Anda di halaman 1dari 12

TUGAS

MAKALAH ENDAPAN EMAS

Di susun
oleh:

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM
2016

KATA PENGANTAR

Rasa syukur yang dalam saya sampaikan ke hadiran Tuhan Yang Maha Pemurah, karena
berkat kemurahanNya makalah ini dapat selesaikan sesuai yang diharapkan. Dalam makalah
ini membahas ENDAPAN EMAS, suatu pembahasan mengenai mineral dan proses
terbentuknya endapan mineral.
Makalah ini dibuat dalam rangka memperdalam pemahaman mengenai cara mengetahui
potensi mineral yang terkandung pada suatu bantuan endapan dan sebagainya serta untuk
dapat mendapatkanya diperlukan cara, yaitu menggunaka jebakan mineral tersebut, setiap
mineral cara penjebakanya pun berbeda-beda, sehingga akan dibahas dalam makalah ini.
Dengan dibuatnya makalah ini kita mengharapkan, agar masyarakat pada umumnya
lebih memahami bagaimanan endapan emas terbentuk. Sehingga dapat dilihat potensi mineral
pada suatu permukaan bumi.

Mataram, 17 November 2016


Penulis,

BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Emas adalah unsur kimia dlm tabel periodik yang memiliki simbol Au (bahasa Latin:
'aurum') dan nomor atom 79. Sebuah logam transisi (trivalen dan univalen) yang lembek,
mengkilap, kuning, berat, "malleable", dan "ductile". Emas tidak bereaksi dengan zat kimia
lainnya tetapi terserang oleh klorin, fluorin dan aqua regia. Logam ini banyak terdapat di
nugget emas atau serbuk di bebatuan dan di deposit alluvial dan salah satu logam coinage.
Kode ISOnya adalah XAU. Emas melebur dalam bentuk cair pada suhu sekitar 1000 derajat
celcius.
Emas merupakan logam yang bersifat lunak dan mudah ditempa, kekerasannya berkisar
antara 2,5 3 (skala Mohs), serta berat jenisnya tergantung pada jenis dan kandungan logam
lain yang berpadu dengannya. Mineral pembawa emas biasanya berasosiasi dengan mineral
ikutan (gangue minerals). Mineral ikutan tersebut umumnya kuarsa, karbonat, turmalin,
flourpar, dan sejumlah kecil mineral non logam. Mineral pembawa emas juga berasosiasi
dengan endapan sulfida yang telah teroksidasi. Mineral pembawa emas terdiri dari emas
nativ, elektrum, emas telurida, sejumlah paduan dan senyawa emas dengan unsur-unsur
belerang, antimon, dan selenium. Elektrum sebenarnya jenis lain dari emas nativ, hanya
kandungan perak di dalamnya >20%.
Emas terbentuk dari proses magmatisme atau pengkonsentrasian di permukaan. Beberapa
endapan terbentuk karena proses metasomatisme kontak dan larutan hidrotermal, sedangkan
pengkonsentrasian secara mekanis menghasilkan endapan letakan (placer). Genesa emas
dikatagorikan menjadi dua yaitu:

Endapan primer; dan

Endapan plaser.

Emas digunakan sebagai standar keuangan di banyak negara dan juga digunakan sebagai
perhiasan, dan elektronik. Penggunaan emas dalam bidang moneter dan keuangan
berdasarkan nilai moneter absolut dari emas itu sendiri terhadap berbagai mata uang di
seluruh dunia, meskipun secara resmi di bursa komoditas dunia, harga emas dicantumkan
dalam mata uang dolar Amerika. Bentuk penggunaan emas dalam bidang moneter lazimnya
berupa bulion atau batangan emas dalam berbagai satuan berat gram sampai kilogram

Maksud dan Tujuan


Adapun maksud dan tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
1.

Untuk melengkapi tugas mata kuliah eksplorasi

2.

Untuk memberikan pembaca informasi mengenai endapan emas

BAB II
PEMBAHASAN
Emas
Emas adalah logam yang berwarna kekuningan, yang namanya diambil dari bahasa
inggris kuno Geolu yang artinya kuning, symbol kimianya Au dari bahasa latin Aurum. Berat
jenisnya 19,32 g/cm3, titik bekunya 10640C dan titik didihnya 30810C. Sifatnya lembut dan
lunak sehingga mudah dibentuk. Hingga sekarang emas masih menjadi pilihan utama usaha
pertambangan logam, terlebih karena harga logamnya yang saat ini melonjak drastis higga
mencapai lebih dari US$700/oz.
Metode penambangan emas
Pada industri, emas diperoleh dengan cara mengisolasinya dari batuan bijih emas (ekstraksi).
Menurut Greenwood dkk (1989), batuan bijih emas yang layak untuk dieksploitasi sebagai
industri tambang emas, kandungan emasnya sekitar 25 g/ton (25 ppm).
Berdasarkan proses terbentuknya, endapan emas dikatagorikan menjadi dua yaitu :
1. Endapan primer / Cebakan Primer
Pada umumnya emas ditemukan dalam bentuk logam (native) yang terdapat di dalam
retakan-retakan batuan kwarsa dan dalam bentuk mineral yang terbentuk dari proses
magmatisme atau pengkonsentrasian di permukaan. Beberapa endapan terbentuk karena
proses metasomatisme kontak dan larutan hidrotermal.
2. Endapan plaser / Cebakan Sekunder
Emas juga ditemukan dalam bentuk emas aluvial yang terbentuk karena proses
pelapukan terhadap batuan-batuan yang mengandung emas (gold-bearing rocks, Lucas,
1985). Dimana pengkonsentrasian secara mekanis menghasilkan endapan letakan ( placer ).
Metode penambangan emas sangat dipengaruhi oleh karakteristik cebakan emas primer atau
sekunder yang dapat mempengaruhi cara pengelolaan lingkungan yang akan dilakukan untuk
meminimalisir dampak kegiatan penambangan tersebut. Cebakan emas primer dapat

ditambang secara tambang terbuka ( open pit ) maupun tambang bawah tanah ( underground
minning ). Sementara cebakan emas sekunder umumnya ditambang secara tambang terbuka.

Cebakan Primer
Cebakan primer merupakan cebakan yang terbentuk bersamaan dengan proses
pembentukan batuan. Salah satu tipe cebakan primer yang biasa dilakukan pada
penambangan skala kecil adalah bijih tipe vein ( urat ), yang umumnya dilakukan dengan
teknik penambangan bawah tanah terutama metode gophering / coyoting ( di Indonesia
disebut lubang tikus ). Penambangan dengan sistem tambang bawah tanah (underground),
dengan membuat lubang bukaan mendatar berupa terowongan (tunnel) dan bukaan vertikal
berupa sumuran (shaft) sebagai akses masuk ke dalam tambang. Penambangan dilakukan
dengan menggunakan peralatan sederhana ( seperti pahat, palu, cangkul, linggis, belincong )
dan dilakukan secara selectif untuk memilih bijih yang mengandung emas baik yang berkadar
rendah maupun yang berkadar tinggi.
Terhadap batuan yang ditemukan, dilakukan proses peremukan batuan atau penggerusan,
selanjutnya dilakukan sianidasi atau amalgamasi, sedangkan untuk tipe penambangan
sekunder umumnya dapat langsung dilakukan sianidasi atau amalgamasi karena sudah dalam
bentuk butiran halus.
Beberapa karakteristik dari bijih tipe vein ( urat ) yang mempengaruhi teknik penambangan
antara lain :
1. Komponen mineral atau logam tidak tersebar merata pada badan urat.
2. Mineral bijih dapat berupa kristal-kristal yang kasar.
3. Kebanyakan urat mempunyai lebar yang sempit sehingga rentan dengan pengotoran
( dilution ).
4. Kebanyakan urat berasosiasi dengan sesar, pengisi rekahan, dan zona geser
(regangan), sehingga pada kondisi ini memungkinkan terjadinya efek dilution pada
batuan samping.

5. Perbedaan assay ( kadar ) antara urat dan batuan samping pada umumnya tajam,
berhubungan dengan kontak dengan batuan samping, impregnasi pada batuan
samping, serta pola urat yang menjari ( bercabang ).
6. Fluktuasi ketebalan urat sulit diprediksi, dan mempunyai rentang yang terbatas, serta
mempunyai kadar yang sangat erratic ( acak / tidak beraturan ) dan sulit diprediksi.
7. Kebanyakan urat relatif keras dan bersifat brittle.
Dengan memperhatikan karakteristik tersebut, metode penambangan yang umum
diterapkan adalah tambang bawah tanah ( underground ) dengan metode Gophering, yaitu
suatu cara penambangan yang tidak sistematis, tidak perlu mengadakan persiapan-persiapan
penambangan ( development works ) dan arah penggalian hanya mengikuti arah larinya
cebakan bijih. Oleh karena itu ukuran lubang ( stope ) juga tidak tentu, tergantung dari
ukuran cebakan bijih di tempat itu dan umumnya tanpa penyanggaan yang baik.Cara
penambangan ini umumnya tanpa penyangga yang memadai dan penggalian umumnya
dilakukan tanpa alat-alat mekanis. Metode tambang emas seperti ini umum diterapkan di
berbagai daerah operasi tambang rakyat di Indonesia, seperti di Ciguha,Pongkor-Bogor;
GunungPeti,Cisolok-Sukabumi;

Gunung

Subang,Tanggeung-Cianjur;

Cikajang-Garut;

Cikidang,Cikotok-Lebak; Cineam-Tasikmalaya; Kokap-Kulonprogo; Selogiri-Wonogiri;


Punung-Pacitan;

Tatelu-Menado;

BatuGelas,RataTotok-Minahasa;

Bajuin-TanahLaut;

Perenggean-PalangkaRaya; Ketenong-Lebong; dan lain-lain.


Penambangan dilakukan secara sederhana, tanpa development works, dan langsung
menggali cebakan bijih menuruti arah dan bentuk alamiahnya. Bila cebakan bijih tersebut
tidak homogen, kadang-kadang terpaksa ditinggalkan pillar yang tak teratur dari bagianbagian yang miskin.
Mineral-mineral pembawa emas
Emas urai merupakan mineral emas yang amat biasa ditemukan di alam. Mineral
emas yang menempati urutan kedua dalam keberadaannya di alam adalah electrum. Mineralmineral pembawa emas lainnya sangat jarang dan langka. Mineral-mineral pembawa emas
antara lain: Emas urai (Au), Elektrum (Au,Ag), kuproaurid Au,Cu), porpesit (Au, Pd), rodit
(Au, Rh), emas iridium (Au, Ir), platinum (Au, Pd), emas bismutan Au, Bi), amlgam
(Au2Hg3), maldonit (Au2Bi), aurikuprit (AuCu3), roskovit (Cu, Pd)3Au2, kalaveit (AuTe2)
krenerit (Au, Ag)Te2, monbrayit (Au, Sb)2Te3, petsit (Ag3AuTe2) mutamanit (Ag, Au)Te,

silvanit (Au, Ag)Te4, kostovit (AuCuTe4), nagyagit (Pb5Au(Te,Sb)4S5-8), uyterbogardtit


(Ag3AuSb2), aurostibnit (AuSb2), fisceserit (Ag3AuSe3)
Emas urai pada dasarnya adalah logam emas walaupun biasanya mengandung perak
yang bervariasi sampai sebesar 18% dan kadang-kadang mengandung sedikit tembaga atau
besi. Oleh karena itu warna emas urai bervariasi dari kuning emas, kuning muda sampai
keperak-perakan sampai berwarna merah orange. Berat jenis emas urai bervariasi dari 19,3
(emas murni) sampai 15,6 bergantung pada kandungan peraknya. Bila berat jenisnya 17,6
maka kandungan peraknya sebesr 9% dan bila beat jenisnya 16,9 kandungan peraknya
13,2%.
Sementara itu, elektrum adalah variasi emas yang mengandung perak diatas 18%.
Dengan kandungan perak yang lebih tinggi lagi maka warna elektrum bevariasi dari kuning
pucat sampai warna perak kekuningan. Selanjutnya berat jenis elektrum bervariasi sekitar
15,5-12,5. Bila kandungan emas dan perak berbanding 1:1 berarti kandungan peraknya
sebesar 36%, dan bila perbandingannya 21/2:1 berarti kandungan peraknya 18%.
Emas berasosiasi dengan kebanyakan mineral yang biasa membentuk batuan. Bila ada
sulfida, yaitu mineral yang mengandung sulfur/belerang (S), emas biasanya berasosiasi
denagn sulfida. Pirit merupakan mineral induk yang paling biasa untuk em,as. Emas
ditemukan dalam pirit sebagai emas urai dan elektrum dalam berbagai bentuk dan ukuran
yang bergantung pada kadar emas dalam bijih dan karakteristik lainnya. Selain itu emas juga
ditemukan dalam arsenopirit dan kalkopirit.
Mineral

sulfida

berpotensi

juga

menjadi

mineral

induk

bagi

emas.

Bila mineral sulfida tidak terdapat dalm batuan, maka emas berasosiasi dengan oksida besi
(magnetit dan oksida besi sekunder), silikat dan karbonat, material berkarbon serta pasir dan
krikil (endapan plaser).
Sifat Fisik Emas (Au)
Emas merupakan logam yang bersifat lunak dan mudah ditempa, kekerasannya
berkisar antara 2,5 3 (skala Mohs), serta berat jenisnya tergantung pada jenis dan
kandungan logam lain yang berpadu dengannya. Mineral pembawa emas biasanya berasosiasi
dengan mineral ikutan (gangue minerals). Mineral ikutan tersebut umumnya kuarsa,
karbonat, turmalin, flourpar, dan sejumlah kecil mineral non logam. Mineral pembawa emas
juga berasosiasi dengan endapan sulfida yang telah teroksidasi. Mineral pembawa emas
terdiri dari emas nativ, elektrum, emas telurida, sejumlah paduan dan senyawa emas dengan
unsur-unsur belerang, antimon, dan selenium. Elektrum sebenarnya jenis lain dari emas nativ,
hanya kandungan perak di dalamnya >20%.

Emas terbentuk dari proses magmatisme atau pengkonsentrasian di permukaan.


Beberapa endapan terbentuk karena proses metasomatisme kontak dan larutan hidrotermal,
sedangkan pengkonsentrasian secara mekanis menghasilkan endapan letakan (placer). Genesa
emas dikatagorikan menjadi dua yaitu endapan primer dan endapan plaser
Emas banyak digunakan sebagai barang perhiasan, cadangan devisa, dll.
Potensi endapan emas terdapat di hampir setiap daerah di Indonesia, seperti di Pulau
Sumatera, Kepulauan Riau, Pulau Kalimantan, Pulau Jawa, Pulau Sulawesi, Nusa Tenggara,
Maluku, dan Papua.
Perusahaan pertambangan yang mengeksploitasi cadangan emas di Indonesia antara lain:
1. PT Aneka Tambang, merupakan BUMN
2. PT Freeport Indonesia
3. PT Newmont Nusa Tenggara

SIFAT-SIFAT EMAS

Emas yang biasa dijual dipasaran kualitasnya sangat tergantung pada perusahaan
yang memproduksinya. Terutama untuk emas-emas yang diperoleh dengan cara
pelapisan atau yang disebut penyepuhan. Hal ini sering dijumpai dalam kehidupan
sehari-hari dimana cincin atau gelang emas yang kilaunya memudar. Untuk mengatasi
hal ini sebaiknya membeli emas atau gelang dari tempat atau perusahaan yang dipercaya,
walaupun harganya sedikit lebih mahal.
Berikut beberapa sifat fisis dari emas :
Fase : Padat
Warna : kuning
Massa jenis : (sekitar suhu kamar)19.3 g/cm
Massa jenis : cair pada titik lebur 17.31 g/cm
Titik lebur : 1337.33 K (1064.18 C, 1947.52 F)
Titik didih : 3129 K (2856 C, 5173 F)
Kalor peleburan : 12.55 kJ/mol
Kalor penguapan : 324 kJ/mol
Kapasitas kalor : (25 C) 25.418 J/(molK)
Emas juga merupakan logam yang paling boleh tempa dan dimulurkan.
Sementara beberapa sifat kimia dari emas adalah sebagai berikut :

Emas merupakan unsur siderophile (suka akan besi), dan sedikit chalcophile (suka
akan belerang). Karena sifatnya ini maka emas banyak berikatan dengan mineralmineral besi atau stabil pada penyangga besi (magnetit/hematit) Merupakan unsur
yang yang mempunyai daya hantar listrik dan panas yang baik.
Tingginya nilai potensial reduksi emas mengakibatkan logam ini selalu terdapat
di alam dalam keadaan bebas. Logam emas merupakan logam yang tahan akan
korosi, mudah ditempa dan relatif stabil di alam karena tidak banyak bereaksi
dengan kebanyakan bahan kimia. Untuk keperluan ektraksi dari bijihnya, proses
dengan melibatkan senyawa sianida dapat diterapkan seperti halnya pada

ekstraksi logam perak.


Secara kimiawi emas tergolong inert sehingga disebut logam mulia. Emas tidak
bereaksi dengan oksigen dan tidak terkorosi di udara di bawah kondisi normal.
Namun emas terurai dalam larutan sianida dalam tekanan udara. Emas juga tidak

bereaksi dengan asam atau basa apapun.


Emas dikatakan sangat tidak reaktif karena pada kondisi biasa tidak bereaksi dengan
sebagian besar pereaksi dan unsur-unsur yang lain. Asam sulfat pekat, asam fluorida,
asam klorida, oksigen, nitrogen, halogen, selenium, karbon dan hidrogen pada suhu
kamar tidak bereaksi dengan emas, tetapi pada suhu tinggi sekitar 150 C emas dapat
bereaksi dengan brom dan uap air.

D. PERSENYAWAAN EMAS
Emas membentuk berbagai senyawa kompleks, tetapi hanya sedikit senyawa
anorganik sederhana. Emas (I) oksida, Au2O, adalah salah satu senyawa yang stabil
dengan tingkat oksidasi +1, seperti halnya tembaga, tingkat oksidasi +1 ini hanya stabil
dalam senyawa padatan, karena semua larutan garam emas (I) mengalami
disproporsionasi menjadi logam emas dan ion emas (III) menurut persamaan reaksi :
3Au+(aq) 2Au(s) + Au3+(aq).
Secara kimiawi emas tergolong inert sehingga disebut logam mulia. Emas tidak
bereaksi dengan oksigen dan tidak terkorosi di udara di bawah kondisi normal. Namun
emas terurai dalam larutan sianida dalam tekanan udara. Emas juga tidak bereaksi
dengan asam atau basa apapun. Akan tetapi emas bereaksi dengan halogen dan aqua

regia.
Reaksi emas dengan halogen
Logam emas bereaksi dengan klorin, Cl2, atau bromin, Br2, untuk membentuk
trihalida emas (III) klorida, AuCl3, atau emas (III) bromida, AuBr3.

2Au(s) + 3Cl2(g) 2AuCl3(s)


2Au(s) + 3Br2(g) 2AuBr3(s)
AuCl3 dapat larut dalam asam hidroksida pekat menghasilkan ion tetrakloroaurat (III),
[AuCl4]-, suatu ion yang merupakan salah satu komponen dalam emas cair, yaitu
suatu campuran spesies emas dalam larutan yang akan mengendapkan suatu film
logam emas jika dipanaskan.
Di lain pihak, logam emas bereaksi dengan iodin, I2, untuk membentuk monohalida,
emas (I) iodida, AuI.
2Au(s) + I2(g) 2AuI(s)

Dalam keadaan tanpa oksigen natrium sianida dapat bereaksi secara perlahan dengan
emas. Tetapi reaksi akan berlangsung cepat dengan adanya oksigen, berikut
reaksinya:
Au(s) + 8NaCN(aq) + O2(g) + H2O(l) 4NaAu(CN)2(aq) + 4NaOH(aq)

Air raja adalah pelarut yang baik untuk emas. Air raja merupakan campuran antara
asam nitrat pekat dan asam klorida pekat dengan perbandingan volume 1:3. Reaksi
yang terjadi adalah sebagai berikut:
Au(s) + 3HNO3(aq) + 4HCl(aq) HAuCl(aq) + 3NO2(g) + 3H2O(l)

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Emas terbentuk dari proses magmatisme atau pengkonsentrasian di permukaan. Beberapa
endapan terbentuk karena proses metasomatisme kontak dan larutan hidrotermal, sedangkan
pengkonsentrasian secara mekanis menghasilkan endapan letakan ( placer )
Saran
Semoga makalah ini dapat dijadikan referensi untuk lebih memahami endapan emas da.
Sehingga dapat diterapkan, khususnya dalam proses penambangan mineral.

DAFTAR PUSTAKA
Bates, Roberts L.; and Jackson, Julia A; 1980. Glossary of geology, Second Edition,
American Geological Institute, Falls Church, Virginia.
Anonim.

2015.

Kelimpahan

Emas.

digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-13299-

Chapter1.pdf/ diakses pada tanggal 21 Maret 2015).


Emas%20-%20Wikipedia%20bahasa%20Indonesia,%20ensiklopedia%20bebas.html

Anda mungkin juga menyukai