Anda di halaman 1dari 61

LAPORAN

KEGIATAN MAGANG DI BAGIAN PENGENDALIAN RESIKO


LINGKUNGAN KANTOR KESEHATAN PELABUHAN
KELAS I BANDARA SOEKARNO-HATTA
KOTA TANGERANG BANTEN
Tanggal 18 Februari s.d. 22 Maret 2019

GAMBARAN KEGIATAN PENGAWASAN KUALITAS


AIR MINUM DI KANTOR KESEHATAN PELABUHAN
KELAS I SOEKARNO-HATTA
TAHUN 2018

OLEH:
SASTI NURHAPSARI
NIM : 151640027

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT


STIKES KHARISMA PERSADA
2019
LAPORAN

KEGIATAN MAGANG DI BAGIAN PENGENDALIAN RESIKO


LINGKUNGAN KANTOR KESEHATAN PELABUHAN
KELAS I BANDARA SOEKARNO-HATTA
KOTA TANGERANG BANTEN
Tanggal 18 Februari s.d. 22 Maret 2019

GAMBARAN KEGIATAN PENGAWASAN KUALITAS


AIR MINUM DI KANTOR KESEHATAN PELABUHAN
KELAS I SOEKARNO-HATTA
TAHUN 2018

OLEH:
SASTI NURHAPSARI
NIM : 151640027

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT


STIKES KHARISMA PERSADA
2019

ii
HALAMAN PERSETUJUAN

Laporan magang yang berjudul “Gambaran Kegiatan Pengawasan Kualitas


Air Minum Di Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Soekarno-Hatta Tahun
2018” ini telah melalui proses bimbingan dan disetujui oleh Pembimbing
Lapangan dan Pembimbing Materi pada tanggal 22 Maret 2019.

Pamulang, 22 Maret 2019

Menyetujui,

Pembimbing Lapangan, Pembimbing Materi,

Wahyu Putra Pratama, S.KM Fenita Purnama, S.KM., M.Kes


NIP.198912112010121001 NIDN. 0312069101

Mengetahui,
Ketua Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat

Frida Kasumawati, S.KM., M.Kes.


NIDN. 0413068007

iii
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan magang yang berjudul “Gambaran Kegiatan Pengawasan Kualitas


Air Minum Di Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Soekarno-Hatta Tahun
2018” ini telah diseminarkan pada tanggal 22 Maret 2019 serta telah disahkan
oleh Ketua STIKes Kharisma Persada.

Pamulang, 22 Maret 2019

Mengetahui,

Ketua STIKes Kharisma Persada

Dr. H. M. Hasan, S.KM., M.Kes


NIDK. 88-7062-0016

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan magang
dengan judul “Gambaran Kegiatan Pengawasan Kualitas Air Minum Di
Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Soekarno-Hatta Tahun 2018”. Pada
kesempatan ini penulis juga ingin menyampaikan terima kasih kepada:
1. Dr. HC. Drs. H. Darsono selaku Ketua Yayasan Kharisma Persada
2. Dr. H. M. Hasan, S.KM., M.Kes selaku Ketua STIKes Kharisma Persada
3. Frida Kasumawati, S.KM., M.Kes selaku Ketua Program Studi S1 Kesehatan
Masyarakat
4. Fenita Purnama, SKM., M.Kes selaku Dosen Pembimbing Materi Kegitan
Magang STIKes Kharisma Persada
5. Sutjipto, SKM., MM selaku Kepala Bidang Pengendalian Risiko Lingkungan
Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Soekarno-Hatta
6. Fitri Darsah, SKM selaku Kepala Seksi Pengendalian Vektor dan Binatang
Penular Penyakit Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Soekarno-Hatta
7. M. Sunan Raja, SKM selaku Kepala Seksi Sanitasi dan Dampak Risiko
Lingkungan Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Soekarno-Hatta
8. Wahyu Pratama Putra, SKM selaku Pembimbing Lapangan Kegiatan Magang
Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Soekarno-Hatta
9. Seluruh staf Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Soekarno-Hatta yang telah
membantu kelancaran pelaksanaan kegiatan magang dan penyusunan laporan
10. Anggi Sulisiawati dan Imel Sundari selaku teman yang besama-sama
menjalankan kegiatan magang di Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I
Soekarno-Hatta
11. Teman-teman S1 Prodi Kesehatan Masyarakat STIKes Kharisma Persada
12. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan kegiatan
magang ini

v
Penulis menyadari bahwa laporan magang ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
sifatnya membangun demi kesempurnaan yang akan datang. Penulis berharap
semoga laporan ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkannya.

Tangerang Selatan, Maret 2019

Penulis

vi
DAFTAR ISI

SAMPUL LAPORAN MAGANG .......................................................... i


HALAMAN JUDUL ................................................................................ ii
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................ iii
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................. iv
KATA PENGANTAR .............................................................................. v
DAFTAR ISI ............................................................................................. vii
DAFTAR TABEL .................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ ix
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ x
DAFTAR SINGKATAN ........................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1
A. Latar Belakang ....................................................................... 1
B. Tujuan .................................................................................... 4
C. Manfaat .................................................................................. 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................. 6
A. Kantor Kesehatan Pelabuhan ................................................. 6
B. Air Minum ............................................................................. 10
C. Manajemen ............................................................................. 17
BAB III HASIL KEGIATAN .................................................................. 23
A. Gambaran Umum Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I
Soekarno-Hatta ...................................................................... 23
B. Struktur Organisasi Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I
Soekarno-Hatta ...................................................................... 26
C. Struktur Organisasi Bagian Pengendalian Risiko Lingkungan
Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Soekarno-Hatta ........... 27
D. Kegiatan Magang ................................................................... 29
E. Kegiatan Pengawasan Air Minum ......................................... 30
BAB IV PEMBAHASAN ......................................................................... 40
A. Perencanaan ........................................................................... 40
B. Pengorganisasian ................................................................... 41
C. Pelaksanaan ............................................................................ 42
D. Monitoring dan Evaluasi ........................................................ 46
BAB V PENUTUP ................................................................................... 47
A. Kesimpulan ............................................................................ 47
B. Saran ...................................................................................... 48
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 49
LAMPIRAN

vii
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Distribusi Pegawai KKP Kelas I Soekarno-Hatta Berdasarkan


Status Kepegawaian Tahun 2018 ............................................ 26
Tabel 3.2 Struktur Organisasi Bagian Pengendalian Risiko Lingkungan
Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Soekarno-Hatta ............ 28
Tabel 4.1 Lokasi Sarana Air Minum di Bandara Soekarno-Hatta dan
Halim Perdanakusuma Tahun 2018 ........................................ 43

viii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Struktur Organisasi Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I


Soekarno-Hatta ................................................................... 27
Gambar 3.2 Bagan Lokasi Pengawasan Kualitas Air Minum Di Bandara
Soekarno-Hatta ................................................................... 32
Gambar 3.3 Bagan Lokasi Pengawasan Air Minum Jasaboga Golongan C
Di Bandara Soekarno-Hatta ................................................ 33
Gambar 3.4 Algoritma Pengawasan Kualitas Air Minum Kantor
Kesehatan Pelabuhan Kelas I Soekarno-Hatta ................... 38
Gambar 4.1 Hasil Pengawasan Kualitas Air Minum Bandara
Soekarno-Hatta dan Halim Perdanakusuma tahun 2018 ..... 44
Gambar 4.2 Penerbitan Sertifikat Air Minum Bandara Soekarno-Hatta
Sampai dengan Triwulan VI Tahun 2018 .......................... 45

ix
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3 Daftar Hadir Peserta Magang
Lampiran 4 Log Book Kegiatan Magang
Lampiran 5 Formulir Inspeksi Sanitasi Sarana Air Minum Jenis Sarana Sistem
Perpipaan
Lampiran 6 Formulir Inspeksi Sanitasi Sarana Air Minum Jenis Sistem Sarana
Terminal Air
Lampiran 7 Formulir Inspeksi Sanitasi Sarana Air Minum Jenis Sarana Mobil
Tangki Air
Lampiran 8 Formulir Pengambilan/Pengiriman Sampel Air Minum
Lampiran 9 Hasil Pemeriksaan dan Pengujian Kualitas Air Minum dalam
Rangka Penerbitan Sertifikat Air Minum untuk Kebutuhan Pesawat
Lampiran 10 Penerbitan Sertifikat Air Minum untuk Kebutuhan Pesawat
Lampiran 11 Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan & Pengujian Sampel Air Minum
Lampiran 12 Blangko Sertifikat Air untuk Kebutuhan Pesawat
Lampiran 13 Blangko Sertifikat Air untuk PT. GMF Aero Asia (Photozone)
Lampiran 14 Foto Dokumentasi Kegiatan Magang

x
DAFTAR SINGKATAN

1. ACS : Aerowisata Catering Service


2. BPS : Badan Pusat Statistik
3. DIPA : Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran
4. DRL : Dampak Risiko Lingkungan
5. IHR : International Health Regulation
6. KKP : Kantor Kesehatan Pelabuhan
7. KLB : Kejadian Luar Biasa
8. LEB : Laporan Eksekutif Bulanan
9. OMKABA : Obat, Makanan, Kosmetik, dan Alat Kesehatan serta
Bahan Adiktif
10. PDAM : Perusahaan Daerah Air Minum
11. PHEIC : Public Health Emergency of International Concern
12. PKSE : Pengendalian Karantina dan Surveilans Epidemiologi
13. POA : Planning of Action
14. PRL : Pengendalian Risiko Lingkungan
15. SDM : Sumber Daya Manusia
16. TPM : Tempat Pengelolaan Makanan
17. UKLW : Upaya Kesehatan dan Lintas Wilayah
18. WHO : World Health Organization

xi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan teknologi alat angkut salah satunya transportasi udara
yang semakin cepat menjadi kian penting membuat jarak antar negara seolah
semakin dekat karena waktu tempuh yang semakin singkat. Sesuai dengan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2009 tentang
Penerbangan, Bandara Udara atau Bandara adalah kawasan di daratan dan
atau perairan dengan batas-batas tertentu yang digunakan sebagai tempat
pesawat untuk mendarat dan lepas landas, naik turun penumpang, bongkar
muat barang, dan tempat perpindahan intra dan antarmoda transportasi, yang
dilengkapi dengan fasilitas keselamatan dan keamanan penerbangan, serta
fasilitas pokok, dan fasilitas penunjang lainnya.
Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta merupakan bandar udara
pengumpul atau hub di satu dari 12 bandar udara yang dikelola oleh PT.
Angkasa Pura II. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan
penumpang di Bandar Udara Internasional Soekarno Hatta untuk
penerbangan domestik pada tahun 2018 mencapai 22.609.828 juta orang,
jumlah tersebut meningkat dibanding tahun sebelumnya yaitu pada tahun
2017 sebanyak 21.925.280 juta orang. Sementara jumlah penumpang untuk
penerbangan internasional pada oktober tahun 2018 tumbuh 3,36% menjadi
1.54 juta orang, namun jika dibanding Oktober tahun lalu tumbuh 14.07%.
Melihat meningkatnya jumlah penumpang baik domestik maupun
internasional, kondisi tersebut dapat berpengaruh terhadap risiko kesehatan
masyarakat dan risiko penularan penyakit secara global. Transmisi penyakit
yang tidak mengenal batas administratif negara sehingga dapat menyebar
cepat ke berbagai negara. Pelabuhan atau bandar udara sebagai pintu masuk
negara yang berisiko sebagai sumber penyakit bersumber dari hewan penular
penyakit atau fisik seseorang, sosial budaya yang berdampak kepada masalah
lingkungan, masuk/keluar dan penyebaran penyakit karantina, penyakit

1
potensial wabah maupun penyakit berpotensi kedaruratan kesehatan
masyarakat melalui orang, barang dan alat angkut serta lingkungan. Ancaman
global yang kita hadapi yaitu penyakit yang ada di negara lain dan berpotensi
masuk ke indonesia (New Emerging Infectious Disease), penyakit yang
merupakan masih masalah, kemudian berkembang (Emerging Disease) yaitu
munculnya strain mikroba baru sebagai akibat resistensi antibiotika, serta
perilaku masyarakat yang tidak mendukung pola hidup sehat, dan penyakit
yang dianggap bukan masalah lagi, saat ini muncul atau berpotensi untuk
muncul kembali (Re-Emerging Disease).
Mengacu kepada IHR (International Health Regulation) Revisi 1998
bahwa hanya mengamanatkan penanganan bagi manusia tidak menerapkan
karantina tetapi penanganan kepada orang yang terjangkit serta himbauan
terhadap kontak apabila muncul gejala sakit menghubungi unit kesehatan
terdekat. Upaya ini ternyata tidak mampu mengatasi ancaman global penyakit
yang sebenarnya disebabkan oleh perubahan lingkungan yang merupakan
masalah kedaruratan kesehatan masyarakat yang meresahkan dunia (Public
Health Emergency of International Concern). Pada tahun 2005 IHR merevisi
yang merupakan hasil sidang majelis kesehatan dunia (WHO) yang akan
diberlakukan mulai tahun 2007 bertujuan mencegah, melindungi dan
menanggulangi terhadap penyebaran penyakit antar negara tanpa pembatasan
perjalanan dan perdagangan internasional.
Guna mengantisipasi ancaman penyakit global serta permasalahan
kesehatan masyarakat yang merupakan masalah darurat yang menjadi
perhatian dunia, Kantor Kesehatan Pelabuhan atau KKP adalah Unit
Pelaksana Teknis di lingkungan Kementrian Kesehatan yang berada di bawah
dan bertanggung jawab kepada Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit
dan Penyehatan Lingkungan (PP&PL) dituntut mampu melakukan cegah
tangkal penyakit serta faktor risiko kesehatan yang berpotensi kedaruratan
kesehatan masyarakat melalui orang, barang dan alat angkut serta lingkungan
pada pintu masuk negara baik bandara, pelabuhan dan lintas batas darat
negara tanpa menghambat perjalanan dan perdagangan. Salah satu tugas

2
pokok dari KKP yakni, pengendalian dampak kesehatan lingkungan, dalam
hal ini Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Soekarno-Hatta khususnya pada
bidang sanitasi turut melaksanakan berbagai kegiatan untuk mendukung
peningkatan kualitas air di sekitar bandara. Air bersih merupakan kebutuhan
yang sangat penting dalam proses penyehatan bandara maka air harus tersedia
dengan kapasitas yang cukup untuk setiap kegiatan dan kualitas fisik air harus
dalam keadaan baik sesuai dengan syarat-syarat kesehatan agar tidak
menimbulkan gangguan kesehatan bagi manusia (Permenkes 356 tahun 2008
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Kesehatan Pelabuhan).
Kegiatan pengawasan kualitas air minum di bandara sebagai upaya agar
kualitas air minum tersebut memenuhi standar yang dipersyaratkan mengacu
pada Permenkes Republik Indonesia Nomor 492 Tahun 2010 tentang
persyaratan kualitas air minum dan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 736
tahun 2010 tentang tata laksana pengawasan kualitas air minum. Peraturan ini
menyebutkan bahwa Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) melakukan
pengawasan eksternal kualitas air minum di wilayah kerjanya. Kegitan
pengawasan ini berupa uji petik yang meliputi pemeriksaan fisik hygiene
sanitasi sarana air minum, pengambilan sampel air minum untuk dilakukan
pengujian laboratorium baik mikrobiologi maupun kimia. Pengawasan
dimulai dari titik sumber air yang didistribusikan (Water Pumping System
milik PT. Angkasa Pura II) sampai ke titik yang diterima oleh konsumen
seperti drinking water, water car, kran-kran air yang berada di bandara
bahkan sampai titik distribusi terjauh yakni di Bandara Hotel. Selain itu juga
dilakukan pengawasan terhadap tempat pengolahan air minum lainnya (water
treatment).
Pengawasan kualitas air juga dilakukan sebagai indikator dalam
penyelenggaraan pelabuhan dan bandar udara sehat yang mana tertuang
dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
44/MENKES/PER/VII/2014 tentang penyelenggaraan pelabuhan dan bandar
udara sehat. Penyelenggaraan pelabuhan dan bandar udara sehat ditujukan
untuk mewujudkan kondisi Pelabuhan dan Bandar Udara yang dapat

3
mencegah potensi risiko penyebaran penyakit, gangguan kesehatan,
keamanan dan ketertiban yang dinamis sehingga tercipta Pelabuhan dan
Bandar Udara Sehat. Oleh karena itu, sebagai pintu masuk negara dalam
melakukan aktivitasnya, Pelabuhan dan Bandar Udara perlu memperhatikan
pengelolaan lingkungan yang bersih dan sehat agar tumbuh dan berkembang
rasa aman, nyaman, tertib, dan sehat yang merupakan bentuk “pelayanan
prima” sebagai kawasan pusat pertumbuhan ekonomi, yang mengacu pada
konsep ECO Port atau ECO Airport.
Dari ketentuan-ketentuan tersebut diatas, maka KKP Kelas I Soekarno
Hatta melaksanakan kegiatan pengawasan kualitas air minum terhadap
penyelelenggara-penyelenggara air minum di bandara Soekarno-Hatta dan
Halim Perdanakusuma. Oleh sebab itu, pada kesempatan magang ini perlu
dipelajari bagaimana pengawasan kualitas air minum Bandara Soekarno-
Hatta dalam pengawasan Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Soekarno-
Hatta.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui gambaran kegiatan pengawasan kualitas pengendalian
lingkungan di Bandara Soekarno-Hatta.

2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui gambaran umum KKP Kelas I Soekarno-Hatta
b. Mengetahui gambaran kegiatan bidang Pengendalian Risiko
Lingkungan KKP Kelas I Soekarno-Hatta
c. Mengetahui pelaksanaan kegiatan pengawasan kualitas air minum di
Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Soekarno-Hatta

4
C. Manfaat
1. Bagi Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Soekarno-Hatta
a. Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Soekarno-Hatta dapat menjalin
kerja sama dengan program studi Kesehatan Masyarakat STIKes
Kharisma Persada
b. Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Soekarno-Hatta mendapatkan
tambahan tenaga dari mahasiswa magang sesuai dengan kebutuhan di
unit kerjanya

2. Bagi Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat


a. Membina dan meningkatkan kerja sama seta menjalin hubungan baik
antara institusi magang dengan program studi Kesehatan Masyarakat
STIKes Kharisma Persada
b. Sebagai bahan masukan materi kuliah yang lebih sesuai dengan realita
yang terjadi di lapangan

3. Bagi Mahasiswa
a. Mendapatkan pengalaman, pemahaman dan pembelajaran nyata
terkait aplikasi ilmu kesehatan masyarakat didunia kerja
b. Memperoleh kesempatan untuk mengaplikasikan ilmu yang diperoleh
dari bangku kuliah ke dunia kerja
c. Sebagai bekal pengetahuan dan pengalaman sebelum memasuki dunia
kerja yang sesungguhnya

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Kantor Kesehatan Pelabuhan


1. Definisi Kantor Kesehatan Pelabuhan
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
2348/MENKES/PER/XI/2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor
Kesehatan Pelabuhan yang merupakan revisi dari Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 356/MENKES/PER/IV/2008 mendefinisakan Kantor
Kesehatan Pelabuhan yang selanjutnya disebut KKP adalah Unit
Pelaksana Teknis di lingkungan Kementrian Kesehatan yang berada di
bawah dan bertanggung jawab kepada Direktorat Jenderal Pengendalian
Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (PP&PL).
KKP dipimpin oleh seorang kepala dalam melaksanakan tugas
secara administratif dibina oleh Sekertariat Direktorat Jenderal dan secara
teknis fungsional dibina oleh Direktorat di lingkungan Direktorat Jenderal
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.

2. Tugas Kantor Kesehatan Pelabuhan


KKP mempunyai tugas melaksanakan pencegahan masuk dan
keluarnya penyakit, penyakit potensial wabah surveilans epidemiologi,
kekarantinaan, pengendalian dampak kesehatan lingkungan, pelayanan
kesehatan, pengawasan obat, makanan, kosmetika dan alat kesehatan serta
bahan adiktif (OMKABA) serta pengamanan terhadap penyakit baru dan
penyakit yang muncul kembali, bioterorisme, unsur biologi, kimia dan
pengamanan radiasi di wilayah kerja bandara, pelabuhan, dan lintas batas
darat negara.

6
3. Fungsi Kantor Kesehatan Pelabuhan
Dalam melaksanakan tugas, Kantor Kesehatan Pelabuhan
menyelenggarakan fungsi, antara lain:
a. Pelaksanaan kekarantinaan
b. Pelaksanaan pelayanan kesehatan
c. Pelaksanaan pengendalian risiko lingkungan di bandara, pelabuhan,
dan lintas batas darat negara
d. Pelaksanaan pengamatan penyakit, penyakit potensial wabah,
penyakit baru, dan penyakit yang muncul kembali
e. Pelaksanaan pengamanan radiasi pengion dan non pengion, biologi
dan kimia
f. Pelaksanaan sentra/simpul jejaring surveilans epidemiologi sesuai
penyakit yang berkaitan dengan lalu lintas nasional, regional, dan
internasional
g. Pelaksanaan, fasilitasi dan advokasi kesiapsiagaan dan
penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB) dan bencana bidang
kesehatan, serta kesehatan matra termasuk penyelenggaraan kesehatan
haji dan perpindahan penduduk
h. Pelaksanaan, fasilitasi, dan advokasi kesehatan kerja di lingkungan
bandara, pelabuhan, dan lintas batas darat negara
i. Pelaksanaan pemberian sertifikat kesehatan obat, makanan, kosmetika
dan alat kesehatan serta bahan adiktif (OMKABA) ekspor dan
mengawasi persyaratan dokumen kesehatan OMKABA impor
j. Pelaksanaan pengawasan kesehatan alat angkut dan muatannya
k. Pelaksanaan pemberian pelayanan kesehatan di wilayah kerja bandara,
pelabuhan dan lintas batas darat negara
l. Pelaksanaan jejaring informasi dan teknologi bidang kesehatan
bandara, pelabuhan dan lintas batas darat negara
m. Pelaksanaan jejaring kerja dan kemitraan bidang kesehatan bandara,
pelabuhan dan lintas batas darat negara

7
n. Pelaksanaan kajian karantina, pengendalian risiko lingkungan dan
surveilans kesehatan pelabuhan
o. Pelaksanaan pelatihan teknis bidang kesehatan bandara, pelabuhan
dan lintas batas darat negara
p. Pelaksanaan ketatausahaan dan kerumahtanggaan KKP

4. Klasifikasi Kantor Kesehatan Pelabuhan


Klasifikasi KKP didasarkan pada beban kerja di bandara,
pelabuhan, dan lintas batas darat negara. KKP diklasifikasikan ke dalam 4
(empat) kelas, yaitu:
a. KKP Kelas I
b. KKP Kelas II
c. KKP Kelas III
d. KKP Kelas IV

5. Susunan Organisasi Kantor Kesehatan Pelabuhan


a. Bagian Tata Usaha
Bagian tata usaha mempunyai tugas melaksanakan koordinasi
dan penyususnan program, pengelolaan informasi, evaluasi,
pelaporan, urusan tata usaha, keuangan, penyelenggaraan pelatihan,
kepegawaian, serta perlengkapan rumah tangga. Bagian tata usaha
terdiri dari subbagian program dan laporan dan subbagian keuangan
dan umum.
b. Bidang Pengendalian Karantina dan Surveilans Epidemiologi (PKSE)
Bidang pengendalian Karantina dan Surveilans Epidemiologi
mempunyai tugas melaksanakan perencanaan dan evaluasi serta
penyusunan laporan dibidang kekarantinaan, surveilans epidemiologi
penyakit dan penyakit potensial wabah serta penyakit baru dan
penyakit yang muncul kembali, pengawasan alat angkut dan
muatannya, lalu lintas OMKABA, jejaring kerja, kemitraan, kajian,
serta pengembangan teknologi, pendidikan dan pelatihan bidang

8
kekarantinaan di wilayah kerja bandara, pelabuhan, dan lintas batas
darat negara. Bidang pengendalian dan karantina dan surveilans
epidemiologi terdiri dari seksi pengendalian karantina dan seksi
surveilans epidemiologi.
c. Bidang Pengendalian Risiko Lingkungan (PRL)
Bidang Pengendalian Risiko Lingkungan mempunyai tugas
melaksanakan perencanaan, pemantauan, dan evaluasi serta
penyusunan laporan di bidang pengendalian vektor dan binatang
penular penyakit, pembinaan sanitasi lingkungan, jejaring kerja,
kemitraan, kajian, dan pengembangan teknologi, serta pendidikan dan
pelatihan bidang pengendalian risiko lingkungan di wilayah kerja
bandara, pelabuhan dan lintas batas darat negara. Bidang
pengendalian risiko lingkungan terdiri dari seksi pengendalian vektor
dan binatang penular penyakit serta seksi sanitasi dan dampak risiko
lingkungan .
d. Bidang Upaya Kesehatan dan Lintas Wilayah (UKLW)
Bidang upaya kesehatan dan lintas wilayah mempunyai tugas
melakukan perencanaan dan evaluasi serta penyusunan laporan di
bidang pelayanan kesehatan terbatas, kesehatan haji, kesehatan kerja,
kesehatan matra, vaksinasi internasional, pengembangan jejaring
kerja, kemitraan, kajian dan teknologi, serta pendidikan dan pelatihan
bidang upaya kesehatan pelabuhan di wilayah kerja bandara. Bidang
upaya kesehatan dan lintas wilayah terdiri dari seksi pencegahan dan
pelayanan kesehatan serta seksi kesehatan matra dan lintas wilayah.
e. Instalasi
Instalasi meupakan fasilitas penunjang penyelenggaraan
operasional KKP dan penunjang administrasi.
f. Wilayah Kerja
Wilayah kerja KKP merupakan unit kerja fungsional di
lingkungan bandara, pelabuhan, dan lintas batas darat negara, yang
berada di bawah dan bertanggung jawab kepada kepala KKP.

9
g. Kelompok Jabatan Fungsional
Kelompok jabatan fungsional mempunyai tugas melakukan
kegiatan sesuai dengan jabatan fungsional masing-masing berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kelompok jabatan
fungsional terdiri dari sejumlah tenaga fungsional yang terbagi atas
berbagai kelompok jabatan fungsional sesuai dengan keahliannya.
Masing-masing kelompok jabatan fungsional dikoordinasikan oleh
seorang tenaga fungsional senior yang ditunjuk oleh KKP. Jumlah
tenaga fungsional ditentukan berdasarkan kebutuhan dan beban kerja.

B. Air Minum
1. Penegrtian Air Minum
Menurut Permenkes RI No. 492/Menkes/Per/IV/2010 tentang
Peryaratan Kualitas Air Minum, air minum adalah air yang melalui proses
pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat
kesehatan dan dapat langsung diminum. Air minum harus terjamin dan
aman bagi kesehatan, air minum aman bagi kesehtan harus memenuhi
persyaratan fisika, mikrobiologis, kimiawi dan radioaktivitas yang dimuat
dalam parameter wajib dan parameter tambahan. Parameter wajib
merupakan persyaratan kualitas air minum yang wajib diikuti dan ditaati
oleh seluruh penyelenggara air minum, sedangkan parameter tambahan
dapat ditetapkan oleh pemerintah daerah sesuai dengan kondisi kualitas
lingkungan daerah masing-masing dengan mengacu pada parameter
tambahan yang ditentukan oleh Permenkes RI No.
492/Menkes/Per/IV/2010 tentang Peryaratan Kualitas Air Minum.
Air minum sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia setiap harinya,
volume rata-rata kebutuhan air setiap individu per hari berkisar antara
150-200 liter /15-40 galon. Kebutuhan air tersebut bervariasi dan
bergantung pada keadaan iklim, standar kehidupan, dan kebiasaan
masyarakat. berdsarkan WHO (World Health Organization) pada negara-
negara maju, setiap orang memerlukan air antara 60-120 liter per hari,

10
sedangkan pada negara berkembang tiap orang memerlukan air antara 30-
60 liter per hari (Mubarak, 2009).

2. Sumber Air Minum


Pada prinsipnya semua air dapat diolah menjadi air minum.
Sumber-sumber air dapat dibagi menjadi (Notoatmodjo, 2003):
a. Air Hujan
Air hujan merupakan penyubliman awan/uap air menjadi air
murni. Walau pada saat prestipasi merupakan air yang paling bersih,
air tersebut cenderung mengalami pencemaran ketika di atmosfer.
Pencemaran yang berlangsung di atmosfer dapat disebabkan oleh
partikel debu, mikroorganisme, dan gas, misalnya karbon dioksida,
nitrogen dan amonia. Maka untuk menjadikan air hujan sebagai
sumber air minum hendaklah pada waktu menampung air hujan
jangan dimulai pada saat hujan mulai turun, karena masih banyak
mengandung kotoran.
b. Air Permukaan
Air permukaan yang meliputi badan-badan air atau semacam
sungai, danau, telaga, waduk, rawa, terjun, dan sumur permukaan,
sebagian besar dari air hujan yang jatuh ke permukaan bumi. Air
hujan tersebut kemudian mengalami pencemaran baik oleh tanah,
sampah maupun yang lainnya. Pada umumnya air permukaan telah
terkontaminasi dengan berbagai zat-zat yang berbahaya bagi
kesehatan, sehingga memerlukan pengolahan terlebih dahulu sebelum
dikonsumsi oleh masyarakat.
c. Air Tanah
Air tanah berasal dari air hujan yang jatuh ke permukaan bumi
yang kemudian mengalami perkolasi atau penyerapan ke dalam tanah
dan mengalami proses filtrasi secara alamiah. Proses-proses yang
telah dialami air hujan tersebut, di dalam perjalanannya ke bawah
tanah, membuat air tanah menjadi lebih baik dan lebih murni

11
dibandingkan dengan air permukaan. Secara praktis air tanah adalah
air bebas polutan karena berada di bawah permukaan tanah. Tetapi
tidak menutup kemungkinan bahwa air tanah dapat tercemar oleh zat-
zat yang mengganggu kesehatan.
d. Mata Air
Dari segi kualitas, mata air sangat baik bila dipakai sebagai air
baku, karena berasal dari dalam tanah yang muncul ke permukaan
tanah akibat tekanan, sehingga belum terkontaminasi oleh zat-zat
pencemar. Biasanya lokasi mata air merupakan daerah terbuka,
sehingga mudah terkontaminasi oleh lingkungan sekitar.

3. Jenis Air Minum


Manurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
907/MENKES/SK?VII/2002 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan
Kualitas Air Minum, jenis air minum meliputi:
a. Air yang didistribusikan melalui pipa untuk keperluan rumah tangga
b. Air yang didistribusikan melalui tangki air
c. Air kemasan
d. Air yang digunakan untuk produksi bahan makanan dan minuman
yang disajikan kepada masyarakat harus memenuhi syarat kesehatan
air minum.
Air minum harus steril (tidak mengandung hama penyakit apapun)
dan harus memenuhi syarat agar tidak menyebabkan gangguan kesehatan.
Di Indonesia standar air minum yang berlaku dapat dilihat pada Peraturan
Menteri Kesehatan RI No. 492/MENKES/PER/IV/2010 yang meliputi
parameter fisika, mikrobiologi, kimiawi dan radioaktivitas.

12
4. Syarat Kualitas Air Minum
Air bersih harus memenuhi standar kualitas dan kuantitasnya.
Untuk pengelolaan air minum, kualitas airnya harus dilakkan pemeriksaan
sebelum didistribusikan kepada masyarakat. Sebab, air baku belum tentu
memenuhi standar, sehingga sering dilakukan pengolahan air untuk
memenuhi standar air minum. Kualitas air yang digunakan sebagai air
minum sebaiknya memenuhi persyaratan Peraturan Menteri Kesehatan RI
No. 492/MENKES/PER/IV/2010 yang meliputi:
a. Parameter Wajib
1) Parameter yang Berhubungan Langsung dengan Kesehatan
a) Persyaratan Mikrobiologi
Syarat mutu air minum sangat ditentukan oleh
kontaminasi kuman Excherichia Coli dan Total Bakteri
Coliform, sebab keberadaan bakteri Excherichia Coli
merupaka indikator terjadinya pencemaran tinja dalam air.
Standar kandungan Excherichia Coli dan Total Bakteri
Coliform dalam air minum 0 per 100 ml sampel.
b) Persyaratan Kimia An-Organik
Bahan kimia an-organik antara lain arsen, fluorida, total
kromium, kadmium, nitrit, nitrat, sianida dan selenium yang
tidak boleh melebihi kadar maksimum yang ditentukan.
2) Parameter yang Tidak Langsung Berhubungan dengan Kesehatan
a) Persyaratan Fisik
Air yang berkualitas baik harus memenuhi persyaratan
fisik yaitu, tidak berbau, tidak berwarna (maksimal 15 TCU),
total zat padat terlarut (TDS) maksimum 500 mg/l, tidak keruh
(maksimum 5 NTU), tidak berasa, dan suhu udara maksimum
± 3ºC.

13
b) Prameter Kimiawi
Parameter kimiawi seperti aluminium, besi, kesedahan,
khlorida, mangan, pH pada maksimum dan minimum (6,5 –
8,5), seng,sulfat, tembaga, dan amonia yang tidak boleh
melebihi kadar maksimum yang ditentukan.

b. Parameter Tambahan
1) Persyaratan Kimia
Air minum yang akan dikonsumsi tidak mengandung
bahan-bahan kimia (organik, anorganik, pestisida dan desinfektan)
melebihi ambang batas yang telah ditetapkan, sebab akan
menimbulkan efek kesehatan bagi tubuh konsumen.
2) Persyaratan Radioaktivitas
Air minum tidak boleh mengandung zat yang menghasilkan
sinar α melebihi 0,1 Bq/l (bequerel/liter), aktivitas sinar β 1,0 Bq/l.

5. Manfaat Air dalam Kesehatan


Air minum dalam tubuh manusia berfungsi untuk menjaga
keseimbangan metabolisme dan fisiologi tubuh. Setiap waktu, air perlu
dikonsumsi karena setiap saat tubuh bekerja dan berproses. Disamping
itu, air juga berguna untuk melarutkan dan mengolah sari makanan agar
dapat di cerna. Tubuh manusia terdiri dari berjuta-juta sel dan komponen
terbanyak sel-sel itu adalah air. Juka kekurangan air, sel tubuh akan
menciut dan tidak dapat berfungsi dengan baik. Begitu pula, air me
rupakan bagian ekskreta cair (keringat, air mata, air seni), tinja, uap
pernafasan, dan cairan tubuh (darah lympe) lainnya (Depkes RI, 2006).
Sebagian tubuh organisme termasuk manusia terdiri dari air.
Secara umum, manusia bisa mengandung air sebanyak 65-70% dari berat
tubuhnya. Pada jaringan lemak dan tulang terdapat 33% air, di dalam
daging 77% paru-paru dan ginjal terdapat 80%, dan di cairan tubuh
(plasma) sebanyak 90-95% air. Hal ini berarti bahwa seluruh bagian tubuh

14
makhluk hidup terdiri dengan air. Untuk menjaga keseimbangan
kandungan air, manusia harus meminum air kira-kira 2 liter tiap harinya.
Sebagai kandungan yang masuk ke dalam tubuh organisme, air memiliki
peranan esensial, yaitu: sebagai pembentuk protoplasma, sebagai bahan
yang mengambil bagian pada proses fotosintesa, serta sebagai medium
yang melarutkan bahan makanan sebagai regulator temperatur tubuh. Air
mempunyai peranan besar dalam penularan beberapa penyakit menular.
Besarnya peranan air dalam penularan penyakit tersebut disebabkan oleh
keadaan air itu sendiri. Air yang mengandung mikroorganisme disebut air
terkontaminasi, dan tidak steril. Beberapa penyakit menular seperti diare
dan kolera sewaktu-waktu dapat meluas menjadi wabah atau epidemik
karena peranan air yang tercemar (Partiana, 2012).

6. Penyakit-Penyakit yang Ditularkan Melalui Air


Menurut Chandra (2007), dilihat dari sudut ilmu kessehatan
masyarakat, penyediaan sumber air bersih harus memenuhi kebutuhan
masyarakat karena penyediaan air bersih yang terbatas memudahkan
timbulnya penyakit di masyarakat. Penyakit-penyakit yang berhubungan
dengan air dapat dibagi dalam kelompok-kelompok berdasarkan cara
penularannya. Mekanisme penularan penyakit dibagi menjadi empat,
antara lain:
a. Water Borne Disease
Kuman patogen yang berada dalam air dapat menyebabkan
penyakit pada manusia yang ditularkan melalui mulut atau sistem
pencernaan. Contoh penyakit yang ditularkan melalui mekanisme ini
antara lain kolera, tipoid, hepatitis viral, disentri basiller, dan
poliomyelitis. Penyakit-penyakit ini hanya dapat menyebar apabila
mikroba penyebabnya dapat masuk ke sumber air yang dipakai
masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

15
b. Water Washed Disease
Mekanisme penularan semacam ini berkaitan dengan
kebersihan umum dan perorangan. Dalam hal ini terjadi tiga cara
penularan, yaitu:
1) Infeksi melalui alat pencernaan, seperti diare pada anak-anak,
berjangkitnya penyakit ini sangat erat kaitannya dengan kurangnya
ketersediaan air untuk makan, minum, dan memasak serta
kebersihan alat-alat makan
2) Infeksi melalui kulit dan mata, seperti scabies dan trachoma,
berjangkitnya penyakit ini sangat erat kaitannya dengan kurangnya
ketersediaan air bersih untuk hygiene perorangan (mandi dan cuci)
3) Penularan melalui binatang pengerat seperti pada penyakit
leptosirosis, berjangkitnya penyakit ini sangat erat kaitannya
dengan kurangnya ketersediaan air untuk hygiene perorangan yang
ditunjukan untuk mencegah investasi insekta parasit pada tubuh
dan pakaian.
c. Water Based Disease
Panyakit yang ditularkan dengan cara ini memiliki agen
penyebab yang menjalani sebagaian siklus hidupnya dalam tubuh
vektor atau semaai intermediat host yang hidup didalam air,
contohnya Schistosomiasis dan penyakit akibat Dracunculus
medinensis. Badan air yang potensial terhadap berjangkitnya jenis
penyakit ini adalah badan air yang terdapat di alam, yang
berhubungan erat dengan kehidupan sehari-hari seperti menangkap
ikan, mandi, cuci dan sebagainya.
d. Water-related Insect Vector
Agen penyakit ditularkan melalui gigitan serangga yang
berkembang biak di dalam air. Air merupakan salah satu unsur alam
yang harus ada dalam lingkungan dan manusia merupakan media yang
baik bagi insekta untuk berkembang biak. Contoh penyakit melalui
cara ini adalah filariasis, dengue, malaria, dan yellow fever.

16
C. Manajemen
1. Pengertian Manajemen
Manajemen secara etimologi berasal dari kata “to manage” yang
artinya mengatur. Pengaturan dilakukan melalui proses dan diatur
berdasarkan urutan dari fungsi-fungsi manajemen. Beberapa definisi
manajemen yang dikemukakan oleh para ahli manajemen antara lain:
a. Menurut Melayu S.P. Hasibuan (2005) dalam bukunya yang berjudul
“Manajemen” mengatakan bahwa, manajemen adalah ilmu dan seni
mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia (SDM) dan
sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai
suatu tujuan tersebut.
b. Menurut G.R Terry sebagaimana dikutip oleh Melayu S.P. Hasibuan,
menyebutkan bahwa, manajemen adalah suatu proses yang khas yang
terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, dan pengendalian yang dilakukan untuk menentukan serta
mencapai sasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan sumber
daya manusia dan sumber-sumber lainnya.
c. Menurut Harmann, sebagaimana dikutip oleh M.Manullang (1983),
menyebutkan bahwa, manjeman adalah fungsi untukmencapai suatu
melalui kegiatan orang lain dan mengawasi usaha-usaha individu
untuk mencapai tujuan bersama.
Dari beberapa pendapat para ahli manajemen diatas dapat
disimpulkan bahwa, Manajemen adalah suatu proses yang terdiri dari
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian yang
dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan melalui
pemanfaatan SDM dan sumber lainnya.

17
2. Unsur-Unsur Manajemen
Unsur atau komponen merupakan bagian terpenting yang harus
tersedia dalam suatu pelaksanaan kegiatan. Dalam hal ini Abdul Syani
(1987) membagi unsur alat manajemen (tool of manajemen) ke dalam
enam bagian diantaranya:
a. Man, yakni tenaga kerja manusia, Sumber Daya Manusia (SDM) yang
ada pada sebuah lembaga, SDM yang ada akan berpengaruh pada
lancar atau tidaknya manajemen lembaga dalam melaksanakan tujuan
yang dilaksanakan.
b. Money, yakni pembiayaan yang diperlukan untuk mencapai tujuan
c. Methods, yakni cara atau sistem untuk mencapai tujuan
d. Materials, yakni bahan-bahan yang diperlukan dalam mencapai tujuan
atau misi lembaga. Bahan ini harus mendukung proses pencapaian
tujuan yang direncanakan oleh sebuah lembaga.
e. Machines, yakni mesin atau alat untuk berproduksi
f. Market, yakni tempat untuk menawarkan hasil produksi

Faktor manusia dalam manajemen merupakan unsur terpenting


sehingga berhasil atau gagalnya suatu manajemen tergantung pada
kemampuan manajer untuk mendorong dan menggerakkan orang-orang
ke arah tujuan yang akan dicapai. Karena begitu pentingnya unsur
manusia dalam manajemen, melebihi unsur lainnya, maka boleh
dikatakan bahwa manajemen itu merupakan proses sosial yang mengatasi
segala-galanya.

18
3. Fungsi Manajemen
Dalam proses pelaksanaannya, manajemen mempunyai tugas-tugas
khusus yang harus dilaksanakannya. Tugas-tugas khusus itulah yang biasa
disebut sebagai fungsi-fungsi manajemen. Berkaitan dengan fungsi-fungsi
manajemen ini, berikut ini akan dipaparkan beberapa fungsi-fungsi
manajemen menurut ahli manajemen sebagai berikut (Malayu S.P.
Hasibuan, 2005):
a. George R. Terry
1) Perencanaan (Planning)
2) Pengorganisasian (Organizing)
3) Penggerakan (Actuating)
4) Pengendalian (Controlling)
b. Koont O’ Donnel dan Niclender
1) Perencanaan (Planning)
2) Pengorganisasian (Organizing)
3) Penyusunan Pegawai (Staffing)
4) Pemberian Bimbingan (Directing)
5) Pengendalian (Controlling)
c. Henri Fayol
1) Forkasting dan Perencanaan (Forecasting and Planning)
2) Pengorganisasian (Organizing)
3) Perintah (Commanding)
4) Koordinasi (Coordinating)
5) Pengawasan (Controlling)
d. Sondang P. Siagian
1) Perencanaan (Planning)
2) Pengorganissian (Organizing)
3) Penggerakan/ Pemberian Motivasi (Motivating)
4) Pengendalian (Controlling)
5) Penilaian (Evaluating)

19
Dari fungsi-fungsi manajemen di atas, tampak bahwa ada
kesamaan pandangan tentang fungsi Planning, Organizing, dan
Controlling. Sedangkan fungsi-fungsi lainnya merupakan cara
penyebutan yang berbeda, tetapi mengandung isi yang sama. Untuk
menjabarkan makna dari fungsi-fungsi manajemen sebagai berikut:
a. Perencanaan (Planning)
Perencanaan merupakan fungsi manajemen yang pertama, yang
menggambarkan tujuan serta usaha untuk mencapainya secara efektif
dan efisien di masa mendatang. Fungsi manajemen yang lain sangat
tergantung pada fungsi perencanaan, dimana fungsi yang lain tidak
akan berhasil tanpa perencanaan dan pembuatan keputusan yang
tepat,cermat dan kontinyu. Tetapi sebaliknya fungsi perencanaan
yang baik tergantung pada pelaksanaan fungsi-fungsi lain yang
efektif (Handoko H, 2001).
Perencanaan adalah memilih dan menghubungkan fakta-fakta,
membuat dan menggunakan asumsi-asumsi berdasar masa yang akan
datang, dalam gambaran dan perumusan kegiatan-kegiatan yang
diusulkan yang diperlukan guna mencapai hasil yang diinginkan
(G.R Terry, 2006). Sedangkan menurut Levey dan Loomba di dalam
Azwar (1996), perencanaan adalah suatu proses menganalisis dan
memahami sistem yang dianut, merumuskan tujuan umum dan
tujuan khusus yang ingin dicapai, memperkirakan segala
kemampuan yang dimiliki, menguraikan segala kemungkinan yang
dapat dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan,
menganalisis efektivitas dari berbagai kemungkinan tersebut,
menyusun perincian selengkapnya dari kemungkinan yang terpilih,
serta mengikatnya dalam suatu sistem pengawasan yang terus-
menerus sehingga dapat dicapai hubungan yang optimal antara
rencana yang dihasilkan dengan sistem yang dianut.

20
Dengan memperhatikan pengertian perencanaan sebagaimana
disebutkan diatas, maka ciri-ciri perencanaan adalah sebagai berikut
(Widjaya, 1997):
1) Melihat jauh ke depan, dalam arti bersangkutan dengan masa
depan, termasuk jangka waktunya
2) Adanya tujuan yang ditetapkan sebelumnya (tujuan tertentu)
berupa program kegiatan dan cara-cara pencapaiannya
3) Penentuan cara-cara pencapaian dengan penetapan:
kebijaksanaan, strategi, peraturan, standar, organisasi, prosedur
dan lain-lain
4) Adanya perhitungan: penggunaan sumber-sumber dana,
penggunaan sumber-sumber daya, penggunaan waktu sesuai
dengan ketepaan dan usaha-usaha untuk menghadapi masalah-
masalah yang dihadapi.
b. Pengorganisasian (Organizing)
Organizing adalah pengelompokan kegiatan yang diperlukan
yakni penetapan susunan organisasi serta tugas dan fungsi-fungsi
dari setiap unit yang ada dalam organisasi, serta menetapkan
kedudukan dan sifat hubungan antara masing-masing unit tersebut.
Pengorganisasian dapat pula dirumuskan sebagai keseluruhan
aktifitas manajemen dalam pengelompokan orang-orang serta
penetapan tugas, fungsi, wewenang serta tanggung jawab masing-
masing dengan tujuan tercapainya aktifitas-aktifitas yang berdaya
guna dan berhasil guana dalam menvapai tujuan yang telah
ditentukan (M. Manullang, 1983).
Berdasarkan dari uraian di atas, maka terlihat adanya tiga unsir
Organizing yaitu:
1) Pengenalan dan pengelompokkan kerja
2) Penentuan dan pelimpahan wewenang serta tanggung jawab
3) Pengaturan hubungan kerja

21
c. Penggerakan (Actuating)
Actuating merupakan usaha menggerakkan anggota-anggota
kelompok sedemikian rupa, hingga mereka berkeinginan dan
berusaha untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan bersama
(Terry, 2006).
Penggerakan dapat didefinisikan pula sebagai keseluruhan
usaha, cara teknik dan metode untuk mendorong para anggota
organisasi agar mau dan ikhlas bekerja dengan sebaik mungkin demi
tercapainya tujuan organisasi.
d. Pengendalian/Pengawasan dan Evaluasi (Controlling and
Evaluating)
Menurut Terry (2006) pengawasan itu menentukan apa yang
telah dicapai. Airtinya menilai hasil pekerjaan dan apabila perlu
untuk mengadakan tindakan-tindakan pembetulan sedemikian rupa,
sehingga hasil pekerjaan sesuai dengan rencana yang telah
ditetapkan sebelumnya. Sedangkan menurut Handoko (2001)
pengawasan penemuan dan penerapan cara untuk menjamin bahwa
rencana telah dilaksanakan sesuai dengan yang telah ditetapkan.
Lebih lanjut Handoko mengatakan tahap-tahapdalam pengawasan
meliputi:
1) Penetapan standar pelaksanaan (perencanaan)
2) Penentuan pengukuran pelaksanaan kegiatan
3) Pengukuran pelaksanaan kegiatannyata
4) Pembandingan pelaksanaan kegiatan dengan standar atau
penganalisaan penyimpangan-penyimpangan
5) Pengambilan tindakan koreksi bila perlu

22
BAB III
HASIL KEGIATAN

A. Gambaran Umum Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Soekarno-Hatta


1. Kelembagaan
KKP Kelas I Soekarno-Hatta merupakan Unit Pelaksanan Teknis
(UPT) Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, yang bertanggung
jawab kepada Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
(P2P). Dasar hukum dalam menjalankan tugas dan fungsinya adalah
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 2348/MENKES/PER/XI/2011
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Kesehatan Pelabuhan yang
merupakan revisi dari Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
356/MENKES/IV/2008. KKP Kelas I Soekarno-Hatta mempunyai satu
wilayah kerja yaitu Bandara Halim Perdanakusuma (KKP Kelas I
Soekarno-Hatta, 2017).

2. Visi dan Misi


a. Visi
Mewujudkan masyarakat yang mandiri dan berkeadilan melalui
Kantor Kesehatan Pelabuhan terbaik dalam pelayanan publik dan
tangguh dalam cegah tangkal penyakit menular.
b. Misi
1) Membantu mewujudkan misi Kementrian Kesehatan melalui
pelayanan kesehatan bagi masyarakat sekitar bandara
2) Mewujudkan lingkungan area bandara yang bebas dari
penyebaran penyakit
3) Memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu kepada
masyarakat di wilayah kerja bandara
4) Memelihara dan meningkatkan kualitas lingkungan bandara agar
bandara tidak menjadi tempat penyebaran penyakit menular

23
5) Mewujudkan pegawai yang mampu meningkatkan
profesionalisme disiplin dan etos kerja (KKP Kelas I Soekarno-
Hatta, 2017).

3. Tugas Pokok dan Fungsi


Tugas KKP Kelas I Soekarno-Hatta adalah melaksanakan
pencegahan masuk dan keluarnya penyakit, penyakit potensial wabah,
surveilans epidemiologi, kekarantinaan, pengendalian dampak kesehatan
lingkungan, pelayanan kesehatan, pengawasan OMKABA, serta
pengamanan terhadap penyakit baru dan penyakit yang muncul kembali,
bioterorisme, unsur biologi, kimia dan pengamanan radiasi di wilayah
kerja Bandara Soekarno-Hatta dan Bandara Halim Perdanakusuma.
Dalam rangka pelaksanaan tugas tersebut, KKP Kelas I Soekarno-Hatta
melaksanakan fungsi-fungsi sebagai berikut (KKP Kelas I Soekarno-
Hatta, 2017):
a. Pelaksanaan kekarantinaan
b. Pelaksanaan pelayanan kesehatan terbatas
c. Pelaksanaan pengendalian risiko lingkungan di Bandara, pelabuhan
dan lintas batas darat negara
d. Pelaksanaan pengamatan penyakit, penyakit potensial wabah,
penyakit baru dan penyakit yang muncul kembali
e. Pelaksananaan pengamanan radiasi pengion dan non pengion, biologi
dan kimia
f. Pelaksanaan sentra/simpul jejaring surveilans epidemiologi sesuai
penyakit yang berkaitan dengan lalu lintas nasional, regional dan
internasional
g. Pelaksanaan fasilitas dan advokasi, kesiapsiagaan dan
penanggulangan kejadian luar biasa (KLB) dan bencana bidang
kesehatan, serta kesehatan matra termasuk penyelenggaraan kesehatan
haji dan perpindahan penduduk

24
h. Pelaksanaan fasilitas dan advokasi kesehatan kerja dilingkungan
Bandara, pelabuhan dan lintas batas darat negara
i. Pelaksanaan pemberian sertifikasi kesehatan obat, makanan, kosmetik,
dan alat kesehatan serta bahan adiktif (OMKABA) ekspor dan
mengawasi persyaratan dokumen kesehatan OMKABA import
j. Pelaksanaan pengawasan kesehatan alat angkut dan muatannya
k. Pelaksanaan pemberian layanan kesehatan di wilayah kerja Bandara,
pelabuhan dan lintas batas darat negara
l. Pelaksanaan jejaring informasi dan teknologi bidang kesehatan
Bandara, pelabuhan dan lintas batas darat negara
m. Pelaksanaan jejaring kerja dan kemitraaan bidang kesehatan di
Bandara, pelabuhan dan lintas batas darat negara
n. Pelaksanaan kajian kekarantinaan, pengendalian risiko lingkungan dan
surveilans kesehatan pelabuhan
o. Pelaksanaan pelatihan teknis bidang kesehatan Bandara, pelabuhan
dan lintas batas darat negara
p. Pelaksanaan ketatausahaan dan rumah tangga KKP

Ketentuan lain yang diperhatikan dalam pelaksanaan tugas Kantor


Kesehatan Pelabuhan adalah berlakunya International Health Regulation
(IHR) 2005. IHR 2005 mengamanatkan setiap negara mempunyai
kemampuan untuk mencegah dan menangkal transmisi penyakit potensial
wabah serta penyakit lainnya yang berpotensi menimbulkan kedaruratan
kesehatan serta penyakit lainnya yang berpotensi menimbulkan
kedaruratan kesehatan seta meresahkan dunia (PHEIC).

25
4. Sumber Daya Manusia
Pegawai KKP Kelas I Soekarno-Hatta tahun 2018 sebanyak 182
orang yang terdiri dari 146 orang Aparatur Sipil Negara (ASN), 1 orang
Calon Aparatur Sipil Negara dan 35 orang honorer, dapat dilihat dalam
Tabel 3.1 sebagai berikut:
Tabel 3.1 Distribusi Pegawai KKP Kelas I Soekarno-Hatta Berdasarkan
Status Kepegawaian Tahun 2018
No Status Kepegawaian Jumlah Frekuensi (%)
1. Aparatur Sipil Negara 146 80.2
2. Calon Aparatur Sipil Negara 1 0.6
3. Honorer 35 19,2
Jumlah 182 100
Sumber: Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2018 KKP Kelas I Soekarno-
Hatta

Berdasarkan Tabel 3.1 dapat dilihat distribusi pegawai KKP Kelas


I Soekarno Hatta berdasarkan Status Kepegawaian Tahun 2018 sebagian
besar pegawai KKP Kelas I Soekarno-Hatta berstatus Aparatur Sipil
Negara (ASN) sebanyak 146 orang (80.2%).

B. Struktur Organisasi Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Soekarno-


Hatta
Struktur organisasi KKP Kelas I Soekarno-Hatta terdiri dari Bagian
Tata Usaha, Bidang Pengendalian Karantina & Surveilans Epidemiologi,
Bidang Pengendalian Risiko Lingkungan, Bidang Upaya Kesehatan dan
Lintas Wilayah, Wilayah Kerja, Kelompok Fungsional dan Instalasi, yang
terlampir pada gambar 3.1 sebagai berikut:

26
Gambar 3.1 Struktur Organisasi Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I
Soekarno-Hatta
Sumber: Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2018 KKP Kelas I Soekarno-Hatta

C. Struktur Organisasi Bagian Pengendalian Resiko Lingkungan Kantor


Kesehatan Pelabuhan Kelas I Soekarno-Hatta
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
356/Menkes/Per/IV/2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor
Kesehatan Pelabuhan Bidang Pengendalian Risiko Lingkungan mempunyai
tugas melakukan penyiapan bahan perencanaan, pemantauan, evaluasi,
penyusunan laporan, dan koordinasi pelaksanaan pengendalian vektor dan
binatang penular penyakit, pembinaan sanitasi lingkungan, jejaring kerja,
kemitraan, kajian dan pengembangan teknologi serta pelatihan teknis bidang
pengendalian risiko lingkungan di wilayah kerja bandara, pelabuhan, dan
lintas batas darat negara.
Bidang pengendalian risiko lingkungan terdiri dari seksi pengendalian
vektor dan binatang penular penyakit dan seksi sanitasi dan dampak risiko
lingkungan. Seksi pengendalian vektor dan binatang penular penyakit
mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perencanaan, pemantauan,
evaluasi, penyusunan laporan, dan koordinasi pelaksanaan pemberantasan
serangga penular penyakit, tikus, dan pinjal, pengamanan pestisida, kajian
dan diseminasi informasi, pengembangan jejaring kerja, kemitraan teknologi

27
serta pendidikan dan pelatihan bidang pengendalian vektor dan binatang
penular penyakit di lingkungan bandara, pelabuhan dan lintas batas darat
negara. Seksi sanitasi dan dampak risiko lingkungan mempunyai tugas
melakukan penyiapan bahan, perencanaan, pemantauan, evaluasi, penyusunan
laporan, dan koordinasi pelaksanaan pengawasan penyediaan air bersih, serta
pengamanan makanan dan minuman, hygiene dan sanitasi kapal laut dan
pesawat, hygiene dan sanitasi gedung/bangunan, pengawasan pencemaran
udara, air, tanah, kajian dan diseminasi. Berikut ini struktur organisasi bagian
pengendalian risiko lingkungan Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I
Soekarno-Hatta pada tabel 3.2 sebagai berikut:
Tabel 3.2 Struktur Organisasi Bagian Pengendalian Risiko Lingkungan
Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Soekarno-Hatta
No Nama Petugas Jabatan
1. Sutjipto, SKM., MM Kepala Bidang PRL
2. M. Sunan Raja, SKM Kepala Seksi Sanitasi & DRL
3. Fitri Darsah, SKM., M.Kes Kepala Seksi Pengendalian Vektor & BPP
4. Desima Rosdanelly S, SKM, MSi Staf Seksi Sanitasi & DRL
5. Yakobus Tandi Payuk, SKM Staf Seksi Sanitasi & DRL
6. Adi Mulyo Staf Seksi Pengendalian Vektor & BPP
7. Rita Zahara Staf Seksi Sanitasi & DRL
8. Fauziah Hayati, SKM Staf Seksi Sanitasi & DRL
9. Anastasia Asmi S Staf Seksi Sanitasi & DRL
10. Nanik Risnawati Staf Seksi Sanitasi & DRL
11. Guntur Agus Triwibowo, SKM Staf Seksi Pengendalian Vektor & BPP
12. Metha Hartati, SKM Staf Seksi Pengendalian Vektor & BPP
13. Noor Hidayat, SKM Staf Seksi Pengendalian Vektor & BPP
14. Hermansyah, SKM Staf Seksi Pengendalian Vektor & BPP
15. Nurlihudin, SKM Staf Seksi Pengendalian Vektor & BPP
16. Wahyu Pratama Putra, SKM Staf Seksi Sanitasi & DRL
17. M. Rizky Ikhwannudin, SKM Staf Seksi Sanitasi & DRL
19. Badli Parhati, A.Md. KL Staf Seksi Pengendalian Vektor & BPP
20. Juwita Wijayanti, SKM Staf Seksi Pengendalian Vektor & BPP
21. Riska Ayu Paramitha, Amd.Kes Staf Seksi Sanitasi & DRL
Sumber: Daftar Pegawai Bidang Pengendalian Risiko Lingkungan

28
D. Kegiatan Magang
1. Pengambilan Sampel Air Minum
Pengambilan sampel air minum di ikuti sebanyak 2 (dua) kali yaitu
pada tanggal 25 dan 26 Februari 2019. Kegiatan pengambilan sampel air
minum kegiatan rutin yang dilakukan setiap bulan. Kegiatan ini dilakukan
dilakukan 2-3 orang petugas Kantor Kesehatan Pelabuhan bidang
pengendalian risiko lingkungan. Pengambilan sampel air minum untuk
dilakukan pengujian laboratorium baik fisika, kimia dan mikrobiologi
serta pengukuran suhu, pH dan chlorin pada saat pengambilan sampel air
di lapangan. Pengambilan sampel air minum dilakukan pada GSS
(Ground Support System) dan Drinking Water. Kegiatan ini dilakukan
bertujuan untuk menjaga air minum bandara memenuhi standar yang
dipersyaratkan dan tidak menimbulkan gangguan kesehatan bagi manusia
khususnya masyarakat bandara baik penumpang, pekerja maupun
pengguna jasa bandara lainnya.

2. Inspeksi Tempat Pengolahan Makanan


Inspeksi Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) pada Jasaboga tipe
C dilakukan sebanyak 2 (dua) kali pada tanggal 28 Februari 2019 di PT.
Parewa Aero Catering dan ACS (Aerowisatsa Catering Service) pada
tanggal 19 Maret 2019, serta inspeksi sanitasi TPM pada Counter
makanan Roti O dilakukan pada tanggal 12 Maret 2019. Kegitan inspeksi
TPM melakukan pengambilan sampel makanan, usap alat, usap tangan
penjamah, dan pengambilan sampel air yang digunakan untuk memasak
dilakukan untuk uji laboratorium baik fisika, kimia dan mikrobiologi serta
pengecekan suhu, pH dan Chlorin. Pengawasan sanitasi makanan adalah
kegiatan pengamanan terhadap upaya pencegahan dan tindakan untuk
membebaskan makanan dari segala bahaya yang mengganggu kesehatan,
mulai dari pemilihan bahan makanan, pengolahan makanan, penyimpanan
makanan, pengangkutan dan penyajian makanan secara terus menerus.
Kegitan inspeksi sanitasi TPM dilakukan paling sedikit 2 kali dalam

29
setahun dan penerbitan sertifikat laik hygiene TPM berlaku selama 3
tahun. Sertifikat laik hygiene dapat menjadi batal apabila terjadi
pergantian pemilik, pindah lokasi, ganti alamat, tidak melakukan kegiatan
selama satu tahun berturut-turut atau dinyatakan dicabut karena tidak laik
hygiene sanitasi atau menyebabkan terjadinya KLB keracunan makanan.

3. Kegiatan Pengamatan Nyamuk


Kegiatan pengamatan nyamuk dilakukan pada tanggal 18 maret
2019. Pengamatan nyamuk dilakukan dengan umpan orang, nyamuk yang
menggigit dan/atau hinggap di badan ditangkap dengan menggunakan
aspirator, nyamuk tertangkap dikumpulkan ke dalam Papper Cup Sesuai
International Health Regulation (IHR) tahun 2005 yang menyatakan
bahwa negara menjamin fasilitas yang dipergunakan oleh pelaku
perjalanan dalam kondisi bersih dan bebas dari sumber penyakit menular
atau kontaminasi termasuk vektor dan reservoar, maka pengawasan
nyamuk di bandara mutlak harus dilakukan untuk menjamin bebasnya
bandara dan kejadian penyakit yang dapat ditularkan melalui gigitan
nyamuk.

E. Kegiatan Fokus Magang


Fokus magang dilaksanakan pada tanggal 18 Februari sampai 22 Maret
2019 yaitu dengan bentuk kegiatan pengawasan kualitas air minum di Kantor
Kesehatan Pelabuhan Kelas I Soekarno-Hatta.
1. Perencanaan
Perencanaan kegiataan pengawasan kualitas air minum yang
dilaksanakan oleh Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Soekarno-Hatta
ini di dasari atas Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 66
Tahun 2014 Tentang Kesehatan Lingkungan, Permenkes Republik
Indonesia Nomor 492 Tahun 2010 tentang persyaratan kualitas air
minum, Permenkes Nomor 736 Tahun 2010 tentang tata laksana
pengawasan kualitas air minum, Standar Operasional Prosedur (SOP)

30
Nasional Kegiatan Kantor Kesehatan Pelabuhan di pintu masuk Negara
tahun 2009, dan Standar Operasional Prosedur Pengendalian Risiko
Lingkungan Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Soekarno-Hatta tahun
2014. Perencanaan dapat ditinjau dari unsur manajemen cakupan dan
fungsinya dapat dilihat sebagai berikut:
a. Manusia (Man)
Fungsi manusia dalam pelaksanaan perencanaan, sumber daya
manusia yang dibutuhkan sebagai pelaksana berdasarkan SOP dalam
kegiatan pengawasan kualitas air Air Minum adalah sanitarian yang
telah mendapatkan pelatihan penyehatan air dan sopir yang memiliki
sim A.
b. Dana (Money)
Fungsi manajemen dalam pelaksanaannya membutuhkan
anggaran dana untuk melakukan suatu program kegiatan guna
memenuhi kebutuhan operasional. Keberhasilan pencapaian kegiatan
pengawasan kualitas air minum di dukung adanya alokasi anggaran
dalam Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) KKP Kelas I
Soekarno-Hatta.
c. Sarana (Materials)
Adanya standar operasional prosedur kegiatan pengawasan
kualitas air minum sebagai panduan. Sarana dan Prasarana yang
dibutuhkan dalam pelaksanaan pengawasan kualitas air minum yaitu:
1) Bahan
a) Formulir pengambilan/pengiriman sampel air minum
b) Alkohol 70%
c) Tissu Basah
2) Alat
a) Water test kit: Thermometer, pH meter, Chlorin meter
b) Cool box
c) Masker
d) Jerigen pelastik ukuran 2 liter

31
e) Botol cokelat steril
f) Sprayer
g) Ballpoint
h) Papan jalan
i) Straples
j) Kertas Label
3) Kebutuhan air di dalam wilayah Bandara Soekarno-Hatta
menggunakan air baku yang berasal dari PDAM (Perusahaan
Daerah Air Minum) Kabupaten dan Kota Tangerang. Air yang
berasal dari PDAM kemudian di tampung ke dalam tangki
Water Pumping Station (WPS) PT. Angkasa Pura II kemudian
dilakukan pembubuhan kaporit sebagai desinfektan dan
selanjutnya didistribusikan ke seluruh wilayah bandara. Berikut
bagan lokasi pengawasan kualitas air minum di bandara
Soekarno-Hatta pada gambar 3.2 dan bagan lokasi pengawasan
air minum jasaboga golongan C di bandara Soekarno-Hatta pada
gambar 3.3 sebagai berikut:

Gambar 3.2 Bagan Lokasi Pengawasan Kualitas Air Minum di


Bandara Soekarno-Hatta
Sumber: Standar Operasional Prosedur Pengendalian Risiko Lingkungan
Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Soekarno-Hatta, 2014

32
Gambar 3.3 Bagan Lokasi Pengawasan Air Minum Jasaboga
Golongan C di Bandara Soekarno-Hatta
Sumber: Standar Operasional Prosedur Pengendalian Risiko
Lingkungan Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Soekarno-
Hatta, 2014

d. Metode (Methode)
Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Soekarno-Hatta telah
melakukan kegiatan sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP)
sebagai panduan dalam melaksanakan kegiatan pengawasan kualitas
air minum. Kegiatan pengawasan kualitas air minum meliputi:
1) Inspeksi sanitasi, inspeksi sanitasi dilakukan dengan cara
pengamatan dan penilaian sanitasi sarana air minum, kualitas
fisik air minum dan faktor risikonya menggunakan formulir
inspeksi sanitasi sesuai jenis sarana yang diperiksa. Frekuensi
inspeksi sanitasi dilakukan pada musim kemarau dan musim
hujan. Lokasi titik dan frekuensi inspeksi sanitasi, serta cara
penilaian ditentukan sebagai berikut:
a) Lokasi titik dan frekuensi
(1) WPS, jaringan perpipaan air minum bandara, water
car/mobil tangki air dilakukan inspeksi sanitasi minimal 2
(dua) kali dalam setahun
(2) Depot pengolahan air minum, drinking water, jaringan
perpipaan air minum jasaboga golongan C dilakukan
inspeksi sanitasi minimal 4 (empat) kali dalam setahun

33
b) Cara penilaian
Cara penilaian didasarkan pada tingkat risiko
pencemaran. Hasil inspeksi sanitasi dengan risiko Amat
Tinggi (AT), dan Tinggi (T), pengambilan sampel air minum
tidak akan dilakukan sebelum dilakukan tindakan perbaikan
atas sarana tersebut. Sedangkan hasil inspeksi sanitasi dengan
kategori risiko Sedang (S), dan Rendah (R), dilakukan
pengambilan dan pengujian sampel air minum.
2) Pengambilan sampel air minum dilakukan berdasarkan hasil
inspeksi sanitasi
3) Pengujian kualitas air minum dilakukan di laboratorium yang
terakreditasi, diantantaranya Balai Besar Laboratorium
Kesehatan Jakarta.
4) Analisis hasil pengujian laboratorium
Dilakukan dengan membandingkan hasil pengujian
laboratorium dengan parameter kualitas air minum sesuai
persyaratan yang ditentukan berdasarkan Permenkes Nomor 492
tahun 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum. Hasil
tersebut juga dianalisa dengan menghubungkan antara hasil
pengujian laboratorium.
5) Rekomendasi untuk pelaksanaan tindak lanjut
Hasil analisis laboratorium disampaikan kepada kepada
pihak penyelenggara air minum dalam surat rekomendasi.
Substansi rekomendasi berupa analisa hasil laboratorium, faktor
risiko potensi penyebab permasalahan dan alternatif penyebab
masalah. Bagi penyelenggara air yang mensuplai air ke pesawat,
apabila berdasarkan hasil laboratorium menunjukkan kualitas air
minum memenuhi syarat kesehatan maka diterbitkan sertifikat air
minum yang berlaku selama satu bulan setelah tanggal
diterbitkan.

34
6) Pemantauan pelaksanaan tindak lanjut
a) Apabila selama 3 (tiga) kali bertutut-turut setelah diberikan
saran perbaikan secara tertulis, hasil tetap tidak memenuhi
syarat, maka bagi penyelenggara penyediaan air minum akan
dipanggil untuk pembinaan langsung untuk mengetahui
kendala pelaksanaan upaya perbaikan yang disarankan.
Apabila kualitas air minum tidak memenuhi syarat
dikarenakan sumber air telah tercemar dan tidak dapat
diperbaiki, maka diharuskan untuk mengganti sumber air
baru yang aman bagi kesehatan.
b) Apabila setelah diberikan pembinaan dan peringatan secara
lisan, penyelenggara air minum masih belum melakukan
upaya perbaikan, maka diberikan peringatan tertulis.
c) Apabila peringatan tertulis masih tetap tidak diindahkan,
maka KKP Kelas I Soekarno Hatta akan merekomendasikan
kepada Otoritas Bandar Udara untuk melakukan pelarangan
distribusi air minum oleh penyelenggara air minum yang
bersangkutan di wilayah bandar udara.

2. Pengorganisasian
Kegiatan pengawasan kualitas air minum merupakan program kerja
dari Bidang Pengendalian Risiko Lingkungan pada seksi Sanitasi dan
Dampak Risiko Lingkungan, sehingga menjadi tanggung jawab Kepala
Seksi dan Staf Pengendalian Risiko Lingkungan sebagai pelaksana. Staf
pelaksana disesuaikan dengan surat tugas POA (Planning of Action) yang
telah ditentukan oleh seksi Sanitasi dan Dampak Risiko Lingkungan
(DRL). Staf pelaksana yang bertanggung jawab terhadap kegiatan
pengawasan kualitas air minum terdiri dari:
Kepala Seksi Sanitasi & DRL : M. Sunan Raja, S.KM
Penanggung Jawab Kegiatan : Fauziah Hayati, SKM

35
3. Pelaksanaan
Kegiatan pengawasan kualitas air minum dilakukan terhadap lokasi
sarana air minum mulai dari sumber air untuk kebutuhan seluruh bandara,
stasiun pengolahan air minum (Water Pumping Station), air untuk
kebutuhan pesawat (Water Car, Ground Support System (GSS) Potable
Water dan catering/jasaboga golongan C) dan air yang langsung diminum
(Drinking Water). Berdasarkan SOP tentang pengawasan kualitas air
minum, langkah-langkah yang dilakukan antara lain:
a. Lakukan persiapan alat dan bahan yang akan dipergunakan sebagai
berikut:
1) Sterilkan cool box dengan menggunakan alcohol 70%
2) Cek kelengkapan alat dan bahan yang akan dipergunakan
b. Lakukan kunjungan lokasi ke sarana air minum untuk pemeriksaan
parameter lapangan dan pengambilan sampel
c. Lakukan pemeriksaan parameter lapangan dengan cara sebagai
berikut:
1) Ukur suhu air menggunakan thermometer, catat ke dalam form
pengambilan sampel
2) Ukur pH air menggunakan pH meter, catat ke dalam form
pengambilan sampel
3) Ukur sisa chlor menggunakan chlor meter, catat ke dalam form
pengambilan sampel
d. Buka kran/alirkan air dan biarkan air mengalir selama ± 1-2 menit
e. Lakukan pengambilan sampel air untuk pengujian kimia dengan cara
sebagai berikut:
1) Bilas jerigen plastik dengan air sampel sebanyak 3 kali
2) Isi jerigen dengan air dengan cara menempelkan bibir jerigen ke
ujung kran
3) Biarkan sampai jerigen terisi penuh tanpa meninggalkan ruang
udara
4) Tutup rapat mulut jerigen dan matikan kran air

36
5) Beri label pada jerigen yang berisi nomor sampel, nama sarana air
minum, pemilik sarana, tanggal dan waktu pengambilan sampel
dan nama petugas pengambil sampel
f. Lakukan pengambilan sampel air untuk pengujian mikrobiologi
dengan cara sebagai berikut:
1) Sterilkan mulut kran atau selang air menggunakan alkohol 70%
dengan cara disemprotkan menggunakan sprayer ke seluruh
permukaan mulut kran atau selang air
2) Sterilkan tangan menggunakan alkohol 70%
3) Ambil botol cokelat steril dan buka kran atau alirkan air selama ±
1-2 menit
4) Lakukan pengambilan sampel untuk pengukuran kualitas
mikrobiologi dengan cara isi botol dengan air secara berhati-hati
tidak sampai penuh, sisakan ruang udara (± 3 cm dari tutup botol)
5) Tutup rapat mulut botol dan matikan kran atau selang air
6) Beri label pada botol sampel yang berisi nomor sampel, nama
sarana air minum, pemilik sarana, tanggal dan waktu pengambilan
sampel, nama petugas pengambil sampel
7) Masukkan botol yang telah berisi air sampel ke dalam cool box
yang telah berisi ice pack
g. Tulis nama sampel sesuai dengan penomoran pada form pengambilan
sampel dan surat pengantar laboratorium
h. Lakukan pengiriman sampel ke laboratorium yang terakreditasi

37
Gambar 3.4 Algoritma Pengawasan Kualitas Air Minum Kantor Kesehatan
Pelabuhan Kelas I Soekarno-Hatta

Sumber: StandarOperasional Prosedur Bidang Pengendalian Risiko Lingkungan


Kantor Kesehatan Pelabuhan Soekarno-Hatta, 2014

38
4. Monitoring dan Evaluasi
Monitoring dan evaluasi kegiatan pengawasan kualitas air minum
dilakukan oleh seksi Pengendalian Risiko Lingkungan dan
bertanggungjawab kepada Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan.
Tujuannya untuk mengetahui sejauh mana kegitan telah dilaksanakan,
apakah sesuai dengan perencanaan atau tidak, sesuai dengan standar kerja
operasional dan untuk mengetahui apakah sumber daya dapat digunakan
secara efektif dan efisien.
Monitoring dan evaluasi program dituangkan dalam bentuk
laporan, yang mencerminkan pencapaian dari masing-masing program
yang ada di Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Soekarno-Hatta.
Beberapa bentuk laporan KKP Kelas I Soekarno-Hatta terdiri dari:
1. Laporan Esekutif Bulanan (LEB) dilaporkan Direktorat Jenderal P2P
2. Laporan Triwulan
3. Laporan Tahunan
4. Laporan Akuntabilitas Kinerja

39
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Perencanaan
Menurut teori perencanaan adalah merumuskan tujuan yang ingin
dicapai, menguraikan segala kemungkinan yang dapat dilakukan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan, menganalisis efektifitas dari berbagai
kemungkinan tersebut, menyusun perincian selengkapnya dari kemungkinan
yang terpilih, serta mengikatnya dalam suatu sistem pengawasan yang terus-
menerus sehingga dapat dicapai hubungan yang optimal antara rencana yang
dihasilkan dengan yang dianut. Kegiatan pengawasan kualitas air minum di
dasari atas Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2014
Tentang Kesehatan Lingkungan, Permenkes Republik Indonesia Nomor 492
Tahun 2010 tentang persyaratan kualitas air minum, Permenkes Nomor 736
Tahun 2010 tentang tata laksana pengawasan kualitas air minum.
Perencanaan pengawasan kualitas air minum di Kantor Kesehatan
Pelabuhan Soekarno-Hatta sudah terjadwal dan berjalan dengan baik.
Kegiatan inspeksi sanitasi air minum dilakukan selama 2 sampai 4 kali dalam
setahun, sedangkan untuk pengambilan sampel air minum terjadwal
dilakukan setiap bulannya. Kegiatan pengawasan kualitas air minum sudah
dilakukan sesuai sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang
ada. Kegiatan ini dilakukan bertujuan untuk menjaga air minum bandara
memenuhi standar yang dipersyaratkan dan tidak menimbulkan gangguan
kesehatan bagi manusia khususnya masyarakat bandara baik penumpang,
pekerja maupun pengguna jasa bandara lainnya.
Berdasarkan SOP, sumber daya manusia sebagai pelaksanaan kegiatan
pengawasan kualitas air minum yang dibutuhkan sudah mencukupi dan sesuai
SOP yaitu memiliki petugas sanitarian. Pembiayaan kegiatan pengawasan
kualitas air minum di dukung adanya alokasi anggaran dalam Daftar Isian
Pelaksanaan Anggaran (DIPA) KKP Kelas I Soekarno-Hatta. Hanya saja
alokasi anggaran tersebut hanya untuk 10 sarana air minum di bandara

40
Soekarno-Hatta dan Halim Perdanakusuma. Selebihnya adalah dalam rangka
penerbitan sertifikat air minum untuk kebutuhan pesawat setiap bulan
berdasarkan permohonan penyelenggara air. Oleh karena itu, pembiayaan
terkait pemeriksaan laboratorium dan penerbitan sertifikat menjadi tanggung
jawab permohon (penyelenggra air). Ditinjau dari segi material, KKP sudah
mempunyai peralatan yang lengkap dan sesuai dengan kebutuhan yang
ditetapkan dalam SOP. Prasarana dalam memenuhi kebutuhan air di dalam
wilayah Bandara Soekarno-Hatta menggunakan air baku yang berasal dari
PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) Kabupaten dan Kota Tangerang. Air
yang berasal dari PDAM kemudian di tampung ke dalam tangki Water
Pumping Station (WPS) PT. Angkasa Pura II kemudian dilakukan
pembubuhan kaporit sebagai desinfektan dan selanjutnya didistribusikan ke
seluruh wilayah bandara.

B. Pengorganisasian
Pengorganisasian adalah pengelompokan berbagai kegiatan yang
diperlukan untuk melaksanakan suatu rencana sehingga tujuan yang telah
ditetapkan dapat dicapai. Pengorganisasian akan menetapkan,
menggolongkan, dan mengatur berbagai macam kegiatan, menetapkan tugas-
tugas pokok dan pendelegasian wewenang pimpinan kepada staf dalam
rangka mencapai tujuan organisasi. Begitu pula halnya dengan
pengorganisasian yang dilakukan oleh Seksi Pengendalian Risiko
Lingkungan.
Kegiatan pengawasan kualitas air minum merupakan kerja bulanan
yang dilaksanakan oleh seksi sanitasi dan dampak risiko lingkungan bidang
pengendalian risiko lingkungan, sehingga kepala seksi dan semua staf turut
bertanggung jawab terhadap pelaksanaan kegiatan ini. Selanjutnya, dipilih
seorang tanggung jawab dalam kegiatan ini dari staf seksi sanitasi dan
dampak risiko lingkungan yaitu Fauziah Hayati, SKM. Penanggung jawab
dan pelaksana kegiatan pengawasan kualitas air minum oleh Kepala Seksi
Sanitasi dan Dampak Risiko Lingkungan. Sehingga pengorganisasian dan

41
pembagian tanggung jawab tugas dalam kegiatan ini sudah berjalan dengan
baik.

C. Pelaksanaan
Pelaksanaan adalah suatu tindakan untuk mengusahakan agar semua
anggota kelompok berusaha untuk mencapai sasaran sesuai dengan
perencanaan manajerial dan usaha-usaha organisasi. Pelaksanaan kegiatan
pengawasan kualitas air minum di dasari atas Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 66 Tahun 2014 tentang Kesehatan Lingkungan, Permenkes
Republik Indonesia Nomor 492 Tahun 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air
Minum, Permenkes Nomor 736 Tahun 2010 tentang Tata Laksana
Pengawasan Kualitas Air Minum dimana KKP sepagai pengawas eksternal.
Kemudian langkah-langkah kegiatan yang dilakukan oleh Kantor
Kesehatan Pelabuhan Kelas I Soekarno-Hatta berpedoman kepada Standar
Operasional Prosedur (SOP) Nasional Kegiatan Kantor Kesehatan Pelabuhan
di pintu masuk Negara tahun 2009, dan Standar Operasional Prosedur
Pengendalian Risiko Lingkungan Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I
Soekarno-Hatta tahun 2014. Kegiatan ini dilakukan bertujuan untuk menjaga
air minum bandara memenuhi standar yang dipersyaratkan dan tidak
menimbulkan gangguan kesehatan bagi manusia khususnya masyarakat
bandara baik penumpang, pekerja maupun pengguna jasa bandara lainnya.
Tahun 2017 data pemakaian air bersih di Bandara Soekarno-Hatta yang
di distribusikan dari PDAM Kabupaten Tangerang sebanyak 79.189 m3/bulan
atau 2.640 m3/hari dan dari PDAM Kota Tangerang sebanyak 266,869
m3/bulan atau 8.896 m3/hari, jumlah keseluruhan air bersih yang dipakai di
Bandara Soekarno-Hatta sebanyak 346.058 m3/bulan atau 11.336 m3/hari.
Pelaksanaan kegiatan inspeksi sanitasi air minum dilakukan selama 2
sampai 4 kali dalam setahun, sedangkan untuk pengambilan sampel air
minum terjadwal dilakukan setiap bulannya. Dalam pelaksanaan pengawasan
kualitas air minum ini sudah dilakukan sesuai dengan Standar Operasional
Prosedur (SOP) yang berlaku, serta sesuai waktu yang dijadwalkan dalam

42
pelaksanaan kegiatan inspeksi sanitasi air minum dan kegiatan pengambilan
sampel air minum. Pelaksanaan pengawasan kualitas air minum di bandara
dilakukan dengan pengambilan sampel untuk uji kualitas fisika, kimia dan
mikrobiologi berdasarkan Permenkes Nomor 492/Menkes/PER/IV/2010
tentang Persyaratan Kualitas Air Minum. Pengawasan dilakukan terhadap
lokasi sarana air minum mulai dari sumber air untuk kebutuhan seluruh
bandara, stasiun pengolahan air minum, air untuk kebutuhan pesawat (water
car, Ground Support System Potable Water dan catering/jasaboga golongan
C) dan air yang langsung diminum (drinking water). Berikut tabel 4.1 Lokasi
Sarana Air Minum di Bandara Soekarno-Hatta dan Halim Perdanakusuma :
Tabel 4.1 Lokasi Sarana Air Minum di Bandara Soekarno-Hatta dan
Halim Perdanakusuma Tahun 2018
JUMLAH HASIL PENGAWASAN
SARANA Tidak
NO. PENYELENGGARA AIR Memenuhi
AIR Memenuhi
Syarat
MINUM Syarat
A. Soekarno Hatta
PT. Angkasa Pura II
1. 63 62 1
Bandara Soekarno-Hatta
2. Bandara Hotel 1 0 1
4. PT. GMF GAS 2 2 0
5. PT. Gapura Angkasa 5 4 1
6. PT. Jas Aero Engineering 2 1 1
PT. Sinergy Airport
7. 1 1 0
Services
8. PT. Lion Air 2 2 0
9. PT. Air Asia 1 1 0
10. PT. Aerofood Indonesia 1 1 0
PT.Purantara Mitra
11. 1 1 0
Angkasa Dua
13. PT. Parewa Aero Catering 1 1 0
14. PT. Lion Boga 1 1 0
15. Pesawat Garuda Indonesia 2 2 0
16. PT. Sriwijaya Air 1 1 0
JUMLAH 84 80 4
B Halim Perdanakusuma
PT. Angkasa Pura II
16. 7 7 0
Bandara Halim PK
PT. Gapura Angkasa Halim
17. 1 1 0
PK
PT. JAS Aero Engineering
18. 1 1 0
Halim PK
19. PT. Batik Air Halim PK 1 0 1

43
JUMLAH HASIL PENGAWASAN
SARANA Tidak
NO. PENYELENGGARA AIR Memenuhi
AIR Memenuhi
MINUM Syarat
Syarat
PT. Pelita Air Services
20. 1 1 0
Halim PK
JUMLAH 11 10 1
Total Soekarno Hatta & Halim
95 90 5
PK
Sumber : Laporan Triwulan IV Pengendalian Risiko Lingkungan Kantor
Kesehatan Pelabuhan Kelas I Soekarno-Hatta tahun 2018

Berdasarkan tabel 4.1 diketahui bahwa dilakukan pengawasan terhadap


95 sarana air minum pada tahun 2018. Pengawasan dilakukan setiap bulan
dengan hasil Bandara Soekarno Hatta terdapat 80 sarana memnuhi syarat dan
Bandara Halim Perdanakusuma terdapat 10 sarana yang memenuhi syarat.

Gambar 4.1 Hasil Pengawasan Kualitas Air Minum Bandara Soekarno-


Hatta dan Halim Perdanakusuma Tahun 2018

Sumber : Laporan Triwulan IV Pengendalian Risiko Lingkungan Kantor


Kesehatan Pelabuhan Kelas I Soekarno-Hatta tahun 2018

44
Berdasarkan hasil pengawasan kualitas air minum seperti yang
diperlihatkan pada gambar 4.1 dapat dilihat bahwa selama tahun 2018
(sampai dengan triwulan IV) telah melakukan pengambilan sampel sebanyak
522 sampel. Dari jumlah tersebut terdapat 477 titik yang memenuhi syarat
(91,38%) dan 45 titik tidak memenuhi syarat (8,62%) berdasarkan Permenkes
Nomor 492/Menkes/PER/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum.
Titik yang tidak memenuhi syarat 98 % disebabkan oleh kualitas
mikrobiologi dalam hal ini keberadaan bakteri Coliform dan E.Coli di dalam
air minum. Sisanya sebanyak 2 % disebabkan oleh kualitas fisika dalam hal
ini air yang berbau. Jumlah sampel atau titik terbanyak berasal dari PT.
Angkasa Pura II yaitu lokasi air untuk kebutuhan pesawat yang berada di
apron Terminal 3, PT. Gapura Angkasa dan PT. JAS.
Kepada penyelanggara air yang kualitas air minumnya tidak memenuhi
syarat telah diberikan rekomendasi berupa saran perbaikan dan kepada sarana
air minum untuk kebutuhan pesawat yang memenuhi syarat diterbitkan
sertifikat. Sampai dengan triwulan IV ini telah diterbitkan sertifikat sebanyak
386 sertifikat air minum di Bandara Soekarno Hatta. Dengan perincian pada
gambar 4.2 sebagai berikut :

Gambar 4.2 Penerbitan Sertifikat Air Minum Bandara Soekarno-Hatta


Sampai dengan Triwulan IV Tahun 2018

Sumber : Laporan Triwulan IV Pengendalian Risiko Lingkungan Kantor


Kesehatan Pelabuhan Kelas I Soekarno-Hatta tahun 2018

45
Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa pada triwulan keempat yaitu
mulai bulan Oktober, November dan Desember kembali terjadi penurunan
jumlah penerbitan sertifikat air minum. Hal ini disebabkan karena
keterbatasan jumlah SDM yang tidak sebanding dengan beban kerja di bidang
pengendalian risiko lingkungan. Pada triwulan ketiga ini terdapat beberapa
penambahan kegiatan seperti pengawasan sanitasi pesawat dan
restoran/rumah makan dan renovasi kantor di bulan Oktober. Sehingga
menyebabkan tidak seluruh sarana air minum dapat diambil setiap bulan dan
pada bulan Oktober tidak dilaksanakan pengambilan sampel untuk penerbitan
sertifikat air minum. Untuk tetap dapat diawasi maka dilakukan pembagian
jadwal pengambilan sampel setiap bulannya. Hal ini kemudian berpengaruh
terhadap jumlah sarana air minum yang memenuhi syarat.

D. Monitoring dan Evaluasi


Monitoring dan evaluasi merupakan aspek manajemen yang dilakukan
dalam upaya peningkatan pencapaian program selanjutnya. Monitoring dan
evaluasi bertujuan untuk mengukur tingkat pencapaian program, apakah
sesuai dengan rencana atau telah terjadi pergeseran dari rencana.
Kegiatan pengawasan kualitas air minum dinilai telah sesuai dengan
Permenkes Nomor 736 Tahun 2010 tentang tata laksana pengawasan kualitas
air minum. Upaya pengawasan kualitas air minum merupakan tugas dan
tanggung jawab para penyelenggara air sebagai pengawas internal, dan KKP
Kelas I Soekarno Hatta sebagai pengawas eksternal yang mana kegiatan
inspeksi sanitasi air minum dilakukan selama 2 sampai 4 kali dalam setahun,
sedangkan untuk pengambilan sampel air minum terjadwal dilakukan setiap
bulannya. Kemudian pengawasan tertulis juga sudah berjalan dengan baik
dengan adanya laporan kegiatan mulai dari Laporan Esekutif Bulanan (LEB)
dilaporkan Direktorat Jenderal P2P, Laporan Triwulan, Laporan Tahunan dan
Laporan Akuntabilitas Kinerja.

46
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Kantor Kesehatan Pelabuhan yang disebut KKP adalah Unit Pelaksana
Teknis di lingkungan Kementrian Kesehatan yang berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit (P2P). Struktur organisasi Kantor Kesehatan
Pelabuhan Kelas I Soekarno-Hatta sudah sesuai pada Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 356/MENKES/IV/2008Organisasi dan Tata Kerja
Kantor Kesehatan Pelabuhan.
2. Bidang pengendalian risiko lingkungan melakukan kegiatan pengawasan
sanitasi rumah makan dan restoran, pengawasan hygiene sanitasi
jasaboga, pengawasan sanitasi pesawat, pengawasan sanitasi gedung dan
bangunan, pengawasan kualitas air minum, pengawasan kebisingan dan
kualitas udara, pengawasan limbah cair, pengawasan dan pengendalian
nyamuk, kecoa, tikus dan pinjal, lalat dan pes.
3. Kebutuhan air di dalam wilayah Bandara Soekarno-Hatta menggunakan
air baku yang berasal dari PDAM Kabupaten dan Kota Tangerang. Air
yang berasal dari PDAM kemudian di tampung ke dalam tangki Water
Pumping Station (WPS) PT. Angkasa Pura II dan selanjutnya
didistribusikan ke seluruh wilayah bandara. Keseluruhan air bersih yang
dipakai di Bandara Soekarno-Hatta sebanyak 346.058 m3/bulan atau
11.336 m3/hari. Kegiatan pengawasan kualitas air minum oleh Kantor
Kesehatan Pelabuhan Kelas I Soekarno-Hatta dilakukan sebanyak 95
tempat sarana air minum, sumber daya pada saat pelaksanaan pengawasan
kualitas air minum sebanyak 2 orang sanitarian dan supir. Kegiatan
pengawasan kualitas air minum sudah dilaksanakan sesuai Standar
Operasional Perosedur yang ada, yang mana hasil pengawasan kualitas air
minum sesuai persyaratan yang ditentukan berdasarkan Permenkes
Nomor 492 tahun 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum, apabila

47
berdasarkan hasil laboratorium menunjukkan kualitas air minum
memenuhi syarat kesehatan maka diterbitkan sertifikat air minum yang
berlaku selama satu bulan setelah tanggal diterbitkan.

B. Saran
1. Bagi Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Soekarno-Hatta
Perlunya penambahan sumber daya manusia di bidang
pengendalian risiko ligkungan dalam rangka terwujudnya pencapaian
sasaran program.
2. Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat
Dengan adanya laporan ini penulis berharap dapat menambah
wawasan dan pengetahuan bagi seluruh mahasiswa seta sebagai masukan
materi kuliah yang lebih sesuai dengan realita yang terjadi di lapangan.
3. Bagi Mahasiswa
Diharapkan agar dapat ikut terlibat dalam setiap kegiatan yang
dilaksanakan oleh instansi terkait selama rentan waktu magang yang
berkaitan dengan disiplin ilmu yang dimiliki sehingga dapat memudahkan
nantinya dalam menghadapi dunia kerja nyata.

48
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Syani. 1987. Manajemen Organisasi. Jakarta: Bina Aksara.


Azwar, A. 2006. Pengantar Administrasi Kesehatan.Jakarta: Binarupa Aksara.
bps.go.id diakses pada tanggal 4 Maret 2019.
Chandra, Budiman. 2007. Pengantar Kesehatan Masyarakat. In: Widyastuti. P
(Ed). Jakarta: EGC.
Depkes RI. 2006. Pedoman Pelaksanaan Penyelenggaraan Hygiene Sanitasi
Depot Air Minum. Jakarta: Ditjen PP&PL.
G.R Terry. 2006. Prinsip-Prinsip Manajemen. Alih Bahasa J. Smith. Jakarta:
Bumi Aksara.
Handoko, H. 2001. Manajemen Edisi 2. Yogyakarta.
IHR (International Health Regulation) 2005.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kantor Kesehatan Pelabuhan
Kelas I Soekarno-Hatta tahun 2017.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kantor Kesehatan Pelabuhan
Kelas I Soekarno-Hatta tahun 2018.
Laporan Tahunan Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Soekarno-Hatta Tahun
2017.
Laporan Triwulan IV Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Soekarno-Hatta Tahun
2018.
Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Soekarno-Hatta. 2014. Standar Operasional
Prosedur (SOP) Pengendalian Risiko Lingkungan.
Kusnoputranto, H. 1986. Kesehatan Lingkungan. Jaklarta: FKM-UI
Malayu, S.P. Hasibuan. 2005. Manajemen. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2002. Peraturan Menteri Kesehatan RI
No. 907/MENKES/SK?VII/2002 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan
Kualitas Air Minum.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2008. Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 356/MENKES/PER/IV/2008 tentang Organisasi
& Tata Cara Kantor Kesehatan Pelabuhan.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010 tentang
Persyaratan Kualitas Air Minum.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 736/MENKES/PER/IV/2010 tentang Tata
Laksana Pengawasan Kualitas Air Minum.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 2348/MENKES/PER/IX/2011 tentang
Organisasi & Tata Cara Kantor Kesehatan Pelabuhan Perubahan atas
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
356/MENKES/PER/IV/2008.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 44/MENKES/PER/VII/2014 tentang
Penyelenggaraan Pelabuhan dan Bandar Udara Sehat.

49
M, Manullang. 1983. Dasar-Dasar Manajemen. Jakarta: Balai Aksara..
Mubarak W.I. 2006. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Salemba Medika.
Notoatmodjo, S. 2003. Prinsip-Prinsip DasarIlmu Kesehatan Masyarakat.
Jakarta: Rineka Cipta.
Partiana, I Made. 2015. Kualitas Bakteriologis Air Minum Isi Ulang pada Tingkat
Produsen di Kabupaten Badung. Denpasar: Universitas Udayana.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2014 tentang
Kesehatan Lingkungan.
Standar Operasional Prosedur (SOP) Nasional Kegiatan Kantor Kesehatan
Pelabuhan di Pintu Masuk Negara tahun 2009.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan.
Wardhana, W.A. 2004. Dampak Pencemaran Lingkungan. Yogyakarta: ANDI
Widjaya. A. W. 1997. Perencanaan Sebagai Fungsi Manajemen. Jakarta: Bina
Aksara.

50

Anda mungkin juga menyukai