Anda di halaman 1dari 54

MAKALAH KESEHATAN LINGKUNGAN

Mata Kuliah: Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat

Dosen Pembimbing:

Agustina, SKM, M.Kes

Dr. Ns. Dyah Utari, S.Kep, MKKK

Rizki Amalia, S.KM., M.H.Sc

Disusun Oleh Kelompok 3:

Kelas A Kelas B
Febrianti N . Z 1910713017 Ali Rahmatullah M 1910713043
Galuh Putri K 1910713025 Syifa Mauliddina 1910713044
Indah Rindi Yani 1910713014 Syi’ta Ayatillahi T 1910713045
Nur Azizah W . R 1910713008 Yusnita Rachmawati 1910713046

Kelas C Kelas D

Chusnul Khotimah 1910713073 Anindhya Nisrina P 1910713117


Andini Maulani P 1910713080 Salsabil Kharisma R 1910713127
Maulana Hazim M 1910713083 Nurisma Handayani 1910713132
Marsya Kamila S 1910713099 Ratu Wavia Nadiarta 1910713135

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
2019

1
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini. Tanpa pertolongan-Nya tentu kami tidak akan
sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta yaitu Nabi Muhammad SAW.

Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,
baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga kami mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah dari mata kuliah Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat
dengan judul “Kesehatan Lingkungan” yang disajikan berdasarkan referensi dari
berbagai sumber.

Tidak lupa kami menyampaikan rasa terima kasih kepada dosen pembimbing
Agustina, S.KM,M.Kes, Rizki Amalia, S.KM.,M.H.,Sc, Dr. Ns. Dyah Utari, S.Kep,
MKKK yang telah memberikan banyak bimbingan serta masukan yang bermanfaat
dalam proses penyusunan makalah ini. Rasa terima kasih juga hendak kami ucapkan
kepada teman-teman mahasiswa yang telah memberikan kontribusinya baik secara
langsung maupun tidak langsung sehingga makalah ini bisa selesai pada tepat waktu.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan dan dapat
memberi banyak manfaat serta inspirasi para pembaca. Namun terlepas dari itu, kami
memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga kami sangat
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca demi terciptanya makalah yang lebih baik
lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini kami mohon maaf
yang sebesar-besarnya.

Jakarta, September 2019

Tim Penyusun

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iii

BAB I : PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1


1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan 2
BAB II : PEMBAHASAN 3

II.1 Definisi Kesehatan Lingkungan 3

II.2 Ruang Lingkup Kesehatan Lingkungan 5

II.3 Isu Kesehatan Lingkungan Saat Ini 9


II.4. Masalah Kesehatan Lingkungan; Air, Udara, dan Tanah 18

II.5 Masalah Kesehatan Lingkungan di Negara Maju dan Berkembang 38

BAB III : PENUTUP 43

II.1 Kesimpulan 43

II.2. Saran 45

DAFTAR PUSTAKA 46

3
BAB I: PENDAHULUAN

I. 1 Latar Belakang

Kesehatan lingkungan adalah keadaan lingkungan yang mendukung


keseimbangan ekologi antara lingkungan dan manusia sehingga mampu meningkatkan
kesejahteraan, kesehatan, dan kualitas hidup manusia. Kondisi lingkungan meliputi
semua faktor-faktor eksternal yang berada di lingkungan luar sekitar manusia, yaitu
faktor fisik, faktor kimiawi, dan faktor biologik serta faktor-faktor internal yang
berdampak pada kebiasaan hidup atau faktor yang terdapat di dalam tubuh manusia.

Kesehatan lingkungan mempelajari upaya-upaya menetapkan dan


mengendalikan faktor-faktor lingkungan yang berpotensi menimbulkan dampak pada
kesehatan. Faktor-faktor lingkungan dapat dipengaruhi oleh berbagai keadaan, misalnya
polusi udara, air, dan tanah oleh bahan kimia atau agen biologik. Selain itu,
pembangunan lingkungan, tata kelola penggunaan tanah, perubahan iklim dan
perubahan ekosistem serta kebiasaan hidup terkait penggunaan air bersih dan fisilitas
sanitasi juga dapat mempengaruhi faktor lingkungan.

Kontribusi lingkungan dalam mewujudkan derajat kesehatan merupakan hal


yang essensial di samping masalah perilaku masyarakat, pelayanan kesehatan dan faktor
keturunan. Lingkungan memberikan kontribusi terbesar terhadap timbulnya masalah
kesehatan masyarakat.

Salah satu faktor dalam lingkungan yang menyebabkan aspek-aspek kesehatan


manusia terganggu dan munculnya penyakit adalah tingkat pendidikan masyarakat di
suatu daerah tempat mereka tinggal. Sebab sebagai unsur utama suatu negara, kita perlu
melakukan pembenahan agar terwujud kesehatan lingkungan yang diharapkan, serta
menjadikan masyarakat lebih produktif dan berprestasi.

Kesehatan lingkungan bertujuan untuk melakukan koreksi, yakni memperkecil


terjadinya bahaya dari lingkungan terhadap kesehatan dan kesejahteraan hidup manusia.
Melakukan pencegahan dalam arti mengefisienkan pengaturan sumber-sumber

4
lingkungan untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan hidup manusia serta
menghindarkannya dari bahaya.

Kesehatan lingkungan merupakan faktor yang penting dalam kehidupan sosial


kemasyarakatan, bahkan merupakan salah satu unsur penentu dalam kesejahteraan
penduduk. Dimana lingkungan yang sehat sangat dibutuhkan bukan hanya untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, tetapi juga untuk kenyamanan hidup dan
meningkatkan efisiensi kerja dan belajar.

I. 2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kesehatan lingkungan?

2. Apa saja ruang lingkup kesehatan lingkungan?

3. Apa isu kesehatan lingkungan yang terjadi saat ini?

4. Apa saja masalah-masalah kesehatan lingkungan pada kesehatan air, udara,


dan tanah?

5. Apa saja masalah kesehatan lingkungan yang terjadi di negara maju dan
negara berkembang?

I. 3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi kesehatan lingkungan.

2. Untuk mengetahui ruang lingkup kesehatan lingkungan.

3. Untuk mengetahui isu kesehatan lingkungan yang terjadi saat ini.

4. Untuk mengetahui masalah-masalah kesehatan lingkungan pada air, udara dan


tanah.

5. Untuk mengetahui masalah kesehatan lingkungan yang terjadi di negara maju


dan negara berkembang.

5
BAB II: PEMBAHASAN

II. 1 Definisi Kesehatan Lingkungan


II.1.1 Definisi Kesehatan
Kesehatan adalah keadaan seimbang yang dinamis, dipengaruhi faktor genetik,
lingkungan dan pola hidup sehari-hari seperti makan, minum, seks, kerja, istirahat,
hingga pengelolaan kehidupan emosional. (Santoso 2012)

Menurut UU No 36 / 2009 Tentang kesehatan : Kesehatan adalah keadaan


sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap
orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. (Undang-undang Nomor 36
Tahun 2009)

Maka dapat disimpulkan kesehatan adalah suatu keadaan seimbang yang


dinamis dalam upaya untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya baik secara fisik, mental, sosial tanpa ada keluhan
sama sekali dan dipengaruhi faktor genetik, lingkungan dan pola hidup sehari-hari
seperti makan, minum, seks, kerja, istirahat, hingga pengelolaan kehidupan emosional.

II.1.2 Definisi Lingkungan

Lingkungan adalah penjumlahan untuk semua yang ada di sekitar sesuatu atau
seseorang atau disekitar makhluk hidup, termasuk semua makhluk hidup dan kekuatan-
kekuatan alamnya (air, tanah,udara, dan organisme-organisme hidup). (Dantje T.
Sembel, 2015)

Pengertian lingkungan menurut Otto Soemarwoto tentang lingkungan hidup


ialah ruang yang ditempati suatu makhluk hidup bersama dengan benda hidup dan tak
hidup di dalamnya tumbuhan, hewan, manusia dan jasad renik menempati ruang
tertentu. ( Muhamad Akib 2014)

Pasal 163 Undang undang No.36 Tahun 2009 merumuskan bahwa lingkungan sehat
merupakan lingkungan bebas dari unsur-unsur yang menimbulkan gangguan kesehatan,
antara lain:

 Limbah cair

6
 Limbah padat
 Limbah gas
 Sampah yang tidak diproses sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan
pemerintah
 Binatang pembawa penyakit
 Zat kimia yang berbahaya
 Kebisingan yang melebihi ambang batas
 Radiasi sinar pengion dan non pengion
 Air yang tercemar
 Udara yang tercemar dan makanan yang terkontaminasi

(Masrudi Muchtar 2016 )

Maka bila dapat disimpulkan, lingkungan adalah ruang yang ditempati segala
sesuatu oleh makhluk hidup bersama dengan benda hidup dan tak hidupnya juga segala
kekuatan alamnya seperti manusia, tumbuhan, hewan, air, tanah dan udara.

II.1.3 Definisi Kesehatan Lingkungan

Chandra (2007) berpendapat bahwa ilmu kesehatan lingkungan adalah ilmu


multidisipliner yang mempelajari dinamika hubungan interaktif antara sekelompok
manusia atau masyarakat dengan berbagai perubahan komponen lingkungan hidup
manusia yang diduga dapat menimbulkan gangguan kesehatan pada masyarakat dan
mempelajari upaya untuk penanggulangan dan pencegahannya. (Muhammad Ikhtiar,
2017)

Ilmu kesehatan lingkungan mempelajari hubungan interaktif antara komponen


lingkungan yang memiliki potensi bahaya penyakit dengan berbagai variabel
kependudukan seperti perilaku, pendidikan dan umur. (Muhammad Ikhtiar, 2017)

Pengertian Kesehatan Lingkungan Menurut World Health Organisation (WHO)


pengertian Kesehatan Lingkungan : “Those aspects of human health and disease that
are determined by factors in the environment. It also refers to the theory and practice of
assessing and controlling factors in the environment that can potentially affect health”.

7
Atau bila disimpulkan “Suatu keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia dan
lingkungan agar dapat menjamin keadaan sehat dari manusia.” (Masrudi Muchtar 2016 )

Menurut HAKLI (Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia) kesehatan


lingkungan adalah suatu kondisi lingkungan yang mampu menopang keseimbangan
ekologi yang dinamis antara manusia dan lingkungannya untuk mendukung tercapainya
kualitas hidup manusia yang sehat dan bahagia. (Masrudi Muchtar 2016 )

Undang-undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan pada pasal 162 merumuskan
bahwa upaya kesehatan lingkungan ditujukan untuk mewujudkan kualitas lingkungan
yang sehat baik fisik , kimia, biologi, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang
mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. ( Masrudi Muchtar 2016 )

Maka, bila disimpulkan kesehatan lingkungan pada hakikatnya merupakan kondisi


lingkungan yang bebas dari segala potensi bahaya penyakit yang mengarah menuju
keseimbangan ekologi untuk tercapainya tingkat kesejahteraan dan kualitas hidup
manusia yang semakin meningkat. Selain untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat, kesehatan lingkungan juga sangat berpengaruh untuk kenyamanan hidup
dan meningkatkan efisiensi kerja dan belajar.

ll. 2 Ruang lingkup kesehatan lingkungan

ll.2.1 Menurut World Health Organization (WHO) ada 17 ruang lingkup kesehatan
lingkungan,yaitu:

1. Penyediaan air minum


Sistem Penyediaan Air Minum yang selanjutnya disebut SPAM. SPAM
diselenggarakan untuk memberikan pelayanan Air Minum kepada masyarakat
untuk memenuhi hak rakyat atas Air Minum untuk terwujudnya pengelolaan dan
pelayanan Air Minum yang berkualitas dengan harga yang terjangkau.
2. Pengelolaan air buangan dan pengendalian pencemaran
Masuknya limbah ke dalam air yang mengakibatkan fungsi air turun sehingga
tidak mampu lagi mendukung aktifitas manusia dan menyebabkan timbulnya
masalah penyediaan air bersih membuat masyarakat kesusahan. Oleh karena itu
kita harus dapat mengolah dan mengendalikan pencemaran dengan usaha

8
preventif seperti tidak membuang limbah industri ke sungai, menghilangkan
kebiasaan membuang sampah ke sungai, tidak menggunakan sungai untuk
memandikan binatang ternak dan lain-lain sebagainya.
3. Pembuangan sampah padat
Sampah padat adalah segala bahan buangan selain kotoran manusia, urine dan
sampah cair. Dapat berupa sampah rumah tangga. Sampah padat dapat dikelola
dengan cara penimbunan darat, metode daur ulang, pengolahan kembali secara
fisik dan pengolahan biologi.
4. Pengendalian vektor
Pengendalian vektor dapat dengan cara kimia dan fisik. Secara kimia dengan
cara menggunakan pestisida untuk peracunan sedangkan secara fisik dengan
cara memasang perangkap tikus, pembunuhan vektor dan binatang pengganggu
menggunakan alat pembunuh ( pemukul,jepretan dengan umpan).
5. Higiene makanan, termasuk higiene susu
Pengertian higiene menurut Depkes adalah upaya kesehatan dengan cara
memelihara dan melindungi kebersihan individu subyeknya. Penyehatan
makanan adalah upaya untuk mengendalikan faktor tempat, peralatan, orang dan
makanan yang dapat atau mungkin dapat menimbulkan gangguan kesehatan atau
keracunan makanan.
6. Pengendalian pencemaran udara
Pengendalian pencemaran udara dapat dilakukan dengan cara memperbanyak
tanaman hijau di daerah polusi udara yang tinggi, karena salah satu kegunaan
tumbuhan adalah sebagai penahan debu dan partikel lainnya.
7. Pengendalian radiasi
Upaya pengendalian radiasi medan elektromagnetik dapat dilakukan dengan cara
pengendalian kuat medan listrik dan kuat medan magnet maupun pengaturan
jarak dan lama pemaparan dan peralatan yang bermuatan listrik.
8. Kesehatan kerja
Kesehatan kerja adalah hal yang sangat penting didalam dunia kerja khusus nya
dunia industri yang bergerak dibidang produksi. Kesehatan kerja hendaknya
dapat dipahami denagn betapa penting nya kesehatan kerja tersebut di dalam

9
bekerja kesehariannya. Maka dari itu pemerintah telah menerbitkan UU no 1
tahun 1970 tentang keselamatan kerja diantaranya: memberi alat pelindung diri
pada para pekerja, memelihara kebersihan,kesehatan dan ketertiban dan
memberikan pertolongan pada kecelakaan.
9. Pengendalian kebisingan
Kebisingan adalah salah satu polusi yang tidak dikehendaki oleh manusia.
Dikatakan tidak dikehendaki karena dalam jangka panjang, bunyi-bunyian
tersebut akan dapat menggangu ketenangan kerja, merusak pendengaran dan
semakin lama telinga mendengar kebisingan makin buruk pula dampak dan
akibatnya. Oleh karena itu diperlukan cara bagaimana menanggulanginya seperti
pemakaian tutup telinga dan pengurangan kebisingan pada sumbernya.
10. Perumahan dan pemukiman
Rumah merupakan tempat untuk melepaskan lelah, beristirahat setelah penat
melaksanakan kewajiban sehari – hari dan sebagai tempat untuk melindungi diri
dari bahaya. Sehat menurut WHO adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan
sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan
ekonomis. Jadi rumah sehat berdasarkan pengertian sebelumnya adalah tempat
untuk berlindung atau bernaung dan tempat untuk beristirahat sehingga
menumbuhkan kehidupan yang sempurna baik fisik, sosial maupun mental.
Menurut Sumaatmaja 1988 pemukiman adalah bagian permukaan bumi yang
dihuni manusia meliputi segala sarana dan prasarana yang menunjang
kehidupan.
11. Aspek kesling dan transportasi udara
Untuk menanggulangi pencemaran suara dapat dilakukan dengan beberapa cara,
yaitu misalnya apabila ingin membangun suatu bandara di dalam suatu negara,
pemerintah harus dapat memperhitungkan dampak dari pembangunan bandara
tersebut. Pembangunan bandara dapat di dilakukan di daerah yang jarang
pemukiman penduduk agar tidak mengganggu penduduk yang tinggal disekitar
bandara.
12. Perencanaan daerah dan perkotaan

10
Menurut Dror (1963), perencanaan merupaka suatu proses yang mempersiapkan
seperangkat keputusan unutk melakukan tindakan dimasa depan. Maka dari itu
kita harus mengambil keputusan secara tepat bagaimana agar perencanaan
daerah dan kota
13. Pencegahan kecelakaan
Pencegahan kecelakaan dapat dilakukan dengan cara kontrol kesehatan sebelum
bekerja, pemakain baju pelindung dan isolasi pada operasi atau sistem yang
membahayakan
14. Rekreasi umum dan pariwisata
Agar objek dan daya tarik wisata dapat dimanfaatkan secara nyata diperlukan
modal dan teknologi yang memadai, serta untuk menjaga kelestariannya
diperlukan pengelolaan yang baik agar tidak menimbulkan dampak negative
terhadap lingkungan kawasan dan sosial budaya masyarakat sekitar.
15. Tindakan-tindakan sanitasi yang berhubungan dengan keadaan
epidemi/wabah,bencana alam dan perpindahan penduduk
Sanitasi adalah upaya pegendalian semua faktor lingkungan fsik manusia,yang
mungkin menimbulkan atau dapat menimbulkan hal-hal yang merugikan,bagi
perkembangan fisik,kesehatan,dan daya tahan hidup manusia.
16. Tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menjamin lingkungan
Tindaka tersebut dapat berupa Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
(AMDAL), Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL dan Upaya Pemantauan
Lingkungan (UPL).
17. Pencegahan/pengendalian pencemaran tanah oleh ekskreta manusia
Pencegahan dan pengendalian pencemaran tanah dapat dicegah dengan cara
penyediaan sarana jamban dan tidak buang air besar atau kecil di sembarang
tempat seperti, kebun, pekarangan dan dekat sungai.

ll.1.2 Menurut Undang – Undang di Indonesia

Di indonesia, ruang lingkup kesehatan lingkungan diterangkan dalam pasal 22


ayat (3) UU No 23 tahun 1992 yang merumuskan bahwa ruang lingkup kesling
ada delapan yaitu:

11
1. Penyehatan air dan udara
2. Pengamanan limbah padat/sampah
3. Pengamanan limbah cair
4. Pengamanan limbah gas
5. Pengamana radiasi
6. Pengamanan kebisingan
7. Pengamanan vektor penyakit
8. Penyehatan lingkungan

II.3 Isu Kesehatan Lingkungan Saat Ini

Masalah atau isu kesehatan di dalam lingkungan masyarakat merupakan


hal yang sudah tidak asing lagi bagi masyarakat . Masyarakat seringkali
menghadapi isu-isu ini yang salah satunya disebabkan oleh faktor-fakor
lingkungan yang ada di sekitar mereka. Pada masa sebelum masehi masyarakat
belum mengerti tentang ilmu- ilmu kesehatan. Sehingga setiap kejadian yang
ada di dalam kehidupan mereka selalu dihubungkan dengan hal-hal mistis.
Namun, seiring dengan perkembangan zaman pola pikir masyarakat sudah
berkembang, mereka sudah tidak lagi menyangkutpautkan kesehatan dengan
hal-hal mistis. Tetapi, tidak menutup kemunkingkan bahwa ada beberapa orang
yang masih mempercayai hal tersebut seperti suku-suku pedalaman.
Pemerintah sedang melakukan usaha dalam memperbaiki dan mecegah
terjadinya masalah gangguan kesehatan yang disebabkan oleh faktor-faktor
lingkungan hidup eksternal manusia, yang disebut dengan Sanitasi Lingkungan
atau Environmental Sanitation. Masalah kesehatan lingkungan merupakan
masalah yang mendapat perhatian cukup besar. Hal itu terjadi karena kesadaran
masyarakat tentang kesehatan masih rendah terutama di desa dan pedalaman.
Tingkatan kesehatan masih belum stabil atau rata masih ditemukan daerah-
daerah kumuh baik di pedesaan maupun perkotaan. Perilaku masyarakat itu
sendiri masih tidak higienis. Sarana dan prasarana yang tidak mendukung sangat
berdampak pada kesehatan itu sendiri salah satunya adalah air bersih.

12
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang mempunyai
jutaan penduduk di dalamnya. Masalah yang terjadi di Indonesia sangatlah
kompleks terutama di daerah perkotaan hal ini terjadi disebabkan, antara lain:
1. Sanitasi dan Air Bersih
Higiene adalah upaya pencegahan penyakit di masyarakat yang
menjadikan faktor perseorangan dan kebersihan lingkungan sebagai sumber
utama pencegahan. Sedangkan, Sanitasi adalah suatu usaha pencegahan penyakit
yang menitikberatkan kegiatan kepada upaya kesehatan lingkungan hidup
manusia (Widyati R, 2002). Menurut "Progress Drinking Water & Sanitation
2017 Update" oleh World Health Organisation (WHO), Indonesia menempati
peringkat ketiga negara yang memiliki sanitasi terburuk/tidak layak pada 2017,
sementara peringkat pertama ditempati India dan peringkat kedua Tiongkok.
Ditinjau dari sudut pandang ilmu kesehatan, ketersediaan air dan
kelayakan fasilitas MCK disuatu daerah sangat mempengaruhi kesehatan
masyarakat disekitarnya.Dengan demikian maka sanitasi di tempat-tempat
umum, bahkan sanitasi di rumah-rumah penduduk harus memenuhi syarat-syarat
kesehatan dalam arti melindungi, memelihara, dan mempertinggi derajat
kesehatan masyarakat (Mukono, 2006).
Permasalahan sanitasi dan ketersediaan air bersih merupakan
permasalahan yang bekesinambungan dan saling mempengaruhi. Penyakit-
penyakit yang menyerang manusia dapat juga ditularkan dan disebabkan melalui
air sehingga menimbulkan wabah penyakit dimana-mana(Chandra, 2009).
Misalnya pada fasilitas sanitasi seperti jamban umum memiliki resiko penularan
penyakit lebih tinggi melalui air. Selain itu, sanitasi yang buruk juga
menyebabkan pencemaran air yang juga secara tidak langsung berdampak pada
ketersediaan air bersih. Hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan sumber
air bersih antara lain :
1. Jarak antara sumber air dengan sumber pengotoran minimal 10 meter.
2. Pada sumur gali sedalam 10 meter dari permukaan tanah dibuat kedap
air dengan pembuatan cincin.

13
3. Penampungan air hujan pelindung air dan sumur artesis. Sumur
Artesis ialah sebuah bentuk sumur yang memiliki kedalam lubang yang lebih
dalam dari pada sumur biasa. Sumur ini juga dikenal dengan istilah deep well.
Biasanya proses penggalian sumur ini memerlukan beberapa alat pengeboran
yang cukup canggih.
Ada 3 syarat utama yang harus diperhatikan agar air dapat dikatakan
layak konsumsi,antara lain :
1. Syarat Fisik (Notoatmodjo, 2007)
Persyaratan fisik untuk air minum yang sehat adalah bening (tak
berwarna),tidak berasa,suhu di bawah suhu udara di luarnya, sehingga dalam
kehidupan sehari – hari. Cara mengenal air yang memenuhi persyaratan fisik ini
tidak sukar.
2. Syarat Kimia (Notoatmodjo, 2007)
Air minum yang sehat harus mengandung zat-zat tertentu di dalam
jumlah yang tertentu pula. Kekurangan atau kelebihan salah satu zat kimia di
dalam air, akan menyebabkan gangguan fisiologis pada manusia. Bahan – bahan
atau zat kimia yang terdapat dalam air yang ideal antara lain :
NO Jenis Bahan Kadar yang dibenarkan (mg/liter)
1. Fluor (F) 1 – 1,5
2. Chlor (Cl) 250
3. Arsen (As) 0,05
4. Tembaga (Cu) 1,0
5. Besi (Fe) 0,3

3. Syarat Bakterinologis (Notoatmodjo, 2007)


Air tidak boleh mengandung suatu mikoorganisme. Sebagai petunjuk
bahwa air telah dicemari oleh feses manusia adanya E.coli karena bakteri ini
selalu terdapat pada feses manusia baik yang sakit,maupun orang sehat serta
relative lebih sukar dimatikan dengan pemanasan air (Entijang,1997). Cara
mengetahui apakah air minum terkontaminasi oleh bakteri pathogen adalah

14
dengan cara memeriksa sampel. Apabila dari pemeriksaaan 100cc air terdapat
kurang dari 4 bakteri E.coli maka air tersebut layak di konsumsi.
Pada tahun 2014 Kementerian Pekerjaan Umum, menyebutkan bahwa
mayoritas atau 76,3% dari 53 sungai yang diteliti, sudah tercemar kotoran
organik (tinja) dan logam. Hal ini berarti, mayoritas masyarakat yang
bergantung pada sungai sebagai sumber air, secara tidak langsung sulit untuk
memenuhi kebutuhan kompleks akan air per individu yaitu sekitar 60-120 liter
di negara maju dan 30-60 liter per harinya di negara berkembang seperti
Indonesia (Notoatmodjo, 2011). Satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan
membuat Sumur sanitasi yang memenuhi persyaratan higiene, sebagai solusi
pengelolaan sanitasi dan sumber air yang layak.
2. Sampah
Menurut definisi WHO, sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan,
tidak dipakai, tidak disenangi, atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari
kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya. Berdasarkan sifatnya,
sampah di bagi menjadi dua, yaitu:
a. Sampah Organik

Sampah organik, yaitu sampah yang mudah membusuk dan terurai oleh
mikroorganisme seperti sisa makanan, sayuran, daun-daun kering, dan
sebagainya. Sampah ini dapat diolah lebih lanjut menjadi kompos
(Nugroho,2013).

b. Sampah Anorganik

Sampah anorganik, yaitu sampah yang tidak mudah membusuk dan


terurai oleh mikroorganisme, seperti plastik wadah pembungkus makanan,
kertas, plastik mainan, botol dan gelas minuman, kaleng, kayu, dan sebagainya.
(Nugroho,2013)

Bahan buangan atau sampah semakin hari semakin bertambah banyak,


dikarenakan jumlah pertambahan penduduk sebanding dengan jumlah sampah
yang dihasilkannya.

15
Di hampir setiap tempat di Indonesia, sistem pembuangan sampah
dilakukan secara dumping tanpa ada pengelolaan lebih lanjut. Sistem
pembuangan semacam itu selain memerlukan lahan yang cukup luas juga
menyebabkan pencemaran udara, tanah, dan air (Arief M. Latar,2016). Tak
hanya mengancam lingkungan dengan pencemaran yang ditimbulkan,
permasalahan sampah plastik yang sulit terurai juga dapat mengancam kesehatan
manusia. Contohnya adalah sungai yang tercemar oleh sampah dapat merusak
keseimbangan ekosistem sungai dan tanah, bau menyengat yang dihasilkannya
menyebabkan pencemaran udara, serta pencemaran tersebut dapat menjadi
sumber penyakit bagi manusia karena menjadi tempat bersarangnya vector
penyakit (pathogen, mikroorganisme, lalat).Di samping itu, proses pembusukan,
pembakaran dan pembuangan sampah biasanya menghasilkan gas-gas yang
dapat mengganggu kesehatan. Sampah plastic yang dibakar akan terurai menjadi
dioksin dan furan yang dapat memicu kanker dan penyakit lain akibat gangguan
kelenjar endokrin seperti diabetes, tirotoksikosis dan lain sebagainya (Prof. Hari
Kusnanto, 2016)
Mengingat semakin meningkatnya produksi sampah yang dihasilkan
masyarakat, maka dibutuhkannya pengelolaan sampah yang baik dan benar
karena, pembuangan sampah akhir merupakan suatu upaya yang tidak mungkin
dicarikan alternatifnya. Kecuali harus dimusnahkan atau dimanfaatkan.
Teknologi pemanfaatan dan pembuangan akhir sampah dapat dibagi seperti
berikut:
a. Pemanfaatan sampah dengan teknik pengolahan dan prinsip 3R yaitu:
a) Reuse (menggunakan kembali)
Reuse adalah upaya untuk memakai kembali bahan atau material agar
tidak menjadi sampah secara langsung tanpa mengolahnya terlebih dahulu,
misalnya, ember dijadikan pot bunga.
b) Reduce (menguragi)
Reduce adalah upaya untuk mengurangi volume sampah sebelum dan
sesudah diproduksi misalnya, memperbanyak teknik isi ulang (refill) air minum,
tinta, dll sehingga mengurangi produksi tempatnya.

16
c) Recycle (mendaur ulang)
Recycle adalah upaya memanfaatkan kembali sampah melalui daur ulang
setelah melalui proses pengolahan tertentu, misalnya, sampah dapur diolah
menjadi pupuk kompos.
b. Pemusahan atau reduksi sampah dengan incinerator dan metode
sanitary landfill. Sanitary Landfill adalah sistem pengelolaan (pemusnahan)
sampah dengan cara membuang dan menumpuk sampah di lokasi cekung,
memadatkannya , dan kemudian menimbunnya dengan tanah. Incinerator adalah
suatu alat pembakar sampah yang dioperasikan dengan menggunakan teknologi
pembakaran pada suhu tertentu, sehingga sampah dapat terbakar habis.
3. Limbah Industri
Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik
industri maupun domestik (rumah tangga), yang kehadirannya pada suatu saat
dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai
ekonomis. Baku mutu lingkungan adalah batas kadar yang diperkenankan bagi
zat atau bahan pencemar terdapat di lingkungan dengan tidak menimbulkan
dampak terhadap gangguang makhluk hidup, tumbuhan atau benda lainnya
(Arief M. Latar, 2016). Limbah industri dapat dikategorikan menjadi empat
jenis, yaitu limbah industri cair, padat, gas, dan limbah B3 (Bahan Berbahaya
dan Beracun) contoh limbah B3 adalah yang dihasilkan rumah tangga domestic
seperti bekas pengharum ruangan, pemutih pakaian, deterjen pakaian, pembersih
kamar mandi, pembersih kaca atau jendela, pembersih lantai, dan lain
sebagainya.
Sederhananya, semua limbah industri berdampak buruk bagi lingkungan
dan manusia apabila kualitas dan kuantitasnya melebihi kadar normal di
lingkungan. Contohnya adalah limbah cair yang menimbulkan bau tidak sedap
dan mencemari air, dan gas beracun yang dihasilkan limbah padat dan limbah
gas (asap pabrik) yang menurunkan kualitas udara sehingga menganggu
kesehatan pernafasan manusia, dan bahkan dapat mengakibatkan kerusakan pada
lapisan ozon yang menyebabkan global warming.

17
Dampak lain dari limbah gas yang di hasilkan pabrik adalah polusi udara
yang tengah menjadi persoalan serius di beberapa negara, termasuk di Indonesia.
Untuk mengurangi segala resiko dan dampak yang dapat terjadi dari
polusi dan pencemaran akbiat limbah industry, maka dapat dilakukan beberapa
upaya pencegahan. Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan melaksanakan
prinsip green company, zero waste, dan Instalasi pengolahan air limbah (IPAL)
(Arief M. Latar, 2016). Green company merupakan bentuk upaya perusahaan
yang dalam segala aktivitas kegiatannya hanya menghasilkan sedikit buangan ke
lingkungan dan tidak berdampak besar terhadap lingkunga, dan zero waste
adalah konsep dimana suatu perusahaan mengupayakan pengolahan limbah yang
dihasilkannya secara maksimal sehingga tidak ada yang dibuang ke lingkungan.
Serta IPAL yaitu intalasi pemisah limbah dengan air yang memungkinkan air
dapat diolah atau digunakan kembali. tiga konsep tersebut, dapat secara perlahan
diterapkan di perusahaan atau industri-industri di Indonesia, mengingat
pencemaran lingkungan banyak terjadi dikarenakan aktifitas industri tersebut.
4. Kekeringan
Kekeringan adalah kondisi dimana suatu wilayah mengalami kekeringan
yang disebabkan oleh banyak hal. Penyebab kekeringan adalah karena suau
wilayah mengalami kemarau yang panjang sehingga kandungan air dalam tanah
berkurang bahkan tidak ada. Dampak kekeringan ini bisa mempengaruhi
perekonomian maupaun kesehatan. Ketika kekeringan berlangsung di suatu
daerah maka manusia akan mengalami kesulitan saat ingin minum, dan mandi.
Ketika manusia kekurangan cairan akan muncul penyakit seperti diare, penyakit
campak, cacar, dan lain-lain. Tubuh juga perlu cairan untuk membuang kotoran,
menjaga kelembapan, dan lainnya. Upaya yang perlu dilakukan adalah dengan
membuat sumur sebagai sumber air atau penampungan air hujan sehingga ketika
kekeringan berlangsung bisa menggunakan sumur maupun tempat penampungan
hujan untuk keperluan minum maupun mandi.
5. Ketersediaan Lahan / Housing
Perpindahan penduduk karena faktor urbanisasi dan lapangan kerja,
mengakibatkan semakin sempitnya lahan yang tersedia untuk dijadikan

18
permukiman, dan mendorong masyarakat membuka lahan pemukiman yang
tidak layak dan padat. Pemukiman kumuh seperti di bantaran kali sangat tidak
sehat bagi lingkungan, karena bersifat merusak ekosistem sungai dan perairan.
Serta pembuangan kotoran yang langusng dibuang ke sungai mencemari air dan
mengkontaminasi sumber air atau sumur yang digunakan, sehingga air yang
digunakan untuk kegiatan sehari-hari adalah air yang tidak layak dan tidak sehat.
Maka dari itu, diperlukannya pembangunan rumah yang sehat dan layak tinggal
dari segi humanis dan juga tidak merusak lingkungan. Rumah sehat adalah
rumah yang dekat dengan air bersih,berjarak lebih dari 100 meter dari tempat
pembuangan sampah,dekat dengan sarana pembersihan, serta berada di tempat
di mana air hujan dan air kotor tidak menggenang (Notoatmodjo,2011).
Persyaratan umum rumah sehat berdasarkan APHA di Amerika adalah
rumah harus memenuhi kebutuhan-kebutuhan fisiologis, psikologis, dan biologis
sehingga dapat terhindar dari penyakit menular dan terhindar dari kecelakaan-
kecelakaan(Notoatmodjo,2011). Jika diuraikan maka persyaratan rumah sehat
sebagai berikut:
a. Persyaratan Fisik
Persyaratan fisik meliputi konstruksi dan luas bangunan. Konstruksi
rumah baik dan kuat, sehingga dapat mencegah kemungkinan terjadinya
kelembapan dan mudah diperbaiki bila ada kerusakan. Persyaratan fisik
menyangkut konstruksi rumah, setiap orang merasa perlu untuk membuat
fondasi yang kokoh supaya kosntruksinya kuat. Tipe fondasi bermacam-macam
bergantung pada berat dari rumah atau gedung yang akan dibangun dan keadaan
subsoil. Fondasi yang tidak sesuai akan mengakibatkan rumah yang diatasnya
rontok. Luas bangunan harus disesuaikan dengan jumlah penghuni rumah, luas
lantai disesuaikan dengan penghuninya. Luas bangunan yang tidak sebanding
dengan jumlah penghuni akan mengakibatkan sesak, kurang bebas dan
menyebabkan tidak sehat.
Rumah sehat harus dipenuhi kriteria ventilasi yang baik, pencahayaan
yang cukup, terhindar dari kebisingan, dan adanya lapangan rekreasi, terutama

19
untuk anak-anak. Untuk membangun rumah yang sehat harus memiliki syarat
fisiologis seperti:
1. Bahan Bangunan
Perlunya untuk memilih bahan bangunan yang berkualitas sesuai dengan
keadaan lingkungan sekitar. Misalnya pemilihan genting dan lantai yang tidak
cepat berdebu dan tidak mudra basah, sehingga tidak mudah menjadi tempat
berkembangnya penyakit.
2. Ventilasi
Ventilasi merupakan hal yang penting untuk diperhatikan, rumah
sebaiknya dibuat sedemikian rupa sehingga udara segar dapat masuk ke dalam
rumah secara bebas. Fungsi ventilasi rumah adalah untuk menjaga aliran udara
dalam rumah agar tetap segar keseimbangan oksigen yang diperlukan penghuni
tetap terjaga, membebaskan udara ruangan dari bakteri, terutama pathogen dan
untuk menjaga kelembaban rumah yang optimum. Ukuran ventilasi yang baik
adalah lubang ventilasi tetap atau permanen, luas minimum 5% dari luas lantai
sedangkan ventilasi insidentil 5% dari luas lantai sehingga total
10%(Notoatmodjo,2011).
3. Pencahayaan
Menjaga intensitas cahaya yang masuk ke dalam rumah sangatlah
penting. Karena jika kekurangan cahaya, rumah akan menjadi gelap dan
merupakan media yang baik untuk berkembang biaknya bibir penyakit.
Sedangkan, jika rumah terlalu banyak cahaya yang masuk maka akan silau dan
merusak mata. Intensitas minimal pencahayaan dalam ruangan adalah 60 lux
atau sekitar 15-20% dari luas lantai yang berada dirumah (Mubarak,2009), dan
tentunya tidak menyilaukan. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa
pencahayaan yang cukup dalam sebuah rumah sangat mempengaruhi kesehatan
orang-orang yang ada di dalamnya.
4. Luas Bangunan Rumah
Luas bangunan rumah harus disesuaikan dengan jumlah penghuni yang
tinggal didalamnya. Karena jika sebuah rumah terlalu padat penguhinnya, maka

20
akan menyebabkan para penghuninya kekurangan oksigen dan meningkatkan
resiko terkena penyakit menular(Notoatmodjo,2011).
5. Kebisingan
Saat ini pengaruh kebisingan mulai diperhatikan oleh setiap orang. Hal
ini dikarenakan kebisingan dapat mengganggu konsentrasi dan kenyamanan
seseorang. Rumah sehat adalah sebuah rumah yang bisa terhindar dari
kebisingan/letaknya jauh dari sumber kebisingan. Syarat-syarat yang menjukan
bahwa suatu rumah dikatakan sehat, yaitu:
b. Persyaratan Psikologis
Rumah sehat harus memiliki pembagian ruangan yang baik, penataan
perabot yang rapi, tidak over crowding dan sebaginya. Over crowding
menimbulkan efek-efek negative terhadap kesehatan fisik,mental dan
moral(Notoatmodjo,2011). Selain itu, ketenangan dan kerahasiaan setiap
individu tidak akan terjamin dan akan mengakibatkan akses-akses menurunnya
moral. Untuk mendukung penghuni dan lingkungan rumah yang sehat, maka
rumah tersebut harus dilengkapi fasilitas memadai yang sehat dan tidak merusak
lingkungan. Fasilitas tersebut melingkupi penyediaan air yang cukup,
pembuangan tinja, pembuangan air limbah, pembuangan sampah, dan tata ruang
yang baik meliputi fasilitas dapur, ruang tamu, ruang keluarga, ruang makan,
ruang tidur, ruang dapur, ruang mandi dan ruang bermain anak.
c. Persyaratan Biologis
Komponen rumah harus memenuhi persyaratan biologis sebagai berikut:
1. Lantai kedap air dan mudah dibersihkan, karena lantai yang lembab
dan tidak kedap air dapat menjadi tempat bersarang dan berkembangnya
panthogen
2. Dinding pada kamar tidur, ruang keluarga dilengkapi dengan sarana
ventilasi untuk pengaturan sirkulasi udara dan pada kamar mandi dan tempat
cuci harus kedap air dan mudah dibersihkan
3. Langit-langit harus mudah dibersihkan dan tidak rawan kecelakaan
4. Bumbung rumah yang memiliki tinggi 10 meter atau lebih harus-
dilengkapi dengan penangkal petir

21
5. Ruang dapur harus dilengkapi dengan sarana pembuangan asap.

11.4 Masalah Kesehatan Lingkungan: Air, Udara, dan Tanah.

Kemajuan IPTEK yang selalu mengiringi perkembangan zaman secara tidak


langsung berakibat pada permasalahan kesehatan lingkungan. Masalah kesehatan
lingkungan yang paling umum terjadi di negara-negara di dunia adalah pencemaran
lingkungan. Gedung-gedung bertingkat, gedung-gedung pencakar langit, pembangunan
sarana dan prasarana yang mengakibatkan penebangan hutan, pabrik-pabrik industri
yang mengolah limbahnya secara tidak benar, bahkan ada yang tidak diolah terlebih
dahulu, serta tingginya angka kelahiran penduduk di berbagai belahan dunia menjadi
faktor timbulnya pencemaran lingkungan. Selain itu, berbagai proses alam juga menjadi
faktor timbulnya pencemaran lingkungan, seperti gunung meletus, kebakaran hutan
secara alami, dan proses pembusukan sampah. Jadi, pencemaran lingkungan adalah
masuknya zat-zat berbahaya ke lingkungan hidup baik secara sengaja maupun secara
tidak sengaja sehingga kualitas lingkungan hidup menurun dan tidak lagi berfungsi
sesuai peruntukkannya. Pencemaran lingkungan sendiri terdiri dari beberapa jenis, yaitu
air, udara dan tanah.
II.4.1 Masalah Kesehatan Lingkungan Air
A. Pengertian Air
Air merupakan salah satu kebutuhan hidup yang paling penting. Tanpa air,
berbagai proses kehidupan tidak dapat berlangsung. Meskipun air merupakan sumber
daya alam yang dapat di perbaharui oleh alam sendiri,tapi kenyataan mununjukan
bahwa ketersediaan air tanah tidak bertambah (Dinarjati Eka Puspitasari, 2009)

B. Ciri-Ciri Air Bersih dan Air Minum


Air dapat dikatakan tercemar apabila mengandung bibit penyakit, parasit, bahan-
bahan kimia yang berbahaya, dan sampah atau limbah industri.
Persediaan air yang dapat dikatakan layak minum harus memenuhi standar dan
tidak membahayakan manusia. Menurut WHO, suatu persediaan air dapat dinyatakan
sebagai air layak minum jika memenuhi standar sebagai berikut:
1. Tidak mengadung zat-zat kimia

22
2. Memeuhi persyaratan biologis.
3. Tidak mengandung radioaktif
4. Memenuhi persyaratan fisik.
Standar kimia biasanya lebih ditekankan di beberapa negara maju, sedangkan
standar biologis biasanya lebih ditekankan di negara berkembang.
Menurut Permenkes RI No. 01/Birhubmas/I/1975, standar-standar untuk
kelayakan air minum yang berlaku di Indonesia, yaitu:
1. Standar kimia: Terbebas dari bahan kimia dan jumlah zat padat serta pH
yang sesuai
2. Standar biologis: Terbebas dari bakteri golongan koli, kuman parasit, dan
patogen.
3. Standar radioaktif: Tidak terdapat radioaktif pada air
4. Standar fisik: Bau, rasa, warna, kekeruhan, dan suhu yang sesuai

C. Sumber Air
Air yang berada di permukaan bumi ini dapat berasal dari berbagai sumber.
Sumber-sumber air dapat dikelompokkan sebagai berikut :
a) Air permukaan
Air permukaan adalah air hujan yang mengalir di permukaan bumi. Air
permukaan meliputi badan-badan air semacam sungai, danau, telaga, waduk,
rawa, terjun, dan sumur permukaan, sebagian besar berasal dari air hujan yang
jatuh ke permukaan bumi.
b) Air laut
Air laut mempunyai sifat asin karena kandungan garam NaCl. Kadar garam
NaCl dalam air laut 3%. Dengan keadaan ini, maka air laut tidak memenuhi
syarat untuk air minum. Namun demikian, air laut ini juga dapat dipergunakan
sebagai sumber air minum di beberapa negara yang sudah tidak memiliki sumber
air yang lebih baik setelah melalui proses desalinasi yang masih sangat mahal
biayanya.
c) Air angkasa (Hujan)

23
Air angkasa terjadi dari proses evaporasi dari air permukaan dan evotranspirasi
dari tumbuh-tumbuhan oleh bantuan sinar matahari dan melalui proses
kondensasi kemudian jatuh ke bumi dalam bentuk hujan, salju ataupun embun.
Air angkasa mempunyai sifat tanah (soft water) karena kurang mengandung
garam-garam dan zat-zat mineral sehingga terasa kurang segar. Air angkasa juga
bersifat agresif terutama terhadap pipa-pipa penyalur maupun bak-bak reservoir
sehingga mempercepat terjadinya korosi. Air angkasa atau air hujan merupakan
sumber utama air dibumi. Walau pada saat presipitasi merupakan air yang paling
bersih, air tersebut cenderung mengalami pencemaran ketika berada di atmosfer.
Pencemaran yang berlangsung di atmosfer itu dapat disebabkan oleh partikel
debu, mikroorganisme, dan gas, misalnya, karbon dioksida, nitrogen dan
amoniak
d) Air tanah
Air tanah (ground water) adalah cadangan air yang bersumber dari air presipitasi
dan merembes menjadi air infiltasi berada di bawah permukaan litosfer
tertampung dalam cekungan-cekungan dan mengalir membentuk sungai bawah
tanah dan muncul sebagai mata air. Kelebihannya adalah air tanah biasanya
terbebas dari kuman penyakit, dan tidak perlu mengalami proses purifikasi.
Kelemahannya adalah Air tanah mengandung zat-zat mineral dalam konsentrasi
yang tinggi. Konsentrasi yang tinggi dari zat-zat mineral semacam magnesium,
kalsium, dan logam berat seperti besi dapat menyebabkan kesadahan air. Selain
itu, untuk menghisap dan mengalirkan air ke atas permukaan, diperlukan pompa.
(Universitas Sumatera Utara, n.d, hlm. 9-10)

D. Pencemaran Air
a) Pengertian Pencemaran Air
Bertambahnya jumlah penduduk di berbagai negara, sedangkan
wilayahnya yang tidak akan bertambah, menimbulkan keterbatasan wilayah untuk
dijadikan pemukiman. Sehingga setiap pinggiran kota menjadi pilihan yang tepat
untuk ditinggali, terutama daerah di dekat sumber air.

24
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 Tentang
Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air menyebutkan,
‘Pencemaran air adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat energi
dan atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia, sehingga kualitas air
turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak dapat berfungsi
sesuai dengan peruntukannya’.

b) Penyebab Pencemaran Air


Sejalan dengan perkembangan ilmu dan teknologi, terjadi juga
peningkatan aktivitas manusia. Namun tidak jarang, aktivitas manusia sendiri juga
dapat menyebabkan penurunan kualitas (mutu) air. Salah satu penyebab terjadinya
pencemaran air adalah air limbah yang dibuang tanpa pengolahan ke dalam suatu
badan air. Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 tahun
2001, air limbah adalah sisa dari suatu usaha dan atau kegiatan yang berwujud
cair. Air limbah dapat berasal dari rumah tangga (domestic) maupun industri
(industry). (Mulia, 2005, hlm. 46)
Menurut Chandra (2006, hlm. 124) secara umum limbah cair dapat dibagi
menjadi:
a. Human Excreta atau Ekskreta Manusia (feses dan urine)
Ditinjau dari sudut kesehatan lingkungan, kedua jenis kotoran manusia
tersebut dapat menjadi masalah yang sangat penting. Rata-rata jumlah tinja yang
dibuang setiap orang dalam per hari seberat 400-500 gram dan bila
diakumulasikan dalam setahun rata-rata orang memproduksi tinja seberat 145 kg.
Dengan jumlah tinja yang diproduksi sebesar itu dan pembungan tinja secara tidak
layak serta sembarangan dapat mengakibatkan kontaminasi pada air, tanah, atau
menjadi sumber infeksi, dan akan mendatangkan bahaya bagi kesehatan, karena
penyakit yang tergolong waterborne disease akan mudah berjangkit.
Di negara berkembang, masih banyak terjadi pembuangan tinja secara
sembarangan akibat tingkat sosial ekonomi yang rendah, pengetahuan di bidang
kesehatan lingkungan yang kurang, dan kebiasaan buruk dalam pembuangan tinja

25
yang diturunkan dari generasi ke generasi. Kondisi tersebut terutama ditemukan
pada masyarakat di pedesaan dan di daerah kumuh perkotaan.
Metode pembuangan tinja secara umum dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
• Unsewered area, suatu cara pembuangan tinja yang tidak menggunakan
saluran air dan tempat pengolahan air kotor.
• Sewered area, pengumpulan dan pengangkutan ekskreta melalui jaringan
pipa bawah tanah yang disebut sewers ke tempat pembuangan akhir yang
biasanya dibangun diujung kota.

b. Air Limbah
Menurut Ehless dan Steel, air limbah adalah cairan buangan yang berasal
dari rumah tangga, industri, dan tempat-tempat umum lainnya dan biasanya
mengandung bahan-bahan atau zat yang dapat membahayakan kehidupan manusia
serta mengganggu kelestarian lingkungan.
Sumber air limbah menurut Chandra (2006, hlm 135-136) dapat berasal
dari berbagai sumber, antara lain:
a. Rumah tangga. Contoh: air bekas cucian, air bekas mandi, air bekas
memasak, dan sebagainya.
b. Perkotaan. Contoh: air limbah perdagangan.
c. Industri. Contoh: air limbah dari pabrik baja, pabrik tinta, pabrik cat, dan
dari pabrik karet.

Faktor-faktor penyebab pencemaran air, seperti:


1. Mikroorganisme
Salah satu indikator bahwa air tercemar adalah adanya mikroorganisme
pathogen di dalamnya. Umumnya pathogen yang ada di dalam air yang
tercemar, seperti:
1) Salmonella, dapat menyebabkan diare, demam, nyeri perut, dan
dehidrasi
2) Shigella, dapat menyebabkan disentri
3) Escherichia coli, dapat menyebabkan diare

26
(dr. Kevin Adrian, 2018)
2. Curah Hujan
Curah hujan disuatu daerah akan menentukan volume dari badan air dalam
rangka mempertahankan efek pencemaran terhadap setiap bahan buangan
didalamnya (deluting effects). Curah hujan yang cukup tinggi sepanjang musim
dapat lebih menguraikan air yang tercemar.
3. KecepatanAliran Air (Stream Flow)
Bila suatu badan air memiliki aliran yang cepat, maka keadaan itu dapat
memperkecil kemungkinan timbulnya pencemaran air karena bahan polutan
dalam air akan lebih cepat terdispensi.
4. Kualitas Tanah
Kualitas tanah (pasir atau lempung) juga mempengaruhi pencemaran air,
ini berkaitan dengan pencemaran tanah yang terjadi di dekat sumber
air.Beberapa sumber pencemaran tanah dapat berupa bahan beracun seperti
pestisida, herbisida, logam berat dan sejenisnya serta penimbunan sampah secara
besar –besaran.
5. Zat Kimia
Adanya zat/senyawa kimia dalam air dapat terjadi secara alami atau
akibat kegiatan manusia misalnya oleh limbah rumah tangga dan industry. Zat
kimia tersebut berupa:
1. Nitrat
Salah satu contoh sumber pencemaran nitrat terhadap air minum yakni
akibat kegiatan pertanian. Meskipun pencemaran nitrat juga dapat terjadi secara
alami, tetapi yang paling sering yakni akibat pencemaran berasal dari air limbah
pertanian yang banyak mengandung senyawa nitrat akibat pemakaian pupuk
nitrogen (urea). Senyawa nitrat dalam air minum dalam jumlah yang besar dapat
menyebabkan methaemoglobinameia, yakni kondisi dimana haemoglobin di
dalam darah berubah menjadi methaemoglobin sehingga darah menjadi
kekurangan oksigen. Hal ini dapat mengakibatkan pengaruh yang fatal, serta
dapat mengakibatkan kematian khususnya pada bayi.
2. Selenium

27
Di daerah seperti ini kandungan selinium dalam air tanah (sumur)
ataupun air permukaan
terjadi anemia yang disebabkan menurunya jumlah sel darah merah serta
jumlah haemoglobin, dan berdasarkan hasil pembedahan terjadi akumulasi
sodium selenite pada hati, ginjal, testis, paruparu dan limpha. Bedasarkan
penelitian toksisitas baik akut maupun subakut dari selenium tersebut maka
WHO menetapkan kadar maksimun selenium yang dibolehkan dalam air minum
yakni 0,01 mg/l, dan menurut Peraruran Pemerintah Republik Indonesia No: 20
Tahun 1990, kadar maksimum selenium dalam air minum yang dibolehkan juga
0,01 mg/l.
3. Trihalomethan
Saat ini beberapa salah satu masalah yang banyak dijumpai dalam air
minum yakni masalah yang termasuk polutan mikro yang apabila tidak ditangani
dengan segera dapat pula menyebabkan kematian. Bakteri patogen yang
menyebabkan penyakit ini berasal dari tinja, dan masuk ke tubuh manusia lewat
mulut melalui makanan atau minuman atau melalui kontak orang ke orang. atau
secara langsung melalui inangnya misalnya oleh lalat. (Arie Herlambang :
Pencemaran dan Strategi Penggulangannya JAI Vol. 2 , No.1 2006)

c) Dampak Pencemaran Air


1. Dampak terhadap kehidupan biota air
Banyaknya zat pencemar pada air limbah akan menyebabkan
menurunnya kadar oksigen terlarut dalam air tersebut. Sehingga akan
mengakibatkan kehidupan dalam air yang membutuhkan oksigen terganggu serta
mengurangi perkembangannya. Selain itu kematian dapat pula disebabkan
adanya zat beracun yang juga menyebabkan kerusakan pada tanaman dan
tumbuhan air.

2. Dampak terhadap kesehatan


Ada beberapa penyakit yang masuk dalam katagori water-borne diseases,
atau penyakit-penyakit yang dibawa oleh air seperti:

28
1) Disentri
Penyebabnya adalah beberapa jenis bakteri dysentery baccilus, waktu
inkubasi 1 – 7 hari, biasanya sekitar 4 hari atau kurang. Gejala utama yakni
mencret, mulas, demam, rasa mual, muntahmuntah, serta berak darah campur
lendir. Infeksi penyakit ini dapat berjangkit sepanjang tahun. Penderita dan
carriernya adalah sumber penuranan yang utama, dan penularannya dapat terjadi
melalui makanan, air minum atau kontak orang ke orang.
2) Tipus dan Paratifus
Penyebabnya adalah jenis bacillus typhus dan parathyphus, dengan
waktu inkubasi antara 1 sampai 3 minggu. Bakteri penyakit tersebut masuk
melalui mulut dan menjangki pada struktur lympha (getah bening) pada bagian
bawah usus halus, kemudian masuk ke aliran darah dan akan terbawa ke organ-
organ internal sehingga gejala muncul pada seluruh tubuh misalnya: seluruh
badan lemas, pusing, hilang nafsu makan, dan timbul deman serta badan
menggigil. penularan dapat terjadi karena infeksi yang disebabkan oleh bakteria
yang ada di dalam tinja penderita melalui air minum, makanan atau kontak
langsung
3) Cholera
Penyebabnya adalah bakteri patogen jenisvibrio cholerae, dan waktu
inkubasinya antara beberapa jam sampai lima hari. Bakteri vibrio cholerae yang
masuk melalui mulut akan berkembang di dalam usus halus (small intestine),
dan menghasilkan exotoxin yang menyebabkan rasa mual. Gejala yang penting
yakni mencret atau diare dengan warna putih keruh dan muntah-muntah. Kadang
terjadi dehidrasi, dan pada kasus yang serius kemungkinan dapat menyebabkan
penderita menjadi koma. Keadaan kritis tersebut dapat dihindari apabila
dilakukan penanganan yang sesuai. Sumber utama penunularan yakni air minum
atau makanan yang terkontaminasi atau tercemar oleh kotoran atau muntahan
penderita ataupun tercemar oleh inang atau pembawa bakteri cholera.
4) Hepatitis A
Penyebabnya adalah virus hepatitis A, dengan waktu inkubasi antara 15
sampai 30 hari (biasanya 30 hari). Infeksi umumnya terjadi melalui mulut.

29
Gejala primairnya antara lain rasa mual, pusing disertai demam, dan rasa
lelah/lemas di seluruh tubuh. Gelaja spesifik antara lain terjadinya pembengkaan
liver dan timbul gejala sakit kuning. Sumber penularan yakni air minum atau
makanan yang tercemar oleh kotoran manusia yang mengandung virus hepatitis
A.

3. Dampak terhadap estetika lingkungan


Biasanya ditandai dengan adanya bau yang menyengat ,Tempat menjadi
licin akibat limbah minyak dan adanya penumpukan busa akibat limbah detergen
atau sabun yang dapat mengurangi nilai estetika terhadap lingkungan. ( Lina
Marlina, Pengantar Ke Falsafah Sains: 2004)

d) Konsep Pengendalian Pencemaran Air


1. Penanggulangan secara non-teknis
Yaitu suatu usaha untuk mengurangi pencemaran lingkungan dengan
cara menciptakan peraturan perundangan yang dapat merencanakan, mengatur
dan mengawasi segala macam bentuk kegiatan industri dan teknologi sehingga
tidak terjadi pencemaran.
2. Penanggulangan secara teknis
Yaitu suatu usaha unruk mengurani pencemaran dengan cara mendaur
ulang (recycle) dan mendaur pakai (reuse) sampah tersebut. ( Lina Marlina,
Pengantar Ke Falsafah Sains: 2004)

II.4.2 Masalah Kesehatan Lingkungan Udara


A. Pengertian Udara
Udara merupakan campuran beberapa macam gas yang perbandingannya tidak
tetap, tergantung pada keadaan suhu udara / tekanan udara dan lingkungan sekitarnya.
Udara juga atmosfer yang berada disekeliling bumi yang berfungsi sangat penting bagi
kehidupan didunia ini. Dalam udara terdapat oksigen (O2) untuk bernapas,
karbondioksida untuk proses fotosintesis oleh khlorofil daun dan ozon (O3) untuk
menahan sinar ultra violet.

30
B. Syarat Udara Yang Sehat
Menurut WHO (World Health Organization) udara yang sehat adalah udara yang
didalamnya terdapat zat yang diperlukan oleh makhluk hidup seperti oksigen dan
didalamnya tidak tercemar oleh zat-zat yang merusak tubuh seperti Karbondioksida.
Menurut nilai Air Quality Index kualitas udara dapat dikategorikan baik bila
nilainya berada antara ≤ 50 dan kualitas udara membahayakan seluruh lapisan
masyarakat ketika angka AQI > 150. ( Aditya Widya Putri , Jurnalis Hidup bersama
Polusi udara di Jakarta:2019)

C. Pencemaran Udara
a) Pengertian Pencemaran Udara
Udara merupakan zat terpenting setelah air. Namun, perlu diketahui bahwa
udara juga dapat menjadi media penyebaran penyakit pada manusia. Dan masalah
kesehatan lingkungan udara yang sering terjadi adalah pencemaran udara
Pencemaran udara adalah dimasukkannya komponen lain kedalam udara baik
secara langsung atau tidak langsung maupun proses alam sehingga kualitas udara
turun sampai ke tingkatan tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang
atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai peruntukannya. Setiap substansi yang bukan
merupakan bagian dari komposisi udara disebut sebagai polutan. (Chandra, 2006,
hlm.75)
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 tentang
Pengendalian Pencemaran Udara menyebutkan, ‘Pencemaran udara adalah masuk
atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke
udara oleh kegiatan manusia atau proses alam, sehingga kualitas udara
turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan udara menjadi kurang
atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya’. (Kementrian
Hukum dan HAM, 1999, hlm. 2)
b) Penyebab Pencemaran Udara
Secara umum penyebab pencemaran udara ada 2 macam, yakni :
a. Faktor internal (secara alamiah), contoh :

31
1. Proses pembusukan sampah organik yang mengeluarkan bau busuk ke
udara
2. Asap, gas, dan abu vulkanik yang dikeluarkan oleh gunung berapi saat
meletus
3. Kebakaran hutan yang terjadi secara alamiah
4. Debu dan gas yang berterbangan ke udara akibat tiupan angin kencang
b. Faktor eksternal (karena ulah manusia), contoh :
1. Pembangunan Gedung Bertingkat
Gedung-gedung pencakar langit, efek rumah kaca, serta pembangunan
infrastruktur secara besar-besaran merupakan bukti dari kemajuan IPTEK,
namun hal ini mengakibatkan menigkatnya suhu. Meningkatnya suhu pada inti
bumi membuat lapisan ozon yang menyelimuti bumi kian hari kian menipis.
Sadar atau tidak, hal ini yang kemudian berpengaruh pada perubahan cuaca,
udara, sumber air, dan lain sebagainya.
2. Asap Kendaraan Bermotor
Di beberapa negara yang jumlah penduduknya padat seperti Indonesia,
berakibat pada tingginya penggunaan kendaraan bermotor sebagai sarana
transportasi dan mata pencarian sehari-hari. Gas buangan kendaraan bermotor
yang ada menyebabkan tingkat pencemaran udara di Indonesia melebihi
ambang batas normal terutama di kota-kota besar.
3. Asap Pabrik
Industri dan pabrik yang ada di berbagai negara juga sebagai bukti
kemajuan perkembangan IPTEK. Proses pembakaran yang terjadi di pabrik
menghasilkan asap beracun yang dilepaskan ke udara.
4. Pembangkit Listrik
Pembangkit listrik dengan bahan bakar batu bara menghasilkan partikel
oksida sulfur (S02) dan nitrogen oksida (NO2) yang berbahaya bagi mahluk
hidup. Bahan radioaktif, percobaan nuklir atau bom atom akan menghasilkan
partikel-partikel debu radioaktif ke udara yang menyebabkan pencemaran.
5. Hasil pembakaran bahan bakar fosil

32
Pembakaran bahan bakar fosil seperti batu bara dan minyak bumi
adalah penyebab utama pencemaran udara. Umumnya digunakan di
pembangkit listrik, proses manufaktur dan insinerasi limbah, dan proses
pemanasan-pembakaran lainnya.

c) Komponen Pencemaran Udara


1. Karbon Monoksida (CO)
Gas CO sebagian besar berasal dari pembakaran bahan fosil dengan
udara, berupa gas buangan. Kota besar yang padat lalu lintasnya akan banyak
menghasilkan gas CO sehingga kadar CO dalam udara relatif tinggi
dibandingkan dengan daerah pedesaan. Selain itu dari gas CO dapat pula
terbentuk dari proses industri. Secara alamiah gas CO juga dapat terbentuk,
walaupun jumlahnya relatif sedikit, seperti gas hasil kegiatan gunung berapi,
proses biologi, dan lain-lain.
2. Nitrogen Oksida (NOx)
Pencemaran gas NOx diudara terutama berasal dari gas buangan hasil
pembakaran yang keluar dari generator pembangkit listri stasioner atau mesin-
mesin yang menggunakan bahan bakar gas alami.
3. Belerang Oksida (SO2)
Pencemaran SO2 diudara terutama berasal dari pemakaian batu bara
yang digunakan pada kegiatan industri, transportasi, dan lain sebagainya.
4. Partikulat
Partikel adalah pencemar udara yang berada bersama-sama dengan
bahan atau bentuk pencemar lainnya.Partikel dapat diartikan secara murni
sebagai bahan pencemar udara yang berbentuk padatan.

d) Dampak Pencemaran Udara


Dampak pencemaran udara saat ini merupakan masalah serius yang dihadapi
oleh negara-negara industri. Tidak hanya berdampak untuk lingkungan, namun
pencemaran udara juga berdampak buruk bagi kesehatan manusia.
• Dampak Pencemaran Udara Terhadap Manusia

33
1. Menimbulkan berbagai penyakit yang berhubungan dengan pernapasan.
Udara yang bercampur dengan berbagai zat berbahaya apabila masuk ke dalam
tubuh manusia dapat menimbulkan penyakit pernapasan. Karena dalam zat
berbahaya terdapat racun yang bila masuk dalam tubuh manusia, akan
mengganggu metabolisme tubuh dan timbullah berbagai penyakit pernapasan
mulai dari yang ringan hingga kronis, seperti sesak napas, asma, ISPA,
bronchitis, dan TBC.
2. Menyebabkan terjadinya masalah pada kulit manusia, misalnya kulit kusam,
keriput, flek hitam, bahkan kanker kulit.
3. Pencemaran udara juga dapat mengakibatkan manusia menjadi mudah stress
dan emosi tak seimbang.
4. Menyebabkan gangguan pada penglihatan
• Dampak Pencemaran Udara Pada Lingkungan.
1. Terjadinya global warming dalam waktu yang lama. Kadar CO2 yang tinggi
di lapisan atmosfer dapat menghalangi pantulan udara panas ke atmosfer,
akibatnya suhu udara di bumi meningkat. Peristiwa ini dinamakan efek rumah
kaca. Efek rumah kaca mengakibatkan pemanasan global yang dapat
mengganggu perubahan iklim.
2. Memicu terjadinya hujan asam. Istilah hujan asam pertama kali
diperkenalkan oleh Angus Smith ketika dia menulis tentang polusi industry di
Inggris. Hujan asam adalah hujan yang mengandung asam dengan pH kurang
dari 5,6. Dengan adanya hujan asam ini akan mengganggu kesehatan dan
merusak berbagai tumbuhan.
3. Mengakibatkan pertumbuhan tanaman terganggu. Udara yang kotor
membuat tanaman mudah terkena penyakit, misalnya klorosis, nekrosis, dan
bintik hitam. (Putri Rahmadiyanti, 2007)

e) Upaya Pencegahan Pencemaran Udara


Upaya pencegahan pencemaran udara di Indonesia menurut Chandra
(2006, hlm. 83-84), berdasarkan periode waktunya, terbagi menjadi dua:
1) Jangka pendek

34
a. Sosialisasi melalui media cetak dan elektronik berkaitan dengan bahaya
pencemaran udara bagi kelangsungan hidup manusia dan perubahan
ekosistem pada alam semesta
b. Relokasi kawasan industri yang berada di tengah kota ke daerah
pinggiran kota dan pengembangan suatu daerah hijau (green belt) yang
mengitari kawasan industri yang akan dibangun
c. Penyelenggaraan analisis dampak lingkungan (Amdal) secara rutin di
pabrik-pabrik yang berada di tengah kota atau di dekat lokasi
pemukiman penduduk
d. Penyelenggaraan uji emisi gas buangan dari kendaraan bermotor secara
berkala dan pembentukan sistem pemantauan pencemaran udara di
setiap sudut kota
e. Perbaikan sarana transportasi darat terutama armada angkutan kota lebih
manusiawi (aman, nyaman, dan murah) sehingga dapat mengurangi
penggunaan kendaraan pribadi
f. Penerapan program 3 in 1 pada kendaraan pribadi selama jam-jam sibuk,
terutama di jalan-jalan protokol di pusat kota
g. Pengawasan dan pelarangan pembakaran hutan terutama saat musim
kemarau yang pada kenyataanya terjadi hampir setiap tahun

2) Jangka panjang
a. Perencanaan tata ruang kota yang mengacu pada wawasan kesehatan
lingkungan
b. Mengganti bahan bakar untuk industri dan kendaraan bermotor dengan
bahan bakar yang ramah lingkungan, misalnya, bahan bakar gas dan
biosolar yang berasal dari minyak kelapa sawit
c. Membangun sarana transportasi perkotaan dengan mempergunakan
kereta api bawah tanah (subway station)
d. Melakukan penghijauan atau membuat taman di setiap sudut kota
e. Mempersiapkan suatu undang-undang tentang kesehatan lingkungan
untuk menjamin terpeliharanya kualitas lingkungan

35
II.4.3 Masalah Kesehatan Lingkungan Tanah

A. Pengertian Tanah
Tanah merupakan bagian tertipis dari seluruh lapisan bumi, tetapi tanah
pengaruhnya terhadap kehidupan sangat besar. Hubungan antara tanah dan
makhluk hidup diatasnya sangat erat. Lapisan suatu penampang tanah biasanya
mengandung banyak bahan organik dan berwarna gelap karena akumulasi bahan
organik. Tetapi jenis dan jumlah zat organik yang ada didalam tanah sangat
tergantung dari suhu, oksigen, dan bahan organik disekitarnya.
Tanah didefinisikan secara umum adalah kumpulan dari bagian-bagian yang
padat dan tidak terikat antara satu dengan yang lain (diantaranya mungkin material
organik) rongga-rongga diantara material tersebut berisi udara dan air (Verhoef, 1994).

B. Pencemaran Tanah
a) Pengertian Pencemaran Tanah
Pencemaran tanah adalah keadaan dimana bahan kimia buatan manusia
masuk dan merubah lingkungan yang tadinya tanah alami, menjadi tanah yang
tercemar. Pencemaran ini biasanya terjadi karena kebocoran limbah cair, bahan
kimia industri, fasilitas komersial, penggunaan pestisida, masuknya air ke
permukaan tanah sehingga tercemar ke dalam lapisan sub-permukaan,
kecelakaan kendaraan pengangkut minyak, zat kimia atau limbah.
Ketika suatu zat berbahaya atau beracun telah mencemari permukaan
tanah, maka zat itu dapat menguap, tersapu air hujan dan masuk ke dalam
tanah. Pencemaran yang masuk ke dalam tanah kemudian terendap sebagai zat
kimia beracun di tanah. Zat beracun di tanah tersebut dapat berdampak
langsung kepada manusia ketika bersentuhan atau dapat mencemari air, tanah,
dan udara di atasnya.
Menurut Peraturan Pemerintahan RI No.150 tahun 2000 tentang
Pengendalian Kerusakan Tanah Untuk Produksi Biomassa pasal 1 yang
berbunyi, “Tanah adalah salah satu komponen lahan berupa lapisan teratas

36
kerak bumi yang terdiri dari bahan mineral dan bahan organic serta mempunyai
sifat, fisik, kimia, biologi, dan mempunyai kemampuan menunjang kehidupan
manusia dan kehidupanlainnya”. Di dalam PP RI No.150 tahun 2000 tentang
Pengendalian Kerusanakan Tanah Untuk Produksi Biomassa pasal 1 disebut
bahwa “Kerusakan tanah untuk produksi biomass aadalah perubahan sifat dasar
tanah yang melampaui kriteria baku kerusakan tanah”. (Muslimah, 2015)

b) Penyebab Pencemaran Tanah


Penyebab pencemaran tanah mempunyai hubungan erat dengan
pencemaran udara dan air, maka sumber pencemaran udara dan air pada
umumnya juga merupakan sumber pencemaran tanah. Pencemaran tanah juga
biasanya terjadi karena limbah domestic, limbah industri, dan limbah pertanian.
Banyaknya pabrik yang didirikan akhir-akhir ini, ternyata tidak hanya
berpengaruh terhadap terganggunya polusi udara, melainkan terhadap tanah
juga turut dipengaruhi. (HermienNugraheni, Tri Wiyatini, & Irmanita
Wiradonatahun 2018).
Pencemaran tanah bisa disebabkan oleh:
a) Limbah domestik, yang bisa menyebabkan pencemaran tanah yang
berasal dari daerah pemukiman penduduk, perdagangan, pasar, hotel dan lain-
lain.
Contoh: limbah padat berbentuk sampah anorganik, limbah cair berbentuk
tinja, deterjen, oli, cat, jika limbah cair tersebut meresap ke dalam tanah akan
merusak kandungan air tanah.
b) Limbah industri, yang bisa menyebabkan pencemaran tanah yang
berasal dari daerah pabrik, industry kecil, dan industry perumahan.
Contoh: limbah padat berbentuk hasil buangan industry berupa padatan,
lumpur. Limbah cair berbentuk hasil pengolahan dalam suatu proses produksi,
misalnya sisa-sisa pengolahan industry lapisan logam dan industry kimia
lainnya.
c) Limbah pertanian, yang bisa menyebabkan pencemaran tanah yang
berasal dari sisa-sisa pupuk sintetik untuk menyuburkan tanah atau tanaman.

37
Contoh: pupuk urea, peptisida pemberantas hama tanaman, misalnya DDT
(Dhicloro Dipheny Trichlorethane).
Sumber bahan pencemaran tanah dapat disebabkan oleh air permukaan
tanah yang mengandung bahan pencemaran misalnya tercemari oleh zat
radioaktif, logam berat dalam limbah industri, sampah rumah tangga, limbah
rumah sakit, sisa-sisa pupuk, pestisida dari daerah pertanian, limbah deterjen,
yang akhirnya dapat menyebabkan terjadinya pencemaran pada tanah daerah
tempat air permukaan atau pun tanah daerah yang dilalui air permukaan tanah
tersebut. (Muslimah, 2015)
c) Komponen Pencemaran Tanah
Kompenen-kompenen yang mengakibatkan pencemaran tanah
diperoleh dari sumber-sumber bahan pencemaran tersebut antara lain berupa:
a) Senyawa organik, yang dapat membusuk karena diuraikan oleh
mikroorganisme, seperti sisa-sisa makanan, daun, tumbuhan dan hewan yang
mati.
b) Senyawa anorganik, yang tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme,
seperti plastik, serat, keramik, kaleng-kaleng dan bekas bahan bangunan, yang
menyebabkan tanah menjadi tidak subur.
c) Senyawa gas, pencemaran udara berupa gas yang larut dalam air hujan
seperti oksida nitrogen (NO dan NO2), oksida belerang (SO2 dan SO3), oksida
karbon (CO dan CO2), menghasilkan hujan asam yang akan menyebabkan
tanah bersifat asam dan merusak kesuburan tanah tanaman.
d) Senyawa logam, pencemaran berupa logam-logam berat yang dihasilkan
dari limbah industry seperti Hg, Zn, Pb, Cd dapat mencemari tanah.
e) Zat radioaktif, yang dihasilkan dari PLTN, reactor atom atau dari
percobaan lain yang menggunakan atau menghasilkan zat radioaktif.

d) Dampak Pencemaran Tanah


Timbunan sampah yang berasal dari limbah domestic dapat
mengganggu atau mencemari tanah. Timbunan sampah juga menutupi

38
permukaan tanah sehingga tanah tidak bisa dimanfaatkan. Timbunan sampah
tersebut bisa menghasilkan gas nitrogen dan asam sulfida.
Berbagai dampak yang ditimbulkan akibat pencemaran tanah,
diantaranya adalah:
a. Pada kesehatan
Dampak pencemaran tanah terhadap kesehatan tergantung pada tipe polutan,
jalur masuk ke dalam tubuh dan kerentanan populasi yang terkena. Kromium,
berbagai macam pestisida dan herbisida merupakan bahan karsinogenik untuk
semua populasi. Timbal sangat berbahaya pada anak-anak, karena dapat
menyebabkan kerusakan otak, serta kerusakan ginjal pada seluruh populasi.
b. Pada ekosistem
Pencemaran tanah juga dapat memberikan dampak terhadap ekosistem.
Perubahan kimiawi tanah yang radikal dapat timbul dari adanya bahan kimia
beracun atau berbahaya bahkan pada dosis yang rendah sekalipun. Perubahan
ini dapat menyebabkan perubahan metabolism dari mikroorganisme endemic
dan antropoda yang hidup di lingkungan tanah tersebut. (Aurora Falah, 2012)

e) Upaya Penanganan Pencemaran Tanah


1) Langkah pencegahan
Pada umumnya pencegahan ini berusaha untuk tidak menyebabkan
terjadinya pencemaran, misalnya mengurangi terjadinya bahan pencemar
(Muslimah 2015, hlm 17), antara lain:
a. Sampah organik yang dapat membusuk/diuraikan oleh mikroorganisme
antara lain dapat dilakukan dengan mengukur sampah-sampah dalam
tanah secara tertutup dan terbuka, kemudian dapat diolah sebagai
kompos/pupuk. Untuk mengurangi terciumnya bau busuk dari gasgas
yang timbul pada proses pembusukan, maka penguburan sampah
dilakukan secara berlapis-lapis dengan tanah.
b. Sampah senyawa organik atau senyawa anorganik yang tidak dapat
dimusnahkan oleh mikroorganisme dapat dilakukan dengan cara
membakar sampah-sampah yang dapat terbakar seperti plastik dan serat

39
baik secara individual maupun dikumpulkan pada suatu tempat yang jauh
dari pemukiman, sehingga tidak mencemari udara daerah pemukiman.
Sampah yang tidak dapat dibakar dapat digiling/dipotongpotong menjadi
partikel-partikel kecil, kemudian dikubur.
c. Pengolahan terhadap limbah industri yang mengandung logam berat yang
akan mencemari tanah, sebelum dibuang ke sungai atau ke tempat
pembuangan agar dilakukan proses pemurnian.
d. Sampah zat radioaktif sebelum dibuang, disimpan dahulu pada
sumursumur atau tangki dalam jangka waktu yang cukup lama sampai
tidak berbahaya, baru dibuang ke tempat yang jauh dari pemukiman,
misal pulau karang, yang tidak berpenghuni atau ke dasar lautan yang
sangat dalam.
e. Penggunaan pupuk, pestisida tidak digunakan secara sembarangan
namun sesuai dengan aturan dan tidak sampai berlebihan.
f. Usahakan membuang dan memakai detergen berupa senyawa organik
yang dapat dimusnahkan/diuraikan oleh mikroorganisme.
2) Langkah Penanganan
Penanganan khusus terhadap limbah domestik yang berjumlah sangat
banyak diperlukan agar tidak mencemari tanah. Pertama sampah tersebut kita
pisahkan ke dalam sampah organik yang dapat diuraikan oleh mikroorganisme
(biodegradable) dan sampah yang tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme
(non-biodegradable).
Sampah organik yang terbiodegradasi bisa diolah, misalnya dijadikan
bahan urukan, kemudian kita tutup dengan tanah sehingga terdapat permukaan
tanah yang dapat kita pakai lagi; dibuat kompos; khusus kotoran hewan dapat
dibuat biogas dll sehingga dalam hal ini bukan pencemaran tanah yang terjadi
tetapi proses pembusukan organik yang alami.
Sampah anorganik yang tidak dapat diurai oleh mikroorganisme. Cara
penanganan yang terbaik dengan daur ulang. Kurangilah penggunaan pupuk
sintetik dan berbagai bahan kimia untuk pemberantasan hama seperti pestisida.

40
Limbah industri harus diolah dalam pengolahan limbah, sebelum dibuang
kesungai.
Kurangilah penggunaan bahan bahan yang tidak bisa diuraikan oleh
mikroorganisme (non-biodegradable). Salah satu contohnya adalah dengan
mengganti plastik sebagai bahan kemasan/pembungkus dengan bahan yang
ramah lingkungan seperti dengan daun pisang atau daun jati.
Ada beberapa langkah penanganan untuk mengurangi dampak yang
ditimbulkan oleh pencemaran tanah, diantaranya:
a. Remediasi
Remediasi adalah kegiatan untuk membersihkan permukaan tanah
yang tercemar. Remediasi ini terbagi menjadi dua cara, yaitu:
1. Remediasi in situ
Remediasi in situ adalah pembersihan atau pengolahan tanah
terkontaminasi di lokasi. Remediasi in situ lebih murah dan lebih mudah
dengan konversi biologi dan kimia, pemisahan daerah terkontaminasi
agar tidak mencemari lingkungan lainnya.
2. Remediasi ex situ
Remediasi ex situ adalah pengolahan tanah terkontaminasi digali dan
diolah di suatu unit pengolahan antara lain, dapat dilakukan dengan cara
memisahkan bahan pencemar dengan tanah, penguraian kontaminan
dengan mikroba, pemanfaatan energi panas yang dapat menguapkan
kontaminan dari tanah, dan ekstraksi kontaminan dari tanah. Remediasi
ex situ ini jauh lebih mahal dan rumit.
b. Bioremediasi
Bioremediasi adalah proses pembersihan pencemaran tanah dengan
menggunakan mikroorganisme (jamur, bakteri). (Muslimah 2015, hlm 17-
18)
Bioremediasi bertujuan untuk memecah atau mendegradasi zat
pencemar menjadi bahan yang kurang beracun atau tidak beracun (karbon
dioksida dan air). Proses bioremediasi harus memperhatikan temperatur

41
tanah, ketersediaan air, nutrien (N, P, K), perbandingan C : N kurang dari 30
: 1, dan ketersediaan oksigen. (Setiawan,2017,hlm. 2-3)
Tanah memiliki fungsi penting dalam kehidupan di alam
semesta ini, karena itu perlu dijaga agar tidak rusak. Menjaga tanah
merupakan pekerjaan rumah bagi setiap orang. Banyak hal yang dapat
dilakukan untuk menjaga kesehatan tanah, dengan memulai hal-hal
kecil seperti tidak membuang sampah limbah dengan tidak beraturan
ke tanah dan lain sebagainya.
II.5 Masalah Kesehatan Lingkungan di Negara Maju dan Berkembang
II.5.1 Masalah Kesehatan Lingkungan di Negara Maju

1. Polusi

Salah satu masalah kesehatan lingkungan terbesar di negara maju adalah polusi.
Polusi udara, polusi air, dan polusi tanah yang bahkan membutuhkan jutaan tahun untuk
kembali ‘sehat’ seperti semula. Polusi air yang disebabkan oleh limbah pabrik yang
dibuang ke sungai dan mengalir ke laut kemudian membentuk hujan asam. Polusi udara
yang disebabkan oleh gas dan racun dari pabrik industri. Dan polusi tanah yang banyak
disebabkan oleh pembuangan limbah yang menyebabkan tanah menjadi hilang
kandungan nutrisinya dan menjadi tidak subur lagi.

Diperkirakan 9 dari 10 orang di dunia tanpa sadar menghirup udara yang


mengandung polutan, bahkan 7 juta orang di dunia meninggal setiap tahunnya
disebabkan oleh penyakit yang berkaitan dengan polusi udara (WHO, 2012). Saat ini,
telah diketahui bahwa pengaruh polusi udara juga dapat menyebabkan pemanasan efek
rumah kaca (ERK) dan akan menimbulkan pemanasan global atau (global warming)
(Sudrajad, 2006). Dari beberapa penyebab polusi udara yang ada, terbukti, emisi
transportasi adalah sebagai penyumbang pencemaran udara tertinggi, yakni sekitar 70%
(BPLH DKI JKT, 2013).

Menurut laporan Country Greenhouse Gas Emissions Data yang dirilis oleh
World Resource Institute (WRI), Emisi Karbondioksida (CO2) yang dihasilkan oleh
negara-negara di dunia ini adalah sebanyak 47,59 miliar ton emisi CO2 (MtCO 2e) per

42
tahun. Dari jumlah tersebut, negara yang berkonstribusi besar dalam menghasilkan
Emisi Karbon di Dunia adalah negara-negara maju seperti China yang menduduki
peringkat satu dengan 10,68 miliar ton emisi CO2 per tahun. Disusul dengan Amerika
Serikat yang menempati urutan kedua sebagai penghasil emisi Karbondioksida terbesar
di Dunia yaitu sebesar 5,82 miliar ton emisi CO2 per tahun. Peringkat selanjutnya
ditempati oleh negara-negara yang tergabung dalam uni eropa (28 negara), lalu diikuti
oleh India dan Rusia pada peringkat keempat dan kelima.

2. Pengolahan Limbah
Salah satu masalah lingkungan adalah limbah yang dihasilkan dari kegiatan sosial
dan ekonomi masyarakat. Pertambahan jumlah limbah juga berbanding lurus dengan
angka pertumbuhan penduduk di negara maju dan berkembang. Tetapi saat ini, tengah
ramai permasalahan mengenai perpindahan limbah beracun dan non-beracun dari
negara maju ke negara berkembang. Contohnya adalah yang terjadi pada Indonesia dan
Malaysia, bahkan Malaysia mengalami peningkatan jumlah limbah 400 - 3.000 ton,
yang sebagian besarnya berasal dari negara maju seperti China, Amerika, dan Australia.
Meski impor limbah seperti limbah kertas dan skrup dibutuhkan untuk memenuhi
kebutuhan industry (Sudiro, 2019), namun impor limbah ini nyatanya menjadi celah
negara maju untuk membuang limbahnya ke negara berkembang yang bertujuan untuk
mengurangi jumlah limbah di negaranya dan hal tersebut merugikan negara yang
menjadi tempat penampungan limbah tersebut. Fenomena ini menunjukkan bahwa,
negara maju masih belum mampu dan memiliki keterbatasan dalam mengolah
limbahnya sendiri.

3. Menipisnya Kekayaan Alam

Kekayaan alam dapat menipis akibat banyaknya konsumsi bahan bakar fosil yang
menghasilkan emisi untuk gas-gas rumah kaca, yang mana itu mengakibatkan
pemanasan global dan perubahan iklim.

4. Hilangnya Keanekaragaman Hayati

43
Aktivitas pembangunan gedung-gedung bertingkat dapat menyebabkan punahnya
spesies dan habitat keanekaragaman hayati. Membangun ulang spesies dan habitat dari
keanekaragaman hayati tersebut butuh waktu jutaan tahun untuk benar-benar pulih.

5. Pengasaman Laut
Pengasaman laut merupakan proses turunnya kadar pH air laut yang kini tengah
terjadi akibat penyerapan CO2 di atmosfer yang disebabkan oleh penggunaan bahan
bakar fosil berlebih. Keasaman laut meningkat pada 250 tahun terakhir. Pada tahun
2100 mungkin jauh meningkat dari 25% menjadi 150% yang mengakibatkan plankton
perlahan punah.
6. Masalah Kesehatan Masyarakat
Masalah kesehatan lingkungan berperan banyak pada resiko kesehatan manusia,
hewan, dan tumbuhan. Air yang kotor merupakan masalah kesehatan di dunia dan dapat
mengancam kualitas kesehatan masyarakat.

II.5.2 Masalah Kesehatan Lingkungan di Negara Berkembang

1. Urbanisasi Penduduk

Di Indonesia, terjadi perpindahan penduduk dalam jumlah besar dari desa ke


kota. Lahan pertanian yang semakin berkurang terutama di pulau Jawa dan terbatasnya
lapangan pekerjaan mengakibatkan penduduk desa berbondong-bondong datang ke kota
besar mencari pekerjaan sebagai pekerja kasar seperti pembantu rumah tangga, kuli
bangunan dan pelabuhan, pemulung bahkan menjadi pengemis dan pengamen jalanan
yang secara tidak langsung membawa dampak sosial dan dampak kesehatan lingkungan,
seperti munculnya pemukiman kumuh dimana-mana.(Oleh Dr. H. Arif Sumantri,
S.K.M., M.Kes., 2017)

2. Sampah

Salah satu masalah terbesar kesehatan lingkungan di negara berkembang,


khususnya Indonesia adalah sampah. Sampah pada negara berkembang dapat
bertumpuk hingga beratus-ratus ton beratnya pertahun. Bahkan, sampah tersebut sampai
ke laut yang mana 90% sampah plastic di lautan berasal dari 10 sungai yang terletak di
negara Asia seperti China, Indonesia, Filiphina, dan lainnya.

44
Bahkan, hampir setiap tempat di Indonesia, sistem pembuangan sampah
dilakukan secara dumping tanpa ada pengelolaan lebih lanjut. Sistem pembuangan
semacam itu selain memerlukan lahan yang cukup, luas juga menyebabkan pencemaran
pada udara, tanah, dan air selain lahannya juga juga dapat menjadi tempat
berkembangbiaknya agen dan vector penyakitmenular. (Oleh Dr. H. Arif Sumantri,
S.K.M., M.Kes., 2017 dan Sindo. 2018).

3. Polusi Udara

Polusi udara di negara-negara berkembang hampir sama dengan yang terjadi di


negara-negara maju, tetapi polusi kendaraan di negara maju tidak separah polusi di
negara berkembang. Kendaraan pribadi saja sudah menyumbang sekitar 61% untuk
polusi udara yang terjadi di negara-negara berkembang.

Tingkat pencemaran udara di Indonesia sudah melebihi ambang batasnormal


terutama di kota-kota besar akibat gas buangan kendaraanbermotor. Selain itu, hampir
setiap tahun asap tebal meliputi wilayahnusantara bahkan sampai ke negara tetangga
akibat pembakaran hutanuntuk lahan pertanian dan perkebunan. (Sindo, 2018 dan Dr.
H. Arif Sumantri, S.K.M., M.Kes., 2017)

4. Penyediaan Sarana Air Bersih

Berdasarkan survei yang pernah dilakukan, hanya sekitar 60 % penduduk


Indonesia mendapatkan air bersih dari PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum),
terutama untuk penduduk perkotaan, selebihnya mempergunakan sumur atau sumber air
lain. Bila datang musim kemarau, krisis air dapat terjadi dan penyakit gastroenteritis
(muntah dan diare) mulai muncul dimana-mana. Kelangkaan sumber air biasanya
terjadi karena musim kemarau yang panjang. Namun, di sebagian negara berkembang,
kelangkaan sumber daya air juga dapat diakibatkan oleh kerusakan daerah aliran sungai,
pencemaran air, minimnya kawasan hutan atau hutan yang ada sudah ditebang secara
liar, sedimentasi waduk, dan lainnya. . (Sindo, 2018 dan Dr. H. Arif Sumantri, S.K.M.,
M.Kes., 2017)

5. Pembuangan limbah industri dan rumah tangga

45
Hampir semua limbah cair baik yang berasal dari rumah tangga danindustri
dibuang langsung dan bercampur menjadi satu ke badan sungaiatau laut, ditambah lagi
dengan kebiasaan penduduk melakukan kegiatanMCK dibantaran sungai. Akibatnya,
kualitas air sungai menurun dan apabila digunakan untuk air baku memerlukan biaya
yang tinggi.

6. Perencanaan tata kota dan kebijakan pemerintah

Perencanaan tata kota dan kebijakan pemerintah seringkali


menimbulkanmasalah baru bagi kesehatan lingkungan. Contoh, pemberian izin
tempatpemukiman, gudung atau tempat industry baru tanpa didahului denganstudi
kelayakan yang berwawasan lingkungan dapat menyebabkanterjadinya banjir,
pencemaran udara, air, dan tanah serta masalah sosiallain. ( Oleh Dr. H. Arif Sumantri,
S.K.M., M.Kes., 2017)

7. Banjir

Banjir merupakan masalah terbesar kedua di negara-negara berkembang. Banjir


merupakan bencana alam yang dapat dicegah oleh manusia, seperti tidak membuang
sampah sembarangan, khususnya di sungai agar sungai tidak tersumbat dan tidak
meluap ke pemukiman-pemukiman. Rusaknya hutan juga merupakan salah satu
penyebab banjir terjadi karena tidak adanya penyerapan air dan air hujan langsung turun
ke bawah. (Oleh Dr. H. Arif Sumantri, S.K.M., M.Kes., 2017)

BAB III: PENUTUP

III. 1 Kesimpulan

Kesehatan lingkungan merupakan kondisi lingkungan yang bebas dari segala


potensi bahaya penyakit. serta upaya perlindungan, pengelolaan, dan modifikasi

46
lingkungan yang diarahkan menuju keseimbangan ekologi pada tingkat kesejahteraan
manusia yang semakin meningkat. Selain untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat kesehatan lingkungan juga sangat berpengaruh untuk kenyamanan hidup
dan meningkatkan efisiensi kerja dan belajar.

Menurut WHO, terdapat 17 Ruang lingkup Kesehatan lingkungan :

1. Penyediaan air minum


2. Pengelolaan air buangan dan pengendalian pencemaran
3. Pembuangan sampah padat
4. Pengendalian vektor
5. Higiene makanan
6. Pengendalian pencemaran udara
7. Pengendalian radiasi
8. Kesehatan kerja
9. Pengendalian kebisingan
10. Perumahan dan pemukiman
11. Aspek kesling dan transportasi udara
12. Perencanaan daerah dan perkotaan
13. Pencegahan kecelakaan
14. Rekreasi umum dan pariwisata
15. Tindakan-tindakan sanitasi yang berhubungan dengan keadaan
epidemi/wabah,bencana alam dan perpindahan penduduk
16. Tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menjamin lingkungan
17. Pencegahan/pengendalian pencemaran tanah oleh ekskreta manusia

Menurut UU No 23 tahun 1992 Tentang Kesehatan, ruang lingkup kesehatan


lingkungan antara lain :

1. Penyehatan Air dan Udara


2. Pengamanan Limbah padat/sampah
3. Pengamanan Limbah cair

47
4. Pengamanan limbah gas
5. Pengamanan radiasi
6. Pengamanan kebisingan
7. Pengamanan vektor penyakit
8. Penyehatan dan pengamanan lainnya : Misal Pasca bencana.

Masih begitu banyak persoalan lingkungan di Indonesia yang masih menjadi


pekerjaan rumah dan membutuhkan penyelesaian. Persoalan ini menjadi sangat krusial
karena menyangkut kualitas kehidupan di masa datang. Berbagai masalah kesehatan
lingkungan air, udara, dan tanah yang sedang kita hadapi saat ini. Pencemaran
lingkungan yang merupakan permasalahan kesehatan yang paling umum. Masalah
kesehatan lingkungan air meliputi kurangnya air bersih dan pencemaran air yang
biasanya diakibatkan oleh air limbah yang berasal dari berbagai sumber. Dari air
limbah yang tidak dikelola dengan baik dapat menyebabkan berbagai dampak seperti
gangguan kesehatan, penurunan kualitas lingkungan, menimbulkan bau tidak sedap,
mengganggu kehidupan dalam air, dan menghasilkan lumpur yang menyebabkan
pedangkalan air.

Masalah kesehatan lingkungan udara meliputi pencemaran udara yang


merupakan hasil kegiatan alam dan manusia menyebabkan kenaikan suhu udara
membuat bumi semakin panas atau yang disebut pemanasan global. Ada beberapa
faktor yang memengaruhi pencemaran udara, diataranya faktor meteorologi dan iklim
serta faktor topografi. Dampak dari pencemaran udara seperti gangguan kesehatan,
perubahan ekosistem, efek terhadap cuaca dan iklim, dan efek terhadap flora dan fauna.
Pencegahan yang dapat kita lakukan salah satunya adalah menggunakan kendaraan
umum.

Tanah merupakan bagian tertipis dari seluruh lapisan bumi, tetapi tanah
pengaruhnya terhadap kehidupan sangat besar. Hubungan antara tanah dan
makhluk hidup diatasnya sangat erat. Namun, Kegiatan manusia seperti perusakan
hutan, ladang yang berpindah-pindah dan penggalian lahan secara besar-besaran
sangat memengaruhi kondisi tanah. Disamping itu tanah yang terkontaminasi

48
dapat mengakibatkan terjadinya pencemaran air tanah dan kerusakan tanah yang
pada akhirnya akan menimbulkan bencana bagi manusia. Salah satu pencegahannya
adalah Penggunaan pupuk, pestisida tidak digunakan secara sembarangan namun sesuai
dengan aturan dan tidak sampai berlebihan.

Permasalahan yang ada di negara maju dan berkembang tidak jauh beda karena
masih meliputi masalah lingkungan air, udara, dan tanah. Pada negara-negara
berkembang masalah lingkungan meliputi polusi udara, banjir yang dapat menyebarkan
berbagai penyakit seperti leptospirosis, dan bahaya sampah plastik. Pada negara-negara
maju masalah kesehatan lingkungan meliputi pencemaran udara, masalah kekeringan
dan kebakaran besar.

III.2 Saran

Diharapkan setelah membaca makalah tentang kesehatan lingkungan ini dapat


membantu pembaca untuk memahami permasalahan kesehatan lingkungan di berbagai
negara. Dengan dibuatnya makalah ini, pembaca mampu menjadikan makalah ini
sebagai sebagian dari referensi dalam diskusi, penelitian, dan penulisan mengenai
permasalahan kesehatan lingkungan.

49
DAFTAR PUSTAKA

Achmad, R, 2011, Modul 1 Isu Lingkungan Global, diakses pada 16 September 2019
http://repository.ut.ac.id/4658/2/PEKI4312-M1.pdf

Admaja, N, 2019, Sumber-sumber Pencemar Udara dan Gas Rumah Kaca, di


blogs.itb.ac.id/pencemud19kelp5/?p=38 diakses pada 16 September 2019

Arief, Latar Muhammad. 2016. Pengolahan Limbah Industri (Ed. ke-1).Yogyakarta :


Andi

Badan Pembinaan Hukum Nasional, Indonesia 2001, Peraturan Pemerintah Republik


Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air, Indonesia, di
google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://www.bphn.go.id/data/doc
uments/01pp082.pdf&ved=2ahUKEwiZtL3HhdrkAhWJqo8KHfehA5AQFjAA
egQIARAB&usg=AOvVaw2Z4-ZkNdJftl_3jKE-JGk9diakses pada 18
September 2019

Calundu, Rasidin. 2018 . Manajemen Kesehatan. Makassar : SAH


MEDIA.

Chandra,Budiman.2007.Pengantar Kesehatan Lingkungan.Jakarta : Buku Kedokteran

Chandra, Budiman. 2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta :


penerbit buku kedokteran.

Chandra, Budiman. 2012 . Pengantar Ilmu Kesehatan. Jakarta : EGC.

Departemen Kesehatan, 2017, Hari Air Dunia Mengingatkan Kembali Akan Pentingnya
Air dan Pengelolaan Air Limbah, Indonesia, di
www.depkes.go.id/pdf.php?id=17032900001 diakses pada 14 September 2019

Gosta, Demis Rizky. 2019. Larang Impor Limbah Plastik ke Asia Tenggara. di
ekonomi.bisnis.com/read/20190618/12/934874/larang-impor-limbah-plastik-
mengalir-ke-asia-tenggara diakses 19 September 2019 19-09-19 23.05.

50
Ikhtiar, Muhammad. 2017 . Pengantar Kesehatan Lingkungan . Makassar: CV. Social
Politic Genius (SIGn).

Indasah 2017. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta.: CV BUDI UTAMA.


Indonesia, Undang-undang 2009, Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan, Jakarta.

Kementrian Hukum dan HAM, Indonesia 1999, Peraturan Pemerintah Republik


Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Pengendalian Pencemaran Udara, di
ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/ln/1999/pp41-1999.pdf diakses pada 19
September 2019

Komisi Penghapusan Bensin Bertimbel, 2007, Penanggulangan Pencemaran Udara


Sebagai Salah Satu Upaya Pengendalian Pencemaran Udara, Indonesia, di
kpbb.org/makalah_ind/PenanggulanganPencemaranUdara.pdf diakses pada 16
September 2019

Lestari, Indah K, 2014, KUALITAS PELAYANAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN


DAERAH (JAMKESDA) DI PUSKESMAS KARANG ASAM KECAMATAN
SUNGAI KUNJANG KOTA SAMARINDA, di ejournal.an.fisip-
unmul.ac.id/site/wp-content/uploads/2014/05.pdf diakses pada 17 September
2019

Mubarak,Wahid Iqbal dan Nurul Chayatin.2009. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta :


Salemba Medika.

Muchtar, Masrudi, Abdul, Noraida. 2016.Hukum Kesehatan Lingkungan:Kajian


Teoritis dan Perkembangan Pemikiran. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

Mukono,H.J. 2000. Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan. Surabaya: Airlangga


University Press.

Mulia, RM. 2005. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta : Graha Ilmu.

51
Muslimah, 2017, Dampak Pencemaran Tanah Dan Langkah Pencegahan, di
ejurnalunsam.id/index.php/jagris/article/download/224/169/ diakses pada 16
September 2019

Notoatmojo, Soekidjo. 2011 . Kesehatan Masyarakat: Ilmu dan Seni. Jakarta: PT


RINEKA CIPTA.

Nugroho, A. 2014. Pencemaran Udara Akibat Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor.
Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik. 01(03): 242

Primastika, W, 2019, Polusi Udara dan Efeknya terhadap Kesehatan Mental, di


tirto.id/polusi-udara-dan- efeknya-terhadap-kesehatan-mental-egLU diakses 19
September 2019

Rahmadiyanti, Putri. Polusi Udara. Di academia.edu/34682449/polusi-udara.pdf


diakses 5 September 2019

Rinkesh. 2018. Environmental Problems, di converse-energy-future.com


diakses 1 September 2019

Salmah, Sjarifah. 2013 . Pengantar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: CV. Trans
Info Media.

Sambel, Dantje T. 2015. Toksikologi Lingkungan. Yogyakarta: ANDI.

Sarosa, Wicaksono, Eveline, Anggriani, Savitri. 2009. Perumahan bagi KaumMiskin di


kota-kota di Asia. Jakarta (ID)

Sindo. 2018. 10 Problem Besar Lingkungan di Indonesia, di nasional.sidonews.com


diakses pada 1 September 2019

Sumantri, Arif. 2010. Kesehatan Lingkungan & Prespektif Islam. Jakarta: Kencana.

Sumantri, Arif. 2015 . Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Kencana Prenada


Media Group.

52
Swarjana, I Ketut. 2017 . Ilmu Kesehatan Masyarakat – konsep, strategi, dan praktik.
Yogyakarta: ANDI.

Yuliana, DK, 2017, Greenhouse Gas Emission Level In Indramayu District Tingkat
Emisi Gas Rumah Kaca Di Kabupaten Indramayu, di
ejurnal.bppt.go.id/index.php/JSTMB/article/download/2098/2208 diakses pada
16 September 2019

Zakky, 2018, Pencemaran Tanah, di zonareferensi.com/pencemaran-tanah/ diakses


pada 5 September 2019

Zakky, 2018, Pencemaran Air, di zonareferensi.com/pencemaran-air/ diakses pada 5


September 2019

WHO. 2017. Progress On Drinking Water, Sanitation and Hygiene. Switzerland


(CH): WHO dan UNICEF

WHO. 2017. Progress On Drinking Water, Sanitation and Hygiene. Switzerland


(CH): WHO dan UNICEF

WHO. 2012. Air Pollution, Climate, Health Factsheet. Switzerland (CH): WHO

WRI. 2014. Country Greenhouse Gas Emissions Data. Washington: WRI

53
54

Anda mungkin juga menyukai