Dosen Pengampu:
Rahayu Sri P. S.KM.,M.Kes
Disusun oleh:
Kelompok 2
1. Ana Darmawanti 152110101001
2. Indriyani Kusmita 152110101019
3. Yeni Etika S 152110101041
4. Dwi Dharma Y 152110101080
5. Maudyna Saskia H.P 152110101084
6. Ulfa Radrya P 152110101118
7. Nikita Dwi M 152110101145
8. Febri Tungga D 152110101175
9. Nanda Rizki D. L 152110101206
10. Meiditama A.P 152110101232
UNIVERSITAS JEMBER
2017
i
KATA PENGANTAR
Puji dan rasa syukur mendalam penulis panjatkan kehadirat Allah SWT,
karena berkat limpahan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya maka laporan ini dapat
diselesaikan dengan baik. Salam dan salawat semoga selalu tercurah pada baginda
Rasulullah Muhammad SAW.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................3
BAB 1. PENDAHULUAN......................................................................................4
1.1 Latar Belakang...............................................................................................4
1.2 Tujuan.............................................................................................................5
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................6
2.1 Pengertian Perkebunan...................................................................................6
2.2 Pengertian Perkebunan Tembakau.................................................................6
2.3 Pengertian Tenaga Kerja.................................................................................7
2.4 Aktivitas Petani di Perkebunan Tembakau.....................................................8
2.5 Pengertian APD............................................................................................10
2.6 APD pada Pekerja Perkebunan Tembakau...................................................11
2.7 Pengertian PAK............................................................................................11
2.8 PAK pada Perkebunan Tembakau................................................................12
2.9 Pengertian KAK...........................................................................................12
2.10 KAK pada Perkebunan Tembakau.............................................................13
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN................................................................15
3.1 Desain Penelitian..........................................................................................15
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian.......................................................................15
3.3 Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel...................................15
3.4 Instrumen Penelitian.....................................................................................16
3.5 Prosedur Pengumpulan Data........................................................................16
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN..................................................................17
4.1 Karakteristik Responden..............................................................................17
4.2 Occupational Health Literacy.......................................................................18
4.3 Perlindungan K3 Terhadap Petani Tembakau..............................................19
4.4 Lingkungan Kerja.........................................................................................20
4.5 Potensi PAK dan KAK.................................................................................23
4.6 Oleh Faktor Kimia........................................................................................23
iii
4.7 Oleh Faktor Fisika........................................................................................23
4.8 Faktor biologi...............................................................................................24
iv
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkebunan adalah segala kegiatan yang mengusahakan tanaman tertentu
pada tanah atau media tumbuh lainnya dalam ekosistem yang sesuai, mengolah
dan memasarkan barang, dan jasa hasil tanaman tersebut, dengan bantuan ilmu
pengetahuan dan teknologi, permodalan serta manajemen untuk mewujudkan
kesejahteraan bagi pelaku usaha perkebunan dan masyarakat (UU No. 18 Tahun
2004). Salah satu hasil perkebunan yang mempunyai nilai jual tinggi di indonesia
adalah perkebunan tembakau.
Di Indonesia, luas tanaman perkebunan tembakau pada tahun 2015
mencapai 211,80 ha dengan jumlah perusahaan sebesar 8 perusahaan perkebunan
tembakau. Sedangkan pada Provinsi Jawa Timur pada tahun 2015 sekitar 118,30
ha (BPS Tahun 2015).
Salah satu kabupaten penghasil tembakau terbesar di Jawa Timur dengan
kualitas tembakau terbaik di dunia yaitu Kabupaten Jember. Kabupaten Jember
memiliki luas lahan perkebunan tembakau sebesar 10.742,1 Ha. Sehingga
mayoritas masyarakatnya bekerja di sektor perkebunan tembakau.
Kehidupan petani tembakau sangat rentan dari berbagai aspek kehidupan.
Aspek kesehatan merupakan salah satu masalah bagi petani tembakau. Setiap
pekerjaan menimbulkan risiko yang dapat mempengaruhi kesehatan pekerjanya,
tidak terkecuali bagi petani tembakau. Petani tembakau berisiko terkena penyakit
akibat kerja yang berhubungan dengan paparan pestisida dan absorbsi nikotin
daun tembakau basah melalui kulit yang disebut Green Tobacco Sickness (GTS)
(TCSC-IAKMI, 2012).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Dewi Rochmah menyatakan bahwa
tindakan petani tembakau seperti menggunakan sarung tangan, baju berlengan
panjang, pakaian berbahan anti air saat bekerja di kebun tembakau. Selain itu,
para petani tidak bekerja di lahan tembakau pada waktu yang terlalu pagi dan pada
tembakau yang basah. Tindakan yang terakhir adalah mencuci pakaian yang
1
dipakai setelah bekerja di lahan tembakau dapat mengantisipasi terjadinya GTS
pada petani perkebunan.
Oleh karena itu, kami melakukan analisa terhadap pekerja perkebunan
tembakau untuk mengetahui tingkat penggunaan APD saat bekerja di perkebunan
sehingga dapat menanggulangi terjadinya penyakit akibat kerja maupun
kecelakaan akibat kerja.
1.2 Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui tingkat penggunaan APD pada pekerja perkebunan
tembakau milik PT. TTN Kecamatan Jenggawah Kabupaten Jember.
2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
3
2.3 Pengertian Tenaga Kerja
Tenaga kerja didefinisikan sebagai penduduk dalam usia kerja ( working-
age population ). Sedangkan pengertian tenaga kerja yang dimuat dalam Undang-
undang No. 25 Tahun 1997 Tentang Ketenagakerjaan, yaitu setiap orang laki-laki
atau wanita yang sedang dalam dan / atau akan melakukan pekerjaan, baik di
dalam maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan barang atau jasa untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat.Menurut Subri (2003), tenaga kerja adalah
permintaan partisipasi tenaga dalam memproduksi barang atau jasa atau penduduk
yang berusia 15-64 tahun. Tenaga kerja termasuk dalam angkatan kerja (orang
yang mencari pekerjaan/menganggur ditambah dengan orang yang bekerja) dan
bukan angkatan kerja (orang yang mengurus rumah tangga, bersekolah, dan
penerima pendapatan)
Tenaga kerja merupakan penduduk yang berada dalam usia kerja. Menurut
UU No. 13 tahun 2003 Bab I pasal 1 ayat 2 disebutkan bahwa tenaga kerja adalah
setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan
atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk
masyarakat.Tenaga kerja adalah semua orang yang bersedia untuk sanggup
bekerja (Sumarsono, 2009). Artinya bahwa semua orang yang melakukan kegiatan
pekerjaan untuk diri sendiri atau orang lain tanpa menerima upah atau mereka
yang sanggup bekerja.
Selain itu juga, pengertian tenaga kerja menurut BPS (Badan Pusat Statistik)
adalah salah satu moda bagi geraknya roda pembangunan. Jumlah dan komposisi
tenaga kerja selalu mengalami perubahan seiring dengan berlangsungnya
dinamika penduduk. Ketidakseimbangan antara jumlah angkatan dan lowongan
kerja yang tersedia menyebabkan timbulnya masalah-masalah sosial
Tenaga kerja yang telah melakukan kerja baik bekerja membuka usaha
untuk diri sendiri maupun bekerja dalam suatu hubungan kerja atau dibawah
perintah seseorang yang memberi kerja (seperti perseroan, pengusaha maupun
badan hukum) serta atas jasanya bekerja yang bersangkutan menerima upah atau
imbalan dalam bentuk lain ini disebut pekerja (bagian dari tenaga kerja).Suatu
pekerjaan Pada kehidupan ini manusia mempunyai kebutuhan yang beraneka
4
ragam sehingga untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup seseorang perlu bekerja,
baik bekerja dengan membuat usaha sendiri ataupun bekerja kepada orang lain.
Bekerja kepada orang lain dapat dilakukan dengan bekerja kepada negara yang
selanjutnya disebut sebagai pegawai ataupun bekerja kepada orang lain (swasta)
yang disebut sebagai buruh atau pekerja dengan bekerja mereka mendapat upah
untuk biaya hidup. Karena bagaimanapun juga upah merupakan sarana untuk
meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja ataupun pegawai (Astri Wijayanti,
2009).
5
d. Pemupukan dan Pengendalian Hama Penyakit
Pemupukan akan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan
tanaman. Jika pertumbuhan terganggu, maka kualitas akan berkurang.
Pengendalian hama dan penyakit dilakukan setiap 7 hari sekali, dimulai pada saat
tanaman berumur sekitar 7 hari sampai tanaman habis panen. Adapun petani yang
tidak berpedoman cara tersebut melainkan berdasarkan ada atau tidaknya hama
yang menyerang tanaman tembakau dan kemampuan petani dalam melakukan
pengendalian hama penyakit tersebut. Hama yang banyak menyerang tanaman
tembakau Besuki Na Oogst adalah ulat, belalang, dan cabuk. Sedangkan penyakit
yang sering menyerang adalah bercak daun, keriting daun.
e. Pemanenan
Panen atau pemetikan daun tembakau yang dilakukan pada tanaman yang
belum cukup umur akan menghasilkan daun berkualitas rendah. Adapun
dauntembakau yang dipetik lewat umur, daunnya sudah terlalu tua yang dicirikan
dengan warna kuning tua hingga kecoklatan akan menghasilkan krosok yang
bermutu rendah. Pemetikan daun tembakau yang terbaik adalah jika tanaman
sudah cukup umur dan daun-daunnya telah masak petik yang dicirikan dengan
warna hijau kekuningan. Tingkat kematangan daun tembakau dalam satu pohon
tidak serempak, tetapi berurutan dari bawah keatas. Jarak waktu pemanenan antar
daun yang satu dengan yang lainnya sekitar 2 hari. Dalam satu kali petik sekitar 1-
2 daun per pohon.
f. Penyujenan
Penyujenan merupakan kegiatan menggabungkan tembakau satu dengan
lainnya. Penyujenan dimaksudkan untuk mempermudah proses pengeringan.
Penyujenan tembakau biasanya menggunakan bambu yang di potong-potong
dengan ukuran tertentu. Penyujenan dilakukan setelah tembakau selesai dipetik.
Panjang sujen bekisar 20 cm dengan isi sekitar 3-7 daun tembakau, tergantung
ukuran tembakau yang disujen. Setelah penyujenan, dilakukan pengglantangan
(dinaikkan untuk proses pengeringan) berdasarkan batas ruangan (longkang),
Setiap longkang jumlah sujen berbeda-beda yaitu berdasarkan besar kecilnya
gudang yang dipakai. Akan tetapi, pada tembakau jenis tertentu, proses
6
pengeringan tidak di gudang, melainkan dibuatakn tempat tertentu yang berbentuk
tabung panjang berbahan plastik dan bambu yang biasanya disebut oven oleh
petani setempat.
g. Pengeringan
Proses pengeringan tembakau dilakukan dengan beberapa cara, misalnya air
curing ( mengangin-anginkan dalam ruangan teduh), smoke curing (pemanasan
dengan api atau asap), dan flue curing (panas buatan melalui pipa-pipa api).
h. Peromposan Tembakau
Setelah daun tembakau kering dan diturunkan dari gudang pengasapan,
maka proses selanjutnya adalah peromposan. Pada proses ini daun tembakau
dilepas dari sujennya, setelah dilepas dari sujen krosok tembakau dibedakan
berdasarkan panjang daunnya, ketebalan, warna, dan lain sebagainya. Setiap
krosok yang sudah dipisah-pisahkan kemudian diikat dengan rafia atau tali plastik
berdasarkan jenisnya. Ada pula krosok yang dilepas dari sujen melainkan tetap
dibiarkan pada sujen.
i. Penjualan
Semua krosok yang sudah dirompos atau disortir, siap untuk dijual. Pada
umunya petani tidak menyimpan dalam waktu lama, melainkan hanya bersifat
menunggu pembeli datang. Sistem penjualan yang dilakukan oleh petani adalah
dengan menjual tembakau dalam bentuk krosok. Saluran penjualan dilakukan
petani yaitu melalui pedagang perantara ataupun pedagang besar dan sebagian ada
yang dijual kepada pabrik pembuatan rokok yang ada di Jember.
7
a. pelindung kepala;
b. pelindung mata dan muka;
c. pelindung telinga;
d. pelindung pernapasan beserta perlengkapannya;
e. pelindung tangan;
f. pelindung kaki.
g. Pakaian Pelindung;
h. Alat pelindung jatuh perorangan
i. Pelampung
8
a. Golongan fisik: bising, radiasi, suhu ekstrim, tekanan udara, vibrasi,
penerangan
b. Golongan kimiawi: semua bahan kimia dalam bentuk debu, uap, gas,
larutan, kabut
c. Golongan biologik: bakteri, virus, jamur, dll
d. Golongan fisiologik/ergonomik: desain tempat kerja, beban kerja
e. Golongan psikososial: stres psikis, monotomi kerja, tuntutan pekerjaan
9
Bahaya biologis pada bidang agricultur adalah zoonosis, seperti di gigit ular,
digigit tikus, dan infeksi cacing. Dan juga Faktor biologi di lingkungan petani
adalah jamur. Karena petani bekerja di sawah yang berair. Hal tersebut yang
banyak petani mengalami penyakit jamur.ada potensi bahaya yang dapat
menyebabkan kecelakaan akibat kerja yaitu infeksi, kutu air dan kecacingan yang
disebabkan oleh duri tanaman, cacing, jamur, kuman/ bakteri. Adanya serangga
menjadi salah satu faktor penyebab penyakit akibat kerja yaitu gigitan serangga
yang dapat menyebabkan menurunnya perfoma pekerja sehingga menimbulkan
kecelakaan kerja seperti terjatuh. Selain itu, ada hal- hal yang dapat dapat
menimbulkan keluhan seperti gatal disebabkan oleh bulu tembakau, ulat ataupun
gigitan serangga.
4. Faktor ergonomis
Hal ergonomi pada petani biasanya ditemukan pada saat mencangkul, jarang
petani yang tahu mencangkul dengan posisi yang benar. Hal tersebut yang
menyebabkan banyak petani yang terkena LBP (low Back Pain) atau nyeri
pinggang.
5. Faktor mekanik
Sektor pertanian yang juga meliputi perkebunan menampilkan aspek-aspek
bahaya potensial seperti modernisasi pertanian dengan penggunaan racun-racun
hama dan pemakaian alat baru seperti mekanisasi. Pada proses panen tidak mesin
yang digunakan, sehingga tidak ditemukan potensi penyakit akibat kerja dan
kecelakaan akibat mekanisasi.
10
dipersiapkan penanggulangan sebelumnya sehingga menghasilkan cedera yang
riil.
Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak
diduga semula yang dapat menimbulkan korban jiwa dan harta benda (Peraturan
Menteri Tenaga Kerja (Permenaker) Nomor: 03/Men/1998). Menurut (OHSAS
18001, 1999) dalam Shariff (2007), kecelakaan kerja adalah suatu kejadian tiba-
tiba yang tidak diinginkan yang mengakibatkan kematian, luka-luka, kerusakan
harta benda atau kerugian waktu. Berdasarkan UU No. 1 Tahun 1970 tentang
keselamatan kerja, kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang tidak diduga
semula dan tidak dikehendaki, yang mengacaukan proses yang telah diatur dari
suatu aktivitas dan dapat menimbulkan kerugian baik korban manusia maupun
harta benda. Sedangkan menurut UU No. 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial
Tenaga Kerja, kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi dalam pekerjaan
sejak berangkat dari rumah menuju tempat kerja dan pulang ke rumah melalui
jalan yang biasa atau wajar dilalui.
11
pelatihan kerja bagi buruh perkebunan. Dengan demikian di sektor perkebunan,
potensi kecelakaan kerja cukup tinggi.
Sedangkan penyebab kecelakaan kerja di perkebunan umumnya disebabkan
oleh :
1. Lingkungan kerja fisik oleh pemakaian alat/mesin (suar, panas, sinar, dan
lain-lain)
2. Lingkungan kerja kimia oleh pemakaian bahan kimia (pupuk, pestisida, dan
lain-lain)
3. Lingkungan kerja biologis oleh makhluk hidup (tikus, ular, lalat
anclylostoma, dan lain-lain)
4. Lingkungan kerja ergonomi oleh pemakaian alat yang tidak sesuai dengan
keterbatasan kemampuan anatomi dan fisiologis tenaga kerja.
5. Lingkungan kerja umumnya disebabkan oleh suasana kerja, lokasi
pemukiman jauh dari kota.
6. Human Error (sikap kerja (Sumber daya manusia) yang salah).
Kecelakaan kerja yang mungkin terjadi pada sektor kerja perkebunan adalah
sebagai berikut :
1. Pembukaan Lahan
Luka akibat pemakaian alat pertanian untuk pembukaan lahan seperti
parang, babat, kampak, cidera akibat tertimpa pohon yang tumbang, serangan
binatang buas dapat juga menimbulkan cidera sedangkan digigit ular dapat
menimbulkan kondisi yang fatal akibat racun ular.
2. Pemeliharaan Tanaman
Pemakaian alat babat, cangkul, dodos, dan lain-lain dapat mengancam
terjadinya kecelakaan kerja bila tidak dilaksanakan dengan sikap kerja yang
kurang hati-hati, iritasi kulit dan keracunan bahan kimia dapat terjadi akibat
pemakaian pestisida dan pupuk, kandungan toksik dalam daun tembakau dapat
masuk kedalam pori-pori kulit tangan sehingga menyebabkan penyakit.
3. Panen
Saat panen,pekerja akan memetik daun-daun tembakau dengan cepat karena
untuk menjaga kualitas daunnya supaya tetap bagus. Gerakan cepat saat memetik
dan dilakukan berulang-ulang dapat membuat pegal pada pergelangan tangan dan
bias membuat pergelangan terkilir jika tidak dilakukan pemanasan di awal saat
hendak bekerja.
4. Pengolahan
12
Kecelakaan kerja dapat terjadi akibat house keeping yang jelek seperti
susunan barang hasil panen yang tidak teratur, tangga yang curam, lantai yang
licin yang dapat menimbulkan tertimpa barang, terjatuh dari tangga dan terpeleset.
5. Gudang
Kecelakaan dapat terjadi ketika kondisi lantai yang licin sehingga dapat
menyebabkan pekerja terpeleset.
13
Populasi dalam penelitian ini yaitu jumlah pekerja yang terdapat di
perkebunan tembakau milik PT.TTN Kecamatan Jenggawah Kabupaten Jember.
Berdasarkan data yang diperoleh dari mandor perkebunan bahwa jumlah pekerja
setiap hektar perkebunan ada sekitar 80 pekerja.
3.3.2 Sampel Penelitian
Jumlah sampel yang di ambil adalah 30 pekerja perkebunan tembakau.
3.3.3 Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik
pengambilan sampel Simpel Random Sampling yaitu Teknik untuk mendapatkan
sampel yang langsung dilakukan pada unit sampling. Dikatakan simple sederhana
karena pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa
memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Hal ini dilakukan bila anggota
populasi dianggap homogen (Sugiyono, 2009). Jadi dari jumlah populasi
sebanyak 80 orang pekerja, diambil sampel secara keseluruhan sebanyak 30
responden dilakukan secara acak oleh peneliti.
14
lama bekerja, dan pendapatan. Kuesioner aspek tingkat pengetahuan, aspek
keberadaan hazard, aspek penggunaan APD.
- Laki-laki 3 23 %
- Perempuan
10 77 %
2. Umur
- 15 25
- 26 35
- 36 45 4 31%
- 46 55
- 56 65
2 15%
7 54%
15
3. Pekerjaan
- PNS
- Pegawai swasta
- Wiraswasta
- Guru
- petani
- Nelayan
- Lain-lain
13 100%
4. Pendapatan per bulan
1. Jenis kelamin
Dari tabel 1, jumlah responden yang berjenis kelamin laki-laki memiliki
presentase sebesar 23% atau sebanyak 3 orang. Responden dengan jenis kelamin
perempuan memiliki presentase 77% atau sebanyak 10 orang.
2. Umur
Dari total jumlah reponden sebanyak 13 orang, tabel diatas menunjukkan
bahwa beberapa responden tersebut termasuk dalam kategori umur produktif yaitu
berumur 15-60 tahun dan juga terdapat responden yang memiliki usia >60 tahun ,
dengan persentase kategori umur 36-45 sebesar 31 % dengan jumlah responden
sebanyak 4 orang, umur 46-55 sebesar 15% dengan jumlah responden sebanyak 2
orang dan umur 56-65 sebesar 54 % dengan jumlah responden sebanyak 7 orang.
3. Pekerjaan
Berdasarkan tabel diatas, mayoritas responden bekerja sebagai petani
dengan presetase sebesar 100% dengan jumlah responden sebanyak 13 orang
4. Pendapatan per bulan
16
Berdasarkan tabel diatas, jumlah responden yang memperoleh pendapatan
kurang dari Rp 1.629.000 sebanyak 13 orang dengan presentase sebesar 100%.
Rata-rata mereka memiliki pendapatan sebesar Rp.600.000-Rp.1000.000
perbulan.
2. Alasan memakai
17
APD
- Selamat 2 15 %
- Patuh aturan -
-
- Terpaksa 11
85%
3. Seberapa sering
Menggunakan APD
- Selalu
- Sering
2 15%
- Kadang
- Jarang - -
- Tidak pernah 8 62%
3 23%
-
(Sumber : data primer yang diolah, 2017)
Pada tabel 13 menunjukkan bahwa sebagian besar responden petani
tembakau memiliki Alat pelindung diri berupa Topi dan sebesar 100 %. Alat
Pelindung Diri atau APD merupakan seperangkat peralatan yang dikenakan
sebagai perlindungan sebagian atau keseluruhan tubuh dari resiko kecelakaan
kerja. Sehingga pekerja lebih nyaman dan aman selama menjalankan tugasnya.
Banyak petani yang memakai hanya memalai sebagian APD seperti
memakai baju lengan panjang sebesar 100%. Berbagai Alasan kenapa para petani
tembakau ini memakai APD yakni yang utama adalah terpaksa yang memiliki
presentase terbesar sebanyak 85%. Keselamatan kerja sangat penting diutamakan
karena Secara filosofis, Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) diartikan sebagai
suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan jasmani maupun rohani
tenaga kerja, pada khususnya, dan manusia pada umumnya, hasil karya dan
budaya menuju masyarakat adil dan makmur. Sedangkan secara keilmuan K3
diartikan sebagai suatu ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha
mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja. (Forum,
2008, edisi no.11)
18
4.4 Lingkungan Kerja
1. Keberadaan Hazard Fisika
Tabel 4 Keberadaan Hazard Fisika
19
menyengat
- Ya
- Tidak
(Sumber : data primer yang diolah, 2017)
20
4.5 Potensi PAK dan KAK
Potensi penyakit akibat kerja adalah segala sesuatu yang berpotensi
menyebabkan terjadinya cidera, sakit atau bahkan dapat mengakibatkan kematian
yang berhubungan dengan proses dan sistem kerja. Potensi kecelakaan akibat
kerja adalah segala sesuatu yang berpotensi menyebabkan terjadinya kerugian,
kerusakan, cidera, sakit, kecelakaan atau bahkan dapat mengakibatkan kematian
yang berhubungan dengan proses dan sistem kerja.
Secara umum, potensi penyakit akibat kerja dan kecelakaan akibat kerja
dapat berasal atau bersumber dari berbagai factor. Dalam hal ini, hanya dilakukan
observasi potensi penyakit akibat kerja dan kecelakaan akibat kerja pada saat
masa panen.
komponen
tajam Tangan terluka
21
clurit/pisau
Mata iritasi
Terkena
lentingan tanah
terpeleset
(Sumber : data primer yang diolah, 2017)
Faktor fisik di lingkungan kerja petani adalah panas cahaya matahari dan
hujan. Hal tersebut tentunya sangat mempengaruhi kinerja para petani, pengaruh
yang nyata tentunya pada kondisi fisik atau stamina pada para petani.
Dari tabel dapat diketahui bahwa, ada potensi bahaya yang dapat
menyebabkan kecelakaan akibat kerja yaitu adanya lubang di area sawah sehingga
dapat menyebabkan kaki dan tangan terluka serta terpeleset. Sinar UV menjadi
salah satu faktor penyebab penyakit akibat kerja yaitu, kanker dan dehidrasi/ cepat
lelah.
Tergigit
Cacing serangga
Terinfeksi
22
Gigitan serangga kuman/ bakteri
kutu air
Jamur
Gatal
Tikus
Ulat
Duri tanaman
Getah pohon
Bulu tembakau
23
BAB 5 PEMBAHASAN
24
BAB 6 PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa:
Aktivitas petani di perkebunan tembakau antara lain adalah pengolahan
tanah, penanaman, penyiraman, penyulaman, pemupukan, pengendalian hama
penyakit, pemanenan, penyujenan, pengeringan, peromposan tembakau, dan
penjualan.
Jumlah pekerja perkebunan tembakau PT. TTN Jember kebanyakan
didominasi oleh wanita dibandingkan dengan lelaki.
Usia pekerja perkebunan tembakau PT. TTN Jember didominasi umur 56-65
tahun.
Pekerjaan pekerja perkebunan tembakau PT.TTN Jember mayoritas
responden bekerja sebagai petani.
Pekerja perkebunan tembakau PT.TTN Jember Rrata-rata memiliki
pendapatan sebesar Rp.600.000-Rp.1000.000 perbulan.
Petani tembakau sebagian besar tidak pernah mendengar informasi tentang
APD dan pengetahuan mereka terhadap APD tergolong sekedar tau saja tetapi
tidak mengetahui informasi APD (67%). Kurangnya pengetahuan pekerja dapat
menyebabkan potensi kecelakaan kerja dan Penyakit Kerja meningkat.
APD yang digunakan sebagian besar responden petani tembakau adalah topi
dan baju lengan panjang. Alasan kenapa para petani tembakau ini memakai APD
yakni yang utama adalah terpaksa.
6.2 Saran
Dengan adanya laporan terkait analisis penggunaan APD pada pekerja
perkebunan dapat menjadi gambaran permasalahan ketenagakerjaan yang ada di
perkebunan tembakau sebagai upaya perlindungan terhadap penyakit maupun
kecelakaan akibat kerja.
25
DAFTAR PUSTAKA
Astri Wijayanti, 2009. Hukum Ketenagakerjaan Pasca Reformasi. Penerbit Sinar
Grafika. Jakarta. Hal 107.
Badan Pusat Statistik. 2009. Medan Dalam Angka. Jakarta : BPS
BPS. 2015. Luas Tanaman Perkebunan Menurut Propinsi Dan Jenis Tanaman,
Indonesia 2012-2015.[Online] (Tersedia pada
https://www.bps.go.id/linkTableDinamis/view/id/838 Diakses tanggal 12
Oktober 2017).
BPS.2017. Jumlah Perusahaan Perkebunan Besar Menurut Jenis Tanaman, 2000-
2015. [Online] (Tersedia pada
https://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/1668 Diakses tanggal 12
Oktober 2017).
BPS.2017. Luas Tanaman Perkebunan Besar Menurut Jenis
Tanaman,Indonesia,1995-2015. [Online] (Tersedia pada
https://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/1665 Diakses tanggal 12
Oktober 2017).
Departemen Tenaga Kerja RI Undang-Undang No 13 Tahun 2003 Tentang
Ketenagakerjaan. [Online](Tersedia pada
www.kemenperin.go.id/kompetensi/UU_13_2003.pdf Diakses pada 8
November 2017).
Jenni R. 2009. Gambaran Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Pabrik Pengolahan
Kelapa Sawit PTPN IV Kebun Bah Jambi Tahun 2006-2008. Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, Medan. Diunduh:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/14682/10E00355.pdf?
sequence=1. [Diakses pada 8 November 2017].
NN. Tentang Tembakau. NT. http://bappeda.kendalkab.go.id/lahan/content.php?
query=tentang_tem bakau. [Diakses pada 26 Oktober 2017]
Republik Indonesia. 2014. Undang-undang Republik Indonesia nomer 18 tahun
2014 tentang Perkebunan. Lembaran Negara RI tahun 2004, No 84.
Sekertasris Negara. Jakarta
26
Rokhmah, D dkk. 2013. Analisis Faktor Risiko Green Tobacco Sickness (Gts) dan
Metode Penanganannya pada Petani Tembakau. Jember :FKM UNEJ.
[Online]
(http://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/58903/dewi_pemula_
205.pdf?sequence=1 Diakses Tanggal 8 November 2017).
Sahuleka, N. (2016). Pengaruh Model Pembelajaran Active Learning terhadap
Pengetahuan dan Sikap Penggunaan ALAT Pelindung Diri (APD) dalam
Pencegahan terjadinya Green Tobacco Sickness (GTS) pda Bruh Tani
Tembakau di Desa Plalangan Kec. Kalisat Kab. Jember.Digital Repository
Universitas Jember.
Subri, Mulyadi. 2003. Ekonomi Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada
Sumarsono, Sonny. 2009. Ekonomi Sumber Daya Manusia Teori dan Kebijakan
Publik. Jogyakarta : Graha Ilmu.
TCSC-Indonesia. 2012. Fakta Tembakau di Indonesia. TCSC-IAKMI. Jakarta.
[online]. (http://tcsc-indonesia.org/wpcontent/uploads/2012/08/Fact-Sheet-
Fakta-Tembakau-DiIndonesia.pdf. di akses tanggal 8 November 2017)
UU No. 18 .2004. Tentang Perkebunan.
LAMPIRAN
27
28