Disusun Oleh:
Demi kelancaran proses penggalian tanah maupun batuan dengan mempergunakan alat
gali mekanis, maka harus dipelajari berbagai macam kriteria penggalian yang telah dikenal luas.
Dengan memahami kriteria penggalian tersebut dapat diharapkan akan mampu memilih alat gali
mekanis yang sesuai dengan kondisi lapangan dimana penggalian dilakukan.
Selanjutnya pada tahun 1991 mereka melaporkan juga bahwa hubungan tersebut di atas
dapat dibagi menjadi 3 zona penggalian :
Zone 2 Keberhasilan kinerja penggalian dibantu oleh kehadiran struktur massa batuan.
Pengaruh sifat-sifat batuan utuh menurun dengan memburuknya kualitas massa
batuan.
RMR juga pernah dipakai untuk mengevaluasi kinerja roadheader Dosco SL-120
(Sandbak 1985, lihat Gambar 2). Penelitian ini dilaksanakan pada bijih tembaga Kalamazoo &
San Manuel, Arizona. Dapat disimpulkan bahwa kemajuan penggalian atau kinerja Dosco tsb
dapat diperkirakan dengan menggunakan persamaan berikut ini :
Hubungan antara RMR dan Q-Sistem untuk berbagai kondisi penggalian dapat dilihat pada
Gambar 3. Jelas tampak bahwa hubungan antara RMR & Q-Sistem adalah linier. Titik-titik yang
menunjukkan angka RMR & Q-Sistem yang tinggi mencerminkan kondisi material keras yang
penggaliannya perlu peledakan. Sedangkan kehadiran alat gali seperti Surface Miner yang
menggunakan mekanisme potong rupanya dapat menggantikan operasi peledakan.
Dalam upaya melengkapi informasi Gambar 3, data asli hasil penelitian Abdullatif & Cruden
(1983) dimasukkan dan data penggunaan surface miner diperoleh dari Kramadibrata (1992 -
Potong).
Dalam upaya memudahkan pendugaan kemampugaruan suatu massa batuan, Kirsten (1982)
mengklasifikasikan massa batuan menurut sifat fisik (Ms), relativitas orientasi struktur massa
batuan terhadap arah penggalian dan beberapa parameternya Q-Sistem yang disebut dengan
Indeks Ekskavasi yang dinyatakan dengan :
RQD Jr
N = Ms x Jn x Js x Ja
N adalah Indeks penggalian dan paramater lainnya sama dengan parameter yang digunakan oleh
Q-Sistem, sedangkan Ms dan Js dapat dilihat pada Tabel 1.
Sudah tentu bahwa klasifikasi Kirsten tidak menjamin keberhasilan penggaruan oleh suatu jenis
buldoser pada kondisi tertentu, karena daya mesin dan tipe alat garu tidak dilibatkan di dalam
perhitungan.
Gambar 4. Hubungan antara Excavatability Index dengan RMR
Batu lunak Can just scraped and peeled with a knife, 3.3 - 6.6 3.95
indentations 1mm to 3 mm show in the
specimen with firm blows of the pick point 6.6 - 13.2 8.39
Batu keras Cannot be scraped or peeled with a knife, 13.2 - 26.4 17.7
hand-held specimen can be broken with
hammer end of a geological pick with a
single firm blow
Tabel 2. Besaran relative struktur permukaan massa batuan, Js. (Kirsten, 1982)
dengan set kekar (0)-1 dengan set kekar (0)-2 1:1 1:2 1:4 1:8
180/0 90 1 1 1 1
0 85 0.72 0.67 0.62 0.56
0 80 0.63 0.57 0.50 0.45
0 70 0.52 0.45 0.41 0.38
0 60 0.49 0.44 0.41 0.37
0 50 0.49 0.46 0.43 0.40
0 40 0.53 0.49 0.46 0.44
0 30 0.63 0.59 0.55 0.53
0 20 0.84 0.77 0.71 0.68
0 10 1.22 1.10 0.99 0.93
0 5 1.33 1.20 1.09 1.03
0/180 0 1 1 1 1
180 5 0.72 0.81 0.86 0.90
180 10 0.63 0.70 0.76 0.81
180 20 0.52 0.57 0.63 0.67
180 30 0.49 0.53 0.57 0.59
180 40 0.49 0.52 0.54 0.56
180 50 0.53 0.56 0.58 0.60
180 60 0.63 0.67 0.71 0.73
180 70 0.84 0.91 0.97 1.01
180 80 1.22 1.32 1.40 1.46
180 85 1.33 1.39 1.45 1.50
180/0 90 1 1 1 1
2. Arah dip berjarak dekat dengan joint set relatif terhadap arah penggaruan.
3. Sudut Dip semu berjarak dekat dengan joint set tegak lurus dengan bidang yang searah
penggaruan.
Seperti sudah disebutkan bahwa kecepatan seismik sudah banyak dipakai untuk menduga
kemampugaruan suatu massa batuan. Berbagai kemungkinan cara penggalian untuk berbagai
macam massa batuan menurut kecepatan seismik diberikan oleh Atkinson (1971, lihat Gambar
5). Penggalian disini meliputi dari cara manual hingga mekanis penuh.
Stri ppin g shov el : no blasting
W al king dr ag line : n o bl astin g
D ragli ne (cr awler ) : no blasting
B ucket wh eel excavator
B ucket chain excavator
L oadin g shov el : no blasting
T r actor scr aper : afte r ri ppin g
T r actor scr aper : no r ip ping etc
L abour er with pi ck & sho vel
Ripp abl e
0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 3.0
Mar ginal
K ECEPAT A N SEI SMI K x 1000 m/d
I mpossible
Gambar 5. Metode kecepatan seismik untuk penentuan macam penggalian (Atkinson, 1971)
Franklin dkk (1971) mengusulkan klasifikasi massa batuan menurut dua paramater, yaitu
Fracture Index dan Point Load Index (PLI). Fracture Index dipakai sebagai ukuran karakteristik
diskontinuiti dan didefinisikan sebagai jarak rata-rata fraktur dalam sepanjang bor inti atau massa
batuan. Kedua parameter ini digambarkan dalam satu diagram untuk menduga
kemampugaruan suatu massa batuan dimana If dan Is masing-masing menyatakan Fracture
Index dan PLIi.
Diagram klasifikasi dibagi kedalam tiga zona umum yaitu, penggalian bebas (free digging),
penggaruan (ripping) dan peledakan (blasting). Massa batuan yang terkekarkan dan lemah masuk
kedalam kategori bagian bawah kiri diagram, sedangkan massa batuan massif dan kuat di plot
dibagian atas kanan. Yang pertama tentunya sangat mudah untuk digali dan yang terakhir sangat
sulit digali dengan alat mekanis.
Gambar 6. Kriteria Indeks kekuatan batu (Franklin dkk, 1971)
Klasifikasi massa batuan untuk kepentingan penggaruan yang melibatkan parameter mesin
penggaru dan sifat-sifat fisik, mekanik dan dinamik massa batuan diberikan oleh Klasifikasi
Kemampugaruan (rippability chart). Tabel 3 adalah klasifikasi penggaruan menurut Weaver
(1975) yang sudah sering dipakai oleh para kontraktor penggalian dan kriterianya didasarkan
pada pembobotan total dari parameter pembentuknya bersamaan dengan daya bulldozer yang
diperlukan. Parameter yang dipakai dalam klasifikasi ini adalah kecepatan seismik, kekerasan
batuan, tingkat pelapukan, jarak kekar, kemenerusan kekar, jarak pemisahan kekar dan orientasi
kekar terhadap penggalian.
Tabel 3. Klasifikasi massa batuan untuk penggaruan menurut Weaver (1975)
Pettifer & Fookes di UK (1994) mencoba untuk melakukan modifikasi terhadap kriteria
penggaruan sebelumnya seperti ditunjukkan pada Tabel 4. Kriteria versi mereka, seperti
ditunjukkan pada Gambar 7, memungkinkan kemudahan penggalian suatu massa batuan
dianalisis Kriteria ini sejenis dengan kriterianya Franklin. Selanjutnya, mereka menduga bahwa
jarak kekar rata-rata dengan kuat tekan batu merupakan parameter penting dalam menilai
kemampugaruan, yang percontoh batuannya dapat diperoleh dari singkapan atau bor inti. Grafik
ini bukanlah petunjuk mutlak yang mampu memberikan jawaban sebenarnya, karena biaya dan
faktor lainnya juga ikut menentukan kemampugaruan suatu massa batuan oleh sebuah bulldozer.
Tabel 4. Parameter geoteknik yang digunakan oleh berbagai kriteria kemampugalian (Pettifer
& Fookes, 1994)
1) Jumlah bintang menyatakan arti relatif setiap parameter pada masing-masing metoda
analisis
7) Minty & Kearns juga memasukkan kondisi air tanah dan kekasaran permukaan kekar.
SV = Kecepatan seismik
Hd = Kekerasan batuan
Ab = Abrasivitas
Wea = Pelapukan
Jp = Persistensi kekar
Rasper mengatakan bahwa sebelum pemilihan BWE yang cocok untuk suatu tambang,
karakteristik material yang akan digali harus diketahui dahulu dengan baik. Data ini akan
membantu para perancang BWE untuk mengetahui kapasitas gaya gali dan kualitas alat galinya
(tooth). Hingga saat ini suatu uji standard yang pasti untuk menentukan penggunaan BWE belum
ada. Para pabrik pembuat BWE selama ini memakai berbagai macam uji yang sesuai dengan
pengalamannya masing-masing.
Secara umum dapat dikatakan bahwa sifat-sifat material yang paling mempengaruhi
kemampugalian massa batuan oleh BWE adalah, kuat tekan & kuat tarik, kondisi struktur
geologi dan ketebalan lapisan yang akan ditambang. Walaupun berbagai pihak telah mengadakan
penelitian mengenai kemampugalian BWE, tidak ada cara yang tepat untuk menentu-kan
kebutuhan gaya gali kecuali dengan pengukuran langsung dilapangan.
Jelas bahwa gaya yang tersedia pada buket merupakan hasil dari gaya yang tersedia dari motor
BW. Untuk menghitung daya ini, daya angkat material di dalam buket hingga titik puncak
dimana material ditumpahkan harus dikurangi dari total daya yang tersedia dari motor
penggeraknya. Maka, hanya sebagian saja dari daya yang tersedia dipakai untuk membongkar
material dari tempatnya, dan ini adalah daya potong (cutting power).
Rasper (1975) mengusulkan suatu persamaan untuk menghitung daya potong dari gigi BWE,
0.0054 * 0.5
Nc = h . FL (L . ns . R )
dimana :
h = Efisiensi.
L* = Produksi, bcm/jam.
Angka tahanan potong spesifik linear (FL) diperoleh dari uji O&K Wedge. Menurut Rodenberg
(1987), para ahli BWE di Russia cenderung menggunakan tahanan potong spesifik luas (FA),
sedangkan pihak Jerman lebih menyukai angka tahanan potong spesifik linear (F L). Sebagai
gambaran bahwa penggunaan tahanan potong spesifik luas (FA) banyak dipakai untuk
menganalisis material yang relatif lebih keras.
Bölükbasi dkk (1991) menemukan bahwa angka-angka tahanan potong spesifik luas (FA)
memiliki korelasi yang baik dengan Energi Spesifik Laboratrium (ESL) yang diperoleh dari Core
Cuttability Test (Roxborough, 1987). Mereka juga menyatakan bahwa tahanan potong spesifik
luas (FA) sangat dipengaruhi oleh ukuran percontoh dan anisotropik material bila ukuran
percontoh standard tidak dapat dipenuhi, dan bila uji-nya tidak dapat dilakukan tegak lurus
terhadap bidang perlapisan. Sebaliknya, ESL tidak dipengaruhi oleh ukuran percontoh dan arah
uji potongnya dapat dengan mudah disesuaikan untuk normal terhadap bidang perlapisan.
Berdasarkan penemuan kriteria kemampugaruan yang sudah dipublikasikan oleh para peneliti
pendahulu, sebuah kriteria baru tentang kemampugalian dengan menggunakan ESL diberikan
oleh Bölükbasi dkk (1991). Kriteria ini menunjukkan bahwa suatu massa batuan dengan
maksimum ESL sebesar 3.27 Mj/bcm masih dapat digali (lihat Tabel 5). Bila angka ini
dibandingkan dengan kriteria cuttability untuk roadheader menurut McFeat-Smith & Fowell
(1979) pada Tabel 4, jelas bahwa selang-selang ini adalah tipikal batuan yang masih dapat digali
dengan roadheader dengan mudah.
2.7.3. Schroder & Trumper (1993)
Dipihak lain, Schroder & Trumper (1993) menemukan bahwa kinerja BWE bergantung
kepada kekuatan material dan sifat plastisitasnya. Mereka juga berpendapat bahwa abrasivitas
batuan menentukan tingkat kerusakan alat gali-pick, sedangkan kekar dapat berpengaruh positif
atau negatif tergantung kepada kondisi kekarnya. Panduan berikut ini (Tabel 5-6) merupakan
kriteria kemampugalian BWE terhadap kuat tekan batuan utuh menurut mereka.
2. Adler, Lawrence dan Naumann, Hans E., “Analyzing Excavation and Materials
Handling Equipment”, Department of Mining Engineering, Virginia Polytechnic
Institute, Blacksburg, Va, 1970.
3. Martin, J. A., et.al., “Surface Mining Equipment”, Martin Consultant Inc., Golden, Colo,
1982.