K E R J A D I W I L AYA H P E S I S I R
DAN KEPULAUAN
( 1 ST)
N U R M A L A D E W I , S . K M . , M . P. H .
1. DEFINISI PEKERJAAN
2. GAMBARAN PEKERJAAN
3. RISIKO KECELAKAAN KERJA
NELAYAN
(FISHERMAN)
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG
PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYA AN
NEL AYAN, PEMBUDI DAYA IKAN, DAN
PETAMBAK GARAM
Kapal ikan, alat penangkap ikan, dan nelayan adalah tiga faktor yang
mendukung keberhasilan dalam suatu operasi penangkapan ikan.
Aktivitas nelayan di laut memiliki resiko yang tinggi karena kapal penangkap
ikan beroperasi mulai dari perairan yang tenang hingga perairan dengan
gelombang yang sangat besar.
Dharmawirawan, DA dan Robiana Modjo. (2012) Identifikasi Bahaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja
pada Penangkapan Ikan Nelayan Muroami. FKM UI : Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional.Vol.6.No.4
POTENSI 1. Ergonomi, 9. Memar dan patah
HAZARD 2. Kebisingan, tulang yang paling
3. Tekanan ekstrim, sering terjadi
4. Temperatur mengenai jari-jari
dingin, dan tangan,
5. Temperatur 10. Terjatuh
panas,
6. Sengatan ikan
7. Karang beracun,
8. Gas CO, CO2
dan nitrogen.
Dharmawirawan, DA dan Robiana Modjo. (2012) Identifikasi Bahaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja
pada Penangkapan Ikan Nelayan Muroami. FKM UI : Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional.Vol.6.No.4
1. Menyediakan prasarana dan sarana yang
dibutuhkan dalam mengembangkan usaha;
2. Memberikan kepastian usaha yang
berkelanjutan;
Perlin- 3. Meningkatkan kemampuan dan kapasitas
nelayanserta dalam menjalankan usaha yang
dungan dan mandiri, produktif, maju, modern, dan
Pember- berkelanjutan; dan mengembangkan prinsip
dayaan kelestarian lingkungan;
4. Menumbuhkembangkan sistem dan
Nelayan kelembagaan pembiayaan yang melayani
kepentingan usaha;
5. Melindungi dari risiko bencana alam,
perubahan iklim, serta pencemaran; dan
6. Memberikan jaminan keamanan dan
keselamatan serta bantuan hukum.
1. Stasiun pengisian bahan bakar
minyak dan sumber energi lainnya
untuk nelayan; pelabuhan perikanan
Prasarana yang terintegrasi dengan tempat
Penangka- pelelangan ikan;
pan Ikan 2. Jalan pelabuhan dan jalan akses ke
pelabuhan; alur sungai dan muara;
3. Jaringan listrik, jaringan
telekomunikasi, dan air bersih; dan
4. Tempat penyimpanan berpendingin
dan/atau pembekuan.
323 ABK WN Myanmar, Laos dan Kamboja di PT. PBR Benjina tiba di PPN Tual, Sabtu (04/04/2015) dengan menggunakan 6 kapal Antasena
milik PT. PBR dan di kawal oleh KRI Pulau Rengat dan Kapal Pengawas Hiu Macan 004 milik PSDKP, sambil menunggu proses pemulangan
oleh pihak Ke Imigrasian. Foto : KKP/Mongabay Indonesia
Kejadian memilukan yang menyeret banyak tenaga kerja pada sektor perikanan Indonesia
di Benjina, Maluku dan terungkap pada 2015 silam, menjadi pelajaran sangat berharga
bagi Pemerintah Indonesia. Salah satunya adalah bagaimana peran Negara sebagai
pelindung dan pengayom bagi semua tenaga kerja perikanan, tanpa memandang jabatan
dan pengalaman. Untuk itu, Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk terus mendorong
kepada semua perusahaan agar bisa melaksanakan sertifikasi dan menerapkan
perlindungan hak asasi manusia (HAM). Dengan sertifikasi dan HAM, diharapkan segala
bentuk eksploitasi tenaga kerja bidang usaha perikanan bisa terus dikurangi sampai
ditiadakan.
Pemerintah melalui Kementerian Kelautan dan
Perikanan (KKP) berupaya untuk menjalankan Undang-
Undang Republik Indoneisa Nomor 7 Tahun 2016
tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Nelayan,
Pembudidaya Ikan dan Petambak Garam. Hal itu
diwujudkan melalui program Bantuan Premi Asuransi
Nelayan (BPAN), sebagai salah satu program prioritas
KKP yang juga sejalan dengan Nawacita nomor lima
yakni meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia.