Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pengkajian kebutuhan peralatan merupakan salah satu bagian penting
dalam perencanaan suatu pekerjaan tambang karena menyangkut aspek teknis
dan ekonomis perusahaan. Aspek teknik tersebut meliputi jenis dan jumlah alat
serta metode yang digunakan, sedangkan aspek ekonomis meliputi biaya
produksi dan biaya operasi. Kedua aspek tersebut secara bersamaan dapat
digunakan untuk mengoptimalkan kebutuhan peralatan dalam kegiatan
penambangan.
Kegiatan yang dapat dijumpai dalam aktivitas penambangan antara lain
kegiatan pembongkaran massa batuan, penggalian, pemuatan, dan
pengangkutan. Metode yang digunakan dalam pembongkaran overburden antara
lain free digging, ripping dan drilling-blasting. Pembongkaran overburden yang
dilakukan pada PT Arutmin Indonesia, Site Kintap menggunakan metode ripping.
Proses penggalian dan pemuatan hasil ripping overburden dapat mempengaruhi
produktivitas alat gali muat, oleh karena itu perlu menentukan dengan spasi
ripping berapa produktivitas alat gali muat dapat mencapai target tetapi biaya
yang dikeluarkan dapat seminimal mungkin.
Proses pembokaran overburden perlu memperhatikan keberadaan alat-
alat mekanis yang digunakan dan tentunya sangat menunjang keberhasilan
suatu operasi produksi. Sehingga penggunaannya harus diperhitungkan secara
tepat agar tercapai hasil yang optimal. Pengupasan lapisan tanah penutup
merupakan proses penting agar bahan galian di dalamnya dapat terambil dan
harus memperhitungkan kemampuan produksi alat mekanis.
Berdasarkan pernyataan di atas, penulis mengangkat judul “Kajian
Optimasi Kombinasi Alat Gali Muat Terhadap Pencapaian Produktivitas Fleet
Material
Overburden Di PT Arutmin Indonesia, Site Kintap, Kecamatan Kintap,
Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan Selatan”.

1
1.2. Rumusan Masalah
Perumusan masalah yang akan diselesaikan pada penelitian ini adalah
bagaimana kombinasi alat gali muat yang optimal dengan mempertimbangkan
pengaruh spasi ripping dan ukuran material overburden terhadap produktivitas
fleet sehingga biaya operasional yang dikeluarkan dapat seminimal mungkin.
1.3. Batasan Masalah
Batasan masalah yang akan dipaparkan pada penelitian tugas akhir ini
adalah sebagai berikut:
1. Bucket fill factor dianggap sama selama pengamatan.
2. Swell factor dianggap sama selama pengamatan.
3. Kedalaman ripping dianggap sama selama pengamatan yaitu 1,6 meter
diukur dari panjang giant ripper.
4. Metode ripping yang digunakan selama pengamatan adalah metode silang
dengan variasi spasi ripping 0,2 meter, 0,4 meter dan 0,6 meter, 0,8 meter
dan 1 meter.
5. Skill operator dianggap sama selama pengamatan.
1.4. Tujuan Penelitian
Tujuan yang mendasari penulis dalam melakukan penelitian tugas akhir ini
adalah sebagai berikut:
1. Menghitung produktivitas ripping dengan mempertimbangkan ukuran material
dan skenario spasi ripping 0,2 meter, 0,4 meter dan 0,6 meter, 0,8 meter dan
1 meter.
2. Menghitung produktivitas alat gali muat dengan mempertimbangkan ukuran
material dan skenario spasi ripping 0,2 meter, 0,4 meter dan 0,6 meter, 0,8
meter dan 1 meter.
3. Menentukan spasi ripping maksimum pada target minimum produktivitas alat
gali muat.
4. Mengestimasi kombinasi alat gali muat yang optimal pada masing-masing
skenario spasi ripping.
5. Mengestimasi biaya operasional fleet minimum berdasarkan optimasi
kombinasi alat gali muat.

2
1.5. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian tugas akhir ini terbagi menjadi dua, yaitu sebagai berikut:
1. Bagi Mahasiswa
a. Penerapan ilmu-ilmu pertambangan yang terkait dengan mata kuliah
pemindah tanah mekanis serta mengetahui cara menghitung produksi aktual
ripping, perhitungan optimasi alat mekanis dan analisis ukuran material
overburden.
b. Menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman tentang industri
penambangan.
2. Bagi Perusahaan
a. Mendapatkan evaluasi tentang data yang didapatkan untuk produktivitas alat
gali muat dan ripping.
b. Mengetahui optimal alat yang digunakan dengan skenario ripping yang
ditentukan sebagai pertimbangan biaya.
c. Sebagai bahan pertimbangan untuk diterapkan pada kegiatan penambangan.

3
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1. Pemindahan Tanah Mekanis


Pemindahan tanah mekanis merupakan segala pekerjaan yang
berhubungan dengan penggalian, pemuatan, pengangkutan, penimbunan,
perataan dan pemadatan tanah atau batuan dengan menggunakan alat-alat
mekanis. Pekerjaan-pekerjaan itu banyak terlihat dibidang pekerjaan atau
bangunan sipil seperti pembuatan jalan raya, tanggul, saluran irigasi, kanal,
lapangan terbang dan lain-lain. Disamping itu juga dilakukan pada tambang-
tambang terbuka, terutama pada pengupasan lapisan tanah atas (stripping of
overburden) dan pembuatan jalan-jalannya yang menuju ke tambang tersebut
(Projosumarto, 1989:1).
Meskipun dinamakan Pemindahan Tanah Mekanis tetapi sebenarnya tidak
hanya terbatas pada tanah (soil) saja, tetapi kadang-kadang juga berhubungan
dengan batuan (rock). Tanah disini adalah bagian teratas dari kulit bumi yang
relatif lunak, tidak begitu kompak, dan terdiri dari butiran-butiran lepas.
Sedangkan batuan adalah bagian kulit bumi yang lebih keras, lebih kompak, dan
terdiri dari kumpulan mineral pembentuk batuan.
Keadaan tanah yang dapat berpengaruh terhadap volume tanah yang
dijumpai dalam usaha pemindahan tanah mekanis yaitu:
a. Keadaan asli sebelum diadakan pengerjaan, ukuran tanah demikian
biasanya dinyatakan dalam ukuran alam, bank measure (BM), ini digunakan
sebagai dasar perhitungan jumlah pemindahan tanah.
b. Keadaan lepas, yakni keadaan tanah setelah diadakan pengerjaan (disturb),
tanah demikian misalnya terdapat didepan dozer blade, diatas truk, didalam
bucket, dan sebagainya. Ukuran volume tanah dalam keadaan lepas
biasanya dinyatakan dalam loose measure (LM) yang besarnya sama
dengan BM + % swell x BM (swell=pengembangan). Faktor pengembangan
(swell factor) ini tergantung dari jenis tanah. Loose measure (LM) mempunyai
nilai yang lebih besar dari bank measure (BM).
c. Keadaan padat, ialah keadaan tanah setelah ditimbun kembali kemudian
dipadatkan. Volume tanah setelah diadakan pemadatan, mungkin lebih besar

4
atau mungkin juga lebih kecil dari volume dalam keadaan bank, hal ini
tergantung usaha pemadatan yang kita lakukan (Mustofa, et al. 2004:8).
2.2. Lapisan Tanah Penutup (Overburden)
Lapisan Tanah Penutup (Overburden) adalah semua lapisan tanah atau
batuan yang berada di atas dan langsung menutupi lapisan bahan galian
berharga sehingga perlu disingkirkan terlebih dahulu sebelum dapat menggali
bahan galian begharga tersebut. Lapisan tanah penutup (overburden) yang
dapat ditemui umumnya dikelompokkan menjadi beberapa sifat yaitu:
1. Material yang sangat mudah digali (sangat lunak)
Material yang mengandung sedikit air, misalnya pasir, tanah biasa, kerikil,
campuran pasir dengan tanah biasa. Material yang banyak mengandung air,
misalnya pasir lempungan, lempung pasiran, lumpur dan pasir yang banyak
mengandung air (quick sand).
2. Material yang lebih keras (lunak)
Material yang lebih keras misalnya tanah biasa yang bercampur kerikil, pasir
yang bercampur dengan kerikil, pasir yang kasar.
3. Material yang setengah keras (sedang)
Material yang setengah keras misalnya batubara, shale (clay yang sudah
mulai kompak), batuan kerikil yang mengalami sementasi dan pengompakan,
batuan beku yang sudah mulai lapuk, dan batuan-batuan beku yang
mengalami banyak rekahan-rekahan.
4. Material yang keras
Materail yang keras umumnya seperti sandstone, limestone, slate, vulcanic
tuff, batuan beku yang mulai lapuk, mineral-mineral penyusun batuan yang
telah mengalami sementasi dan pengompakan.
5. Material sangat keras
Material yang sangat keras seperti batuan-batuan beku dan batuan-batuan
metamorf, contohnya granit, andesit, slate, kwarsit dan sebagainya.
6. Batuan yang masif
Batuan yang masif dapat dijumpai pada batuan-batuan yang sangat keras
dan kompak seperti batuan beku berbutir halus (Panggabean, 2017).
2.3. Sifat Teknis Material
Pembongkaran batuan melalui penggaruan (ripping) dan pemboran untuk
peledakan dipengaruhi oleh sifat-sifat teknis dari material (batuan) tersebut
diantaranya:

5
1. Tekstur
Tekstur menunjukkan struktur butiran dari batuan dan dapat diklasifikasikan
berdasarkan sifat-sifat prositas, density, dan ukuran butir. Porositas batuan
dipengaruhi oleh besarnya butiran penyusun batuan tersebut. Semakin besar
prositas batuan berarti semakin banyak rongga antar butir, sehingga lebih
mudah dalam penggaruan (ripping).
2. Struktur Batuan
Struktur batuan seperti patahan, rekahan, bidang perlapisan, jenis batuan,
dip dan strike akan mempengaruhi dalam kekuatan struktur batuan. Struktur
batuan akan berpengaruh terhadap penggaruan, kelurusan lubang bor dan
kecepatan pemboran.
3. Abrasivitas
Abrasivitas adalah suatu parameter yang mempengaruhi keausan (umur)
mata bor (drill bit) atau batang bor (drill steel). Kandungan kuarsa dalam
batuan biasanya dianggap sebagai petunjuk untuk mengukur abrasivitas
(keausan batang bor). Semakin banyak kuarsa yang terkandung di dalam
batuan akan memberikan nilai abrasivitas yang lebih tinggi.
4. Kekerasan atau Kekuatan
Kekerasan adalah tahanan dari suatu bidang permukaan halus terhadap
tusukan,goresan, abrasi atau pemotongan. Kekerasan batuan dapat juga
dipakai untuk menyatakan besarnya tegangan yang diperlukan untuk
menyebabkan kerusakan pada batuan (Panggabean, 2017).
2.4. Penggunaan dan Peralatan Alat Mekanis
Dalam kegiatan penambangan secara terbuka, penggunaan alat mekanis
yang paling sering digunakan untuk produksi salah satunya alat gali muat. Untuk
alat support paling sering digunakan adalah bulldozer.
2.4.1. Alat Gali Muat
Alat gali muat merupakan alat mekanis yang digunakan untuk melakukan
penggalian sekaligus pemuatan material ke alat angkut. Alat gali dan muat
antara lain adalah sebagai berikut:
a. Power shovel
b. Dozer shovel
c. Backhoe
d. Dragline

6
Perlu diketahui pula bagian-bagian dari excavator, bagian-bagian utama
dari excavator antara lain:
a. Bagian atas revolving unit (bisa berputar)
b. Bagian bawah travel unit (untuk berjalan)
c. Bagian attachment yang dapat diganti.
Backhoe dikhususkan untuk penggalian yang letaknya dibawah kedudukan
backhoe itu sendiri. Keuntungan backhoe jika dibandingkan terhadap dragline
dan clamshell yang fungsinya juga hampir sama, adalah dapat menggali dengan
kedalaman yang jauh lebih teliti, juga backhoe bisa digunakan sebagai alat
pemuat bagi truck-truck. Pengoperasian backhoe umumnya untuk menghasilkan
saluran, terowongan atau basemant. Backhoe terdiri dari alat penggerak yang
dapat berupa crawler atau ban, boom, stick dan bucket. Backhoe beroda ban
biasanya tidak digunakan untuk penggalian tetapi lebih sering digunakan untuk
pekerjaan umum lainnya. Pemilihan kapasitas bucket backhoe harus sesuai
dengan pekerjaan yang dilakukan. Pada umumnya jenis backhoe dibedakan
menurut kendalinya ada 2 yaitu dengan cable controlled dan hydraulic controlled.
Pada prinsipnya cara kerja kedua jenis backhoe ini hampir sama, hanya
saja perlu kita ketahui bahwa satu kerugian untuk kendali hydraulic (hydraulic
controlled) adalah bahwa kemungkinan untuk diganti dengan attachment lain
adalah terbatas sekali.

Sumber: Modul Ajar Pemindahan Tanah Mekanis, 2004


Gambar 2.1
Backhoe

7
2.4.2. Alat Support
a. Bulldozer
Bulldozer adalah salah satu alat berat yang mempunyai roda rantai (track
shoe) untuk pekerjaan sebaguna yang memiliki kemampuan traksi yang tinggi
yang tinggi. Bisa digunakan untuk menggali (digging). Mendorong (pushing),
menggusur, meratakan (spreading), menarik beban, menimbun (filling) dan lain-
lain. Bulldozer mampu beroperasi didaerah lunak maupun keras mampu
beroperasi diderah yang miring dengan sudut kemiringan tertentu. Jarak dorong
efisien berkisar antara 25-40 meter dan tidak lebih dari 100 meter, jarak mundur
tidak boleh terlalu jauh (Mustofa, et al, 2004: 15).

Sumber: Modul Ajar Pemindahan Tanah Mekanis, 2004


Gambar 2.2
Bulldozer
b. Ripper
Ripper adalah alat yang menyerupai cakar (shank) yang dipasangkan
dibelakang traktor. Fungsi dari alat ini adalah untuk menggemburkan tanah
keras, pekerjaan penggemburan ini memerlukan penetrasi ripper kedalam tanah
dan traktor berkemampuan besar. Jumlah cakar (shank) antara satu sampai lima
buah, bentuk shank ada dua macam yaitu lurus dan lengkung. Shank lurus
digunakan untuk material padat dan berlapis sedangkan shank yang melengku
digunakan untuk batuan yang retak (Rostiyanti, 2008: III-43).
Sebenarnya alat garu (ripper) berfungsi untuk membantu bulldozer dan
power scrapper dalam mengatasi batu-batu yang keras. Kakuatan ripper
tergantung pada kemampuan gigi-giginya untuk masuk ke dalam tanah dan

8
kekuatan bulldozer yang digunakan sebagai mesin penarik ripper itu sendiri.
(Wedhanto, 2009: 44).
Ripper terbagi menjadi beberapa jenis ada mutli shank ripper dapat dilihat
pada gambar 3.5 dan giant ripper dapat dilihat pada gambar 3.4. Multi shank
ripper sudut dapat divariasikan untuk menyesuaikan dengan spesifik kondisi
permukaan, ripper bergerak ideal dalam memastikan kekuatan penggalian yang
kuat diseluruh sudut-sudut penggalian. Sedangkan giant ripper khusus dibuat
untuk batuan yang keras dengan balok dan kaki ripper yang kuat, sudut ripper
disesuaikan untuk penetrasi dan fragmentasi yang lebih baik (Anonim, 2009: 1C-
7).

Sumber: Handbook Komatsu Edition 30, 2009


Gambar 2.3
Giant Ripper

9
Sumber: Handbook Komatsu Edition 30, 2009
Gambar 2.4
Multi Shank Ripper

Seperti telah dikatakan tadi bahwa fungsi ripper adalah untuk mengerjakan
tanah-tanah yang agak keras, dimana jika pekerjaan ini dilakukan oleh bulldozer
hasilnya akan kurang efektif. Tetapi tidak semua tanah keras bisa dikerjakan
oleh ripper, kadang–kadang harus dilakukan peledakan (blasting). Dibawah ini
diberikan gambaran mengenai jenis tanah yang dapat dan yang tidak dapat
dilaksanakan oleh ripper, perlu diketahui bahwa kemampuan ripper untuk proses
“ripping” tanah tergantung dari jenis ripper itu sendiri (Rochmanhadi, 1992:45).
Kemampuan produksi alat garu (ripper) sesuai spesifikasi masing-masing alat
yang nilainya ditentukan berdasarkan kekerasan material dalam format penilaian
kecepatan rambat gelombang (seimic wave velocity). Kemampuan produksi
standar alat garu Komatsu Komatsu D375-90 dalam berbagai kondisi kekerasan
material dapat dilihat pada tabel 3.1. Dan grafik seismic wave velocity dapat
dilihat pada gambar 3.6. (Anonim, 2009: 1C-12)
Tabel 2.1
Produksi Standar Alat Garu (Bcm/Jam)

Type Seismic Wave Velocity (m/s)


Alat 500 750 1000 1250 1500 1750 2000
D375 1383 1059 828 650 504 380 272
Sumber: Handbook Komatsu Edition 30, 2009

10
Sumber: Handbook Komatsu Edition 30, 2009
Gambar 2.5
Ripper Performance To Seimic Wave Velocity

2.5. Produktivitas Alat


Produktivitas merupakan hasil yang secara perhitungan dapat dicapai oleh
suatu hubungan kerja alat selama waktu operasi yang tersedia yang dikaitkan
dengan data kapasitas bucket, waktu edar, efisiensi kerja, swell factor, bucket fill
factor, dari data tersebut maka didapatkan produktivitas secara teoritis dari alat-
alat mekanis (Nurwaskito, et al, 2012:128).
2.5.1. Produktivitas Alat Muat
Produktivitas alat muat dipengaruhi oleh kapasitas mangkok, atau bucket
dari alat gali muat, waktu edar dan efisiensi kerja alat (Tenriajeng, 2003:98).
Rumus produktivitas alat muat dapat dilihat pada persamaan di bawah ini:
a. Produksi alat muat
3600
P= x KB X BFF X SF X E ………………………………Persamaan (2.1)
𝐶𝑡𝑚

Dimana:
P = Kemampuan produksi alat muat (Bcm/jam)
Ctm = Waktu edar alat muat (menit)
KB = Kapasitas bucket (m3)
BFF = Bucket Fill Factor
E = Efisiensi kerja (%)
SF = Swell factor

11
b. Faktor Pengembang (Swell Factor)
Swell factor adalah faktor pengembangan volume suatu material setelah
digali dari tempatnya. Apabila material digali dari tempat aslinya, maka akan
terjadi perkembangan volume (Indonesianto, 2005: II-6). Adapun rumus untuk
menghitung swell factor berdasarkan volume adalah sebagai berikut:
(Indonesianto, 2005: II-7)
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝐵𝑎𝑛𝑘
Swell Factor (SF) = ………………………...….….Persamaan (2.2)
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝐿𝑜𝑜𝑠𝑒

c. Faktor Pengisian (Bucket Fill Factor)


Produktivitas alat muat sangat dipengaruhi oleh material yang dimuatnya.
Faktor isian bucket ini sebenarnya sangat dipengaruhi oleh karakteristik material
yang digali, seperti tingkat kekerasan material, berat jenis material, bentuk
fragmentasi material setelah digaru atau diledakkan, tinggi jenjang penggalian,
serta kemampuan operator dalam mengoperasikan alat gali muat tersebut.
Faktor isian bucket alat muat (Ff) dapat dinyatakan sebagai perbandingan
volume nyata (Vn) dengan volume teoritis.
d. Efisiensi Kerja Alat Mekanis
Efisiensi kerja adalah penilaian terhadap pelaksanaan suatu pekerjaan atau
merupakan perbandingan antara waktu yang dipakai untuk bekerja (waktu kerja
efektif) dengan waktu kerja yang tersedia. Dengan berkurangnya waktu kerja
efektif akan berpengaruh terhadap produksi alat mekanis tersebut.
𝐶𝑡𝑚
Ef = x 100% ………………………..…………………. Persamaan (2.3)
𝐶𝑡𝑚 𝑥 𝐷𝑡𝑚

Dimana:
Ctm = Cycle time (s)
Dtm = Delay time (s)
e. Waktu Edar (Cycle time)
Waktu edar merupakan salah satu parameter produksi. Dengan asumsi
faktor produksi lain tetap, semakin kecil waktu edar maka produksi alat tersebut
akan semakin tinggi sedangkan semakin besar waktu edar maka produksi alat
tersebut akan semakin rendah. Waktu edar alat gali-muat terdiri dari empat
bagian, yaitu waktu mengisi bucket (digging time), waktu ayunan bermuatan
(swing loaded), waktu membuang isi bucket (dumping time), waktu ayunan
kosong (empty swing) (Nurhakim, 2004: 20). Di bawah ini merupakan rumus
cycle time alat gali muat, yaitu:
We = DgT + SLT + DpT + SET …………………………………. Persamaan (2.4)

12
Dimana:
CTm = waktu edar alat gali muat (detik)
DgT = waktu penggalian (detik)
SLT = waktu ayun bermuatan (detik)
DpT = waktu penumpahan material (detik)
SET = waktu ayun kosong (detik)
2.5.2. Produktivitas Ripping
a. Waktu edar (Cycle time) Ripping
Waktu edar merupakan salah satu parameter produksi dari suatu alat
mekanis termasuk untuk ripping. Di bawah ini merupakan rumus cycle time
ripping, yaitu:
CT = DT + RT + UT + MT …………………………………........ Persamaan (2.5)

Dimana:
CT = waktu edar (detik)
DT = waktu menurunkan alat garu (detik)
RT = waktu menggaru (detik)
UT = waktu mengangkat alat garu (detik)
MT = waktu maneuver (detik)
b. Produktivitas Ripping Persiklus
Perhitungan produktivitas ripper dapat dilakukan dengan beberapa cara.
Cara pertama dengan mengukur potongan topgrafi di lapangan dan waktu yang
dibutuhkan untuk menggemburkan tanah. Cara yang kedua dengan
mengasumsikan kecepatan rata-rata ripper yang bekerja disuatu area, total
waktu siklus merupakan penambahan waktu berangkat dengan waktu yang
dibutuhkan ripper untuk mengangkat atau menurunkan cakar. Di bawah ini
merupakan rumus produksi rippier per siklus, yaitu:
(Mustofa, et al, 2004: 13)
q=dxsxp ………………………………….......................…. Persamaan (2.6)

Dimana:
q = Produksi persiklus (m³)
d = Kedalaman ripping (m)
s = Spasi ripping (m)
p = Panjang front ripping (m)

13
c. Produktivitas Ripping Perjam
Produktivitas ripping perjam didapatkan dari hasil produktivitas ripping
persiklus yang dikali dengan waktu edar ripping dan efisiensi kerja alat. Rumus
produktivitas ripping perjam dapat dilihat pada persamaan 3.7, yaitu: (Mustofa, et
al, 2004:14)
𝑞 𝑥 60 𝑥 𝐸
Q= …………………………………........................…. Persamaan (2.7)
𝐶𝑇

Dimana:
Q = Produksi perjam (Bcm/jam)
CT = Produksi persiklus (m³)
60 = Konversi jam - menit
E = Efisiensi kerja
2.6. Analisa Ukuran Butir
Dikenal umum dengan nama Skala Wentworth, skema ini digunakan untuk
klasifikasi materi partikel aggregate (Udden 1914, Wentworth 1922). Pembagian
skala dibuat berdasarkan faktor 2: contoh butiran pasir sedang berdiameter 0,25
mm – 0,5 mm, pasir sangat kasar 1 mm – 2 mm, dan seterusnya. Skala ini dipilih
karena pembagian menampilkan pencerminan distribusi alamipartikel sedimen;
sederhananya, blok besar hancur menjadi dua bagian, dan seterusnya.empat
pembagian dasar yang dikenalkan:
1. Lempung (< 4 μm)
2. Lanau (4 μm – 63 μm)
3. Pasir (63 μm – 2 mm)
4. Kerikil /aggregate (> 2 mm)

Sumber: Klasifikasi Butir Berdasarkan Skala ASTM dan Skala Wentworth, 2014
Gambar 2.6
Klasifikasi Skala Wentworth

14
Berikut adalah ukuran yang terdapat dalam skala wentworth:
1. Gravel, terbagi atas 4 bagian yaitu:
a. Bolders/Bongkah (>256mm),
b. Cobble/Berangkal (64-256mm),
c. Pebble/Kerakal (4-64mm), dan
d. Grit/Granule/Butiran (2-4mm).
2. Sand, Pasir terbagi atas 5 bagian yaitu:
a. Sangat Kasar (1-2mm),
b. Pasir Kasar (1/2-1mm),
c. Pasir Sedang(1/4-1/2mm),
d. Pasir Halus (1/8-1/4mm), dan
e. Pasir Sangat Halus(1/16-1/8mm)
3. Mud, terbagi atas 2 bagian yaitu:
a. Silt/Lanau (1/256-1/6mm) dan
b. Clay/Lempung(<1/256mm)

Sumber: Klasifikasi Butir Berdasarkan Skala ASTM dan Skala Wentworth, 2014
Gambar 2.7
Klasifikasi Skala Wentworth

15
Sumber: Klasifikasi Butir Berdasarkan Skala ASTM dan Skala Wentworth, 2014
Gambar 2.8
Komparator Besar Butir
(Madilana, 2014)
Klasifikasi ukuran butiran yang digunakan oleh para ahli hidraulika menurut
AGU (American Geophysical Union) adalah seperti ditunjukkan pada gambar 2.9
di bawah. Material sedimen yang mempunyai penyebaran kecil dan mempunyai
ukuran yang dianggap sama dalam sebuah fraksi sering dinamakan sebagai
material uniform (seragam), sedangkan material sedimen yang mempunyai
penyebaran besar dinamakan sebagai material non uniform (tidak seragam).
Kurva frekuensi dari beberapa sampel material sedimen biasanya memiliki satu
puncak kurva (unimodal) dan sebagian yang lain memiliki dua puncak kurva
(bimodal). Dalam beberapa kasus tertentu kadang-kadang dijumpai distribusi
frekuensi dengan jumlah puncak (nilai maksimum) lebih dari dua, dimana kurva
semacam ini disebut kurva polymodal.
Untuk material kasar (coarse gravel) kurva distribusinya biasanya
mempunyai tipe bimodal, sedangkan untuk material pasir (sand) kurva
distribusinya mempunyai tipe unimodal. Dalam hal kurva frekuensi berupa
bimodal maupun polymodal pada umumnya ukuran butiran pada puncak
pertama selalu 16 sampai 32 kali lebih besar dibandingkan dengan ukuran
butiran pada puncak berikutnya. Salah satu kemungkinan penyebabnya adalah
karena sampel terdiri dari dua atau lebih populasi butiran berbeda yang
terbentuk karena karakteristik transpor yang berbeda. Penentuan besaran nilai-
nilai parameter ini dihitung berdasarkan kurva distribusi ukuran partikel komulatif
pada kertas probabilitas antara dua pasangan data yang diketahui pada ukuran

16
ayakan dalam satuan ϕ dan nilai persentilnya. Untuk ukuran kelas partikel dalam
satuan mm, perhitungannya membutuhkan interpolasi logaritmik.

Sumber: Garde & Raju, 1985


Gambar 2.9
Analisa Ukuran Butir AGU (American Geophysical Union)
(Sa’dam, 2014)
2.7. Optimasi dengan Linear Programming
2.7.1. Pengertian Optimasi dan Linear Programming
Optimasi (optimization) adalah aktivitas untuk mendapatkan hasil terbaik di
bawah keadaan yang diberikan. Tujuan akhir dari semua aktivitas tersebut
adalah meminimumkan usaha (effort) atau memaksimumkan manfaat (benefit)
yang diinginkan. Karena usaha yang diperlukan untuk manfaat yang diinginkan
dapat dinyatakan sebagai fungsi dari variabel keputusan, maka optimasi dapat
didefinisikan sebagai proses untuk menemukan kondisi yang memberikan nilai
minimum atau maksimum dari sebuah fungsi.
Menurut George B. Dantzing yang sering disebut Bapak Linear
Programming, di dalam bukunya “Linear Programming and Extension”
menyebutkan bahwa ide dari linear programming ini berasal dari ahli matematik

17
Rusia bernama L.V. Kantorivich yang pada tahun 1939 yang menerbitkan
sebuah karangan dengan judul “Mathematical Methods in The Organization and
Planning of Production”, di dalamnya telah dirumuskan persoalan linear
programming untuk pertama kalinya. Program linier (linear programming)
merupakan model matematik dalam mengalokasikan sumberdaya yang langka
untuk mencapai tujuan tunggal seperti memaksimumkan keuntungan atau
meminimumkan biaya.
Dalam Linear Programming terdapat kesamaan dan ketidaksamaan.
Meskipun kesamaan lebih populer dibandingkan dengan ketidaksamaan,
ketidaksamaan merupakan suatu hubungan yang penting dalam program linear.
Perbedaan antara ketidaksamaan dan kesamaan yaitu kesamaan digambarkan
dengan tanda sama dengan (=) dan merupakan pernyataan khusus dalam
matematika. Namun banyak persoalan perusahaan yang tidak dapat dinyatakan
dalam bentuk kesamaan yang jelas dan rapi. Hitungan yang dicari tidak selalu
satuan bulat tetapi bisa juga berupa angka kira-kira. Sebagian besar batasan
dalam persoalan program linear dinyatakan sebagai ketidaksamaan. (Sriwidadi,
2013:727-728).
Ada tiga elemen penting dalam pemrograman linier menurut
(Ruminta,2014:328), yaitu:
a. Variabel keputusan; X1, X2 ….Xn adalah variabel yang nilai-nilainya diilih
untuk dibuat keputusan.
b. Fungsi tujuan; Z = f (X1, X2 ….Xn) adalah fungsi yang akan dioptimasi
(dimaksimumkan atau diminimumkan).
c. Pembatasan; Gi (X1, X2 ….Xn) adalah pembatasan-pembatasan yang harus
di penuhi.
2.7.2. Kondisi dan Syarat-Syarat Linear Programming
Untuk merumuskan suatu masalah kedalam bentuk model pemrograman
linear, harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
a. Tujuan masalah tersebut harus jelas dan tegas, yang dimaksudkan adalah
apabila pada contoh masalah, tujuan dalam masalah tersebut jelas yaitu ingin
mendapatkan keuntungan yang maksimal.
b. Harus ada sesuatu atau beberapa alternatif yang ingin dibandingkan, yang
dimaksudkan adalah apabila pada contoh masalah, alternatif perbandingannya
adalah kombinasi jumlah produksi dan keuntungan yang diperoleh.

18
c. Adanya sumberdaya yang terbatas, yang dimaksudkan adalah apabila pada
contoh masalah, sumberdaya yang terbatas adalah waktu untuk subassembly
dan inspeksi.
d. Bisa dijadikan perumusan kuantitatif, fungsi ini tujuan dan kendalanya harus
dapat dirumuskan secara kuantitatif.
e. Adanya keterkaitan peubah, yang dimasudkan adalah adanya hubungan
keterkaitan antara perubah-peubah yang membentuk fungsi tujuan dan kendala.
(Anonim, 1996)

19
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Diagram Alir Penelitian


Diagram alir penelitian dibuat berdasarkan tahap kegiatan dari awal
penelitian sampai tahap penyusunan laporan akhir. Diagram alir penelitian dapat
dilihat pada gambar 3.1
Mulai

Studi Literatur

Perumusan Masalah:
Bagaimana kombinasi alat gali muat yang optimal dengan mempertimbangkan pengaruh spasi ripping dan ukuran material overburden terhadap produktivitas fleet
sehingga biaya operasional yang dikeluarkan dapat seminimal mungkin.

Pengumpulan Data

Data Sekunder: Data Primer:


- Spesifikasi alat muat - Cyle time alat gali muat
- Spesifikasi alat ripping - Cyle time alat ripping
- Target Produksi alat gali - Panjang dan lebar front
muat ripping
- Nilai rate alat untuk - Panjang ripper
overburden - Ukuran material overburden

Analsisis Data:
1. Menganalisis spasi ripping optimum berdasarkan produktivitas alat gali muat
2. Menganalisis ukuran material overburden berdasarkan spasi ripping
3. Mengestimasi optimasi kombinasi alat gali muat yang diperlukan berdasarkan fleet
4. Mengestimasi biaya minimun pada fleet alat gali muat

Kesimpulan:
1. Hasil perhitungan produktivitas ripping dengan mempertimbangkan ukuran material dan skenario spasi ripping 0,2 meter, 0,4 meter dan
0,6 meter, 0,8 meter dan 1 meter.
2. Hasil perhitungan produktivitas alat gali muat dengan mempertimbangkan ukuran material dan skenario spasi ripping 0,2 meter, 0,4
meter dan 0,6 meter, 0,8 meter dan 1 meter.
3. Hasil perhitungan spasi ripping maksimum pada target minimum produktivitas alat gali muat.
4. Hasil optimasi kombinasi alat gali muat yang optimal pada masing-masing skenario spasi ripping.
5. Hasil optimasi biaya operasional fleet minimum berdasarkan optimasi kombinasi alat gali muat.

Selesai

Gambar 3.1.
Diagram Alir Metode Penelitian

20
Metode yang digunakan dalam penelitian ini didasarkan pada metode
perhitungan aktual lapangan. Rancangan kegiatan penelitian ini terdiri dari 4
tahapan yaitu tahap persiapan, tahap pengumpulan data, tahap pengolahan
data, dan tahap penyusunan laporan akhir.
1. Tahap Persiapan
Pada tahap ini dilakukan penyusunan usulan tugas akhir. Sasaran utama
studi pendahuluan ini adalah gambaran umum daerah penelitian. Studi literatur
dilakukan dengan mencari bahan-bahan pustaka yang menunjang kegiatan
penelitian, yang diperoleh dari Instansi terkait, perpustakaan, grafik dan tabel,
informasi penunjang lainnya.
2. Pengamatan Lapangan
Pengamatan di lapangan ditujukan untuk mendapatkan data-data yang
diperlukan secara langsung di lapangan. Pengambilan data dilakukan dengan
pengamatan dan perhitungan.
3. Pengolahan Data
Pengolahan data hasil penelitian dilakukan dengan perhitungan
berdasarkan teori yang ada dan data hasil penelitian.
4. Analisa data
Rumusan-rumusan yang telah didapat kemudian dilakukan analisa untuk
menemukan jawaban atas pertanyaan perihal rumusan dan hal-hal yang
diperoleh dalam penelitian.
5. Kesimpulan
Hasil sintesis data keseluruhan dirangkum ke dalam laporan tertulis
diperkuliahan untuk dipertanggungjawabkan dalam bentuk laporan hasil
penelitian tugas akhir.
3.2. Teknik Pengumpulan Data
Cara pengumpulan data-data yang diperlukan dalam penelitian ini meliputi:
1. Observasi Lapangan, teknik ini dilakukan dengan cara peninjauan lapangan
untuk melakukan pengamatan secara langsung terhadap situasi, kondisi dan
aktivitas di lokasi penelitian.
2. Studi Literatur, teknik ini dilakukan dengan cara pengumpulan sumber
informasi yang berkaitan dengan kegiatan penelitian dan berasal dari referensi
pihak perusahaan yang berhubungan dengan masalah yang dihadapi.

21
3. Wawancara, teknik ini dlakukan dengan cara tanya jawab langsung terhadap
personal (manusia) dari pihak perusahaan yang merupakan sumber informasi
yang berhubungan dengan kegiatan penelitian dan masalah yang dihadapi.
3.3. Teknik Pengolahan Data
Adapun pengolahan data-data yang diperlukan dalam penelitian ini yaitu
data cyle time alat gali muat, cyle time alat ripping, panjang dan lebar front
ripping, panjang ripper, ukuran material overburden.
Pengolahan data dilakukan dengan perhitungan dari beberapa data yang
dimbil dan parameter yang diterapkan. Penyusunan laporan disertai penyajian
berupa peta, gambar, grafik dan tabel yang dapat membantu dalam
penyampaian informasi hasil penelitian.
3.4. Teknik Analisis Data
Analisis data dilakukan terhadap hasil pengolahan data dan analisa
pembahasan dilakukan dengan cara mengkorelasikan hasil pengolahan data
dengan masalah yang diteliti sehingga mendapatkan kesimpulan dan penelitian.

22
BAB IV
SISTEMATIKA PENULISAN LAPORAN

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
DAFTAR RUMUS
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2. Rumusan Masalah
1.3. Batasan Masalah
1.4. Tujuan Penelitian
1.5. Manfaat Penelitian
BAB II TINJAUAN UMUM
2.1. Lokasi dan Kesampaian Daerah
2.2. Kondisi Umum Perusahaan
2.2.1. Sejarah dan Perkembangan Perusahaan
2.2.2. Perizinan Penambangan
2.2.3. Kegiatan Penambangan
2.3. Iklim dan Cuaca
2.4. Keadaan Geologi dan Morfologi Daerah Penelitian
2.4.1. Kondisi Morfologi
2.4.2. Kondisi Geologi Regional
BAB III KAJIAN PUSTAKA
3.1. Pemindahan Tanah Mekanis
3.2. Lapisan Tanah Penutup (Overburden)
3.3. Sifat Teknis Material
3.4. Penggunaan dan Peralatan Alat Mekanis
3.4.1. Alat Gali Muat
3.4.2. Alat Support
3.5. Produktivitas Alat

23
3.5.1. Produktivitas Alat Muat
3.5.2. Produktivitas Ripping
3.6. Analisa Ukuran Butir
3.7. Optimasi dengan Linear Programming
3.7.1. Pengertian Optimasi dan Linear Programming
3.7.2. Kondisi dan Syarat-syarat Linear Programming
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1. Diagram Alir Penelitian
4.2. Teknik Pengumpulan Data
4.3. Teknik Pengolahan Data
4.4. Teknik Analisa Data
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASN
5.1. Deskripsi Data
5.2. Pengolahan dan Analisis Data
5.2.1. Produktivitas Alat Gali Muat
5.2.2. Skenario Spasi Ripping
5.2.3. Estimasi Biaya Pembongkaran Overburden di Fleet Alat Gali Muat
5.3. Pembahasan
BAB VI PENUTUP
6.1. Kesimpul
6.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

24
BAB V
JADWAL PENELITIAN

5.1. Jadwal Kegiatan


Penelitian Tugas Akhir ini saya usulkan atau ajukan selama 8 minggu,
dimulai dari tanggal 01 Mei 20919 sampai tanggal 30 Juni 2019. Dengan rincian
kegiatan sebagai berikut:

Tabel 5.1
Rencana Jadwal Kegiatan Penelitian Tugas Akhir

Mei-19 Juni-19 Juli-19 Agustus-19


No Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Studi Literatur dan
1
orientasi lapangan
Pengambilan data
lapangan dan
2
pengolahan data
lapangan
Seminar data tugas
3
akhir
Pengolahan data dan
4
pembuatan laporan
Seminar hasil tugas
5
akhir
6 Sidang tugas akhir

5.2. Tempat Kegiatan


Penelitian Tugas Akhir ini dilaksanakan di PT Arutmin Indonesia, Site
Kintap, Kecamatan Kintap, Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan Selatan.

25
BAB VI
PENUTUP

6.1. Penutup
Demikian proposal penelitian tugas akhir ini saya buat dengan judul yang
diusulkan sebagai bahan pertimbangan pihak perusahaan agar dapat menerima
dan memberikan kesempatan bagi saya untuk melaksanakan penelitian tugas
akhir. Mengenai topik tidak menutup kemungkinan usulan dari perusahaan dan
saya bersedia mengikuti aturan dari perusahaan. Atas perhatian pihak
perusahaan saya ucapkan terima kasih.

26
I-1
I-28

Anda mungkin juga menyukai