Anda di halaman 1dari 16

BAB II

TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

2.1 Profil Perusahaan

Sebagai Perusahaan yang berbadan hukum, PT. Berau Coal resmi berdiri

pada tanggal 5 April 1983. PT. Berau Coal memperoleh kontrak karya

penambangan pada tanggal 26 April 1983, kemudian PT. Berau Coal

menandatangani PKP2B dan memiliki kewenangan untuk konsesi pertambangan

batubara. Sesuai PKP2B tersebut PT. Berau Coal memperoleh izin untuk

melakukan kegiatan penambangan di wilayah konsesi pertambangan dengan luas

487.217 Ha, di Kalimantan Timur, Indonesia. Setelah melakukan studi kelayakan

maka pada tanggal 7 April 2005, Berau Coal melepaskan sebagian wilayah

konsensinya, sehingga menjadi 118.400 hektar.

Pada saat ini PT. Berau Coal melakukan penambangan di tiga lokasi

berbeda, yaitu Lati Mine Operation, Binungan Mine Operation, dan Sambarata

Mine Operation. Dari total wilayah konsesi pertambangan diperkirakan cadangan

batubara yang tersedia sebesar 346 juta ton per 31 Desember 2009 (menurut

laporan dari Minarco-Mine Consult). Wilayah konsesi batubara PT. Berau Coal

seluas 118.400 Ha yang juga terdiri dari tiga lokasi cadangan yang lain, yaitu

Binungan Blok 8-9-10, Gurimbang dan Punan.

PT. Berau Coal menyediakan batubara, baik secara langsung maupun

melalui coal trader, kepada pelanggan di Indonesia dan negara lainnya di Asia.

6
7

Pembeli batubara PT Berau Coal sebagian besar merupakan perusahaan utilitas

dan perdagangan batubara yang membeli batubara untuk dijual kembali.

Dalam beberapa tahun terakhir, PT Berau Coal menghasilkan kurang lebih

30% dari total penjualannya dari penjualan domestik dan sekitar 70% sisanya dari

penjualan ke luar negeri. PT Berau Coal mengekspor batubaranya ke Cina, Hong

Kong, India, Jepang, Korea Selatan, Taiwan, dan Thailand.

Produksi batubara PT Berau Coal termasuk ke dalam golongan batubara

thermal, dari tiga lokasi pertambangannya yang dipasarkan menggunakan 4 label

yaitu Ebony, Mahoni, Agathis, dan Sungkai. Dengan kualitas kalori berkisar

antara 5000-5600 kcal/kg dan dengan kadar abu dan sulfur yang sesuai untuk

pembangkit berbahan bakar batubara di Indonesia dan Negara-negara Asia

lainnya.

2.2 Lokasi dan Kesampaian Daerah

Secara geogerafis, wilayah kontrak kerja PT. Berau Coal berada pada

posisi 117˚07’44,52” BT - 117˚38’26,46 BT dan 01˚52’26,74” LU - 02˚25’09,78

LU. PT Berau Coal memiliki Perjanjian Kuasa Pertambangan Batubara (PKP2B)

dengan pemerintah Indonesia. Dalam PKP2B tersebut luas wilayah kontrak kerja

tambang batubara PT Berau Coal adaah 118.400 Ha, meliputi hampir seluruh

wilayah kabupaten berau di Kalimantan Tmur. PT Berau Coal terdapat di

Kabupaten Berau, meliputi kecamatan Gunung Tabur, Segah, Teluk Bayur,

Tanjung Redeb dan Sambaliung. Peta geografis PT Berau Coal dapat dilihat pada

Gambar 2.1 di bawah ini :


8

Sumber: Departemen Survey PT Berau Coal

Gambar 2.1

Peta Lokasi PT Berau Coal

PT Berau Coal memiliki beberapa lokasi kerja yang mencangkup lokasi

tambang, lokasi produksi, lokasi eksplorasi, kantor di Jakarta dan kantor di

Kabupaten Berau, Kalimantan Timur. Kantor pusat PT Berau Coal berada di Ibu

Kota Kabupaten Berau. Untuk mencapai lokasi ini, dari Jakarta dapat ditempuh

menggunakan penerbangan menuju Bandara Sepinggan, Kalimantan Timur

ditempuh dalam waktu ± 2 jam, dan dari Bandara Sepinggan perjalanan

dilanjutkan menggunakan penerbangan menuju Bandara Kalimarau, Kabupaten

Berau ditempuh dalam waktu ± 1 jam. Selanjutnya dari Bandara Kalimarau

menuju lokasi perjalanan dapat ditempuh dengan perjalanan darat dalam waktu ±

20 menit.
9

Sumber : Departemen Mining BMO 2 PT Berau Coal

Gambar 2.2

Peta Lokasi Penambangan PT Berau Coal

Tiga lokasi penambangan milik PT Berau Coal yaitu:

 Site Binungan atau Binungan Mine Operation, Berproduksi sejak tahun

1995. Site Binungan terdapat di Kecamatan Pegat Bukur, Kabupaten

Berau, Provinsi Kalimantan Timur. Untuk mencapai Binungan dapat

ditempuh menggunakan menggunakan speedboat dari dermaga PT Berau

Coal, ke arah Barat Daya menyusuri Sungai Segah dan Sungai Kelai

dengan waktu tempuh selama 15 menit. Dilanjutkan dengan perjalanan

darat selama 20 menit. Selain itu juga dapat ditempuh menggunakan

speedboat dari dermaga PT Berau Coal menyusuri Sungai Segah dan

Sungai Kelai, perjalanan ditempuh selama 45 menit.


10

Sumber : Departemen Mining BMO 2 PT Berau Coal

Gambar 2.3

Peta Wilayah Binungan Mine Operation

Binungan Mine Operation memiliki tujuh block penambangan yang terdiri

dari dua area penambangan, yaitu Binungan Mine Operation 1 dan

Binungan Mine Operation 2. Binungan Mine Operation 2 terdiri dari

empat pit, yaitu pit H, pit E, pit C3 dan pit C.

Sumber : Departemen Mining BMO 2 PT. Berau Coal

Gambar 2.4

Peta Area Binungan Mine Operation 2


11

 Site Lati, berproduksi sejak tahun 1993. Lati berada di wilayah Desa

Sambakungan Kecamatan Gunung Tabur, 45 km ke arah Timur Kabupaten

Tanjung Redeb. Alat transportasi yang bisa digunakan untuk mencapai

lokasi ini dapat ditempuh dengan mobil atau bus selama satu jam dari

head office PT Berau Coal.

 Site Sambarata, berproduksi sejak tahun 2001. Daerah penambangan

sambarata terbagi menjadi 4 blok yaitu: Blok A, Blok B, Blo C dan Blok C

Selatan. Untuk mencapai lokasi ini dapat di tempuh menggunakan

speedboat dari dermaga PT Berau Coal menyusuri Sungai Segah menuju

lokasi tersebut, dapat ditempuh dalam waktu 15 menit.

2.3 Iklim dan Curah Hujan

Daerah Berau berada pada kawasan beriklim tropis dengan dua musim,

yaitu musim hujan dan musim kemarau. Berdasarkan klasifikasi Koppen, iklim

daerah berau termasuk golongan iklim A (iklim hujan tropis) dan menurut

klasifikasi Schmidtm Ferguson iklim daerah berau termasuk tipe iklim A (sangat

basah) dengan jenis vegetasinya hutan hujan tropis. Keadaan iklim rata-rata di

Berau yaitu suhu 28°C, kelembaban udara 88%, curah hujan 2672 mm/tahun, dan

kecepatan angin 5-7 knot.

Dari data rerata pengamatan curah hujan periode tahun 2001 hingga bulan

Juni 2014 yang dilakukan PT Berau Coal terlihat bahwa curah hujan bulanan

maksimum terdapat pada bulan Januari dengan curah hujan rata-rata 320,8 mm
12

dan curah hujan bulanan minimum pada bulan Juli dengan curah hujan rata-rata

90,8 mm. Data selengkapnya dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut ini:

Tabel 2.1

Jumlah Curah Hujan dan Hari Hujan

2001 2003 2006 2007 2010 2012 2013 2014


Bulan
CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH
Januari 189 13 301 15 120 15 587 23 475 20 245 25 450 26 200 17
Febuari 189 14 197 14 258 14 200 15 45 17 139 17 293 21 133 13
Maret 315 19 212 17 173 17 110 12 46 16 330 25 151 14 180 17
April 209 13 53 8 171 8 159 16 34 15 312 23 191 22 329 21
Mei 173 15 76 12 146 12 289 15 60 18 316 14 206 21 246 19
Juni 138 9 173 14 110 14 106 11 45 18 84 9 135 11 266 23
Juli 61 8 45 8 92 8 196 13 36 23 136 12 161 14 0 0
Agustus 84 7 148 9 48 9 130 9 33 12 222 9 99 11 0 0
September 136 11 161 13 83 13 95 9 30 25 262 17 239 19 0 0
Oktober 228 14 194 12 61 12 86 5 55 23 300 19 249 22 0 0
November 140 12 194 13 141 13 187 14 64 21 204 22 133 14 0 0
Desember 154 13 222 16 107 16 240 22 40 19 364 21 82 0 0 0
Total 2016 148 1976 151 1510 151 2385 164 963 227 2914 213 2389 195 1354 87
Keterangan : CH (Curah Hujan) (mm), HH (Hari Hujan)
Sumber : Departemen Geologi dan Hidrologi PT Berau Coal

2.4 Geologi regional, Geomorfologi dan Stratigrafi

2.4.1 Geologi Regional

Secara regional daerah penelitian terdapat ke dalam cekungan Tarakan.

Cekungan ini merupakan salah satu dari tiga cekungan utama yang terbentuk

sepanjang tepi Timur Kontinental Kalimantan pada kurun waktu tersier.

Cekungan Tarakan sendiri dibagi menjadi empat sub cekungan, yakni Sub

Cekungan Tarakan, Sub Cekungan Tidung dan Sub Cekungan Berau.

Cekungan Tarakan terbentuk saat proses transgresi pada kurun waktu

Eosen sampai Miosen awal dimana terjadi pengangkatan Tinggian Kuching yang
13

menyebabkan garis pantai purba mengalami pergeseran ke arah Timur,

selanjutnya pada kurun waktu Miosen Tengah terjadi proses regresi. Pada kurun

waktu ini pula proses sedimentasi berlangsung aktif membentuk fasies endapan

delta. Cekungan ini mengalami penurunan secara cepat pada kurun waktu Miosen

dan Pliosen yang secara bersamaan diendapkan sedimen delta yang tebal. Pada

kurun waktu ini pula pusat cekungan bergeser ke arah Timur.

Lokasi penelitian sendiri terdapat di sub cekungan berau. Sub cekungan ini

yang berpusat di sekitar Sungai Berau dibatasi oleh ketinggian ketiga sisinya

sedangkan sisi keempat dibatasi oleh laut terbuka yaitu Laut Sulawesi di sebelah

Timur. Tinggian Suiker Brood dan semenanjung Mangkalihat membatasi tepi

selatan sub cekungan. Tingian dan semenanjung ini memisahkan Sub Cekungan

Berau dengan Sub Cekungan Tidung, sedangkan sisi Barat dibatasi oleh tinggian

Kuching.

2.4.2 Geomorfologi

Daerah Berau terletak pada cekungan Tarakan dengan pegunungan yang

umumnya rendah dengan bukit yang bergelombang dan didominasi oleh rawa.

Anak Cekungan Berau merupakan anak cekungan dari Cekungan Tarakan, yang

terletak pada pantai Timur Laut Kalimantan Utara dan sebagian kecil di bagian

Tenggara Sabah. Bagian Selatan dibatasi oleh Tinggian Mangkalihat yang

merupakan pemisah antara Cekungan Tarakan dan Cekungan Kutai, bagian Utara

dibatasi oleh Tinggian Sebuku, bagian Barat oleh Tinggian Sekatak dan Laut

Sulawesi di bagian Timur.


14

2.4.3 Stratigrafi

Secara regional, daerah Anak Cekungan Berau merupakan bagian dari

Cekungan Tarakan dan tersusun oleh batuan sedimen, batuan vulkanik, dan

batuan beku dengan kisaran umur dari tersier hingga kuarter. Formasi yang

menyusun stratigrafi Anak Cekungan Berau terdiri dari empat formasi utama.

Urutan formasi batuan dari yang tertua yaitu Formasi Birang, Formasi Latih,

Formasi Labanan, dan Formasi Sinjin.

Tabel 2.2

Stratigrafi Regional Anak Cekungan Berau

Umur Batuan Formasi Batuan Litologi Tebal

Formasi Sinjin Tuff, aglomerat dan batu lempung > 500 m


Pliosen

Konglomerat, batu pasir, batu lanau, batu


Formasi Labanan 450 m
lempung, batu gamping dan batubara

Batu pasir, batu lempung, batu lanau,


Miosen Formasi Latih 600 m
batubara dan batu gamping

Napal, batu gamping, tuff, rijang,


Formasi Birang > 110 m
konglomerat dan batu pasir
Oligosen
Sumber: departemen Geologi dan Hidrologi BMO 2PT. Berau Coal

Gambaran mengenai formasi batuan yang menyusun Anak Cekungan Berau

adalah sebagai berikut:

 Formasi Birang

Formasi Birang memiliki susunan yang terdiri dari napal, batu gamping, dan

tuff di bagian atas, serta napal, rijang, konglomerat, batu pasir, batu gamping

di bagian bawah. Formasi ini disebut juga Formasi Globigerina Marl dan
15

menunjukkan kisaran umur oligosen – miosen yang diendapkan pada

lingkungan laut dangkal. Ketebalan yang ada pada formasi ini lebih dari 110

meter.

 Formasi Latih

Formasi Latih memiliki susunan yang terdiri dari batu pasir, batu lempung,

batu lanau dan batubara di bagian atas serta bersisipan dengan serpih pasiran

dan batu gamping di bagian bawah. Batubara pada formasi ini berwarna coklat

hingga hitam dengan tebal lapisan mencapai 5,5 meter. Formasi ini disebut

juga Formasi Batubara Berau dan menunjukkan kisaran umur miosen tengah

yang diendapkan pada lingkungan delta, estuarin, dan laut dangkal. Ketebalan

yang ada pada formasi ini mencapai 600 meter.

 Formasi Labanan

Formasi Labanan memiliki susunan yang terdiri dari konglomerat, batu pasir,

batu lanau, batu lempung, sisipan batu gamping dan batubara. Batubara pada

formasi ini berwarna coklat hingga hitam dengan tebal lapisan mencapai 1,5

meter. Formasi ini disebut Formasi Domaring dan menunjukkan kisaran umur

miosen akhir yang diendapkan pada lingkungan fluviatil dan terletak secara

tidak selaras di atas Formasi Lati. Ketebalan formasi ini mencapai 450 meter.

 Formasi Sinjin

Formasi Sinjin memiliki susunan yang terdiri dari tuff, aglomerat dan batu

lempung. Formasi ini terletak secara tidak selaras di atas Formasi Labanan

dengan kisaran umur pliosen. Ketebalan pada formasi ini lebih dari 500 meter.
16

2.5 Kualitas Batubara

Batubara insitu yang dimiliki PT Berau Coal digolongkan sebagai sub-

bituminous dengan kualitas batubara yang beragam di seluruh area kerja. Batubara

kualitas tinggi terdapat di tambang Sambarata dan tambang Binungan Blok 1-7.

Batubara kualitas rendah terdapat di tambang Lati dan tambang Binungan Blok 8

dan 9. Selengkapnya data kualitas rata-rata batubara insitu PT Berau Coal dapat

dilihat pada tabel 2.3 berikut ini :

Tabel 2.3

Kualitas Batubara PT. Berau Coal

TM % IM % Ash % TS % CV kcal/kg RD
Area
(ar) (adb) (adb) (adb) (adb) (gar) gm/cc
Lati
Seam PQRT 24,7 18,9 4,6 1,27 5.455 5.065 1,35
Seam A – O 23,8 18,5 5,2 2,04 5.470 5.115 1,35
Sambarata
Blok A 15,7 12,5 2,9 0,35 6.240 6.010 1,33
Blok BC 14,1 11,2 4,1 1,19 6.270 6.065 1,34
Blok B1 20,5 16,3 3,8 0,84 5.660 5.500 1,29
Binungan
Parapatan 22,0 15,3 4,0 0,67 5.840 5.420 1,31
Blok 1 – 2 16,7 12,4 4,7 2,23 6.090 5.795 1,34
Blok 3 – 4 16,1 12,3 4,2 1,47 6.070 5.815 1,34
Blok 5 – 6 22,9 17,9 4,1 0,28 5.490 5.155 1,32
Blok 7 Barat 19,7 16,0 4,8 0,61 5.685 5.430 1,33
Blok 7 Timur 22,7 17,5 4,4 0,49 5.530 5.185 1,32
Blok 8 26,3 16,0 4,3 0,39 5.290 4.640 1,31
Blok 9 37,4 20,2 4,8 0,33 5.095 4.000 1,34
Sumber: Departemen Mining BMO 2 PT Berau Coal

Dalam kegiatan pemasaran batubara, PT Berau Coal memberikan label

untuk produk batubara yang dipasarkan, yang diurutkan berdasarkan kualitas.


17

Batubara tersebut dihasilkan dari semua area penambangan PT Berau Coal. Label

untuk batubara yang dipasarkan adalah Ebony, Mahoni, Agathis, dan Sungkai.

Untuk kualitas dari masing-masing label dapat dilihat dari tabel 2.4 berikut ini:

Tabel 2.4

Product Batubara PT. Berau Coal

Data Batubara Kondisi Unit Ebony Mahony Agathis Sungkai

Inherent Moisture Adb % 12 12 18 18


Ar % 4 4,5 4,3 4
Ash Content
Adb % 4,29 4,83 4,76 4,43
Ar % 37,5 37,5 35,5 34,5
Volatile Meter
Adb % 40,24 40,24 39,34 38,23
Ar % 40,5 40 34,2 25,5
Fixed Carbon
Adb % 43,47 42,39 37,9 39,4
Ar Kcal/Kg 5700 5600 5100 5000
Gross Calorific Value
Adb Kcal/Kg 6100 6000 5650 5550
Total Moisture Ar % 18 18 26 26
Ar % 0,49 0,59 0,79 0,89
Total Sulphur
Adb % 0,53 0,63 0,88 0,99
Coal Particle Size mm < 50 < 50 < 50 < 50
Grindability (HGI) Point 45 45 45 45
Ash Fusion
˚C 1150 1100 1100 1100
Temperature
Sumber :Mining Departement BMO 2 PT Berau Coal

2.6 Kegiatan Penambangan

Metode penambangan yang dilakukan di area Binungan Mine Operation

adalah metode penambangan terbuka (open pit). Pada metode open pit, tanah

penutup diangkut ke lokasi disposal yang sudah direncanakan dan batubara

diangkut ke lokasi pemrosesan selanjutnya


18

Kegiatan penambangan yang dilakukan terdiri dari beberapa tahap yang

saling berkaitan. Proses penambangan terdiri dari kegiatan pembersihan lahan,

pemindahan tanah pucuk, pemboran dan peledakan, pengupasan lapisan penutup,

pengambilan batubara (coal getting) yang dilakukan secara paralel. Batubara yang

diambil dari front kerja selanjutnya diangkut menuju crushing plant untuk

dilakukan proses sizing, untuk mendapatkan batubara dengan ukuran ± 50 mm.

Batubara yang sudah melalui proses sizing ditempatkan pada tempat penyimpanan

batubara (stockpile). Berikut uraian tahapan penambangan yang dilakukan serta

alur kegiatan penambangan yang dilakukan.

Sumber : Departemen Mining BMO 2PT.Berau Coal

Gambar 2.5

Alur kegiatan Penambangan

2.6.1 Land Clearing

Land Clearing adalah kegiatan untuk mempersiapkan lokasi

penambangan, Pembersihan lahan yang dilakukan adalah pembersihan lahan dari


19

vegetasi. Kegiatan land clearing dimulai dengan melakukan pembersihan semak

belukar dan penumbangan pohon yang berdiameter lebih kecil dari 30 cm dengan

cara didorong menggunakan alat berat (bulldozer), untuk pohon dengan diameter

lebih besar dari 30 cm dapat menggunakan chainsaw. Kegiatan land clearing

dilakukan oleh kontraktor yang menangani area tersebut dan dibawah instruksi

dan pengawasan PT. Berau Coal.

2.6.2 Soil Removal

Pemindahan tanah pucuk adalah kegiatan pemindahan tanah bagian atas

yang nantinya akan digunakan untuk reklamasi dan revegetasi. Tanah pucuk

dipindahkan ke suatu area yang sudah direncanakan yang dinamakan stock soil.

Jika terdapat area disposal yang sudah selesai dikerjakan, maka tanah pucuk dapat

langsung dipindahkan ke area disposal tersebut untuk kemudian dilakukan

spreading dan revegetasi. Tanah pucuk banyak mengandung unsur hara yang

sangat baik untuk pertumbuhan vegetasi, sehingga diperlukan perwatan pada

tanah pucuk ketika di disimpan atau ditempatkan pada suatu tempat yang terpisah

dengan overburden.

2.6.3 Pemboran dan Peledakan

Pemboran adalah kegitan mempersiapkan lubang ledak yang akan diisi

dengan bahan peledak. Pemboran dilakukan menggunakan alat bor dengan tipe

rotary drill, diameter lubang ledak sebesar 7 inch. Peledakan adalah kegiatan

yang bertujuan untuk memberaikan material menggunakan bahan peledak.

sehingga material tersebut mudah untuk digali dalam pekerjaan penggalian dan
20

pemindahan batuan penutup. Kegiatan pemboran dan peledakan adalah kegiatan

yang saling berkaitan, sehingga diperlukan perencanaan yang baik.

2.6.4 Pengupasan Tanah Penutup (Overburden Removal)

Pemindahan tanah penutup adalah kegitan pemindahan material non soil

yang berada diatas dan diantara lapisan batubara. Overburden yang dimuat akan

diangkut menuju disposal yang sudah direncanakan. Material yang sudah

didumping di disposal segera dilakukan recounturing oleh bulldozer.

2.6.5 Pengambilan Batubara (Coal Getting)

Pengambilan batubara (coal getting) merupakan suatu rangkaian kegiatan

untuk menggambil batubara yang meliputi kegiatan cleaning, ripping, loading,

hauling, penimbangan hingga dumping di ROM. Kegiatan coal getting dimulai

dengan membersihkan batubara dari material dilusi dan kontaminasi dengan

menggunakan excavator dengan cutting edge, kemudian dilakukan ripping dengan

menggunakan bulldozer jika batubara cukup keras. Batubara yang telah siap,

dapat langsung dimuat ke dumptruck menggunakan excavator sesuai dengan

kapasitas vessel dumptruck, kemudian batubara diangkut menuju ROM untuk

distock atau disimpan sesuai dengan kualitasnya, atau dapat langsung diangkut

menuju crusher untuk dilakukan sizing.

2.6.6 Pengolahan Batubara

Batubara yang sudah diangkut ke ROM, kemudian dikecilkan ukurannya

(sizing) menggunakan crusher untuk mendapatkan batubara dengan ukuran ± 50


21

mm. Hasil dari sizing batubara akan dipindahkan dengan menggunakan belt

conveyor menuju stockpile untuk distock sementara sebelum dilakukan

pengapalan atau dapat langsung dilakukan pengapalan.

2.6.7 Pengapalan Batubara

Pemindahan batubara dari stockpile menuju tongkang dilakukan dengan

menggunakan belt conveyor. Setelah dimuat, tongkang akan ditarik menyusuri

sungai menggunakan tug boat menuju muara pantai hingga mencapai lokasi

pengapalan. Di muara pantai, batubara akan dipindahkan dari tongkang ke kapal

pembeli dengan menggunakan floating crane.

Anda mungkin juga menyukai