Anda di halaman 1dari 13

‫َاْلَح ْم ُد ِهّٰلِل اَّلِذ ْي َن َّو َر ُقُلْو َب َأْو ِلَي اِئِه ِب َأْن َو ِرا‬

‫اْلِو َفاِق ‪َ ،‬و َر َفَع َقْد َر َأْص ِفَي اِئِه ِفْي اَأْلَف اِق ‪،‬‬
‫َو َط َّيَب َأْس َر اَر اْل َقاِص ِد ْي َن ِبِط ْي ِب َث َن اِئ ِه ِفْي‬
‫الِّد ْي ِن َو َفاَق ‪َ ،‬و َس َقى َأْر َب اَب ُمَع اَم اَل ِت ِه ِمْن‬
‫َلِذ ْي ِذ ُم َن اَج ِتِه َش َر اًب ا َع ْذ َب اْلَم َذ اِق ‪َ ،‬فَأْق َب ُلْو ا‬
‫ِلَط َلِب َمَر اِض ْي ِه َع َلى َأْق َد اِم الَّس َب اِق ‪،‬‬
‫َو الَّص اَل ُة َو الَّس اَل ُم َع َلى َس ِّي ِد َن ا ُمَح َّم ٍد‬
‫َو َع َلى َأِل ِه َو َأْص َح اِبِه اْل َب َر َر ِة الَّس َب اِق ‪،‬‬
‫َص اَل ًة َو َس اَل ًم ا ِاَلى َي ْو ِم الَّت اَل ِق َأْش َه ُد َأْن‬
‫اَل ِاَلَه ِااَّل هللا َو ْح َد ُه اَل َش ِر ْي َك َل ُه ‪َ ،‬ش َه اَد ًة‬
‫َص َفا َمْو ِر ُدَه ا َو َر اَق ‪َ ،‬ن ْر ُج ْو ِبَه ا الَّن َج َاَة‬
‫ِمْن َن اٍر َش ِد ْي َدِة اِإْلْح َر اِق ‪َ ،‬و َأْن َيُهْو َن ِبَه ا‬
‫َع َلْي َن ا ُك ْر ُب الِّس َي اِق ‪َ ،‬و َأْش َه ُد َأَّن ُمَح َّم ًدا‬
‫َع ْب ُد ُه َو َر ُس ْو ُلُه َأْش َر ُف اْلَخ ْل ِق َع َلى‬
‫اِاْلْط اَل ِق ‪َ ،‬اَّلِذ ْي ُأْس ِر َي ِب ِه َع َلى اْل ُب َر اِق ‪،‬‬
‫َح َّت ى َج اَو َز الَّس ْبَع الِط َب اَق َأَّم ا َبْع ُد‪َ ،‬أُّيَه ا‬
‫اِاْلْخ َو اُن ُأْو ِص ْي ُك ْم َو ِاَي اَي ِبَت ْق َو ى ِهللا‬
‫َو َط اَع ِت ِه‪ِ ،‬باْم ِتَث اِل َأَو اِم ِر ِه َو اْج ِتَن اِب‬
‫َن َو اِه ْي ِه‪َ .‬قاَل ُهللا َت َع اَلى ِفْي ِك َت اِبِه اْل َك ِر ْي ِم ‪:‬‬
‫َي ا َأُّيَه ا اَّلِذيَن آَم ُنوا اَّت ُق وا َهَّللا َح َّق ُتَقاِت ِه‬
‫َو ال َت ُم وُتَّن ِإَّال َو َأْنُتْم ُمْس ِلُم وَن ‪َ .‬و َق اَل‬
‫َهَّللا‬ ‫وا‬ ‫ُق‬ ‫َّت‬ ‫ا‬ ‫وا‬ ‫ُن‬ ‫َم‬‫آ‬ ‫ِذيَن‬ ‫َّل‬‫ا‬ ‫ا‬ ‫ُّيَه‬‫َأ‬ ‫ا‬ ‫َي‬ ‫ا‪:‬‬ ‫ْيًض‬ ‫َأ‬
‫َو ْل َتْن ُظ ْر َن ْف ٌس َم ا َقَّد َم ْت ِلَغ ٍدۖ َو اَّت ُق وا َهَّللاۚ ‬
‫ِإَّن َهَّللا َخ ِبيٌر ِبَم ا َت ْع َم ُلوَن‬

‫‪Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,‬‬


‫‪Memanjatkan puji syukur kepada Allah dan shalawat‬‬
‫‪kepada Nabi Muhammad saw merupakan kewajiban‬‬
‫‪yang harus disampaikan oleh setiap khatib dalam‬‬
khutbahnya. Selain itu khatib juga memiliki kewajiban
untuk menyampaikan dan mengingatkan jamaah
tentang wasiat ketakwaan. Oleh karenanya pada
momentum khutbah kali ini, khatib mengajak kepada
seluruh jamaah untuk senantiasa memanjatkan puji
syukur kepada Allah dan menyampaikan shalawat pada
Rasulullah sekaligus meningkatkan ketakwaan kepada
Allah. Bagaimana cara meningkatkan takwa? Yakni
dengan senantiasa lebih semangat lagi menjalankan
segala perintah Allah dan sekuat tenaga meninggalkan
segala yang dilarang oleh-Nya. Dengan upaya inilah,
kita akan mampu terus berada pada jalur yang telah
ditentukan oleh agama sehingga tidak melenceng dan
tersesat ke jalan yang tidak benar. Ma’asyiral muslimin
rahimakumullah,
Memang kehidupan kita di dunia ini seperti melewati
sebuah jalan dengan lintasan penuh dengan dinamika
dan tantangan. Medan terjal yang harus terus kita daki,
hingga medan menurun dan mendatar, tak boleh
membuat kita terlena. Perjalanan kita menyisakan masa
lalu sebagai pengalaman, masa kini sebagai kenyataan,
dan masa yang akan datang sebagai harapan.
Sehingga kita butuh rambu-rambu agar kita senantiasa
lancar dan selamat sampai ke tujuan dan ketakwaan lah
rambu-rambu yang mampu memandu kita berada pada
jalan yang benar dan bekal yang paling baik dalam
perjalanan.

‫َو َتَز َّو ُد ْو ا َفِاَّن َخ ْي َر الَّز اِد الَّتْق ٰو ۖى َو اَّت ُقْو ِن ٰٓي ُاوِلى اَاْلْلَب اِب‬
“Berbekallah karena sesungguhnya sebaik-baik bekal
adalah takwa. Bertakwalah kepada-Ku wahai orang-
orang yang mempunyai akal sehat,” (QS Al-Baqarah:
197) Ma’asyiral muslimin rahimakumullah, Dalam
sebuah perjalanan panjang, kita haruslah
menyempatkan diri berhenti istirahat untuk
mengumpulkan kembali semangat dan tenaga guna
melanjutkan perjalanan. Begitu juga dalam kehidupan di
dunia, kita mesti harus menyediakan waktu untuk
melakukan introspeksi, evaluasi, menghitung, yang
dalam bahwa Arab disebut dengan muhasabah.
Pentingnya muhasabah ini, Sayyidina Umar bin Khattab
pernah bertutur:
‫َأل‬ ‫َأ‬ ‫َأ‬
‫َح اِس ُبوا ْنُفَس ُك ْم َق ْب َل ْن ُتَح اَس ُبْو ا َو َتَز َّي ُن ْو ا ِلْلَع ْر ِض ا ْك َب ِر‬
‫َو ِإَّن َم ا َي ِخ ُّف اْلِح َس اُب َي ْو َم اْلِقَي اَم ِة َع َلى َم ْن َح اَس َب َن ْف َس ُه ِفى‬
‫الُّد ْن َي ا‬

“Hisablah diri (introspeksi) kalian sebelum kalian


dihisab, dan berhias dirilah kalian untuk menghadapi
penyingkapan yang besar (hisab). Sesungguhnya hisab
pada hari kiamat akan menjadi ringan hanya bagi orang
yang selalu menghisab dirinya saat hidup di dunia.”
Dalam sebuah hadits riwayat Imam Tirmidzi, Rasulullah
bersabda:
‫ َو اْلَع اِج ُز‬، ‫اْلَك ِّيُس َم ْن َداَن َن ْف َس ُه َو َع ِم َل ِلَم ا َب ْع َد اْلَم ْو ِت‬
‫َم ْن َأْت َبَع َن ْف َس ُه َهَو اَه ا َو َت َم َّن ى َع َلى ِهَّللا‬
“Orang yang cerdas (sukses) adalah orang yang
menghisab (mengevaluasi) dirinya sendiri, serta
beramal untuk kehidupan sesudah kematiannya.
Sedangkan orang yang lemah adalah orang yang
mengikuti hawa nafsunya serta berangan-angan
terhadap Allah SWT.” Sementara dalam Al-Qur’an Allah
juga telah mengingatkan pentingnya melakukan
introspeksi diri dengan melihat apa yang telah kita
lakukan pada masa lalu untuk mengahadapi masa
depan.
Allah berfirman dalam Al-Qur’an surat Al-Hasyr ayat 18:

‫َي ا َأُّي َه ا اَّلِذ يَن آَم ُنوا اَّتُقوا َهَّللا َو ْلَت ْن ُظ ْر َن ْف ٌس َم ا َق َّد َم ْت ِلَغ ٍدۖ َو اَّتُقوا‬
‫َهَّللاۚ ِإَّن َهَّللا َخ ِبيٌر ِبَم ا َت ْع َم ُلوَن‬
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada
Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa
yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan
bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Dari perintah Allah dan Rasul serta nasihat dari para
sahabat, kita bisa mengambil beberapa catatan penting
tentang manfaat dari introspeksi diri ini. Setidaknya, ada
5 manfaat yang bisa kita rasakan dari upaya melakukan
semangat hidup melalui introspeksi diri ini. Pertama,
sebagai wahana mengoreksi diri. Dengan introspeksi
diri, kita akan mampu melihat kembali perjalanan hidup
sekaligus mengoreksi manakah yang paling dominan
dari perjalanan selama ini. Apakah kebaikan atau
keburukan, apakah manfaat atau mudarat, atau apakah
semakin mendekat atau malah menjauh dari Allah swt.
Kita harus menyadari bahwa semua yang kita lakukan
ini harus dipertanggungjawabkan di sisi Allah. Hal ini
ditegaskan dalam Al-Qur’an:

‫اْلَي ْو َم َن ْخ ِتُم َع َلى َأْف َو اِه ِه ْم َو ُتَك ِّلُم َن ا َأْي ِد ْي ِه ْم َو َت ْش َه ُد َأْر ُج ُلُهْم‬
‫ِبَم ا َك اُنْو ا َي ْك ِس ُبْو َن‬
“Pada hari ini Kami tutup mulut mereka dan berkatalah
kepada Kami tangan mereka dan memberi kesaksianlah
kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka
usahakan” (Q.S. Yasin: 65) Kedua, upaya memperbaiki
diri. Dengan introspeksi diri, kita akan mampu melihat
kelebihan dan kekurangan diri yang kemudian harus
diperbaiki di masa yang akan datang. Dengan
memperbaiki diri, maka kualitas kehidupan akan lebih
baik dan waktu yang dilewati juga akan senantiasa
penuh dengan manfaat dan maslahat bagi diri dan
orang lain. Ketiga, momentum mawas diri. Diibaratkan
ketika kita pernah memiliki pengalaman melewati jalan
yang penuh lika-liku, maka kita bisa lebih berhati-hati
ketika akan melewatinya lagi. Mawas diri akan mampu
menyelamatkan kita dari terjerumus ke jurang yang
dalam sepanjang jalan. Allah berfirman:

‫َو َاِط ْيُع وا َهّٰللا َو َاِط ْيُع وا الَّر ُس ْو َل َو اْح َذ ُرْو ۚا َف ِاْن َت َو َّلْي ُتْم‬
‫َفاْع َلُم ْٓو ا َاَّن َم ا َع ٰل ى َر ُسْو ِلَن ا اْلَب ٰل ُغ اْلُم ِبْيُن‬
“Taatlah kamu kepada Allah dan taatlah kamu kepada
Rasul serta berhati-hatilah! Jika kamu berpaling, maka
ketahuilah bahwa kewajiban Rasul Kami hanyalah
menyampaikan (ajaran Allah) dengan jelas.” Keempat,
memperkuat komitmen diri. Setiap orang pasti memiliki
kesalahan. Oleh karenanya, introspeksi diri menjadi
waktu untuk memperbaiki diri dan berkomitmen untuk
tidak mengulangi kembali kesalahan yang telah
dilakukan pada masa lalu. Jangan jatuh di lubang yang
sama. Buang masa lalu yang negatif, lakukan hal positif
hari ini dan hari yang akan datang. Rasulullah bersabda:

‫ َو َم ْن َك اَن َي ْو ُمُه‬. ‫َم ْن َك اَن َي ْو ُمُه َخ ْيًر ا ِم ْن َأْم ِس ِه َفُهَو َر اِبٌح‬


‫ َو َم ْن َك اَن َي ْو ُم ُه َش ًّر ا ِم ْن َأْم ِس ِه‬. ‫ِم ْث َل َأْم ِس ِه َفُه َو َم ْغ ُب ْو ٌن‬
‫َفُهَو َم ْلُعْو ٌن‬
“Siapa saja yang hari ini lebih baik dari hari kemarin,
maka ia (tergolong) orang yang beruntung. Siapa saja
yang hari ini sama dengan hari kemarin, maka ia
(tergolong) orang yang merugi. Siapa saja yang hari ini
lebih buruk dari hari kemarin, maka ia orang yang
dilaknat (celaka).” (HR Al-Hakim). Kelima, sebagai
sarana meningkatkan rasa syukur dan tahu diri. Kita
harus sadar sesadar-sadarnya bahwa keberadaan kita
sampai dengan saat ini sama sekali tak bisa lepas dari
nikmat-nikmat yang telah dikaruniakan Allah. Oleh
karenanya, introspeksi diri akan membawa kita
mengingat nikmat yang tak bisa dihitung satu persatu.
Jangan sampai kita menjagi golongan orang-orang yang
tak tahu diri dan kufur kepada nikmat Allah. Allah
mengingatkan kita dalam Al-Qur’an Surat Ibrahim ayat
7:
‫َلِئْن َشَك ْر ُتْم َالِز يَد َّنُك ْم َو َلِئْن َكَفْر ُتْم ِإَّن َع َذ اِبي َلَش ِد يٌد‬
"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan
menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu
mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku
sangat pedih". Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Dari uraian ini, mari kita senantiasa melakukan
introspeksi diri setiap saat. Terlebih saat ini kita berada
di penghujung tahun 2023 dan akan memasuki tahun
baru 2024 yang menjadi waktu ideal untuk melakukan
introspeksi diri. Semoga kita senantiasa mendapatkan
petunjuk yang terbaik dari Allah dan mampu melihat
perjalanan tahun lalu untuk menjalani tahun yang akan
datang. Amiin ya rabbal alamin.

‫ َو َنَفَع ِنْي َو ِاَي اُك ْم‬، ‫َب اَر َك ُهللا ِلْي َو َلُك ْم ِفْي َه َذ ا اْلَي ْو ِم اْلَك ِر ْي ِم‬
‫ِبَم ا ِفْي ِه ِم َن الَّص اَل ِة َو الَّز َك اِة َو الَّص َد َقِة َو ِتاَل َو ِة اْلُق ْر َاِن‬
‫ َو َت َقَّب َل ِم ِّن ْي َو ِم ْنُك ْم َج ِم ْي َع َأْع َم اِلَن ا ِإَّن ُه‬، ‫َو َج ِم ْي ِع الَّط اَع اِت‬
، ‫ َأُقْو ُل َقْو ِلْي َه َذ ا َو َأْس َتْغ ِفُر َهللا ِلْي َو َلُك ْم‬،‫ُه َو اْلَح ِك ْي ُم اْلَع ِلْي ُم‬
‫ ِاَّن ُه ُه َو اْلَغ ُفْو ُر الَّر ِحْي ُم‬،‫َفاْس َتْغ ِفُرْو ُه‬
‫‪Khutbah II‬‬
‫َاْلَح ْم ُد ِهّٰلِل َح ْم ًدا َك َم ا َأَمَر ‪َ .‬أْش َه ُد َأْن اَل ِاَلَه‬
‫ِااَّل هللا‬
‫َو ْح َد ُه اَل َش ِر ْي َك َلُه ‪ِ ،‬اَلٌه َلْم َي َز ْل َع َلى ُك ِّل‬
‫َش ْي ٍء َو ِك ْي اًل ‪َ .‬و َأْش َه ُد َأَّن ُمَح َّم ًدا َع ْب ُد ُه‬
‫َو َر ُسْو ُلُه َو َح ِبْيُبُه َو َخ ِلْي ُلُه ‪َ ،‬أْك َر ُم اَأْلَّو ِلْي َن‬
‫َو اَأْلِخ ِر ْي َن ‪َ ،‬اْلَمْبُعْو ُث َر ْح َم ًة ِلْل َع اَلِم ْي َن ‪.‬‬
‫اللهم َص ِّل َو َس ِّلْم َع َلى َس ِّي ِد َن ا ُمَح َّم ٍد‬
‫َو َع لَى َأِلِه َو َأْص َح اِبِه َو َم ْن َك اَن َلُهْم ِمَن‬
‫الَّت اِبِع ْي َن ‪َ ،‬ص اَل ًة َد اِئَم ًة ِبَد َو اِم الَّسَمَو اِت‬
‫َو اَأْلَر ِض ْي َن َأَّم ا َبْع ُد‪َ :‬فَي ا َأُّيَه ا اْلَح اِض ُرْو َن‬
‫اَّت ُقوا َهللا َح َّق ُتَقاِتِه َو َذ ُرْو ا اْلَفَو اِح َش َم ا‬
‫َظ َهَر ِم ْن َه ا َو َم ا َب َط َن ‪َ .‬و َح اِفُظ ْو ا َع َلى‬
‫الَّط اَع ِة َو ُحُضْو ِر اْلُجْم َع ِة َو اْلَج َم اَع ِة‬
‫َو الَّصْو ِم َو َج ِم ْي ِع اْلَم ْأُمْو َر اِت َو اْلَو اِج َب اِت‪.‬‬
‫َو اْع َلُمْو ا َأَّن َهللا َأَمَر ُك ْم ِبَأْم ٍر َب َد َأ ِبَن ْف ِس ِه‪.‬‬
‫َو َث َّن ى ِبَم اَل ِئَك ِة اْلُمَس ِّبَح ِة ِبُقْد ِس ِه‪ِ .‬إَّن َهللا‬
‫َو َم الِئَكَت ُه ُيَص ُّلوَن َع َلى الَّن ِبِّي َي ا َأُّيَه ا‬
‫اَّلِذيَن آَم ُنوا َص ُّلوا َع َلْي ِه َو َس ِّلُم وا َت ْس ِليمًا‬
‫اللهم َص ِّل َع َلى َس ِّي ِد َن ا ُمَح َّم ٍد َو َع َلى َأِل‬
‫َس ِّي ِد َن ا ُمَح َّم ٍد َك َم ا َص َّلْي َت َع َلى َس ِّي ِد َن ا‬
‫ِإْبَر اِه ْي َم َو َع َلى َأِل َس ِّي ِد َن ا ِإْبَر اِه ْي َم َو َب اِر ْك‬
‫َع َلى َسِّي ِد َن ا ُمَح َّم ٍد َو َع َلى َأِل َس ِّي ِد َن ا ُمَح َّم ٍد‬
‫َك َم ا َب اَر ْك َت َع َلى َس ِّي ِد َن ا ِإْبَر اِه ْي َم َو َع َلى َأِل‬
‫َس ِّي ِد َن ا ِإْبَر اِه ْي َم ِفْي الَع اَلِم ْي َن ِاَّن َك َح ِم ْي ٌد‬
‫َم ِج ْي ٌد‪ .‬اللهم اْغ ِفْر ِلْلُمْس ِلِم ْي َن َو اْلُمْس ِلَم اِت‬
‫ْم‬ ‫ُه‬ ‫ْن‬ ‫ِم‬ ‫ِء‬ ‫ا‬ ‫َي‬ ‫ْح‬‫َأْل‬‫َو اْلُم ْؤ ِمِنْي َن َو اْلُم ْؤ ِم َن اِت َا‬
‫َو اَأْلْم َو اِت‪ .‬اللهم اْد َفْع َع َّن ا اْل َب اَل َء َو اْلَغاَل َء‬
‫َو اْلَو َب اَء َو اْلَفْح َش اَء َو اْلُم ْنَك َر َو اْلَب ْغ َي‬
‫َو الُّسُيْو َف اْلُم ْخ َت ِلَفَة َو الَّش َد اِئَد َو اْلِم َح َن ‪،‬‬
‫َم ا َظ َهَر ِم ْن َه ا َو َم ا َب َط ن‪ِ ،‬مْن َب َلِد َن ا َه َذ ا‬
‫َخ اَص ًة َو ِمْن ُبْلَد اِن اْلُمْس ِلِم ْي َن َع اَم ًة ‪ِ ،‬اَّن َك‬
‫َع َلى ُك ِّل َش ْي ٍء َقِد ْيٌر ِع َب اَد ِهللا‪ِ ،‬اَّن َهللا‬
‫َي ْأُمُر ُك ْم ِباْل َع ْد ِل َو اِاْلْح َس اِن َو ِاْي َت اِء ِذ ْي‬
‫ِر‬ ‫ْنَك‬ ‫ُم‬ ‫ْل‬‫ا‬ ‫َو‬ ‫ِء‬ ‫ا‬ ‫َش‬ ‫ْح‬ ‫َف‬ ‫ْل‬‫ا‬ ‫ِن‬ ‫َع‬ ‫ى‬ ‫َه‬ ‫ْن‬ ‫َي‬ ‫َو‬ ‫ى‬ ‫َب‬ ‫ْر‬‫ُق‬ ‫اْل‬
‫َو اْل َب ْغ ِي‪َ ،‬ي ِع ُظ ُك ْم َلَع َّلُك ْم َت َذ َّك ُرْو َن ‪َ .‬فاْذ ُك ُرْو ا‬
‫َهللا اْل َع ِظ ْي َم َي ْذ ُك ُر ُك ْم َو َلِذ ْك ُر ِهللا َأْك َبُر‬
‫ِإّن اْلَح ْم َد ِ ِهلل َن ْح َم ُد ُه َو َن ْس َت ِع ْي ُنُه َو َن ْس َت ْغ ِفُرُه‬
‫َو َن ُعْو ُذ ِباِهلل ِمْن ُشُرْو ِر َأْن ُفِس َن ا َو َسّي َئ اِت َأْع َم اِلَن ا‬
‫َم ْن َيْه ِدِه ُهللا َف َال ُم ِض ّل َلُه َو َم ْن ُيْض ِلْل َف َال َهاِد َي‬
‫َلُه‬
‫َأْش َه ُد َأْن ۧاَل ِإٰل َه ِإاَّل ُهللا َو ْح َد ُه َال َش ِر ْي َك َلُه ‪،‬‬
‫َو َأْش َه ُد َأَّن ُمَح َّم ًدا َعْب ُد ُه َو َر ُسْو ُلُه‬
‫ٰل‬ ‫ْل‬ ‫ٰل‬ ‫ِّل‬ ‫ّٰل‬
‫َال ُهَّم َص ِّل َو َس ْم َع ى َمَح َّم ٍد ا ُمْج َتٰب ى‪َ ،‬و َع ى‬
‫آِلِه َو َص ْح ِبِه َأْه ِل الُّت ٰق ى َو اْلَو ٰف ى‪َ .‬أَّم ا َبْع ُد‬
‫َف َي َأُّيَه ا اْلُمْس ِلُمْو َن ! ُأْو ِص ْي ُك ْم َو َن ْف ِس ْي ِبَت ْق َو ى ِهللا‬
‫َو َط اَع ِتِه َفَقْد َف اَز َم ِن اَّت َقى‬
‫ْي‬ ‫َك‬ ‫ْل‬ ‫ا‬ ‫ِه‬ ‫ِب‬‫ا‬ ‫َت‬ ‫ِك‬ ‫ْي‬ ‫ِف‬ ‫ى‬ ‫ٰل‬‫ا‬ ‫َع‬ ‫َت‬ ‫ُهللا‬ ‫َل‬‫ا‬ ‫َفَق‬
‫ِر ِم‬
‫َي ا َأُّيَه ا الَّن اُس اَّت ُقوا َر َّب ُك ُم اَّلِذي َخ َلَقُك ْم ِمْن َن ْف ٍس‬
‫َو اِحَدٍة َو َخ َلَق ِم ْن َه ا َز ْو َج َه ا َو َب َّث ِم ْن ُهَم ا ِر َج ااًل‬
‫َك ِثيًر ا َو ِنَس اًء َو اَّت ُقوا َهَّللا اَّلِذي َت َس اَء ُلوَن ِبِه‬
‫َو اَأْلْر َح اَم ِإَّن َهَّللا َك اَن َع َلْي ُك ْم َر ِقيًب ا‬

Anda mungkin juga menyukai