Anda di halaman 1dari 3

MANAJEMEN PENGELOLAAN AIR ASAM TAMBANG

Lokasi penambangan yang telah dibuka akan membentuk danau atau area tangkapan air
sesuai dengan volume bukaan tambang yang telah dilakukan. Genangan air tersebut akan
mengganggu proses penambangan sehingga perlu dialirkan ke luar area penambangan.
Namun dalam mengelola air bekas tambang tersebut tidak langsung dialirkan ke outlet
badan sungai sehingga mencemari lingkungan. Dalam hal ini PT Supra Bara Energi telah
melakukan pembangunan settling pond untuk mengelola air tambang sebelum dialirkan
ke perairan umum/keluar area penambangan.
Pengolahan air asam dilakukan dengan cara penetralan. Penetralan air asam dengan
menggunakan bahan kimia yaitu Limestone (Calcium Carbonat). Air asam dalam
kegiatan penambangan juga bisa dipastikan akan memiliki kekeruhan yang sangat tinggi,
oleh karena itu untuk menurunkan kekeruhannya menggunakan bahan kimia tawas
(Al2SO4)3. Tawas merupakan bahan koagulan yang paling banyak digunakan karena
bahan ini paling ekonomis, mudah diperoleh dipasaran serta mudah penyimpanannya.
Jumlah pemakaian tawas tergantung kepada turbidity (kekeruhan) air. Semakin tinggi
turbidity air maka semakin besar jumlah tawas yang dibutuhkan. Makin banyak dosis
tawas yang ditambahkan maka pH akan semakin turun, karena dihasilkan asam sulfat
sehingga perlu dicari dosis tawas yang efektif antara pH 5,8 -7,4. Apabila alkalinitas
alami dari air tidak seimbang dengan dosis tawas perlu ditambahkan alkalinitas.

Gambar . Bagan Alir Penanganan Air Asam Tambang


KONSEP WATER MANAGEMENT DI PERTAMBANGAN

Proses penambangan batubara pada umumnya menggunakan metode penambangan


terbuka (open pit) dimana lapisan penutup akan digali kemudian dipindahkan ke lokasi
penimbunan menggunakan dump truck. Material tersebut akan di timbun di daerah
waste dump yang sudah ditentukan baik di lokasi outside dump maupun lokasi
backfilling. Penambangan dengan metode tambang terbuka ini akan memberikan
dampak terhadap potensi pembentukan air asam tambang yang selanjutnya akan
berdampak pada kualitas aliran sungai.
Oleh karena itu water management menjadi bagian yang penting dalam upaya
pencegahan terhadap pembentukan air asam tambang. Prinsip dari water management
ini adalah bagaimana mengendalikan air dengan memisahkan air yang tercemar (air
asam tambang) terhadap air yang masih berkualitas baik. Selain dari mengurangi beban
pengolahan dari aliran air yang tercemar, upaya ini dapat mengisolasi daerah yang
terganggu dengan daerah yang tidak terganggu. Setidaknya ada 3 lokasi di area
pertambangan yang memiliki potensi terhadap pencemaran air permukaan yakni daerah
penambangan aktif, daerah disposal/penimbunan material penutup, dan instalasi
pengolahan/pencucian batubara.
Daerah penambangan aktif merupakan salah satu sumber pembentukan air asam
tambang yang tidak dapat dihindari. Sehingga metode penanganan pada daerah aktif ini
adalah melakukan pengolahan terhadap air asam tambang yang terbentuk (active
treatment). Material sulfida yang berasal dari dinding pit penambangan akan kontak
dengan air pada saat hujan terjadi , mengalir menuju sump pit untuk kemudian dipompa
menuju ke sistem pengolahan.
Pada umumnya, metode pengolahan aktif yang digunakan yakni melalui penambahan
senyawa penetral kapur untuk menetralkan pH. Selain itu, terdapat pula kolam
pengendap sebelum keluar ke badan air penerima. Pengendalian melalui sistem
pengolahan aktif diharapkan dapat menjaga kualitas aliran yang berasal dari daerah
terganggu sebelum masuk ke dalam badan sungai utama sehingga dapat sesuai dengan
baku mutu yang telah ditetapkan.
Sedangkan daerah penimbunan (disposal area) adalah daerah kedua yang memiliki
potensi besar pembentukan air asam tambang. Kondisi daerah disposal yang masih aktif
akan menyebabkan material sulfida masih terekspos dan dengan bebas kontak dengan
udara dan air pada saat hujan terjadi. Hal ini menyebabkan potensi pembentukan air
asam tambang dengan debit aliran yang besar serta konsentrasi material erosi yang
tinggi akan terjadi. Daerah timbunan tersebut harus dapat di isolasi agar aliran yang telah
terkontaminasi tidak langsung masuk ke badan air secara langsung yang dapat
menurunkan kualitas aliran air. Melalui pembangunan saluran-saluran di sekitar daerah
timbunan, maka aliran air akan dapat dikendalikan. Hal ini juga dapat menghindari
terjadinya erosi yang sering terjadi. Umumnya, daerah disposal aktif masih akan
dilakukan pengolahan secara aktif dengan melakukan penambahan senyama kimia
penetral. Hal ini dilakukan sampai pada proses reklamasi dilakukan dimana material PAF
telah ditutup dengan material NAF dan tanah sebagai media tanam.
Gambar . Bagan Alir Manajemen Pengelolaan Air Asam Tambang Batubara

Anda mungkin juga menyukai