Anda di halaman 1dari 40

ANALISIS DEVIASI VOLUME SURVEY

(OVERBURDEN) DAN VOLUME TRUCK COUNT


PADA TAMBANG BATUBARA DI PT. PROLINDO
CIPTA NUSANTARA
DI DESA SEBAMBAN KECAMATAN SUNGAI
LOBAN KABUPATEN TANAH BUMBU
PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

PROPOSAL KERJA PRAKTIK

OLEH :

ENGGI
NIM :710014037

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL
YOGYAKARTA
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kalimantan selatan merupakan salah satu daerah yang memiliki


sumberdaya batubara yang besar. Industri pertambangan batubara di
Kalimantan selatan berkembang dengan pesat sejalan dengan
bertambahnya permintaan pasar.

Salah satu kegiatan yang sangat penting dalam kegiatan


pertambangan adalah survey. Pada kegiatan pertambangan survey
bertujuan untuk mengetahui sejauh mana perkembangan dari produksi
penambangan berdasarkan rancangan tambang dan penjadwalan produksi
yang telah di buat sebelumnya, maka perlu dilakukan survey tambang.

Terkadang muncul permasalahan berupa perbandingan antara


volume hasil pengukuran survey dengan pencatatan/data ritase alat angkut
(Truck Count). Dan untuk mengetahui penyebab Perbandingan data
tersebut diperlukan pengukuran survey serta pengolahan data perhitungan
dari hasil pencatatan ritase alat angkut/metode perhitungan Truck Count.

PT. Prolindo Cipta Nusantara merupakan salah satu perusahaan


pertambangan batubara yang dengan izin luasan IUP Produksi sebesar 296
Ha. Perusahaan ini tentunya tidak akan terpisah dari kegiatan survey dalam
kelangsungan usahanya sehingga kemungkinan permasalahan diatas juga
dapat ditemui di perusahaan ini. Hal tersebut yang menjadi latar belakang
penulis melakukan pengamatan dengan judul Analisis Deviasi Volume
Survey overburden dan Volume Truck Count di PT. Prolindo Cipta
Nusantara di Desa Sebamban Kecamatan Sungai Loban Kabupaten Tanah
Bumbu Provinsi Kalimantan Selatan.

1
1.2. Maksud dan Tujuan
1.2.1 Maksud
Adapun maksud dari Tugas Akhir ini, untuk mengetahui
perbandingan volume overburden dengan volume truck count di
PT.Prolindo Cipta Nusantara di Desa Sebamban Kecamatan Sungai
Loban Kabupaten Tanah Bumbu Provinsi Kalimantan Selatan.
1.2.2 Tujuan
Adapun tujuan dari Tugas akhir ini adalah :
1. Untuk mengetahui volume overburden pada survey progress
dan volume truck count di PT. Prolindo Cipta Nusantara di Desa
Sebamban Kecamatan Sungai Loban Kabupaten Tanah Bumbu
Provinsi Kalimantan Selatan.
2. Untuk mengetahui perbandingan volume overburden dengan
volume truck count pada survey progress di PT. Prolindo Cipta
Nusantara di Desa Sebamban Kecamatan Sungai Loban
Kabupaten Tanah Bumbu Provinsi Kalimantan Selatan.
3. Untuk mengetahui apa penyebab perbandingan volume
overburden dengan volume truck count pada survey progress di
PT. Prolindo Cipta Nusantara di Desa Sebamban Kecamatan
Sungai Loban Kabupaten Tanah Bumbu Provinsi Kalimantan
Selatan.
1.3. Batasan Masalah
Rumusan masalah yang dikaji dalam pengamatan, yaitu :
1. Tidak Membahas produktivitas alat gali dan alat angkut.
2. Tidak Membahas cycle time alat gali dan alat angkut.
3. Tidak Membahas pencapaian target pengupasan volume overburden

2
1.4. Manfaat
Pada pengamatan perbandingan volume overburden dengan volume
truck count pada survey progress di PT. Prolindo Cipta Nusantara Desa
Sebamban Kecamatan Sungai Loban Kabupaten Tanah Bumbu Provinsi
Kalimantan Selatan. Semoga bermanfaat bagi pembaca, untuk mengetahui
perbandingan volume overburden dengan volume truck count pada survey
progress serta penyebab perbandingan volume overburden dengan volume
truck count pada survey progress.

3
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1. Lapisan Tanah Penutup (Overburden)


Lapisan tanah penutup (overburden) adalah semua lapisan
tanah/batuan yang berada di atas dan langsung menutupi lapisan bahan
galian berharga sehingga perlu disingkirkan terlebih dahulu sebelum dapat
menggali bahan galian berharga tersebut. Lapisan tanah penutup yang dapat
ditemui umumnya dikelompokkan menjadi beberapa sifat yaitu :(Peurifoy,
R. I., 1970).
1. Material yang sangat mudah digali (sangat lunak)
a. Material yang mengandung sedikit air, misalnya pasir, tanah biasa,
kerikil, campuran pasir dengan tanah biasa.
b. Material yang banyak mengadung air, misalnya pasir lempungan,
lempung pasiran, lumpur dan pasir yang banyak mengandung air
(quick sand).
2. Material yang lebih keras (lunak)
Misalnya tanah biasa yang bercampur kerikil, pasir yang bercampur
dengan kerikil, pasir yang kasar.
3. Material yang setengah keras (sedang)
Misalnya batubara, shale (clay yang sudah mulai kompak), batuan
kerikil yang mengalami sementasi dan pengompakan, batuan beku
yang sudah mulai lapuk, dan batuan-batuan beku yang mengalami
banyak rekahan-rekahan.
4. Material yang keras
Misalnya sandstone, limestone, slate, vulcanic tuff, batuan beku yang
mulai lapuk, mineral-mineral penyusun batuan yang telah mengalami
sementasi dan pengompakan.
5. Material sangat keras
Misalnya batuan-batuan beku dan batuan-batuan metamorf, contohnya
granit, andesit, slate, kwarsit dan sebagiannya.

4
6. Batuan yang masif
Yaitu batuan-batuan yang sangat keras dan kompak seperti batuan
beku berbutir halus.
Berdasarkan sifat-sifat tersebut, metode pengupasan tanah penutup
dapat dikelompokkan sebagai berikut:
Material yang sangat lunak dapat dilakukan dengan menggunakan
excavator backhoe, dragline, power shovel dan lain-lain, tidak perlu
dilakukan peledakan.
 Material yang setengah keras, umumnya dibongkar terlebih dahulu
dengan menggunakan ripper.
 Material yang keras, pembongkarannya dilakukan dengan penggaruan,
atau peledakan.
 Material yang sangat keras–masif, tidak dapat digali dengan alat gali
sehingga harus dilakukan peledakan.
2.2. Pengertian Survey
Survey adalah satu cabang ilmu pertambangan dan teknologi. Ini
mencakup semua pengukuran, perhitungan dan pemetaan yang melayani
tujuan memastikan dan mendokumentasikan informasi pada semua tahap
prospeksi terhadap eksploitasi dan memanfaatkan kandungan mineral baik
oleh permukaan dan bawah tanah. Kegiatan pengambilan data di lapangan
yang mengalami perubahan setiap harinya akibat dari kegiatan
penambangan.

2.3. Macam-macam Survey


1. Survey batas
Menentukan batas kepemilikan lahan atau wilayah. Untuk itu
sangat perlu ditentukan batas aktual dilapangan dan kemudian di
dokumentasikan dalam sebuah peta agar orang lain tahu batas wilayah
kita.
2. Survey deformasi
Menentukan apakah stuktur atau object mengalami perubahan
bentuk atau pergerakan. Diperlukan pengukuran 3D pada objek yang

5
akan diukur dan dilakukan pengukuran kembali pada titik yang sama
secara berkala. Hasil dari pengukuran kedua dan seterusnya
dibandingkan dengan pengukuran pertama untuk dihitung besar
pergerakannya. Jenis survey ini biasa dilakukan untuk pemantauan
bendungan dan rig platform.
3. Survey rekayasa
Biasa dilakukan dalam pekerjaan konstruksi, baik itu pembuatan
jalan, gedung, rel, dan lain-lain.
4. Survey topografi
Mengukur/memetakan permukaan bumi yang direpresentasikan
dalam kumpulan titik-titik koordinat 3D kemudian biasa digambarkan
dalam garis kontur (garis yang menghubungkan titik-titik yang
tingginya sama.
5. Survey Hidrografi
Survey yang dilakukan untuk memetakan topografi dasar laut untuk
digunakan lebih lanjut dalam navigasi kapal, konstruksi lepas pantai,
atau manajemen sumber daya laut.
6. Survey Konstruksi
Bisa dibilang merupakan bagian dari survey rekayasa, tetapi lebih
spesifik kebidang kontruksi.
2.4. Teori Dasar Survey Lapangan
Untuk melakukan survey atau pengukuran di lapangan harus
memperhatikan dasar-dasar teori sebagai berikut:
1. Melakukan polygon/boundary line STN poin disekitar area
tambang.Monitoring tambang, antara lain:
a. Melakukan pemasangan batas/boundary, limit clearing sebelum
tambang dibuka/dikerjakan terlebih dahulu
b. Pengambilan data original/topografi
c. Pemasangan patok design tambang, antara lain : crest, toe, pit limit,
limit disposal dan band wall
d. Pengukuran top soil dan sub soil.

6
2. Pengukuran penutupan akhir bulan/progress yang terdiri dari 3(tiga)
lokasi, yaitu :
a. Pengukuran pertama kali progress dimulai dari Port stockpile.
Pengukuran antara lain : Pengambilan data top ,toe ,spot serta
pengukuran data batubara yang telah di stok.
b. Pengukuran yang kedua dilakukan di ROM Stockpile.
 Pengukuran meliputi :Pengambilan data crest, toe dan spot.
 Pengukuran diambil berdasarkan nama per seam nya agar lebih
mudah untuk jenis, mutu/kualitas batubara tersebut.
c. Pengukuran plant feed.
Pengambilan data meliputi crest,toe, spot dan mengikuti bentuk
batubara tersebut.
d. Pengukuran product bin.
Pengambilan data meliputi pengukuran crest, toe, spot sama
dengan pengambilan diPlant Feed tersebut.
e. Pengukuran terakhir kali dilakukan di tambang.
Pengukuran meliputi :
 Pengambilan data crest, toe, spot, Ob dan mud (lumpur)
 Pengukuran road, roof batubara/floor, mine out ,serta batubara
yang terpotong.
2.5. Survey Tambang
Survey tambang merupakan kegiatan pendukung yang sangat penting
dalam pertambangan, baik pada tahap persiapan (eksplorasi), selama
kegiatan operasional ,maupun penutupan tambang (pasca operasi). Pada
kegiatan persiapan seperti pemetaan topografi, perencanaan desain
tambang dan pembangunan fasilitas tambang. Pengukuran tambang selama
kegiatan tambang berlangsung (operasional) misalnya pada pengukuran
volume penggalian,volume disposal,dan volume stockpile. Sedangkan
pada penutupan tambang ,data survey tambang digunakan untuk
pembuatan dasar rencana reklamasi.

7
Pekerjaan survey atau pemetaan sendiri adalah suatu teknik dan ilmu
untuk menentukan posisi titik dalam suatu ruang3D, menentukan jarak dan
sudut diantara titik-titik tersebut dengan teliti. Orang yang melakukan
survey dan pemetaan disebut surveyor. Dalam rangka memenuhi sasaran
dan maksud dari pekerjaan survey, seorang surveyor harus tahu prinsip
geometri (ilmu ukur) dan matematika.
Pada tahapan perencanaan kegiatan penambangan, informasi yang
dibutuhkan cukup banyak terutama mengenai geometri dari lokasi yang
akan ditambang. Informasi tersebut diperoleh dari kegiatan survey yang
dilakukan di lokasi tambang. Informasi dan data yang diperoleh dari
kegiatan survey tersebut nantinya akan diolah menjadi data utama yang
merupakan dasar pembuatan rancangan tambang (mine design) dan
penentuan lokasi yang akan di tambang. Dari design tersebut dapat
diketahui jumlah volume dari bahan galian yang akan tertambang serta
jumlah volume lapisan tanah penutup (overburden) yang harus
dipindahkan (Jurnal GEOSAPTA Vol. 1 No.1 Juli 2015).
Survey adalah pengukuran untuk menentukan relief/bentuk
permukaan bumi berserta luasnya,kondisi bumi (tanah)dan segala sesuatu
yang terdapat diatas permukaan bumi tersebut. Tujuan survey, yaitu
sebagai berikut:
1. Menetukan sebaran bentuk yang berbeda diatas permukaan bumi.
2. Menentukan letak ketinggian (elevasi) segala sesuatu yang berbeda
permukaan air laut yang tenang.
3. Menentukan panjang, arah, dan kedudukan (posisi) dari suatu garis
yang terdapat pada permukaan bumi,yang merupakan batas dari suatu
areal tertentu. Boleh dikatakan bahwa survey merupakan section
terpenting dari beberapa devisi lainnya dalam departement engineering.
Karena semua kegiatan yang ada ditambang, kemajuan tambang, dan
data informasi ada pada section survey.

8
Adapun maksud dan tujuan dari kegiatan survey yaitu untuk
mengambil data dari pengukuran daerah penambangan serta monitoring
perkembangan fisik tambang yang dilakukan secara berkala:
 Harian (daily monitoring survey)
 Mingguan (weekly)
 Bulanan(monthly)
Dengan demikian, maka dapat dilakukan perencanaan lebih lanjut dan
terarah sehingga target yang diinginkan dapat tercapai dengan baik.

2.6. Jenis-Jenis Pengukuran


1. Pengukuran Pemetaan Topografi (pick up)
Dalam hal ini biasanya kita mengukur permukaan tanah asli
dari suatu lokasi, baik itu lokasi untuk rencana jalan maupun untuk
tambang. Sistem pengambilan datanya adalah dengan cara polar
(pengamatan dari suatu titik). Selain itu juga sistem ini di pakai untuk
pengukuran progress guna mengetahui besar volume yang telah
terangkut.
Progress itu sendiri merupakan suatu pengukuran yang
dilakukan untuk mengetahui situasi dilapangan dengan desain, atau
untuk mengetahui sejauh mana hasil pekerjaan dengan ditetapkannya
waktu pengukuran, seperti pengukuran jangka panjang dan jangka
pendek. Progress juga dapat digunakan sebagai acuan rencana
produksi bulan yang akan datang.
a. Progress Jangka Panjang (long term)
Pengukuran jangka panjang ini biasanya batasan waktunya
relatif lama misal pengukuran dilakukan di awal penambangan
dan di akhir penambangan, bila di tentukan dengan waktu yaitu 5
– 1 tahun sekali.
b. Progress Jangka Pendek (short term)
Progress jangka pendek ini biasanya dilakukan dalam
bulanan atau mingguan bahkan bisa harian. Pengukuran jangka

9
pendek ini juga dapat digunakan untuk menghitung jumlah
keseluruhan progress yaitu dengan cara menjumlahkan seluruh
kegiatan progress dari awal sampai akhir.
Kegiatan pengukuran progress yaitu dengan cara melakukan pemetaan
topografi di lokasi yang ingin diketahui situasinya, misalnya pemetaan
di tambang, jalan dan di lokasi-lokasi yang ingin diketahui situasinya.
1. Pengukuran pemasangan As (center line) jalan, parit gantung,
pemasangan patok untuk pagar.
2. Pemasangan crest (top slope), toe (kaki slope), batter untuk rencana
jalan maupun tambang, dan sebagainya.
3. Pengukuran kedalaman lubang bor (drill hole) sesuai dengan
ketinggian yang sudah direncanakan.
4. Pengukuran roof dan floor untuk mengetahui volume batubara.
Pemetaan topografi dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain :
1. Metode Teristris
Pada metode teristris ini terdapat dua jenis pengukuran yaitu :
 Pengukuran sifat datar yakni pengukuran untuk menentukan beda
tinggi antara dua titik atau lebih secara langsung atau tidak
langsung yang dilaksanakan serentak atau dibagi dalam beberapa
seksi.
 Pengukuran polygon yakni pengukuran jumlah sudut yang diukur
dilapangan dimana sudut tersebut dihubungkan menjadi beberapa
garis lurus dari suatu titik ketitik yang lain untuk menentukan titik
koordinat. Soetomo Wongsotjitro (1985 : 99) menyebutkan bahwa
pengukuran poligon terbagi dua jenis yaitu poligon terbuka dan
poligon tertutup :
o Poligon terbuka yaitu poligon yang titik akhirnya dan titik
awalnya pada titik yang berbeda/ tidak menutup.

10
Gambar 2.1. Poligon Terbuka

Pada gambar di atas, koordinat titik A dan B diketahui, dengan


demikian kita dapat menghitung sudut jurusan AB. Untuk
menentukan koordinat titik 1diperlukan koordinat titik A, sudut
jurusan A-1 dan jarak A-1, begitu pula titik2 diperlukan koordinat
titik 1, sudut jurusan dan jarak 1-2 dan seterusnya.
Dari gambar di atas, dapat dilihat bahwa αab= (lihat rumus di
samping)
αa1= αab + Sa
α12= αa1 + S1- 180 α(n, n+1)= α(n-1, n)+ Sn – 180 .....................
α23= αab + S2 – 180
o Poligon tertutup yaitu poligon yang titik awalnya dan titik
akhirnya pada titik yang sama atau tertutup. Adapun syarat
geometris adalah :
- ∑ Si = (n - 2) 180o ; Jumlah Sudut Luar ∑ Si = (n + 2)
180o ...........
- ∑ d. Sin α = 0
- ∑ d. Cos α = 0

11
Gambar 2.2. Poligon Tertutup

2. Metode Fotogrametris
Pengukuran detail topografi selain dapat langsung dikerjakan di
lapangan (seperti metode teristris), dapat pula dilakuan dengan teknik
pemotretan udara, sehingga dalam waktu yang singkat dapat terukur
atau terpotret daerah yang seluas mungkin.
Fotogrametri dapat diberi definisi sebagai ilmu, seni, dan
teknologi memperoleh informasi yang dapat dipercaya dari foto.
Fotogrametri meliputi dua bidang spesialisasi utama: metris dan
bersifat menafsir (interpretative). Bidang pertama menjadi
kepentingan utama para juru-ukur, karena diterapkan untuk
menentukan jarak, elevasi, luas, volume dan tampang melintang, serta
untuk pembuatan peta-peta topografik dari pengukuran-pengukuran
pada foto. (Walijatun, D. 1997: 237).
Pada dasarnya metode fotogrametris ini mencakup fotogrametris
metrik dan interpretasi citra. Fotogrametris metrik merupakan ilmu
dan teknik pengukuran citra, sedangkan interpretasi citra merupakan
pengenalan serta identifikasi suatu objek pada foto. Salah satu metode
fotogrametris yaitu dengan menggunakan foto udara. Foto udara
adalah hasil pemotretan sebagian kecil permukaan bumi dengan

12
menggunakan kamera yang dipasang di atas pesawat terbang, dan
melintasi daerah pemotretan pada ketinggian tertentu. (Subagio, 2003
: 63 – 64)

2.7. Pengukuran Titik Detail di Lapangan


Semakin rapat titik detail yang diamati, maka semakin teliti informasi
yang tersajikan dalam peta. Dalam batas ketelitian teknis tertentu,
kerapatan titik detail ditentukan oleh skala peta dan ketelitian (interval)
kontur yang diinginkan. Pengukuran titik-titik detail di lapangan untuk
pembuatan peta topografi dapat dilakukan secara langsung dan tidak
langsung.
Pengukuran tidak langsung, titik-titik detail yang tidak harus sama
tinggi, dipilih mengikuti pola tertentu yaitu: pola kotak-kotak (spot level)
dan profil (grid) dan pola radial. Dengan pola-pola tersebut garis kontur
dapat dibuat dengan cara interpolasi dan pengukuran titik-titik detailnya
dapat dilakukan dengan cara tachymetry pada semua medan dan dapat pula
menggunakan sipat datar memanjang ataupun sifat datar profil pada daerah
yang relatif datar.
2.8. Kesalahan-Kesalahan Dalam Survey Tambang
Kegiatan survey di tambang tidak juga terlepas dari kesalahan-
kesalahan yang mungkin terjadi, baik kesalahan random, kesalahan
sistematis dan kesalahan human error. Kesalahan ini bisa saja terjadi saat
tahap eksplorasi, pengukuran topografi dan pengukuran untuk pembuatan
model cadangan material, atau pada tahap eksploitasi.Pemasangan patok
tambang dan pengukuran topografi progress tambang. Kesalahan dalam
kegiatan survey dan pemetaan tidak hanya terjadi pada proses pengukuran
lapangan saja, dapat juga terjadi pada processing data, penggunaan sistem
koordinat dan transformasinya, penyajian data dalam bentuk peta.
Kesalahan survey dalam penambangan berarti akan menyajikan data dan
gambaran/peta yang salah, akibat kesalahan ini akan merambat pada
kesalahan aplikasi penambangan yang antara lain :

13
Gambar 2.3. Pengukuran Pola Grid dan Spot Level

1. Kesalahan data-data survey dalam kegiatan eksplorasi untuk penentuan


titik lokasi pengeboran dan study outcrop akan menyebabkan kesalahan
dalam membuat model cadangan material tambang serta kesalahan dalam
menentukan besaran cadangan terkira dan terukur suatu tambang.
2. Kesalahan dalam pembuatan model cadangan bahan tambang akan
mengakibatkan kesalahan pada kesalahan peletakan patok dan kesalahan
pada penentuan metode penambangan dan penggunaan alat
penambangan.
3. Kesalahan pada pembuatan model akan mengakibatkan kesalahan dalam
perencanaan tambang dan produksi penambangan sehingga
cadangan/material yang tidak ikut dimodelkan akan tertinggal atau tidak
didapat diambil seluruhnya.
4. Kesalahan dalam pengukuran pemasangan rencana tambang oleh survey
akan meyebabkan salahnya penggalian yang berdampak pada :
 Volume galian rencana tidak sama dengan aktual sehingga cost dari
penambangan akan bertambah. (diluar SR atau Cut off yang
direncanakan).

14
 Terganggunya Stabilitas/kemantapan lereng karena perubahan
geometri lereng dan terganggunya lapisan batuan yang mendukung
kestabilan lereng.
 Pengambilan material tambang yang salah sehingga kualitas material
tambang tidak sesuai dengan perencanaan.
 Pemasangan design ramp/jalan yang salah akan mengakibatkan
munculnya potensi resiko kecelakaan.
5. Kesalahan dalam melakukan pengukuran topografi original atau topografi
progress tambang akan mengganggu proses penyaliran tambang
(drainase) tambang sehingga akan menganggu proses produksi dari aspek
sequence tambang. Terganggunya proses penyaliran tambang juga akan
menganggu kestabilan lereng.
6. Kesalahan kegiatan survey dalam mendukung kegiatan peledakan/blasting
(pengukuran space, burden dan depth) memungkinkan terjadi hasil
produktifitas blasting yang buruk, terjadinya airblast dan undulasi
permukaan tambang karena kedalaman lubang tembak yang tidak rata.
7. Kegiatan survey pada pemasangan guideline di kegiatan penambangan
underground yang salah, selain mengakibatkan kemungkinan tidak
tercapainya target produksi juga akan menyebabkan kegiatan
penambangan mengarah pada area-area yang mungkin berbahaya- seperti
jebakan gas metana dll.

Demikian sekilas aspek-aspek yang mungkin terjadi pada kegiatan


penambangan akibat dari kegiatan survey dan pemetaan yang salah.
Walaupun survey tambang adalah kegiatan survey geodesi rendah dan
cukup sederhana, namun dilakukan dengan kaidah survey dan pemetaan
yang benar, terlepas dari asumsi bahwa kegiatan survey di tambang adalah
bersifat support dan service (Kusdinar Kartasaputra, 2009).

15
2.9. Perhitungan volume survey
Perhitungan volume dengan metode survey setiap bulan dihitung
menggunakan software tambang. Software yang digunakan merupakan
perangkat lunak permodelan tambang yang didesain khusus untuk industri
pertambangan. Karena menggunakan arsitektur yang terbuka. Software ini
dapat mengakomodasi semua aspek dari manajemen informasi teknis di
situs tambang, mulai dari perekaman data lubang bor hingga penjadwalan
produksi. Software ini dirancang untuk operasi pertambangan
menggunakan sistem open cut dan underground. Software ini memiliki
fungsi yang dimiliki seperti :
1. Stratmodel, menyediakan lingkungan kerja yang canggih dimana
deposit stratigrafi dimodelkan untuk mewakili geologi setempat.
2. Blok Model, digunakan untuk sebuah pekerjaan permodelan deposit
dengan mengenalkan unsur-unsur geologi melalui pemuatan bentuk-
bentuk yang ditafsirkan secara fisik atau interpolasi menggunakan
kumpulan-kumpulan material dan/atau zona , diikuti oleh serangkaian
algoritma.
3. Plot and viewer memiliki kemampuan penanganan patahan yang baik
dan mampu membuat model patahan pada setiap deposit secara
vertikal, normal, dan bolak-balik, serta menyediakan permodelan
kualitas deposit stratigrafi.
4. Drilland Blast, memungkinkan ahli rancang ledakan memperoleh
lingkungan CAD 3D yang interaktif dimana ledakan optimal dapat
dengan cepat direncanakan, dan lubang-lubangnya diproyeksikan ke
permukaan.
5. Open Cut, merupakan tool untuk membuat dan mengeksplorasi
pilihan desain untuk perencanaan tambang open cut. Pada fitur ini
pengguna juga bisa menghitung volume baik timbunan volume baik
timbunan maupun stockpile menggunakan metode cut and fill.

16
Hal yang paling mendasar dari desain software adalah fitur-fiturnya
yang terbuka dan dapat diperluas. Lingkungan software mendukung
beberapa produk dengan fungsi yang spesifik yang memungkinkan
pengguna secara interaktif membuat dan mengembangkan model-model
geologi dan rancangan tambang secara detail dan tiga dimensi (3D).
Software tambang dirancang untuk digunakan oleh semua profesional
tambang seperti suveyor, geologist, dan mine engineer. Fleksibilitas yang
dimiliki oleh software ini memungkinkannya untuk digunakan dalam
perencanaan tambang jangka pendek dan jangka panjang untuk tambang
batubara maupun bijih.
Perhitungan volume dalam perangkat lunak ini dengan menggunakan
data dari 2 triangles yang terdiri dari triangle stockpile dan triangle
bedding. Metode yang digunakan dalam perhitungan volume pada
perangkat lunak ini yang menggunakan metode cut and fill. Dengan
metode ini yang dihitung yaitu besar volume galian dan timbunan. Prinsip
perhitungan volume dengan metode ini adalah rumus prisma (Geodis-Ale,
2012). Rumus ini merupakan pengembangan dari rumus dua tampang (end
area). Volume dihitung dari DTM yang dibentuk dari jaring-jaring segitiga
(TIN). Jaring-jaring segitiga inilah yang akan membentuk suatu geometri
prisma dari dua surface.
Pada perangkat lunakini surface dinamakan triangel. Desain triangle
merupakan triangle yang akan dihitung volumennya sedangkan base
triangle merupakan triangle yang dijadikan sebagai alas. Beberapa tool
yang digunakan dalam perhitungan besarnya volume yang digunakan pada
perangkat lunak ini yaitu triangle volume dan triangle cut fill.

17
2.10. Produksi pengangkutan material overburden

Produktifitas pada pengangkutan juga dipengaruhi oleh beberapa


faktor antara lain :
1. Tahanan gulir atau tahanan gelinding (rolling resistance) adalah jumlah
segala gaya-gaya luar yang berlawanan dengan arah gerak kendaraan
yang berjalan diatas jalur jalan permukaan tanah.
2. Tahanan kemiringan (grade resistance) adalah besarnya gaya berat
yang melawan atau membantu gerak kendaraan karena kemiringan
jalur jalan yang dilaluinya.
3. Coefficient of traction atau tractive coefficient adalah suatu faktor yang
menunjukkan berapa bagian dari seluruh berat kendaraan itu pada ban
atau “truck” yang dapat dipakai menarik atau mendorong.
4. Rimpul /tractive pull /tractive effort /draw bar adalah besarnya
kekuatan tarik yang dapat diberikan oleh mesin suatu alat kepada
permukaan roda atau ban penggeraknya yang menyentuh permukaan
jalan.
5. Percepatan (acceleration) adalah waktu yang diperlukan untuk
mempercepat kendaraan dengan memakai kelebihan rimpul yang tidak
dipergunakan untuk menggerakkan kendaraan pada keadaan jalur jalan
tertentu.
6. Ketinggian dari permukaan air laut tertentu atau elevasi
7. Effisiensi operator adalah faktor manusia yang menggerakkan alat-alat
yang sangat sukar untuk ditentukan effisiensinya, secara tepat, karena
selalu berubah dari hari ke hari bahkan dari jam ke jam, tergantung dari
keadaan cuaca, keadaan alat yang dikemudikannya, suasana kerja dan
lain-lain.
Untuk menghitung jumlah produksi pengangkutan material
overburden digunakan persamaan :

Eff x SF x KB
PH = CtH

18
Dimana :
PH = Produksi alat angkut (Bcm/Jam)
Eff = Efisiensi kerja, (%)
KB = Kapasitas bak alat angkut, (m3)
SF = Faktor pengembangan, (%)
CtH = Cycle time (menit)
Untuk mengetahui berapa jumlah alat angkut yang beroperasi dalam
satu alat muat dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan sebagai
berikut :
Target Produksi
Jumlah alat angkut (nH) = Total Produksi Perbulan

2.11. Faktor Keserasian (Match Factor)


Untuk mencapai target produksi yang diinginkan maka keserasian
kerja antara alat muat dan alat angkut perlu mendapatkan perhatian,
sehingga nantinya tidak terjadi kekurangan alat maupun kelebihan alat
angkut yang dilayani dalam satu alat muat sehingga dapat mengganggu
aktivitas penambangan.
Keserasian kerja yang dimaksud adalah bagaimana pengaturan pola
kerja antara satu alat muat dengan beberapa alat angkut yang berbeda
sehingga dapat kerja sama dengan baik sehingga tercapai keserasian kerja
alat. Besarnya harga faktor keserasian kerja dari setiap sistem kombinasi
kerja alat mekanis dapat ditentukan berdasarkan data waktu edar dan
jumlah alat muat yang dikombinasikan dengan alat angkut.
Untuk mengetahui faktor keserasian (Match Factor) dari suatu
kombinasi alat digunakan persamaan :
nH x (CtL x Pengisian)
MF = nL X CtH

Dimana :
MF = Faktor keserasian (Match factor)
CtL = Cycle time alat muat
CtH = Cycle time alat angkut
nH = Jumlah alat angkut

19
nL = Jumlah alat muat
Nilai match factor yang didapatkan untuk setiap kombinasi kerja
alat dapat berfariasi dengan jarak angkut dengan kapasitas alat yang
digunakan. Ada tiga kriteria dari harga match factor yaitu :
 MF < 1 : Berarti kerja alat muat kurang dari 100 % dan factor kerja
alat angkut 100 %. Jadi kemampuan alat muat lebih kecil dari pada
alat angkut, sehingga terjadi waktu menunggu pada alat muat.
 MF > 1 : Berarti kerja alat muat 100 % dan faktor kerja alat angkut
kurang dari 100 %. Jadi kemampuan alat angkut lebih besar dari pada
alat muat, sehingga terjadi waktu menunggu pada alat angkut.
 MF = 1 : Berarti kerja alat muat dan alat angkut sama besar atau
serasi, sehingga tidak terjadi waktu menunggu pada alat muat dan alat
angkut.

2.12. Efisiensi Kerja


Faktor manusia sebagai operator alat sangat sukar ditentukan dengan
tepat, sebab selalu berubah-ubah dari waktu ke waktu, bahkan dari jam ke
jam, tergantung pada keadaan cuaca, kondisi alat yang dikemudikan,
suasana kerja dan lain-lain. Dalam bekerja seorang operator tak akan dapat
bekerja selama 60 menit secara penuh, sebab selalu ada hambatan-
hambatan yang tak dapat dihindari seperti pengantian komponen yang
rusak, memindahkan alat ke tempat lain, dan sebagainya. Beberapa
pengertian untuk menentukan kondisi alat dan efisiensi pengunaannya
(Wedhanto, 2009 : 57-59):
1. Avability Index (AI) adalah suatu cara untuk mengetahui kondisi dari
alat tersebut sesungguhnya.
𝑊
𝐴𝐼 = × 100%
𝑊+𝑅
2. Physical Avaibility (PA) adalah catatan tentang kondisi fisik dari alat
yang digunakan
𝑊+𝑆
𝑃𝐴 = × 100%
𝑊+𝑅+𝑆

20
3. Use of Ability (UA) menunjukkan berapa persen waktu yang digunakan
oleh suatu alat untuk beroperasi pada saat alat itu digunakan.
𝑊
𝑈𝐴 = × 100%
𝑊+𝑆

4. Effective Utilization (EU) pengertian EU sebenarnya sama saja dengan


pengertian efisiensi kerja, yaitu menunjukkan berapa persen dari
seluruh waktu kerja yang tersedia itu dapat dimantaatkan untuk bekerja
secara produktif.
𝑊
𝐸𝑈 = × 100%
𝑊+𝑅+𝑆
Dimana: W = Jumlah jam kerja (jam)
R = Jumlah jam untuk perbaikan alat (jam)
S = Jumlah jam suatu alat yang tidak rusak tapi tidak
digunakan (jam)
2.13. Swell Factor
“Swell” adalah pengembangan volume suatu material setelah digali dari
tempatnya. Di alam, material didapati dalam keadaan padat dan
terkonsolidasi dengan baik, sehingga hanya sedikit bagian-bagian kosong
(void) yang terisi udara di antara butir-butirnya, lebih-lebih kalau butir-
butir itu halus sekali.
Apabila material digali dari tempat aslinya, maka akan terjadi
pengembangan volume (swell). Untuk menyatakan berapa besarnya
pengembangan volume itu dikenal dua istilah yaitu : Faktor
pengembangan (Swell factor) dan Persen pengembangan (Percent swell).
Pengembangan material yang merupakan perubahan dari
material/tanah baik berupa penambahan ataupun pengurangan volumenya,
maka terdapat tiga kondisi bentuk material dari faktor tersebut.
1. Keadaan asli (bank condition)
Yaitu keadaan material yang masih alami dan belum mengalami
gangguan teknologi. Dimana butiran-butiran yang dikandung masih
terkonsolidasi dengan baik. Ukuran tanah demikian biasanya

21
dinyatakan dalam ukuran alam atau bank measure = Bank Cubic
Meter (BCM) yang digunakan sebagai dasar perhitungan jumlah
pemindahan tanah.
2. Keadaan gembur (loose condition)
Yaitu keadaan material (tanah) setelah diadakan pekerjaan
(disturb). Material yang tergali dari tempat asalnya akan mengalami
perubahan volume (mengembang). Hal ini disebabkan adanya
penambahan rongga-rongga udara pada butiran-butiran tanah. Ukuran
volume tanah dalam keadaaan lepas biasanya dinyatakan dalam loose
measure = Loose Cubic Meter (LCM) yang besarnya sama dengan
BCM + % Swell x BCM dimana faktor “swell” ini tergantung dari
jenis tanah. Dengan demikian dapat dimengerti bahwa LCM
mempunyai nilai yang lebih besar dari BCM. Tanah demikian
misalnya terdapat di depan dozer blade, di atas truck, di dalam bucket
dan sebagainya
3. Keadaan padat (compact)
Yaitu keadaan tanah setelah ditimbun kembali dengan disertai
usaha pemadatan. Keadaan ini akan dialami oleh material yang
mengalami proses pemadatan (pemampatan). Perubahan volume
terjadi karena adanya penyusutan rongga udara di antara partikel-
partikel tanah tersebut. Dengan demikian volumenya berkurang,
sedangkan beratnya tetap. Volume tanah setelah diadakan pemdatan,
mungkin lebih besar atau mungkin juga lebih kecil dari volume
keadaan bank, hal ini tergantung dari usaha pemadatan yang
dilakukan. Ukuran volume tanah dalam keadaan padat biasanya
dinyatakan dalam compact measure = Compact Cubic Meter (CCM).
Angka-angka faktor pengembangan (swell factor) setiap
klasifikasi tanah atau material berbeda sesuai dengan jenis tanahnya
seperti terlihat pada tabel swell factor berikut ini :

22
Tabel 2.1.
Representative Swell For Different Classes Of Earth

Swell factor adalah faktor pengembangan volume suatu material


setelah digali dari tempatnya. Di alam, material didapati dalam keadaan
padat dan terkonsolidasi dengan baik, sehingga hanya sedikit bagian-
bagian kosong (void) yang terisi udara di antara butir-butirnya, lebih-lebih
kalau butir-butir itu halus sekali. Apabila material digali dari tempat
aslinya, maka akan terjadi pengembangan volume (swell).
Angka-angka yang tertera pada tabel 2.1. di atas tidak pasti,
tergantung dari berbagai faktor yang dijumpai secara nyata di lapangan.
Selain itu perlu diketahui faktor tanah yang dapat berpengaruh terhadap
produktivitas alat berat, yaitu berat material, bentuk material, kekerasan
dan daya ikat.
Dalam perhitungan produksi, material yang didorong atau digusur,
yang dimuat dengan bucket atau vassel, kemudian dihampar adalah dalam
kondisi gembur. Untuk menghitung volume tanah yang telah diganggu dari
bentuk aslinya, dengan melakukan penggalian material tersebut, atau
melakukan pemadatan dari material yang sudah gembur ke padat, perlu
dikalikan dengan suatu faktor yang disebut “faktor konversi”.
Pengembangan volume suatu material perlu diketahui, karena yang
diperhitungkan pada penggalian selalu didasarkan pada kondisi material
sebelum digali, yang dinyatakan dalam “pay yard” atau “bank yard” atau
“bank volume” atau “in place volume” atau “volume insitu”. Sedangkan
material yang ditangani (dimuat untuk diangkut) selalu material yang telah
mengembang (loose volume). (Indonesianto, 2008).Kemampuan alat

23
angkut maksimal biasanya dihitung dari kemampuan alat mengangkut
material pada kapasitas munjung. Apabila kapasitas munjung alat
dikalikan dengan faktor pengembangan material yang diangkut akan
diperoleh Bank Yard Capacity.Berikut angka pemuaian dan penyusutan
jenis material galian pada tabel 2.2.
Tabel 2.2. Faktor Konversi Volume Tanah/Material

Keterangan :
(A) = Tanah Asli (B) = Tanah Lepas (C) = Tanah Padat
Sumber : Perhitungan Biaya Pelaksanaan Pekerjaan dengan
Menggunakan Alat-alat Berat. [Rochmandhani, 1985].

24
Rumus untuk menghitung swell factor (SF) dan % swell ada dua,
yaitu : (Indonesianto, 2008)
- Rumus SF dan % “swell” berdasarkan volume :
Loose Volume − Bank Volume
% "𝑠𝑤𝑒𝑙𝑙" = 𝑥 100%
Bank Volume
𝐵𝑎𝑛𝑘 Volume
𝑆𝐹 =
𝐿𝑜𝑜𝑠𝑒 Volume
- Rumus SF dan % swell berdasarkan densitas (kerapatan) :
𝐷𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑦 𝑖𝑛 𝐵𝑎𝑛𝑘 − 𝐿𝑜𝑜𝑠𝑒 𝐷𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑦
% Swell = 𝑥 100%
𝐿𝑜𝑜𝑠𝑒 𝑊𝑒𝑖𝑔ℎ𝑡
𝐿𝑜𝑜𝑠𝑒 𝐷𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑦
SF =
𝐷𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑦 𝑖𝑛 𝐵𝑎𝑛𝑘
Pengembangan volume suatu material perlu diketahui, karena yang
diperhitungkan pada penggalian selalu didasarkan pada kondisi material
sebelum digali, yang dinyatakan dalam “pay yard” atau “bank yard” atau
“bank volume” atau “in place volume” atau “volume insitu”. Sedangkan
material yang ditangani (dimuat untuk diangkut) selalu material yang telah
mengembang (loose volume).(Indonesianto, 2008).
2.14. Faktor Pengisian Bucket (Bucket Fill Factor)
Faktor pengisian bucket merupakan perbandingan antara Volume
nyata mangkok untuk sekali muat oleh alat gali muat dengan volume
teoritis mangkok (Volume munjung). Faktor pengisian bucket bervariasi,
tergantung dari keadaan material.
Produksi dari alat gali-muat dipengaruhi oleh faktor pengisian buket
(bucket fill factor) dimana faktor pengisian mangkuk alat muat (BFF)
dapat dinyatakan sebagai perbandingan volume nyata (Va) dengan volume
teoritis (Vt), seperti yang dinyatakan dalam persamaan:
𝑉𝑛
𝐵𝐹𝐹 = x 100%
𝑉𝑡

Keterangan :
BFF = Faktor pengisian mangkuk (%)
Vn = Volume nyata atau kapasitas nyata mangkuk (m3)
Vt = Volume teoritis mangkuk (m3)

25
2.15. Weight Material
Dalam pemilihan alat berat, tidak dapat diestimasi sebelumnya
(tentang kapasitasnya) apabila belum diketahui “weight per unit” (unit
berat) dari material yang akan ditangani. Unit berat ini ada yang
mengistilahkan SG (berat Jenis) atau Tonnage factor (yaitu berat material
setiap m3, misalnya 1 m3/1.5 Ton). (Indonesianto, 2008)
Tabel 2.3. Load Factor, Berat Jenis Material dan Prosentase Swell

Catatan : 1 lb = 0,453 kg ; 1 cu yd = 0,76455 m3


1 lb/cu yd = 0,5933 kg/m3 ∞ 0,6 kg/ m3
Sumber : Prodjosumarto

26
2.16. Bentuk Material
Faktor bentuk material akan berpengaruh terhadap banyak sedikitnya
material dapat menempati suatu ruang tertentu. Mengingat material yang
kondisi butirannya seragam memungkinkan besar isinya sama (senilai)
dengan volume yang ditempatinya. Sedangkan material yang berbongkah-
bongkah akan lebih kecil dari nilai volume ruang yang ditempati.
Oleh karena itu, pada material jenis ini akan berbentuk rongga-rongga
udara yang memakan sebagian isi ruangan. Ukuran butir ini akan
berpengaruh terhadap pengisian bucket. Berapa material yang mampu
ditampung oleh suatu ruang dapat dihitung dengan cara mengoreksi
ruangan tersebut dengan suatu faktor yamg disebut “faktor muat” yaitu
dengan “bucket factor” atau “pay load”.
2.17. Kohesivitas (Daya Ikat) Material
Yaitu daya lekat atau kemampuan saling mengikat di antara butir-butir
material itu sendiri. Sifat ini jelas berpengaruh terhadap alat, misalnya
pengaruhnya terhadap spillage factor (faktor pengisian). Material dengan
kohesivitas tinggi mudah menggunung, dengan demikian apabila material
ini berada pada suatu tempat, akan munjung (heaped). Volume material
yang menempati ruangan ini ada kemungkinan bisa melebihi volume
ruangannya, misalnya tanah liat. Sedangkan material dengan kohesivitas
yang kurang baik, misalnya pasir, apabila menempati suatu ruang akan
sukar menggunung, melainkan permukaannya cenderung rata/peres
(struck).
2.18. Perhitungan Truck Count
Perhitungan dengan metode Truck Count didasarkan pada
perhitungan ritase alat angkut. Ritase merupakan satu siklus produksi alat
angkut (hauling equipment) dari pemuatan, pengangkutan, penimbunan,
kembali (return), dan menempatkan diri (Spot).Dalam perhitungan Metode
Truck Count bukan hanya ritase alat angkut saja yang menjadi variabel
tetapi swell factor dan kapasitas Truck/vessel/bak alat angkut juga masuk
dalam perhitungan.

27
 Rumus Metode Truck Count :
𝑻𝒓𝒖𝒄𝒌 𝑪𝒐𝒖𝒏𝒕 = 𝒏 𝒙 𝑪 𝒙 𝑺𝑭
 Keterangan :
n : Jumlah Ritase
C : Kapasitas Bak Truck/Vessel
SF :Swell Factor
2.19. Metode Statistik Untuk Menentukan Jumlah Data Yang Dibutuhkan
Dalam menentukan jumlah data yang harus diambil agar hasil yang
diperoleh lebih teliti, maka digunakan metode statistik distribusi student
dengan tingkat konfidensi 90%. Penentuan jumlah data pengamatan
tersebut dapat ditentukan berdasarkan rumus-rumus sebagai berikut
(Peurifoy, 1979):
a. Jumlah data minimal yang harus diambil :
4t 2 𝑅 2
𝑁= 2 2
I 𝑑
b. Interval ketelitian dari jumlah data pengamatan :
𝛿
𝐼𝑀 = 2 𝑥 𝑡𝑜,90 𝑥
√𝑀
c. Standar deviasi :
𝐑
𝐬=𝐝

Keterangan :
N :jumlah data minimal yang harus diambil.
T : suatu harga untuk distribusi student pada C = 90 % (tabel).
R :selisih antara nilai terbesar dan terkecil dari data yang diambil.
I : interval konfidensi untuk tingkat kebenaran 90 %.
d :suatu faktor yang nilainya tergantung dari jumlah data pengamatan
yang diambil (tabel).
IM : interval konfidensi dari jumlah data yang diambil.
s : standart deviasi.
M :jumlah data pengamatan yang diambil.

28
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Gambaran Umum Wilayah Penelitian


3.1.1 Lokasi Dan Kesampaian Daerah
Secara administrative PT. Prolindo Cipta Nusantara berada pada
Desa Sebamban Kecamantan Angsana Kabupaten Tanah Bumbu, Provinsi
Kalimantan Selatan. Lokasi IUP PT. Prolindo Cipta Nusantara secara
geografis tergambar pada peta provinsi Kalimantan selatan dan titik – titik
koordinat batas IUP dapat dilihat pada tabel 2.1, dengan luas IUP 350
hektar. Adapun batas-batas yang terdapat di sekitar wilayah pertambangan
PT. Prolindo Cipta Nusantara dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Di sebelah utara berbatasan langsung dengan perkebunan kelapa
sawit PT. Minamas.
2. Di sebelah selatan berbatasan langsung wilayah pertambangan PT.
Sungai Danau Jaya.
3. Di sebelah timur berbatasan dengan wilayah pertambangan PT. Deky
Kreasi.
4. Di sebelah barat berbatasan dengan wilayah pertambangan PT.
Hati’if.
Tabel 3.1. Batas Koordinat Wilayah IUP
PT. ProlindoCipta Nusantara
GarisBujur (BT) GarisLintang (LS)
No.
0 ‘ “ 0 ‘ “
1 115 36 54.0 3 36 32.4
2 115 38 7.4 3 36 32.5
3 115 38 7.4 3 37 20.1
4 115 36 44.4 3 37 20.1
5 115 36 44.4 3 36 54.0
6 115 36 54.0 3 36 54.0
Sumber: PT. PCN

29
Lokasi penambangan PT. Prolindo Cipta Nusantara dapat dicapai
melalui darat dengan menggunakan kendaraan roda empat yang dapat
ditempuh melalui jalan aspal dengan rute sebagai berikut:
Daerah ini terletak lebih kurang 220 Km arah Timur dari kota
Banjarmasin, dapat dicapai dengan kendaraan umum roda empat dari kota
Banjarmasin, melalui jalan poros provinsi Kalimantan Selatan.
Secara administratif PT PCN termasuk ke dalam wilayah Kecamatan
Sungai Loban, Kabupaten Tanah Bumbu, Provinsi Kalimantan Selatan.
Untuk mencapai lokasi wilayah IUP PCN dari Palangka Raya rute nya
adalah sebagai berikut :
 Palangka Raya – Banjarmasin :
Menggunakan kendaraan roda 2, melewati jalan provinsi
sepanjang 198 km dengan lama perjalanan 3,5 jam. Dengan
kondisi jalan aspal.
 Banjarmasin – Sungai Loban :
Dengan kendaraan roda 2, melewati jalan provinsi sepanjang
204 Km dengan lama perjalanan darat 5 jam. Kondisi jalan
Aspal.
 Sungai Loban-Lokasi IUP PCN :
Dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan roda 4,
melewati jalan Hauling Underpass PT. TIA sejauh 5 Km.
Kondisi jalan berbatu.

30
3.1.2 Struktur Oraganisasi Perusahaan

31
3.2. Kondisi Geologi
3.2.1. Kondisi Geologi Regional
Wilayah penyelidikan umum endapan batubara, secara fisiografi
termasuk ke dalam cekungan Asam – asam. Posisi wilayah tersebut
terletak dibagian selatan propinsi kalimnatan selatan. Cekungan Asam –
asam tersebut ditempati oleh batuan sedimem Tersier setebal ± 6000
meter. Cekungan ini mengalami transgresi dari kalaeosen sampai dengan
kalamiosen, kemudian cekungan asam – asam ini juga mengalami regresi
pada kalapliosen. Pada waktu terjadinya transgresi pada cekungan asam -
asam di endapkan dari batuan tua ke muda dari formasi pudak, formasi
manunggul, formasi Tanjung, formasi berai dan formasi warukin.
Kemudian dari itu pada waktu terjadinya regresi di endapkan formasi
dohor.
Aktifitas tektonik yang bekerja pada cekungan asam – asam telah
mempengaruhi proses pengendapan batuan di cekungan tersebut. Sebagai
akibat dari aktifitas tektonik tersebut terjadi pengangkatan pegunungan
maratus, yaitu pada kalamiosen tengah dan kalaplistosen. Sebagai produk
pengangkatan tersebut terjadi pensesaran dan perlipatan serta
mengaktifkan struktur sesar yang lebih tua. Orientasi sumbu – sumbu
perlipatan yang terjadi pada umumnya mempunyai arah timur laut – barat
daya, sedangkan sesar – sesar berarah barat laut –tenggara dan timur laut-
barat daya.

32
Gambar 3.1. Kolerasi Batuan

33
3.2.2. Kondisi Geologi daerah penelitian
Berdasarkan peta geologi lembar Banjarmasin 1712 yang di
keluarkan pusat penelitian dan pengembangan Geologi Bandung
berskala 1 : 250.000 wilayah kecamtan angsana di tempati oleh batuan
sedimen kapu, tersier dan kwarter. Urutan batuan sedimen tersebut
dari tua pada daerah penyelidikan adalah sebagai berikut :
1. Formasi Tanjung
Formasi tanjung ini berumur eosin dan terdiri dari batu pasir
kuarsa berbutir halus sampai kasar, dengan tebal perlapisan 50 –
150 cm, struktur perlapisan cross beding ( silangsiur ), sisipan
batu lempung berwarna abu abu, pada formasi ini dijumpai batu
bara berwarna hitam mengkilap. Ciri formasi ini di jumpai adanya
batugamping yang berbentuk melensa dengan warna abu – abu
cerah.
2. Formasi berai
Formasi ini di endapkan dalam lingkungan neritik dan ketebalan
formasi ini kurang lebih 1000 meter. Formasi ini diperkirakan
berumur oligosen - miosenawal. Pada formasi ini biasanya
ditemukan batu gamping berwarna abu – abu cerah yang kaya
akan cangkang – cangkang kerang, bersisipan dan berwarna abu -
abu
3. Formasi warukin
Formasi warukin berumur miosen dan mempunyai hubungan
tidak selaras dengan formasi dohor. Formasi warukin ini di
endapkan di atas formasi berai dengan batuan penyusunnya
seperti konglomerat, persilangan batu lempung dan batu lanau
yang mengandung batubara. Satuan batuan tersebut di endapkan
pada kondisi laut kalamiosen tengah dilingkungan paralik.
4. Formasi dohor
Formasi ini terendapkan dalam lingkungan paralas dengan
ketebalan formasi diperkirakan 250 meter, umurnya di dugaplio -

34
plistosen, biasanya pada formasi ini dijumpai batu pasir kuarsa
kurang padu, konglomerat dan batu lempung lunak dengan
sisipan lignit, kaolin dan limonit.
5. Satuan batuan berumur holosen
Satuan batuan ini tersusun dari kerakal, krikil, pasir, lempung dan
lumpur, hasil sedimentasi dari batuan induknya yang sudah
tertransfortasikan (endapan Alluvial )
Potensi batubara di daerah penyelidikan terdapat pada Formasi
TMW, berumur Eosen, secara regional kontinuitas horizontal lapisan
pada formasi ini cukup terpelihara karena tidak mengalami perubahan
struktur. Hal ini dapat membantu mempermudah cara penambangannya.
1. peralatan yang digunakan pada saat pengambilan data survey tambang
antara lain :
 Alat Pelindung Diri (APD)
 Buku Tulis
 Kamera Digital
 TS ( Total Station ) SOKKIA FX105
 Prisma
 Prisma Pole/Stick
 Tripod
 Radio
 APS

3.3. Tata Laksana


3.3.1. Langkah Kerja
Langkah awal dari penelitian Kerja Praktik adalah Studi
Literatur yang dilakukan dari sebelum melaksanakan penelitian
sampai penyusunan laporan Kerja Praktik. Tahap ini dilakukan
mengumpulkan sumber-sumber informasi yang berkaitan dengan
judul penelitian dari berbagai referensi kepustakaan yang
mendukung terhadap penyusunan laporan Kerja Praktik.

35
Selanjutnya dilakukan studi lapangan yang behubungan
dengan pengambilan data yang mencakup:
1. Melakukan Persiapan Peralatan untuk kegiatan survey tambang.
2. Melakukan proses pengambilan dan pengolahan data survey
tambang dan truck count.
3.3.2. Metode Penelitian
Metode penelitian yang dilakukan dalam mengumpulan data-
data adalah sebagai berikut:

1. Metode Pustaka (Studi Literatur)


Dilakukan dengan cara mengumpulkan data-data maupun materi
yang berkaitan dengan Deviasi Volume Survey Dengan
Volume Truck Count.
2. Metode Observasi (Pengamatan)
Mengumpulkan data yang berhubungan dengan permasalahan
yang akan dibahas dalam laporan ini yang dibagi menjadi 2
(dua), yaitu:
1. Data primer, yaitu data yang didapat dari hasil pengamatan
secara langsung dilapangan.
2. Data sekunder, yaitu data yang penunjang dalam kegiatan
penelitian dan dalam proses pembuatan laporan. Data
tersebut antara lain profil perusahaan, data curah hujan, data
geologi, peta yang mendukung.

36
3.4.3 Bagan Alir

Mulai

Tujuan :
1. Untuk mengetahui volume overburden pada survey progress dan volume
truck count.
2. Untuk mengetahui deviasi antara volume overburden pada survey
progress dengan volume truck count.
3. Untuk mengetahui penyebab deviasi antara volume overburden pada
survey progress dengan volume truck count.

Studi Literatur

Observasi Lapangan

Pengambilan Data

Data Primer :\ Data Sekunder :


1. Data Survey 1. Profil Perusahaan
2. Data Truck count 2. Data Geologi daerah
penelitian
3. Peta yang mendukung

Pengolahan Data

Kesimpulan dan Saran

Selesai

37
3.4.4 Waktu Penelitian
Setelah disesuaikan dengan jadwal akademik, maka jadwal
kegiatan Kerja Praktik yang dilakukan adalah terhitung dari tanggal
1 Agustus sampai dengan 1 September 2018.

Juli Agustus

NO URAIAN KEGIATAN
I II III IV I II III IV

1 Orientasi Lapangan

2 Pengambilan Data

3 Pembuatan Laporan

4 Presentasi

38
I. Curriculum Vitae

Peserta dalam Penelitian Tugas Akhir Ini adalah mahasiswa Jurusan Teknik

Pertambangan, Sekolah Tinggi Teknologi Nasional sebagai berikut :

Data Diri Peserta

Nama : ENGGI
NIM : 710014037
IPK / SKS : 2,84 / 138
Semester : VIII
Tempat, TglLahir : Tumbang Miri, 30 Agustus 1996
JenisKelamin : Laki-laki
Agama : Kristen Protestan
Status : Belum Kawin
Kebangsaaan : Indonesia

Alamat Asal : Kualakurun, Kecamatan Kurun, Kabupaten Gunung


Mas, Provinsi Kalimantan Tengah

AlamatPalangkaraya : Jl.Samudin Aman 4 No.10, Palangka Raya

HP : +6282157697081

E-mail : enggidoang1@gmail.com

Riwayat Pendidikan:

 SD Negeri 1 Tumbang Miri (2002– 2008)


 SMP Negeri 1 Krun (2008–2011)
 SMA Negeri 1 Kurun (2011– 2014)
 S1 Teknik Pertambangan STTNAS (2014 – sekarang)
Pengalaman Pelatihan :

1) Kuliah Lapangan I di PT. Sugih Alam Nugroho dan CV Alam Mulia (2016)
2) Kuliah Lapangan II di Kampus Lapangan STTNAS Kulon Progo (2017)

39

Anda mungkin juga menyukai