Anda di halaman 1dari 58

Erry Agustriani, ST

Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan sistem tambang bawah tanah :

1. Panjang, tebal dan lebar cebakan


2. Kemiringan cebakan
3. Kedalaman operasi
4. Faktor waktu
5. Kadar cebakan
6. Fasilitas lokal yang meliputi buruh dan material
7. Modal yang tersedia
8. Batas dengan badan bijih lain
9. Strength dan karakteristik fisik bijih dan batuan dinding atau material
yang berada di atas bijih
10. Biaya penambangan
11. Produktifitas
12. Masalah lingkungan
1. Panjang, tebal dan lebar cebakan
menetukan dimensi stope maksimum

2. Kemiringan cebakan
kemungkinan memanfaatkan grafitasi dalam pemilihan metode yang
digunakan pada operasinya
kalsifikasi : Flat dip : 0º - 20º, ex : longwall
Medium dip : 20º - 50º ex : room and pillar
Steep dip : 50º - 90º ex : cut and fill

3. Kedalaman operasi
menentukan pertimbangan penggunaan pillar/penyangga

4. Faktor waktu
menentukan kekuatan pillar yang akan digunakan. Semakin lama
umur tambang kekuatan pillarnya semakin menurun
5. Kadar cebakan
memaksimalkan persentase recovery yang dihasilkan

6. Fasilitas lokal yang meliputi buruh dan material


- biaya buruh menentukan metode yang mekanisasi tinggi (biaya
buruh berkurang)
- ketersedian material (penyangga dan filling), misal timber

7. Modal yang tersedia


- biasanya semakin besar modal kerja awal, maka biaya operasi
menjadi rendah
- modal kecil --- biaya murah --- cepat mendapat hasil

8. Batas dengan badan bijih lainnya


tingkat tegangan ang tinggi mungkin timbul pada pillar di permukaan
kerja yang berdekatan. Mungkin akan diperlukan material filling pada
stope bekas penambangan untuk mengurangi tegangan yang tinggi
9. Strength dan karakteristik fisik bijih dan batuan dinding atau material
yang berada di atas bijih
meliputi kekuatan batuan bijih, hangingwall, footwall, spasi pecahan
dan kekuatan

10. Biaya penambangan


berkaitan dengan nilai bijih yang akan ditambang, periode modal kerja
bisa diperoleh kembali, kealhian buruh yang tersedia
metode dgn biaya mahal : undercut and fill, square set, cut and fill
shrinkage stoping

11. Produktifitas
kemampuan setiap tenaga kerja menghasilkan broken ore (dalam ton)
setiap gilir kerja

12. Masalah lingkungan


terkait dengan ablesan (subsidence), berkurangnya hutan lokal untuk
penyanggaan, kualitas dump site, dll
Sistem tambang bawah tanah dikelompokkan menjadi 3 bagian:

1. Stope dengan penyanggaan alamiah


a. Open stope dengan underhand stoping

b. Open stope dengan overhand stoping

c. Open stope dengan breast stoping (room and pillar)

d. Sublevel stoping

2. Stope dengan penyanggaan buatan


a. Cut and fill stoping

b. Shrinkage stoping

c. Square-set stoping

d. Stull stoping

e. Longwall mining

f. Undercut and fill

g. Top slicing

3. Metode caving
a. Sublevel caving
b. Block caving
1. Stope dengan penyanggaan alamiah (open stope)
merupakan suatu metode penambangan yang tidak menggunakan
timber atau filling untuk menyangga dinding-dinding, hangingwall
maupun footwall.

Aplikasi :
1. Cebakan dengan bijih yang kuat dan dinding yang kuat, kecuali pada
cebakan tipis yang datar atau sedikit miring
2. Bijih yang nilainya rendah. Jika diterapkan pada bijih yang nilainya
tinggi akan diikuti oleh metode lain untuk mengambil pillar setelah
operasi di daerah tersebut selesai.
3. Dimungkinkan melakukan penambangan secara sangat selektif.
Pada kemiringan steep dipdaerah kadar rendah ditinggalkan sebagai
pillar, pada cebakan tipis tingkat selektifitasnya tinggi
4. Pada cebakan datar dimungkinkan melakukan sortasi di bawah
tanah. Untuk steep dip sortasi di bawah tanah dilakukan terbatas
5. Biasanya terbatas untuk cebakan tabular dengan bentuk teratur,
dinding dengan batas jelas. Terkadang diterapkan pada cebakan
besar, menggumpal dengan dinding tidak teratur
1. OPEN STOPE DENGAN UNDERHAND STOPING

Aplikasi :
1. Endapan dengan ketebalan ideal 3 - 4 m
2. Kemiringan ± 50° yang memungkinkan memanfaatkan grafitasi pada
pemindahan broken ore
3. Hangingwall dan footwall kompeten
4. Biijih boleh tidak kompeten karena akan menjadi tempat berpijak
pekerja
5. Jarang digunakan sebagai metode utama

Keuntungan :
1. Untuk kerja pemborannya baik
2. Memerlukan material penyangga yang sedikit
3. Bisa memanfaatkan grafitasi untuk memindahkan broken ore
4. Semua pemboran dilakukan ke arah bawah
5. Kehilangan bijih halus berkadar tinggi lebih sedikit dibandingkan
dengan pen stope dengan overhand stoping
Kerugian :
1. Sukar melakukan sorting di dalam stope
2. Kondisi kerja berbahaya bagi pekerja yang bekerja di bawah backs
dan walls sehingga interval level harus kecil
3. Fasilitas untuk menempatkan waste di dalam stope sangat kecil
4. Broken ore dari permukaan kerja dikeluarkan pada satu titik
pengeluaran sehingga output sangat terbatas
2. OPEN STOPE DENGAN OVERHAND STOPING

Aplikasi :
1. Endapan dengan ketebalan ideal 3 - 4 m
2. Kemiringan ± 50° yang memungkinkan memanfaatkan grafitasi pada
pemindahan broken ore
3. Pada urat dengan kemiringan besar (> 50 °) pekerja tidak bisa berdiri
di footwall, sehingga perlu membuat platforms untuk berpijak
4. Hangingwall dan footwall kompeten untuk mengurangi pemakaian ore
pillar
5. Badan bijih yang kompeten
6. Jarang digunakan sebagai metode utama
Keuntungan :
1. Posisi backs tidak menimbulakan bahaya karena dilakukan mengikuti
backs sehingga interval bisa lebih besar dibandingkan dengan open
stop underhand stoping
2. Memungkinkan melakukan sorting yang sistematis
3. Waste yang telah disortir dapat ditumpuk pada daerah yang telah
ditambang
4. Kondisi kerja lebih aman dan kondisi aplikasinya lebih elastis
5. Pada kemiringan yang kecil broken ore jatuh pada haulage drive
secara grafitasi

Kerugian :
1. Unjuk kerja pemboran menurun
2. Pada kemiringan kerja > 45° diperlukan platforms untuk berpijak
pekerja tambang
3. Lebih banyak memerlukan material penyangga
4. Lebih besar kemungkinan kehilangan ukuran halus kadar tinggi
3. OPEN STOPE DENGAN BREAST STOPING (STOPE AND PILLAR)

Pembongkaran bijih dilakukan secara maju terhadap bijih yang terletak


horizontal dengan tinggi < 3 m sehingga tidak memungkinkan dilakukan
penambangan dari atas ke bawah. Penyanggan atas biasanya secara
permanen atau semi permanen pillat yang terdiri dari bijih itu sendiri.

Penambangan dilakukan secara sistematis, dan pillar-pillar dapat


ditinggalkan sebagai penyenggaan permanen atau diambil kembali pada
operasi robbing

Kemajuan penambangan dilakukan dengan pemboran, peledakan dan


pengambilan bijih lepas. Dan setiap ruang secara bertahap akan
membentuk dimensi
Aplikasi :
1. Cebakan tidak begitu bernilai tinggi yang mengizinkan bijih ditinggal
sebagai pillar
2. Cebakan dengan ketebalan tidak lebih dari 7 m
3. Cebakan dengan ketebakan > 7 m masih dapat ditambang, namun
kehilangan bijih pada pillar dan bahaya runtuhan dari atap semakin tinggi
4. Cebakan mendatar sampai kemiringan 20° - 50°
a. horizontal mining : stope and pillar yang diterapkan untuk cebakan
mendatar atau hampir mendatar
b. inclined mining : stope and pillar yang diterapkan untuk cebakan
dengan kemiringan 20° - 30°, penambangan dilakukan searah
kemiringan cebakan
c. step mining : stope and pillar yang diterapkan untuk cebakan dengan
kemiringan 30° - 50°, penambangan dilakukan berurutan untuk
menghasilkan daerah kerja
5. Batuan atap dan lantai yang kuat untuk meminimalkan pemakaian pillar
6. Bijih harus kuat untuk mengurangi lebar pillar
7. Kedalaman tidak terlalu besar untuk mengurangi beban pillar
Keuntungan :
1. Biaya penambangan rendah
2. Memungkinkan melakukan seleksi pada stope dan waste
ditinggalkan pada ruang kosong yang ada
3. Memungkinkan melakukan mekanisasi dari drilling sampai loading
dengan menggunakan perlengkapan trackless
4. Periode development cepat dan development dilakukan pada bijih itu
sendiri

Kerugian :
1. Kehilangan bijih pada pillar mencapai 40% dan bila dilakukan pillar
roobing kehilangan menjadi 20%
2. Bahaya runtuhan hangingwall
3. Daerah yang harus diatur ventilasinya sangat luas
4. SUBLEVEL STOPING

Aplikasi :
1. Paling ideal untuk cebakan dengan kemiringan 50° - 90° yaitu
kemiringan footwall > dari pada sudut gelinciran broken ore
2. Hangingwall dan footwall harus kompeten
3. Bijih harus kompeten
4. Bijih dengan batas dan penyebaran kadar merata
5. Untuk bijih sulfida yang memerlukan penanganan flotasi

Keuntungan :
1. Mengurangi drilling delay untuk peledakan, scaning dan mucking
2. Pemboran dilakukan secara kontinyu pada tahap development
3. Longhole driller dapat diledakkan di seluruh stope untuk memberikan
broken ore yang cukup banyak
4. Lebih fleksibel bila dibandingkan shrinkage stoping
5. Aman dari bahaya kebakaran
Kerugian :
1. Tidak memungkinkan melakukan sorting yang efektif
2. Block broken ore yang besar bisa menyumbat grawpoints
3. Ventilasi lebih sukar dibandingkan dengan shrinkage stoping
4. Memberikan rongga yang besar
5. Losses dan dilusi cukup besar
6. Memerlukan periode yang lama sebelum stope dapat berproduksi
2. Stope dengan penyanggaan buatan (supported)
apabila batuan didinding atau bijih bersifat lemah dan akan terjadi
runtuhan apabila ditambang secara open stoping, maka diperlukan
metode penyanggaan untuk menghindari terjadinya jatuhan waste rock
dari suatu stope atau dari terjadinya penyempitan dan pelebaran suatu
stope

Beralihnya penggunaan timber ke metode cut and fill dengan pertimbangan :


1. Meningkatnya biaya timber
2. Meningkatnya biaya buruh dan berkurangnya ahli atau pekerja terampil
timberman
3. Berkembangnya metode penyanggaan atap, seperti baut batuan untuk
melindungi pekerja dari jatuhan batuan atap
4. Berkembangnya pengisian hidraulik yang secara mudah dapat membawa
material filling ke permuka kerja dan akan segera mengeras dengan
kekuatan tinggi. Filling seperti ini akan menyeluruh menyangga dinding
stope, mengisi rongga-rongga dan memberikan lantai kerja yang stabil
dan rata untuk pekerja
1. CUT AND FILL STOPING

Aplikasi :
1. Untuk menggantikan sublevel stoping dan shrinkage stoping pada
penambangan yang sangat dalam dimana tegangan batuan menjadi
sangat besar
2. Badan bijih harus cukup kompeten mengingat pekerja harus berada di
bawah punggung bijih
3. Hangingwall dan footwall boleh tidak kompeten, karena langsung
disangga dengan material filling
4. Bijih dengan batas tidak teratur dan bijih yang diskontinyu dilakukan
penambangan pada bijih kadar tinggi dan meninggalkan bijih kadar
rendah sebagai filling
5. Untuk mengambil pillar yang berkadar tinggi, misal pilar yang terletak
di antara dua stope pada sublevel stoping
6. Kemiringan bijih yang < 65° bisa menyebabkan dilusi
Keuntungan :
1. Metode filling memberikan tingkat seleksitifitas lebih tinggi dibandingkan
shrinkage dan sublevel stoping
2. Stope lebih mudah diatur ventilasinya
3. Dilusi bisa ditekan seminimum mungkin
4. Dinding di antara dua stope yang berdekatan bisa lebih tepis
dibandingkan metode stoping yang lain
5. Stope fleksibel mengikuti cebakan sempit kadar tinggi (misal : urat
emas)
6. Stabilitas stope dijamin karena dinding yang lemah disangga dengan
waste filling
Kerugian :
1. Memerlukan material filling yang mahal
2. Memerlukan lebih banyak buruh untuk menangani filling
3. Diperlukan air yang banyak untuk pulp dan air tersebut harus dipompa
kembali ke permukaan
4. Lebih mahan dibandingkan shrinkage dan sublevel stoping
5. Semen dan pasir halus untuk filling bisa menyumbat pompa dan pipa
6. Output dari stope terbatas karena adanya kegiatan filling
2. SHRINKAGE STOPING

Seperti sublevel stoping, shrinkage diterapkan untuk badan bijih yang


besar dengan kemiringan 50°-90°.

Bijih dihancurkan (broken ore) dan dibiarkan terkumpul di dalam stope.


Mengingat bijih akan mengembang setelah dihancurkan, maka sekitar
35% dari broken ore harus diambil untuk memberikan ruang bagi
pekerja untuk bekerja.
Aplikasi :
1. Ideal untuk bijih dengan kemiringan 50°-90° (steeply) yang lebih besar
dari sudut gelincir broken ore
2. Urat sempit sampai lebar
3. Badan bijih dengan bentuk teratur untuk menghindari losses dan dilusi
4. Ketebalan bijih > 5 meter
5. Hangingwall dan footwall dinding cukup stabil sehingga tidak terjadi
crushing dan spaling bila broken ore diambil
6. Untuk bijih yang broken orenya tidak menggumpal bila ditumpuk
dalam waktu lama di dalam stope (bila ditumpuk dalamwaktu lama,
broken sulphide ores bisa teroksidasi dan terjadi spontaneous
combustion)
7. Bijih harus kuat sehingga penyanggaan pada atap bisa seminimal
mungkin
8. Kadar sebaiknya seragam karena tidak memungkinkan soting
Keuntungan :
1. Biaya development rendah
2. Kebutuhan timber sangat sedikit
3. Biaya ventilasi murah
4. Sederhana dan mudah dikerjakan
5. Development cepat sehingga recovery cepat
6. Blok yang berukuran besar dapat diledakkan di dalam stope
7. Sejumlah besar pekerja dapat bekerja dalam stope

Kerugian :
1. Selalu terjadi runtuhan waste dari dinding yang menyebabkan dilusi
2. Sukar untuk menambang/mengambil off-shoots
3. Bijih ditinggal dalam stope untuk waktu yang lama sehingga investasi tidak
segera kembali
4. Hanya cocok untuk bijih tertentu karena persyaratannya sangat ketat
5. Kondidi lantai kurang nyaman untuk pergerakan para pekerja dan peralatan
6. Badan bijih yang terletak pada waste rock tidak bisa ditambang
7. Untuk menghindari runtuhan maka stope perlu difilling
8. Kondisi kerja yang berbahaya, khususnya pada saat penarikan broken ore
Keuntungan sublevel stoping terhadap shrinkage stoping :
1. Resiko kebakaran lebih kecil pada penambangan cebakan sulfida
2. Konsumsi bahan peledak lebih sedikit karena bijih lepas akan lebih
terdisintegrasi pada saat bergerak dalam stope
3. Kondisi penerapan sublevel stoping lebih fleksibel
4. Sarana memasuki permuka kerja lebih mudah
5. Diperlukan lebih sedikit pekerja pemboran dilakukan lebih efisien
dengan long hole drills

Keuntungan shrinkage stoping terhadap sublevel stoping :


1. Diperlukan development lebih sedikit
2. Memperoleh kontak dengan dinding cebakan yang lebih baik
sehingga memungkinkan memperoleh semua bijih dalam stope
3. Dinding penggalian setiap saat disangga dengan bijih lepas sehingga
lebih sedikit dilusi dari dinding-dindingnya
4. Bijih dapat dihancurkan lebihkecil dalam stope
5. Metode ini dapat diterapkan terhadap bantuan lebih lemah
dibandingkan sublevel stoping
2. SQUARE-SET STOPING

Aplikasi :
1. Ideal untuk bijih dengan kemiringan 50°-90° (steeply) yang lebih besar
dari sudut gelincir broken ore
2. Urat sempit sampai lebar
3. Badan bijih dengan bentuk teratur untuk menghindari losses dan dilusi
4. Ketebalan bijih > 5 meter
5. Hangingwall dan footwall dinding cukup stabil sehingga tidak terjadi
crushing dan spaling bila broken ore diambil
6. Untuk bijih yang broken orenya tidak menggumpal bila ditumpuk
dalam waktu lama di dalam stope (bila ditumpuk dalamwaktu lama,
broken sulphide ores bisa teroksidasi dan terjadi spontaneous
combustion)
7. Bijih harus kuat sehingga penyanggaan pada atap bisa seminimal
mungkin
8. Kadar sebaiknya seragam karena tidak memungkinkan soting
Keuntungan :
1. Ekstraksi tinggi
2. Dapat diterapkan untuk menambang pada sembarang kondisi batuan
3. Bijih disangga secara menyeluruh
4. Penanganan ventilasi mudah
5. Relatif aman dari kebakaran pada penambangan bijih sulfida
6. Fleksibel, arah kemajuan stope dapat diatur mengikuti arah penyebaran
bijih
7. Bisa diaplikasikan untuk segala jenis kondisi batuan

Kerugian :
1. Biaya pekerja dan material sangat tinggi
2. Tidak memungkinkan mekanisasi secara penuh
3. Kemungkinan timbulnya bahaya kebakaran dari timber
4. Ekstraksi sangat lambat
5. Pembusukan kayu bisa menyulitkan ventilasi
6. Seringkali memerlukan material filling
4. STULL STOPING

Aplikasi :
1. Badan bijih dengan ketebalan < 5 – 7 m
2. Badan bijih dengan kemiringan 50° - 90° yang memungkinkan
pemanfaatan grafitasi
3. Bijih dengan kemiringan > 45° memerlukan slusher untuk mengambil
broken ore
4. Bijih kadar tinggi yang lebih memerlukan recovery tinggi
dibandingkan biaya penambangan
5. Sebagai alternatif metode cit and fill bila material filling tidak tersedia
atau bila tersedia pasokan timber dengan mudah
6. Batuan dinding cukup kompeten sehingga rongga bekas
penambangan tidak perlu di filling
Keuntungan :
1. Bijih dapat disortir di dalam stope dan waste ditinggalkan di dalam
stope
2. Dapat digunakan untuk menambang bijih yang mempunyai batas
tidak jelas
3. Relatif memebrikan kondisi kerja yang aman
4. Dapat diubah menjadi metode lain (fleksibel)

Kerugian :
1. Memerlukan penyanggaan timber yang banyak
2. Dalam jangka waktu lama kekuatan timber berkurang dan dinding
stope bisa runtuh atau menimbulkan amblesan
3. Labour intensive dan mungkin sukar memperoleh buruh terampil
5. LONGWALL MINING

Longwall mining merupakan metode eksploitasi yang diterapkan pada


cebakan mendatar, tipis, tabular. Metode longwall mining biasanya
diaplikasikan untuk batubara

Aplikasi :
1. Hanya untuk cebakan yang tipis (± 2 m) dengan ketebalan merata
umumnya lapisan dengan penyebaran merata
2. Untuk kondisi batuan kompetisi atau inkompeten karena daerah
kerja akan disangga
3. Kemiringan bijih > 30°

Keuntungan :
1. Ekstraksi (recovery) tinggi
2. Cepat berproduksi sehingga pengembalian modal cepat
3. Development sederhana hanya memerlukan sistem haulage drift
Kerugian :
1. Headroom rendah
2. Biasanya produksinya rendah
3. Selalu terjadi bahaya ambrukan atap
4. Memerlukan penyanggaan yang sistematis
5. Hanya bisa diterapkan untuk lapisan bijih tipis
6. UNDERCUT AND FILL

Aplikasi :
1. Sebagai metode untuk menambang rib pillar
2. Sebagai metode untuk menambang crown pillar
3. Untuk kondisi batuan yang jelek
4. Untuk kondisi dimana batuan diatas penggalian tidak dijamin
karakteristiknya dengan pasti

Keuntungan :
1. Sangat sedikit keuntungan, merupakan pilihan terakhir untuk
memperoleh dengan nilai ekonomis tinggi

Kerugian :
1. Biayanya mahal
2. Efisiensinya rendah
3. Penggunaan material sangat banyak
7. TOP SLICING

Aplikasi :
1. Bijih mempunyai capping lemah yang segera runtuh
apabila penyangga dibawahnya dihancurkan
2. Dinding-dinding lemah atau kuat. Hangingwall yang
lemah sangat cocok untuk top slicing karena hangingwall
yang kuat akan gagal membentuk runtuhan yang
sempurna
3. Tersedia pasokan timber yang cukup dan murah
4. Diijinkan terjadi amblesan dan runtuhan di permukaan
tanah
5. Mengambil pillar diantara stope pada badly broken
ground
Keuntungan :
1. Merupakan metode yang aman untuk heavy ground
2. Ekonomis, khususnya jika timber tersedia dengan harga
murah
3. Ekstraksinya tinggi dan secara teoritis tidak terjadi dilusi
4. Aman khususnya bila pengawasan dilakukan dengan
yang memadai
5. Bila kondisi pasar tidak memungkinkan penambangan
dilanjutkan maka stope dan slice dapat diledakkan
sehingga bijih tetap berada dalam kondisi yang baik
6. Dapat segera dilakukan penambangan terhadap bijih
setelah development selesai
Kerugian :
1. Jika timbel dan lagging tidak dipasok cukup dan harganya
mahal, maka top slicing akan memerlukan biaya yang
tinggi
2. Lebih mahal dibandingkan dengan metode yang lain
walaupun dilusinya rendah dan ekstraksinya tinggi
3. Tidak cocok untuk kondisi permukaan yang tidak
diperkenankan terjadi amblesan
4. Ventilasinya sulit
5. Akumulasi timber sering menimbulkan bahaya kebakaran
6. Untuk mendapatkan hasil yang besar memerlukan
sejumlah besar working place
7. Development relatif lama sehingga output tidak dapat
ditingkatkan dengan segera
8. Kegiatan timbering dan peruntuhannya memerlukan waktu
sehingga mengurangi waktu untuk breaking dan mucking
9. Jika timbel dan lagging tidak dipasok cukup dan harganya
mahal, maka top slicing akan memerlukan biaya yang
tinggi
10. Pengangkutan timber, papan, kabel, dll memebrlukan
biaya mahal dan waktu yang lama
11. Tidak memungkinkan dilakukan sorting pada stope
12. Kadang-kadang proses runtuhan capping/timber mat di
atas slice tidak lancar dan membentuk rongga besar
sehingga kemungkidan dapat terjadi runtuhan
METODE CAVING

Metode caving/metode ambrukan memanfaatkan berat bijih


atau tekanan batuan diatasnya atau keduanya secara
bersamaan sehingga kegiatan penambangan menjadi
lebih mudah dan tersedia fasilitas penyanggaraan
secara otomatis.

Semakin besar kecenderungan bijih untuk runtuh dengan


sendirinya dan semakin mudah batuan diatas bijih
untuk runtuh dan mengisi daerah kosong maka semakin
sukses penerapan metode ambrukan.
1. SUBLEVEL CAVING

Aplikasi :
1. Ideal untuk bijih yang besar yang cukup kompeten
2. Badan bijihnya sempit dengan kemiringan 50-90° dan
mempunyai dimensi vertikal yang besar
3. Dapat menggantikan metode cut and fill
4. Cocok untuk bijih segala kedalaman dimana tidak
tergantung pada dinding batuan kompeten
5. Terjadi runtuhan yang menerus pada hangingwall selama
proses pengambilan bijih
6. Untuk kondisi yang mengizinkan terjadinya dilusi dengan
waste dan losses
7. Cocok untuk bijih dimana mineral berharga dan waste
rock bisa secara mudah dipisahkan
Keuntungan :
1. Mudah dilakukan mekanisasi
2. Tidak ada pilar yang ditinggalkan
3. Operasi dengan produksi yang besar
4. Memungkinkan seleksi pada bijih dengan berbgai kadar
5. Developmen dilakukan pada bijih itu sendiri
6. Merupakan metode yang paling ekonomis dan aman untuk batuan
yang inkompeten
7. Development opening tidak harus dipertahankan terus menerus
8. Adanya kecenderungan caving pada dinding akan membantu proses
pengecilan broken ore

Kerugian :
1. Dilusinya tinggi (pada kondisi ideal recovery 90% dan dilusi 10%)
2. Penambangan tidak terkonsentrasi sehingga pengawasannya sulit
2. BLOCK CAVING

Aplikasi :
1. Untuk urat yang lebar dan lapisan yang tebal, cebakan
masive yang homogen yang terletak di bawah overburden
bersifat segera runtuh
2. Batuan penutup mempunyai sifat runtuh
3. Bijih bersifat cukup kuat (tidak runtuh) saat berlangsung
development dan segera runtuh bila diledakkan
4. Daerah bijih relatif kering untuk menghindari terbentuknya
lumpur yang akan mempersulit kontrol penarikan bijih
5. Distribusi kadarnya seragam
6. Cebakan porphiry copper yang mempunyai bijih dan
capping yang lemah
Keuntungan :
1. Biaya penambangan cukup rendah
2. Output tinggi 10.000 – 100.000 ton/hari
3. Bersifat mekanisasi sehingga tenaga buruh sedikit
4. Kebutuhan timber sedikit sehingga menurangi bahaya kebakaran
5. Produksi terkonsentrasi sehingga mempermudah pengawasan
6. Memungkinkan ventilasi natural dengan baik
7. Kecelakaan tambang rendah

Kerugian :
1. Modal yang diperlukan relatif besar
2. Kegiatan developmen cukup lama
3. Terjadi dilution bijih dengan waste
4. Bijih kadar rendah pada capping dan pada batas badan bijih akan
hilang
5. Tidak fleksibel
PEMILIHAN METODE SECARA NUMERIK

Beberapa metode numerik untuk mengkaji aplikasi suatu tambang


bawah tanah, tetapi diklasifikasikan menjadi 10 metode :
1. Open pit
2. Room and pillar
3. Sublevel caving
4. Cut and fill
5. Shirinkage stoping
6. Square-set stoping
7. Longwall mining
8. Top slicing
9. Sublevel stoping
10. Block caving
Parameter yang diperlukan dalam pemiliha metode
penambangan secara numerik :
1. Geometri dan distribusi kadar cebakan
2. Kekuatan (streght) massa batuan untuk daerah bijih,
hangingwall dan footwall
3. Biaya penambangan dan modal yang dibutuhkan
4. Laju penambangan
5. Tipe kemampuan buruh/tenaga kerja
6. Masalah lingkungan
7. Pertimbangan-pertimbangan khusus lainnya
Data yang digunakan :
1. Geologi
dapat dibuat berupa peta penampang dan potongan
geologi yang akan menunjukkan tipe batuan utama, zona
alterasi, urat, sumbu lipatan, dll
2. Geometri cebakan dan distribusi kadar
a. Bentuk (general shape)
- Dimensi teratur (massive)
- Lembaran-tabung (tabular/platy)
- Tak beraturan ( irregular)
b. Ketebalan bijih
- tipis (morrow) : < 10 m (30 ft)
- sedang (intermediete) : 10 < 30 m (30 – 100 ft)
- tebal (thick) : 30 – 100 m (100 – 325 ft)
- sangat tebal (very thick) : > 100 m (325 ft)
c. Penunjaman
- datar (flat) : < 20°
- sedang (intermediet) : 20° - 55°
- curam (step) : > 55 °
d. Kedalaman bijih
e. Distribusi kadar
- seragam (uniform)
- bertahap (gradational)
- tak menentu (eratic)
3. Karakteristik mekanika batuan
a. Kekuatan batuan intack
- lemah (weak) : < 6
- sedang (moderate) : 8 – 15
- kuat (stong) : > 15
b. Spasi pecahan
- sangat rapat (very close) : > 16 pecahan/m
- rapat (close) : 10 – 16 pecahan/m
- lebar (wide) : 3 – 10 pecahan/m
- sangat lebar (very wide) : < 3 pecahan/m
c. Kuat geser pecahan
- lemah (weak)
- sedang (moderate)
- kuat (strong)
Langkah-langkah Metode Pertambangan Secara Numerik

1. Menentukan karakteristik geometri dan distribusi kadar


2. Menetapkan nilai numerik untuk setiap karakteristik
geometri dan distribusi kadar menggunakan tabel 1
3. Menetapkan nilai numerik setiap karakteristik mekanika
batuan untuk daerah bijih, daerah hangingwall dan daerah
footwall (tabel 2, 3 dan 4
4. Menjumlahkan nilai numerik dari karakteristik geometri
dan distribusi kadar, karakteristik mekanika batuan daerah
bijih, daerah hangingwall dan daerah footwall
5. Menyusun rangking metode penambangan berdasarkan
besar nilai numeriknya
Nilai rank pada kesesuaian geometri/distribusi kadar,
karakteristik mekanika batuan daerah bijih, daerah
hangingwall dan daerah footwall

Ranking Nilai Keterangan


Preferred 3–4 Karakteristik yang ada sangat cocok untuk aplikasi
metode penambangan tertentu
Probable 1–2 Karakteristik yang ada memungkinkan aplikasi
metode penambangan tertentu
Unlikely 0 Karakteristik yang ada sebenarnya tidak
memungkinkan aplikasi metode penambangan
tertentu, tetapi jg tidak menyimpang apabila metode
penambangan tersebut akan diaplikasikan
Eliminated -49 Karakteristik yang ada tidak memungkinkan aplikasi
metode penambangan tertentu
Tabel 1. Nilai Numerik Untuk Geometri/Distrbuasi Kadar
Pada Berbagai Metode Penambangan

Mining Methode General Ore Thickenes Ore Plung Grade


Shape Dsitribution
M T/P I M I T VT F I S U G E
Open Pit 3 2 3 2 3 4 4 3 2 4 3 3 3
Block Caving 4 2 0 -49 0 2 4 3 2 4 4 2 0
Sublevel Stoping 2 2 1 1 2 4 3 2 1 4 3 3 1
Sublevel Caving 3 4 1 -49 0 4 4 1 1 4 4 2 0
Longwall -49 4 -49 4 0 -49 -49 4 0 -49 4 2 0
Room and Pillar 0 4 2 4 2 -49 -49 4 1 0 3 3 3
Shrinkage Stp. 2 2 1 1 2 4 3 2 1 4 3 2 1
Cut and Fill 0 4 2 4 4 0 0 0 3 4 3 3 3
Top Slicing 3 3 0 -49 0 3 4 4 1 2 4 -2 0
Square Set 0 2 4 4 4 1 1 2 3 3 3 3 3
Tabel 2. Nilai Numerik Untuk Karakteristik Mekanika
Batuan Daerah Bijih

Rock Substance Fracture Spacing Fracture


Mining Methode Strength Strength
W M S VC C W VW W M S
Open Pit 3 4 4 2 3 4 4 2 3 4
Block Caving 4 1 1 4 4 3 0 4 3 0
Sublevel Stoping -49 3 4 0 0 1 4 0 2 4
Sublevel Caving 0 3 3 0 2 4 4 0 2 2
Longwall 4 1 0 4 4 0 0 4 3 0
Room and Pillar 0 3 4 0 1 2 4 0 2 4
Shrinkage Stp. 1 3 4 0 1 3 4 0 2 4
Cut and Fill 3 2 2 3 3 2 2 3 3 2
Top Slicing 2 3 3 1 1 2 4 1 2 4
Square Set 4 1 1 4 4 2 1 4 3 2
Tabel 3. Nilai Numerik Untuk Karakteristik Mekanika
Batuan Daerah Hangingwall

Rock Substance Fracture Spacing Fracture


Mining Methode Strength Strength
W M S VC C W VW W M S
Open Pit 3 4 1 2 3 4 4 2 3 4
Block Caving 4 2 1 3 4 3 0 4 2 0
Sublevel Stoping -49 3 4 -49 0 1 4 0 2 4
Sublevel Caving 3 2 1 3 4 3 1 4 2 0
Longwall 4 2 0 4 4 3 0 4 2 0
Room and Pillar 0 3 4 0 1 2 4 0 2 4
Shrinkage Stp. 4 2 1 4 4 3 0 4 2 0
Cut and Fill 3 2 2 3 3 2 2 4 3 2
Top Slicing 4 2 1 3 3 3 0 4 2 0
Square Set 3 2 2 3 3 2 2 4 3 2
Tabel 4. Nilai Numerik Untuk Karakteristik Mekanika
Batuan Daerah Footwall

Rock Substance Fracture Spacing Fracture


Mining Methode Strength Strength
W M S VC C W VW W M S
Open Pit 3 4 4 2 3 4 4 2 3 4
Block Caving 2 3 3 1 3 3 3 1 3 3
Sublevel Stoping 0 2 4 0 0 2 4 0 1 4
Sublevel Caving 0 2 4 0 1 3 4 0 2 4
Longwall 2 3 3 1 2 4 3 1 3 3
Room and Pillar 0 2 4 0 1 3 3 0 3 3
Shrinkage Stp. 2 3 3 2 3 3 2 2 2 3
Cut and Fill 4 2 2 4 4 2 2 4 4 2
Top Slicing 2 3 3 1 3 3 3 1 2 3
Square Set 4 2 2 4 4 2 2 4 4 2
Contoh Kasus :

Dari data eksplorasi diketahui hal-hal berikut ini :


1. Geometri dan distribusi kadar
a. bentuk : lembaran/tabung
b. ketebalan bijih : 120 m
c. penunjaman bijih : 18°
d. distribusi kadar : seragam
e. kedalaman : 130 m
2. Karakteristik mekanika batuan
a. Daerah bijih
- kekuatan batuan : 10
- spaci pecahan : 13 pecahan/m
- kekuatan pecahan : sedang
b. Daerah hangingwall
- kekuatan batuan : 17
- spaci pecahan : 7 pecahan/m
- kekuatan pecahan : sedang
c. Daerah Footwall
- kekuatan batuan :9
- spaci pecahan : 13 pecahan/m
- kekuatan pecahan : lemah
OP BC SLS SLC LW R&P ShS C&F TS SS
Geometri/Distribusi kadar
a. Bentuk 2 2 2 4 4 4 2 4 3 2
b. Ketebalan bijih 4 4 3 4 -49 -49 3 0 4 1
c. Penunjaman bijih 3 3 2 1 4 4 2 0 4 2
d. Distribusi kadar 3 4 3 4 4 3 3 3 4 3
e. Kedalaman - - - - - - - - - -
TOTAL 1 12 13 10 13 -37 -38 10 7 15 8
Karakteristik Mekanika Batuan
a. Daerah bijih
kekuatan batuan 4 1 3 3 1 3 3 2 3 1
spasi pecahan 3 4 0 2 4 1 1 3 1 4
kekuatan pecahan 3 3 2 2 3 2 2 3 2 3
b. Daerah hangingwall
kekuatan batuan 1 1 4 1 0 4 1 2 1 2
spasi pecahan 4 3 1 3 3 2 3 2 3 2
kekuatan pecahan 3 2 2 2 2 2 2 3 2 3
c. Daerah footwall
kekuatan batuan 4 3 4 4 3 4 3 2 3 2
spasi pecahan 3 3 0 1 2 1 3 4 3 4
kekuatan pecahan 2 1 0 0 1 0 2 4 1 4
TOTAL 2 27 21 16 18 19 17 21 26 19 25
TOTAL (TOTAL 1 + TOTAL 2) 39 34 26 31 -18 -21 31 33 34 33
Pemilihan metode penambangan secara numerik bukan untuk memilih
metode penambangan secara final, melainkan dimaksudkan untuk
menunjukkan bahwa metode penambangan yang dipilih perlu
mendapatkan perhatian dan study lebih lanjut.

Beberapa pertimbangan lain yang diperlukan dalam pemilihan metode


penambangan selain secara numerik, yaitu :
1. BESR
2. Biaya produksi
3. Produktifitas
4. Tipe dan kemampuan tenaga kerja
5. Masalah-masalah lingkungan
6. Ketersediaan air
7. Pertimbangan khusus lainnya
Biaya Metode Penambangan (menurut B.Acton, 1973)

Metode Biaya ($/ton)


Open Pit 1,50
Block Caving 1,25
Sublevel Stoping 2,50
Room and Pillar 3,00
Shrinkage Stoping 3,00
Sublevel Caving 3,75
Cut and Fill 6,00
Square Set 9,50
Undercut and Fill 10,50
Produktifitas Setiap Metode Penambangan

Metode Tons-per-manshift ratio


Penambangan Normal Tinggi
Room and Pillar 30 – 50 50 – 70
Sublevel Caving 20 – 40 40 – 50
Block Caving 15 – 40 40 – 50
Sublevel Stoping 15 – 30 30 – 40
Cut and Fill 15 – 20 30 – 40
Shrinkage Stoping 5 – 10 10 – 15
Square Set 1–3 -
Biaya Metode Penambangan :

Metode Biaya ($/ton) Nilai Numerik


Open Pit 1,50
Block Caving 1,25
Sublevel Stoping 2,50
Room and Pillar 3,00
Shrinkage Stoping 3,00
Sublevel Caving 3,75
Cut and Fill 6,00
Square Set 9,50
Undercut and Fill 10,50
Produktifitas Setiap Metode Penambangan

Metode Tons-per-manshift ratio Nilai


Penambangan Normal Tinggi Numerik
Room and Pillar 30 – 50 50 – 70
Sublevel Caving 20 – 40 40 – 50
Block Caving 15 – 40 40 – 50
Sublevel Stoping 15 – 30 30 – 40
Cut and Fill 15 – 20 30 – 40
Shrinkage Stoping 5 – 10 10 – 15
Square Set 1–3 -

Anda mungkin juga menyukai