Anda di halaman 1dari 27

Mata acara

KRITERIA
PENGGALIAN

untuk dilakukan peledakan.



Melakukan RMR dan Q Sistem dari suatu
menggunakan prototype coring.


 Prototype
 Alat pengukur satuan panjang
Laboratorium Pengeboran dan Peledakan – T.Pertambangan FTI-UMI

TEORI DASAR
KRITERIA ANALISIS PENGGALIAN

1. KRITERIA PENGGALIAN MENURUT RMR

Kemampuan untuk menaksir kemampugalian atau potongan suatu


massa batuan sangatlah penting, apalagi bila akan menggunakan alat gali
mekanis menerus. Fowell & Johnson (1982) menunjukkan hubungan yang erat
antara kinerja (produksi) Road header kelas berat (> 50 ton) dengan RMR (lihat
Gambar 1).

Selanjutnya pada tahun 1991 mereka melaporkan juga bahwa hubungan


tersebut di atas dapat dibagi menjadi 3 zona penggalian :

Zone 1 Kinerja penggalian sangat ditentukan oleh sifat-sifat batuan utuh.

Zone 2 Keberhasilan kinerja penggalian dibantu oleh kehadiran struktur


massa batuan. Pengaruh sifat-sifat batuan utuh menurun dengan
memburuknya kualitas massa batuan.

Zone 3 Kinerja penggalian semata-mata dipengaruhi oleh struktur massa


batuan.

Nilai-nilai UCS, Energi Spesifik, Koefisien Abrasivity secara keseluruhan


menyimpulkan bahwa batuan utuh tersebut tidak dapat digali dengan
memuaskan oleh roadheader. Namun seperti dilaporkan oleh Fowell & Johnson
(1991) bahwa pada kenyataannya massa batuan itu dapat digali dengan cara
hanya menggoyang bongka-bongkah batuan dari induknya yang akhir jatuh
bebas.

RMR juga pernah dipakai untuk mengevaluasi kinerja roadheader Dosco


SL-120 (Sandbak 1985, lihat Gambar 2). Penelitian ini dilaksanakan pada bijih
tembaga Kalamazoo & San Manuel, Arizona. Dapat disimpulkan bahwa

Kriteria Penggalian - 2
Laboratorium Pengeboran dan Peledakan – T.Pertambangan FTI-UMI

kemajuan penggalian atau kinerja Dosco tsb dapat diperkirakan dengan


menggunakan persamaan berikut ini :

Y = 2.39 e-0.02x R2 = 0.79

dimana : Y adalah laju penggalian (m/jam) dan x adalah RMR.

Gambar 1. Hubungan antara RMR dan laju penggalian roadheader kelas >
50 ton (Fowell & Johnson, 1982 & 1991).

Kriteria Penggalian - 3
Laboratorium Pengeboran dan Peledakan – T.Pertambangan FTI-UMI

Gambar 2. Hubungan laju penggalian roadheader vs. RMR (Sandbak, 1985)

2. KRITERIA PENGGALIAN MENURUT RMR & Q-SISTEM

Hubungan antara RMR dan Q-Sistem untuk berbagai kondisi penggalian


dapat dilihat pada Gambar 3. Jelas tampak bahwa hubungan antara RMR & Q-
Sistem adalah linier. Titik-titik yang menunjukkan angka RMR & Q-Sistem yang
tinggi mencerminkan kondisi material keras yang penggaliannya perlu
peledakan. Sedangkan kehadiran alat gali seperti Surface Miner yang
menggunakan mekanisme potong rupanya dapat menggantikan operasi
peledakan.

Dalam upaya melengkapi informasi Gambar 3, data asli hasil penelitian


Abdullatif & Cruden (1983) dimasukkan dan data penggunaan surface miner
diperoleh dari Kramadibrata (1992 - Potong).

Kriteria Penggalian - 4
Laboratorium Pengeboran dan Peledakan – T.Pertambangan FTI-UMI

Gambar 3. Klasifikasi metode penggalian menurut RMR & Q-Sistem

3. INDEKS EKSKAVASI

Dalam upaya memudahkan pendugaan kemampugaruan suatu massa


batuan, Kirsten (1982) mengklasifikasikan massa batuan menurut sifat fisik
(Ms), relativitas orientasi struktur massa batuan terhadap arah penggalian dan
beberapa parameternya Q-Sistem yang disebut dengan Indeks Ekskavasi yang
dinyatakan dengan :

RQD Jr
N = Ms x Jn x JS x Ja

Keterangan :

Ms = Mass Strenght Number

RQD = Rock Quality Designation

Kriteria Penggalian - 5
Laboratorium Pengeboran dan Peledakan – T.Pertambangan FTI-UMI

Jn : Number of Joint Set

JS : Besaran relative struktur permukaan massa batuan, JS. (Kirsten, 1982)

Jr : Roughness (Kekasaran Kekar)

Ja : Joint Alteration (filling)

N adalah Indeks penggalian dan paramater lainnya sama dengan parameter


yang digunakan oleh Q-Sistem, sedangkan Ms dan Js dapat dilihat pada Tabel 1.

Kirsten membagi nilai indeks ekskavasi sebagai berikut :

1 < N < 10 Mudah digaru (ripping)


10 < N < 100 Sulit digaru
100 < N < 1000 Sangat sulit digaru
1000 < N < 10000 Antara digaru dan peledakan
N > 10000 Peledakan

Sudah tentu bahwa klasifikasi Kirsten tidak menjamin keberhasilan penggaruan


oleh suatu jenis buldoser pada kondisi tertentu, karena daya mesin dan tipe alat
garu tidak dilibatkan di dalam perhitungan.

Gambar 4. Hubungan antara Excavatability Index dengan RMR

Kriteria Penggalian - 6
Laboratorium Pengeboran dan Peledakan – T.Pertambangan FTI-UMI

Tabel 1. Besaran parameter, Ms (Kirsten, 1982)

Kekerasan Identifikasi UCS Mass


(MPa) Strength
Number (Ms)
Batu Material crumbles under firm blows with 1.7 0.87
sangat sharp end of geological pick and can be 1.7 - 3.3 1.86
lunak peeled off with a knife, it is too hard to cut
a sample by hand
Batu lunak Can just scraped and peeled with a knife, 3.3 - 6.6 3.95
indentations 1mm to 3 mm show in the 6.6 - 13.2 8.39
specimen with firm blows of the pick point
Batu keras Cannot be scraped or peeled with a knife, 13.2 - 26.4 17.7
hand-held specimen can be broken with
hammer end of a geological pick with a
single firm blow
Batu Hand-held specimen breaks with hammer 26.4 - 53.0 35.0
sangat end of pick under more than one blow 53.0 - 106.0 70
keras
Batu sama Specimen requires many blows with 106.0-212.0 140.0
sekali geological pickto break through intact 212.0 280.0
keras material

Tabel 2. Besaran relative struktur permukaan massa batuan, Js. (Kirsten,


1982)

Arah kemiringan Sudut kemiringan Nisbah jarak joint, r


berjarak dekat berjarak dekat

dengan set kekar (0)-1 dengan set kekar (0)-2 1:1 1:2 1:4 1:8
180/0 90 1 1 1 1
0 85 0.72 0.67 0.62 0.56
0 80 0.63 0.57 0.50 0.45
0 70 0.52 0.45 0.41 0.38
0 60 0.49 0.44 0.41 0.37
0 50 0.49 0.46 0.43 0.40
0 40 0.53 0.49 0.46 0.44
0 30 0.63 0.59 0.55 0.53
0 20 0.84 0.77 0.71 0.68
0 10 1.22 1.10 0.99 0.93
0 5 1.33 1.20 1.09 1.03
0/180 0 1 1 1 1
180 5 0.72 0.81 0.86 0.90

Kriteria Penggalian - 7
Laboratorium Pengeboran dan Peledakan – T.Pertambangan FTI-UMI

180 10 0.63 0.70 0.76 0.81


180 20 0.52 0.57 0.63 0.67
180 30 0.49 0.53 0.57 0.59
180 40 0.49 0.52 0.54 0.56
180 50 0.53 0.56 0.58 0.60
180 60 0.63 0.67 0.71 0.73
180 70 0.84 0.91 0.97 1.01
180 80 1.22 1.32 1.40 1.46
180 85 1.33 1.39 1.45 1.50
180/0 90 1 1 1 1

1. r bentuk relatif blok antara arah penggaruan dan orientasi struktur.


2. Arah dip berjarak dekat dengan joint set relatif terhadap arah penggaruan.
3. Sudut Dip semu berjarak dekat dengan joint set tegak lurus dengan bidang
yang searah penggaruan.
4. Batuan utuh, Js = 1.0.
5. Untuk r < 0.125, ambil Js seperti r = 0.125.

Tabel. 3 RQD (Rock Quality Designation)

Kriteria Penggalian - 8
Laboratorium Pengeboran dan Peledakan – T.Pertambangan FTI-UMI

Tabel 4. Jn (Joint Set Number)

Tabel 5. Jr (Joint Roughness Number)

Tabel 6.1 Ja (Joint Alteration Number) Rock Wall Contact

Kriteria Penggalian - 9
Laboratorium Pengeboran dan Peledakan – T.Pertambangan FTI-UMI

Tabel 6.2 Ja (Joint Alteration Number) Rock wall contact before 10 cm shear

Tabel 6.3 Ja (Joint Alteration Number) No rock wall contact when sheared

4. KRITERIA PENGGALIAN MENURUT KECEPATAN SEISMIK

Kriteria Penggalian -
10
Laboratorium Pengeboran dan Peledakan – T.Pertambangan FTI-UMI

Seperti sudah disebutkan bahwa kecepatan seismik sudah banyak


dipakai untuk menduga kemampugaruan suatu massa batuan. Berbagai
kemungkinan cara penggalian untuk berbagai macam massa batuan menurut
kecepatan seismik diberikan oleh Atkinson (1971, lihat Gambar 5). Penggalian
disini meliputi dari cara manual hingga mekanis penuh.

Stri ppin g shov el : no blasting


W al king dr ag line : n o bl astin g
D ragli ne (cr awler ) : no blasting
B ucket wh eel excavator
B ucket chain excavator
L oadin g shov el : no blasting
T r actor scr aper : afte r ri ppin g
T r actor scr aper : no r ip ping etc
L abour er with pi ck & sho vel
Ripp abl e
0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 3.0
Mar ginal
K ECEPAT A N SEI SMI K x 1000 m/d
I mpossible

Gambar 5. Metode kecepatan seismik untuk penentuan macam penggalian


(Atkinson, 1971)

5. KRITERIA PENGGALIAN MENURUT INDEKS KEKUATAN BATU

Franklin dkk (1971) mengusulkan klasifikasi massa batuan menurut dua


paramater, yaitu Fracture Index dan Point Load Index (PLI). Fracture Index
dipakai sebagai ukuran karakteristik diskontinuiti dan didefinisikan sebagai
jarak rata-rata fraktur dalam sepanjang bor inti atau massa batuan. Kedua
parameter ini digambarkan dalam satu diagram untuk menduga
kemampugaruan suatu massa batuan dimana If dan Is masing-masing
menyatakan Fracture Index dan PLIi.

Diagram klasifikasi dibagi kedalam tiga zona umum yaitu, penggalian


bebas (free digging), penggaruan (ripping) dan peledakan (blasting). Massa

Kriteria Penggalian -
11
Laboratorium Pengeboran dan Peledakan – T.Pertambangan FTI-UMI

batuan yang terkekarkan dan lemah masuk kedalam kategori bagian bawah kiri
diagram, sedangkan massa batuan massif dan kuat di plot dibagian atas kanan.
Yang pertama tentunya sangat mudah untuk digali dan yang terakhir sangat
sulit digali dengan alat mekanis.

Gambar 6. Kriteria Indeks kekuatan batu (Franklin dkk, 1971)

6. KLASIFIKASI KEMAMPUGARUAN

Klasifikasi massa batuan untuk kepentingan penggaruan yang


melibatkan parameter mesin penggaru dan sifat-sifat fisik, mekanik dan
dinamik massa batuan diberikan oleh Klasifikasi Kemampugaruan (rippability
chart). Tabel 3 adalah klasifikasi penggaruan menurut Weaver (1975) yang
sudah sering dipakai oleh para kontraktor penggalian dan kriterianya
didasarkan pada pembobotan total dari parameter pembentuknya bersamaan
dengan daya bulldozer yang diperlukan. Parameter yang dipakai dalam
klasifikasi ini adalah kecepatan seismik, kekerasan batuan, tingkat pelapukan,

Kriteria Penggalian -
12
Laboratorium Pengeboran dan Peledakan – T.Pertambangan FTI-UMI

jarak kekar, kemenerusan kekar, jarak pemisahan kekar dan orientasi kekar
terhadap penggalian.

Tabel 3. Klasifikasi massa batuan untuk penggaruan menurut Weaver (1975)

Kelas batuan I II III IV V


Dekripsi Sangat baik Baik Sedang Buruk Sangat buruk
Kecepatan > 2150 2150-1850 1850-1500 1500-1200 1200-450
seismik (m/s)
Bobot 26 24 20 12 5
Kekerasan Eks. keras Sangat keras Keras Lunak Sangat lunak
Bobot 10 5 2 1 0
Pelapukan Tdk. lapuk Agak lapuk Lapuk Sangat lapuk Lapuk total
Bobot 9 7 5 3 1
Jarak kekar > 3000 3000-1000 1000-300 300-50 < 50
(mm)
Bobot 30 25 20 10 5
Kemenerusan Tdk. Agak Menerus - Menerus-be- Menerus
kekar menerus menerus tdk ada berapa gouge dgn. gouge
gouge
Bobot 5 5 3 0 0
Gouge kekar Tdk ada Agak Pemisahan Gouge < 5 Gouge > 5
pemisahan pemisahan < 1mm mm mm
Bobot 5 5 4 3 1
Orientasi kekar Sgt. Tdk. me- Agak tdk me- Mengun- Sgt.
mengun- nguntungkan nguntungkan tungkan mengun-
tungkan tungkan
Bobot 15 13 10 5 3
Bobot total 100-90 90-70 70-50 50-25 <25
Penaksiran Peledakan Eks. susah Sangat susah Susah garu Mudah garu
kemampugarua garu & ledak garu
n
Pemilihan - D9G D9 / D8 D8 / D7 D7
traktor
Horse power 770-385 385-270 270-180 180
Kilowatt 575-290 290-200 200-135 135

Klasifikasi Kemampugaruan telah digunakan dengan hasil memuaskan di


daerah Afrika Selatan oleh Weaver (1975). Namun demikian perlu diketahui
bahwa klasifikasi ini selanjutnya dimodifikasi oleh Singh dkk (1987) yang hanya
melibatkan sifat-sifat batuan seperti UCS, ITS, Young's Modulus, dan Kecepatan

Kriteria Penggalian -
13
Laboratorium Pengeboran dan Peledakan – T.Pertambangan FTI-UMI

rambat gelombang seismik di lapangan.


Pettifer & Fookes di UK (1994) mencoba untuk melakukan modifikasi
terhadap kriteria penggaruan sebelumnya seperti ditunjukkan pada Tabel 4.
Kriteria versi mereka, seperti ditunjukkan pada Gambar 7, memungkinkan
kemudahan penggalian suatu massa batuan dianalisis Kriteria ini sejenis
dengan kriterianya Franklin. Selanjutnya, mereka menduga bahwa jarak kekar
rata-rata dengan kuat tekan batu merupakan parameter penting dalam menilai
kemampugaruan, yang percontoh batuannya dapat diperoleh dari singkapan
atau bor inti. Grafik ini bukanlah petunjuk mutlak yang mampu memberikan
jawaban sebenarnya, karena biaya dan faktor lainnya juga ikut menentukan
kemampugaruan suatu massa batuan oleh sebuah bulldozer.

Tabel 4. Parameter geoteknik yang digunakan oleh berbagai kriteria


kemampugalian (Pettifer & Fookes, 1994)

Metoda Arti relatif dari setiap parameter1)


analisis SV2) sc2) PLI Hd Ab2 Wea dsw Jp Jsp Jor.
)
Caterpillar (1970) **** - - - - - - - -
Franklin dkk (1971) - - **** - - - **** - * ***
Weaver (1975) **** - - **3) - ** **** * * *6)
Kirsten (1982) - ****4 - - - - ****5 - * **7)
) )
Minty & Kearns (1983) **** - ** - - ** *** * * -
Scoble & Muftuoglu - **8) - - - ** ****9 - - **
(1984) )
Smith (1986) - ** - - - ** **** * * -
Singh dkk (1987) *** - **10) - ** ** **** - - -

Karpuz (1990) **** ***8) - **11) - ** **** - - -

Hadjigeorgiou & Scoble - - *** - - ** **** - - *6)


(1990) 12)
MacGregor dkk (1994) * *
Pettifer & Fookes (1994) - - **** - - * **** - - **

1) Jumlah bintang menyatakan arti relatif setiap parameter pada masing-

Kriteria Penggalian -
14
Laboratorium Pengeboran dan Peledakan – T.Pertambangan FTI-UMI

masing metoda analisis


2) Membutuhkan teknik khusus atau uji laboratorium.
3) Dapat dinyatakan dalam UCS.
4) Dibandingkan dengan bobot isi kering.
5) Fungsi RQD dan jumlah set kekar.
6) Dibandingkan dengan "spacing ratio" dua set kekar.
7) Minty & Kearns juga memasukkan kondisi air tanah dan kekasaran
permukaan kekar.
8) Dapat diturunkan dari nilai PLI.
9) Jarak kekar dan jarak bidang perlapisan berbeda.
10) Uji tarik Brazilian diperlukan.
11) Nilai Schmidt hammer.
12) Dinyatakan dalam volumetric joint count, Jv.

SV = Kecepatan seismik
Hd = Kekerasan batuan
Ab = Abrasivitas
Wea = Pelapukan
dsw = Jarak kekar
Jp = Persistensi kekar
Jsp = Pemisahan kekar
Jor = Orientasi kekar

Kriteria Penggalian -
15
Laboratorium Pengeboran dan Peledakan – T.Pertambangan FTI-UMI

Rock Mass Rating ( RMR )


Bieniawski ( 1976 ) dalam Manik ( 2007 ) mempublikasikan suatu
metode klasifikasi massa batuan yang dikenal dengan Geomechanics
Classification atau Rock Mass Wasting ( RMR ). Metode rating digunakan pada
klasifikasi ini. Besaran rating tersebut didasarkan pada pengalaman Bieniawski
dalam mengerjakan proyek – proyek terowongan dangkal. Metode ini telah
dikenal luas dan banyak diaplikasikan pada keadaan dan lokasi yang berbeda –
beda seperti tambang pada batuan kuat, terowongan, tambang batubara,
kestabilan lereng, dan kestabilan pondasi. Klasifikasi ini juga sudah
dimodifikasi beberapa kali sesuai dengan adanya data baru agar dapat
digunakan untuk berbagai kepentingan dan sesuai dengan standar
internasional.

Parameter – parameter Rock Mass Rating ( RMR )


Sistem klasifikasi massa batuan Rock Mass Rating ( RMR ) menggunakan enam
parameter berikut ini dimana rating setiap parameter dijumlahkan untuk
memperoleh nilai total dari RMR :
1. Kuat tekan batuan utuh ( Strength of intact rock material )
2. Rock Quality Design ( RQD )
3. Jarak antar diskontinuitas ( Spacing of discontinuities )
4. Kondisi diskontinuitas ( Conditon of discontinuities )
5. Kondisi air tanah ( groundwater condition )
6. Orientasi diskontinuitas ( Orientation of discontinuities )
Berikut dijelaskan mengenai keenam parameter yang digunakan dalam
memperoleh klasifikasi massa batuan Rock Mass Rating ( RMR ) tersebut :
1. Kuat tekan batuan utuh ( Strength of intact rock material )
Kuat tekan batuan utuh dapat diperoleh dari uji kuat tekan
uniaksial ( Uniaxial Compressive Strength, UCS ) dan uji point load ( point
Load Test, PLI ). UCS mengguanakn mesin tekan untuk menekan sampel
batuan dari satu arah ( uniaxial ). Sampel batuan yang diuji dalam bentuk
silinder ( tabung ) dengan perbandingan antara tinggi dan diameter
tertentu. Perbandingan ini sangat berpengaruh pada nilai UCS yang
dihasilkan. Semakin besar perbandingan panjang terhadap diameter, kuat

Kriteria Penggalian -
16
Laboratorium Pengeboran dan Peledakan – T.Pertambangan FTI-UMI

tekan akan semakin kecil.


Pada perhitungan nilai RMR, parameter kekuatan batuan utuh
diberi bobot berdasarkan nilai UCS atau nilai PLI-nya seperti tertera pada
Tabel 5

Tabel 5 Pembobotan kekuatan material batuan utuh ( Bieniawski,1989 )


Deskripsi Kualitatif UCS ( MPa ) PLI ( MPa ) Rating
Sangat kuat sekali >250 >10 15
(exceptionally
strong)
Sangat kuat (very strong) 100 – 250 4 – 10 12
Kuat ( strong ) 50 – 100 2–4 7
Sedang ( average ) 25 – 50 1–2 4
Lemah ( weak ) 5 – 25 Penggunaan 2
Sangat lemah 1–5 UCS lebih 1
(very weak) dianjurkan
Sangat lemah sekali <1 0
( extremely weak )

2. Rock Quality Design ( RQD )


Pada tahun 1967 D.U.Deere memperkenalkan Rock Quality
Design ( RQD ) sebagai sebuah petunjuk untuk memperkirakan kualitas
dari massa batuan secara kuantitatif. RQD didefinisikan sebagai presentasi
dari perolehan inti bor ( core ) yang secara tidak langsung didasarkan pada
jumlah bidang lemah dan jumlah bagian yang lunak dari massa batuan
yang diamati dari inti bor ( core ). Hanya bagian yang utuh dengan
panjang lebih besar dari 100 mm ( 4 inchi ) yang dijumlahkan keudian
dibagi panjang total pengeboran ( core run ).
Sum of length of core pieces>10 cm length
RQD = × 100 %
total length of core run

Dalam menghitung nilai RQD, metode langsung digunakan apabila core los
tersedia. Tata cara untuk menghitung RQD menurut Deere diilustrasikan
pada gambar 1. Call & Nicholas, Inc ( CNI ), konsultan geoteknik asal

Kriteria Penggalian -
17
Laboratorium Pengeboran dan Peledakan – T.Pertambangan FTI-UMI

Amerika, mengembangkan koreksi perhitungan RQD untuk panjang total


pengeboran yang lebih dari 1,5 m. CNI mengusulkan nilai RQD diperoleh
dari persentase total panjang inti bor utuh yang lebih dari 2 kali diameter
inti ( core ) terhadap panjang total pengeboran ( core run ). Metode
pengukuran RQD menurut CNI diilustrasikan pada gambar 2.1.2.
Panjang total pengeboran ( core run ) = 100 cm
Diameter core = 61.11 cm
jumlah panjang core>10 cm
RQD = × 100 %
panjang core total
28+11+20+25
RQD = × 100 %
100

RQD = 84 %
Panjang total pengeboran ( core run ) = 100 cm
Diameter core = 61.11 cm
jumlah panjang >2 x panjang diameter core
RQD = × 100 %
panjang core total
28+20+25
RQD = × 100 %
100

RQD = 73 %

Hubungan antara nilai RQD dan kualitas dari suatu massa batuan
diperkenalkan oleh Barton, 1975 dalam Bell, 1992 seperti Tabel 6.

RQD ( % ) Kualitas Batuan


<25 Sangat jelek ( very poor )
25-50 Jelek ( poor )
50-75 Sedang ( fair )
75-90 Baik ( good )
90-100 Sangat baik ( excellent )

Pada perhitnugan nilai RMR, parameter Rock Quality Designation ( RQD


diberi bobot berdasarkan nilai RQD-nya seperti tertera pada tabel 7.
RQD ( % ) Kualitas Batuan Rating
<25 Sangat jelek ( very poor ) 20

Kriteria Penggalian -
18
Laboratorium Pengeboran dan Peledakan – T.Pertambangan FTI-UMI

25-50 Jelek ( poor ) 15


50-75 Sedang ( fair ) 10
75-90 Baik ( good ) 8
90-100 Sangat Baik ( excellent ) 5

3. Jarak antar diskontinuitas ( Spacing of discontinuities )


Jarak antar diskontinuitas didefinisikan sebagai jarak tegak lurus antara
dua diskontinuitas berurutan sepanjang garis pengukuran yang dibuat
sembarang. Pada perhitungan nilai RMR, parameter jarak antar ( spasi )
diskontinuitas diberi bobot berdasarkan nilai spasi diskontinuitasnya
seperti tertera pada tabel 8.
Deskripsi Spasi diskontinuitas (m) Rating
Sangat lebar ( very wide ) >2 20
Lebar ( wide ) 0.6-2 15
Sedang ( moderate ) 0.2-0.6 10
Rapat ( close ) 0.006-0.2 8
Sangat rapat ( very close ) <0.006 5

4. Kondisi diskontinuitas ( Condition of discontinuities )


Ada lima karakteristik diskontinuitas yang masuk dalam pengertian
kondisi diskontinuitas, meliputi kemenerusan ( persistence ),
jarak antar permukaan diskontinuitas atau celah ( separation / aperture ),
kekasaran diskontinuitas ( roughness ), material pengisi ( infillinf / gouge )
dan tingkat kelapukan ( weathering ).
a. Kemenerusan ( persistence / continuity )
Panjang dari suatu diskontinuitas dapat dikuantifikasi secara kasar
dengan mengamati panjang jejak kekar pada suatu bukaan. Pengukuran
ini masih sangat kasar dan belum mencerminkan kondisi kemenerusan
kekar sesungguhnya hanya dapat ditebak. Jika jejak sebuah diskontinuitas
pada suatu bukaan berhenti atau terpotong oleh solid / massive rock ini
menunjukkan adanya kemenerusan.

Kriteria Penggalian -
19
Laboratorium Pengeboran dan Peledakan – T.Pertambangan FTI-UMI

b. Jarak antar permukaan diskontinuitas atau celah ( separation / aperture )


Merupakan jarak tegak lurus antar dinding batuan yang berdekatan pada
bidang diskontinu. Celah tersebut dapat berisi material pengisi ( infilling )
atau tidak.
c. Kekasaran diskontinuitas ( roughness )
Tingkat kekasaran permukaan diskontinuitas dapat dilihat dari bentuk
gelombang permukaannya. Gelombang ini diukur relatif dari permukaan
datar dari diskontinuitas. Semakin besar kekasaran dapat menambah kuat
geser diskontinuitas dan dapat juga mengubah kemiringan pada bagian
tertentu dari diskontinuitas tersebut. .
d. Material pengisi ( infilling / gouge )
Material pengisi berada pada celah antara dua dinding bidang
diskontinuitas yang berdekatan. Sifat material pengisi biasanya lebih
lemah dari sifat batuan induknya. Beberapa material yang dapat mengisi
celah di antaranya breksi, lempung, silt, mylonite, gouge, sand, kuarsa dan
kalsit.
e. Tingkat Kelapukan ( weathering )
Penentuan tingkat kelapukan diskontinuitas didasarkan pada perubahan
warna pada batuannya dan terdekomposisinya batuan atau tidak. Semakin
besar tingkat perubahan warna dan tingkat terdekomposisi, batuan
semakin lapuk.
Dalam perhitungan RMR, parameter – parameter di atas diberi bobot masing –
masing dan kemudian dijumlahkan sebagai bobot total kondisi
diskontinuitas. Pemerian bobot berdsarkan pada tabel 9.

Parameter Rating
Panjang <1m 1-3 m 3-10 m 10-20m >20m
diskontinuitas 6 4 2 1 0
(Persistence/
continuity )
Jarak antar - <0.1mm 0.11>0m 1-5mm >5mm
permukaan m

Kriteria Penggalian -
20
Laboratorium Pengeboran dan Peledakan – T.Pertambangan FTI-UMI

diskontinuitas 6 5 4 1 0
Kekasaran Sangat Kasar Sedikit Halus Slicken-
diskontinuitas kasar kasar side
( roughness ) 6 5 3 1 0
Material Pengisi ( Tidak Keras Lunak
infilling / gouge ) ada
6 4 2 2 0
Kelapukan Tidak Sedikit Lapuk Sangat hancur
( weathering ) lapuk Lapuk lapuk
6 5 3 1 0

5. Kondisi Air Tanah ( Groundwater conditions )


Kondisi air tanah yang ditemukan pada pengukuran diskontinuitas
diidentifikasikan sebagai salah satu kondisi berikut : kering ( completely dry),
lembab (damp), basah (wet), terdapat tetesan air ( dripping ), atau terdapat
aliran air (flowing). Pada perhitungan nilai RMR, parameter kondisi air tanah (
groundwater conditions ) diberi bobot berdasarkan tabel 6.

Tabel 6. Pembobotan kondisi air tanah ( Bieniawski,1989 )


Kondisi Kering Lembab Basah Terdapat Terdapat
Umum (completely dry ( damp ) ( wet ) tetesan air aliran air
) ( dripping ) ( flowing )
Debit air tiap Tidak ada <10 10-25 25-125 >125
10 m panjang
terowongan
( ltr / menit )
Tekanan air 0 <0.1 0.1-0.2 0.1-0.2 >0.5
pada
diskontinuitas
/ tegangan
principal
mayor

Kriteria Penggalian -
21
Laboratorium Pengeboran dan Peledakan – T.Pertambangan FTI-UMI

Rating 15 10 7 4 0
2.1.2 Orientasi diskontinuitas ( Orientation of discontinuities )
Parameter ini merupakan penambahan terhadap kelima parameter sebelumnya.
Bobot yang diberikan untuk parameter ini sangat tergantung pada
hubungan antara orientasi diskontinuitas yang ada dengan metode
penggalian yang dilakukan. Oleh karena itu dalam perhitungan, bobot
parameter ini biasanya diperlakukan terpisah dari lima parameter lainnya.
RMR = RMRbasic + penyesuaian terhadap orientasi diskontinuitas
dimana :
RMRbasic =  parameter ( a+b+c+d+e )
RMRbasic adalah nilai RMR dengan tidak memasukkan parameter orientasi
diskontinuitas dalam perhitungannya. Untuk keperluan analisis
kemantapan suatu lereng, Bieniawski ( 1989 ) merekomendasikan untuk
memakai sistem Slope Mass Rating ( SMR ) sebagai metode koreksi untuk
parameter orientasi diskontinuitas.
2.1.3 Penggunaan Rock Mass Rating ( RMR )
Setelah nilai bobot masing – masing parameter –parameter diatas diperoleh,
maka jumlah keseluruhan bobot tersebut menjadi nilai total RMR. nilai
RMR ini dapat dipergunakan untuk mengetahui kelas dari massa batuan,
memperkirakan kohesi dan sudut geser dalam untuk tiap kelas massa
batuan seperti terihat pada tabel 7. dibwah ini .
Profil massa batuan Deskripsi
Rating 100-81 80-61 60-41 40-21 20-0
Kelas massa batuan Sangat Baik Sedang Jelek Sangat
baik Jelek
Kohesi >400kPa 300- 200-300 100-200 <100 kPa
400 kPa kPa
kPa
Sudut geser dalam >45° 35°- 25°-35° 15°-25° <15°
45°
Kestabilan Sangat Stabil Agak Tidak Sangat
stabil Stabil stabil tidak

Kriteria Penggalian -
22
Laboratorium Pengeboran dan Peledakan – T.Pertambangan FTI-UMI

stabil
Keruntuhan Tidak Sedikit Rekahan, Planar, Bidang
ada blok beberapa baji planar
membaji besar besar atau
seperti
tanah
Support Tidak Kadang Sistematis Koreksi Penggalian
perlu - penting ulang
kadang

Klasifikasi Massa Batuan (Q-SYSTEM)

Klasifikasi batuan Q-System dikenal juga dengan istilah Rock Tunneling


Quality Index untuk keperluan perancangan penyangga penggalian bawah
tanah.
Q-System digunakan dalam klasifikasi massa batuan sejak tahun 1980 di
Iceland. Sistem ini pertama kali dikembangkan oleh Barton, dkk di 1974
berdasarkan pengalaman pembuatan terowongan terutama di Norwegia dan
Finlandia.
Pembobotan Q-System didasarkan atas penaksiran numerik kualitas
massa batuan berdasarkan 6 parameter berikut;
1. RQD (Rock Quality Designation)
2. Jumlah Kekar/Joint Set Number (Jn)
3. Kekasaran Kekar atau Kekar Utama/Joint Roughness Number (Jr)
4. Derajat Alterasi atau pengisian sepanjang kekar yang paling lemah/Joint
Alteration Number (Ja)
5. Aliran Air/Joint Water Reduction Number (Jw)
6. Faktor Reduksi Tegangan /Stress Reduction Factor (SRF)
Dalam sistem ini, diperhatikan diskontinuitas dan joints. Angka dari Q
bervariasi dari 0.001-1000 dan dihitung dengan menggunakan persamaan
berikut ini:
𝑅𝑄𝐷 𝐽𝑟 𝐽𝑤
𝑄= 𝑋 𝑋
𝐽𝑛 𝐽𝑎 𝑆𝑅𝐹

Kriteria Penggalian -
23
Laboratorium Pengeboran dan Peledakan – T.Pertambangan FTI-UMI

1. RQD (Rock Quality Designation)


𝑅𝑄𝐷 = 100.4 − 3.68𝜔

Dimana ω : Frekuensi Joint (1/Spasi)

Tabel 1. RQD

Kualitas batuan menggunakan klasifikasi Q-system dapat berkisar dari


Q= 0,0001 sampai Q= 1000 pada skala logaritmik kualitas massa batuan.
2. Jn (Joint Set Number)

Tabel 2. Jn (Joint Set Number)

Kriteria Penggalian -
24
Laboratorium Pengeboran dan Peledakan – T.Pertambangan FTI-UMI

3. Jr (Joint Roughness Number)

Tabel 3. Jr (Joint Roughness Number)

4. Ja (Joint Alteration Number)

Tabel 4.1 Rock Wall Contact

Kriteria Penggalian -
25
Laboratorium Pengeboran dan Peledakan – T.Pertambangan FTI-UMI

Tabel 4.2 Rock wall contact before 10 cm shear

Tabel 4.3 No rock wall contact when sheared

5. Jw (Joint Water Reduction Number)

Tabel 5. Jw (Joint Water Reduction Number)

Kriteria Penggalian -
26
Laboratorium Pengeboran dan Peledakan – T.Pertambangan FTI-UMI

6. SRF (Stress Reduction Factor)

Tabel 6.1 SRF (1)

Tabel 6.2 SRF (2)

Kriteria Penggalian -
27

Anda mungkin juga menyukai