OLEH
i
LAPORAN
PRAKTIKUM KESEHATAN MASYARAKAT
GAMBARAN PENGELOLAAN BAKU MUTU AIR TAMBANG
PADA WATER MANAGEMENT SECTION
HEALTH SAFETY ENVIRONMENT MINING OPERATION
DIVISION (MOD)
PT. KALTIM PRIMA COAL (KPC) SANGATTA KAL - TIM
TAHUN 2019
OLEH
ii
LEMBAR PENGESAHAN
iii
LEMBAR PERSETUJUAN
iv
KATA PENGANTAR
Penulis juga menyadari bahwa kegiatan PKM ini tidak akan berhasil tanpa
ada bantuan dari semua pihak yang telah bersedia meluangkan waktunya membantu
penulis dalam mengumpulkan data untuk menyelesaikan laporan PKM ini. Penulis
1. Bapak Iwan Stia Budi, S.KM, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kesehatan
Department yang telah membimbing dari awal sampai akhir penulisan laporan
ini
(Wenny Fatikasari dan Widya Ayu Pratiningsih) dan juga Orang tua yang
v
selalu mendoakan dan mendukung praktikum lapangan ini. Terimakasih atas
6. Seluruh pihak yang telah membantu dalam Kegiatan PKM ini yang tidak
Semoga Allah Subhanahu Wata’ala membalas amal dan jasa Bapak / Ibu
Saudara yang telah banyak membantu di dalam penyelesaian laporan magang ini.
Penulis berharap semoga laporan Praktikum Kesehatan Masyarakat (PKM) ini dapat
dalam penerapan ilmu K3KL. Dan mengharapkan kritik dan saran yang membangun
Penulis
vi
DAFTAR ISI
LAPORAN ................................................................................................................ I
LAPORAN ............................................................................................................... II
LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................................... III
LEMBAR PERSETUJUAN .................................................................................... IV
KATA PENGANTAR ............................................................................................. V
DAFTAR ISI ......................................................................................................... VII
DAFTAR TABEL ................................................................................................ VIII
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. IX
DAFTAR BAGAN .................................................................................................. X
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... XI
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
1.1 LATAR BELAKANG ........................................................................................... 1
1.2 TUJUAN PRAKTIKUM KESEHATAN MASYARAKAT (PKM) .................................. 4
1.2.1 Tujuan Umum ........................................................................................... 4
1.2.2 Tujuan Khusus .......................................................................................... 4
1.3 MANFAAT PRAKTIKUM KESEHATAN MASYARAKAT (PKM) ............................... 5
1.3.1 Bagi Mahasiswa ........................................................................................ 5
1.3.2 Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat ........................................................ 5
1.3.3 Bagi PT. Kaltim Prima Coal ...................................................................... 6
1.4 WAKTU DAN LOKASI PRAKTIKUM KESEHATAN MASYARAKAT (PKM)............... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................... 7
2.1. DEFINISI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA ............................................ 7
2.1.1. Kesehatan Kerja ....................................................................................... 7
2.1.2. Keselamatan Kerja ................................................................................... 7
2.2. INDUSTRI PERTAMBANGAN .............................................................................. 7
2.3. DAUR HIDROLOGI............................................................................................ 9
2.4. KUALITAS AIR............................................................................................... 13
2.5. AIR ASAM TAMBANG .................................................................................... 18
2.6. PENGOLAHAN AIR ASAM TAMBANG .............................................................. 21
vii
BAB III DESKRIPSI TEMPAT PKM .................................................................... 23
3.1. GAMBARAN UMUM PT. KALTIM PRIMA COAL, KALIMANTAN TIMUR.............. 23
3.1.1. Sejarah PT. Kaltim Prima Coal Sangatta, Kalimantan Timur .................. 23
3.1.2. Visi, Misi, dan Tata Nilai PT. Kaltim Prima Coal, Kaltim ...................... 24
3.1.3. Struktur Organisasi PT. Kaltim Prima Coal, Kalimantan Timur .............. 27
3.2. GAMBARAN KHUSUS PT. KALTIM PRIMA COAL, KALIMANTAN TIMUR ........... 28
3.2.1. Tugas dan Tanggung Jawab HSE Mining Operation Division ................ 28
3.2.2. Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja HSE MOD ......................... 30
3.3. AKTIVITAS UNIT PERTAMBANGAN MOD PT. KALTIM PRIMA COAL ............... 34
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................. 37
4.1. ALUR PRAKTIKUM PENGELOLAAN BAKU MUTU AIR TAMBANG...................... 37
4.2. PROSES KERJA WATER MANAGEMENT ........................................................... 38
4.2.1. Dewatering Pump ................................................................................... 39
4.2.2. Dredging ................................................................................................ 41
4.2.3. Water Treatment .................................................................................... 47
4.3. METODE KERJA WATER TREATMENT PT. KALTIM PRIMA COAL ..................... 48
4.4. PENETRALAN AIR ASAM TAMBANG DAN AIR TSS WATER TREATMENT PT.
KALTIM PRIMA COAL ........................................................................................... 50
4.4.1. Pengukuran Tingkat Keasaman Air Tambang ......................................... 51
4.4.2. Pengukuran Tingkat Kekeruhan Air Tambang ........................................ 53
4.5. MONITORING COMPLIANCE POINT OLEH ENVIRONMENT SECTION .................. 53
BAB V PENUTUP ................................................................................................. 56
KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................... 56
5.1. KESIMPULAN ............................................................................................. 56
5.2. SARAN ...................................................................................................... 56
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 58
viii
DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
DAFTAR BAGAN
x
DAFTAR LAMPIRAN
xi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Batubara merupakan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui dan
tidak dapat dikembangkan jumlahnya setelah digunakan. Batubara terbentuk dari
sisa-sisa tumbuhan yang sudah mati dengan cara yang sangat kompleks dan
memerlukan waktu yang sangat lama (puluhan sampai ratusan juta tahun) yang
dipengaruhi oleh proses fisika dan kimia ataupun keadaan geologi (Kaharapenni,
2014).
Hafsari (2015) mengatakan eksploitasi dan penggunaan sumber daya alam
secara besar dengan mengabaikan lingkungan mengakibatkan dampak kesehatan baik
jangka pendek maupun jangka panjang
Kegiatan penambangan batubara merupakan kegiatan dengan daya ubah
lingkungan yang sangat besar. Kegiatan ini dapat mengakibatkan terjadinya
perubahan lingkungan yang dapat memicu terjadinya perubahan kimiawi yang
berdampak pada kualitas air tanah dan air permukaan. Selain itu kegiatan
penambangan juga akan mengakibatkan terjadinya perubahan fisik berupa perubahan
morfologi dan topografi lahan. Lebih dari itu, iklim mikro pun akan turut mengalami
perubahan akibat berubahnya kecepatan angin, gangguan habitat biologi berupa flora
dan fauna, serta penurunan produktivitas tanah. Industri batu bara memiliki karakter
negatif sebagai sumber energi yang paling banyak menimbulkan polusi akibat
tingginya kandungan karbon dan pada proses produksinya memerlukan dan
menghasillkan limbah air yang ditampung pada kolam/danau buatan (Gaikwad, R.W.,
Gupta, D.V. 2008).
Danau buatan bekas tambang batu bara merupakan wilayah cekungan yang
sengaja dibuat dan digunakan sebagai wadah penampungan air limbah dari aktivitas
pertambangan. Dari sisi limnologi, danau buatan ini memiliki 2 sisi peluang yang
harus diketahui oleh pengelola danau. Sisi pertama adalah akumulasi air limbah dari
aktivitas penambangan dan rehabilitasi lahan pasca tambang akan mengakibatkan
terjadinya perubahan struktur batuan yang diikuti dengan perubahan kualitas fisika
1
dan kimia tanah serta air di sekitarnya (Cheong, Y.W., dkk. 2006). Hal ini terjadi
akibat adanya pelarutan batuan dan proses oksidasi dari material sisa penambangan
yang akan menghasilkan air asam tambang yang mengandung bahan-bahan yang
tidak diinginkan dan berbahaya bagi lingkungan (J.K. Bwapwa, dkk. 2017). Bila air
asam tambang ini dibuang begitu saja ke lingkungan, maka akan berpotensi
menyebabkan terjadinya pencemaran yang mengganggu keseimbangan proses-proses
self recovery yang ada di dalam danau tersebut (Miller, D.J., dkk. 2004). Pada sisi
lain, danau buatan merupakan salah satu sumberdaya alam yang sangat vital, terkait
dengan ketersediaan air yang dapat dimanfaatkan oleh manusia dan mahluk hidup di
sekelilingnya (Udayana D.,et al., 2010).
Air asam tambang merupakan limbah pencemar lingkungan yang terjadi
akibat aktivitas pertambangan. Pembentukan air asam tambang dipengaruhi oleh tiga
faktor utama yaitu air, udara dan material yang mengadung mineral-mineral sulfida
(Nurisman dkk, 2012). Menurut Gautama (2014), air asam tambang merupakan air
yang berasal dari penyaliran tambang (mine drainage) yang berpotensi mencemari
badan perairan alamiah baik dalam bentuk air asam tambang maupun bukan air asam
tambang jika tidak dikelola dan dikontrol dengan baik.
2
terkontaminasi oleh material atau partikel, atau zat lain yang dapat menyebabkan
kualitas air tidak dapat lagi mendukung kehidupan biota yang ada di dalamnya
(Azwir, 2006).
PT. Kaltim Prima Coal (KPC) adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang
pertambangan dan pemasaran batubara untuk pelanggan industri baik pasar ekspor
maupun domestik. Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Kesehatan Lingkungan
merupakan salah satu prioritas utama di KPC. Dimana KPC berkomitmen untuk
menciptakan lingkungan kerja yang aman dan nyaman bagi seluruh karyawan, tamu,
para kontraktor serta setiap orang yang berada dalam area operasional. KPC
menerapkan sistem manajemen pertambangan Prima Nirbhaya dalam mengelola isu
yang terkait dengan keselamatan dan kesehatan kerja, dimana sistem ini menerapkan
basis pendekatan dengan prinsip perencanaan, pelaksanaan, tinjauan berkala dan
tindak lanjut (Plan, Do, Check, Action).
Dalam Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 38 Tahun
2014 tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Pertambangan Mineral dan
Batubara, Sistem Manajemen Keselamatan Pertambangan merupakan bagian dari
sistem manajemen perusahaan secara keseluruhan dalam rangka pengendalian risiko
keselamatan pertambangan yang terdiri atas keselamatan dan kesehatan kerja
pertambangan dan keselamatan operasi pertambangan.
PT. Kaltim Prima Coal (KPC) tetap sadar terhadap tanggung jawabnya akan
lingkungan di seluruh operasi pertambangan. Tanggung jawab sepanjang masa
operasi pertambangan. Rehabilitasi lahan adalah prioritas perusahaan dan merupakan
bagian integral dalam proses perencanaan jangka panjang. Rangkaian pasca kegiatan
operasional pembongkaran dan pemuatan batu bara tentu akan menimbulkan dampak
pencemaran, untuk itu perlu adanya tindakan untuk mengidentifikasi dampak yang
akan timbul setelah kegiatan tersebut seperti, air asam tambang yang tentu dapat
menurunkan kualitas air dan daya dukung lahan yang ada.
3
Pengukuran lingkungan kerja secara rutin merupakan salah satu bukti
komitmen dari PT. Kaltim Prima Coal untuk meningkatkan pengelolaan lingkungan
terkait pengendalian pencemaran air. Wujud nyata pelaksanaan ialah dengan
melakukan pemantauan dan pengukuran kualitas air yang ada di PT. Kaltim Prima
Coal.
4
4. Mengetahui Monitoring Compliance Point oleh Environment PT. Kaltim
Prima Coal, Sangatta Kalimantan Timur
5
1.3.3 Bagi PT. Kaltim Prima Coal
1. Data hasil laporan dapat menjadi bahan evaluasi PT. Kaltim Prima Coal,
Sangatta Kalimantan Timur dalam meningkatkan aspek Keselamatan dan
Kesehatan Kerja dan Kesehatan Lingkungan khususnya saat pelaksanaan
pencegahan terhadap dampak air asam tambang di lingkungan kerja
water treatment
2. Mendapatkan rekomendasi dan saran dalam perbaikan kinerja perusahaan
khususnya saat pelaksanaan pengecekan lingkungan kerja terhadap air
asam tambang.
1.4 Waktu dan Lokasi Praktikum Kesehatan Masyarakat (PKM)
Kegiatan Praktikum Kesehatan Masyarakat dilakukan di Safety Mining
Operation Division (MOD) PT. Kaltim Prima Coal, Sangatta Kalimantan
Timur pada tanggal 07 Januari 2019 sampai dengan 28 Februari 2019
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi Kesehatan dan Keselamatan Kerja
2.1.1. Kesehatan Kerja
Kesehatan kerja adalah suatu kondisikesehatan yang bertujuan agar
pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya, baik jasmani, rohani,
maupun social, dengan usaha pencegahan dan pengobatan terhadap penyakit atau
gangguan kesehatan yang disebabkan oleh pekerjaan dan lingkungan kerja
maupun penyakit umum. Kesehatan dalam ruang lingkup kesehatan, keselamatan,
dan keamanan kerja tidak hanya diartikan sebagaisuatu keadaan bebas dari
penyakit.Keadaan sehat diartikan sebagai kesempurnaan keadaan jasmani, rohani,
dan kemasyarakatan. (Burtanto, 2015)
2.1.2. Keselamatan Kerja
Keselamatan kerja adalah suatu keadaan terhindar dari bahaya selama
melakukan pekerjaan.Keselamatan kerja merupakan salah satu factor yang harus
dilakukan ketika bekerja.Tidak ada seorangpun didunia ini yang menginginkan
terjadinya kecelakaan.Keselamatan kerja sangat bergantung pada jenis, bentuk,
dan lingkungan dimana pekerjaan itu dilaksanakan. (Burtanto, 2015)
Unsur – unsur penunjang keselamatan kerja adalah sebagai berikut :
a. Adanya unsur – unsur keamanan dan kesehatan kerja
b. Adanya kesadaran dalam menjaga keamanan dan kesehatan kerja
c. Teliti dalam bekerja
d. Melaksanakan prosedur kerja dengan memperhatikan keamanan dan
kesehatan kerja.
Kesehatan, keselamatan, dan keamanan kerja adalah upaya
perlindungan bagi tenaga kerja agar selalu dalam keadaan sehat dan selamat
selama bekerja di tempat kerja.Tempat kerja adalah ruang tertutup atau terbuka,
bergerak atau tetap, atau sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan usaha dan
tempat terdapatnya sumber-sumber bahaya. (Burtanto,2015)
2.2. Industri Pertambangan
7
Batubara merupakan batuan sendimen berwarna hitam atau kecokelatan
yang mudah terbakar, terbentuk dari endapan batuan organik yang terdiri dari
karbon, hidrogen dan eksigen. Batubara terbentuk dari tumbuhan yang telah
terkonsolidasi antara strata batuan lainnya dan diubah oleh kombinasi pengaruh
tekanan dan panas selama jutaan tahun sehingga membentuk lapisan batubara.
Secara ringkas ada 2 tahapan proses terbentuknya batubara, tahap pertama adalah
tahap biokimia dimulai pada saat material tanaman terdekomposisi hingga
terbentunya lignit. Unsur utama yang berperan dalam proses ini adalah kadar air,
tingkat oksidasi dan gangguan biologis yang dapat menyebabkan pembusukan
dan kompaksi material organik serta membentuk gambut. Tahap kedua adalah
tahap geokimia yang meliputi proses perubahan dari lignit menjadi bituminus
dan akhirnya antrasit (Kent, 1993).
Batubara dapat digolongkan menjadi 4 jenis tergantung dari umur dan
lokasi pengambilan batubara, yaitu: (1) Lignit: disebut juga brown-coal,
merupakan tingkatan batubara yang paling rendah dan umumnya digunakan
sebagai bahan bakar untuk pembangkit listrik. (2) Subbituminous: umumnya
digunakan sebagai pembangkit listrik tenaga uap. Subbituminous juga
merupakan sumber bahan baku yang penting dalam pembuatan hokarbon
aromatis dalam industri kimia sintesis. (3) Bituminous: mineral padat, berwarna
hitam dan kadang cokelat tua, sering digunakan dalam pembangkitan listrik
tenaga uap. (4) Antrasit: merupakan jenis batubara yang memiliki kandungan
paling tinggi dengan struktur yang lebih keras serta permukaan yang lebih kilau
dan sering digunakan keperluan rumah tangga dan industri. (5) Masing-masing
jenis batubara tersebut secara berurutan memiliki perbandingan C:O dan C:H
yang lebih tinggi. Antrasit merupakan batubara yang paling bernilai tinggi dan
lignit yang paling bernilai rendah.
8
Tabel 2 1 Komposisi elemen dari 4 jenis batubara
......................... (1)
dimana :
P = Curah hujan
9
U = Aliran bawah tanah yang masuk atau keluar daerah pengaliran
E = Evapotranspirasi
10
3. Lokasi daerah berhubungan dengan sistem sirkulasi secara umum.
4. Rintangan yang disebabkan oleh gunung dan lain-lain.
Proses infiltrasi terjadi karena hujan yang jatuh di atas permukaan tanah
sebagian atau seluruhnya akan mengisi pori-pori tanah. Curah hujan yang
mencapai permukaan tanah akan bergerak sebagai air limpasan permukaan
(run off) atau sebagai infiltrasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi infiltrasi
adalah :
1. Faktor tanah, terutama yang berkaitan dengan sifat-sifat fisik tanah seperti
ukuran butir dan struktur tanah.
2. Vegetasi
3. Faktor-faktor lain, seperti kemiringan tanah, kelembaban tanah, dan suhu
air.
Evapotranspirasi merupakan gabungan dari evaporasi dan transpirasi.
Evaporasi adalah proses pertukaran molekul air di pemukaan menjadi molekul
uap air di atmosfer akibat panas, sedangkan transpirasi adalah proses
penguapan pada tumbuh-tumbuhan melalui sel-sel stomata. Faktor-faktor yang
mempengaruhi evapotranspirasi adalah :
1. Radiasi matahari, karena proses perubahan air dari wujud cair menjadi gas
memerlukan panas (penyinaran matahari secara langsung)
2. Angin yang berfungsi membawa uap air dari satu tempat ke tempat lain.
3. Kelembaban relatif
4. Suhu
5. Jenis tumbuhan, karena evapotranspirasi dibatasi oleh persediaan air yang
dimiliki oleh tumbuh-tumbuhan serta ukuran stomata.
6. Jenis tanah, karena kadar kelembaban tanah membatasi persediaan air yang
diperlukan tumbuhan.
Evapotranspirasi dapat dihitung dengan rumus Turc sebagai berikut:
11
P
E= 0.5
................................ (2)
P
2
0.9
L(T )
dimana :
E = Evapotranspirasi
Limpasan adalah semua air yang mengalir akibat hujan yang bergerak
dari tempat yang lebih tinggi ke tempat yang lebih rendah. Air tersebut
kemudian akan terakumulasi di suatu cekungan yang merupakan tempat
terendah dari permukaan disekitarnya. Debit limpasan dapat dihitung dengan
persamaan berikut 12):
…………………………… (3)
dimana :
12
0,2
a. sawah dan rawa
1. Datar, <3% b. hutan dan kebun 0,3
0,4
a. hutan dan kebun
Menengah b. pemukiman dan taman 0,5
2.
3% - 5% c. alang-alang, sedikit tanaman 0,6
d. tanah gundul, jalan aspal
0,7
Data mengenai kualitas air yang meliputi kualitas fisika, kimia dan
biologi merupakan dasar dari pengelolaan air. Kualitas air sendiri merupakan
sifat air itu sendiri dan kandungan makhluk hidup, zat, energi dan komponen lain
dalam air. Penurunan kualitas air disebabkan oleh pencemaran, yaitu masuk atau
dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan komponen lain sehingga tidak
Untuk itu pemerintah menetapkan baku mutu air dan baku mutu limbah
13
Republik Indonesia nomor 20 tahun 1990 mendefinisikan baku mutu air sebagai
batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi dan komponen lain yang ada atau
harus ada dan atau unsur pencemar yang dapat ditenggang dalam sumber air
tertentu, sesuai dengan peruntukannya. Sedangkan baku mutu limbah cair adalah
batas kadar dan jumlah unsur pencemar yang dapat ditenggang keberadaannya di
dalam limbah cair dan suatu jenis kegiatan tertentu yang akan dibuang.
dan kimia. Parameter fisika yang biasa digunakan dalam penentuan kualitas air
dan salinitas. Sedangkan parameter kimia yang digunakan adalah pH, asiditas,
dan bahan organik. Selain itu terdapat ion-ion didalam perairan yang dapat
natrium, kalium, klorida dan sulfur. Ion-ion nitrogen, fosfor, besi, silika, mangan
dan molibdenum terdapat dalam jumlah yang sedikit. Selebihnya berupa ion
renik yaitu ion yang terdapat dalam jumlah yang sangat sedikit sehingga
Lingkungan Hidup Nomor 113 tahun 2003. Parameter yang diamati diantaranya
adalah pH, zat padat tersuspensi, kadar besi total dan mangan.
14
Tabel 2 3 Baku Mutu Limbah Cair Tambang Batubara
PARAMATER KADAR
pH 6–9
Mangan, mg/L 4
Ion hidrogen yang terdapat didalam air dapat dijadikan derajat keasaman
(pH) yang merupakan nilai minus logaritma dari ion hidrogen tesebut.
pH = - log [H+]
basa air tersebut ditunjukkan dalam nilai 1 sampai 14. Nilai 1 sampai 6,9
menunjukkan sifat air yang asam, nilai 7,1 sampai 14 menunjukkan sifat basa
dari air. Sedangkan nilai tujuh menunjukkan kondisi air yang netral.
15
Kondisi permukaan tanah pada lokasi tambang yang gundul
kandungan padatan yang tinggi. Untuk itu, setelah dipompakan keluar tambang,
air tambang tersebut tidak langsung dibuang ke saluran alami tetapi harus
pengendap lumpur.
diameter padatan tersebut (Tabel III.4). Apabila ketiga jenis padatan tersebut
digabungkan maka akan terkumpul suatu residu (padatan total). Penentuan residu
Ukuran Diameter
Klasifikasi Padatan
µm mm
Zat padat tersuspensi (ZPTs) terdiri atas lumpur dan pasir halus serta jasad-jasad renik,
yang disebabkan oleh kikisan tanah atau erosi tanah yang terbawa ke air (Hefni Effendi,
2003).
16
Logam yang dijadikan parameter dalam Baku Mutu Limbah Cair Tambang
Batubara adalah besi dan mangan. Kedua jenis logam tersebut termasuk dalam
kelompok ion yang terdapat jumlah sedikit (minor ion) di perairan. Tetapi pada tambang
batubara, ion-ion tersebut meningkat karena tereksposnya mineral oksida dan sulfida
Di alam, ion besi ditemukan dalam bentuk ion ferro (Fe2+) dan ion feri (Fe3+).
Ion ferro mempunyai sifat larut dalam air yang bersifat asam. Bila keasaman berkurang,
ion ferro akan teroksidasi menjadi ion feri. Keasaman air tambang dapat melarutkan besi
dan membawanya terus ke perairan alami. Perbaikan kualitas air dapat ditandai dengan
adanya endapan Fe(OH)3 di dasar perairan yang bersifat tidak larut (Gambar 3.2).
Kelarutan besi meningkat seiring menurunnya nilai pH. Jadi, dengan adanya
besi.
17
Logam lain yang menjadi parameter baku mutu limbah cair adalah mangan.
Sama seperti besi, di alam mangan dapat berubah valensi, antara lain manganous (Mn 2+)
dan manganik (Mn4+). Oksidasi dapat terjadi pada manganous yang bersifat larut dalam
kondisi aerobik, begitu sebaliknya manganik dapat tereduksi dalam kondisi anaerobik.
Kadar mangan dalam peraiaran alami berkisar 0,2 mg/liter (Hefni Effendi, 2003).
Peningkatan terjadi pada air tanah, air yang dalam dan perairan asam. Seperti pada
tambang batubara, air asam yang terbentuk dapat mengandung mangan dengan kadar 10
– 150 mg/liter.
Jika dibiarkan dalam udara terbuka, aerasi dapat terjadi pada air dan
kandungan mangan lebih dari 0,01 mg/liter akan membentuk koloid berwarna coklat
18
Seperti diketahui beberapa komponen atau kegiatan pertambangan
menghasilkan dampak yang serius terhadap lingkungan. Kolam tailing (tailing
impoundment) dan penempatan batuan sisa (waste rock piles) merupakan bagian
yang harus benar-benar diperhatikan karena menghasilkan dampak negatif
terhadap saluran air, tanah dan air permukaan (Bussiere, 2009).
Langkah pertama yang digunakan untuk mengelola air asam tambang
adalah dengan mengetahui sumber produksi pembentuk potensial asam. Produksi
potensial asam umumnya berasal dari penilaian melalui sisa batuan (waste rock)
yang dianalisis, dimana dapat dibagi atas 2 kategori analisis, yaitu analisis statis
atau analisis dinamis atau kinetik. Dalam tes statis, seluruh analisis batuan
digunakan untuk memprediksi kualitas air asam tambang, dengan asumsi bahwa
mineral – mineral spesifik yang terdiri dari batuan sisa akan bereaksi dengan air
akan menghasilkan tingkat asam atau basa yang bervariasi. Alternatif lain adalah
test dinamis yang secara empiris menentukan kualitas lindi berdasarkan subjek
batuan sampel yang disimulasikan dengan proses pelapukan dan pemantauan
kualitas efluen yang dihasilkan. Masing – masing teknik mempunyai kelebihan
dan kekurangan satu dengan yang lainnya (Bradham dan Carrucio, 1990).
Air asam tambang (AAT) dihasilkan di atau dalam sisa batuan, tailing,
dinding pit tambang terbuka dan tambang bawah tanah. Mineral sulfida seperti
pirit teroksidasi dan hadir di air dan udara melalui oksigen yang menghasilkan
air asam tambang melalui proses kimia dan biokimia. Oksidasi mineral sulfida
dapat dideskripsikan dengan persamaan (Morin and Hutt, 1997 dalam Bussiere,
2009) dengan langkah pertama terjadinya oksidasi langsung dari pirit (FeS2) oleh
oksigen yang menghasilkan sulfat (SO42-), ferrous iron (Fe2+) dan keasaman
(H+):
2FeS2 + 7O2 + 2H2O = 2Fe2+ + 4SO42- + 4H+(1)
Reaksi selanjutnya ferrous iron teroksidasi menjadi ferric iron (Fe 3+).
2Fe2+ + 1/2O2 + 2H+ = 2Fe3+ + H2O (2)
Ferrous iron juga dapat teroksidasi menghasilkan iron hidroksida
(FeOOH) dan keasaman.
19
Fe2+ + 1/4O2 + 3/2H2O = FeOOH + 2H+ (3)
3+
Pada saat pH > 4, Fe akan terendapkan sebagai ferric hidroksida
(Fe(OH)3), lepas ke lingkungan dengan sangat asam.
Fe3+ + 3H2O = Fe(OH)3 + 3H+ (4)
Pada saat pH < 4, Ferric iron akan larut dan mengoksidasi pirit secara
langsung dan melepas asam kesekelilingnya dengan bebas.
FeS2 + 14Fe3+ + 8H2O = 15Fe2+ + 2SO42- + 16H+(5)
Secara keseluruhan reaksi oksidasi pirit dapat diperlihatkan sebagai
berikut :
FeS2 + 15/4O2 + 7/2H2O = Fe(OH)3 + 2H2SO4 (6)
Oksidasi 1 mol pirit akan menghasilkan 2 mol asam sulfur. Secara umum
pertimbangan literatur (Aubertin et al, 2002 dalam Bussiere 2009) bahwa
oksidasi oleh oksigen (persamaan 1) berlangsung pada pH netral (5 < pH > 7),
sementara itu oksidasi tidak langsung (Persamaan 5) lebih dominan pada pH
rendah (pH <3). Persamaan diatas berdasarkan pada persamaan stoikiometri
tanpa mempertimbangkan kondisi kinetik setiap reaksi. Seperti nilai rata-rata
oksidasi sebagai fungsi faktor penambah (Jerz dan Rimstidt, 2004 dalam
Bussiere, 2009), supply oksigen, temperatur, pH, aktivitas bakteri, luas paparan.
Pertimbangan secara umum rata-rata reaksi dikontrol oleh (persamaan 2). Rata-
rata reaksi berjalan lambat pada pH rendah, tetapi meningkat dengan cepat dan
menurunkan pH karena adanya bakteri. Contohnya Acidithiobaccilus
ferrooxidans sebagai katalisator reaksi oksidasi ferrous iron menjadi ferric iron.
Kualitas kimia dari drainase juga tergantung dari mineral lain yang ada di
batuan sisa. Asam dapat bereaksi dengan penetral oleh karbonat dan mineral
sillicate, yang dapat dipertimbangkan sebagai penetral utama adalah calcite
(CaCO3) dan dolomite (CaMg(CO3)2
2CaCO) (Lapakko,1992).
3 + H2SO4 = 2Ca2+ + 2HCO3- + SO42- (7)
CaMgCO32- + H2SO4 = Ca2+ + Mg2+ + 2HCO3- + SO42- (8)
20
Persamaan diatas memperlihatkan bahwa 2 mol calcite dan 1 mol dolomit
dibutuhkan untuk menetralkan 1 mol asam sulfur. Kapasitas mineral penetral
untuk membatasi pembentukan air asam tambang juga tergantung kepada faktor
yang berbeda beda untuk mempengaruhi proses reaksi seperti : temperatur, pH,
tekanan, permukaan mineral.
Ketika potensi penetral kurang dari potensial pembentukan asam, air
asam tambang akan terjadi dan diperlukan pengukuran yang akurat dan tindakan
mitigasi. Beberapa tahun terakhir, beberapa teknik telah diajukan untuk
membatasi dampak air asam tambang terhadap lingkungan. Salah satu
pendekatan yang dikembangkan untuk mengontrol produksi air asam tambang
dari tailing dan batuan sisa adalah dengan mengeliminasi atau menghilangkan
satu atau lebih dari 3 komponen utama reaksi oksidasi yaitu : oksigen, air dan
mineral sulfida. Beberapa metode yang dikembangkan adalah :
a. Ekstraksi sulfida
Kehadiran mineral sulfida adalah esensi utama pembentukan air asam
tambang. Air asam tambang dapat dikontrol dengan melakukan ekstraksi mineral
sulfida sehingga membatasi pembentukan air asam tambang di lingkungan.
Recovery atau penyimpanan mineral sulfida yang diperlukan tergantung kepada
jumlah mineral penetral. Teknik yang berbeda dapat digunakan seperti flotasi
dan pemisahan dengan gravimetri dapat digunakan untuk memisahkan sulfida
dari tailing (Bussiere, 1998). Metode kontrol seperti ini secara umum sangat
aplikatif untuk pertambangan yang sedang beroperasi.
b. Hambatan oksigen / oxygen barriers
Oksigen merupakan salah satu komponen kunci terhadap pembentukan
air asam tambang. Membatasi kemampuan oksigen bereaksi pada batuan sisa
adalah salah satu teknik yang paling sering digunakan untuk mengontrol air asam
tambang, terutama pada daerah lembab (MEND, 2008). Pendekatan yang
berbeda dapat digunakan untuk menghambat oksigen dengan cara menempatkan
pelindung air dan megatur elevasi air tanah.
2.6. Pengolahan Air Asam Tambang
21
Pemilihan pengolahan air asam tambang dikategorikan atas 2 yaitu
pengolahan pasif dan pengolahan aktif. Pengolahan yang paling umum
digunakan adalah dengan metode mengolah debit air asam tambang dengan
pengolahan aktif dimana pengolahan menggunakan kimia penetral yang
ditambahkan terus menerus ke air asam tambang. (Johnson and Hallberg, 2005
dalam Newcombe, 2009). Proses penetralan air asam tambang ini akan
mengendapkan logam-logam terlarut dan akan membentuk selimut lumpur
(sludge blanket). Kelemahan dari pengolahan aktif ini adalah memerlukan biaya
yang besar dan memindahkan atau membuang selimut lumpur yang mengandung
logam.
Pemilihan metode pasif dalam pengolahan air asam tambang
dibandingkan dengan pengolahan secara aktif mempunyai kelebihan terutama
dari segi perawatan dan biaya yang lebih rendah. Sistem pengolahan pasif hanya
memerlukan perawatan dan penggantian secara periodik.
Gambar dibawah ini memperlihatkan beberapa alternatif pemilihan
pengolahan air asam tambang
22
BAB III
DESKRIPSI TEMPAT
3.1. Gambaran Umum PT. Kaltim Prima Coal Sangatta, Kalimantan Timur
3.1.1. Sejarah PT. Kaltim Prima Coal Sangatta, Kalimantan Timur
PT Kaltim Prima Coal adalah Perusahaan Perseroan Terbatas
Indonesia yang dimiliki oleh PT Bumi Resources tbk dan Bhira Investment
ltd. KPC adalah Perusahaan Tambang yang kegiatannya mencakup
eksplorasi, produksi, dan pemasaran batubara dari Kalimantan Timur –
Indonesia ke seluruh penjuru dunia.
Pada bulan April 1982 KPC menandatangani Perjanjian Karya
Pertambangan Batu Bara dengan Perum Batubara Bukit Asam. Perjanjian
tersebut menggariskan persyaratan bagi KPC dalam melakukan eksplorasi,
pengembangan dan pelaksanaan proyek-proyek di daerah penambangan
batubara yang telah ditentukan serta pemasaran produknya dalam masa
kontrak 30 tahun.
Produksi komersial dimulai pada tahun 1991 dan pengapalan
sebanyak 7,2 juta ton dicapai pada tahun 1996. Produksi pengapalan
batubara meningkat terus hingga mencapai 15,7 ton pada tahun 2001. Saat
ini KPC adalah pengekspor batubara terbesar di Indonesia dengan 60,5 juta
ton per tahun (2017).
Luas wilayah kontrak karya PT. Kaltim Prima Coal kurang lebih
90.000 ha. Lebih kurang 30% dari luas area ini telah dibuka dan ditambang.
Penambangan batubara dilaksanakan di PT. KPC juga dengan beberapa
kontraktor tambang.
Proses penambangan menggunakan metode tambang terbuka multi
pit melibatkan banyak alat berat dengan berbagai fungsi, ukuran dan tipe.
Seperti; Shovel, Loader, Haul Truck, Dozer. Hingga September 2017,
23
terdapat kurang lebih 24.165 tenaga kerja yang terdiri dari karyawan PT
KPC sebanyak 5.315 dan selebihnya karyawan kontraktor.
Selain pencapaian target-target bisnis, komitmen lain manajemen
KPC adalah memelihara dan meciptakan lingkungan kerja yang aman dan
sehat, mengendalikan dampak lingkungan serta menjaga keamanan dan
ketertiban di sekitar wilayah operasionl PT. KPC. Target tanpa insiden fatal
dan indeks LTI 0,11 di tahun 2017 merupakan target utama yang harus
dicapai dan dipertahankan melalui program keselamatan dan kesehatan
kerja yang Specific, Measurable, Achieveable, Realistic dan Timely
(SMART).
Salah satu tantangan terbesar dalam pencapaian target pengendalian
kesehatan dan keselamatan kerja adalah skala operasional yang semakin
besar dan wilayah kerja yang semakin luas, sebagian besar aktifitas
dilakukan di alam terbuka dengan pola jam kerja 24 jam per hari dan 7 hari
seminggu.
3.1.2. Visi, Misi, dan Tata Nilai PT. Kaltim Prima Coal Sangatta, Kalimantan
Timur
3.1.2.1. Visi PT. Kaltim Prima Coal Sangatta, Kalimantan Timur
Produsen batubara terkemuka Indonesia untuk memenuhi kebutuhan
dunia, yang memberikan nilai optimal bagi semua pemangku kepentingan.
3.1.2.2. Misi PT. Kaltim Prima Coal Sangatta, Kalimantan Timur
1) Memupuk budaya yang mengutamakan kesehatan, keselamatan, dan
lingkungan dalam segala tindakan.
a. Mematuhi peraturan perundangan kesehatan, keselamatan, dan
lingkungan yang berlaku.
b. Berupaya tanpa henti mempromosikan budaya praktik terbaik
dalam pengelolaan kesehatan, keselamatan, dan lingkungan
2) Memelihara tata kelola perusahaan yang baik dan mempromosikan
perusahaan sebagai warga yang baik.
24
a. Mendukung pelaksanaan prinsip-prinsip transparansi, tanggung-
gugat, tanggung jawab, integritas, dan keadilan.
b. Peka terhadap falsafah bangsa dalam kehidupan sehari-hari
3) Menyediakan lingkungan belajar untuk mencapai keunggulan dan
meningkatkan kesejahteraan.
a. Mendorong pemberdayaan karyawan
b. Memberikan pengakuan dan penghargaan atas kinerja yang unggul
c. Mendorong terciptanya hubungan yang harmonis dan dinamis
4) Mengoptimalkan nilai bagi semua pemangku kepentingan.
a. Memaksimalkan pengembangan investigasi pemegang saham
b. Memastikan para mitra diakui dan didorong memberikan
pencapaian lebih tinggi
c. Mendorong terciptanya rasa memiliki, semangat kemitraan, dan
dukungan masyarakat terhadap operasi KPC.
d. Menunjukkan kepemimpinan dalam pengelolaan risiko para
pemangku kepentingan
5) Menyelenggarakan praktik pengelolaan dan operasi terbaik untuk
menghasilkan produk dan kinerja berkualitas tinggi secara konsisten
a. Terus menerus berupaya menjadi produsen yang efisien.
b. Meminimalkan kerugian.
c. Memupuk budaya perbaikan berkesinambungan.
3.1.2.3. Tata Nilai PT. Kaltim Prima Coal Sangatta, Kalimantan Timur
1. Keunggulan: Mendorong pertanggung jawaban semua karyawan,
kontraktor, dan pemasok untuk mencapai praktik terbaik dalam segala
hal.
2. Integritas: Mendapatkan kepercayaan dan rasa hormat dengan
bertindak adil, jujur, dan bertanggung jawab.
3. Transparansi: Berupaya terus menerus bersikap terbuka dan jujur
dalam semua tindakan
25
4. Kegesitan: Secara proaktif menyesuaikan diri dengan situasi yang
dinamis dengan memanfaatkan gagasan-gagasan baru dan meraih
peluang-peluang.
5. Pemberdayaan: Mengembangkan karyawan dan masyarakat setempat
dengan mendorong mereka untuk mengambil inisiatif, bertindak
inovatif, dan membangun kemandirian.
6. Kerjasama: Mencapai keunggulan melalui kerjasama antara
manajemen, karyawan, dan segenap mitra.
7. Kepedulian: Bersikap peduli terhadap kebutuhan-kebutuhan para
pemangku kepentingan dan memastikan pemenuhan kebutuhan
dengan cara yang mendukung kesinambungan.
26
3.1.3. Struktur Organisasi PT. Kaltim Prima Coal Sangatta, Kalimantan
Timur
Gambar 3. 1 Struktur Organisasi MOD Maret 2018
27
3.2. Gambaran Khusus PT. Kaltim Prima Coal Sangatta, Kalimantan Timur
3.2.1. Tugas dan Tanggung Jawab HSE Mining Operation Division
Salah satu aspek penting dalam bisnis pertambangan terbuka adalah
bagaimana melakukan operasi penambangan sehingga batu bara dapat
diambil dan diperjualkanbelikan.
Mining Operation Division yang disingkat dengan (MOD)
merupakan divisi yang membuat rencana dan melakukan proses
penambangan batu bara dari proses rehabilitation hingga proses coal mining
tanpa mengesampingkan kewajiban bekerja dengan aman, sehat dan
menjaga lingkungan yang baik.
MOD adalah salah satu bagian operasional perusahaan yang
bertugas secara langsung dalam proses operasi penambangan batu bara.
Dalam proses penambangan secara langsung dengan melakukan Land
Cleraning, Loading, Hauling, Dumping (Top Soil, OB & Coal), serta Drill
Blasting. Melakukan pengamatan kondisi sebelum proses penambangan,
ketika penambangan dan setelah proses penambangan agar indikasi
perusakan lingkungan yang diakibatkan oleh proses penambangan
berkurang.
a. Departemen Mining Operation Division
1. Pit Jupiter
2. Pit Hatari
3. Pit Jupiter
4. Mining Services & Drill Blast
5. Coal Mining
6. Mine Optimisation
28
b. Struktur Organisasi Mining Operation Division
Saat ini MOD dipimpin oleh satu General Manager yaitu Hendro
Ichwanto dan terdapat 7 Manager dari 7 Departemen di MOD masing-
masing ialah: Aloysius Prananto Pit Jupiter Department, Richard Sitohang
Pit Hatari Department, Didik Mardiono Pit Bintang/Bendili Department,
Evan Salchudin Coal Mining Department, Anwar Mining Services
Department, Yuli Prihartono Drill & Blast Department, dan M. Iqbal
Muzammil Mine Optimisation Department.
29
Saat ini bagian HSE dipimpin oleh Supertintendent Prima Nirbhaya
yaitu Siswahyudi yang bertanggung jawab langsung kepada General
30
oleh HSES pusat yang kemudian oleh divisi disesuaikan dengan risiko yang ada. OTP
ini terdiri dari aspek Health and Safety (kesehatan dan keselamatan), Environment
(lingkungan) dan Security (keamanan). Program – program tersebut yakni :
31
NO Program Oleh Frequency
32
12 Melakukan Orang yang di Sesuai
monitoring/inspeksi/pengukuran/pengetesan tunjuk Jadwal
secara regular terhadap Keselamatan Operasi
atas sarana & prasanana.
13 Memenuhi target pelaksanaan prinasa, Prinasa Auditor Prinasa Mingguan
di lakukan oleh level Superintendent keatas
14 Melaksanakan Assessment Tahunan kepada Managers 1 kali
Pengawas MOD setahun
15 Melaporkan hasil shift inspeksi kepada MOD Superintendents Setiap shift
HSE
14 Melaporkan hasil shift inspeksi kepada MOD Safety Patrol Setiap
HSE Shift
16 Melaksanakan Human Elemen Refresh Superintendents 1 kali
Training kepada Operator / pekerja shift setahun
17 Memenuhi aspek kebutuhan pelatihan MOD HSES Sesuai
keselamatan Kerja bagi Pengawas Jadwal
33
10. Pelatihan Keselamatan Kerja bagi Pengawas
11. Program komunikasi dan kesadaran dalam bentuk Picture of the week,
safety alert, dan HSE Buletin
12. Job Safety Analysis Coaching
13. Refresh Simulator
14. Bulan K3 Competition
3.3. Aktivitas Unit Pertambangan Mining Operation Division PT. Kaltim Prima
Coal
Aktivitas penambangan batubara yang dilakukan PT. Kaltim prima Coal
meliputi beberapa proses sebagai berikut:
1. Eksplorasi
Kegiatan eksplorasi adalah tahapan kegiatan usaha pertambangan untuk
memperoleh informasi secara terperinci dan teliti tentang lokasi, bentuk
dimensi, sebaran, kualitas, dan sumber daya terukur dari bahan galian, serta
informasi mengenai lingkungan sosial dan lingkungan hidup. Menentukan
suatu daerah prospek adalah tahapan yang penting dalam kegiatan
eksplorasi. Dalam kaitan dengan batubara, eksplorasi batubara merupakan
suatu proses kegiatan untuk menentukan lokasi endapan batubara yang
prospek untuk dikembangkan, dimana selama pelaksanaan program akan
dilakukan pengambilan contoh batubara (Coal Sampling) untuk dievaluasi
dan dianalisis di laboratorium baik dengan pendekatan analisis kimia
maupun analisis fisika agar kualitas dan kuantitas batubara tersebut dapat
diketahui dengan pasti.
2. Land Clearing
Sebelum dilakukan penambangan batubara terlebih dahulu harus
dilakukan pengupasan lapisan tanah, dengan pembersihan tempat kerja dari
pohon-pohon dan semak belukar sampai akar-akarnya. Alat yang
digunakan pada operasi ini ini adalah Bulldozer. Top soil dipindahkan ke
stockpile untuk di rehabilitasi sementara waktu saat ertambangan kerena
34
tip soil merupakan bagian utama yang sangat penting untuk kegiatan pasca
pertambangan nanti.
3. Top Soil
Maksud pemindahan tanah pucuk pada tahap ini adalah pemindahan
lahan (tanah) ini dimaksudkan untuk menyelamatkan tanah tersebut agar
tidak rusak sehingga masih mempunyai unsur tanah yang masih asli,
sehingga tanah pucuk ini dapat digunakan dan ditanami kembali untuk
egiatan reklamasi. Tanah pucuk yang dikupas tersebut akan dipindahkan ke
tempat penyimpanan sementara atau langsung di pindahkan ke timbunan.
4. Over Burden (Pengupasan Tanah)
Bila material tanah penutup merupakan material lunak (soft rock)
makan tanah pentup tersebut akan dilakukan pengalian bekas. Namun bila
materialnya merupakan material kuat, maka terlebih dahulu dilakukan
pembongkaran dengan peledakan (blasting) kemudian dilakukan kegiatan
penggalian. Peledakan yang akan dilakukan perlu dirancang sedemikian
rupa hingga sesuai dengan produksi yang diinginkan.
5. Coal Getting (Pengambilan/Penambangan Batubara)
Untuk melakukan penambangan batubara (coal getting) itu sendiri,
terlebih dahulu dilakukan kegiatan coal cleaning. Maksud dari kegiatan
coal cleaning ini adalah untuk membersihkan pengotor yang berasal dari
permukaan batubara (face batubara) yang berupa material sisa tanah
penutup yang masih tertinggal sedikit, serta pengotor lain yang berupa
agen pengendapan (air permukaan, air hujan, longsoran). Selanjutnya
dilakukan kegiatan coal getting hingga permuatan ke alat angkutnya.
6. Coal Hauling (Pengangkutan Batubara)
Setelah dilakukan kegiatan coal getting, kegiatan lanjutan adalah proses
pengangkutan batubara (coal hauling) dari lokasi tambang (pit) menuju
stockpile atau langsung ke unit pengolahan.
35
7. Reklamasi
Reklamasi adalah sautu kegiatan untuk memperbaiki lahan bekas
tambang atau lahan terbuka (open pit), dan pengelolaannya sesudah selesai
melakukan penambangan. Reklamasi dilakukan bertujuan memperbaiki
lahan bekas tambang untuk pelestarian lingkungan dan penanggulangan
resiko akibat dampak dari pertambangan dengan melakukan penanaman
tanaman dan pohon di tanah pucuk (top soil).
Proses penambangan batubara yang dilakukan oleh PT. Kaltim Prima Coal
menggunakan metode tambang terbuka multi pit open cut, yaitu penambangan
penambangan batubara dengan cara mengelupas lapisan batuan penutup,
sehingga lapisan batubara tersingkap dan selanjutnya siap untuk diambil. Proses
penambangan batubara di PT. KPC diantaranya loading, hauling, dumping.
1) Loading, merupakam proses kegiatan untuk memindahkan material dari
ledakan dan pengangakatan melalui Exacavator ke unit Dump truck untuk
dilakukan pengangkutan.
36
Gambar 3. 5 Proses Kegiatan Loading di PT. Kaltim Prima Coal
2) Hauling, merupakan proses pengangkutan material batubara atau Overburden
dari proses loading point menuju stock pile (tempat penyimpanan) dan
kemudian melakukan kegiatan hauling kembali menuju shovel untuk
dilakukan pengisian batu bara kembali. Yang melakukan pengangkutan proses
ini adalah dump truck.
Dewatering Pump
Dredging
Water Treatment
37
Monitoring Kolam Penataan
(Compliance Point)
Bagan 4. 1 Alur Praktikum Pengelolaan Baku Mutu Air Tambang
38
Alur kerja pada Water Management dimulai dari pengendalian air yang ada
di pit (area tambang) menuju ke kolam pengendapan dan diteruskan ke kolam
penataan sebelum keluar dari area pertambangan. Alur section Water
Management dapat dilihat dari bagan sebagai berikut:
39
didalam pit yang tergenang dengan cara menyalurkan genangan air menuju kolam
pengendapan di luar pit dengan menggunakan alat multiflo. Dewatering pump
melakukan pembuatan tanggul (barrier) di sisi pit sebagai minimalisasi air
limpasan hujan masuk ke dalam pit. Hal yang perlu diperhatikan dalam proses
penyedotan air menggunakan multiflo adalah fuel yang digunakan tidak boleh
bocor ataupun tumpah di area genangan kolam karena akan mencemari genangan
air kolam yang akan di salurkan ke kolam pengendapan.
Ada beberapa penanganan yang dilakukan oleh masing – masing pit dan
kerja sama mining services terhadap air yang berada di area penambangan yakni :
40
sebagai tempat untuk menampung air selama 5 hari hujan. Air yang terkumpul di
sump akan dipompakan ke luar pit menggunakan multiflo.
4.2.2. Dredging
Dredging adalah alat untuk mengeruk material di dasar air (kolam) dan
menghisap lumpur untuk menjaga volume kolam pengendapan. PT. Kaltim Prima
Coal memiliki beberapa tipe dregder yakni tipe dredge Jaden Platypus 200HDDO
(LP068): dredge Jaden Platypus 200HDDO (LP139); dan tipe dredge Jaden
Platypus 250HDDS (LP125), tipe dredge Rock Crush C-250 Series (LP15 dan
LP150), tipe dredge Rock Crush C-200 Series (LP154 dan LP155) dan tipe
41
b. Operator memiliki kimper yang sesuai dengan alat yang akan
dioperasikannya
2. Memastikan semua pekerja dilengkapi APD wajib
Semua pekerja yang bekerja di atas dredge harus memakai PPE
sebagai berikut :
a. Jaket pelampung
b. Pelampung kabin
c. Sepatu safety
d. Sarung tangan
e. Kacamata ketika mesin hidup dan pemeriksaan di ruang mesin
f. Earplug ketika mesin hidup
42
c. Galah penolong dengan pengait
43
b. Pastikan jalan masuk dan keluar memadai misalnya pijakan padat
dan tidak licin sehingga terhindar dari risiko terpeleset
c. Periksa dan kendalikan keberadaan kayu, tunggul/akar kayu, semak,
tumpukan rumput, tumpukan sampah yang nampak di permukaan
yang dapat merusak cutter dan mesin unit
d. Periksa, kendalikan dan laporkan binatang buas yang
membahayakan misalnya buaya, ular, atau lebah
e. Pastikan agar absorbent penangkap hidrokarbon terpasang di outlet
kolam untuk mengantisipasi pencemaran hidrokarbon
f. Apabila unit dredge dioperasikan di kolam yang lebar sehingga
penerangan hanya terbatas dari penerangan pada unit dredge maka
sesuai elemen 1.12 Prima Nirbhaya harus tersedia penerangan
tambahan di lokasi dermaga (akses masuk perahu)
g. Pastikan pada saat menggunakan perahu dari tepi kolam menuju ke
unit dredge operator harus duduk di perahu untuk menjaga
keseimbangan dan menghindari risiko terjatuh
h. Pada saat melangkahkan kaki dari perahu ke unit dredge, operator
harus memastikan jarak aman melangkah dan pijakan tidak licin
untuk menghindari risiko terjatuh, dan kemudian perahu
ditambatkan di tempat yang aman di unit.
i. Pastikan pemeriksaan pipa supply fuel dari main tank (tepi kolam)
ke tangki unit dredge
j. Pastikan kondisi dan posisi sling(kanan, kiri, dan belakang) yang
tertambat pada anchor point dalam keadaan baik dan tepat sehingga
dapat mendukung jangkauan produksi dredge ketika menghisap
lumpur
1.2 Pemeriksaan area unit
a. Melakukan pemeriksaan ketinggian freeboard unit dredge dengan
melakukan pembacaan indikator warna dan ukuran skalatis pada
dinding ponton unit
44
b. Berdasarkan ketentuan pada Kepmen 555K, ketinggian freeboard
unit dredge sbelum dioperasikan minimal 25 cm pada setiap sisi
ponton
c. Pemeriksaan awal kondisi alat (pre-start check) dilakukan dalam
keadaan mesin mati.
Langkah 2 : Operasi Normal (General/Umum)
a. Pengoperasian dredging secara umum dilakukan satu (1) orang
operator dredging
b. Untuk lokasi yang dianggap perlu dan memiliki risiko tinggi
dioperasikan oleh dua (2) orang (operator dan asisten dredging),
seperti issu eksternal keamanan (warga); binatang buas yang
membahayakan; pada saat melakukan pembersihan material yang
tersangkut di cutter dengan pembersihan manual, pada saat
perbaikan sling dan pergantian sling yang terlipat
c. Untuk kondisi yang mengharuskan adanya pengecekan pekerjaan
yang membuat operator dan asisten tidak berada dalam kabin maka
keduanya harus terlibat dalam komunikasi aktif 2 arah
d. Arah pengerukan dredge mengikuti rencana yang diberikan oleh
teknikal atau sesuai arahan dari pengawas
C. Keadaan Darurat
a. Apabila terdapat Tumpahan Hidrokarbon
( Kondisi dimana terjadi tumpahan hidrokarbon (fuel atau oli) ke
badan air yang kemungkinan berasal dari kerusakan pada hose fuel di
air; tumpahan dari secondary tank unit, atau kebocoran oli hydraulic
pada mesin atau sistem hydraulic mesin)
b. Apabila terdapat Bahaya Kebakaran
( Kondisi dimana terdapat indikasi bahaya kebakaran pada dredging
seperti pada bagian ruang mesin dredging. Bahaya kebakaran biasanya
ditandai dengan peningkatan suhu pada ruang mesin atau kabin,
45
ditandai dengan munculnya asap atau ditandai dengan munculnya titik
api pada bagian dredging)
1. Mematikan engine dengan tombol emergency shut down
2. Pelaporan kejadian dan tindakan perbaikan pertama
3. Meninggalkan kabin dredging
4. Memutus supply solar ke unit dredging
c. Apabila terdapat Bahaya Tenggelam
( Kondisi dimana terdapat indikasi bahaya tenggelam yang ditandai
dengan tanda – tanda kebocoran pada kompartemen pontoon, naiknya
level air di ruang mesin atau kompartmen poonton, apabila terdapat
indikasi kemiringan dredging melebihi 5 derajat dilihat dari incline
meter)
1. Pelaporan kejadian dan tindakan perbaikan pertama
2. Meninggalkan kabin dredging
3. Memutus supply solar ke unit dredging
D. Pelaporan Keadaan Darurat
Mengacu pada SOP/MOD/023 – keadaan darurat di PIT :
1. Operator melapor kepada Mine Control atau melapor ke rescue
(Telp : 3000 atau radio saluran 1A TAIT P1 – Mayday 3x) dan
menginformasikan kondisi lingkungan, lokasi keadaan, jumlah
orang yang terlibat, luka yang dialami, jenis dan besarnya
kebakaran, dan sebagainya.
2. Untuk truck yang tidak dilengkapi dengan radio, operator
melaporkan kondisi darurat melalui menu emergency pada
46
dispatch
47
d. Pemberian treatment kedua sebelum air dikeluarkan ke sungai dengan
menggunakan obat (alum) atau kapur
e. Pengambilan sampel akhir untuk memastikan baku mutu sebelum air
dikeluarkan.
48
menghidupkan pompa pertama yang menyedot air dari kolam ke tandon
sampai tandon terisi lebih dari separuh. Hidupkan pompa kedua yang
menyedot air dari tandon menuju sprayer di atas pontoon. Pastikan volume air
yang masuk dan keluar tandon adalah sama. Lalu masukkan alum atau kapur
sesuai prosedur manual lifting sedikit demi sedikit, agar alum atau kapur
terlarut dengan sempurna. Pastikan pengadukan dilakukan terus menerus
untuk mendapatkan larutan jenuh
2. Metode Manual
Pada metode manual menggunakan pengadukan manual dan penyiraman
dengan pipa di inlet kolam. Pengadukan manual dilakukan sesuai prosedur
operasional yang telah ditetapkan yang dimulai dari mengisi air dari kolam ke
tandon sampai terisi lebih dari separuh lalu memasukkan alum atau kapur
secara bertahap agar terlarut dengan sempurna. Lalu buka valve pipa penyalur
wet feeder ke inlet kolam.
3. Metode Semi Automatic
Metode Semi Automatic adalah metode yang menggabungkan antara metode
manual dengan otomatis. Pada pengadukan alum atau kapur dilakukan oleh
motor penggerak otomatis dan pengisian alum atau kapur dilakukan sesuai
prosedur manual lifting. Metode semi automatic menggunakan penyiraman
dengan pipa di inlet kolam. Metode ini merupakan metode yang dipakai oleh
Water Treatment Section PT. Kaltim Prima Coal karena lebih efektif hasil
49
didapatkan dan lebih efisien dalam proses pekerjaan
50
dari penambangan yang terlarutkan oleh air serta sebagai tempat mengolah air
sebelum dialirkan ke sungai, terutama menetralkan pH air yang bersifat asam.
Air asam tambang tidak hanya berasal dari kegiatan penambangan
melainkan dari proses penghancuran batubara. Sebelum batubara masuk ke dalam
alat penghancur (Crusher) maka batubara tersebut disiram dengan air, yang
bertujuan untuk mengurangi debu yang dihasilkan ketika proses penghancuran
dilakukan serta pada saat Crusher beroperasi juga dilakukan penyiraman untuk
membersihkan Crusher dari partikel – partikel batubara. Air limpasan inilah yang
berpotensi membentuk air asam tambang karena adanya mineral sulfida yang
berada dalam batubara juga berpotensi merusak lingkungan. Limbah pencucian
batubara juga menjadi salah satu penyumbang terbesar tingkat kekeruhan pada
air. Salah satu Kolam Pengendapan Lumpur yang menerima air limpasan dari
limbah pencucian batubara adalah Panorama Pond.
51
penyiraman dengan pipa pada inlet kolam. Pengukuran tingkat keasaman
menggunakan alat ukur pH (pH meter dan lakmus). Pengecekan parameter
kualitas air (pH) dilakukan setiap satu jam pada Outlet dan Inlet kolam
pengendap dan dicatat pada form yang telah disediakan. Salah satu pengukuran
pH pada inlet kolam Pengendapan Lumpur Panorama Pond menunjukkan bahwa
pH berkisar direntang 7.
52
Gambar 4. 7 Item Inspeksi Kolam-B3-Behavior Water Treatment
53
Pengawasan titik penaatan terakhir adalah pengelolaan air tambang terakhir
sebelum menuju ke sungai masyarakat. Pada titik penaatan ini environment section
melakukan sampling setiap 1 hari sekali. Sampling dilakukan di dua tempat yakni di
lokasi titik penaatan langsung dan di laboratorium. Pengawasan Compliance Point
yang harus dijaga ada 16 titik ditambah 2 titik penaatan tambahan. Pengambilan
sampel air di titik penaatan langsung adalah untuk mengukur tingkat keasaman
menggunakan pH meter. Sedangkan untuk sampel untuk air TSS dibawa ke
laboratorium untuk diuji menggunakan spektrofotometer.
54
sampel secara berkala setiap 1 jam dalam 24 jam (sehari semalam).
55
BAB V
PENUTUP
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil observasi di lapangan terkait Gambaran Pengelolaan Air
Tambang pada Water Management Section, Mining Services Department - Mining
Operation Division PT. Kaltim Prima Coal, dapat diambil kesimpulan bahwa :
1. Water Management Section memiliki tiga tugas dan tanggung jawab mengelola
air tambang dari dalam pit sampai menuju titik penaatan terakhir (compliance
point) outlet yang menuju ke sungai masyarakat yakni Dewatering Pump,
Dredging, dan Water Treatment.
2. Water Treament memiliki 6 metode dalam bekerja : Metode Pontoon, Metode
Manual, Metode Semi Automatic, Metode Langsung di Kolam dengan Wet
Feeder, Metode Langsung di Kolam dengan Boat, dan Metode dan Metode
Passive.
3. Pengukuran tingkat keasaman pada pekerjaan Water Treament menggunakan
Indikator pH yaitu lakmus. Sedangkan pengukuran tingkat kekeruhan pada
pekerjaan Water Treatment menggunakan alat ukur botol indikator TSS.
Pengecekan pH dan TSS di inlet dan outle dilakukan setiap 1 jam dan dicatat
dalam logbook/form.
4. Monitoring oleh Environment Departement dilakukan dengan pengambilan
sampling air setiap hari dari setiap Compliance Point. Monitoring lain Oleh
Environment adalah dengan alat Automatic Water Sampler.
5.2. Saran
1. Upaya pengendalian baku mutu lingkungan yang dilakukan oleh Water
Management Section terkait pengelolaan air tambang telah dilakukan dengan
sangat baik sehingga kedepannya dapat terus mempertahankan dan melakukan
perbaikan – perbaikan yang diperlukan.
56
57
DAFTAR PUSTAKA
Azwir, 2006. Analisa Pencemaran Air Sungai Tapung Kiri oleh Limbah Industri
Kelapa Sawit PT. Peputra Masterindo di Kabupaten Kampar. Semarang.
Bhattacharya, J. I., et al., 2006. Microbial growth and action: implications for passive
bioremediation of acid mine drainage. Mine Water Environ, XXV(4), pp. 233-
240.
Bradham, W. & Carrucio, F., 1990. A comparative study of tailing using acid base
accounting, cells, columns and soxhlet. Charleston: s.n.
Bussiere, B., et al., 2009. Acid mine drainage from abandoned mine sites :
problematic and reclamation approaches. Hangzhou: s.n.
Bwapwa, J., et al., 2017. Bioremediation of Acid mine drainage using algae strains:
A riview South African. Journal of Chemical Engeneering.
Ford, K., 2003. The Science of Acid Mine Drainage and Passive Treatment. Bureau
of Abandoned Mine Reclamation, Department of Environmental Protection.
Pennsylvania, Amerika Serikat: National Science & Technology Center.
Fripp, J., et al., 2000. Acid Mine Drainage Treatment. Amerika Serikat: Army Corps
of Engineers Ecosystems Management and Restoration Research Program.
Gaikwad, R. & Gupta, D., 2008. Review on removal of heavy metals from acid mine
drainage. Appl. Ecol. Environ. Res, VI(3), pp. 81-98.
Giles, R., 1976. Theory and Problems of Fluid Mechanics and Hydraulics. New
York: McGraw-Hill Book Company.
58
Gusek, J., 2001. Why do Some Passive Treatment Systems Fail?. Dortmouth,
Amerika Serikat: Center of Environmental Health Sciences.
Johnson, D. & Hallberg, B., 2005. Acid Mine Drainage Remediation Options : A
Review. Science of the Total Environment. pp. 3-14.
Keena, K. & Wood, 1980. Kimia untuk Universitas.. VI penyunt. Jakarta: Erlangga.
Loebis, J., 1987. Banjir Rencana Untuk Bangunan Air. s.l.:Departemen Pekerjaan
Umum.
Maidie, A., et al., 2010. Pemanfaatan Kolam Pengendap Tambang Baubara untuk
Budidaya Ikan Lokal dalam Keramba.
MEND Program., 1997. Guideline Document for Monitoring Acid Mine Drainage.
Canada: s.n.
Miller, D., et al., 2004. The resource potential of mining discharge water for
aquaculture..
Nurisman, E., et al., 2012. Studi Terhadap Dosis Penggunaan Kapur Tohor pada
Proses Pengolahan AirAsam Tambang pada Kolam Pengendap Lumpur
Tambang Air Laya PT. Bukit Asam Tbk. Jurnal Teknik Patra Akedemika
Palembang Sumsel.
Peele, R., et al., 1961. Mining Engineers’ Handbook. New York: s.n.
59
PT. Bukit Asam., 2006. Laporan Pemantauan Lingkungan Bulan Januari 2006, Unit
Penambangan Tanjung Enim. Tanjung Enim: PT. Tambang Batubara Bukit
Asam (Persero) Tbk.
PT. Bukit Asam., 2006. Rencana Hidrologi Tambang Tahun 2006, Unit
Penambangan Tanjung Enim. Tanjung Enim: PT. Tambang Batubara Bukit
Asam (Persero) Tbk.
PT. Bukit Asam., 2006. Rencana Operasi Penambangaan Tahun 2006, Unit
Penambangan Tanjung Enim. Tanjung Enim: PT. Tambang Batubara Bukit
Asam (Persero) Tbk.
PT. Bukit Asam., 2006. Rencana Tahunan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan
tahun 2006. Unit Penambangan Tanjung Enim. Tanjung Enim: PT. Tambang
Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk.
Skousen, J., t.thn. Overview of Passive Systems for Treating Acid Mine Drainage.
s.l.:. West Virginia University.
Soewarno, 1995. Hidrologi Aplikasi Metode Statistik Untuk Analisa Data. Bandung:
Penerbit Nova.
Subarkah, I., 1980. Hidrologi Untuk Perencanaan Bangunan Air. Bandung: Idea
Dharma.
60
Sudjana, 1996. Metode Statistika. Bandung: Tarsito.
Syukriadi, 2005. Rencana Teknis Dan Ekonomis Sistem Penirisan Tambang Pada
Blok III PT Batu Bara Bukit Kendi Sumatera Selatan.
Yusran, M., 2009. Pengolahan air asam tambang menggunakan biofilm bakteri
pereduksi sulfat. Tesis. Program Studi Pengolahan Sumberdaya Alam dan
lingkungan IPB.
Zipper, C. & Jage, C., 2001. Passive Treatment of Acid Mine Drainage with Vertical
Flow Systems. s.l.:Virginia State University.
61
Lampiran 1 Absensi Kegiatan
62
63
64
65
66
67
68