleh pemateri
kesehatan yang pada kelompok
bereputasi sasaran
4. Identifikasi
201604 sumber daya
Memverbalisasikan fasilitas
pemahaman kesehatan seperti
tentang informasi tempat sampah
verbal yang yang diperlukan
relevan dengan
Sekunder :
kesehatan
Skrining Kesehatan
Kode : 6520
201607
1. Sediakan akses
Memverbalisasikan
yang mudah
pemahaman
tentang untuk layanan
penanganan yang skrining
direkomendasikan 2. Dapatkan
persetujuan
kelompok pada
prosedur skrining
yang tepat
3. Berikan
kenyamanan
selama prosedur
skrining
Tersier :
Panduan Sistim
Pelayanan
Kesehatan
Kode : 7400
1. Monitor
kecukupan
tindak lanjut
perawatan
kesehatan
Domain 11 Tujuan Jangka Primer : Seluruh Ceramah, Pada Balai PPT, Perawat Anggran
Keamanan/Perlindun pendek: Pendidikan warga diskusi hari desa poster desa
gan Setelah dilakukan Kesehatan RW IV Minggu leaflet
190201
Kelas 4 1 x pertemuan Kode : 8880 Kelurahan pertama
Kontrol resiko
Bahaya Lingkungan diharapkan warga 1. Perlingdungan Mojo dan
Kode RW IV Kelurahan lingkungan yang ketiga
190201
00180 Mojo Surabaya beresiko
Mengenali factor
menunjukkan 2. Identifikasi resiko
resiko individu
Resiko Kontaminasi perilaku 3. Partisipasi dalam
berhubungan dengan pencegahan risiko program di
190221
kontaminasi zat kontaminasi komunitas untuk
Mengenali
kimia dalam air pada mengatasi risiko
kemampuan untuk
kelompok Tujuan jangka yang sudah
merubah perilaku
masyarakat di RW Panjang: diketahui
IV Kelurahan Mojo Diharapkan 4. Dorong
190202
Surabaya kontaminasi lingkungan untuk
Mengembangkan
lingkungan tidak berpartisipasi
strategi yang
terjadi di yang aktif
efektif dalam
kelompok 5. Lakukan program
mengontrol resiko
komunitas edukasi untuk
lingkungan warga kelompok
RW IV Kelurahan berisiko
Mojo Surabaya
Sekunder :
Skrining
kesehatan Kode :
6520
1. Inisiasi skrining
risiko Kesehatan
yang berasal dari
dari lingkungan
sekitar
Tersier :
Panduan Sistem
Pelayanan
Kode : 6540
1. Monitor status
risiko Kesehatan
yang sudah
diketahui
3.6 Impelementasi
4.1 Kesimpulan
Kesehatan lingkungan diselenggarakan untuk mewujudkan kualitas
lingkungan yang sehat, yang dapat dilakukan dengan melalui peningkatan
sanitasi lingkungan, baik yang menyangkut tempat maupun terhadap bentuk
atau wujud substantifnya yang berupa fisik, kimia, atau biologis termasuk
perubahan perilaku. Keadaan lingkungan dapat mempengaruhi kondisi
kesehatan masyarakat.
Lingkungan merupakan faktor ketiga sebagai penunjang terjadinya
penyakit. Faktor ini disebut "faktor ekstrinsik". Faktor lingkungan dapat
berupa lingkungan fisik, lingkungan kimia, lingkungan biologis dan
lingkungan sosial ekonomi.
Dalam mengatasi permasalahan terjadinya penyakit akibat lingkungan
dapat dilakukan dengan upaya, sebagai berikut:
a. Penyehatan lingkungan pemukiman
b. Penyediaan air bersih
c. Pengelolaan limbah dan sampah
d. Pengelolaan tempat-tempat umum dan pengolahan makanan
e. Pengendalian vektor
4.2 Saran
a. Dalam melaksanakan perannya dalam memberikan asuhan keperawatan
komunitas perawat harus terus mengasah kemampuan atau
kompetensinya agar munculah outcome sesuai apa yang ditargetkan
b. Seorang perawat harus berperan aktif dalam melaksanakan asuhan
keperawatan komunitas untuk meningkatkan derajat kesehatan dan
memandirikan klien individu, kelompok, dan komunitas yang menjadi
tanggung jawabnya.
52
c. Perawat adalah rolemodel dalam menjalankan asuhan keperawatan
komunitas, maka jangan sampai perawat berperilaku di luar nilai-nilai
kesehatan yang telah disampaikan kepada masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Bulechek, G., Butcher, H., Dochterman, J., & Wagner, C., 2013. Nursing
Interventions Classification (NIC), edisi 6. Alih Bahasa : Intansari
Nurjannah & Roxsana Devi Tumanggor. Jakarta : CV. Mocomedia
Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M.L., & Swanson, E. 2013. Nursing Outcomes
Classification (NIC). edisi 6. Alih Bahasa : Intansari Nurjannah &
Roxsana Devi Tumanggor. Jakarta : CV. Mocomedia