Mengajarkan akhlak mulia dan mengikuti baginda Nabi Saw. sesuai ajaran
02 Islam.
ُعْو َاْلْر َح ٰل اًل َط ًب َّو اَل َت َّت َّم ْو ٰٓي َا ُّي َه َّن ُس ُك ُل
ِّي اۖ ِب ا ِض ا ِم ا ِف ى ا ا ال ا
ُخ ُط ٰو الَّش ْي ٰط ِۗن َّنٗه َل ُك ْم َع ُد ٌّو ُّم ْي ٌن
ِب ِا ِت
168. Wahai manusia! Makanlah dari (makanan) yang halal dan baik yang
terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan.
Sungguh, setan itu musuh yang nyata bagimu.
Allah berfirman :
َو َب ُد َّر ْح ٰم َّل ْي َن َي ْم ُش ْو َن َع َل َاْلْر َه ْو ًن َّو َذ
ا ِا ا ى ا ِض ِذ ِع ا ال ِن ا
ًم َخ َط َبُه ُم ْل ٰج ُل ْو َن َق ُل ْو َس ٰل
ا ا ا ا ِه ا
63. Adapun hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih itu adalah orang-orang yang
berjalan di bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang bodoh menyapa
mereka (dengan kata-kata yang menghina), mereka mengucapkan “salam,”
(QS. Al-Furqan : 63)
6. Membimbing Akhlak mulia
Rasulullah Saw. bersabda :
َّن َي َر ُك ْم َأ َح ُن ُك ْم َأ ْخ اَل ًق
ا اِس ِإ ِخ ا
“Sesungguhnya sebaik-baik kalian adalah yang paling mulia akhlaknya,”
[HR Bukhari: 6035, Muslim: 2321, Ahmad: 6505]
Allah berfirman :
ِه ِل
َّل ِط ِق ِب ِم َّٰو ۟ا ۟ا ِذ َّل َٰٓي
َأُّيَه ا ٱ يَن َءاَم ُن و ُك وُنو َق َني ٱْل ْس ُش َه َد ٓاَء َو َل ْو
َعَلٰٓى َأنُف ِس ُك ْم َأِو ٱْلَٰو ِلَد ْيِن َوٱَأْلْقَرِبَني ۚ ِإن َيُك ْن َغِنًّيا َأْو َفِق ًريا
ِإ ۟ا ِد
َفٱلَّل ُه َأْو ٰىَل ِهِبَم اۖ َفاَل َتَّتِبُع و ٱَهْلَو َأن َتْع ُلو ۚ َو ن َتْل ُوٓۥ ْوَأ
۟ا ٰٓى ۟ا
ِب َّل ِإ
ُتْع ِرُضو َف ٱل َه َك اَن َمِبا َتْع َم ُلوَن َخ ًريا
َّن ۟ا
Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang
benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah
biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapa dan kaum
kerabatmu. Jika ia kaya ataupun miskin, maka Allah lebih
tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa
nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika
kamu memutar balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi
saksi, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui
segala apa yang kamu kerjakan (QS. An-Nisa: 135)
Lalu, apakah yang dimaksud adil itu? Imam Ali Karamallahu
Wajhah mengatakan, adil adalah menempatkan sesuatu secara
proporsional dan profesional. Lebih jegas lagi, Sayyid Quthub
dalam bukunya ‘Adalah al-Ijtimaiyah fi al-Islam mengatakan,
adil adalah menegakkan hukum atau kebenaran dengan tanpa
mendzalimi orang lain”. Dengan demikian, prinsip penegakan
keadilan dalam Islam tidak mengenal pandang bulu, status atau
jabatan. Walaupun terhadap diri sendiri, keluarga, masyarkat,
orang kaya atau orang miskin, pejabat atau rakyat, hukum
harus tetap berlaku dan keadilan harus tetap dijunjung tinggi.
Kisah Uswatun Hasanah Nabi Muhammad Saw.
Nabi Muhammad Saw. telah memberi teladan tentang bagaimana agar harta yang
kita miliki menjadi berkah. Yaitu dengan cara mengeluarkan sebagian dari harta
yang kita miliki di jalan Allah Subahanahu wa Ta'ala baik itu dengan cara
bersedekah, berinfaq, berzakat, atau pun berwakaf.
Rasulullah Saw. mengisi hari-harinya dengan bersedekah, bahkan sedekahnya
semakin banyak ketika bulan suci Ramadhan. Bahkan Rasulullah bersedekah
bukan saja terhadap orang-orang yang telah memeluk Islam, dalam sejumlah
riwayat dan juga kitab-kitab siroh disebutkan bahwa Rasulullah mempunyai
kebiasaan bersedekah pada seorang buta yang begitu membenci rasul. Orang buta
itu setiap hari selalu mencaci maki rasul tanpa mengetahui seperti apa sosok rasul
itu.
Sedang setiap harinya Rasulullah mendatangi orang buta itu, lalu rasul menyuapi
orang buta itu dengan tangannya sendiri. Sementara orang buta itu tidak mengetahui
bahwa sosok yang selalu bersedekah menyuapinya makan tiap hari adalah Rasulullah.
Orang buta itu baru mengetahui semuanya ketika Rasulullah telah wafat. Hingga ia
pun bertobat dan memeluk Islam.
(HR. At-Tirmidzi)