Anda di halaman 1dari 13

Rangkuman SOP

1. P-MNO-01 Prosedur Land Clearing

Definisi :
Area rebahan adalag arah jatuhnya pohon setelah dilakukan penumbangan dengan
unit/peralatan yang digunakan dalam land clearing.
Crew land clearing adalah terdiri atas pengawas land clearing, serta personal lain yang
terlibat dan terdaftar dalam daftar crew land clearing atau seijin pengawas land clearing.
Operator Chainsaw adalah personal yang mengoperasikan alat Chainsaw yang telah
kompeten dan mempunyai KIMPER.
Helper chainsaw adalah personal yang membantu operator chainsaw dalam operasional
penebangan pohon.
KIMPER adalah Kartu Ijin Mengoperasikan Mesin/Peralatan mengacu pada Prosedur Izin
Kerja di Daerah Operasi (P-CMP-08).
Land clearing adalah kegiatan pembersihan vegetasi (pohon, semak, & rumput) termasuk
penebangan pohon.
Operator unit adalah personal yang mengoperasikan unit A2B (Alat-Alat Berat) yang
digunakan dalam proses land clearing (seperti Dozer & Excavator).
ROPS (Roll Over Protective Structure) adalah struktur kompartemen Driver/Operator yang
terpasang pada unit untuk melindungi operator dari cedera/kematian akibat terbaliknya
kendaraan/unit.
SIMPER adalah Surat Ijin Mengoperasikan Kendaraan/Unit mengacu pada Prosedur Izin Kerja
daerah Operasi.
Stake Out adalah kegiatan pengukuran yang digunakan untuk menentukan lokasi koordinat
titik di suatu lapangan.
Genangan air adalah tampungan air yang terbentuk pada cekungan yang bersifat sementara
(bukan berasal dari kondisi original).
Banir adalah akar yang menjorok dan menonjol ke luar menyerupai dinding penopang pohon
pada bagian pangkalnya.

Prosedur :
1) Pemeriksaan status lahan
2) Pemberian tanda batas area land clearing
3) Evaluasi keberadaan pohon dan stake out tanda batas pada jalur jalan perintis
4) Pemberian tanda pohon yang akan dipotong menggunakan chainsaw
5) Persiapan land clearing & penebangan pohon
6) Pembersihan semak dan penumbangan pohon
7) Pengumpulan batang pohon
8) Melaporkan kemajuan & rencana kegiatan land clearing
9) Verifikasi dan serah terima

Keterangan Lain:

1) Bahaya yang dapat terjadi pada saat aktivitas land clearing antara lain, namun tidak
terbatas pada:
 Melakukan land clearing melebihi batas area yang sudah ditentukan.
 Unit amblas, terbalik/terperosok, menabrak/tertabrak hingga rusak atau menciderai
personal
 Tersengat Binatang
 Peralatan kerja yang digunakan tidak layak (rantai longgar, gagang rusak, & mesin
rusak)
2) Pembersihan lahan (land clearing) dilakukan setiap akan melakukan pengupasan tanah
pucuk.
3) Mitra kerja memberikan informasi rencana land clearing kepada pihak-pihak lain yang
berpotensi beraktivitas di area yang akan di-land clearing melalui Meeting
Planning/Produksi.
4) Pembuatan rute jalan
 Pembuatan jalan land clearing dengan menggunakan Dozer harus memperhatikan
petunjuk batas-batas rute jalan yang telah dibuat oleh tim survey.
 Pada aktivitas Dozer membuat jalan land clearing atau teras-teras berjenjang tidak
menyebabkan kondisi pohon menjadi menggantung akibat kegiatan potong
bawah/under cutting.
5) Alat Pelindung Diri (APD) untuk crew land clearing adalah sebagai berikut:
 Operator chainsaw
- Safety helmet beserta chin strap
- Safety glasses/visor helmet
- Sarung tangan
- Safety shoes/boots
- Reflective vest yang menempel di baju kerja
- Ear muff/plug
- Masker
- Pakaian menutupi seluruh badan, alat gerak tangan dan alat gerak kaki
(berpakaian lengan Panjang dengan ujung lengan yang rapih dan bercelana
Panjang)
 Operator A2B
- Safety helmet
- Ear plug
- Clear safety glasses
- Masker
- Sarung tangan
- Reflective vest
6) Kompetensi untuk crew land clearing adalah sebagai berikut:
 Pengawas land clearing
- Telah lulus KMPD yang diselenggarakan oleh HSE Training.
- Memiliki Kartu Pengawas Operasional (KPO) land clearing yang masih berlaku.
 Operator chainsaw
- Telah lulus KMPD yang diselenggarakan oleh HSE Training.
- Memiliki kartu KIMPER chainsaw yang masih berlaku.
 Operator A2B
- Telah lulus KMPD yang diselenggarakan oleh HSE Training.
- Memiliki SIMPER yang masih berlaku (sesuai unit A2B).
7) Bila ada pohon dengan kondisi tertentu yang diameternya lebih dari 20 cm dan tidak bisa
diterbang dengan chainsaw maka pohon tersebut dapat direbahkan dengan alat/unit
sesuai hasil assessment.
8) Untuk mencegah terjadinya erosi ataupun sedimen maka harus tersedia saluran
penyedia dan/atau pengelolaan air tambang di dalam area land clearing.
9) Crew land clearing dilarang beristirahat di bawah pohon.
10) Kayu yang akan dipindahkan ke unit pengangkut (Dump Truck, HD, Truck, dll) panjangnya
harus disesuaikan dengan Panjang vessel unit yang akan digunakan.

2. P-MNO-03 Prosedur Overburden Removal

Definisi :
Disposal adalah tempat penimbunan overburden/tanah penutup.
Non soil adalah lapisan batuan yang bukan merupakan lapisan soil.
Overburden/lapisan penutup adalah lapisan penutup di atas bahan tambang yang terdiri dari
soil dan non soil.
Soil tanah adalah lapisan tanah yang terdiri dari top soil dan sub soil.
Stock soil adalah tempat penimbunan soil sementara.
Sub soil adalah lapisan tanah di bawah top soil, dicirikan dengan fisik tanahnya lebih pejal,
warna lebih terang, biasanya berwarna kuning kecoklatan, dengan ketebalan lebih dari 1
meter hingga batas lapisan non soil.
Top soil tanah pucuk adalah lapisan tanah pada horizon teratas yang banyak mengandung
bahan organik, dicirikan dengan fisik tanah yang tidak padat, umumnya berwarna coklat
kehitaman.

Prosedur :
1) Pembuatan rencana tambang jangka pendek
2) Pembuatan monthly plan
3) Pembuatan weekly & daily operation plan
4) Penandaan batas acuan area kerja
5) Pengeboran & peledakan atau ripping
6) Pembuatan loading point
7) Pembuatan OB
8) Pengangkutan OB
9) Proses penimbunan di area disposal
10) Evaluasi dan pelaporan

Keterangan Lain :

1) Jika terdapat perubahan yang akan dilakukan dan menyimpang dari weekly atau monthly
plan, maka Project Manager Mitra kerja harus melakukan koordinasi dan mendapatkan
persetujuan dari Supt. Mining atau Manager Mining.
2) Area kerja pengupasan batuan penutup memiliki luasan yang memadai untuk
operasional peralatan yang digunakan paling kurang untuk 7 (tujuh) hari produksi.
3) Pengelolaan PAF dan NAF
Cutting drill blast digunakan sebagai sampel untuk mengetahui persebaran material PAF
dan NAF pada batuan penutup dan sampel yang diambil merupakan sampel pada area
sleep blast. Setelah pengambilan sampel dilakukan, sampel dibawa ke laboratorium
Enviro untuk diuji terkait dengan tipe jenis material. Setelah mengetahui hasil analisis
NAG dari sampel lubang peledakan, Geology Evaluator akan menafsirkan batas blok NAF
dan blok PAF dan memberikan informasi tersebut kepada Mine Operation untuk
kemudian diberikan tanda seperti pita di lapangan. Material PAF pada batuan penutup
diangkut dan ditimbun di area penimbunan PAF sedangkan material NAF pada batuan
penutup diangkut dan ditimbun di area penimbunan NAF sesuai dengan disposal yang
sudah ditentukan oleh Mine Operation.
4) Pergantian shift
 Setiap pergantian shift, pengawas shift sebelumnya harus memberikan laporan
progress kegiatan dan rencana kegiatan shift berikutnya kepada pengawas shift
pengganti
 Laporan progress kegiatan pada pergantian shift harus berisikan informasi tentang
prioritas pekerjaan, kondisi tidak aman, lokasi loading, dan lokasi dumping
5) Pengawasan dan evaluasi
 Satu (1) orang pengawas maksimal untuk 3 front penambangan (loading) yang
berdekatan dengan jarak 300 m dengan frekuensi radio yang sama (tidak termasuk
untuk area development/area khusus)
 Setiap kegiatan OB removal harus diawasi oleh pengawas front loading untuk
memastikan hal-hal sebagai berikut:
- Kesesuaian kegiatan dengan plan yang telah dibuat
- Kesesuaian pelaksanaan prosedur ini
- Keamanan lokasi kerja
- Keamanan tahapan pekerjaan
- Setiap operator yang terlibat melakukan pekerjaan dengan aman.

Seluruh pengawas di atas juga dijadikan sebagai bahan evaluasi.

3. P-MNO-02 Prosedur Pengelolaan Tanah (Soil)

Definisi :
Area terganggu adalah area yang sudah dirubah rona awal bentang alamnya akibat adanya
kegiatan penambangan.
Disposal adalah tempat penimbunan lapisan penutup (overburden).
Mine Manager adalah Mine Operation Manager di masing-masing site dalam wilayah
operasional PT. Berau Coal.
Lapisan penutup (overburden) adalah material buangan (waste) di atas lapisan batubara
yang terdiri dari sub soil dan batuan.
Tanah (soil) adalah lapisan material padat teratas dari permukaan bumi yang terbentuk oleh
pelapukan bahan organik dan non organic dan terbagi atas top soil dan sub soil
Tanah pucuk (top soil) adalah lapisan tanah pada horizon teratas yang banyak mengandung
bahan organic, dicirikan dengan fisik tanah yang tidak padat, umumnya berwarna coklat
kehitaman ketebalan lapisa hingga 30 – 50 cm.
Sub soil adalah lapisan tanah di bawah top soil, dicirikan dengan fisik tanahnya lebih padat,
umumnya terdiri dari bahan non organic, warna lebih terang, biasanya berwarna kuning
kecoklatan, dengan lokasi antara batas bawah top soil hingga batas lapisan zona pelapukan
sementara.
Stock sub soil adalah tempat penimbunan sub soil sementara.
Stock top soil adalah tempat penimbunan top soil sementara.
Top soiling adalah kegiatan pengelolaan yang terdiri dari pemisahan, penimbunan dan
penggunaan Kembali tanah pucuk (top soil) untuk keperluan revegetasi.

Prosedur :
1) Menentukan besaran area terganggu
2) Mengajukan rencana pemindahan soil
3) Melakukan verifikasi terhadap lokasi disposal soil/stock soil
4) Pemindahan soil
5) Pengukuran oleh survey
6) Pengecekan lahan siap tanam untuk serah terima
7) Menanam cover crop di area disposal yang telah diserahterimakan

Keterangan Lain :

1) Pengupasan soil dilakukan setiap akan melakukan pengupasan batuan penutup


2) Dalam rangka pemanfaatan soil maka dilakukan pendataan ketersediaan dan
kebutuhannya setiap tahun
3) Ketebalan rata-rata lapisan sub soil sebagai lapisan penutup batuan lapuk adalah 1,25
meter
4) Jika terjadi kontaminasi batuan PAF, maka harus segera dilaporkan kepada Enviro Dept.
untuk memutuskan Tindakan lebih lanjut
5) Mitra kerja menempatkan top soil dan sub soil yang tidak dapat segera digunakan pada
suatu tempat untuk di stok dengan ketebalan timbunan disesuaikan dengan kondisi
lapangan dan langsung ditanami cover crop
6) Dalam hal pelaksanaan penimbunan soil ditempatkan pada area yang terdapat cadangan
batubara maka menyampaikan kajian teknis kepada Kepala Inspektur Tambang yang
paling kurang memuat luasan, jumlah dan kualitas cadangan, rencana pemanfaatan
tanah pucuk, dan rencana penambangan
7) Saluran penyaliran dan/atau pengelolaan air tambang serta tanggul tersedia dalam area
penanganan dan penempatan soil untuk mencegah erosi dan sedimentasi

4. P-MNO-15 Prosedur Penggalian dan Pembentukan Desain Lereng Pada Area Material Lunak

Definisi :
Compacting adalah kegiatan pemadatan material overburden (OB) untuk meningkatkan daya
dukung dan kuat geser material yang diingikan. Biasanya menggunakan compactor, dozer,
excavator, dan/atau lindasan haul truck.
Counterweight adalah timbunan material OB keras hasil pekedakan yang dibentuk dan
dipadatkan (compacting). Yang berfungsi menambah gaya penahan untuk meningkatkan
kestabilan lereng.
Daya dukung tanah adalah kemampuan tanah untuk menahan atau mendukung beban di
atasnya tanpa terjadi keruntuhan geser dan penurunan berlebihan.
Dumping adalah proses penumpahan material penimbunan.
Endapan tanah lunak adalah material endapan rawa yang terbentuk secara alami, biasa
ditemukan dalam kondisi jenuh basah (saturated) dengan kondisi fisik menyerupai tanah
Front loading adalah tempat aktivitas loading dilakukan.
Ground pressure adalah tekanan yang diberikan oleh suatu benda berdasarkan beratnya
terhadap area tempatnya berpijak
Haul truck adalah unit pengakut tanah penutup, overburden (OB) atau batubara yang
dilengkapi dengan alat hidrolis penumpahan mekanis.
Layering dalam prosedur ini adalah pelapisan material lunak dengan material overburden
yang bertujuan untuk meningkatkan daya dukung tanah (mencegah unit amblas)
Loading dalam prosedur ini adalah kegiatan penggalian material lunak.
Material lunak adalah material yang memiliki daya dukung rendah sehingga tidak mampu
menopang unit dan/atau alat lain yang bekerja di atasnya, termasuk di dalamnya endapan
tanah lunak.
Mine Operation adalah semua personal yang terlibat di site dalam mendukung operasional
penambangan yang terdiri dari Mining Operation, Geotechnic, Survey, dan Short Term.
Mining operation dalam prosedur ini adalah pihak yang menjalankan operasional tambang
PT Berau Coal seperti termasuk di dalamnya LMO, SMO, BMO Area 1, MBO Area 2, dan
GMO.
Pengawas Loading Material Lunak adalah orang yang ditunjuk untuk melakukan pengawasan
loading, dumping, spreading, dan sloping pada area material lunak
Sloping adalah proses pembentukan lereng atau dinding galian.
Spreading adalah system penyebaran material timbunan untuk mendapatkan level
permukaan yang diinginkan.
Subdrain adalah material berbutir kasar (batu pasir, gravel dll) yang ditempatkan pada bagian
paling bawah timbunan yang kontak langsung dengan bedrock. Berfungsi untuk mengalirkan
air di dalam tubuh material lunak dan timbunan untuk mencegah tekanan air pori berlebih
yang dapat mengakibatkan keruntuhan.

Prosedur :
1) Pemeriksaan persiapan penggalian & pembentukan desain lereng di area material lunak
2) Perbaikan ketidaksesuaian
3) Pelaksanaan penggalian & pembentukan desain lereng di area material lunak
4) Pemeriksaan hasil pelaksanaan penggalian & pembentukan lereng di area material lunak

Keterangan Lain :

1) Semua orang DILARANG:


 Di dalam jarak 1,5x tinggi dinding galian
 Di dalam batas rencana penggalian
 Di dalam jarak 15 meter dari batas rencana penggalian
 Di dalam radius manuver unit
2) Personal survey dan geotechnical yang dapat masuk ke area rencana penggalian material
lunak HARUS mendapatkan izin dari WKTT sesuai Formulir Izin Harian Masuk Area
Penggalian dan Pembentukan Desain Material Lunak (F-MNO-15.02)
3) Pengawasan loading material lunak melakukan pengawasan pada posisi yang aman,
yaitu:
 DILARANG naik ke atas bench dinding galian.
 Di antara batas aman 1,5x tinggi dinding galian dan batas aman 15 meter tepi tebing
di belakang front.
 Di luar radius manuver unit.
4) Pengawas loading material lunak harus dilengkapi radio komunikasi dengan channel
emergency dan channel yang digunakan di area kerjanya untuk komunikasi 2 arah.
5) Pengawas loading material lunak harus melakukan pengendalian dan/atau penghentian
pekerjaan jika terdapat kondisi bahaya yang perlu ditanggulangi dengan segera
6) Jika ada kerusakan unit saat pekerjaan penggalian dan pembentukan desain lereng pada
area material lunak maka area harus diisolasi.
7) Jarak dari crest lereng penggalian ke unit yang bekerja di atasnya memiliki jarak minimal
35 & 50 meter.
8) Pada front loading material lunak terdapat aktifitas layering dan penggalian material
lunak dengan ukuran front 2 kali front loading normal, di mana front loading normal
adalah 2x lebar unit terbesar ditambah 1x radius manuver unit terbesar.
9) Aktifitas penggalian dan pembentukan lereng di area material lunak merupakan aktifitas
rutin yang memiliki risiko tinggi, maka perlu diperhatikan:
 PJO menunjuak Pengawas Loading Material lunak berdasarkan surat penunjukan
dengan kualifikasi minimal masa kerja 1 (satu) tahun dan memiliki kompetensi uji
KPO.
 PJO menunjuk Operator Alat Berat pada kegiatan penggalian dan perapihan pada
area material lunak dengan kualifikasi masa kerja minimal 1 (satu) tahun pada
jabatan terakhir.
 Terdapat papan informasi area High Risk komunikasi 2 arah dan papan larangan
berada di area pekerjaan material lunak. Desain rambu sebagai berikut:

Ukuran papan informasi dan larangan adalah sebagai berikut:

Jenis Papan Ukuran Tinggi Font


Informasi Area High Risk 90 x 60 cm 9 cm
Komunikasi 2 Arah
Larangan Berada di Area 170 x 80 cm 4,8 cm
Pekerjaan Material Lunak
Pemasangan papan informasi & larangan ditempatkan pada area yang:

- Mudah dibaca
- Akses masuk ke front loading
- Akses ke arah tebing

5. P-MCS-03 Prosedur Pengelolaan dan Pengamanan Void

Definisi :
Area tambang adalah area yang meliputi kegiatan teknis pertambangan, seperti: lokasi
penambangan, area CPP, area hauling, area reklamasi dan area revegetasi.
Void adalah lubang bekas tambang yang tidak digunakan Kembali
Rencana pasca tambang adalah rencana yang di dalamnya terdapat kondisi rona awal,
morfologi akhir dan strategi penutupan tambang yang digunakan sebagai syarat penutupan
tambang yang disahkan oleh Kementerian ESDM.
Void tidak aktif adalah lubang bekas tambnag yang tidak digunakan Kembali untuk tujuan
penambangan batubara.

Prosedur :
1) Perencanaan program pengelolaan dan pengamanan void
2) Pelaksanaan program pengelolaan dan pengamanan void
3) Pembuatan dan pemasangan pagar pengaman
4) Monitoring program pengelolaan dan pengamanan void
5) Evaluasi hasil monitoring
6) Tindak lanjut rekomendasi temuan monitoring

Keterangan Lain :

1) Jika pada saat pelaksanaan monitoring (inspeksi keamanan void) ditemukan kegiatan
memancing, menjala, berenang, memasuki area void atau Tindakan berbahaya lainnya
maka Dept. Security harus melakukan sosialisasi terhadap pelaku kegiatan tersebut.
2) Kegiatan pemulihan dan pemantauan kualitas air dilakukan secara periodic berdasarkan
activity plan, kegiatan tersebut seperti:
 Pemeliharaan void melalui pengelolaan catchment area secara berkelanjutan
 Melakukan normalisasi terhaadap sumber-sumber yang menyebabkan perubahan
kualitas air void
3) Kegiatan pemasangan rambu meliputi:
 Rambu dilarang memasuki area void
 Rambu dilarang memancing, menjala ikan, berenang, dsb
4) Dept. Security memberikan laporan hasil monitoring kondisi pagar pengaman void
kepada Dept. Mining dan/atau CSID untuk ditindaklanjuti, jika ditemukan
ketidaksesuaian

6. P-ENV-07 Prosedur Pengelolaan Water Monitoring Point (WMP)

Definisi :
Air limbah adalah air yang berasal dari kegiatan penambangan batubara dan air buangan
yang berasal dari kegiatan pengolahan/pencucian batubara.
Annual mine plan adalah perencanaan produksi selama 1 tahun termasuk di dalamnya
produksi batubara dan tanah penutup, jarak angkut batubara dan kualitas batubara yang
akan dihasilkan tiap bulan selama satu tahun yang mencakup semua daerah operasi tambang
dan kontraktor.
Buku besar WMP adalah dokumen yang berisi atas kajian jangka Panjang setiap Water
Monitoring Point (WMP) selama 5 tahun yang terdiri dari LOM tambang, Kajian Batuan,
Kajian Hidrologi dan Kajian Pengelolaan WMP.
Dinas Lingkungan Hidup/Instansi Lingkungan Hidup Kabupaten/Kota adalah instansi yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup Kabupaten/Kota.
Desain adalah rencana pembuatan objek yang didokumentasikan dalam bentuk gambar
maupun catatan.
Disposal adalah tempat penimbunan tanah penutup.
Fasilitas penunjang sarana infrastruktur yang melengkapi bangunan WMP merupakan
persyaratan perizinan yang diwajibkan oleh Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan sesuai
dengan kajian lingkungan.
Izin pembuangan air limbah adalah izin tertulis yang diberikan oleh Pemerintah Daerah
Kabupaten Berau (DPMPTSP) untuk membuang air limbah ke air atau sumber air.
Kajian hidrologi adalah hasil Analisa hidrologi terhadap usulan desain, pelaksanaan
konstruksi dan semua kegiatan yang berhubungan dengan pembuatan geoteknik dan aspek
pengelolaan air permukaan dalam rangka pencegahan, pengendalian dan penanganan
kegagalan geoteknik dan hidrologi.
Life of Mine (LOM) adalah waktu yang diperlukan untuk dapat menambang seluruh
cadangan batubara (mineable reserve) dalam perencanaan produksi yang akan dihasilkan
dalam periode tertentu.
Perizinan adalah persetujuan suatu hal atau kegiatan yang telah sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Pit adalah tambang terbuka atau penggalian dengan metode tambang terbuka untuk
mengambil bahan galian atau mineral berharga.
Water Monitoring Point adalah area yang ditetapkan untuk melakukan pengelolaan dan
pemantauan air limbah.

PROSES PEMBUATAN IZIN WMP BARU


Prosedur :
1) Pembuatan dokumen dan kajian dept. terkait
2) Kajian WMP/Buku Besar WMP
3) Presentasi buku besar WMP
4) Pembuatan dokumen kajian perizinan WMP
5) Pembangunan WMP
6) Verifikasi dan evaluasi bangunan WMP
7) Pembangunan fasilitas penunjang
8) Evaluasi fasilitas penunjang
9) Pengajuan perizinan WMP ke pemerintah

Keterangan Lain :

1) Jika pada saat berjalannya waktu, pihak yang bertanggung jawab tidak dapat melakukan
penyelesaian pembangunan WMP, maka GMO-CM Dept. berhak menunjuk pihak lain
untuk melakukan penyelesaian bangunan WMP.

PROSES PERPANJANGAN/PERUBAHAN IZIN WP

Prosedur :

1) Pengajuan permohonan perpanjangan/perubahan izin WMP


2) Review permohonan izin WMP
3) Verifikasi dan evaluasi bangunan WMP
4) Presentasi usulan perubahan buku besar WMP
5) Penyesuaian buku besar WMP
6) Penyusunan rekomendasi perubahan buku besar WMP
7) Pelaksanaan rekomendasi perubahan buku besar WMP
8) Pembuatan dokumen kajian perpanjangan/perubahan izin WMP
9) Pengajuan perpanjangan/perubahan izin WMP ke pemerintah

PROSES PENUTUPAN WMP

Prosedur :

1) Pengajuan permohonan penutupan WMP


2) Review permohonan penutupan WMP
3) Pengajuan izin penutupan WMP ke pemerintah
4) Persetujuan izin penutupan WMP ke pemerintah

PROSES SERAH TERIMA PENGELOLAAN WMP

Prosedur :

1) Pengajuan permohonan serah terima pengelolaan WMP


2) Review permohonan serah terima pengelolaan WMP
3) Persetujuan serah terima pengelolaan WMP

7. P-MNO-10 Prosedur Penimbunan Di Area Disposal

Definisi :
Mining operation adalah pihak yang bertanggung jawab terhadap operasional tambang
PTBC.
Pengawas penimbunan adalah orang yang bertugas untuk memastikan area penimbunan
berada dalam kondisi aman dan meastikan kegiatan penimbunan sesuai dengan prosedur
yang direncanakan.
Supervisor OB (overburden) adalah orang yang mengawasi pekerjaan pengawas penimbunan
dan pengawas front loading OB.
Material penimbunan adalah material yang terdiri atas material overburden (OB) dan
interburden (IB) dan tidak termasuk tanah penutup (soil), endapan rawa (soft clay) dan
endapan lumpur.
Crestline atau ujung teras adalah evaluasi puncak dari pelurusan lereng.
Disposal adalah tempat pembangunan material penimbunan yang terdiri dari 1 atau lebih
titik penimbunan.
Disposal kering adalah disposal yang tidak terdapat genangan air.
Disposal genangan air tetap adalah area disposal yang memiliki genangan air seperti kolam
dan sump.
Disposal rawa adalah disposal dengan tanah lunak yang terbentuk secara alami.
Penimbunan adalah proses penumpahan material penimbunan di area disposal.
Lokasi penimbunan adalah bagian dari area disposal yang merupakan titik tempat
penimbunan.
Dump Truck (Haul Truck) adalah unit pengangkut tanah penutup (OB atau IB) atau batubara
yang dilengkapi dengan alat hidrolis penumpahan mekanis.
Bundwall atau Windrow adalah suatu tanggul pembatas yang dibuat dari material
penimbunan untuk memisahkan orang atau perlatan dari situasi yang berbahaya. Bundwall
tidak dipergunakan sebagai stopper.
Spreading adalah system penyebaran material penimbunan untuk mendapatkan level
permukaan disposal yang diinginkan biasanya menggunakan dozer dan excavator.
Sump adalah kolam atau cekungan penampung air yang berada di area tambang aktif dan
umumnya bersifat sementara.
Front adalah permuka kerja di area penimbunan yang digunakan untuk memudahkan
pelaksanaan pekerjaan dan menghindari terjadinya kecelakaan kerja.

Prosedur :
1) Penyediaan & pengondisian unit untuk pekerjaan penimbunan
2) Pemeriksaan sebelum/saat/akhir pelaksanaan penimbunan
3) Tindak perbaikan atau pengendalian
4) Pelaksanaan penimbunan
5) Pemeriksaan akhir shift

Keterangan Lain :

1) Area penimpunan batuan penutup harus terlebih dahulu dilakukan pengupasan tanah
pucuk/soil.
2) Arah manuver unit
Lakukan pengaturan lalu lintas (traffic flow) dari dump truck dengan ketentuan sebagai
berikut:
a) Atur arah manuver searah jarum jam sehingga operator dump truck dapat
mengetahui situasi dan kondisi di sekeliling lokasi yang akan ditimbun denga naman.
b) Atur setiap face penimbunan (dumping point) hanya untuk satu fleet dengan lebar
dumping point minimum per fleet yaitu (2X lebar + turning radius) DT terbesar.
c) Atur manuver sesuai dengan kemampuan turning radius dump truck.
d) Kecepatan maksimum di dumping area adalah 25 km/jam atau sesuai ketentuan
peraturan keselamatan kerja yang berlaku.

3) Keadaan darurat
Jika terjadi insiden atau keadaan darurat yang menyebabkan korban cidera atau
pencemaran lingkungan, maka penanganannya mengacu pada Prosedur Kesiagaan dan
Tanggap Darurat (P-ERG-02).
4) Catatan keselamatan
Aktifitas penimbunan merupakan aktifitas rutin yang memiliki risiko tinggi, maka harus
diperhatikan:
a) Material yang tidak termasuk dalam material penimbunan dapat dibuang ke disposal
setelah mendapat rekomendasi dari geotechnical engineer PT Berau Coal.
b) Dalam kondisi apapun, DILARANG melakukan penimbunan di area dekat crestline
lereng yang tidak tersedia bundwall.
c) Jika dijumpai adanya retakan (crack) pada lantai kerja (platform) dan atau bahaya lain
HARUS segera dilaporkan kepada pengawas penimbunan dan kegiatan penimbunan
dihentikan, tempat penimbunan yang aman akan ditentukan oleh Mine Engineer
PTBC.
d) Pemindahan tanda batas penimbunan akibat adanya retakan dilakukan HANYA atas
persetujuan Mine Engineer.
e) Inspeksi terhadap seluruh area penimbunan aktif harus dilakukan secara periodic
sekurang kurangnya satu kali per hari.
f) Posisi penimbunan HARUS tegak lurus dengan crestline.
g) HARUS dilakukan pemasangan rambu peringatan pada setiap titik penimbunan yang
rawan longsor atau memiliki history longsor.
h) DILARANG melakukan pemompaan yang dapat menyebabkan perubahan penurunan
muka air yang lebih dari 5 m dari crestline dimana kegiatan penimbunan di area
genangan air tetap.
i) DILARANG melakukan kegiatan penimbunan di luar prosedur ini KECUALI ada kajian
dan rekomendasi dari departemen yang terkait.
j) Terdapat rambu wajib komunikasi 2 arah.
k) Pengawas penimbunan harus kompeten, ditunjukkan dengan bukti lulus KMPD dan
KMPP.
l) Pengaturan jarak aman antara unit yang akan dumping dengan unit yang telah
selesai dumping pada satu front penimbunan minimal 1,5x lebar unit terbesar.
m) Wajib memiliki bendara penimbunan yang dipasang sejajar dengan kabin unit hauler
dan bendera berwarna orange sesuai Standar Bendera Batas Penimbunan di Disposal
(S-MNO-10.01).
n) Rasio pengawas penimbunan terhadap jumlah front adalah 1 : 1, yaitu 1 orang
pengawas penimbunan HANYA untuk 1 front penimbunan, dengan 1 front
penimbunan terdiri dari maksimal 3 fleet.

o) Supervisor OB di awal shift melakukan evaluasi dan penentuan terkait jumlah


pengawas, fleet, dan alat support yang beroperasi di shift tersebut menggunakan
form Daily Operation Plan.
p) Pengaturan area front disposal dimana saat pengawas penimbunan berjalan di area
frint disposal maka semua unit berhenti.
q) Mitra kerja memastikan training operator unit di area penimbunan memenuhi
kriteria prosedur pelatihan operator alat-alat berat (A2B), minimum di antaranya
adalah sebagai berikut:
a. HIRA telah ditetapkan terkait aktivitas pelatihan A2B dan disosialisasikan kepada
trainee.
b. Jika aktivitas pelatihan (praktik) dlakukan pada area baru, maka lakukan JSA
Pelatihan A2B di area tersebut.
c. Alat pelindung diri (APD) telah digunakan oleh seluruh trainee.
d. Lokasi praktik telah diinspeksi dan dalam kondisi aman.
e. Operator trainee tidak diperbolehkan melakukan kegiatan penimbunan di area
disposal genangan air dan rawa.
f. Unit yang akan digunakan telah lulus uji kelayakan (commissioning).
g. Trainee dalam kondisi sehat (fit to work)
h. Bendera/symbol pelatihan telah dipasang.
i. Melaksanakan pembicaraan 5 menit (P5M) terlebih dahulu.
j. Trainee melakukan pemeriksaan dan perawatan harian (P2H).
k. Trainee yang belum mendapatkan giliran mengoperasikan alat menunggu di area
yang aman.

Anda mungkin juga menyukai