Anda di halaman 1dari 35

Kajian Surah Al-Ahzab Ayat 21 :

Memahami Makna Uswatun Ḥasanah Nabi


Muhammad Saw. sebagai Upaya Menghindari dari
Perbuatan Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme
Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, M.Pd

Ahad, 01 Oktober 2023


Ahad, 16 Rabiul Awwal 1445 H
QS. Al-Ahzab Ayat 21
‫َح َس َن ٌة َمِّلْن َك اَن‬ ‫َل َق ْد َك َن َل ُك ْم ْي َر ُس ْو ّٰل ُا ْس َو ٌة‬
‫ِه‬ ‫ِل ال‬ ‫ِف‬ ‫ا‬
‫َك ْي ًر ۗا‬ ‫َي ْر ُج وا الّٰل َه َو اْل َيْو َم اٰاْل َر َو َذ َك َر الّٰل َه‬
‫ِث‬ ‫ِخ‬
21. Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu
(yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat
dan yang banyak mengingat Allah.

(QS. Al-Ahzab : 21)


Asbabunnuzul
Asbabunnuzul ayat tersebut menurut Ibnu Katsir berkaitan dengan peristiwa
Perang Khandaq. Pasukan gabungan kaum kafir dalam jumlah besar (10.000
prajurit) membuat sebagian kaum muslim yang hanya berkekuatan 3.000
prajurit merasa gentar. Kala itu, umat muslim tengah diuji dengan kesabaran,
keteguhan, perjuangan, dan tetap menanti jalan keluar dari Allah SWT.
Mereka yang gentar dan ragu adalah kaum munafik yang hanya berpura-pura
beriman. Allah SWT menurunkan ayat tersebut untuk memerintahkan kaum
muslim yang benar-benar beriman meneladani keberanian Muhammad Saw.
dalam membela Islam tidak gentar dengan besarnya jumlah musuh.
Interpretasi
Para
Mufasir
01
Ayat tersebut menegaskan kepada kita bahwa sungguh telah ada pada
diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagi kita. Kita kaji lebih
dalam, makna uswatun hasanah dalam ayat itu, menurut Imam Ali
Ash-Shabuni dalam Shafwatut Tafasir, adalah bahwa Rasulullah
merupakan figur yang luhur yang wajib kita ikuti seluruh perbuatan dan
perkataannnya.

Sedangkan makna uswatun hasanah menurut Imam Musthafa Al-


Maraghi dalam Tafsir Al-Maraghi, adalah bahwa Rasulullah
merupakan contoh terbaik dalam semua perkataan, perbuatandan
seluruh aspek kehidupannya.
Sejalan dan sejalin dengan maksud ayat tersebut, Siti Aisyah
ketika ditanya bagaimana gambaran akhlak Rasulullah, beliau
dengan tegas menjawab, akhlak Rasulullah adalah ibarat Al-
Qur’an.

Maksudnya, akhlak Rasul adalah pengejawantahan dari


seluruh ajaran yang terdapat dalam Al-Qur’an. Maka pantas
kalau Allah sendiri memuji akhlak Rasulullah melalui firman-
Nya: ”Sesungguhnya engkau, Muhammad memiliki akhlak
yang agung”.(QS. Al-Qalam: 4).
02
Syekh Mutawali asy-Sya’rawi dalam kitab tafsirnya mengatakan, ayat ini
merupakan barometer kehidupan dan suri teladan bagi manusia. Nabi
Muhammad Saw. sukses dalam menyampaikan amanah risalah kenabian yang
dibawanya. Selain itu, ia juga representasi dari potret Islam yang sebenarnya,
yaitu menjadi teladan bagi pengikutnya.
Ayat di atas juga menjadi salah satu pokok agung perihal meneladani
Rasulullah dalam setiap pekerjaan, ucapan, tingkah laku dan lainnya. Oleh
karena itu, Allah memerintahkan semua manusia untuk menjadikannya sebagai
suri teladan.
Selain dalam menjadi pemimpin, Rasulullah juga menjadi teladan dalam hal
yang lebih penting. Menurut Syekh Mutawalli, di antara teladan paling agung
Rasulullah adalah hatinya tidak pernah lupa untuk mengingat Allah SWT.
Allah.”
03
Dalam Tafsir An-Nafahat Al-Makkiyah, disebutkan bahwa
sungguh bagi kalian wahai orang-orang yang beriman untuk
berpegang teguh dalam ucapan, tindakan dan keadaan untuk
mengikuti Rasul Saw. untuk dijadikan contoh yang baik.

Beliau tidak putuh asa, bersungguh-sungguh atas dirinya menolong


agama Allah, berpegang teguhlah dengan sunnahnya, dan tetaplah di
atas prinsip Rasulullah dalam peperangan, bersabarlah sebagaimana
kesabaran beliau dalam dakwah dan jihad dengan seluruh kondisi,
dan beramallah sebagaimana amalan-amalan beliau, serta jangan
berputus asa dari mengharap pahala dari Allah dan kasih sayangnya
di akhirat.
Nilai-nilai pendidikan
Mendidik hamba-Nya agar meneladani Nabi Muhammad Saw. dalam ucapan,
01 perbuatan dan takrirnya.

Mengajarkan akhlak mulia dan mengikuti baginda Nabi Saw. sesuai ajaran
02 Islam.

Membentuk karakter yang tangguh, adil, bijaksana, lemah lembut, cerdas,


03 amanah, kuat pendirian serta menjadikan pribadi yang beriman dan bertakwa
kepada Allah Swt.

04 Mengajarkan hamba-Nya agar bertaubat dan menjauhi maksiat agar menjadi


hamba yang diridhai dan mendapatkan rahmat-Nya.
Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme
Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme

1) Korupsi adalah perbuatan melawan hukum dengan menyalahgunakan


kewenangan untuk memperkaya diri orang/badan lain yang merugikan
keuangan/perekonomian negara.
2) Kolusi adalah permufakatan atau kerja sama secara melawan hukum antar-
Penyelenggara Negara atau antara Penyelenggara Negara dan pihak lain yang
merugikan orang lain, masyarakat, dan atau Negara.
3) Nepotisme adalah setiap perbuatan Penyelenggara Negara secara melawan
hukum yang menguntungkan kepentingan keluarganya dan atau kroninya di atas
kepentingan masyarakat, bangsa, dan negara.
Kita perhatikan, praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme
(KKN) di Indonesia saat ini telah memasuki tahap yang
sangat mengkhawatirkan, ia telah melanda seluruh lapisan
pemerintahan, mulai dari tingkat yang paling rendah hingga
tingkat yang paling tinggi. Demikian pula halnya pada
semua lapisan masyarakat. Pendek kata, KKN telah
“mensistem” di negeri ini, telah mengakar, bahkan dengan
meminjam istilah Bill Dalton dalam Indonesia Hand Book;
Semua institusi, termasuk yang dibentuk untuk menghambat
KKN, juga melakukan praktik KKN.
Padahal, diakui atau tidak, praktik KKN dalam
kehidupan bangsa ini telah menimbulkan banyak
kerugian. Tidak saja kerugian dalam bidang
ekonomi, melainkan juga dalam bidang politik,
sosial, budaya, dan keamanan. Kerugian secara
ekonomi, misalnya, sangat jelas dirasakan, yang
tercermin dari tidak optimalnya pembangunan
ekonomi yang dijalankan.
Dalam bidang politik, praktik KKN menimbulkan
diskriminasi pelayanan publik ataupun diskriminasi
terhadap hak-hak politik masyarakat. Dalam bidang sosial-
budaya, praktik KKN ini telah menimbulkan “penyakit”
dalam masyarakat. Perbuatan korupsi seakan dianggap
sebagai sesuatu yang wajar, padahal berdampak bagi
masyarakat luas. Demikian pula dalam bidang keamanan,
KKN akan mengganggu stabilitas keamanan masyarakat
karena telah mendorong munculnya gejolak demonstrasi
dan kerusuhan secara berlebihan.
Oleh karena itu, dalam kehidupan berbangsa ini, KKN merupakan
penyakit berbahaya yang dapat mewabah, menggrogoti dan
memporakporandakan sendi-sendi kehidupan bangsa. Maka jika satu
bangsa terjangkit penyakit ini ingin bangkit, ingin maju, dan mampu
bersaing dengan bangsa lain, maka syarat utama dan pertamanya adalah
dengan mengikis habis penyakit ini dengan menjadikan Rasulullah Saw.
sebagai suri tauladalan dalam kehidupan baik dalam ucapan maupun
perbuatannya.
Allah berfirman :
‫َو ُت ْد ُل ْو َه َل‬ ‫َب‬ ‫َو اَل َت ْأ ُك ُل ْٓو َا ْم َو َل ُك ْم َب ْي َن ُك ْم ْل‬
‫ا ِب ٓا ِا ى‬ ‫ِل‬ ‫ِط‬‫ِب ا ا‬ ‫ا ا‬
‫ْث‬ ‫َّن‬ ‫َو‬ ‫ْم‬ ‫ْل ُح َّك َت ْأ ُك ُل ْو َف ْي ًق ْن َا‬
‫اِل ال اِس ِب اِاْل ِم‬ ‫ا َا اِمَت ِلَل َن ا ِر ا ِّم‬
‫َو ْن‬
ࣖ ‫ْو‬ ‫ُم‬ ‫ْع‬ ‫ْم‬ ‫ُت‬
188. Dan janganlah kamu makan harta di antara kamu dengan jalan yang
batil, dan (janganlah) kamu menyuap dengan harta itu kepada para hakim,
dengan maksud agar kamu dapat memakan sebagian harta orang lain itu
dengan jalan dosa, padahal kamu mengetahui.
(QS. Al-Baqarah : 188)
Apa Saja Keteledanan Nabi Muhammad Saw. sebagai
Upaya Menghindari dari Perbuatan Korupsi, Kolusi,
dan Nepotisme ?
1. Menjauhi harta yang haram
Rasulullah Saw. bersabda:

‫ْح‬ ‫ُس‬ ‫َي ا َك ْع ُب ْب َن ُع ْج َر َة َّن ُه َال َي ْر ُب و َل ْح ٌم َن َب َت ْن‬


‫ٍت‬ ‫ِم‬ ‫َّال َك َن َّن َأ َل ِإ‬
‫ْو‬ ‫ُر‬
‫ِإ ا ِت ال ا ى ِب ِه‬
“Wahai Ka’ab bin ‘Ujroh, sesungguhnya tidaklah daging (anggota badan)
yang tumbuh berkembang dari sesuatu yang haram kecuali semua itu lebih
berhak dibakar dalam api neraka.”

(HR. Tirmidzi, no. 614)


Allah berfirman :

‫ُعْو‬ ‫َاْلْر َح ٰل اًل َط ًب َّو اَل َت َّت‬ ‫َّم‬ ‫ْو‬ ‫ٰٓي َا ُّي َه َّن ُس ُك ُل‬
‫ِّي اۖ ِب ا‬ ‫ِض‬ ‫ا ِم ا ِف ى ا‬ ‫ا ال ا‬
‫ُخ ُط ٰو الَّش ْي ٰط ِۗن َّنٗه َل ُك ْم َع ُد ٌّو ُّم ْي ٌن‬
‫ِب‬ ‫ِا‬ ‫ِت‬
168. Wahai manusia! Makanlah dari (makanan) yang halal dan baik yang
terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan.
Sungguh, setan itu musuh yang nyata bagimu.

(QS. Al-Baqarah : 168)


2. Amanah (Dapat dipercaya)
Allah berfirman :
‫ُت‬ ‫َك‬ ‫َذ‬ ‫ۙا‬ ‫ْه‬ ‫َا‬
‫ِا ى ِل َه َو ِا ا َح ْم ْم‬ ‫ٰٓل‬ ‫۞ َّن الّٰل َه َي ْأ ُم ُر ُك ْم َا ْن ُت َؤ ُّد وا اَاْلٰم ٰن‬
‫ِت‬ ‫ِا‬
‫ْم‬ ‫ّٰل َه َّم َي ُظ ُك‬ ‫َب ْي َن الَّن ا َا ْن َت ْح ُك ُم ْو ا اْل َع ْد ۗ َّن‬
ۗ ‫ِب ٖه‬ ‫ال ِنِع ا ِع‬ ‫ِب ِل ِا‬ ‫ِس‬
‫ِا َّن الّٰل َه َك اَن َس ِم ْيًع َب ِص ْي اًر‬
‫ۢا‬
58. Sungguh, Allah menyuruhmu menyampaikan amanat kepada yang berhak
menerimanya, dan apabila kamu menetapkan hukum di antara manusia hendaknya
kamu menetapkannya dengan adil. Sungguh, Allah sebaik-baik yang memberi
pengajaran kepadamu. Sungguh, Allah Maha Mendengar, Maha Melihat. (QS. An-
Nisa’ : 58)
3. Tabligh (Menyampaikan)
Allah berfirman :

‫۞ ٰٓي َا ُّي َه ا الَّر ُس ْو ُل َب ْغ َم ٓا ُا ْن َل ِا َل ْي َك ْن‬


‫َّر َك ۗ َو ِا ْن َّل ْم َت ْف َع ْل‬
‫ِّب َّن ِۗس َّن ّٰل َه اَل‬ ‫ِم‬ ‫ِز‬ ‫ِّل‬
‫ال ا ِا ال‬ ‫َف َم ا َب َّل ْغ َت ٰس َل َت ٗه ۗ َو الّٰل ُه َي ْع ُم َك َن‬
‫ِم‬ ‫ِص‬ ‫ِر‬
‫َي ْه ى اْل َق ْو َم ا ْي َن‬
‫ٰك‬ ‫ْل‬
‫ِر‬ ‫ِف‬ ‫ِد‬
67. Wahai Rasul! Sampaikanlah apa yang diturunkan Tuhanmu kepadamu. Jika tidak
engkau lakukan (apa yang diperintahkan itu) berarti engkau tidak menyampaikan
amanat-Nya. Dan Allah memelihara engkau dari (gangguan) manusia. Sungguh,
Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang kafir. (QS. Al-Ma'idah : 67)
4. Membimbing kepada keimanan dan keselamatan
Allah berfirman :

‫َل َق ْد َج ۤا َء ُك ْم َر ُس ْو ٌل ْن َا ْن ُف ُك ْم َع ْي ٌز َع َل ْي ِه َم ا َع ِن ُّت ْم‬


‫َل ُك ُمْلْؤ ِّم َن ِس ٌف ِز‬
‫َح ْي ٌص َع ْي ْم ا ِم ِن ْي َر ُء ْو َّر ِح ْي ٌم‬
‫ِب‬
128. Sungguh, telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat
‫ِر‬
terasa olehnya penderitaan yang kamu alami, (dia) sangat menginginkan
(keimanan dan keselamatan) bagimu, penyantun dan penyayang terhadap
orang-orang yang beriman.
(QS. At-Taubah : 128)
5. Tidak Sombong dan Selalu Rendah Hati

Allah berfirman :
‫َو َب ُد َّر ْح ٰم َّل ْي َن َي ْم ُش ْو َن َع َل َاْلْر َه ْو ًن َّو َذ‬
‫ا ِا ا‬ ‫ى ا ِض‬ ‫ِذ‬ ‫ِع ا ال ِن ا‬
‫ًم‬ ‫َخ َط َبُه ُم ْل ٰج ُل ْو َن َق ُل ْو َس ٰل‬
‫ا ا ا‬ ‫ا ِه‬ ‫ا‬
63. Adapun hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih itu adalah orang-orang yang
berjalan di bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang bodoh menyapa
mereka (dengan kata-kata yang menghina), mereka mengucapkan “salam,”
(QS. Al-Furqan : 63)
6. Membimbing Akhlak mulia
Rasulullah Saw. bersabda :
‫َّن َي َر ُك ْم َأ َح ُن ُك ْم َأ ْخ اَل ًق‬
‫ا‬ ‫اِس‬ ‫ِإ ِخ ا‬
“Sesungguhnya sebaik-baik kalian adalah yang paling mulia akhlaknya,”
[HR Bukhari: 6035, Muslim: 2321, Ahmad: 6505]
Allah berfirman :

‫َو ِا َّنَك َل َع ٰل ى ُخ ُل َع ْي‬


‫ٍم‬ ‫ٍق ِظ‬
4. Dan sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang luhur. (QS.
Al-Qalam : 4)
7. Senang Bermusyawarah Tidak Memihak
Allah SWT juga berfirman :

‫ْو‬ ‫ُّض‬ ‫ْنَف‬ ‫َف َم َر ْح َم َن ّٰل ْنَت َل ُه ْم َو َل ْو ُك ْنَت َف ًّظ َغ ْي َظ ْل َق ْل اَل‬


‫ا‬ ‫ِب‬ ‫ا ِل ا‬ ۚ ‫ِل‬ ‫ِه‬ ‫ِب ا ٍة ِّم ال‬
‫َاْلْم ِۚر َف َذ‬ ‫ْم‬ ‫ُه‬ ‫ْر‬ ‫ْن َح ْو َك َف ْع ُف َع ْن ُه ْم َو ْس َت ْغ ْر َل ُه ْم َو َش‬
‫ِا ا‬ ‫ِف ى ا‬ ‫ِم َت ِلَف َت َّكۖ اَل ّٰل َّن اّٰل َه ِف ُمْلَت َن اِو‬
‫َو ْل َع ى ال ۗ ِا ال ُي ُّب ا َو ْي‬ ‫َع َز ْم‬
‫ِّك ِل‬ ‫ِح‬ ‫ِه‬
159. Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap
mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan
diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampunan untuk
mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila
engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sungguh, Allah
mencintai orang yang bertawakal.(QS. Ali Imran : 159)
‫‪8. Adil‬‬

‫ِه‬ ‫ِل‬
‫َّل‬ ‫ِط‬ ‫ِق‬ ‫ِب‬ ‫ِم‬ ‫َّٰو‬ ‫۟ا‬ ‫۟ا‬ ‫ِذ‬ ‫َّل‬ ‫َٰٓي‬
‫َأُّيَه ا ٱ يَن َءاَم ُن و ُك وُنو َق َني ٱْل ْس ُش َه َد ٓاَء َو َل ْو‬
‫َعَلٰٓى َأنُف ِس ُك ْم َأِو ٱْلَٰو ِلَد ْيِن َوٱَأْلْقَرِبَني ۚ ِإن َيُك ْن َغِنًّيا َأْو َفِق ًريا‬
‫ِإ‬ ‫۟ا‬ ‫ِد‬
‫َفٱلَّل ُه َأْو ٰىَل ِهِبَم اۖ َفاَل َتَّتِبُع و ٱَهْلَو َأن َتْع ُلو ۚ َو ن َتْل ُوٓۥ ْوَأ‬
‫۟ا‬ ‫ٰٓى‬ ‫۟ا‬
‫ِب‬ ‫َّل‬ ‫ِإ‬
‫ُتْع ِرُضو َف ٱل َه َك اَن َمِبا َتْع َم ُلوَن َخ ًريا‬
‫َّن‬ ‫۟ا‬
Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang
benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah
biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapa dan kaum
kerabatmu. Jika ia kaya ataupun miskin, maka Allah lebih
tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa
nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika
kamu memutar balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi
saksi, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui
segala apa yang kamu kerjakan (QS. An-Nisa: 135)
Lalu, apakah yang dimaksud adil itu? Imam Ali Karamallahu
Wajhah mengatakan, adil adalah menempatkan sesuatu secara
proporsional dan profesional. Lebih jegas lagi, Sayyid Quthub
dalam bukunya ‘Adalah al-Ijtimaiyah fi al-Islam mengatakan,
adil adalah menegakkan hukum atau kebenaran dengan tanpa
mendzalimi orang lain”. Dengan demikian, prinsip penegakan
keadilan dalam Islam tidak mengenal pandang bulu, status atau
jabatan. Walaupun terhadap diri sendiri, keluarga, masyarkat,
orang kaya atau orang miskin, pejabat atau rakyat, hukum
harus tetap berlaku dan keadilan harus tetap dijunjung tinggi.
Kisah Uswatun Hasanah Nabi Muhammad Saw.
Nabi Muhammad Saw. telah memberi teladan tentang bagaimana agar harta yang
kita miliki menjadi berkah. Yaitu dengan cara mengeluarkan sebagian dari harta
yang kita miliki di jalan Allah Subahanahu wa Ta'ala baik itu dengan cara
bersedekah, berinfaq, berzakat, atau pun berwakaf.
Rasulullah Saw. mengisi hari-harinya dengan bersedekah, bahkan sedekahnya
semakin banyak ketika bulan suci Ramadhan. Bahkan Rasulullah bersedekah
bukan saja terhadap orang-orang yang telah memeluk Islam, dalam sejumlah
riwayat dan juga kitab-kitab siroh disebutkan bahwa Rasulullah mempunyai
kebiasaan bersedekah pada seorang buta yang begitu membenci rasul. Orang buta
itu setiap hari selalu mencaci maki rasul tanpa mengetahui seperti apa sosok rasul
itu.
Sedang setiap harinya Rasulullah mendatangi orang buta itu, lalu rasul menyuapi
orang buta itu dengan tangannya sendiri. Sementara orang buta itu tidak mengetahui
bahwa sosok yang selalu bersedekah menyuapinya makan tiap hari adalah Rasulullah.
Orang buta itu baru mengetahui semuanya ketika Rasulullah telah wafat. Hingga ia
pun bertobat dan memeluk Islam.

Maka sebagai Muslim harus meneladani Rasulullah dengan menjadi dermawan,


mengeluarkan harta untuk kemaslahatan di jalan Allah. Apalagi bagi yang memiliki
kelebihan harta. Jangan sampai bakhil terhadap harta. Karena sifat bakhil itu akan
membawa kebinasaan. Dan sejatinya setiap manusia akan dimintai
pertanggungjawaban atas hartanya. Maka celaka bagi orang-orang yang menghambur-
hamburkan hartanya dalam kemaksiatan dan tidak mau bersedekah, berinfak, berzakat
dan berwakaf.
‫‪DOA‬‬
‫َا لَّل ُه َّم ْي َأ ُع ْو ُذ َك ْن‬
‫َك ِإ ِّن َأْل َال ِب َأْل ِم‬
‫َم‬ ‫ْع‬ ‫َو‬ ‫ْخ‬ ‫َر‬ ‫ْن‬ ‫ُم‬
‫َأْلاٍت ا ِق ا اِل‬
‫ا اِء ‪ .‬رواه الترمذي‬ ‫َو‬ ‫ْه‬ ‫َو‬
Artinya :
Ya Allah, aku berlindung pada-Mu dari
akhlak, perbuatan, dan hawa nafsu
tercela"

(HR. At-Tirmidzi)

Anda mungkin juga menyukai