Anda di halaman 1dari 34

BAB II

DASAR TEORI

2.1 Pengertian pemboran


Pemboran adalah salah satu kegiatan penting dalam sebuah industri pertambangan.
Kegiatan pemboran biasanya dilakukan sebelum diadakannya penambangan. Adapun
kegiatan pengeboran antara lain :
Pemboran Geotek adalah untuk menentukan karakteristik tanah dan batuan, dalam
beberapa hal digunakan untuk memperoleh informasi tentang kondisi alami dan posisi mauka
air tanah.Pemboran Kontruksi adalah untuk menetukan batas antara batuan dasar (base meaf)
dan batuan diatas yang umumnya sudah mengalami deformasi pelapukan.

2.2 Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Pemboran

Kinerja suatu mesin bor dipengaruhi oleh faktor-faktor sifat batuan yang dibor, rock
drillability, geometri pemboran, umur dan kondisi mesin bor, dan ketrampilan operator.

2.2.1 Sifat Batuan


Sifat batuan yang berpengaruh pada penetrasi dan sebagai konsekuensi pada
pemilihan metode pemboran yaitu : kekerasan, kekuatan, elastisitas, plastisitas, abrasivitas,
tekstur, struktur, dan karakteristik pembongkaran.
1. Kekerasan
Kekerasan adalah daya tahan permukaan batuan terhadap goresan. Batuan yang keras
akan memerlukan energy yang besar untuk menghancurkanya. Pada umumnya batuan
yang keras mempunyai kekuatan yang besar pula. Kekerasan batuan diklasifikasikan
dengan skala Fredrich Van Mohs.
2. Kekuatan (strength)
Kekuatan mekanik suatu batuan merupakan daya tahan batuan terhadap gaya dari ,
baik bersifat static maupun dinamik. Kekuatan batuan dipengaruhi oleh komposisi
mineralnya, terutama kandungan kuarsa. Batuan yang kuat memerlukan energi yang
besar untuk menghancurkanya.
3. Bobot isi / Berat jenis
Bobot isi (density) batuan merupakan berat batuan per satuan volume. Batuan
dengan bobot isi yang besar untuk membongkarnya memerlukan energy yang besar
4. Kecepatan Rambat Gelombang Seismik
Batuan yang masif mempunyai kecepatan rambat gelombang yang besar. Pada
umumnya batuan yang mempunyai kecepatan rambat gelombang yang besar akan
mempunyai bobotisi dan kekuatan yang besar pula sehingga sangat mempengaruhi
pemboran.
5. Abrasivitas
Abrasivitas adalah sifat batuan yang dapat digores oleh batuan lain yang lebih keras.
Sifat ini dipengaruhi oleh kekerasan butiran batuan, bentuk butir, ukuran butir,
porositas batuan, dan sifat heterogenitas batuan.
6. Tekstur
Tekstur batuan dipengaruhi oleh struktur butiran mineral yang menyusun batuan
tersebut. Ukuran butir mempunyai pengaruh yang sama dengan bentuk batuan,
porositas batuan, dan sifat-sifat batuan lainya. Semua aspek ini berpengaruh dalam
keberhasilan operasi pemboran.
7. Elastisitas
Sifat elastisitas batuan dinyatakan dengan modulus elastisitas atau modulus Young
(E). Modulus elastisitas batuan bergantung pada komposisi mineral dan porositasnya.
Umumnya batuan dengan elastisitas yang tinggi memerlukan energi yang besar untuk
menghancurkanya.
8. Plastisitas
Plastisitas batuan merupakan perilaku batuan yang menyebabkan deformasi permanen
setelah tegangan dikembalikan ke kondisi awal, dimana batuan tersebut belum hancur.
Sifat ini sangat dipengaruhi oleh komposisi mineral penyusunya, terutama kuarsa.
Batuan yang plastisitasnya tinggi memerlukan energi yang besar untuk
menghancurkannya.
9. Struktur Geologi
Struktur geologi seperti sesar, kekar, dan bidang perlapisan akan berpengaruh
terhadap peledakan batuan. Adanya rekaha-rekahan dan rongga-rongga di dalam
massa batuan akan menyebabkan terganggunya perambatan gelombang energy akibat
peledakan. Namun adanya rekahan-rekahan tersebut juga sangat menguntungkan
untuk mengetahui bidang lemahnya, sehingga pemboran akan dilakukan berlawanan
arah dengan bidang lemahnya.
2.2.2 Drilabilitas Batuan (Drillability of Rock)
Drilabilitas batuan adalah kecepatan penetrasi rata-rata mata bor terhadap batuan.
Nilai drilabilitas ini diperoleh dari hasil pengujian terhadap toughness berbagai tipe batuan
oleh Sievers dan Furby. Hasil pengujian mereka memperlihatkan kesamaan nilai penetration
speed dan net penetration rate untuk tipe batuan yang sejenis
2.2.3 Umur dan Kondisi Mesin Bor
Alat yang sudah lama digunakan biasanya dalam kegiatan pemboran, kemampuan
mesin bor akan menurun sehingga sangat berpengaruh pada kecepatan pemboran. Umur mata
bor dan batang bor ditentukan oleh meter kedalaman yang dicapai dalam melakukan
pemboran. Untuk menilai kondisi suatu alat dapat dilakukan dengan mengetahui empat
tingkat ketersediaan alat, yaitu:
a. Ketersediaan Mekanik (Mechanical Availability, MA)
Ketersediaan mekanik adalah suatu cara untuk mengetahui kondisi mekanik yang
sesungguhnya dari alat yang digunakan. Kesediaan mekanik (MA) menunjukkan
ketersediaan alat secara nyata karena adanya waktu akibat masalah mekanik.
Persamaan dari ketersediaan mekanik adalah:
MA = x 100%
Keterangan:
W = Jumlah jam kerja alat, yaitu waktu yang dipergunakan oleh operator
untuk melakukan kegiatan pemboran.
R = Jumlah jam perbaikan, yaitu waktu yang dipergunakan untuk perbaikan
dan waktu yang hilang akibat menunggu saat perbaikan termasuk juga waktu
penyediaan suku cadang serta waktu perawatan.
b. Ketersediaan Fisik (Physical Availability, PA)
Ketersediaan fisik menunjukkan kesiapan alat untuk beroperasi didalam seluruh
waktu kerja yang tersedia. Persamaan dari ketersediaan fisik adalah :
PA = x 100%
Keterangan:
S = Jumlah jam siap yaitu jumlah jam alat yang tidak dipergunakan padahal
alat tersebut siap beroperasi
(W+R+S) = jumlah jam tersedia, yaitu jumlah seluruh jam jalanmatau jumlah
jam kerja yang tersedia dimana alat dijadwalkan untuk beroperasi.
c. Penggunaan Efektif
Penggunaan efektif menunjukkan berapa persen waktu yang dipergunakan oleh alat
untuk beroperasi pada saat alat tersebut dapat digunakan. Penggunaan efektif
sebenarnya sama dengan pengertian efisiensi kerja. Persamaan dari kesediaan
penggunaan efektif adalah:
EU = x 100%
d. Pemakaian Ketersediaan (Use of Availability, UA)
Ketersediaan Penggunaan menunjukkan berapa persen waktu yang dipergunakan oleh
alat untuk beroperasi pada saat alat tersebut dapat digunakan. Penggunaan efektif
EUsebenarnya sama dengan pengertian efisiensi kerja. Persamaan dari ketersediaan
penggunaan adalah:
UA = x 100%
Penilaian Ketersediaan alat bor dilakukan untuk mengetahui kondisi dan kemampuan
alat bor untuk menyediakan lubang ledak. Kesediaan alat dikatakan sangat baik jika
persen 90%, dikatakan sedang jika berkisar antara 70%-80%, dikatakan buruk
(kecil) jika persen kesediaan alat 70%.

2.2.4 Geometri Pemboran


1. Diameter Lubang ledak
Faktor-faktor yang mempengaruhi penentuan diameter lubang ledak adalah :
a. Volume batuan yang dibongkar
b. Tinggi jenjang dan konfigurasi isian
c. Tingkat Fragmentasi yang diinginkan
d. Mesin bor yang tersedia
e. Kapasitas alat muat yang akan menangani material hasil peledakan
2. Arah Lubang ledak
Pada kegiatan pemboran ada dua macam arah lubang ledak yaitu arah tegak dan arah
miring. Pada tinggi jenjang yang sama, kedalaman lubang ledak miring > dari
pemboran tegak selain itu pemboran miring penempatan posisi awal lebih sulit karena
harus menyesuaikan dengan kemiringan lubang ledak yang direncanakan.
3. Kedalaman Lubang ledak
Penentuan kedalaman lubang ledak disesuaikan dengan tinggi jenjang, dimana
kedalaman lubang ledak>tinggi jenjang. Kelebihan kedalaman lubang bor
(subdrilling) dimaksudkan untuk memperoleh jenjang yang rata.
2.3 Pemilihan Alat Bor
Adapun kondisi batuan yang akan digali atau dimanfaatkan bermaca-macam
karakteristik, tekstur, struktur dan kekerasannya, maka dalam usaha-usaha tersebut perlu
diterapkan suatu metode yang tepat. Misalnya terhadap batuan yang keras (andesit), maka
proses pemanfaatannya dapat dilakukan dengan metode peledakan. Tetapi sebelum
pelaksanaan keputusan pekerjaan peledakan, perlu dipertimbangkan terlebih dahulu adanya
fakto-faktor pemilihan bahan peledak dan factor-faktor teknis yang mempengaruhi hasil dari
suatu proses tersebut, sehingga ketetapan pekerjaan dapat tercapai.
Metode pemboran yang utama dipergunakan dalam tambang terbuka atau quarry
adalah pemboran pertikal atau miring. Dalam pekerjaan tambang, pemboran ini dilakukan
untuk media bahan peledak. Sehingga dapat difungsikan sebagaimana mestinya dan juga
pemboran ini sangat berpengaruh terhadap bentuk permukaan tambang khususnya bentuk
bench yang diledakkan. Oleh karena itu, agar hasil dari suatu proses peledakan baik itu dilihat
dari fragmentasi batuan dan kondisi dari tambang yang terbentuk terkoordinasi dengan baik,
maka pola pemboran yang baik, aman dan efisien adalah Staggered Dill Pattern dan pola
peledakan yang digunakan adalah Staggered V Cut.
Sedangkan dalam pemilihan alat bor untuk tambang terbuka dan quarry yang
memakai metoda peledakan jenjang, ada beberapa factor yang harus diperhatikan, antara lain
: ukuran dan kedalaman lubang ledak, jenis batuan, kondisi lapangan dan lain sebagainya,
a. Jenis Batuan, dimana menentukan pemilihan alat bor, percussive atau rotary-
rushing, dipakai untuk batuan yang keras, rotary-cutting dipakai untuk batuan
sedimen.
b. Tinggi Jenjang, parameter yang dihubungkan dengan ukuran lainnya. Tinggi
jenjang ditentukan terlebih dahulu dan parameter lainnya disesuaikan atau ditentukan
setelah mempertimbangkan aspek lainnya. Dalam tambang terbuka dan quarry
diusahakan tinggi jenjang ditentukan terlebih dahulu, dengan beracuan pada peralatan
bor yang tersedia. Tinggi jenjang jarang melebihi 15 meter, kecuali ada pertimbangan
lain.
c. Diameter Lubang Ledak, faktor penting dalam menentukan ukuran diameter
lubang ledak adalah besarnya target produksi. Diameter yang lebih besar akan
memberikan laju produksi yang tinggi. Faktor lain yang mempengaruhi pemilihan
ukuran diameter lubang ledak adalah fragmentasi batuan yang dikehendaki dan
batasan getaran yang diijinkan.
d. Kondisi Lapangan, kondisi lapangan sangat mempengaruhi pemilihan peralatan.
e. Fragmentasi, adalah istilah yang menggambarkan ukuran dari pecahan batuan
setelah peledakan dan pada umumnya fagmentasi dipengaruhi oleh proses
selanjutnya.

2.4.1 Diameter lubang tembak


diameter lubang tembak yang terlalu kecil menyebabkan faktor energi yang dihasilkan
akan berkurang sehingga tidak cukup besar untuk membongkar batuan yang akan diledakkan,
sedang jika diameter lubang tembak terlalu besar maka lubang tembak tidak cukup untuk
menghasilak fragmentasi yang baik, terutama pada batuan yang banyak terdapat kekar
dengan jarak kerapatan yang tinggi.
diameter lubang tembak yang kecil juga memberikan patahan atau hancuran yang lebih baik
pada bagian atap jenjang. hal ini berhubungan dengan stemming, dimana lubang tembak yang
besar maka panjang stemming juga aka semakin besar dikarenakan untuk menghindari
getaran dan batuan terbang, sedangkan jika menggunakan lubang tembak yang kecil maka
panjang stemming dapat dikurangi.

2.4 Geometri Pemboran


geometri pemboran meliputi diameter lubang bor, kedalaman lubang tembak,
kemiringan lubang tembak, tinggi jenjang dan juga pola pemboran.
2.41 Diameter lubang tembak
diameter lubang tembak yang terlalu kecil menyebabkan faktor energi yang dihasilkan
akan berkurang sehingga tidak cukup besar untuk membongkar batuan yang akan diledakkan,
sedang jika diameter lubang tembak terlalu besar maka lubang tembak tidak cukup untuk
menghasilak fragmentasi yang baik, terutama pada batuan yang banyak terdapat kekar
dengan jarak kerapatan yang tinggi.
diameter lubang tembak yang kecil juga memberikan patahan atau hancuran yang lebih baik
pada bagian atap jenjang. hal ini berhubungan dengan stemming, dimana lubang tembak yang
besar maka panjang stemming juga aka semakin besar dikarenakan untuk menghindari
getaran dan batuan terbang, sedangkan jika menggunakan lubang tembak yang kecil maka
panjang stemming dapat dikurangi.
ukuran diameter lubang ledak yang akan dipilih akan tergantung pada :
1. volume massa batuan yang akan dibongkar (vulome produksi)
2. tinggi jenjang dan konfigurasi isian
3. tinggi fragmentasi yang diinginkan
4. alat muat yang digunakan
2.4.2 Kedalaman lubang tembak
kedalaman lubang tembak biasanya disesuaikan dengan tinggi jenjang yang
diterapkan. dan untuk mendapatkan lantai jenjang yang rata maka hendaknya kedalaman
lubang tembak harus lebih besar dari tinggi jenjang, yang mana kelebihan daripada
kedalaman ini disebut dengan sub drilling.
2.4.3 Kemiringan lubang tembak (arah pemboran)
arah pemboran yang kita ketahui ada dua, yaitu arah pemboran tegak dan arah
pemboran miring. arah penjajaran lubang bor pada jenjang harus sejjajar untu k mrnjamin
keseragaman burden yang ingin didapatkan dan spasi dalam geometri peledakan. lubang
tembak yang dibuat tegak, maka pada bagian lantai jenjang aan menerima gelombang tekan
yang besar, sehingga menimbulkan tonjlan pada lantai jenjang, hal ini dikarenakan
gelombang tekan seagian akan dipantulkan pada bidang bebas dan sebagian lagi akan
diteruskan pada abgian bawah lantai jenjang.
sedangkan dalam pemakaian lubang tembak miring akan membentuk bidang bebas
yang lebih luas, sehingga akan mempermudah proses pecahnya batuan karena gelombang
tekan yang dipantulkan lebih besar dan gelombang tekan yang diteruskan pada lantai jenjang
yang lebih kecil.
2.4.4 Pola pemboran
pola pemboran yang biasa diterapkan pada tambang terbuka biasanya menggunakan
dua macam pola pemboran yaitu :
1. pola pemboran segi empat (square pattern)
2. pola pemboran selang-seling (staggered)
Pola pemboran segi empat adalah pola pemboran dengan penempatan lubang-lubang
tembak antara baris satu dengan baris berikutnya sejajar dan membentuk segi empat. Pola
pemboran segi empat yang mana panjang burden dengan panjang spasi tidak sama besar
disebut square rectangular pattern. Sedangkan pola pemboran selang-seling adalah pola
pemboran yang penempatan lubang ledak pada baris yang berurutan tidak saling sejajar, dan
untuk pola pemboran selang-seling yang mana panjang burden tidak sama dengan panjang
spasi disebut staggered rectangular pattern.

2.5 Sistem Pemboran Secara Mekanik (Mechanical Drilling)

Mechanical Drilling merupakan operasi pemboran yang peralatan pemborannya


digerakkan secara mekanis sehingga operator pemboran dapat mengendalikan semua
parameter pemboran lebih mudah. Peralatan pemboran ini disangga diatas rigs dan
menggunakan roda atau ban rantai. Komponen utama pada mechanical drilling adalah,
a. Mesin (sumber energi mekanik)
b. Batang Bor (mentransmisi energi mekanik)
c. Mata Bor (menggunakan energi mekanik untuk menembus batuan)
d. Flushing (membersihkan lubang bor dari cuttings)

Mechanical drilling terbagi menjadi tiga macam berdasarkan cara penetrasi terhadap batuan,
yaitu: rotary drilling, percussive drilling, dan rotary-percussive drilling.
2.5.1 Metode Pemboran Rotary Drilling
Rotary Drilling adalah metode pemboran yang menggunakan aksi putaran
untukmelakukan enetrasi terhadap batuan. Pada metode ini ada dua jenis mata bor, yaitu
tricone bit dengan hasil penetrasinya berupa gerusan dan drag bit dengan hasil penetrasinya
berupa potongan (cutting).
2.5.2 Metode Pemboran Percussive Drilling
Percussive Drill adalah metode pemboran yang menggunakan aksi tumbukan untuk
melakukan penetrasi terhadap batuan. Komponen utama Percussive drilling adalah piston.
Energi tumbukan piston diteruskan ke batang bor dan mata bor dalam bentuk gelombang
kejut yang bergerak sepanjang batang bor untuk meremukkan permukaan batuan.

2.5.3 Metode Pemboran Rotary Percussive Drilling


Rotary-Percussive Drilling adalah metode pemboran yang menggunakan aksi
tumbukan yang dikombinasikan dengan aksi putaran, sehingga terjadi proses peremukan dan
penggerusan batuan. Metode ini terbagi menjadi dua :
a. Top Hammer
Pada metode ini, aksi putaran dan tumbukan dihasilkan diluar lubang bor yang
kemudian ditransmisikan melalui batang bor yang menuju mata bor.
b. Down The Hole Hammer
Pada metode ini, aksi tumbukan dihasilkan didalam lubang bor yang dialirkan
langsung ke mata bor, sedangkan aksi putarannya dihasilkan diluar mata bor yang
kemudian ditransmisikan melalui batang bor menuju mata bor.
2.6 Perlengkapan Metode Pemboran Rotary-Percussive
Batang bor yang digunakan pada pemboran rotary-percussive ada dua macam, yaitu
integral drill steel dan extention drill Steel.
2.6.1 Integral Drill Steel
Integral drill steel tidak memerlukan couplings karena mata bor dan batang bornya
menjadi satu. Batang bor ini biasanya digunakan untuk jenjang yang relative rendah atau
kedalaman pemboran relative dangkal dan diameter lubang bor antara 22-41 mm.Komponen
Batang Bor Jenis Integral.
2.6.2 Extension Drill Steel
Berbeda dengan Integral drill, extension drill memerlukan coupling untuk
menghubungkan shank rod dengan extension rods. Selain itu, batang bor jenis extension
dapat dipakai untuk mendapatkan kedalaman pemboran yang diinginkan.Komponen batang
extension. Perlengkapan pemboran pada alat bor rotary-percussive drilling dengan
menggunakan extension drill steel adalah :
1) Threads
Drill Steel threads berfungsi menghubungkan, shank, coupling sleeve, rods dan bits
selama operasi pemboran
2) Shank Adaptor
Shank adaptor merupakan komponen mesin bor yang pertama yang menstransmisikan
energi pukulan dari piston ke batang bor. Shank adaptor ini terletak didalam mesin
bor dandihubungkan dengan couplings ke batang bor pertama.

3) Batang Bor
Batang bor berguna untuk meneruskan energi putaran dan energi pukulan dari shank
adaptor ke mata bor. Pada pemboran dengan top hammer batang bor merupakan
komponen setelah drill chuck dan dapat berbentuk hexagonal maupun round cross
section.
2.7 Kegiatan Dasar pada Pemboran Rotary-Percussive
2.7.1 Percussion
Energi pukulan dihasilkan dari shock wave yang menggerakkan piston secara
berulang-ulang kemudian ditransmisikan dari hammer ke mata bor melalui batang bor.
Button Bit Cross Bit X-Bit.
2.7.2 Rotation
Gerakan putaran yang menghasilkan perputaran mata bor diantara energi pukulan
berulang-ulang. Gerakan ini mengakibatkan terjadinya tumbukan mata bor batuan dengan
posisi yang berbeda-beda. Metode Pemboran di Permukaan dan Pemakaiannya
2.7.3 Feed, or Thrust Load
Trhust Load adalah energi yang dihasilkan oleh pull down motor untuk menggerakkan
hammer dan kemudian diteruskan ke mata bor sehingga terjadi kontak permanen dengan
batuan. . Feed adalah komponen dari rotary-percussive rock drill yang menggerakkan
pneumatic maupun hydraulic hammers maju mundur. Feed juga menyediakan thrust load
yang diperlukan pada operasi pemboran.

2.7.4 Flushing
Flushing adalah semburan udara, air, atau busa ke dalam lubang bor untuk
mengeluarkan cutting dari dalam lubang bor serta bertujuan untuk membersihkan lubang bor.

2.8 Estimasi Produksi Mesin Bor

2.8.1 Waktu Edar (Cycle Time)


Waktu edar yang dibutuhkan untuk membuat satu lubang.

Ct = Bt + St + At + Pt + Dt
Keterangan :
Ct = Waktu edar (menit)
Bt = Waktu pemboran (menit)
St = Waktu menyambung batang bor (menit)
At = Waktu melepas batang bor (menit)
Dt = Waktu untuk mengatasi hambatan (menit)
Pt = Waktu pindah ke lubang yang lain, dan mempersiapkan alat bor hingga
siap untuk melakukan pemboran (menit)

2.8.2 Kecepatan Pemboran Rata-rata ( Drilling Speeds)


Kecepatan pemboran terdiri dari beberapa definisi :
1) Drilling Rate
Drilling Rate merupakan perbandingan kedalaman lubang bor yang dicapai terhadap
waktu yang diperlukan untuk membuat 1 atau lebih lubang bor, tanpa
memperhitungkan waktu untuk mengatasi hambatan (delay time).
Dr1 =
Keterangan :
Dr1 : Kecepatan pemboran bersih (meter/menit)
H : Kedalaman lubang tembak (meter)
Ct Dt : Waktu edar pemboran tanpa hambatan (menit)
2) Gross Driling Rate
Gross Drilling Rate merupakan perbandingan kedalaman lubang bor yang dicapai
terhadap waktu yang tersedia.
GDR =
Keterangan:
GDR = Kecepatan pemboran (m/menit)
H = Kedalaman Lubang Tembak (meter)
Ct = waktu edar pemboran (menit)

2.8.3 Efisiensi Kerja Pemboran


Efisiensi kerja pemboran adalah perbandingan antara waktu kerja produktif dengan
waktu kerja yang terjadwal dan dinyatakan dalam persen. Waktu produktif adalah waktu
yang digunakan untuk kerja pemboran. Jadi efisiensi kerja dapat dinyatakan:
EK = X 100%
Keterangan:
EK = Efisiensi kerja pemboran (%)
WP = waktu kerja produktif (jam)
WT = waktu kerja yang tersedia (jam)
2.8.4 Volume Setara
Volume setara (Equivalent volume, Veq) menyatakan volume batuan yang diharapkan
terbongkar untuk setiap meter kedalaman lubang ledak yang dinyatakan dalam m3/m.
Volume setara dapat dihitung denga persamaan:
Veq =
Keterangan :
Veq = volume setara (m3/m)
V = volume batuan yang diledakkan (m3)
n = jumlah lubang tembak
H = kedalaman lubang tembak (m)
2.8.5 Produksi Pemboran
Produksi pemboran tergantung kecepatan pemboran mesin bor, volume setara dan
penggunaan efektif mesin bor. Produksi tersebut dinyatakan dalam m3/jam. Maka persamaan
produksi pemboran adalah:
P = Veq x GDR x EK x 60
Keterangan :
P = produksi alat bor (m3/jam/alat)
60 = konversi dari menit ke jam

Home
Posts RSS
Comments RSS
Edit

Search

Home
Posts RSS
Comments RSS
Edit

PENGEBORAN
01.53 armiko pratama , 0 Comments

BAB I
PEMBORAN

1.1 Pendahuluan
Pelepasan atau pembebasan batuan dari massa batuan induknya disebut pemecahan
batuan (rock breakage). Hal ini dapat dilakukan menggunakan api, air bertekanan tinggi,
tekanan, maupun bahan peledak. Pada umumnya, ada dua tipe operasi pemecahan batuan
yang dilakukan ditunjukkan dalam industri pertambangan, yaitu penetrasi batuan (rock
penetration : drilling, cutting, boring, dll) dan fragmentasi batuan (rock fragmentation).
Dalam penetrasi batuan (pemboran, cutting dll) pada suatu lubang bor biasanya
dilakukan secara mekanik dan kadang-kadang termik atau hidrolik. Tujuan dari penetrasi
batuan antara lain untuk :
a.Penempatan bahan peledak atau keperluan lain yang memerlukan
lubang berukuran kecil.
b.Membuat bukaan tambang atau terowongan (tunnel) final.
c.Mengekstraksi produk mineral sesuai ukuran dan bentuk yang diijinkan
(batu dimensi).
Berlawanan dengan penetrasi batuan, fragmentasi batuan bertujuan untuk
menggemburkan dan memuat menjadi fragmen-fragmen suatu massa batuan, secara
konvensional dengan energi kimia, pada peledakan tetapi ditambah secara mekanik hidrolik
dan aplikasi baru dari energi. Penetrasi batuan dapat diklasifikasikan pada beberapa basis.
Termasuk dalam hal ini ukuran lubang, metoda mounting, tipe dari power.
Pembagian/skema yang akan digunakan pada tulisan ini adalah berdasarkan bentuk dari
penggempuran batuan atau jenis energi yang digunakan untuk melakukan penetrasi.
Klasifikasi ini bersifat umum, dapat diaplikasikan pada seluruh jenis tambang dan
mencakup seluruh bentuk penetrasi.

1.2 Latar Belakang Teori


Pemboran merupakan kegiatan yang pertama kali dilakukan dalam suatu operasi
peledakan batuan. Kegiatan ini bertujuan untuk membuat sejumlah lubang ledak yang
nantinya akan diisi dengan sejumlah bahan peledak untuk diledakkan.
Sistem pemboran berdasarkan dengan tingkat keterterapannya dibagi menjadi 8
(delapan) macam yaitu :
1. Mekanik : perkusif, rotari, rotari-perkusif
2. Termal : pembakaran, plasma, cairan panas, pembekuan
3. Hidroulik : pancar (jet), erosi, cavitasi
4. Sonik : vibrasi frekuensi tinggi
5. Kimiawi : microblast, disolusi
6. Elektrik : elektric arc, induksi magnetis
7. Seismik : sinar laser
8. Nuklir : fusi, fisi

Meskipun banyak sistem pemboran yang dapat dipilih, kegiatan pemboran untuk
penyediaan lubang ledak pada saat ini umumnya dilakukan dengan mesin sistem mekanik
(perkusif, rotari, dan rotari-perkusif) dengan berbagai ukuran dan kemampuan, tergantung
pada kapasitas produksi yang diinginkan yang didasarkan pula pada pertimbangan teknik
dan ekonomi, sistem pemboran secara mekanik lebih applicable daripada sistem pemboran
yang lain.

1.3 Deskripsi
A. Sistem Pemboran
1. Sistem Pemboran Mekanik
komponen utama dari sistem pemboran mekanik adalah : sumber energi
mekanik, batang bor penerus (transmitter) energi tersebut, mata bor sebagai
aplikator energi terhadap batuan, dan peniupan udara (flushing) sebagai
pembersih dari serbuk pemboran (cuttings) dan memindahkannya keluar lubang
bor. Berdasarkan sumber energi mekaniknya, sistem pemboran mekanik terbagi
menjadi 3 ( tiga ), yaitu : rotari, perkusif, dan rotari-perkusif.
a. Bor Tumbuk ( Percussion Drill )
Pada pemboran tumbuk (percusif), energi dari mesin bor diteruskan oleh
batang bor dan mata bor untuk meremukkan batuan. Komponen utama dari
mesin bor ini adalah piston yang mendorong dan menarik tungkai (shank)
batang bor. Pada metode perkusif yang terjadi adalah proses peremukan
(crushing) permukaan batuan oleh mata bor. Contoh alat bor yang
menggunakan temper ini adalah hammer drill, churn drill.
b. Bor Putar-Tumbuk ( Rotary-Percussion Drill )
Pada pemboran rotary-perkusif, aksi penumbukan oleh mata bor
dikombinasikan dengan aksi putaran, sehingga terjadi proses peremukan dan
penggerusan permukaan batuan. Metode ini dapat digunakan pada
bermacam-macam jenis batuan. Metode putar-tumbuk terbagi menjadi dua,
yaitu :

Top Hammer
Metode pemboran Top hammer adalah metode pemboran yang terdiri
dari 2 kegiatan dasar yaitu putaran dan tumbukan. Kegiatan ini
diperoleh dari gerakan gigi dan piston, yang kemudian
ditransformasikan melalui shank adaptor dan batang bor menuju mata
bor. Berdasarkan jenis penggerak putaran dan tumbukannya, metode ini
dibagi menjadi dua jeis yaitu : Hydrolic Top Hammer dan Pneumatic
Top Hammer.
Down the Hole Hammer (DTH Hammer)
Metode pemboran ini adalah metode pemboran tumbuk-putar yang
sumber dasarnya menggunakan udara bertekanan. DTH Hammer
dipasang dibelakang mata bor, di dalam lubang sehingga hanya sedikit
energi tumbukan yang hilang akibat melewati batang bor dan
sambungan-sambungannya. Contoh dari alat bor dengan menggunakan
temper tumbuk putar adalah jack hammer.
c. Bor Putar ( Rotary Drill )
Berdasarkan sistem penetrasinya, metode rotari terbagi menjadi 2 sysem
tricone dan drag bit. Disebut tricone jika penetrasinya berupa gerusan
(crushing) dan drag bit jika hasil penetrasinya berupa potongan. Sistem
tricone digunakan untuk batuan sedang hingga lunak, untuk system drag bit
digunakan untuk batuan lunak. Contoh alat bor dengan sistem ini adalah
rotary drill.
2. Sistem Pemboran Manual
Prinsip kerja dari manual driven sangat sederhana karena hanya menggunakan
tenaga manusia sebagai tenaga penggerak. Contoh : Auger Drill, Bangka Bor,
Churn Drill, Bor Mesin Semprot ( BMS ).
Dalam kegiatan penambangan terbuka untuk pemboran, alat yang digunakan adalah Down
The Hole Drill, Rotary Driven, dan Top Hammer. Untuk kegiatan penambangan bawah
tanah alat yang digunakan diantaranya : Mechanic Jumbo dan Hand Held Rock Drill (terdiri
atas : stopper, shinker, difter).

B. Perlengkapan Metode Pemboran Rotari Percussion


Integral Drill Steels
Integral Drill Steels terdiri dari shank adaptors, batang bor, dan mata bor yang
telah terpasang menjadi satu. Pada umumnya integral drill steels digunakan
jenjang relatif rendah dengan diemeter lubang bor antara 22-41 mm.
Extension Drill Steels
Extension Drill Stells terdiri dari empat komponen utama yang dapat dipisahkan
satu sama lain. Komponen utama tersebut adalah :
1. Mesin bor
Mesin bor adalah alat yang mengubah energi potensial ( yang berupa udara
bertekanan dari kompresor ) menjadi energi mekanik penggerak piston dan
drill rod.
2. Shank Adaptors
Shank adaptor adalah bagian tangkai yang digunakan untuk
mentransmisikan energi tumbukan dari piston ke batang bor, kemudian
dilanjutkan ke mata bor. Shank adaptor terdapat di dalam mesin bor dan
dihubungkan oleh coupling ke batang bor yang pertama.
3. Coupling
Coupling digunakan untuk menghubungkan batang bor yang satu dengan
yang lainnya sampai kedalaman lubang bor yang diinginkan.
4. Drill Rod
Drill rod merupakan bagian yang menggerakkan bit ( mata bor ) atau
sebagai tempat mata bor.
5. Mata Bor (Bit)
Mata Bor merupakan pengguna energi terakhir dari mesin bor yang
langsung mengenai batuan. Mata Bor (Bit) ada dua macam yaitu :
a. Deteacable Bit
Disebut Deteacable Bit apabila bitnya diganti-ganti tidak menyatu
dengan Drill Rod. Pada Jack Hammer, Deteacable Bit ini dikenal juga
dengan Soket.
b. Forget Bit
Disebut Forget Bit apabila menyatu dengan drill rod dan bitnya tidak
lepas. Pada Jack Hammer, Forget Bit ini dikenal juga dengan nama
Chiel.
B. Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Pemboran
Kinerja suatu mesin bor dipengaruhi oleh faktor-faktor sifat batuan yang di bor, rock
drillability, geomeetri pemboran, umur dan kondisi mesin bor, dan ketrampilan operator.

1. Sifat Batuan
Sifat batuan yang berpengaruh pada penetrasi dan sebagai konsekuensi pada
pemiliha metode pemboran, yaitu :
Kekerasan Batuan
Tabel1.1
KekerasanBatuan dan Kekuatan Batuan

Kekerasan adalah tahanan dari suatu bidang permukaan halus terhadap abrasi. Kekerasan
dipakai untuk mengukur sifat-sifat teknis dari material batuan dan dapat juga dipakai untuk
menyatakan berapa besarnya tegangan yang diperlukan untuk menyebabkan kerusakan pada
batuan. Kekerasan batuan merupakan fungsi dari kekerasan, komposisi butiran mineral,
porositas, dan derajat kejenuhan serta merupakan hal yang utama yang harus diketahui
untuk menentukan tingkat kemudahan pemboran.

Klasifikasi Skala Mohs Kuat Tekan Batuan


(MPa)
Sangat Keras +7 + 200
Keras 67 120 - 200
Kekerasan 4.5 6 60 - 120
Sedang 3 4.5 30 - 60
Cukup Lunak
Lunak 2-3 10 - 30
Sangat Lunak 1-2 - 10
Kekuatan Batuan (strength)
Kekuatan mekanik suatu batuan adalah suatu sifat dari kekerasan terhadap
gaya luar, baik itu kekuatan staik maupun dinamik. Pada prinsipnya,
kekuatan batuan tergantung padakomposisi mineralnya.
Abrasivitas
Abrasivitas adalah sifat batuan untuk menggores permukaan mineral lain, ini
merupakan suatu parameter yang mempengaruhi keausan (umur) mata bor
dan batang bor. Faktor yang mempengaruhi abrasivitas batuan adalah:
Kekerasan batuan
Bentuk butir
Ukuran butir
Porositas batuan
Ketidaksamaan penyusun batuan
Elastisitas
Sifat elastisitas batuan dinyatakan dengan Modulus Young (E), dan nisbah
Poisson (). Modulus elastisitas merupakan faktor kesebandingan antara
tegangan normal dengan regangan relatifnya, sedangkan nisbah Poisson
merupakan kesebandingan antara regangan lateral dengan regangan aksial.
Modulus elastisitas sangat tergantung pada komposisi mineralnya, porositas,
jenis perpindahan, dan besarnya beban yang diterapkan.
Plastisitas
Plastisitas batuan merupakan perilaku batuan yang menyebabkan deformasi
tetap setelah tegangan dikembalikan ke kondisi awal, dimana batuan tersebut
belum hancur. Sifat plastis tergantung pada komposisi mineral penyusun
batuan.
Tabel 1.2
Sifat Fisik Dan Mekanik dari Batuan Sedimen
Batuan Sedimen Modulus Elastisitas Nisbah Porositas
104 x (MPa) Poisson
Dolomit 1,96 8,24 0,08 0,2 0,27 4,10
Limestone 0,98 7,85 0,1 0,2 0,27 4,10
Sandstone 0,49 8,43 0,066 0,125 1,62 26,40
Shale 0,8 3,0 0,11 0,54 20,0 50,0
Tekstur Batuan
Tekstur suatu batuan menunjukkan hubungan antaa mineral-mineral
penyusun batuan, sehingga dapat diklasifikasikan berdasarkan dari sifat-sifat
porositas ikatan antar butir, bobot isi, dan ukuran butir. Tekstur juga
mampengaruhi kecepatan pemboran.
Struktur Geologi
Penyesuaian kelurusan lubang ledak, aktivitas pemboran, dan kemantapan
lubang ledak dipengaruhi oleh struktur geologi seperti patahan, rekahan,
kekar, bidang perlapisan.
Karakteristik Pecahan
Karakteristik pecahan dapat digambarkan seperti perilaku batuan ketika
dipukul. Tiap-tiap tipe batuan mempunyai karakteristik pecah yang berbeda
dan ini berhubungan dengan tekstur, komposisi mineral, dan tekstur.
2. Rock Drillability
Drilabilitas batuan adalah temperatur mudah tidaknya mata bor melakukan
penetrasi ke dalam batuan. Drilabilitas batuan merupakan fungsi dari sifat
batuan seperti komposisi mineral, tekstur, ukuran butir dan tingkat pelapukan.
3. Geometri Pemboran
Geometri pemboran ini mencakup diameter, kedalaman, dan kemiringan lubang
tembak. Semakin besar diameter lubang berarti penampang lubang yang harus
ditembus semakin besar sehingga faktor gesekan juga semakin besar. Hal ini
akan sangat mempengaruhi kinerja mesin bor dalam arti kecepatan pemboran
semakin lambat. Semakin dalam lubang bor maka akan terjadi gesekan antara
drilling string dengan dinding lubang yang semakin besar. Di samping itu
kehilangan energi akibat semakin panjangnya drilling string juga akan semakin
besar. Hal ini akan dapat menurunkan kinerja mesin bor. Pada kegiatan
pemboran ada 2 macam arah lubang ledak yaitu arah tegak lurus dan arah
miring, arah lubang ledak ini berpengaruh terhadap aktivitas pemboran.

4. Umur dan Kondisi Mesin Bor


Umur dan kondisi mesin bor sangat berpengaruh, karena semakin lama umur
alat bor maka pemakaian kemampuan alat semakin turun
5. Keterampilan Operator
Keterampilan operator tergantung pada individu masing-masing yang dapat
diperoleh dari latihan dan pengalaman kerja.

1.4 Pembahasan
A. Bagian-bagian alat bor :
1. Batang bor
2. Jack hammer
3. Jack leg
4. Pic hammer
5. Bit
B. Macam bit :
1. Tricone bit (untuk batuan lunak sedang)
2. Button bit
3. Diamond bit
4. X bit
5. Coupling bit
6. Drag bit
7. Chisel bit
8. Cross bit
C. Bagian Jack Hammer :
1. Penutup
2. Rumah piston
3. Piston
4. Chuck housing
5. Riffle bar
6. Riffle nut
7. Pawl
8. Rachet ring
9. Pengunci
D. Prinsip kerja jack hammer :
Udara masuk menekan piston, piston menekan batang bor dan bit. Sistemnya rotary
Percusif.

Gambar1.1
JackHammer

Gambar1.2
Mata Bor
Prinsip kerja Jack Hammer yaitu rotary temperatur dengan menggunakan piston
sebagai penggerak bor, pada gerakan naik turun yang terjadi disebabkan karena adanya
tekanan udara yang tinggi dari kompresor dan adanya gaya perlawanan dari batuan saat
pemboran.

E. Pehitungan.

Diketahui :
Jenjang (L) :8m
Burden (B) :4m
Spasi (S) :7m
Subdrilling :1m
Kedalaman Lubang bor (H) :9m
Densitas : 2,8 T/m3
CT : 4 menit
Effisiensi (Ek) : 83 %

Ditanya :
-. % produksi untuk dibongkar
Jawab :
Volume Setara ( Veq ) :
:
:
: 13,27 m3/m

Kecepatan Pemboran Rata-Rata (Vt) :


:
: 2,25 m/menit
Produksi Mesin Bor (P) : Veq x Vt x Ek x 60
: 13,27 m3/menit x 2,25 m/menit x 0,83 x 60
: 1486,9 m3/jam
Tonase : P x densitas
: 1486,9 m3/jam x 2,8 T/m3
: 4163,33 T/jam

1.5 Kesimpulan
1. Pemboran merupakan tahapan dari kegiatan peledakan yang pertama karena
untuk penyediaan lubang ledak agar hasil dari kegiatan peledakan sesuai dengan
keinginan.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengeboran yaitu :
a. Sifat batuan yang akan dibor, seperti :
Kekerasan batuan
Kekuatan batuan
Abrasifitas
Elastisitas dan plastisitas
Tekstur batuan
Struktur geologi
Karakteristik pecahan
b. Rock drillability
c. Geometri pemboran
d. Umur dan kondisi mesin bor
e. Keterampilan operator
3. Berdasarkan penggeraknya alat bor dibagi menjadi dua yaitu :
Manual Driven : Hand Auger Drill
Bangka Bor
Mechanic Driven : Percussion Drill
Rotary Drill
Rotary-Percussion Drill

4. Dasar pemakaian alat bor adalah :


Jenis pekerjaan yang akan dilakukan ( surface atau underfround )
Volume produksi yang akan direncanakan
Sifat-sifat batuan
Dimensi jenjang ( geometri pemboran )
Kondisi kerja serta peralatan yang terkait ( fragmentasi )

http://armikopratama.blogspot.co.id/2012/06/pengeboran.html

BAB II
KOMPRESOR

1.1 Pendahuluan
Dalam pelaksanaan kegiatan pemboran diperlukan sumber tenaga untuk
menggerakkan alat bor. Sumber tenaga tersebut berupa udara bertekanan tinggi yang
dihasilkan oleh kompresor.
1.2 Latar Belakang Teori
1. Udara bertekanan tinggi yang dihasilkan oleh kompresor adalah sumber tenaga
bagi alat bor misalnya jack hammer,CRD.
2. Disamping sebagai sumber tenaga untuk menggerakkan, mekanisme rangkaian
alat bor, udara bertekanan tinggi tersebut juga berfungsi sebagai membersihkan
lubang bor dan mendinginkan mata bor.
3. Klasifikasi kompresor berdasar cara kerjanya adalah :
Resiprocating Compresor ( single stage, multi stage )
Rotary Compressor
Centrifugal Compressor
4. Udara bebas yang dihisap dan ditekan oleh kompresor adalah udara dengan
tekanan atmosfer setempat, tidak terlalu bertekanan udara pada ketinggian nol
permukaan air laut.
5. Proses penekanan udara ada dua macam, yaitu :
Kompresi abiabatic
Kompresi isothermis

1.3 Deskripsi
Udara bertekanan tinggi yang dihasilkan oleh Kompresor merupakan sumber tenaga
bagi alat bor, seperti Jack Hammer dan Crawl Rock Drill (CRD) dll. Disamping sebagai
sumber tenaga untuk menggerakkan rangkaian alat bor, udara bertekanan tinggi tersebut
juga berfungsi untuk membersihkan lubang bor, mengangkat cutting, dan mendinginkan
mata bor.
Klasifikasi kompresor berdasarkan cara kerjanya adalah sebagai berikut :
1. Resiprocating Compressor (single stage, multistage)
2. Rotary Compressor
3. Centrifugal Compressor
Kapasitas kompresor dinyatakan dalam Cubik Feed per Menit (CFM), yaitu udara
bebas yang dihisap dan ditekan oleh kompresor merupakan udara pada kondisi tekanan
udara bebas atau atmosfer (1 atm), yang berada pada batas permukaan air laut. Proses
penekanan udara tersebut ada 2 macam :
1. Kompresi Adiabatik : Yaitu proses penekanan udara dimana tekanannya tetap.
2. Kompresi Isotermik : Yaitu proses penekanan udara dimana suhunya tetap.
Menurut tipenya kompresor dibagi menjadi 2 kelompok yang didasarkan pada
tekanan yang dihasilkan yaitu :
Perpindahan Dinamik (Dynamic Displacement) dimana peningkatan tekanan
dicapai dengan cara akselerasi udara dengan suatu elemen rotasi dan aksi posterior
dari sebuah diffuser. Kompresor sentifugal dan aksial masuk dalam kelompok ini.
Perpindahan Positif (Positive Displacement), jenis ini yang dipakai untuk mesin
bor, dimana tekanan tinggi diperoleh dengan cara menekan gas dalam ruang
tertutup, mengurangi volume dengan gerakan satu atau beberapa elemen. Kompresor
temper atau bolak-balik termasuk dalam kelompok ini. Jenis yang paling banyak
dipakai untuk pemboran adalah kompresor piston (resiprocating), jika ia adalah
stasioner, dan jenis sliding-vane atau rotary screw (helical) untuk model portable.
Perlengkapan kompresor yang paling penting dalam penggunaannya untuk pemboran
antara lain :
1. Saringan hampa (vacuum filters), berfungsi menyaring udara luar sebelum masuk
ke dalam sistem kompresor.
2. Pemisah air (water separator), berfungsi memisahkan uap air dari udara
bertekanan sehingga dihasilkan udara yang kering.
3. Penyimpan udara (air receiver), berfungsi menyimpan udara bertekanan apabila
kebutuhannya melebihi kapasitas kompresor, juga untuk pendinginan udaraserta
mengumpulkan air dan oli ikutan, dan menyamakan variasi tekanan dalam suatu
jaringan.
4. Lubrikator, berfungsi melumasi mesin bor dimana oli ditambahkan ke dalam udara
bertekanan.
5. Penguat tekanan ( pressure multiplier atau booster )
6. Slang fleksibel ( flexsible hose )
Dalam pemilihan kompresor harus mempertimbangkan tekanan udara yang
dibutuhkan alat bor, jika aliran udara bertekanan tidak mencakupi dapat berakibat :
1. Kecepatan pemboran
2. Biaya pemakaian mata bor dan batang bor meningkat
3. Konsumsi bahan temper bertambah
4. Perlu merawat lebih banyak kompresor
Jadi untuk menentukan kapasitas dan jumlah kompresor yang diperlukan dalam suatu
operasi pemboran harus mempertimbangkan hal-hal seperti berikut :
1. Jumlah dan ukuran mesin bor yang harus dilayani
2. Ketinggian tempat kerja (berpengaruh pada tekanan udara bebas)
3. Luas tempat kerja (berpengaruh pada panjang jaringan dan kehilangan tekanan).

2.4 Pembahasan
a. Peralatan : Kompresor
b. Cara Kerja
1. Deskripsi Kompresor
2. Mekanisme Kerja Kompresor
c. Fungsi :
1. Bagian daripada alat pemboran.
2. Menghasilkan udara yang bertekanan tinggi untuk menggerakan alat bor.
d. Bagian kompresor
1. Pulley kecil
2. Pulley besar
3. Belt
4. Motor listrik
5. Kabel
6. Tabung udara
7. Indicator tekanan
8. Piston
9. Saringan

Gambar 2. 1
Kompresor
Keterangan :
1. Pulley Besar
2. Pulley Kecil
3. Klep Pengunci
4. Saringan Udara
5. Tabung Udara
Prinsip kerja kompresor :
1. Pulley bergerak.
2. Piston turun dan katup isap terbuka kemudian menghisap udara.
3. Piston naik udara dibuang (katup buang terbuka) udara masuk ke lubang.

Menghitung volume udara yang dihasilkan kompresor per cm3/menit.


Diketahui :
Diameter pulley besar = 18 cm
Diameter pulley kecil = 8 cm
Diameter silinder ( d ) = 5 cm
Panjang langkah ( t ) = 4 cm
RPM = 1420 rpm
Jawab :
Keliling pulley besar = d = x 18 cm = 3,14 x 18 = 56,52 cm
Keliling pulley kecil = d = x 8 cm =3,14 x 8 = 25,13 cm
Volume langkah = Luas silinder x Panjang langkah luas silinder
= . d2 x t
= (3,14) (5 cm) 2 x 4 cm
= 78,52 cm3

Volume udara yang dihasilkan = x RPM x Volume langkah

= x 1420 rpm x 78,52 cm3

= 49046,8 cm3/menit
= 49046,8 dm3/menit x

= 1731,878 x 10-3 ft3 /menit


2.5 Kesimpulan
1. Kompresor merupakan alat yang berfungsi menghasilkan udara bertekanan
tinggi yang merupakan sumber tenaga bagi alat bor. Energi yang dihasilkan oleh
mesin bor merupakan energi potensial ( udara bertekanan ) yang kemudian oleh
mesin bor akan diubah menjadi energi mekanik.
2. Udara bertekanan yang dihasilkan oleh kompresor berguna untuk :
Menggerakkan mesin bor.
Membersihkan lubang bor guna mengangkat cutting.
Mendinginkan mata bor.
3. Kegiatan yang pertama kali sebelum dilakukan peledakan adalah penyediaan
lubang tembak yang dilakukan melalui pengeboran batuan dengan
menggunakan alat bor.

DAFTAR PUSTAKA

http://rocksmith.com.au/product/drag-bit-3-wing-3/

http://bestdrillingbits.com/category/tricone-bits/
0 Response to "PENGEBORAN"

1.

Posting Komentar

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda


Langganan: Posting Komentar (Atom)

Blog Archive
o 2013 (7)
o 2012 (23)
Oktober (15)
Juni (8)
<!--[if !mso]>v\:* {behavior:url(#default#VML);}o\...
PENGEBORAN
teknik gambar mesin
mesin perkakas
AWAL BERDIRINYA SURABI IMUTAwal berdirinya Surabi
...
upload mengunakan file zilla
KEANEKARAGAMAN HAYATI
CNC(COMPUTER NUMERIC CONTROLER

Followers

ARMIKO PRATAMA
Enews And Updates
Advertisement
Blogroll
About
Blogger templates
Blogger news
Diberdayakan oleh Blogger.

o Beranda

Popular Posts
o b.indonesia

Hak Cipta pada Departemen Pendidikan Nasional Dilindungi Undang-undang


Bahasa dan Sastra Indonesia Untuk SMA/MA Kelas X Penulis : Sri Utami ...

o PENCAHAYAAN RUANGAN

PENCAHAYAAN RUANGAN 1. Membuat Pencahayaan p ada Ruangan y


ang Baik Dalam menentuklan penataan cahaya dalam ruangan rumah haru...

o PENGEBORAN

BAB I PEMBORAN 1.1 Pendahuluan Pelepasan atau pembebasan


batuan dari massa batuan induknya disebut pemecahan batua...

o (tanpa judul)

1 BAB II. MENERAPKAN PERILAKU KERJA PRESTATIF Standar


kompetensi : Mengaktualisasikan sikap dan perilaku wirausaha Kompetensi
dasar : 1.2 Me...

o MESIN ALAT POTONG

KATA PENGANTAR Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT,
karena atas rahmat dan hidayahnya saya dapat menyelesaikan maka...

o b.indonesia

Hak Cipta pada Departemen Pendidikan Nasional Dilindungi Undang-undang


Bahasa dan Sastra Indonesia Untuk SMA/MA Kelas X Penulis : Sri Utami ...

o b.indonesia

Hak Cipta pada Departemen Pendidikan Nasional Dilindungi Undang-undang


Bahasa dan Sastra Indonesia Untuk SMA/MA Kelas X Penulis : Sri Utami ...

o (tanpa judul)

BAB I PEMBORAN 1.1 Pendahuluan Pelepasan atau pembebasan


batuan dari massa batuan induknya disebut pemecahan batuan (...
o teknik gambar mesin

Halo teman-teman apa kabar,,, Hari ini saya akan membahas tentanga gambar
teknik mesin, nah adapun beberapa materi yang akan saya bahas ...

o RUMAH SEHAT

Sejarah jaringan komputer global ( dunia ), dimulaipada tahun 1969, ketika


Departemen Pertahan Amerika, membentuk Defense Advance Researc...

Blog Archive
o 2013 (7)
o 2012 (23)
Oktober (15)
Juni (8)
<!--[if !mso]>v\:* {behavior:url(#default#VML);}o\...
PENGEBORAN
teknik gambar mesin
mesin perkakas
AWAL BERDIRINYA SURABI IMUTAwal berdirinya Surabi
...
upload mengunakan file zilla
KEANEKARAGAMAN HAYATI
CNC(COMPUTER NUMERIC CONTROLER

About Me

armiko pratama
Lihat profil lengkapku
2010 ARMIKO PRATAMA |Blogger Author BloggerTheme | Blue Host Coupon
powered by Blogger | WordPress by Newwpthemes | Converted by BloggerTheme
.

Anda mungkin juga menyukai