B. Pengertian Pancasila
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketakwaannya terhadap Tuhan Yang
Maha Esa. Manusia Indonesia percaya dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai
dengan agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan
beradab. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerja sama antara pemeluk
agama dengan penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan
Yang Maha Esa. Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah
yang menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.
Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan
agama dan kepercayaannya masing-masing. Tidak memaksakan suatu agama dan
kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa kepada orang lain.
2. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
Pada prinsipnya “Sila Kemanusiaan yang adil dan beradab, ingin menempatlan
manusia sesuai dengan harkatnya sebagai makhluk Tuhan,” (Peringatan Hari Lahirnya
Pancasila, 1-6-1967 di Jakarta) Dan “Sikap saling harga menghargai antara sesama manusia
itu merupakan wujud daripada kemanusi; yang adil dan beradab, Ia juga melahirkan sikap
penghormatan dari bangsa kita kepada bangsa-bangsa lain.” (Peringatan Dies Natalis ke-
XXV Universitas Indonesia, 15-2-1975 di Jakarta) – “Sikap saling harga menghargai itu
membuat kita ‘tepa selira’ atau besar rasa tenggang rasa; bukan sikap ekstrim atau dendam.
Dengan sikap yang demikian, dalam tata pergaulan hidup akan menjamin terwujudnya
keadilan, ketentraman, keselarasan,dan kekokohan masyarakat kita.”
3. Persatuan Indonesia
Pada hakekatnya, “Sila-persatuan Indonesia, mengandung prinsip Nasionalisme, cinta
Bangsa dan Tanah Air; menggalang terus persatuan dan kesatuan Bangsa. Nasionalisme
adalah syarat mutlak bagi pertumbuhan dan kelangsungan hidup suatu Bangsa dalam abad
modern sekarang ini; sebab tanpa perasaan Nasionalisme sesuatu bangsa akan hancur
terpecah belah dari dalam. Nasionalisme Pancasila mengharuskan kita menghilangkan
penonjolan kesukuan, keturunan ataupun perbedaan warna kulit. Sejak ratusan tahun yang
lalu, kita Bangsa Indonesia telah merasa senasib sepenanggungan sehingga timbul perasaan
kebangsaan, timbul kesatuan kepribadian, yang telah berurat-berakar turun temurun. Tanpa
semangat Nasionalisme ini kita tidak mungkin merebut kembali kemerdekaan yang telah kita
proklamasikan pada 17 AGUSTUS 1945; dan tanpa semangat Nasionalisme itu pula kita
tidak mungkin mengisi kemerdekaan dan melanjutkan hidup ber-Bangsa dan ber-Negara
yang sehat kuat” (Peringatan Hari Lahirnya Pancasila, 1-6-1967 di Jakarta)
4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan
“Sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan tidak lain adalah demokrasi. Demokrasi dalam arti umum, yaitu
pemerintahan dari Rakyat, oleh Rakyat, untuk Rakyat. Hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan berarti bahwa tindakan bersama diambil sesudah ada keputusan bersama.”
(peringatan Hari Lahirnya Pancasila, 1-6-1967 di Jakarta)
5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Suatu tata masyarakat yang adil dan makmur sejahtera. Yang setiap warga negara
mendapat segala sesuatu yang sudah menjadi hak nya sesuai dengan esensi adil dan beradab.
Dan setiap warga negara harus mengambangkan sikap adil terhadap sesama.
Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan
dan kegotongroyongan. Mengembangkan sikap adil terhadap sesama. Menjaga keseimbangan
antara hak dan kewajiban. Menghormati hak orang lain. Suka memberi pertolongan kepada
orang lain agar dapat berdiri sendiri. Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang
bersifat pemerasan terhadap orang lain. Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang
bersifat pemborosan dan gaya hidup mewah. Tidak menggunakan hak milik untuk
bertentangan dengan atau merugikan kepentingan umum.
Daftar Pustaka