Anda di halaman 1dari 16

METODE PENAMBANGAN DAN PEMILIHANNYA

PEMBAGIAN METODE PENAMBANGAN

Secara garis besar metode penambangan dikelompokkan menjadi 3, yaitu :

1. Tambang terbuka (surface mining): adalah metode penambangan yang


segala kegiatan atau aktivitas penambangannya dilakukan di atas atau
relatif dekat dengan permukaan bumi, dan tempat kerjanya berhubungan
langsung dengan udara luar.

2. Tambang dalam/tambang bawah tanah (underground mining): adalah


metode penambangan yang segala kegiatan atau aktivitas
penambangannya dilakukan di bawah permukaan bumi, dan tempat
kerjanya tidak langsung berhubungan dengan udara luar.

3. Tambang bawah air (underwater mining): adalah metode penambangan


yang kegiatan penggaliannya dilakukan di bawah permukaan air atau
endapan mineral berharganya terletak dibawah permukaan air.

Tambahan:

4. Tambang ditempat (Insitu Mining or Novel Mining).

Pemilihan metode penambangan dilakukan berdasarkan pada metode yang


akan memberikan keuntungan yang paling besar dan perolehan tambang
(mining recovery) yang paling baik dan bukan berdasarkan letak dangkal atau
dalamnya suatu endapan.

Hartman (1987) membagi ke-4 metode penambangan tersebut menjadi


metode-metode penambangan yang lebih spesifik seperti pada Tabel 3.1.

METODE PENAMBANGAN DAN PEMILIHANNYA III-1


Tabel 3.1 Klasifikasi Metode Penambangan (Hartman, 1987)
SISTEM KELAS METODE BAHAN GALIAN

Conventional

Mekanis Open pit mining* Metal, non-metal


Quarrying* Non-metal
Opencast mining* Batubara, non-metal
Tambang Terbuka
Auger mining Batubara, metal, non-metal

Aquaeous Hydraulicking* Metal, non-metal


Dregding * Metal, non-metal

Room & Pillar mining* Batubara, non-metal


Stope & Pillar mining* Metal, non-metal

Swa-sangga (Self- Underground gloryhole Metal, non-metal


supported) Gophering Metal, non-metal
Shrinkage stoping Metal, non-metal
Sublevel stoping * Metal, non-metal
Tambang
Bawah Tanah Cut & Fill stoping * Metal
Berpenyangga buatan
Stull stoping Metal
(Supported)
Square set stoping Metal

Longwall mining * Batubara, non metal


Ambrukan (Caving) Sublevel caving Metal
Block caving * Metal

Inconvetional

Penggalian cepat Batuan keras


Automasi, Robotik Semua
Gasifikasi bawah tanah Batubara, batuan lunak
Novel Retorting bawah tanah Hidrokarbon
Tambang samudera Metal
Tambang nuklir Non-batubara
Tambang luar bumi Metal, non-metal

*) = Metode penambangan yang lazim diterapkan

3.2. PEMILIHAN METODE PENAMBANGAN

Dalam kegiatan penambangan, hal yang paling utama adalah memilih suatu
metode penambangan yang paling sesuai dengan karakteristik unik (alam,
geologi, lingkungan dan sebagainya) dari endapan mineral yang ditambang di

METODE PENAMBANGAN DAN PEMILIHANNYA III-2


dalam batas keamanan, teknologi dan ekonomi, untuk mencapai ongkos yang
paling minimum dan keuntungan yang paling maksimum. Faktor-faktor yang
mempengaruhi pemilihan tersebut adalah :

1. Karakteristik spasial dari endapan

Faktor-faktor ini merupakan faktor penting yang dominan karena umumnya


sangat menentukan pemilihan metode penambangan antara tambang
terbuka dengan tambang bawah tanah, penentuan tingkat produksi, metode
penanganan material, dan bentuk tambang dalam badan bijih. Faktor-faktor
tersebut meliputi :

a. Ukuran (dimensi, terutama tinggi dan tebal)

b. Bentuk (tabular, lenticular, massive, irregular)

c. Orientasi (dip/inklinasi)

d. Kedalaman (rata-rata dan nilai ekstrim yang akan berimbas pada


stripping ratio)

2. Kondisi geologi dan hidrogeologi

Karakteristik geologi, baik dari badan bijih maupun batuan samping, akan
mempengaruhi pemilihan metode penambangan, terutama dalam pemilihan
antara metode selektif dan nonselektif serta pemilihan system penyanggaan
pada system penambangan bawah tanah. Hidrologi berdampak pada
kebutuhan akan penyaliran dan pemompaan, sedangkan aspek mineralogy
akan menentukan syarat-syarat pengolahan.

a. Mineralogi dan petrologi (Sulfida vs Oksida),

b. Komposisi kimia

c. Struktur endapan (lipatan, sesar, ketidakmenerusan, intrusi)

d. Bidang lemah, (kekar, rekahan, bidang perlapisan)

e. Keseragaman, alterasi, erosi (zona dan daerah pembatas)

f. Air tanah dan hidrologi (kemunculan, debit aliran dan muka air)

3. Sifat-sifat geoteknik (mekanika tanah dan mekanika batuan) untuk bijih dan
batuan sekelilingnya. Hal-hal ini akan mempengaruhi pemilihan peralatan

METODE PENAMBANGAN DAN PEMILIHANNYA III-3


pada sistem penambangan terbuka dan pemilihan kelas dan metode dalam
sistem penambangan bawah tanah (swasangga, berpenyangga atau
ambrukan). Sifat-sifat geoteknik yang perlu diperhatikan antara lain:

a. Sifat-sifat fisik yang lain (bobot isi, voids, porositas, permeabilitas, lengas)

b. Sifat elastik (kekuatan, modulus elastisitas, nisbah Poisson, dan lain-lain)

c. Perilaku elastik atau visko elastik (flow, creep)

d. Keadaan tegangan (tegangan awal, induksi)

e. Konsolidasi, kompaksi dan kompeten (kemampuan bukaan pada kondisi


tanpa penyangga)

4. Pertimbangan ekonomi

Pertimbangan ekonomi akan mempengaruhi hasil, investasi, aliran kas,


masa pengembalian dan keuntungan. Faktor ini meliputi:

a. Cadangan (tonase dan kadar),

b. Produksi,

c. Umur tambang,

d. Produktivitas, dan

e. Perbandingan ongkos penambangan untuk metode penambangan yang


cocok

5. Faktor teknologi

Kondisi yang paling sesuai antara kondisi alamiah endapan dan metode
penambangan adalah yang paling diinginkan. Sedangkan metode yang tidak
sesuai mungkin tidak banyak pengaruhnya pada saat penambangan, tetapi
kemungkinan akan berpengaruh pada kegiatan pendukung
tambang/terusannya (pengolahan, peleburan, dll). Yang termasuk dalam
faktor teknologi adalah :

a. Perolehan tambang, dilusi (jumlah waste yang ikut terambil)

b. Kefleksibilitasan metode dengan perubahan kondisi

c. Selektifitas metode untuk memisahkan bijih dan waste

METODE PENAMBANGAN DAN PEMILIHANNYA III-4


d. Konsentrasi atau dispersi pekerjaan

e. Modal, pekerja dan intensitas mekanisasi

6. Faktor lingkungan

Faktor lingkungan yang dimaksud tidak hanya berupa lingkungan fisik saja,
tetapi juga meliputi lingkungan sosial-politik-ekonomi. Yang termasuk dalam
faktor lingkungan adalah :

a. Kontrol bawah permukaan untuk merawat kondisi bukaan

b. Penurunan permukaan tanah (subsidence), atau efek ambrukan pada


permukaan tanah

c. Kontrol atmosfir (ventilasi, kontrol kualitas, kontrol panas dan


kelembaban)

d. Kekuatan kerja (pelatihan, recruitment, kesehatan dan keselamatan,


kehidupan, kondisi permukiman)

Prosedur pemilihan metode penambangan secara ringkas ditunjukkan oleh


Gambar 3.1.

Metode dan prinsip penambangan yang telah dijelaskan sebelumnya


melibatkan masalah-masalah geomekanika dan operasional. Pengelola industri
harus bisa memilih metode panambangan yang paling tepat untuk cebakan bijih
tertentu. Selain karakteristik badan bijih yang mempengaruhi pemilihan metode
panambangan, karakteristik operasional khusus untuk setiap metode
penambangan secara langsung juga ikut mempengaruhi pemilihan metode
penambangan.

Karekteristik operasional tersebut meliputi:

✓ Skala penambangan

✓ Laju produksi

✓ Selektivitas

✓ Persyaratan pekerja

✓ Keluwesan ekstraksi

METODE PENAMBANGAN DAN PEMILIHANNYA III-5


STUDI KONSEPTUAL
Penilaian karakteristik fisik dan kuantitas
overburden dari beberapa metode,
tataletak dan sistem penambangan

STUDI REKAYASA
kuantifikasi dan pembandingan konsep-
konsep yang dihasilkan terdahulu sehingga
dihasilkan rancangan dan biaya yang pasti

STUDI RANCANGAN RINCI


Spesifikasi dan gambar konstruksi dari
metode yang dipilih

LAPORAN REKAYASA FINAL


Keputusan investasi, pengadaan peralatan
dan jadwal pelaksanaan

Gambar 3.1. Prosedur pemilihan metode penambangan.

Keputusan terakhir dalam pemilihan metode penambangan akan merefleksikan


sifat-sifat mekanik dari badan bijih dan lingkungannya serta hal-hal teknik
praktis lain. Sebagai contohnya, non-selective method seperti block caving tidak
akan diterapkan pada cebakan bijih dimana selective recovery diperlukan,
walaupun cebakan tersebut sangat sesuai untuk ditambang dengan metode
block caving.

Terkadang muncul permasalahan bahwa pemilihan metode penambangan


dapat menimbulkan beberapa kesulitan teknis. Kesulitan yang timbul adalah
bagaimana menggabungkan beberapa faktor yang berpengaruh agar bisa
memutuskan metode penambangan yang sesuai untuk suatu cebakan bijih.
Berdasarkan perkembangan filosofi dan sejarah ilmu pertambangan, metode

METODE PENAMBANGAN DAN PEMILIHANNYA III-6


penambangan dikembangkan untuk dapat mengakomodasi dan
mengeksploitasi beberapa kondisi penambangan. Prosedur yang dapat
dikembangkan dalam pemilihan metode penambangan adalah dengan
melakukan optimasi secara komputasi.

Pemilihan metode panambangan sulit diterapkan bila berhadapan dengan


badan bijih besar yang harus ditambang dengan dua metode panambangan
yang berbeda, misalnya block caving dan open stoping. Block caving akan
menjadi metode yang lebih disukai karena jumlah tenaga kerja yang sedikit,
biaya per tonne yang rendah dan keuntungan-keuntungan teknis lainnya.
Prasyarat utama yang harus dipenuhi adalah bahwa ambrukan dapat diinisiasi
pada badan bijih dan merambat dengan kecepatan konstan melalui badan bijih
sebagai broken ore.

Kapan ambrukan dapat diterapkan pada suatu badan bijih? Jawabannya


bukanlah hal yang sederhana. Solusi praktis untuk menjawab pertanyaan ini
(mengerti tentang mekanisme ambrukan) dapat ditemukan pada klasifikasi
geomekanika yang dimodifikasi berdasarkan kondisi massa batuan di daerah
penambangan.

Tujuan utama pemilihan suatu metode untuk menambang suatu endapan


mineral adalah dalam rangka merancang suatu sistem eksploitasi yang paling
sesuai dengan kondisi sebenarnya. Dalam hal ini pengalaman berperan utama
dalam pengambilan keputusan yang memerlukan banyak pertimbangan
berdasarkan evaluasi rekayasa. Evaluasi tersebut dilakukan dalam tiga tahap
seperti pada Gambar 3.1, yaitu studi konseptual, studi rekayasa, dan studi
rancangan rinci. Hasilnya ialah sebuah laporan rekayasa final.

Contoh pedoman untuk penentuan metode penambangan terbuka berdasarkan


kekuatan bijih dan batuan di sekitarnya serta geometri cadangan menurut
Hartman (1987) dapat dilihat pada Tabel 3.2.

Resume dari tabel tersebut adalah:

1. Tambang terbuka umumnya lebih serba guna, terutama berkaitan dengan


kekuatan bijih dan batuan samping, dip endapan, dan kadar bijih, tetapi
sangat bergantung dengan bentuk dan ukuran endapan, keseragaman

METODE PENAMBANGAN DAN PEMILIHANNYA III-7


kadar dan kedalaman (keduanya mutlak dan bergantung pada nisbah
kupas/stripping ratio)

2. Penerapan ideal pada endapan yang besar, perlapisan datar (atau massif)
dengan sebaran secara mendatar luas dan tebal dan keterdapatannya dekat
permukaan.

3. Kurang cocok untuk endapan yang kecil, tipis, kadar tidak merata,
kemiringan besar dan posisinya dalam.

4. Penambangan dengan ekstraksi mekanis lebih konvensional, banyak


diterapkan, mudah dalam pelaksanaannya dan fleksibel dalam perubahan
metode penambangan.

5. Penambangan dengan ekstraksi aqueous lebih murah dan cocok untuk


diterapkan pada endapan kecil dengan kadar yang bervariasi, tetapi sangat
terbatas penerapannya pada endapan yang rentan terhadap terhadap air
dan jika pemenuhan kebutuhan air memerlukan biaya yang mahal.

Sedangkan contoh pedoman untuk penentuan metode penambangan bawah


tanah berdasarkan kekuatan bijih dan batuan di sekitarnya serta geometri
cadangan menurut Hartman (1987) dapat dilihat pada Tabel 3.3.

METODE PENAMBANGAN DAN PEMILIHANNYA III-8


TA-2121 SISTEM PENAMBANGAN

Tabel 3.2 Pemilihan Metode Penambangan Terbuka Berdasarkan Kekuatan Bijih dan Batuan serta Geometri Cadangan

METODE PENAMBANGAN DAN PEMILIHANNYA III-9


TA-2121 SISTEM PENAMBANGAN

Tabel 3.3 Pemilihan Metode Penambangan Bawah Tanah Berdasarkan


Kekuatan Bijih dan Batuan Serta Geometri Cadangan

Kekuatan bijih dan Klasifikasi sistem Geometri Metode


batuan penambangan cadangan Penambangan

Bijih : kuat sampai Tabular, datar, tipis, Room & Pillar


moderat ukuran besar

Swa – Sangga Tabular, datar, Stope & Pillar


tebal,ukuran besar
Self – Supported

Batuan : kompeten Tabular, miring, Shrinkage Stoping


(tidak runtuh meski tipis,ukuran
tidak disangga) sembarang

Tabular, miring, Sub-level Stoping


tebalukuran besar

Bijih: Moderat Bentuk tak teratur, Cut & Fill Stoping


sampai lemah miring, tipis, ukuran
sembarang

Penyangga buatan Tabular, miring, Stull Stoping


tipis, ukuran kecil
Artifically supported

Batuan: Incompeten Bentuk, kemiringan Square Set


(runtuh jika tidak ukuran sembarang, Stoping
disangga) tebal

Bijih : Moderat Tabular, datar, tipis, Longwall


sampai lemah ukuran besar

Ambrukan Tabular atau masif, Sub-level caving


miring,
(Caving)

Batuan : cavable Masif, miring, tebal, Block Caving


(dapat ambruk) ukuran besar

Tidak terlepas dari pedoman di atas, terdapat pedoman umum dalam


menentukan apakah akan menggunakan tambang bawah tanah atau tambang
terbuka. Metode tambang bawah tanah diterapkan jika kedalaman endapan,
dan atau nisbah pengupasan (stripping ratio) overburden terhadap bijih (atau
batubara atau mineral berharga lainnnya) menjadi sangat besar untuk
ditambang dengan metode tambang terbuka.

METODE PENAMBANGAN DAN PEMILIHANNYA III-10


Metode penambangan yang biasa diterapkan didasarkan pada cara
penyanggaan (lihat Gambar 3.2). Pada gambar ini ditunjukkan bagaimana
perubahan pada perpindahan dan strain energy di daerah near field.

Underground mining methods

Natural supported Artificially supported Unsupported

Room & Sublevel & Shrink Longwall Sublevel Block


pillar longhole stoping mining caving caving
open stoping

Cut &fill Vertical crater


stoping retreat stoping
(VCR)
Magnitudes of displacement in country rock

Strain energy storage in near-field rock

Rock response to mining

Gambar 3.2. Penggolongan metode penambangan bawah tanah dan


perubahan kondisi massa batuan akibat penambangan.

Laubscher (1977) melakukan penelitian tentang hubungan antara sifat


geomekanik batuan dengan kemudahan cavingatau stoping. Pola
pengklasifikasian yang disusun oleh Laubscher menampilkan hasil korelasi
antara kinerja metode penambangan dengan kondisi massa batuan di dalam
serta di sekitar badan bijih asbestos dan emas di Zimbabwe. Pola Laubscher
merupakan pengembangan asli dari teknik klasifikasi geomekanik lainnya.
Penerapan pola Laubscher dalam pemilihan metode panambangan dan aspek-
aspek lain dalam perencanaan dan perancangan tambang telah dijabarkan oleh
Laubscher (1981) seperti yang ditunjukkan pada Tabel 3.4.

METODE PENAMBANGAN DAN PEMILIHANNYA III-11


Klasifikasi Laubscher memberikan perkiraan kuantitatif atau indeks sifat massa
batuan (angka dalam interval 0-100) yang digunakan untuk menentukan urutan
kelas (1-5). Setiap kelas berada pada interval indeks 20. Kelas 1 massa batuan
diartikan kondisi insitu material dengan kekuatan tinggi, frekuensi kekar yang
kecil, kuat gesar kekar yang tinggi, dan tekanan air yang rendah. Berdasarkan
uraian ringkas tentang mekanisme ambrukan yang diberikan pada bagian awal,
jelas bahwa massa batuan dengan urutan kelas yang tinggi tersusun oleh kekar
yang banyak dan bersifat getas, akan sangat sesuai bila dilakukan ambrukan.

Penyelidikan Laubscher dapat menerangkan hubungan langsung antara nomer


kelas dengan faktor kinerja, misalnya kecenderungan massa batuan untuk
menahan ambrukan (seperti cavability), ukuran butiran bijih, keperluan
secondary blasting pada drawpoint (yang mempunyai hubungan terbalik
dengan fragmentasi alami) dan kebutuhan dimensi undercut untuk menginisiasi
ambrukan. Parameter terakhir dijelaskan sebagai jari-jari hidraulik ekivalen,
misalnya perbandingan luas undercut terhadap keliling undercut untuk
menghitung geometri penggalian.

Interpretasi data pada Tabel 3.4 menunjukkan bahwa untuk kelas geomekanik
3-5 lebih baik menerapkan metode penambangan ambrukan. Untuk kelas 1 dan
2, metode penambangan open stope akan lebih baik diterapkan. Sebagai
tambahan, Tabel 3.1 tidak selamanya harus dijadikan patokan, karena dapat
juga memperhitungkan kondisi lainnya. Misalnya untuk kelas geomekanik III-3,
penerapan ambrukan dapat dilakukan dengan memperhitungan orientasi kekar
dan pengaruhnya terhadap ambrukan. Kendorski (1978) menyebutkan perlu
adanya critical factor dalam mengaplikasikan ambrukan pada badan bijih bila
terdapat kekar sub-horisontal.

Informasi pada Tabel 3.4 untuk ukuran undercut akan sangat berguna dalam
memperkirakan tata letak ambrukan. Misalnya untuk panel ambrukan dengan
penggalian undercut segiempat, dan kelas massa batuan 4, rata-rata jari-jari
ekivalen yang disarankan adalah 14 m dengan dimensi undercut 56 m.
Perhitungan dimensi undercut harus dilengkapi dengan analisis detail kondisi
spesifik massa batuan, misalnya kondisi tegangan insitu dan kekuatan massa
batuan. Bagaimanapun bagusnya klasifikasi geomekanik tersebut, hal tersebut

METODE PENAMBANGAN DAN PEMILIHANNYA III-12


diperoleh berdasarkan pengalaman, sehingga masih diperbolehkan keputusan-
keputusan lain dalam aplikasinya.

Tabel 3.4 Unjuk Kerja Ambrukan Untuk Berbagai Kelas Geomekanik dari
Massa Batuan (Laubscher, 1981)

Kelas
1 2 3 4 5
geomekanik

Cavability Tidak terjadi buruk Sedang Baik Sangat baik

Ukuran fragmen - besar Sedang Kecil Sangat kecil

Secondary
- tinggi Medium Kecil sangat kecil
blasting

Dimensi
- 30 30 - 20 20 – 8 8
undercut (m)*

* Jari-jari hidraulik ekivalen

3.3. TAMBANG TERBUKA ATAU TAMBANG BAWAH TANAH

Operasi penambangan meliputi: pemboran dan peledakan yang dilakukan untuk


memecah batuan, pemuatan dan pengangkutan, atau dapat juga ditambahkan
proses peremukan bijih untuk menghasilkan ukuran yang sesuai. Operasi
tersebut dapat diterapkan pada tambang bawah tanah, open pit, atau
penambangan di laut. Operasi yang sama juga dilakukan pada berbagai
pekerjaan konstruksi, misalnya pembuatan jalan, PLTA, dll. Sebelum sampai
pada analisis ekonomi yang sangat mempengaruhi pemilihan tambang bawah
tanah atau open pit dan pada kondisi bagaimana harus dilakukan perubahan
dari open pit ke tambang bawah tanah atau sebaliknya, sangat menarik bila
dipertimbangkan beberapa faktor-faktor umum.

METODE PENAMBANGAN DAN PEMILIHANNYA III-13


1. Tambang Terbuka vs Tambang Bawah Tanah

1. Produksi

Tabel 3.5 menunjukkan jumlah material yang ditangani pada penambangan


open pit dan tambang bawah tanah di tahun 1973. Di dunia barat, industri
pertambangan dapat menangani material sebanyak 3 milyar ton bijih/ tahun.
Metode penambangan bervariasi sesuai dengan jenis logamnya. Bijih besi dan
tembaga lebih sering ditambang dengan metode open pit. Untuk emas, timbal,
dan seng lebih sering ditambang dengan metode bawah tanah.

Tabel 3.5 Jumlah Material yang Dipindahkan Selama Penambangan dan


Pekerjaan Konstruksi Tahun 1973 (Committee for Mineral Policy, 1978)

Kegiatan %
106 m3

Penambangan
Terbuka 1550 41
Bawah tanah 620 17

Pekerjaan konstruksi
Terbuka 1450 39
Bawah tanah 130 3

Total 3750 100

Jumlah penambangan bijih dengan open pit bervariasi untuk setiap negara. Di
USA sekitar 85% penambangan bijih logam dilakukan melalui open pit tetapi
untuk negara Swedia hanya 30%.

Tabel 3.6 memperlihatkan jumlah penambangan open pit dan bawah tanah di
dunia barat yang menghasilkan 150.000 ton bijih/ tahun (tidak termasuk
tambang batubara). Tabel 3.6 dapat mewakili 90% produksi tambang di seluruh
belahan dunia yang meningkat dari 1.900 juta sampai 3-500 juta ton per tahun
selama periode 1968-1977.

Tabel 3.6 menunjukkan bahwa produksi tambang meningkat bukan karena


peningkatan jumlah industri pertambangan, tetapi lebih dikarenakan perluasan

METODE PENAMBANGAN DAN PEMILIHANNYA III-14


daerah penambangan. Jumlah industri pertambangan besar meningkat, dan
selama periode waktu yang sama, jumlah tambang kecil dan medium
meningkat dengan konstan atau sebaliknya menurun menjadi semakin kecil.

Tabel 3.6 Tambang Bawah Tanah Vs Terbuka

di Dunia Barat (Anon, 1977)

Metode Penambangan 1968 1977

Bawah tanah
>3 juta ton/tahun 29 56
1-3 juta ton/tahun 144 140
0.5-1 juta ton/tahun 116 119
0.3-0.5 juta ton/tahun 108 121
0.15-0.3 juta ton/tahun 166 157

Subtotal 563 593

Terbuka
>3 juta ton/tahun 102 138
1-3 juta ton/tahun 109 142
0.5-1 juta ton/tahun 81 64
0.3-0.5 juta ton/tahun 68 53
0.15-0.3 juta ton/tahun 61 62

Subtotal 421 459

Total 984 1052

3.3.1.2. Perkembanganproduksi

Perkembangan teknis yang cepat selama beberapa dekade terakhir


menghasilkan peningkatan produktivitas yang tinggi. Produktivitas menunjukkan
peningkatan yang lebih besar pada tambang-tambang besar dibandingkan
tambang-tambang kecil serta lebih tinggi diperoleh dari tambang terbuka
daripada tambang bawah tanah. Pada tambang terbuka hanya terdapat sedikit
pembatasan untuk bisa mempergunakan mesin-mesin dengan kapasitas yang

METODE PENAMBANGAN DAN PEMILIHANNYA III-15


besar, berbeda dengan tambang bawah tanah yang dibatasi oleh ruang kerja
yang sempit.

Pada studi perbandingan antara tambang terbuka di USA dengan tambang


bawah tanah di Swedia yang telah dilakukan beberapa memperlihatkan bahwa
produksi tambang terbuka per tambang secara berkala lebih menunjukkan
peningkatan dibandingkan tambang bawah tanah, tetapi prosentase
peningkatan lebih besar terjadi pada tambang bawah tanah. Sejak awal abad
masehi, untuk tambang terbuka produktivitas meningkat sebanyak 250% dan
untuk tambang bawah tanah 350%, dan produktivitas mulai meningkat akhir-
akhir ini pada tambang bawah tanah besar dibandingkan tambang bawah tanah
kecil.

METODE PENAMBANGAN DAN PEMILIHANNYA III-16

Anda mungkin juga menyukai