Anda di halaman 1dari 22

PROSEDUR

PEMINDAHAN OVERBURDEN
No : MIN-05-(0) Tgl. Berlaku : 15-11-19

DAFTAR ISI PROSEDUR


I. TUJUAN
II. RUANG LINGKUP
III. DEFINISI
IV. DIAGRAM ALIR
V. KETENTUAN
VI. LAMPIRAN

Pengesahan :

Riwayat Revisi :

No Tanggal Diajukan Disetujui


Penjelasan Revisi
Revisi Revisi oleh oleh
New IMS 01-11-2019 1. PR-00-MIN-074 : Dumping MSA Bagus Andi Mangkona
2. PR-00-OPR-077 : Loading
3. ST-00-MIN-006 : Aktivitas Dumping
4. ST-00-OPR-004 : Keselamatan Kerja di Area Loading Point
5. IK-00-OPR-021 : Disposal & Dumping
6. IK-00-OPR-022 : Loading (Overburden removal)

Halaman : 1 dari 22
PROSEDUR
PEMINDAHAN OVERBURDEN
No : MIN-05-(0) Tgl. Berlaku : 15-11-19

I. TUJUAN
Prosedur ini bertujuan untuk memberikan arahan yang jelas mengenai pelaksanaan
pemindahan tanah penutup dengan baik dan benar.

II. RUANG LINGKUP


Prosedur ini mencakup tahapan-tahapan pelaksanaan proses pemindahan tanah penutup
beserta beberapa penjelasan mengenai kondisi khusus yang memerlukan penanganan khusus.

III. DEFINISI
1. Bank Soil adalah lokasi penumpukan tanah lapisan pucuk.
2. Blasted Material adalah material hasil kegiatan peledakan atau yang sudah terberai.
3. Bench Height adalah tinggi jenjang landasan Loader.
4. Blind Spot adalah terhalangnya pandangan operator oleh sesuatu berupa terbatasnya
pandangan lewat kaca spion oleh bukit, lereng ,tanjakan atau tikungan.
5. Bumpy adalah kondisi jalan yang tidak rata atau relative bergelombang.
6. Boundary adalah batas yang menunjukkan area yang boleh dilakukan pekerjaan
penambangan.
7. Bulldozer atau Dozer adalah alat berat yang digunakan untuk mendorong material
buangan kepinggir disposal dan memelihara permukaan landasan disposal agar rata dan
stabil tanpa adanya ceceran batu.
8. CAT-Warning Level adalah tingkatan peringatan pada unit (berada di dalam cabin) yang
dapat membantu operator dalam mengambil tindakan berdasarkan matriks peringatan.
9. Client adalah penerima jasa atau customer atau consession owne atau pemilik tambang.
10. Cross Fall adalah bentuk normal kemiringan jalan (cross section atau sayatan) dari satu atau
dua arah.
11. Daily Plan dan Production Meeting adalah rapat koordinasi antara Departemen
Engineering dan Departemen Produksi serta Departemen lain untuk membahas / mereview
unjuk kerja sehari sebelumnya dan membahas rencana selanjutnya.
12. Direct Spreading adalah aktifitas penumpahan dan penataan top soil secara langsung pada
area yang sudah siap untuk direklamasi.
13. Design speed adalah rencana kecepatan yang akan di gunakan pada jalan angkut.
14. Disposal adalah tempat yang dipakai sebagai pembuangan material overburden atau top
soil yang telah ditentukan.
15. Dispatcher adalah orang yang ditugaskan untuk menerima atau memberi data / informasi
dan merekam data atau informasi kegiatan produksi di tambang dalam setiap shift kerja.
16. Dumping adalah proses menumpahkan material oleh dump truck di area disposal yang
telah ditentukan lokasinya.
17. Dump Bund Wall adalah tanggul penahan yang ada di disposal.

Halaman : 2 dari 22
PROSEDUR
PEMINDAHAN OVERBURDEN
No : MIN-05-(0) Tgl. Berlaku : 15-11-19

18. Dump truck / Haul Truck / Hauler adalah alat yang berfungsi untuk mengangkut dan
membawa material dari lokasi penggalian ke daerah pembuangan
19. Electronic Control Module (ECM) adalah modul yang terdapat disetiap unit yang berfungsi
untuk menyimpan informasi penting dan sebagai pusat kontrol (otak) unit tersebut.
20. Early Warning System (EWS) adalah sistem peringatan dini yang digunakan di area yang
rawan longsor.
21. Excavator / Loader adalah alat yang digunakan untuk pekerjaan-pekerjaan seperti
excavating (menggali), loading (memuat material), lifting (mengangkat beban), hammering
(menghancurkan batuan), drilling (mengebor) dan lain sebagainya yang sesuai.
22. Equipment adalah peralatan yang digunakan dalam proses penambangan.
23. Event Category adalah penamaan dari setiap aktivitas main equipment dalam satuan waktu
tertentu
24. Free Dump adalah tanpa bersentuhan antara vessel dengan landasan Hauler atau dengan
safety berm.
25. Freedig Material adalah material yang dapat langsung digali tanpa adanya kegiatan
tambahan dalam proses tersebut.
26. Fleet adalah Sekumpulan Armada Produksi. Biasanya terdiri dari Excavator, Truck dan alat
pendukungnya seperti Bulldozer, Grader, dll.
27. Grade jalan adalah derajat kemiringan tanjakan atau turunan jalan.
28. Hauling adalah proses pengangkutan material dari suatu tempat ke tempat yang sudah di
tentukan.
29. Haul road Index adalah indikator kualitas jalan angkut berdasarkan hasil rekaman tekanan
suspensi pada truk.
30. Job Safety Analysis (JSA) adalah upaya untuk mempelajari / menganalisa dan serta
pencatatan tiap-tiap urutan langkah kerja suatu pekerjaan, dilanjutkan dengan identifikasi
potensi-potensi bahaya di dalamnya kemudian diselesaikan dengan menentukan upaya
terbaik untuk mengurangi ataupun menghilangkan / mengendalikan bahaya-bahaya pada
pekerjaan yang dianalisa tersebut.
31. Overburden adalah lapisan tanah penutup (lapisan yg menutupi bahan galian) yang
biasanya terdiri dari : top soil, sub soil, lapisan tanah inti (sand stone, clay, dll).
32. Laporan Operator Harian (LOH) adalah laporan terpadu operator yang didalamnya
mencakup pernyataan kesiapan bekerja operator (fit to work), checklist P2H, WO / Target
operasional, catatan aktivitas operasional, dan SMU.
33. Lighting Tower adalah lampu penerangan yang memadai untuk operasional di Disposal.
34. Loading adalah proses pemuatan material ke vessel Dump truck.
35. Loading Point adalah area tempat proses pemuatan material tambang.
36. Kartu Ijin Mengoperasikan Alat Perusahaan (KIMPER) adalah kartu yang terbitkan oleh
perusahaan yang menyatakan kesiapan dari segi pengetahuan dan keterampilan dalam
mengoperasikan alat tertentu yang disahkan oleh KTT.

Halaman : 3 dari 22
PROSEDUR
PEMINDAHAN OVERBURDEN
No : MIN-05-(0) Tgl. Berlaku : 15-11-19

37. Mud Pond adalah kolam penampungan lumpur.


38. Maneuver adalah bentuk gerakan berbalik arah dari Dump truck.
39. Mine Saverity Index (MSI) adalah indeks atau angka yang menunjukkan baik buruknya
kondisi tambang.
40. Operator adalah tenaga kerja yang mempunyai kemampuan dan memiliki keterampilan
khusus dalam pengoperasian pesawat angkat dan angkut serta memiliki KIMPER dan SIO
(Surat Izin Operasi) yang masih berlaku.
41. Pelaksanaan Pemeriksaaan Harian (P2H) adalah pelaksanakan pemeriksaan kondisi alat
yang akan dioperasikan.
42. Productivity adalah kemampuan alat untuk satuan volume setiap satuan waktu (Bcm /
Hour).
43. Pit adalah suatu pembukaan tambang di permukaan.
44. POD adalah Payload Operator Display, monitor yang berada di dalam cabin operator untuk
memberikan informasi beban muatan unit.
45. Rolling Resistance adalah kedalaman penetrasi ban masuk ke dalam permukaan jalan
46. RPM Engine atau biasa disebut takometer adalah alat untuk mengetahui jumlah putaran
komponen dalam mesin. Pada umumnya, RPM ditunjukkan dalam bilangan ribuan. Jika
takometer berada pada angka 4 berarti komponen bergerak dalam mesin berputar 4000
kali tiap menit.
47. Stake out adalah penentuanatau pemasangan tanda di suatu area.
48. Safety berm adalah tanggul pengaman di pinggir jalan angkut
49. Skill adalah keterampilan atau kompetensi mengoperasikan dan mengaplikasikan alat
berat.
50. Surat Ijin Operator (SIO) adalah sertifikat kelayakan SMK3 (Sistem Manajemen
Keselamatan Kesehatan Kerja).
51. Super elevasi adalah beda tinggi permukaan antara kiri dan kanan jalan pada tikungan.
52. Sub soil adalah lapisan tanah antara top soil dan overburden (lapisan tanah inti).
53. Top soil adalah lapisan tanah paling atas (pucuk atau humus) dengan ketebalan 1-1.5 m
dari permukaan yang mengandung unsur-unsur hara yang diperlukan untuk pertumbuhan
vegetasi.
54. Turning Radius atau Circle Hauler adalah radius putar yang di ukur dengan diameteratau
garis tengah ketika truck tersebut memutar.
55. Work Order (WO) adalah dokumen yang dikeluarkan oleh Departemen Engineering tiap
hari yang isinya merupakan rincian kerja yang menjadi panduan Departemen produksi.

Halaman : 4 dari 22
PROSEDUR
PEMINDAHAN OVERBURDEN
No : MIN-05-(0) Tgl. Berlaku : 15-11-19

IV. DIAGRAM ALIR


DOKUMEN
DIAGRAM ALIR PIC INDIKATOR PROSES
PENDUKUNG

MULAI

Pembuatan WO OB Daily Production PPNC 1.Informasi di WO lengkap


1 Work Order
Removal
MIN-05-01-(0)

Operation 2.Persiapan sesuai standard


Persiapan Pekerjaan
2
OB Removal

Operation 3.Pelaksanaan pekerjaan sesuai standard


Pelaksanaan
3
Pekerjaan OB Removal

Pengawasan Operation 4.Pelaksanaan pekerjaan sesuai standard


4
Pekerjaan OB Removal

Report Operation 5.Laporan dibuat tepat waktu


Monitoring &
5 MIN-05-02-(0)
Pelaporan

SELESAI

Halaman : 5 dari 22
PROSEDUR
PEMINDAHAN OVERBURDEN
No : MIN-05-(0) Tgl. Berlaku : 15-11-19

V. KETENTUAN
1. Pembuatan WO OB Removal
1.1. Pembuatan rencana kerja yang sesuai dengan rencana penambangan mingguan.
1.1.1. Informasi yang masuk dalam Work Order adalah :
1.1.1.1 Equipment
1.1.1.2 Komposisi fleet dan area kerja unit support
1.1.1.3 Lokasi Kerja : Pit, Loading Point, Akses Jalan dan Disposal
1.1.1.4 Parameter produksi : Jarak, Target Productivity, Utilisasi dan Produksi
1.1.2. Berdasarkan Work Order, Engineering membuat Daily plan Map yang digunakan
untuk memaparkan rencana penambangan ke Client.
1.2. Daily Meeting Work Order
1.2.1. Daily Meeting diikuti PP&C, Operation, Safety.
1.2.1.1. Tim PPnC memaparkan Work Order ke Operation termasuk Hasil
Kesepakatan Daily Meeting dengan Client.
1.2.1.2. Tim Operation melakukan pengecekan update ketersediaan unit
Operasional, dengan Daily Breakdown Status, update unit ready baik
Main Equipment maupun Support Equipment.
1.2.1.3. Tim Operation melakukan pengecekan kehadiran Foreman dan Operator
sesuai Roster Manpower untuk memastikan bahwa semua area
mendapat pengawasan, dan semua fleet bisa berjalan.
1.2.1.4. Tim safety menyampaikan masukan agar aktifitas tambang dapat
dilakukan dengan aman dan selamat.
1.2.1.5. Tim PPnC dan Operation menyepakati Work Order
1.3. Pemasangan batas area kerja oleh Survey sebagai acuan rencana penambangan.

2. Persiapan Pekerjaan OB Removal


2.1. Pemaparan Work Order
2.1.1. Pemaparan Work Order ke Foreman dan Operator
2.1.1.1. Foreman menuliskan informasi Work Order ke dalam Papan
Pengumuman, yang meliputi:
2.1.1.1.1 Pasangan alat muat dan alat angkut beserta dengan
operatornya.
2.1.1.1.2 Lokasi kerja: Loading Point, akses jalan, disposal dan jarak
angkut.
2.1.1.1.3 Target produksi termasuk produktifitas dan utilisasi.
2.1.1.2. Foreman memaparkan Work Order ke Operator yang meliputi informasi:
pemaparan operasional fleet OB, Coal Getting dan general activity,
diskusi terkait operasional dan issue safety, memastikan bahwa area
kerja aman, terkait populasi unit running, luasan area kerja, penerangan
disaat shift malam, pembentukan design LOM dan issue lingkungan.
2.1.1.3. Operator mengisi Form LOH berdasarkan informasi dari Foreman yang
meliputi:

Halaman : 6 dari 22
PROSEDUR
PEMINDAHAN OVERBURDEN
No : MIN-05-(0) Tgl. Berlaku : 15-11-19

2.1.1.3.1 Target produksi / ritasi, produktifitas, utilisasi.


2.1.1.3.2 Lokasi kerja: Loading Point, akses jalan, disposal dan jarak
angkut.
2.1.1.3.3 Pernyataan kesiapan bekerja (Fit To Work)
2.2. Standard area Loading Point
2.2.1. Tinggi bench atau jenjang kerja
2.2.2. Lebar Loading Point
2.2.3. Standar Parameter Loading Point :

2.3. Standard area Dumping Point


2.3.1. Lebar Disposal
2.3.2. Kemiringan Area Permukaan (Face)
2.3.3. Standar Parameter Dumping Point :

2.4. Persiapan area loading


2.4.1. Klasifikasi khusus, Loading di dekat area longsor :
2.4.1.1. Pemasangan EWS (Early Warning System) di area rawan longsor untuk
memonitoring pergerakan longsoran dan memberi tanda bahaya bagi
pekerja di area longsoran.
2.4.1.2. Memberikan penerangan pada area rawan longsor pada saat bekerja di
malam hari.

Halaman : 7 dari 22
PROSEDUR
PEMINDAHAN OVERBURDEN
No : MIN-05-(0) Tgl. Berlaku : 15-11-19

2.4.1.3. Menentukan jalur evakuasi jika alarm EWS berbunyi atau jika terjadi
hujan maupun terdapat pergerakan yang berpotensi longsor.
2.4.1.4. Menempatkan pengawas khusus selama kegiatan berlangsung untuk
memonitor pergerakan material longsor.
2.4.2. Klasifikasi khusus, Loading Lumpur :
2.4.2.1. Melakukan inspeksi retakan disisi bagian atas dari Loading Point secara
berkala oleh pengawas tambang.
2.4.2.2. Memposisikan excavator tidak dibawah lumpur dengan beda tinggi > 3.5
meter atau operator dapat melihat crest lumpur dari dalam cabin serta
pijakan pada posisi rata dan material keras.
2.4.2.3. Membuat tanggul penahan (counter weight) jika saat loading lumpur
terdapat beda tinggi > 3.5 meter sebagai penahan jika terjadi
pergerakan lumpur.

2.5. Persiapan jalan hauling


2.5.1. Standar Jalan Hauling

2.5.2. Mine Plan membuat perencanaan pembuatan jalan angkut.


2.5.3. Survey memberikan data acuan, parameter jalan angkut di lokasi pembuatan jalan
sesuai perencanaan.
2.6. Persiapan area dumping
2.6.1. Penanganan material Top soil ditempatkan ke penumpukan top soil (Bank Soil)
yang sudah ditentukan didalam rencana penambangan atau berdasarkan instruksi
dari client direct spreading ke area rencana reklamasi.
2.6.2. Penanganan material Lumpur ditempatkan ke kolam lumpur (Mud Pond) yang
sudah ditentukan didalam rencana penambangan.
2.6.3. Penanganan OB freedig / Blasted / Ripped ditempatkan di area disposal sudah
ditentukan didalam rencana penambangan.

Halaman : 8 dari 22
PROSEDUR
PEMINDAHAN OVERBURDEN
No : MIN-05-(0) Tgl. Berlaku : 15-11-19

2.6.4. Jika terdapat penimbunan kolam lumpur :


2.6.4.1. Perencanaan dan pembuatan timbunan dikolam lumpur
2.6.4.1.1. Pengawas tambang, Mine Plan, Survey dan OSHE Dept. wajib
melakukan survey dan observasi di area kolam lumpur yang
akan di timbun, jika ada resiko spesifik maka wajib dibuatkan
JSA sebagai pengendalian lanjutan agar pekerjaan
berlangsung dengan aman.
2.6.4.1.2. Mine Plan membuat rencana penimbunan di kolam lumpur
dengan mempertimbangkan faktor-faktor antara lain safety,
geotech, lingkungan, drainase, rencana tambang dan
kebutuhan equipment / alat.
2.6.4.1.3. Pengawas tambang menyiapkan alat yang dibutuhkan dan
kecukupan lighting tower, memilih operator yang memiliki
kompetensi yang memadai, memahami prosedur dan
memasang rambu-rambu yang dibutuhkan di area timbunan.
2.6.4.2. Pemasangan tanda batas haul truck dumping
2.6.4.2.1. Pengawas tambang menentukan batas 7.5 meter dan
memasang rambu di area yang akan di dumping serta aman
untuk haul truck melakukan kegiatan dumping.
2.6.4.2.2. Tanda batas dumping menjadi acuan arah Maneuver haul
truck dumping sesuai dengan rencana penimbunan.
2.7. P2H (Pelaksanaan Pemeriksaaan Harian)
2.7.1. Operator Alat Berat melaksanakan P2H sebelum mengoperasikan unitnya
2.7.1.1. Pemeriksaan untuk memastikan kondisi unit layak dioperasikan, jika
tidak ada keluhan unit langsung dioperasikan.
2.7.1.2. Ketika terjadi keluhan terhadap unitnya, maka secepatnya laporan
kepada pengawas tambang melalui radio komunikasi serta mencatatnya
dalam Form LOH.
2.7.1.3. Pengawas tambang segera menindak lanjuti keluhan tersebut ke
Dispatcher dan Plant Dept. agar segera ditindak lanjuti.
2.7.1.4. Plant Dept. yang akan memutuskan tindak lanjut atas keluhan tersebut
kepada Dispatcher dan Operation Dept. (Pengawas Tambang).
2.7.1.5. Operation Dept. (Pengawas Tambang) memberi perintah kepada
operator menindak lanjuti informasi dari Plant Dept. (bisa stop operasi
atau melanjutkan operasinya).
2.7.1.6. Ketika sedang dioperasikan kemudian timbul warning level ketiga dan
atau ada kejadian terkait dengan keselamatan, maka operator segera
matikan Engine dan parkir ditempat aman serta secepatnya laporan ke
pengawas tambang, bila perlu via radio komunikasi agar segera
dipasang pengaman (safety line).
2.7.1.7. Pengawas tambang menyampaikan laporan warning level tiga tersebut
ke Plant Dept. dan Dispatcher.

Halaman : 9 dari 22
PROSEDUR
PEMINDAHAN OVERBURDEN
No : MIN-05-(0) Tgl. Berlaku : 15-11-19

2.7.1.8. Plant Dept. yang akan memutuskan tindak lanjut atas keluhan tersebut
kepada Dispatcher dan Operation Dept. (Pengawas Tambang).
2.7.1.9. Operation Dept. (Pengawas Tambang) memberi perintah kepada
operator untuk menindak lanjuti informasi dari Plant Dept. (stop operasi
atau lanjutkan operasinya).
2.7.2. Tindakan operator terhadap terjadinya tanda – tanda peringatan sesuai buku
panduan masing - masing produk, contoh dari CAT -Warning level 1, 2 dan 3
terlampir :

“Tindakan operator terhadap kondisi unit yang mengalami trouble harus


mengikuti petunjuk pada kolom “Tindakan yang perlu dilakukan operator” hanya
peringatan yang ketiga saja yang boleh menghentikan atau mematikan engine.
Apabila melakukan tindakan tidak sesuai dengan petunjuk tersebut bisa
dikenakan sanksi oleh dept. head-nya.”

2.7.3. Uraian P2H selama dan sampai akhir Operasi (Jika dalam kegiatan operasi operator
mengalami “Keluhan”)
2.7.3.1. Operator mencatat keluhan, ketidak normalan dalam pengoperasian
atau gangguan gejala kerusakan kedalam form LOH nya dan meneruskan
laporan tersebut ke Plant Dept. via radio dan ke pengawas tambang.
2.7.3.2. Pengawas tambang memonitor hasil laporan gangguan tersebut ke Plant
Dept.
2.7.3.3. Plant Dept. melakukan identifikasi gangguan.
2.7.3.4. Plant Dept. memberikan informasi ke Operator via radio dan ke
pengawas tambang serta kepada Dispatcher tentang kemungkinan
apakah unit di stop operasi atau unit tetap beroperasi dan mencatatnya
sebagai backlog.

Halaman : 10 dari 22
PROSEDUR
PEMINDAHAN OVERBURDEN
No : MIN-05-(0) Tgl. Berlaku : 15-11-19

2.7.3.5. Apabila dilaksanakan perbaikan atas gangguan tersebut dilapangan,


petugas dari Plant Dept. memberikan catatan hasil perbaikan dan
menandatangani form LOH operator tersebut.
2.7.3.6. Ketika sudah selesai perbaikan atas gangguan tersebut, unit bisa
beroperasi kembali dan memberikan informasi ke Dispatcher dan
Pengawas tambang.
2.7.3.7. Pengawas tambang memastikan salah satu dari kedua kemungkinan
tersebut dilaksanakan oleh operatornya.
2.8. Pemasangan batas (boundary) oleh survey
2.8.1. Kegiatan Survey yang berkaitan dengan design tambang adalah melakukan Stake
out data design berdasarkan Daily Plan Map dan Work Order yang dibuat oleh
Mine Plan - Short Term.

3. Pelaksanaan Pekerjaan OB Removal


3.1. Pelaksanaan Work Order
3.1.1. Operator melakukan pekerjaan sesuai Work Order.
“Operator mencatat hasil produksi aktual dan status unit pada form LOH.
3.1.2. Foreman melakukan pengawasan selama kegiatan operasinal berjalan, diskusikan
dengan Operation Dept Head terkait Progress dan kendalanya, serta komunikasikan
ke team PP&C, jika ada anomali eksekusi operasional terhadap rencana yang
tertuang di Work Order.

3.2. Metode Loading


3.2.1. Top Loading adalah metode loading dengan landasan Loader sejajar landasan
Hauler (baik dengan Side Loading atau Bottom Loading), landasan di belakang
Hauler harus di buat safety berm, sebagai stopper, tingginya sepertiga diameter
roda Hauler.

3.2.2. Drive true Loading adalah metode loading dengan landasan Loader lebih tinggi
Hauler namun pemuatan material melalui belakang vessel dengan gerakan bucket
swing menyamping. Jarak antara Hauler dengan Loader harus lebih rapat. Metode
ini memerlukan keahlian (skill) tinggi operator Loader, karena harus mampu
menjaga tidak tercecernya material pada landasan posisi Hauler yang berdekatan
dengan Loader.

Halaman : 11 dari 22
PROSEDUR
PEMINDAHAN OVERBURDEN
No : MIN-05-(0) Tgl. Berlaku : 15-11-19

3.2.3. Bottom Loading adalah metode loading dengan landasan Loader lebih tinggi
Hauler, pemuatan dari belakang vessel dengan gerakan bucket membuang
material ke arah bagian depan vessel Hauler.

3.2.4. Side Loading adalah metode loading dengan landasan Loader lebih tinggi Hauler,
pemuatan material melalui samping Vessel, dengan gerakan bucket swing
menyamping.

3.2.5. Paralel Bottom Loading adalah metode loading dengan dua Hauler siap di area
loading dalam satu Loader, 1,5 Bottom Loading, landasan Loader lebih tinggi dari
landasan Hauler, salah satu Hauler siap mundur ketika Hauler yang pertama siap
berangkat.

Halaman : 12 dari 22
PROSEDUR
PEMINDAHAN OVERBURDEN
No : MIN-05-(0) Tgl. Berlaku : 15-11-19

3.3. Aturan Hauling


3.3.1. Jarak dan Posisi Antrian (Queueing) Hauler, minimum ukuran panjang Hauler
terbesar.
3.3.2. Posisi Queueing ada dua macam (harus ada kesepakatan antara Pengawas
tambang, para operator Hauler / Loader) :
3.3.2.1 Queueing Hauler arah maju menghadap alat Loader.
3.3.2.1.1 Operator Hauler bisa memperhatikan proses pemuatan (lebih
mengutamakan keselamatan kerja).
3.3.2.1.2 Jarak antri antar Dump truck di Loading Point adalah 1 x panjang
truck.
3.3.2.1.3 Pada saat menunggu antrian posisi unit tidak boleh sejajaratau
lurus dengan unit yang ada di depannya, sehingga posisi unit
yang dibelakang dapat dilihat oleh unit yang di depan melalui
spion (tidak berada di area blind spot). Jarak antrian minimal
10m atau 1 x panjang unit.

3.3.2.2 Queueing Hauler arah mundur dengan membelakangi alat Loader dan
Hauler.
3.3.2.2.1 Operator Hauler pada sistim ini tidak bisa memperhatikan
proses pemuatan dengan leluasa, terbatas melalui kaca spion
dan harus menunggu perintah operator Loader untuk
mengambil posisi mundur agar bisa tepat menempati posisi
loading (lebih mengutamakan produktivitas).

3.3.3. Operator Dump truck yang antri harus bisa melihat posisi Dump truck yang lagi diisi
oleh alat muat.
3.3.4. Operator Dump truck melakukan penempatan Dump truck ke posisi dimana bucket
excavator telah terisi dan terangkat searah dengan bucket excavator.

Halaman : 13 dari 22
PROSEDUR
PEMINDAHAN OVERBURDEN
No : MIN-05-(0) Tgl. Berlaku : 15-11-19

3.3.5. Operator excavator memberi aba – aba dengan membunyikan klakson (horn) Dump
truck untuk berhenti sewaktu posisi Dump truck siap untuk dimuat dan bisa
bergerak setelah operator alat Loader selesai pemuatan dengan memberikan tanda
berupa klakson.
3.3.6. Operator Dump truck menempatkan posisi Dump truck harus rata (rata kiri kanan,
depan dan belakang) dengan permukaan Loading Point.
3.3.7. Selama proses loading operator Dump truck harus tetap di dalam kabin dan rem
parkir selalu terpasang.
3.3.8. Operator Dump truck melakukan monitor untuk muatan maksimum pada POD
sesuai standar dan selalu berkomunikasi dengan operator alat muat tentang
muatan pada proses loading.
3.3.9. Proses hauling
3.3.9.1. Operator Dump truck mengatur kecepatan sesuai kondisi permukaan
jalan, grade jalan, maupun menjelang tikungan.
3.3.9.2. Menempatkan tingkat gigi transmisi yang sesuai dengan grade jalan
harus dilakukan sebelum tanjakan dan sebelum turunan.
3.3.9.3. Menggunakan retartder diawal turunan secara bertahap, sesuai dengan
perubahan RPM engine.
3.3.9.4. Mengurangi tingkat gigi transmisi satu tingkat bila penunjuk suhu oli
rem mulai tinggi atau menghentikan truck sampai suhu kembali normal.
3.3.9.5. Jarak beriringan (convoy) antar Dump truck minimal adalah 50 m.
3.3.9.6. Dump truck harus stop jika jarak pandang terhalang, kurang dari 50 m.
3.3.9.7. Tidak membelokan Dump truck, berhenti atau menambah kecepatan
secara tiba-tiba.
3.3.9.8. Mengoperasikan Dump truck dengan RPM Engine antara 1.700 - 2.000
3.3.9.9. Tidak menggunakan rem service untuk mengurangi kecepatan, kecuali
menghentikan Truck.

3.4. Metode Dumping


3.4.1. Penempatan posisi Hauler selalu berada di sebelah kiri Dozer Arah putaran Hauler
di area Disposal searah jarum jam.

3.4.2. Patok atau pembatas dibuat agar posisi Hauler lebih aman pada saat proses
dumping.

Halaman : 14 dari 22
PROSEDUR
PEMINDAHAN OVERBURDEN
No : MIN-05-(0) Tgl. Berlaku : 15-11-19

3.4.3. Ketika posisi vessel tegak, proses dumping tidak boleh sambil berjalan kecuali
hanya sepanjang satu putaran roda kedepan.

3.4.4. Penempatan Hauler pada landasan harus rata, lurus, tidak miring ke depan atau
belakang, ke kiri atau ke kanan.

3.4.5. Safety berm – Area Dumping


3.4.5.1. Tanggul atau Safety berm setinggi setengah diameter roda Hauler

3.4.5.2. Saat melakukan dumping di disposal yang ketinggiannya lebih dari 12 m


atau yang dibawahnya terdapat sump maka jarak aman dumping untuk
Dump truck minimal 7,5 m dari crack (patahan atau retakan permukaan
landasan).

Halaman : 15 dari 22
PROSEDUR
PEMINDAHAN OVERBURDEN
No : MIN-05-(0) Tgl. Berlaku : 15-11-19

3.4.6. Penumpahan Material


3.4.6.1. Pada saat melakukan dumping pastikan posisi transmisi netral, aktifkan
retarder brake, atur dump lever ke posisi raise dan tekan pedal gas
hingga tachometer mencapai 2000 rpm. Saat rod cylinder mencapai 0,5
langkah kurangi rpm agar tidak menghentak.
3.4.6.2. Bila material tidak dapat turun semua dari vessel maka majukan Dump
truck dengan speed F1 sejauh kurang lebih 2m. Jangan menjalankan
Dump truck pada saat dump body belum turun sepenuhnya.
3.4.6.3. Turunkan vessel hingga rata dengan chasis setelah dumping selesai baru
kemudian Dump truck bisa digerakkan. Jangan menjalankan Dump truck
bila vessel masih terangkat dan jangan menurunkan vessel sambil
berjalan.
3.4.6.4. Operator Dump truck menempatkan posisi dumping sesuai ramburambu
yang ditentukan atau petunjuk Operator Dozer

3.4.7. Penumpukan Material


3.4.7.1. Penumpukan material Overburden dan ketinggian lapisan, sebaiknya
secara bertahap, tergantung jenis material dan landasan penempatan
material.

3.4.7.2. Penumpukan material lembek, bisa gunakan sistem free dump (tanpa
bersentuhan antara vessel dengan landasan Hauler atau dengan safety
berm).

3.4.7.3. Ditempat pembuangan (disposal) material lembek dan keras harus


terpisah.

4. Pengawasan Pekerjaan OB Removal


4.1. Monitoring semua proses loading, hauling dan dumping berjalan sesuai rencana
4.1.1. Selain Hauler, kendaraan lain yang akan masuk ke Loading Point harus mendapat
ijin lebih dahulu dari pengawas tambang yang bertugas serta memastikan
keamanan dengan berkomunikasi lebih dulu via radio kepada operator Loader dan
para operator Hauler yang berada di area Loading Point.

Halaman : 16 dari 22
PROSEDUR
PEMINDAHAN OVERBURDEN
No : MIN-05-(0) Tgl. Berlaku : 15-11-19

4.1.2. Arah aliran air di anjurkan ke arah keluar Loading Point; kekiri atau kekanan bukan
menuju lokasi Loading. Jika terdapat sumber air, membuat parit untuk
mengalirkan air ke luar Loading Point.
4.1.3. Tidak membiarkan orang yang tidak berkepentingan ikut naik dalam Dump truck.
4.1.4. Tidak menaiki atau menuruni dari Dump truck yang sedang bergerak.
4.1.5. Gunakan three point contact saat naik atau turun & jangan melompat dari Dump
truck. (2 tangan + 1 kaki bergantian) pada saat naik atau turun dari tangga unit,
hindari memegang barang saat naik atau turun dari unit. Pastikan posisi tubuh
selalu menghadap ke tangga.

4.1.6. Dilarang mendekati atau melintas antara Truck, dengan jarak minimum radius
sama dengan panjang truck terbesar yang beroperasi kecuali sudah dipastikan
melalui komunikasi radio antar truck (30 meter).
4.1.7. Dilarang mendekatkan 2 (dua) unit yang sedang beroperasi untuk memberikan
atau menerima suatu barang. Misalnya rokok, makanan, minuman, korek api,
check list, dll.
4.1.8. Pembagian makananatau minuman harus dilakukan dengan cara yang aman. Tidak
di perbolehkan memberikan atau menerima sesuatu antara operator saat operasi
(pengecualian jika tidak tersedia lokasi pembagian makanan atau minuman, maka
di wajibkan melakukan komunikasi 2 arah dan Operator memposisikan parkir
diposisi yang aman). Misalnya pembagian makanan dilakukan di Pit stop atau Pos
operator.
4.1.9. Setiap driver / operator dilarang melakukan pindah posisi antar Truck dengan cara
langsung dari atas Truck. Operator harus turun terlebih dahulu dari Truck yang
satu untuk kemudian naik ke Truck yang lain sesuai ketentuan.
4.1.10. Setiap driver / operator harus tetap menjaga jarak aman (minimal selebar Truck)
antar truck di setiap saat, baik pada saat operasi, saat parkir, maupun pada saat
berhenti meskipun dalam waktu sebentar.
4.1.11. Tidak melakukan akitvitas yang bisa menganggu konsentrasi selama
mengoperasikan unit (misalnya: menggunakan hand phone, bercanda berlebihan
menggunakan radio, dll).
4.1.12. Operator melakukan komunikasi melalui perintah atau isyarat (klakson operator
Loader mundur) untuk menempati posisi loading yang tepat. (posisi Hauler
berhenti atau jalan setelah muatan terisi penuh).

Halaman : 17 dari 22
PROSEDUR
PEMINDAHAN OVERBURDEN
No : MIN-05-(0) Tgl. Berlaku : 15-11-19

4.2. Monitoring semua parameter yang ada di rencana area kerja dilaksanakan
4.2.1. Harus sesuai dengan Prosedur Pengoperasian Alat Tambang.
4.2.2. Membunyikan klakson sebelum atau sesudah mengoperasikan Dump truck (Bunyi
1X = start, 2X = maju dan 3X = mundur).
4.2.3. Permukaan Loading Point harus rata, jika permukaan tidak rata (Bumpy) akan
mengakibatkan permukaan landasan Loading Point terdapat ceceran batu atau
border dan berdampak kerusakan pada ban dan komponen.
4.2.4. Tinggi bench untuk landasan Loader minimal setinggi panjang Stick Loader atau
setinggi Vessel Hauler
4.2.5. Posisi penempatan bucket ketika Loader menunggu Hauler, tidak dibolehkan
menempat bucket pada landasan Hauler
4.2.6. Monitoring bucket Loader sudah terisi muatan dan ketinggian bucket sudah di atas
vessel Hauler.
4.2.7. Lokasi penempatan lighting tower harus terlindung, agar kemungkinan tertabrak
dari lalu lintas Hauler atau kendaraan lainnya dapat dihindari.
4.2.8. Landasan lighting tower lebih tinggi dari landasan lalu lintas kendaraan, sehingga
perlu dibuatkan safety berm.
4.2.9. Tempatkan lokasi parkir kendaraan selain Hauler di lokasi sebelum jalan masuk dan
keluarnya Hauler dari Loading Point.
4.2.10. Kapasitas tempat parkir kendaraan ringan minimal mampu menampung tiga
kendaraan selain Hauler secara serong.
4.2.11. Buatkan median pembatas agar tempat parkir tersebut aman dari lalulintas Hauler.
4.2.12. Jalan keluar masuk Hauler ke Loading Point atau Disposal terdiri dari :
4.2.12.1. One Way (satu arah), jalan masuk dan keluar Hauling dibuat terpisah.
4.2.12.2. Two Way (dua arah), dibuat pembatas jalan (Median) atau Safety berm
setinggi setengah dari diameter roda Hauler
4.2.13. Hindarkan terjadi Blind Spot antar Hauler dan antara jalan masuk dan keluar area
Loading Point.

5. Monitoring & Pelaporan


5.1. Melaporkan Ritasi dan Event ke Dispatcher
5.1.1. Pada Shift Berlangsung
5.1.1.1. Operator melaporkan jumlah retasi per jam ke Dispacther dan
diverifikasi oleh pengawas tambang.
5.1.1.2. Operator melaporkan ke pengawas tambang terkait kerusakan unit dan
setiap event unit.
5.1.1.3. Pengawas tambang melakukan verifikasi kerusakan dan melaporkan ke
Dispatcher untuk disampaikan ke Plant. Dept untuk di tindak lanjuti.
5.1.2. Pada Akhir Shift
5.1.2.1. Operator mencatat aktifitas pekerjaan dan SMU running pada form time
sheet.

Halaman : 18 dari 22
PROSEDUR
PEMINDAHAN OVERBURDEN
No : MIN-05-(0) Tgl. Berlaku : 15-11-19

5.1.2.2. Pengawas tambang mengumpulkan time sheet, memastikan pencatatan


SMU sesuai dengan SMU actual pada Engine kemudian menandatangani
dan menyerahkan ke dispatcher.
5.1.2.3. Melakukan reconcile dengan data breakdown dari Plant Dept.
5.1.3. Dispatcher menerima time sheet dari pengawas tambang
5.1.3.1. Memeriksa kesesuaian laporan via radio dengan time sheet.
5.1.3.2. Menginput event dan SMU running sesuai masing-masing equipment id
ke dalam CSIS.
5.1.3.3. Time sheet yang telah di-input akan di simpan oleh dispatcher sebagai
file dokumen.
5.1.4. OCC Engineer / Supervisor mereview data event dan SMU sudah ter-input oleh
Disptacher sesuai event category.
5.1.5. Jika ditemukan ketidaksesuaian antara event dan SMU running OCC akan
mengkonfirmasikan ke pengawas plant maupun pengawas tambang.
5.1.6. Jika data event dan SMU sudah sesuai dengan time sheet maka OCC akan submit
ke CSIS yang kemudian akan tersimpan di server dan melakukan shift closing.
5.2. Melakukan serah terima kegiatan topsoil (Target vs Actual)
5.2.1. Pengawas tambang melakukan koordinasi dengan Mine Plan terkait kegiatan
pengangkutan top soil yang sudah dikerjakan
5.2.2. Survey mengambil data actual dilapangan yang digunakan untuk lampiran dalam
Berita Acara Serah Terima berdasarkan hasil observasi dilapangan atau kesesuaian
dengan rencana penambangan
5.2.3. Mine Plan membuat Berita Acara Serah Terima dengan melampirkan dokumen
pendukung yang di tanda tangani oleh Pengawas tambang, Survey Section dan
Mine Plan yang kemudian di ajukan ke Client untuk disetujui.
5.3. Melakukan review daily, weekly, monthly
5.3.1. Daily Meeting
5.3.1.1. Meeting dipimpin oleh Project Manager dan dihadiri oleh Dept. Head
Operation, PPnC, Plant, OSHE, Finance, GA dan HC.
5.3.1.2. Agenda yang dibahas dalam Daily Meeting Project:
5.3.1.2.1 Pencapaian produksi harian terhadap Work Order dan
rencana perbaikan.
5.3.1.2.2 Parameter finansial: EBITDA, Operating Profit, Gap Analysis -
Cost per bcm dan rencana perbaikan.
5.3.1.2.3 Issue lain terkait project dan time frame rencana perbaikan,
dimasukkan kedalam MoM.
5.3.1.2.4 Progress MoM sebelumnya.
5.3.1.3. Mendistribusikan hasil meeting & MoM ke peserta meeting
5.3.1.4. Masing-masing penanggung jawab melaksanakan hasil meeting & MoM
5.3.2. Melakukan review daily, meliputi :
5.3.2.1 Production Review
5.3.2.2 Performance Review

Halaman : 19 dari 22
PROSEDUR
PEMINDAHAN OVERBURDEN
No : MIN-05-(0) Tgl. Berlaku : 15-11-19

5.3.2.3 Sequence Review


5.3.3. Melakukan review weekly, meliputi :
5.3.3.1 Production Review
5.3.3.2 Performance Review
5.3.3.3 Sequence Review
5.3.3.4 Waterfall
5.3.3.5 Material Balance & Distance
5.3.3.6 Fuel
5.3.3.7 Drill & Blast
5.3.3.8 Finance
5.3.4. Melakukan review monthly, meliputi :
5.3.4.1 Production Review
5.3.4.2 Performance Review
5.3.4.3 Sequence Review
5.3.4.4 Waterfall
5.3.4.5 Material Balance & Distance
5.3.4.6 Fuel
5.3.4.7 Drill & Blast
5.3.4.8 Finance
5.4. Monitoring kesesuaian WO
5.4.1. Job Pending Operation
5.4.1.1. Operation melakukan Job Pending ke shift berikutnya dengan
melampirkan dokumen Hard Copy Work Order semua Pit, Roster, Hourly
Report.
5.4.1.2. Diskusi Job Pending Operasional meliputi: update ketersediaan unit,
Sumber daya Operator Shift II, Sumber daya & alokasi Pengawas Shift 2,
WO untuk Shift 2, Issue K3L (termasuk penempatan Lighting Tower),
catatan terkait dengan Final Desain, dan lain-lain.
5.4.1.3. Form Work Order dikumpulkan bersamaan dengan Time Sheet Operator
dan Laporan Harian Pengawas, sebagai dokumentasi kegiatan di
Operasional.
5.4.2. Pengawas tambang segera menghubungi Mine Plan jika ada yang perlu
dikonsultasikan terkait keraguan dalam eksekusi WO Shift 2.
5.5. Pengukuran Mine Severity Index (MSI)
5.5.1. Proses download mengikuti Standar Pengambilan Data MSI (Lampiran)
5.5.2. Mine Plan memberikan data rencana tambang terkait dengan jalan angkut yang
aktif ke MSI Downloader sebagai acuan pengukuran indikator haul road.
5.5.3. MSI Downloader melakukan download data indikator haul road pada beberapa
jalur haulroad yang aktif.
5.5.4. Survey melakukan pick up data haul road dan data hasil survey tersebut diserahkan
ke OCC Engineer sebagai data tambahan untuk analisa haul road.

Halaman : 20 dari 22
PROSEDUR
PEMINDAHAN OVERBURDEN
No : MIN-05-(0) Tgl. Berlaku : 15-11-19

5.5.5. Pengawas Road Maintenance mengisi Checklist Standard Haul road berdasarkan
kondisi aktual haulroad yang aktif untuk setiap segment jalan.
5.5.6. MSI Downloader melakukan download data indikator payload secara berkala pada
semua alat angkut yang sudah dikalibrasi.
5.5.7. Operation Dept. Head membuat laporan MSI yang mencakup hal-hal sebagai
berikut:
5.5.7.1. Hasil dan analisa Indikator Haul road untuk setiap jalur yang aktif.
5.5.7.2. Hasil dan analisa Indikator Payload untuk semua alat angkut.
5.5.7.3. Lampiran hasil isian Checklist Standard Haul road.
5.5.7.4. Perbaikan yang sudah dilakukan dan rencana perbaikan untuk
meningkatkan MSI.
5.5.8. Engineering, Operation dan Plant melakukan meeting untuk membahas Laporan
MSI. Kesepakatan hasil meeting dituangkan dalam Form Minutes of Meeting dan
semua pihak melaksanakan semua yang disepakati sebagai hasil meeting
tersebut.
5.5.8.1. Engineering harus memastikan desain haul road sesuai standard jalan
angkut.
5.5.8.2. Operation melakukan perbaikan untuk peningkatan MSI.
5.5.8.3. Semua hasil perbaikan tersebut dilakukan evaluasi pada pertemuan
berikutnya.
5.5.8.4. Project Manager memastikan semua perbaikan dan evaluasi dilakukan
sesuai rencana.

Halaman : 21 dari 22
PROSEDUR
PEMINDAHAN OVERBURDEN
No : MIN-05-(0) Tgl. Berlaku : 15-11-19

VI. LAMPIRAN
A. Standar Pengambilan Data MSI
Mine Severity Index terdiri dari 2 bagian yaitu Haul road Index dan Payload Index.

1 Persyaratan untuk melakukan download data Mine Severity Index adalah :


1.1 Unit OHT sudah terpasang TPMS dan sudah dilakukan kalibrasi .
1.2 Payload Operator Display tidak bermasalah dan tidak ada error code yang muncul.
1.3 Semua sensor dapat berfungsi dengan baik.
1.4 Kondisi Laptop dan cable connector tidak bermasalah
1.5 TPMS on board kompatibel dengan software yang digunakan.

2 Standar pengambilan data haul road index :


2.1 Pastikan truk yang dipilih untuk sampel memiliki standart yang dipersyaratkan.
2.2 Saat mengambil data real-time TPMS, yakinkan untuk set real time log delay dalam
interval satu detik. (Sistem tidak bisa membaca data bila diambil dalam interval waktu
lainnya).
2.3 Pastikan bahwa data yang diambil mewakili tipikal jalur yang representatif. Untuk
meyakinkan hal ini, amati beberapa load cycle sebelum mengumpulkan data dan turut
jalan dengan unit satu atau dua kali.
2.4 Setelah merasa yakin dengan cycle yang ada, aktifkan recorder TPMS saat truk sedang
dalam antrian loading.
2.4.1 Memiliki tipikal payload, baik dalam tonase maupun posisi muatan (tidak ada bias
yang berlebihan).
2.4.2 Jalur tidak terganggu akan grader maupun unit lain yang berhenti di jalan.
2.4.3 Beroperasi secara normal, walaupun diawasi kinerjanya.
2.5 Mengisi standart check list kondisi jalan yang dilalui oleh OHT selama proses pengambilan
data TPMS.
2.6 Kecepatan yang diijinkan pada saat pengambilan data haul road minimum 15 km / jam.

3 Standar pengambilan data payload index :


3.1 Pengambilan data payload dilakukan pada saat unit sedang standby dan parking break
diaktifkan. Data yang diambil atau di download tersebut merupakan adalah data yang
telah tersimpan dalam ECM dari nilai tekanan suspensi yang terekam.
3.2 Ada beberapa hal yang harus diperhatikan agar data yang terekam oleh sensor menjadi
valid dan tidak ada passing muatan yang tidak terekam oleh sistim.
3.2.1 Pada saat di loading, posisi OHT harus dalam keadaan rata.
3.2.2 Parking brake OHT telah diaktifkan sebelum passing ke dua dimuat kedalam OHT
3.2.3 Tidak ada pergerakan selama fase loading sampai pass bucket terakhir selesai.
3.2.4 Pastikan parking brake masih aktif sampai proses loading terakhir selesai.

Halaman : 22 dari 22

Anda mungkin juga menyukai