2. Rencana Kegiatan
Hal - 1
ataupun dengan alat angkut. Struktur permanen keramik yang retas didapatkan di
dalam dan selama proses pembakaran terjadi. Penghitungan suhu yang presisi sangat
dibutuhkan dalam pembakaran. Setelah itu pendinginan yang presisi juga sangat
diperlukan, Agar produk dapat mengeluarkan panasnya sacara bertahap dan tidak
kehilangan strukturnya, produk kemudian dikemas.
Bahan bahan utama dan tambahan yang merupakan bahan dasar lantai keramik.
Keramik yang menggunakan bahan bahan yang disebutkan diatas kemudian akan
melewati proses proses produksi sampai menjadi keramik lantai atau biasa disebut ubin
sebagai produk jadinya.
Untuk mencapai produk jadi tersebut, tahapan produksinya dibagi menjadi tujuh tahap
yaitu body preparation, pressing, biscuit firing, glaze preparation, glaze application, glost
firing dan sorting and packing.
Hal - 2
Hal - 3
Gambar 1. Peta Lokasi rencana pembangunan PT Batara Keramik Industri
Hal - 4
Gambar 2. Peta Lay-out rencana pembangunan PT Batara Keramik Industri
Hal - 5
Gambar 3. Peta RTRW Kabupaten Subang
Hal - 6
3. Analisis Dampak Lingkungan yang akan terjadi
Dampak negative yang dapat timbul pada saat pra konstruksi adalah hilangnya
mata pencaharian, berkurangnya produktivitas lahan akibat pembebasan lahan.
Pada tahap konstruksi adalah meningkatnya gangguan lingkungan berupa
kebisingan, debu, kerusakan jalan, kemacetan. Sedangkan pada tahap operasi
berupa debu pada unit pengolahan bahan baku, emisi gas buangan pada proses
pembakaran di unit tungku pembakaran.
Dampak positive yang akan timbul adalah tersedianya lapangan kerja, timbulnya
peluang usaha.
4. Status dan Kondisi Lingkungan di dalam dan sekitar lokasi
Hal - 7
Tahun
Bulan Satuan
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Juni hari 179 110 96 119 226 549 169 130 130 41.30
Juli hari 55 43 3 216,5 206 170 60 0 0 62.60
Agustus hari 0 45 0 - 5 118 10 0 0 20.00
September hari 0 137 58 - 35 583 62 1 1 48.50
Oktober hari 252 261 136 - 90 672 202 63 63 237.40
November hari 514 480 397 504 261 429 360 348 348 498.50
Desember hari 632 463 544 746 508 208 169 472 472 496.70
Rata- 427,25
hari 239 251 251 32.27
Rata 253,00 277,83 250,58 534,17 307,33
Sumber : Kabupaten Dalam Angka, 2012-2021
Hari Hujan
Berdasarkan data dari Kabupaten Subang Dalam Angka 2012-2021, hari hujan
tertinggi di Kabupaten Subang terjadi pada tahun 2016 di bulan Maret selama 30
hari dan hari hujan terendah terjadi pada bulan Juli 2013 dan September 2015
selama 1 hari. lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3. Hari Hujan di Kabupaten Subang 10 Tahun Terakhir
Tahun
Satua
Bulan 201 201 201 201 201 202
n 2015
2011 2012 3 2014 6 7 8 9 0
Januari hari 11 14 18 27 25 19 11 15 15 24
Februari hari 15 17 21 18 17 23 12 21 21 25
Maret hari 22 20 18 19 17 30 18 22 22 24
April hari 24 17 20 18 21 20 13 17 17 22
Mei hari 25 17 10 10 6 10 7 9 9 14
Juni hari 8 7 6 8 11 19 4 6 6 7
Juli hari 5 4 1 5 12 14 4 0 0 5
Agustus hari 0 2 0 - 2 12 1 0 0 9
Septembe
hari 1 22 5 3 3 4
r 0 8 4 -
Oktober hari 15 14 8 - 2 24 13 8 8 15
November hari 23 21 19 11 10 21 15 19 19 23
Desember hari 25 17 25 19 12 18 12 14 14 27
Rata-
hari 14 13 13 15 11 19 10 11 11 11,9
Rata
Sumber : Kabupaten Dalam Angka, 2012-2021
b. Topografi
Karakteristik kemiringan lereng Kabupaten Subang terdiri dari kemiringan yang
curam hingga landai, sedangkan bagian selatan sebagian besar permukaannya
memiliki tingkat kecuraman yang terjal dan di beberapa tempat labil dikarenakan
berada pada wilayah Gunung Tangkuban Perahu. Kabupaten Subang mempunyai
ketinggian tempat yang bervariasi antara wilayah yang paling rendah yang sejajar
dengan permukaan laut hingga wilayah tertinggi dipuncak gunung terdapat
beberapa kemiringan lereng di Kabupaten Subang yaitu kemiringan 0-8%, 8-15%,
15-25%, 25-40%, dan > 40%. Berikut ini kondisi kemiringan lereng di wilayah
Hal - 8
kajian rencana Pembangunan Jalan Patimban Cilamaya. Kondisi topografi di wilayah
kajian yaitu dengan memiliki kemiringan relatif datar 0-8%. Ketinggian rata-rata
pada semua lokasi dengan kemiringan lereng diatas adalah 0-2 meter diatas
permukaan laut.
c. Fisiografi
Fisiografi Jawa Barat dibagi menjadi empat zona berarah barat-timur (van
Bemmelen, 1949 dalam Martodjojo, 1984) (Gambar 3.1), yaitu:
Zona Dataran Pantai Jakarta,
Zona Bogor,
Zona Bandung dan
Zona Pegunungan Selatan Jawa Barat.
Gambar 4. Fisiografi Jawa Barat (van Bemmelen, 1949 dalam Martodjojo, 1984)
Hal - 9
d. Geologi
Berdasarkan hasil telaahan dari Peta Geologi Lembar Pamanukan 1209-6, skala 1 :
100.000 yang dikeluarkan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Badan
Geologi (H.Z. Abidin, 1992) daerah studi dan sekitarnya dibentuk oleh:
Endapan Sungai (Qa)
Terdiri dari lanau, pasir, lempung, lumpur, dan kerikil.
Endapan Delta Cipunagara (Qad)
Terdiri dari lempung, lanau, dan humus.
Endapan Pantai Rawagempol (Qac)
Terdiri dari pasir halus, lanau, cangkang moluska, dan koral.
Endapan Pematang Pantai (Qbr)
Terdiri dari pasir halus – kerikil yang kaya cangkang kerang dan koral.
Tabel 4. Kondisi Fisik Batuan Berdasarkan Penyusunnya
No Batuan Penyusun Sifat Fisik Batuan Daya Dukung Pondasi
1 Endapan Aluvial (lempung, lempung organic, Lepas, sangat lunak, Rendah
pasir) kelulusan rendah,
mudah digali
2 Endapan alluvial pantai (lempung, lanau, Lepas, lunak, kelulusan Rendah
pasir) rendah hingga sedang
3 Endapan alluvial sungai Lepas, lunak, kelulusan Sedang
sedang – tinggi, mudah
digali
e. Hidrogeologi
Berdasarkan hasil telaahan dari Peta Hidrogeologi 1:250.000 Lembar Cirebon yang
dikeluarkan oleh Direktorat Geologi Tata Lingkungan, Badan Geologi, Bandung,
daerah studi merupakan akuifer dengan produktivitas sedang dengan penyebaran
luas. Akuifer ini memiliki keterusan sedang dengan muka airtanah/tinggi piezometri
relative dekat dengan permukaan tanah, debit sumur umumnya kurang dari 5 liter
per detik, air tanah pada lokasi ini umumnya telah mengalami penggaraman
(salinization) dengan Cl melebihi 600 mg/liter, peta dapat dilihat pada gambar Peta
Hidrogeologi.
B. Komponen Biologi
Komponen biologi meliputi flora dan fauna. Ditinjau dari aspek flora, maka lahan
yang akan digunakan untuk pembangunan pabrik keramik yang berada di Desa
Cihambulu seluruhnya merupakan tanaman padi sawah tadah hujan. Berdasarkan
Hal - 10
data dari Kecamatan Pabuaran Dalam Angka 2019 diketahui produktivitas sawah di
lokasi ini adalah rata-rata 6,58 Ton/Ha.
Sedangkan fauna yang ada di lokasi kegiatan sebagian besar merupakan burung-
burung air seperti kuntul dan blekok sawah.
Hal - 11
Kecamatan Pabuaran Kelurahan Cihambulu
No Kelompok Umur
(jiwa) (jiwa)
1. 0-14 14.325 847
2. 15-64 45.376 2.682
3. 65+ 4.346 257
Total 64.047 3786
Sumber: Kecamatan Pabuaran dalam Angka, 2021 (BPS)
Data pada Tabel 2.10, menunjukkan bahwa jumlah penduduk usia produktif di
Kelurahan Cihambulu lebih besar bila dibandingkan dengan penduduk usia non
produktif dengan tingkat dependency ratio sekitar 41,16%. Nilai ini memberi makna
bahwa setiap 100 orang usia produktif akan menanggung penduduk non produktif
sebanyak 42 orang dengan demikian nilai DR di wilayah ini tergolong dalam kategori
sedang.
Data pada tabel tersebut juga menunjukkan bahwa rasio ketergantungan total
sebesar 41,16%, rasio ini disumbangkan oleh rasio ketergantungan penduduk muda
sebesar 31,58% dan rasio ketergantungan penduduk tua sebesar 9,58%. Dari
indikator ini terlihat bahwa pada tahun 2019 penduduk usia kerja di Kelurahan
Cihambulu masih dibebani ketergantungan penduduk muda yang proporsinya lebih
banyak dibandingkan tanggung jawab terhadap penduduk tua.
4. Angkatan Kerja
Masalah penduduk sangat berkaitan erat dengan masalah tenaga kerja. Salah
satu contoh adalah tingginya tingkat pertumbuhan penduduk akan berpengaruh
juga pada tingginya penyediaan tenaga kerja. Penawaran tenaga kerja yang
tinggi tanpa diikuti penyediaan kesempatan kerja yang cukup akan menimbulkan
pengangguran dan setengah pengangguran. Angkatan kerja adalah penduduk usia
kerja yang memerlukan lapangan kerja. Tidak semua penduduk usia kerja tergolong
ke dalam angkatan kerja. Ibu-ibu rumah tangga, pelajar, dan mahasiswa yang
usianya 15 tahun ke atas tidak tergolong angkatan kerja. Angkatan kerja dibedakan
atas angkatan kerja yang bekerja dan angkatan kerja yang menganggur.
Tabel 9. Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas Menurut Jenis Kegiatan
Utama di Kelurahan Cihambulu
Hal - 12
No Jenis Kegiatan Kabupaten Kelurahan
Satuan
. Utama Subang Cihambulu
1. Angkatan Kerja Jiwa 824.467 1789
Bekerja Jiwa 746.284 1619
Pengangguran Jiwa 78.183 170
2. Bukan Angkatan Kerja Jiwa 411.691 893
3. Tingkat Partisipasi % 66,70
Angkatan Kerja (TPAK)
4. Tingkat Pengangguran % 9,48
Sumber: Kabupaten Subang dalam Angka, 2021 dan Kecamatan Pabuaran dalam Angka, 2021 (BPS)
Proporsi penduduk yang termasuk angkatan kerja dikenal sebagai Tingkat
Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK). Jumlah angkatan kerja di wilayah studi adalah
sebesar 1789 jiwa. Pencari kerja di Kelurahan Cihambulu sebesar 170 jiwa. Tingkat
kesempatan kerja di wilayah studi sebesar 90,52%.
C.2. Sosial Ekonomi
1. Sarana Perekonomian (Usaha)
Sarana perekonomian yang terdapat di Kelurahan Cihambulu mulai tumbuh dan
berkembang. Sarana perekonomian yang terdapat di Kelurahan Cihambulu
diantaranya:
Tabel 10. Keberadaan Fasilitas Perdagangan di Kelurahan Cihambulu
Kelurahan Cihambulu
No. Fasilitas Perdagangan
(Unit)
1. Kios 8
2. Warung 35
TOTAL 43
Sumber: Kecamatan Pabuaran dalam Angka, 2021 (BPS)
2. Matapencaharian Penduduk
Matapencaharian penduduk umumnya bergerak dibidang pertanian. Secara lengkap
matapencaharian penduduk disajikan pada Tabel 2.7.
Tabel 11. Jenis Matapencaharian Penduduk di Kelurahan Cihambulu
Kelurahan Cihambulu
No. Matapencaharian Penduduk
(Jiwa)
1. Petani 957
2. Buruh Tani 378
3. Perdagangan, Hotel dan restoran 49
TOTAL 1.384
Sumber: Kecamatan Pabuaran dalam Angka, 2021 (BPS)
Hal - 13
(kerjasama) dan bukan disosiatif hal ini dibuktikan tidak pernah terjadi konflik
antara penduduk pendatang dengan penduduk asli.
Proses-proses asosiatif yang sudah berlangsung antara masyarakat pendatang
dengan penduduk asli adalah kerjasama (cooperation) dan asimilasi. Bentuk dan
pola-pola kerjasama dapat dengan mudah dijumpai pada semua anggota
masyarakat yang ada di lokasi kegiatan. Bentuk-bentuk kerjasama yang sangat
mudah dilihat di lokasi studi adalah bentuk kerukunan yang mencakup gotong-
royong dan tolong menolong baik antar kelompok masyarakat maupun di internal
kelompok masyarakat tersebut.
Asimilasi antara penduduk pendatang dengan penduduk asli sudah mulai berjalan.
Asimiliasi sudah mulai berjalan hal ini tergambar dari sikap toleransi baik penduduk
pendatang dengan penduduk asli, serta penerimaan masyarakat asli terhadap
pendatang.
Proses disosiatif tetap ada antara penduduk asli dengan pendatang walaupun
hubungan sudah terjalin harmonis. Proses disosiatif yang mudah terlihat adalah
persaingan (competition) khususnya dalam bidang ekonomi. Dimana masyarakat
asli merasa bahwa masyarakat pendatang lebih maju dalam bidang ekonomi.
2. Pendidikan
Pendidikan mempunyai peranan penting bagi suatu bangsa dan merupakan suatu
sarana untuk meningkatkan kecerdasan dan keterampilan manusia. Kualitas sumber
daya manusia sangat tergantung dari kualitas pendidikan. Guna meningkatkan
kualitas pendidikan ini dibutuhkan sarana pendidikan dan penyediaan guru yang
memadai. Sarana pendidikan di Kelurahan Cihambulu disajikan pada tabel berikut
ini.
Tabel 12. Banyaknya Taman Kanak-kanak dan Statusnya di Kelurahan Cihambulu
TK
No. Kelurahan Jumlah TK
Negeri Swasta
1. Cihambulu 1 - 1
Sumber: Kecamatan Pabuaran dalam Angka, 2021 (BPS)
Hal - 14
SMA
No. Kelurahan
Negeri Swasta
1. Cihambulu - -
Sumber: Kecamatan Pabuaran dalam Angka, 2021 (BPS)
Hal - 15