Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH

ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

“KESEHATAN LINGKUNGAN DAN KESEHATAN KERJA”

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 2

1. DWI SUSRIANI KANINGRUM


2. FITRI ANITA Br. MANULLANG
3. YUNIA FITRIYANI

DOSEN PENGAJAR : DANIAH, SSiT, MKM

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT EKSTENSION


STIKES MITRA RIA HUSADA
TA.2017/2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah mata
kuliah IKM (Ilmu Kesehatan Masyarakat) dengan judul “Kesehatan Lingkungan
dan Kesehatan Kerja”.
Kami berterima kasih kepada Ibu Daniah,S.SiT, MKM sebagai dosen
pengajar mata kuliah Ilmu Kesehatan Masyarakat STIKES MITRA RIA
HUSADA serta terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan
bantuan sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan kami
meminta maaf apabila ada kesalahan atau kekurangan dalam pembuatan makalah
ini. Saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan untuk perbaikan
dikemudian hari. Akhir kata kami ucapkan terima kasih.

Cibubur, September 2017

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................ i


DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................ 2
1.3 Tujuan Penulisan .......................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................. 4
2.1 Kesehatan Lingkungan ................................................................. 4
2.2 Kesehatan Kerja ............................................................................ 21
BAB III PENUTUP ........................................................................................... 28
3.1 Kesimpulan ................................................................................... 28
3.2 Saran ............................................................................................. 28
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 29
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Sekitar 12,6 juta jiwa meninggal setiap tahun akibat lingkungan yang
tidak sehat. Laporan dari badan kesehatan dunia WHO tersebut memaparkan
dampak dari hidup dan bekerja di kondisi lingkungan yang buruk. WHO
mengingatkan bahwa polusi udara, air dan tanah dan juga paparan terhadap
bahan kimia, radiasi sinar ultraviolet dan dampak perubahan iklim
menyebabkan lebih dari 100 penyakit dan cedera yang terjadi pada penghuni
planet Bumi. Laporan badan dunia ini menemukan nyaris 25 persen kematian
itu disebabkan oleh kondisi tempat tinggal atau tempat kerja yang buruk. Di
Eropa angka ini mencapai 1,4 juta kematian setiap tahun.Anak-anak dan
orang dewasa yang berumur antara 50-75 tahun paling merasakan dampak
buruk lingkungan, sementara 1,7 juta jiwa anak balita menderita akibat
penyakit menular dan penyakit akibat lingkungan yang buruk.
Berdasarkan data International Labour Organization (ILO) tahun 2013, 1
pekerja di dunia meninggal setiap 15 detik karena kecelakaan kerja dan 160
pekerja mengalami sakit akibat kerja. Tahun sebelumnya (2012) ILO
mencatatat angka kematian dikarenakan kecelakaan dan penyakit akibat kerja
(PAK) sebanyak 2 juta kasus setiap tahun. Hasil laporan pelaksanaan
kesehatan kerja di 26 Provinsi di Indonesia tahun 2013, jumlah kasus
penyakit umum pada pekerja ada sekitar 2.998.766 kasus, dan jumlah kasus
penyakit yang berkaitan dengan pekerjaan berjumlah 428.844 kasus.
Rendahnya jumlah kasus terkait kerja yang relatif rendah tidak
menggambarkan keadaan sesungguhnya, tetapi lebih pada tidak terdeteksi dan
terdiagnosis
Kesehatan lingkungan merupakan faktor penting dalam kehidupan sosial
kemasyarakatan, bahkan merupakan salah satu unsur penentu atau determinan
dalam kesejahteraan penduduk. Di mana lingkungan yang sehat sangat
dibutuhkan bukan hanya untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat,
tetapi juga untuk kenyamanan hidup dan meningkatkan efisiensi kerja dan
belajar.
Jika negara-negara tidak melakukan aksi untuk membuat lingkungan
sebagai tempat yang sehat untuk hidup dan bekerja, jutaan orang akan sakit
dan mati muda.Perlu segera dilakukan upaya strategis untuk menurunkan
risiko lingkungan terhadap kesehatan di perkotaan, perumahan dan tempat
kerja.Upaya tersebut bisa secara nyata menurunkan angka kematian yang
disebabkan karena penyakit kardiovaskular dan pernapasan, luka, dan kanker,
dan hal ini akan mengarah pada penghematan biaya perawatan kesehatan
WHO juga memaparkan bahwa peraturan untuk mencegah penyebaran
asap rokok, penerapan teknologi yang ramah lingkungan, bahan bakar yang
bersih dan juga penyediaan akses ke air bersih dan mengembangkan sanitasi
akan menurunkan angka kematian dunia. Di samping itu dalam proses
pembangunan masa datang, diperlukan adanya teknologi kesehatan
lingkungan yang menitik beratkan upayanya pada metodologi mengukur
dampak kesehatan dari pencemaran yang ditimbulkan oleh adanya
pembangunan, Indikator ini harus mudah, murah untuk diukur juga sensitif
menunjukkan adanya perubahan kualitas lingkungan.

1.2. Rumusan Masalah


Adapun rumusan makalah ini berisi tentang :
1. Apa pengertian kesehatan lingkungan ?
2. Apa tujuan pemeliharaan kesehatan lingkungan ?
3. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan lingkungan ?
4. Bagaimana upaya Penanggulangan Kesehatan Lingkungan ?
5. Apa pengertian kesehatan kerja?
6. Apa tujuan kesehatan kerja?
7. Apa determinan kesehatan kerja?
8. Bagaimana penanggulangan kesehatan kerja?
1.3. Tujuan Penulisan
Berdasarkan latar belakang masalah, tujuan penulisan makalah ini adalah
agar :
1. Mengetahui dan memahami Pengertian Pengertian Kesehatan Lingkungan.
2. Mengetahui dan memahami tujuan pemeliharaan kesehatan lingkungan.
3. Mengetahui dan memahami faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan
lingkungan.
4. Mengetahui dan memahami upaya penanggulangan kesehatan lingkungan.
5. Mengetahui dan memahami apa pengertian kesehatan kerja.
6. Mengetahui dan memahami apa tujuan kesehatan kerja.
7. Mengetahui dan memahami determinan kesehatan kerja.
8. Mengetahui dan memahami cara penanggulangan kesehatan kerja.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Kesehatan Lingkungan


2.1.1 Pengertian Kesehatan Lingkungan
Pengertian sehat menurut WHO adalah “Keadaan yang meliputi
kesehatan fisik, mental, dan sosial yang tidak hanya berarti suatu keadaan
yang bebas dari penyakit dan kecacatan.”.Sedangkan menurut UU No 23 /
1992 Tentang kesehatan “Keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial
yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan
ekonomis.”
Pengertian Lingkungan Menurut A.L. Slamet Riyadi (1976) adalah
”Tempat pemukiman dengan segala sesuatunya dimana organismenya
hidup beserta segala keadaan dan kondisi yang secara langsung maupun
tidak dan diduga ikut mempengaruhi tingkat kehidupan maupun kesehatan
dari organisme itu.”
Kesehatan lingkungan merupakan suatu disiplin ilmu dan seni untuk
memperoleh keseimbangan antara lingkungan dengan manusia, dan juga
merupakan ilmu dan seni mengelola lingkungan agar bisa menciptakan
kondisi lingkungan yang bersih, sehat, nyaman dan aman serta terhindar
dari berbagai macam penyakit. Sedangkan ilmu kesehatan lingkungan
merupakan ilmu yang mempelajari hubungan suatu kelompok penduduk
dengan berbagai macam perubahan yang terjadi dilingkungan mereka
tinggal yang berpotensi mengganggu kesehatan masyarakat umum.
Terdapat beberapa pendapat tentang pengertian Kesehatan
Lingkungan sebagai berikut :
 Pengertian Kesehatan Lingkungan Menurut World Health Organisation
(WHO) pengertian Kesehatan Lingkungan : Those aspects of human
health and disease that are determined by factors in the environment. It
also refers to the theory and practice of assessing and controlling factors
in the environment that can potentially affect health. Atau bila
disimpulkan “Suatu keseimbangan ekologi yang harus ada antara
manusia dan lingkungan agar dapat menjamin keadaan sehat dari
manusia.”
 Menurut HAKLI (Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia)
“Suatu kondisi lingkungan yang mampu menopang keseimbangan
ekologi yang dinamis antara manusia dan lingkungannya untuk
mendukung tercapainya kualitas hidup manusia yang sehat,sejahtera
dan bahagia.”
 Kesehatan Lingkungan pada hakikatnya adalah suatu kondisi atau
keadaan lingkungan yang optimum sehingga berpengaruh positif
terhadap terwujudnya status kesehatan yang optimum pula.
 Kesehatan lingkungan adalah upaya untuk melindungi kesehatan
manusia melalui pengelolaan, pengawasan dan pencegahan faktor-
faktor lingkungan yang dapat mengganggu kesehatan manusia.
(Sumengen Sutomo, 1991)
 Kesehatan lingkungan adalah ilmu & seni dalam mencapai
keseimbangan, keselarasan dan keserasian lingkungan hidup melalui
upaya pengembangan budaya perilaku sehat dan pengelolaan
lingkungan sehingga dicapai kondisi yang bersih, aman, nyaman, sehat
dan sejahtera terhindar dari gangguan penyakit, pencemaran dan
kecelakaan, sesuai dengan harkat danmartabat manusia. (Sudjono
Soenhadji, 1994)
 Kesehatan lingkungan adalah ilmu dan seni untuk mencegah
pengganggu, menanggulangi kerusakan dan meningkatkan/memulihkan
fungsi lingkungan melalui pengelolaan unsur-unsur atau faktor-
faktor lingkungan yang berisiko terhadap kesehatan manusia dengan
cara identifikasi, analisis, intervensi/rekayasa lingkungan, sehingga
tersedianya lingkungan yang menjamin bagi derajat kesehatan manusia
secara optimal. (Tri Cahyono, 2000)
Apabila disimpulkan Pengertian Kesehatan Lingkungan adalah “
Upaya perlindungan, pengelolaan, dan modifikasi lingkungan yang
diarahkan menuju keseimbangan ekologi pada tingkat kesejahteraan
manusia yang semakin meningkat.”
2.1.2. Ruang Lingkup Kesehatan Lingkungan
Kontribusi lingkungan dalam mewujudkan derajat kesehatan
merupakan hal yang essensial di samping masalah perilaku masyarakat,
pelayanan kesehatan dan faktor keturunan.. Lingkungan memberikan
kontribusi terbesar terhadap timbulnya masalah kesehatan masyarakat.
Ruang Lingkup Kesehatan Lingkungan Menurut WHO (1979) ada
17 yaitu :
1. Penyediaan air minum
Syarat air minum yang sehat :
a. Syarat fisik : bening, tidak berasa, suhu di bawah udara di luarnya.
b. Syarat bakteriologis : bebas dari segala bakteri, terutama bakteri
patogen. Cara untuk mengetahui apakah air minum
terkontaminasi oleh bakteri patogen adalah dengan memeriksa
sampel ( contoh ) air tersebut. Dan bila dari pemeriksaan 100 cc air
tersebut sudah memenuhi syarat kesehatan.
c. Syarat kimia :
 Flour ( 1 – 1,5 mg/l )
 Chlor ( 250 mg/l )
 Arsen ( 0,05 mg/l )
 Tembaga ( 1 mg/l )
 Besi ( 0,3 mg/l )
 Zat organik ( 10 mg/l )
 pH ( 6,5 – 9,0 mg/l )
2. Pengelolaan air buangan dan pengendalian pencemaran
Masuknya limbah ke dalam air yang mengakibatkan fungsi air
turun sehingga tidak mampu lagi mendukung aktifitas manusia dan
menyebabkan timbulnya masalah penyediaan air bersih. Bagian
terbesar yang menyebabkan pencemaran air adalah limbah cair dari
industri,di samping limbah padat berupa sampah domestik.
Penanggulangan pencemaran air dapat dilakukan melalui:
 Perubahan perilaku masyarakat
 Pembuatan kolam/bak pengolahan limbah cair
3. Pengelolaan sampah padat
Sampah padat adalah segala bahan buangan selain kotoran
manusia, urine dan sampah cair. Dapat berupa sampah rumah tangga:
sampah dapur, sampah kebun, plastik, metal, gelas dan lain-lain.
Menurut bahannya sampah ini dikelompokkan menjadi sampah
organik dan sampah anorganik. Sampah organik Merupakan sampah
yang berasal dari barang yang mengandung bahan-bahan organik,
seperti sisa-sisa sayuran, hewan, kertas, potongan-potongan kayu dari
peralatan rumah tangga, potongan-potongan ranting, rumput pada
waktu pembersihan kebun dan sebagainya.
Secara umum sampah didapat dari pemukiman penduduk, tempat
umum dan tempat perdagangan, sarana layanan masyarakat milik
pemerinta, industri berat dan ringan serta pertanian.
Pengelolaan sampah adalah pengumpulan, pengangkutan,
pemrosesan, pendaurulangan, atau pembuangan dari material sampah.
Kalimat ini biasanya mengacu pada material sampah yang dihasilkan
dari kegiatan manusia, dan biasanya dikelola untuk mengurangi
dampaknya terhadap kesehatan, lingkungan, atau keindahan.
Pengelolaan sampah juga dilakukan untuk memulihkan sumber daya
alam. Pengelolaan sampah bisa melibatkan zat padat, cair, gas, atau
radioaktif dengan metode dan keahlian khusus untuk masing-masing
jenis zat.
Praktik pengelolaan sampah berbeda beda antara negara maju dan
negara berkembang, berbeda juga antara daerah perkotaan dengan
daerah pedesaan, berbeda juga antara daerah perumahan dengan
daerah industri. Pengelolaan sampah yang tidak berbahaya dari
pemukiman dan institusi di area metropolitan biasanya menjadi
tanggung jawab pemerintah daerah, sedangkan untuk sampah dari area
komersial dan industri biasanya ditangani oleh perusahaan pengolah
sampah.
4. Pengendalian vektor.
Pengendalian vektor ialah segala macam usaha yang dilakukan
untuk menurunkan atau mengurangi populasi vektor dengan maksud
mencegah atau memberantas penyakit yang ditularkan vektor atau
gangguan yang diakibatkan vektor.
5. Pencegahan atau pengendalian pencemaran tanah oleh eksreta
manusia.
Yang dimaksud ekskreta adalah seluruh zat yang tidak dipakai
lagi oleh tubuh dan yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh. Zat-zat
yang harus dikeluarkan dari dalam tubuhh ini berbentuk tinja (faeces),
air seni (urine) dan CO2 sebagai hasil dari proses
pernafasan.Pembuangan kotoran manusia dalam ilmu kesehatan
lingkungan dimaksudkan hanya tempat pembuangan tinja dan urine,
pada umumnya disebut latrine, jamban atau kakus (Notoatmodjo,
2003).
Penyediaan sarana jamban merupakan bagian dari usaha sanitasi
yang cukup penting peranannya. Ditinjau dari sudut kesehatan
lingkungan pembuangan kotoran yang tidak saniter akan dapat
mencemari lingkungan terutama tanah dan sumber air. Pembuangan
tinja yang tidak saniter akan menyebabkan berbagai macam penyakit
seperti : thypus, disentri, kolera, bermacam-macam cacing (gelang,
kremi, tambang dan pita), schistosomiasis dan sebagainya.
Kementerian Kesehatan telah menetapkan syarat dalam membuat
jamban sehat. Ada 7 kriteria yang harus diperhatikan :
a. Tidak mencemari air
 Saat menggali tanah untuk lubang kotoran, usahakan agar dasar
lubang kotoran tidak mencapai permukaan air tanah maksimum.
Jika keadaan terpaksa, dinding dan dasar lubang kotoran harus
dipadatkan dengan tanah liat atau diplester.
 Jarang lubang kotoran ke sumur sekurang-kurangnya 10 meter
 Letak lubang kotoran lebih rendah daripada letak sumur agar air
kotor dari lubang kotoran tidak merembes dan mencemari
sumur.
 Tidak membuang air kotor dan buangan air besar ke dalam
selokan, empang, danau, sungai, dan laut
b. Tidak mencemari tanah permukaan
 Tidak buang besar di sembarang tempat, seperti kebun,
pekarangan, dekat sungai, dekat mata air, atau pinggir jalan.
 Jamban yang sudah penuh agar segera disedot untuk dikuras
kotorannya, atau dikuras, kemudian kotoran ditimbun di lubang
galian.
c. Bebas dari serangga
 Jika menggunakan bak air atau penampungan air, sebaiknya
dikuras setiap minggu. Hal ini penting untuk mencegah
bersarangnya nyamuk demam berdarah
 Ruangan dalam jamban harus terang. Bangunan yang gelap
dapat menjadi sarang nyamuk.
 Lantai jamban diplester rapat agar tidak terdapat celah-celah
yang bisa menjadi sarang kecoa atau serangga lainnya
 Lantai jamban harus selalu bersih dan kering
 Lubang jamban, khususnya jamban cemplung, harus tertutup
d. Tidak menimbulkan bau dan nyaman digunakan
 Jika menggunakan jamban cemplung, lubang jamban harus
ditutup setiap selesai digunakan
 Jika menggunakan jamban leher angsa, permukaan leher angsa
harus tertutup rapat oleh air
 Lubang buangan kotoran sebaiknya dilengkapi dengan pipa
ventilasi untuk membuang bau dari dalam lubang kotoran
 Lantai jamban harus kedap air dan permukaan bowl licin.
Pembersihan harus dilakukan secara periodik
e. Aman digunakan oleh pemakainya
 Pada tanah yang mudah longsor, perlu ada penguat pada dinding
lubang kotoran dengan pasangan batau atau selongsong
anyaman bambu atau bahan penguat lain yang terdapat di daerah
setempat.
f. Mudah dibersihkan dan tak menimbulkan gangguan bagi
pemakainya
 Lantai jamban rata dan miring ke arah saluran lubang kotoran
Jangan membuang plastik, puntung rokok, atau benda lain ke
saluran kotoran karena dapat menyumbat saluran
 Jangan mengalirkan air cucian ke saluran atau lubang kotoran
karena jamban akan cepat penuh
 Hindarkan cara penyambungan aliran dengan sudut mati.
Gunakan pipa berdiameter minimal 4 inci.
g. Tidak menimbulkan pandangan yang kurang sopan
 Jamban harus berdinding dan berpintu
 Dianjurkan agar bangunan jamban beratap sehingga pemakainya
terhindar dari kehujanan dan kepanasan.
6. Hygiene makanan termasuk hygiene susu
Makanan adalah kebutuhan pokok manusia yang dibutuhkan
setiap saat dan memerlukan pengelolaan yang baik dan benar agar
bermanfaat bagi tubuh. Menurut WHO, yang dimaksud makanan
adalah : “Food include all substances, whether in a natural state or in a
manufactured or preparedform, wich are part of human diet.” Batasan
makanan tersebut tidak termasuk air, obat-obatan dan substansi-
substansi yang diperlukan untuk tujuan pengobatan.
Makanan yang dikonsumsi hendaknya memenuhi kriteria bahwa
makanan tersebut layak untuk dimakan dan tidak menimbulkan
penyakit, diantaranya :
 Berada dalam derajat kematangan yang dikehendaki
 Bebas dari pencemaran di setiap tahap produksi dan penanganan
selanjutnya.Bebas dari perubahan fisik, kimia yang tidak
dikehendaki, sebagai akibat dari pengaruh enzym, aktifitas
mikroba, hewan pengerat, serangga, parasit dan kerusakan-
kerusakan karena tekanan, pemasakan dan pengeringan.
 Bebas dari mikroorganisme dan parasit yang menimbulkan
penyakit yang dihantarkan oleh makanan (food borne illness).
7. Pengendalian pencemaran udara
Pencemaran udara adalah kehadiran satu atau lebih substansi
fisik, kimia, atau biologi di atmosfer dalam jumlah yang dapat
membahayakan kesehatan mahkluk hidup, mengganggu estetika dan
kenyamanan, atau merusak properti. Pencemaran udara adalah
masuknya, atau tercampurnya unsur-unsur berbahaya ke dalam
atmosfir yang dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan lingkungan,
gangguan pada kesehatan manusia secara umum serta menurunkan
kualitas lingkungan
8. Pengendalian radiasi
Dalam ilmu fisika, radiasi dideskripsikan sebagai proses
dimana energi bergerak melalui media atau melalui ruang, dan
akhirnya diserap oleh benda lain. Orang awam sering menghubungkan
kata radiasi ionisasi (misalnya, sebagaimana terjadi pada senjata
nuklir, reaktor nuklir, dan zatradioaktif), tetapi juga dapat merujuk
kepada radiasi elektromagnetik (yaitu, gelombang radio,
cahaya inframerah, cahaya tampak, sinar ultra violet, dan X-ray),
radiasi akustik, atau untuk proses lain yang lebih jelas. Apa yang
membuat radiasi adalah bahwa energi memancarkan (yaitu, bergerak
ke luar dalam garis lurus ke segala arah) dari suatu sumber. geometri
ini secara alami mengarah pada sistem pengukuran dan unit fisik yang
sama berlaku untuk semua jenis radiasi. Beberapa radiasi dapat
berbahaya.
9. Kesehatan kerja
Kesehatan kerja adalah hal yang sangat penting didalam dunia
kerja khusus nya dunia industri yang bergerak dibidang produksi,
kesehatan kerja hendaknya dapat dipahami betapa penting nya
kesehatan kerja tersebut di dalam bekerja kesehariannya. Hal ini
memiliki kepentingan yang besar, baik untuk kepentingan diri sendiri
maupun dikarenakan aturan perusahaan yang meminta untuk menjaga
hal-hal tersebut dalam rangka meningkatkan kinerja dan mencegah
potensi kerugian bagi perusahaan.
10. Pengendalian kebisingan
Kebisingan sampai pada tingkat tertentu bisa menimbulkan
gangguan pada fungsi pendengaran manusia. Risiko terbesar adalah
hilangnya pendengaran (hearing loss) secara permanen. Dan jika
risiko ini terjadi (biasanya secara medis sudah tidak dapat
diatasi/"diobati"). Sudah barang tentu akan mengurangi efisiensi
pekerjaan si penderita secara signifikan.
11. Perumahan dan permukiman
Perumahan
Syarat – syarat rumah yang sehat :
a. Bahan bangunan : lantai, dinding, atap genteng, kayu untuk tiang.
b. Ventilasi : menjaga aliran udara tetap segar dan menjaga
keseimbangan oksigen (O2) yang diperlukan penghuni rumah.
 Ventilasi alamiah : dimana aliran udara didalam ruangan
tersebut terjadi secara alamiah melalui jendela, pintu, lubang
angin, dan sebagainya.
 Ventilasi buatan : yaitu dengan mempergunakan alat – alat
khusus untuk mengalirkan udara tersebut. Misalnya kipas angin,
dan mesin penghisap udara.
c. Cahaya : rumah yang sehat memerlukan cahaya yang cukup, tidak
kurang dan tidak terlalu banyak. Jika cahaya kurang akan menjadi
media yang baik untuk berkembang bibit penyakit. Jika terlalu
banyak dapat merusak mata.
 Cahaya alamiah : yakni matahari. Cahaya ini sangat penting,
karena dapat membunuh bakteri-bakteri patogen didalam rumah,
misalnya TBC. Oleh karena itu, rumah yang sehat harus
mempunyai jalan masuk cahaya ( jendela ) luas sekurang-
kurangnya 15 % sampai 20 % dari luas lantai yang terdapat
didalam ruangan rumah.
 Cahaya buatan : yaitu menggunakan sumber cahaya yang bukan
alamiah, seperti lampu minyak, listrik, api dan lain sebagainya.
d. Luas bangunan rumah : luas lantai bangunan rumah sehat harus
cukup untuk penghuni didalamnya, artinya luas lantai bangunan
tersebut harus disesuaikan dengan jumlah penghuninya. Hal ini
harus disesuaikan dengan kadar O2 dalam bangunan rumah
tersebut. Luas bangunan yang optimum adalah 2,5 – 3 m2 untuk
tiap orang.
e. Fasilitas – fasilitas didalam rumah sehat : Rumah yang sehat harus
mempunyai fasilitas – fasilitas sebagai berikut ;
 Penyediaan air bersih yang cukup
 Pembuangan tinja
 Pembuangan air limbah ( air bekas )
 Pembuangan sampah
 Fasilitas dapur
 Ruang berkumpul keluarga
 Gudang
 Kandang
12. Perencanaan daerah perkotaan
Pola Perencanaan Kota Sebuah kota harus dibangun berdasarkan
empat dasar. Dasar fisik sebuah kota adalah wujud yang kelihatan
berupa bangunan-bangunan, jalan, taman, dan benda-benda lain yang
menciptakan bentuk kota tersebut. Dasar ekonomi sebuah kota
memberikan alasan bagi eksistensinya. Dasar politik sebuah kota
sangat penting bagi ketertiban. Dasar sosial sangat penting supaya
kota ada artinya.
Elemen perancangan kota :
 Land Use : cerminan hubungan dan keterkaitan antara sirkulasi dan
kepadatan aktivitas pada suatu kawasan.
 Building Form and Massing : bentuk dan massa bangunan dapat
menunjukan ciri kawasan yang mencakup ketinggian, rasio luas
lantai, coverage, skala, dan lain-lain.
 Activity support : Pendukung kegiatan terdiri dari semua kegiatan
yang memperkuat penggunaan ruang publik.
 Open space : Lahan kosong di kota untuk dijadikan taman sehingga
harus dilakukan secara integral dengan perencanaan bangunan dan
saling menunjang.
 Pedestrian ways : Jalur pejalan kaki, untuk mendukung aktivitas
kawasan, juga untuk estetika terutama pada pusat kota.
 Circulation and parking : Sistem pergerakan dan elemen utama
yang dapat memberi bentuk lingkungan kota.
 Signage : Menunjukan arah dan fungsi bangunan serta kawasan
tertentu, penandaan tidak hanya dilakukan dengan pemberian papan
nama tetapi dpaat dilakukan dengan bentuk atau ciri visual lainnya
 Preservation : upaya pelestarian harus mampu melindungi
kelestarian lingkungan yang telah ada dan ruang-ruang kawasan
yang sudah terbentuk seperti kawasan bersejarah.
13. Kesehatan lingkungan transportasi udara, laut dan darat
Sebenarnya bukan hanya pencemaran lingkungan yang terlihat
secara kasat mata saja yang dapat membahayakan dan menimbulkan
penyakit, pencemaran suara juga dapat menimbulkan dampak yang
sangat berbahaya bagi kesehatan. Apabila tidak segera ditanggulangi,
mungkin pencemaran suara ini dapat sangat menggangu kehidupan.
Masih jarang orang yang mengetahui bahwa pencemaran suara sangat
berbahaya karena kebanyakan orang tidak mengetahui tentang
dampak dari pencemaran suara tersebut sehingga orang menganggap
pencemaran suara tidak berbahaya.
14. Pencegahan kecelakaan
Upaya pengendalian lingkungan kerja yang ditujukan terhadap
faktor lingkungan adalah pemikiran standart persyaratan kualitas
lingkungan dan pemeliharaan rumah tangga industri yang aman, yang
dilakukan melalui :
 Melaksanakan program pengelolaan lingkungan perusahaan dengan
mengacu pada standar pemeliharaan rumah tangga perusahaan /
industri yang aman
 Melaksanakan program keselamatan kerja di industri / perusahaan
dengan menerapkan model manajemen keselamatan kerja yang
sesuai
 Melaksanakan program pengendalian lingkungan dengan mengacu
pada model manajemen pengendalian factor fisisk tempat kerja
yang sesuai.
15. Rekreasi umum dan pariwisata
Potensi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya tersebut, perlu
dikembangkan dan dimanfaatkan untuk kepentingan dan kesejahteraan
masyarakat tanpa melupakan upaya konservasi sehingga tetap tercapai
keseimbangan antara perlindungan, pengawetan dan pemanfaatan
yang lestari.
Pemanfaatan potensi sumberdaya alam Flora dan fauna serta jasa
lingkungannya di kawasan Pelestarian Alam dan Hutan Lindung
mengacu kepada prinsip-prinsip social forest management yang dalam
pemanfaatannya berazaskan kelestarian ekologi, social dan ekonomi.
16. Tindakan sanitasi yang berhubungan dengan epidemik, bencana,
kedaruratan
Sanitasi adalah upaya pegendalian semua faktor lingkungan fsik
manusia,yang mungkin menimbulkan atau dapat menimbulkan hal-hal
yang merugikan,bagi perkembangan fisik,kesehatan,dan daya tahan
hidup manusia.
Sasaran utama kegiatan sanitasi pada keadaan bencana adalah
untuk mengurangi penyakit tinja kemulut dan mengurangi
penjangkitan oleh vektr dengan melkasanakan penyuluhan raktek
kebersiha yang baik,penyediaan air minum yang aman dan
pengurangan kesehtan linkungan dengan mengusahakan suatu kondisi
yang memungkinkan orang-orang untuk hidup dengan
kesehatan,martabat, kenyamanan,dan keamanan yang memadai.
17. Tindakan pencegahan agar lingkungan bebas dari resiko gangguan
kesehatan
Kemampuan daya dukung lingkungan hidup sangat terbatas baik
secara kuantitas maupun kualitasnya sehingga pemerintah dalam
pengelolaan lingkungan hidup membuat aturan yang dituangkan
dalam UU No. 23 tahun 1997 pengertian lingkungan hidup yang
tercantum dalam UU No. 4 tahun 1982 atau No. 23 tahun 1997 adalah
sebagai suatu kesatuan ruang yang terdiri dari benda, daya, keadaan,
makhluk hidup, termasuk didalamnya manusia dan perilakunya yang
mempengaruhi kelangsungan hidup dan kesejahteraan manusia dan
makhluk hidup lainnya. Komponen lingkungan terdiri dari tiga
komponen utama yaitu fisik, biotis, dan sosekbudkesmas. Dalam
pengelolaan lingkungan hidup, perlu dilakukan berbagai upaya
pengembangan yang berwawasan lingkungan dengan meningkatkan
dampak positif dan meminimalkan dampak negatif yang ditimbulkan.
Ruang Lingkup Kesehatan Lingkungan Menurut Pasal 22 ayat (3)
UU No. 23 Tahun 1992 :
1. Penyehatan air dan udara
2. Pengamanan limbah padat (sampah)
3. Pengamanan limbah cair
4. Pengamanan limbah gas
5. Pengamanan radiasi
6. Pengamanan kebisingan
7. Pengamanan vektor penyakit
8. Penyehatan dan pengamatan lainnya, misalnya: pasca bencana

2.1.3. Tujuan Kesehatan Lingkungan


a. Tujuan Umum
Kesehatan lingkungan diselenggarakan untuk mewujudkan kualitas
lingkungan sehat
b. Tujuan Khusus
 Tercapainya keselarasan hubungan antara manusia dengan
lingkungan hidup sebagai tujuan pembangunan
 Terkendalinya pemanfaatan sumber daya secara bijaksana
 Terlaksananya pembangunan berwawasan lingkungan hidup untuk
kepentingan generasi sekarang dan mendatang
 Terlindungnya Negara dari kegiatan Negara lain yang berkaitan
merusak lingkungan sehat

2.1.4. Faktor-Faktor Kesehatan Lingkungan


Faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan lingkungan
a. Lingkungan Sehat
Lingkungan yang memiliki potensi dan daya dukung untuk
menciptakan masyarakat yang terbebas dari segala macam penyakit.
Faktor-faktor yang mempengaruhinya :
 Faktor Fisik
Berupa biotik dan abiotik, dimana faktor tersebut sangat berperan
penting bagi masyarakat dalam memperhatikan dimana tempat
tinggal mereka akan di bangun. Jika suatu rumah dibangun di
pedesaan sudah tentu disesuaikan dengan kondisi di pedesaan itu.
Misalnya keadaan air yang bersih terhindar dari pencemaran akan
membawa dampak yang baik bagi kesehatan masyarakat di pedesaan
itu.
 Faktor Sosial
Berupa tingkah laku, kepandaian, adat istiadat, dimana faktor
tersebut berperan dalam hubungan masyarakat dan lingkungannya.
Misalnya masyarakat yang tinggal dikawasan yang rawan gempa,
maka rumah yang mereka bangun dikawasan tersebut harus dibuat
dengan bahan-bahan yang ringan namun kokoh. Disamping itu
masyarakat juga berupaya untuk menciptakan lingkungan yang sehat
dengan usaha-usaha tertentu. Misalnya masyarakat membuat bak
penampungan sampah.
 Faktor Ekonomi
Berupa pekerjaan, pendapatan, kemiskinan dimana pada umumnya
apabila dilingkungan tersebut diduduki sebagian besar orang yang
tidak mampu maka secara tidak langsung mempengaruhi terhadap
kesehatan lingkungan tempat tinggalnya. Misalnya didaerah-daerah
pemukiman kumuh, karena kondisi keuangan mereka tidak
memungkinkan untuk menciptakan lingkungan yang sehat baik.
b. Lingkungan Tidak Sehat
Faktor-faktor yang mempengaruhinya :
 Faktor Fisik
Di lingkungan yang tidak sehat akan menimbulkan berbagai macam
bibit penyakit. Misalnya sumber air di suatu kawasan tertentu yang
tercemar oleh bahan-bahan kimia, maka masyarakat yang
menggunakan air tersebut untuk kehidupan sehari-hari, mereka akan
terserang penyakit dari pencemaran air tersebut.
 Faktor Sosial
Apabila kondisi social disuatu masyarakat tidak diperhatikan maka
akan menimbulkan tatanan tempat tinggal yang tidak memenuhi
syarat lingkungan sehat dan masyarakatnya akan terserang penyakit,
misalnya seseorang yang tidak sehat dan dia ingin pergi berobat,
akan tetapi ia tidak sanggup karena jarak yang terlampau jauh untuk
mencapai tempat berobat tersebut.
 Faktor Ekonomi
Masyarakat tidak mampu pada umumnya tidak melihat kualitas dari
suatu makanan yang mereka konsumsi, sehingga mempengaruhi
kesehatan mereka. Misalnya seseorang membeli makanan dipinggir
jalan yang kondisi lingkungannya tidak sehat dan harganya yang
murah.

2.1.5. Pengaruh Lingkungan Yang Tidak Sehat


a. Pengaruh terhadap individu :
 Apabila lingkungan bersih berpengaruh terhadap individu khususnya
pada kualitas kerja (produktivitas) individu tersebut. Sedangkan
individu yang berada pada lingkungan yang tidak sehat akan berada
pada produktivitas kerja yang cendrung menurun.
 Udara, air, makanan, sandang, papan dan seluruh kebutuhannya si
ambil dari lingkungan. Akan tetapi, berpengaruh terhadap individu
baik positif maupun negatif. Makanan sedikit atau berlebihan maka
kelainan nutrisi dan minuman yang mengandung racun.
 Lingkungan sehat, gizi yang cukup yang ekonomis dapat
menghindari seseorang dari penyakit.
 Lingkungan sebagai alat untuk pergaulan dan tempat lahir budaya.
 Sarana penyesuaian diri.
b. Pengaruh terhadap keluarga :
 Keluarga yang sehat biasanya berasal dari lingkungan rumah yang
sehat, maka kesehatan keluarga dapat meningkat. Rumah yang
cukup bersih dapat memberikan kenyamanan bagi penghuninya.
Rumah yang ventilasinya cukup, dapat menghindarkan keluarga dari
resiko terjadinya penyakit/gangguan saluran pernafassan.
 Persentase kepemilikan rumah sehat yang cenderung
meningkat mengindisikan bahwa telah terjadi perubahan perilaku
yang bisa memperbaiki tingkat kesehatan lingkungan. Karena bagi
mayoritas masyarakat kita, rumah adalah tidak hanya tempat istirahat
melainkan tempat berkumpul anggota keluarga, tetangga bahkan
keluarga yang jauh. Dengan demikian dalam sebuah rumah yang
tidak sehat bisa menjadi tempat saling menularnya penyakit.Menjadi
indikasi negatif terhadap upaya meningkatkan kesehatan lingkungan.
c. Pengaruh terhadap masyarakat :
 Timbulnya penyakit terhadap masyarakat yang tidak sehat bahkan
epidemik.
 Tindakan masyarakat membuang limbah sembarangan sehingga
berakibat terhadap kesehatan dan kelangsungan hidup.
 Timbulnya bencana akibat perbuatan tangan jahil masyarakat yang
tidak terkontrol.
 Lingkungan sehat akan membuat masyarakatnya terhindar dari
penyakit.

2.1.6. Penyakit Yang Ditimbulkan Oleh Lingkungan Yang Tidak Sehat


 Kolera
Penyakit saluran cerna yang disalurkan lewat penggunaan air dalam
kehidupan sehari-hari.
 Tifus perut
Penyakit saluran cerna yang ditularkan lewat penggunaan air dalam
kehidupan sehari-hari. penggunaan air yang tidak memenuhi syarat
kesehatan untuk kepentingan rumah tangga menyebabkan banyaknya
penderita penyakit perut menular.
 Diare
Penyakit saluran cerna yang ditandai bercak-cak encer dengan atau
tanpa darah dan muntah-muntah.penyakit ini disebabkan oleh
kerusakan organik /fungsional saluran cerna.
 Leptospitosis
Penyakit yang disebabkan lewat tampungan air hujan yang telah
tercemar kemih tikus.
 Malaria dan DBD
Penyakit yang disebabkan oleh nyamuk yang berkembang di wadah
penyimpanan air, sedangkan penderita disalurkan melalui gigitan
nyamuk tersebut.
 TBC
Penyakit yang berkembang pada pemukiman yang padat dengan
pertukaran udara yang buruk.
 Cacar
Penyakit yang disebabkan oleh virus yang terdapat di udara. Infeksi
cacar timbul apabila ada kontak langsung dengan penderita/pakaian
penderita.
 Influenza
Penyakit yang penularannya disebabkan oleh udara masyarakat.

2.1.7. Upaya Penanggulangan Kesehatan Lingkungan


1. Upaya pengelolaan lingkungan hidup
Yang meliputi ekosistem daratan, kawasan pesisir dan ekosistem laut.
2. Upaya pengelolaan lingkungan buatan
Yang meliputi pengendalian pencemaran yang berkaitan dengan
perlindungan air, tanah, udara dan pengelolaan limbah.
3. Upaya pengelolaan lingkungan sosial
Meliputi pembangunan kualitas hidup penduduk, pembangunan kualitas
lingkungan sosial.
4. Upaya pengembangan modal sosial
Meliputi kearifan lingkungan, etika lingkungan dan pembangunan jiwa
sosial yang tinggi.

2.2. Kesehatan Kerja


2.2.1. Pengertian Kesehatan Kerja
Kesehatan kerja adalah aplikasi kesehatan masyarakat di dalam suatu
tempat kerja, perusahaan, pabrik, kantor dan sebagainya. Dan yang
menjadi pasien dari kesehatan kerja ialah masyarakat pekerja dan
masyarakat sekitar perusahaan tersebut.
Pengertian Kesehatan Kerja menurut joint ILO/WHO Committee
1995 ialah penyelenggaraan dan pemeliharaan derajat setinggi-tingginya
dari kesehatan fisik, mental dan sosial tenaga kerja di semua pekerjaan,
pencegahan gangguan kesehatan tenaga kerja yang disebabkan kondisi
kerjanya, perlindungan tenaga kerja terhadap resiko faktor-faktor yang
mengganggu kesehatan, penempatan dan pemeliharaan tenaga kerja di
lingkungan kerja sesuai kemampuan fisik dan psikologisnya, dan sebagai
kesimpulan ialah penyesuaian pekerjaan kepada manusia dan manusia
kepada pekerjaannya.
Kesehatan kerja adalah upaya penyerasian antara kapasitas kerja dan
lingkungan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa
membahayakan dirinya sendiri maupun maupun masyarakat di
sekelilingnya, agar diperoleh produktivitas kerja yang optimal. (Menurut
UU No.23 tahun 1992 pasal 23)
Kesehatan kerja adalah spesialisasi dalam ilmu kesehatan/kedokteran
beserta prakteknya yang bertujuan agar pekerja/masyarakat pekerja
memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya, baik fisik atau mental
maupun social dengan usaha-usaha preventif dan kuratif terhadap
penyakit-penyakit atau gangguan-gangguan yang disebabkan factor-faktor
pekerjaan dan lingkungan kerja serta terhadap penyakit-penyakit umum.

2.2.2. Ruang Lingkup Kesehatan Kerja


Menurut Rachman. 1990, ruang lingkup kesehatan kerja sebagai
berikut:
1. Kesehatan dan keselamatan kerja diterapkan di semua tempat kerja
yang didalamnya melibatkan aspek manusia sebagai tenaga kerja,
bahaya akibat kerja dan usaha yang dikerjakan.
2. Aspek perlindungan meliputi:
a) Tenaga kerja dari semua jenis dan jenjang keahlian.
b) Peralatan dan bahan yang digunakan.
c) Faktor-faktor lingkungan fisik, biologi, kimiawi, dan social.
d) Proses produksi.
e) Karakteristik dan sifat pekerjaan
f) Teknologi dan metodelogi kerja
3. Penerapan hyperkes dilaksanakan secara holistic sejak perencanaan
hingga perolehan hasil dari kegiatan industry barang maupun jasa.
4. Semua pihak yang terlibat dalam proses industry perusahaan ikut
bertanggung jawab atas keberhasilan usaha hyperkes.
2.2.3. Tujuan Kesehatan Kerja
1. Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan kerja masyarakat
pekerja di semua lapangan kerja setinggi-tingginya baik fisik, mental
maupun kesejahteraan sosialnya
2. Mencegah timbulnya gangguan kesehatan pada masyarakat pekerja
yang diakibatkan oleh keadaan/kondisi lingkungan kerjanya
3. Memberikan pekerjaan dan perlindungan bagi pekerja di dalam
pekerjaannya dari kemungkinan bahaya yang disebabkan oleh faktor-
faktor yang membahayakan kesehatan
4. Menempatkan dan memelihara pekerja di suatu lingkungan pekerjaan
yang sesuai dengan kemampuan fisik dan psikis kerjanya.

2.2.4. Determinan Kesehatan Kerja


a. Beban kerja
Setiap pekerjaan apapun jenisnya, memerlukan kekuatan otot atau
pemikiran, yang merupakan beban bagi yang melakukan. Beban dapat
berupa fisik,beban mental, ataupun sosial. Oleh sebab itu, penempatan
seorang pekerja seharusnya sesuai dengan beban optimum yang
sanggup dilakukan kesehatan kerja berusaha mengurangi/mengatur
beban kerja para karyawan dengan cara merencanakan/mendesain suatu
alat yang dapat mengurangi beban kerja para karyawan.
b. Beban Tambahan (Lingkungan kerja)
Terkadang pekerja juga harus memiliki beban tambahan yang
berupa kondisi/lingkungan yang tidak menguntungkan bagi para
pekerja. Disebut beban tambahan karena lingkungan tersebut
menggannggu pekerjaan dan harus di atasi oleh pekerja yang
bersangkutan.
5 faktor beban tambahan yaitu
 Faktor fisik : penerangan,suhu,kelembapan,kebisingan dan lain-lain
 Faktor kimia : bahan-bahan kimia yang mengganggu seperti
asap,gas,debu dan lain-lain
 Faktor biologi : binatang atau tumbuhan yang mengganggu
pandangan
 Faktor fisiologis : peralatan kerja yang tidak sesuai dengan ukuran
tubuh pekerja.
 Faktor sosial psikologis : suasana kerja yang tidak harmonis
misalnya adanya gosip, cemburu dan lain-lain
c. Kemampuan kerja
Kemampuan seseorang dalam melakukan pekerjaan berbeda
dengan seseorang yang lain. Perbedaan ini disebabkan karena kapasitas
orang tersebut berbeda. Kapasitas adalah kemampuan yang dibawa dari
lahir oleh seseorang yang terbatas. Kapasitas dipengaruhi oleh berbagai
faktor, antara lain gizi, genetik, dan lingkungan. Kemampuan seseorang
dalam bekerja juga dipengaruhi oleh pendidikan,
pengalaman, kesehatan, kebugaran, gizi, jenis kelamin, dan ukuran
tubuh.

2.2.5. Faktor Penyakit Stress Akibat Kerja


Stres adalah suatu bentuk tanggapan seseorang ,baik secara fisik
maupun mental terhadap suatu perubahan dilingkungannya yang dirasakan
mengganggu dan akibat dirinya terancam.
Faktor Penyebab Stress :
a. Faktor internal
Yakni dari dalam diri pekerja itu sendiri, misalnya:kurangnya percaya
diri dalam melakukn pekerjaan, kurangnya kemampuan atau
keterampilan dalam melakukan pekerjaan, dan sebagainya.
b. Faktor eksternal
Yakni faktor lingkungan kerja. Lingkungan kerja ini mencakup
lingkungan fisik dan lingkungan social (masyarakat kerja). Lingkungan
fisik yang sering menimbulkan stress kerja antara lain:tempat kerja
yang tidak higienis, kebisingan yang tinggi dan sebagainya. Sedangkan
lingkungan manusia (sosial) yang sering menimbulkan stress adalah
pimpinan yang otoriter, persaingan kerja yang tidak sehat, adanya klik-
klik di lingkungan kerja dan sebagainya.
Oleh sebab itu, untuk mencegah dan mengelola stress dilingkungan
kerja tersebut juga diarahkan kedua faktor tersebut. Untuk para pekerja
dilakukan pelatihan-pelatihan yang akhirnya juga dapat meningkatkan
percaya diri dalam melaksanakan pekerjan mereka. Sedangkan intervensi
stress akibat faktor eksternal dengan meningkatkan hiegene dan kondisi
lingkungan kerja serta meningkatkan hubungan antarmanusia.

2.2.6. Kecelakaan Kerja


Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak
diharapkan dari suatu pekerjaan.
Penyebab Kecelakaan Kerja :
a. Perilaku pekerja itu sendiri (faktor manusia), yang tidak memenuhi
keselamatan.
b. Kondisi-kondisi lingkungan pekerjaan yang tidak aman.

Menurut International Labour Organization (ILO) Klasifikasi


Kecelakaan Kerja
a. Menurut Jenis Pekerjaan
 Terjatuh
 Tertimpa
 Tertumbuk
 Terjepit
 Gerakan- gerakan melebihi kemampuan
 Pengaruh suhu tinggi
 Terkena arus listrik
 Kontak bahan-bahan berbahaya dan radiasi
b. Menurut Penyebab
 Mesin
 Alat angkut
 Peralatan
 Bahan-bahan, zat-zat, dan radiasi
 Lingkungan kerja, dan lain-lain
c. Menurut Sifat Luka
 Patah tulang
 Diskolasi
 Regang Otot
 Memar/Luka dalam
 Amputansi
 Luka permukaan
 Gegar dan remuk
 Luka bakar
 Keracunan
 Pengaruh radiasi
d. Menurut Letak Kelainan
 Kepala
 Leher
 Badan
 Anggota atas
 Anggota bawah
 Banyak tempat, dan lain-lain.

2.2.7. Penyakit Yang Ditimbulkan Akibat Lingkungan Kerja


Lingkungan kerja ini dibedakan menjadi dua, yaitu :
a. Lingkungan Fisik : Pencahayaan, kebisingan, kegaduhan kondisi
bangunan.
b. Lingkungan sosial : Hubungan kerja yang tidak harmonis.
Lingkungan kerja berikut ini merupakan tambahan kerja yang dapat
mengganggu pekerjaan bahkan menimbulkan penyakit.
a. Kebisingan
 Kerusakan pada indra pendengar sampai pada ketulian
 Mengganggu komunikasi
 Mengakibatkan gangguan konsentrasi kerja
b. Penerangan atau pencahayaan
 Kelelahan mata yang akan berakibat berkurangnya daya dan
efesiensi kerja.
 Kelemahan mental
 Kerusakan alat penglihatan (mata)
 Keluhan pegal di daerah mata dan sakit kepala di sekitar mata
 Meningkatnya kecelakaan kerja
c. Bau-bauan
Bau-bauan merupakan jenis pencemaran udara, yang tidak hanya
mengganggu penciuman tetapi juga dari segi hygiene pada umumnya.

2.2.8. Penanggulangan Kesehatan Kerja


1. Penanggulangan lingkungan kerja
Biasanya dilakukan dengan cara melihat dan mengenal
2. Evaluasi lingkungan kerja
merupakan tahap penilaian karakteristik dan besarnya potensi-potensi
bahaya yang mungkin timbul.sehingga bisa untuk menentukan prioritas
dalam mengatasi permasalahan.
3. Pengendalian lingkungan kerja
Dimaksudkan untuk mengurangi atau menghilangkan resiko terhadap
zat/bahan yang berbahaya di lingkungan kerja.
a. Pengendalian lingkungan
 Desain tata letak yang adekuat
 Penghilang / pengurangan bahan berbahaya pada sumbernya
b. Pengendalian perorangan
Penggunaan alat pelindung perorangan merupakan alternative lain
untuk melindungi pekerja dari bahaya kesehatan.
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah kondisi atau keadaan
yang optimum sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya status
kesehatan yang optimum.
Kesehatan kerja merupakan pencegahan kecelakaan akibat kerja. Ciri
pokok kesehatan kerja adanya upaya preventif dan promotif, upaya preventif
berpedoman agar perusahaan tersebut dapat mencegah timbul penyakit akibat
oleh limbah atau produk perusahaan tersebut. Sedangkan upaya promotif
berpedoman dengan meningkatnya kesehatan pekerja, akan meningkatkan
produktivitas kerja.
Dengan adanya kesehatan lingkungan yang baik dapat mempengaruhi
kesehatan kerja menjadi baik pula.

3.2. Saran
Melihat banyaknya kecelakaan akibat kerja dan kurangnya kesadaran
masyarakat terhadap kesehatan, maka perlu adanya peran aktif semua pihak
dalam mengatasi masalah kesehatan masyarakat agar dapat menciptakan
kondisi lingkungan yang bersih, sehat, nyaman dan aman serta terhindar dari
berbagai macam penyakit. Lingkungan kerja yang baik akan memberikan
kenyamanan pribadi bagi setiap pegawai yang bisa membangkitkan semangat
kerja pegawai sehingga dapat mengerjakan semua pekerjaannya dengan baik.
Dengan begitu akan tercipta sebuah kondisi kerja yang mendukung
lingkungan kerja dan hasil akhirnya adalah terciptanya sebuah kinerja yang
optimal dari setiap pegawai yang ada dalam organisasi atau perusahaan.
Pemimpin harus bisa menciptakan hubungan yang harmonis dan efektif
untuk memperbaiki lingkungan kerja yang sangat tidak kondusif.
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Halim, Achmad Tjahyono, Muh. Fakhri Husein, 2000. Sistem


Pengendalian Menejemen, Yogyakarta UPP AMP YKPN.
Hadi Sasmito, Wiku, 2007. Sistem Kesehatan. Jakarta: PT. Raja Gravindo Persada
http://www.scribd.com/doc/19374542/Definisi-Kesehatan-Lingkungan
http://environmentalsanitation.wordpress.com/2009/01/02/kesehatan-lingkungan/
http://www.depkes.go.id/article/view/201411030005/1-orang-pekerja-di-dunia-
meninggal-setiap-15-detik-karena-kecelakaan-kerja.html
http://environmentalsanitation.wordpress.com/2009/01/02/kesehatan-lingkungan/
Notoatmodjo, Soekidjo, 2003. Prinsip-prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat.
Jakarta: RinekaCipta.
Slamet, Juli Soemirat.1996.Kesehatan Lingkungan.Yogjakarta : UGM University
Press
Suma’mur, 1976. Hiegene Perusahaan Dan Kesehatan Kerja. Jakarta : Gunung
Agung.

Anda mungkin juga menyukai