Anda di halaman 1dari 37

BAB I

PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang

Pertambangan (mining) merupakan semua jenis kegiatan, teknologi, dan

bisnis yang dimulai dari prospeksi, ekplorasi, evaluasi, penambangan,

pengolahan, pengangkutan sampai dengan pemasaran. Tahap- tahap penambangan

itu sendiri terdiri atas tiga kegiatan besar yaitu : pembongkaran/penggalian

(Dingging, Breaking, Losseling), pemuatan (Loading), dan pengangkutan

(Hauling, Transporting) dan penimbunan (Dumping, Filling), tanah, batuan dan

bahan galian dengan menggunakan alat-alat mekanis (alat-alat besar) atau yang

sering di sebut pemindahan tanah mekanis. Material yang akan dimuat dan

diangkut oleh alat-alat mekanis tersebut dalam setiap pekerjaan menggali berton-

ton material yang dimuat dan diangkut, sehingga dengan kondisi seperti itu

banyak faktor-faktor yang berpengaruh sehingga kemampuan alat menjadi

berkurang, ditambah lagi dengan penggunaan alat yang setiap hari beraktifitas

untuk kelangsungan produksi penambangan, hasil tersebut akan berpengaruh

terhadap operasional biaya dengan variabel di perhitungan. Maka dari itu

teknologi yang terus berkembang dan jenis-jenis alat yang dioperasikan dengan

teknologi yang canggih pula serta membutuhkan perawatan, pemeriksaan, dan

pemeliharaan sehingga alat tersebut dapat terus produktif dan efektif untuk

tercapainya target yang diinginkan.

PT Fajar Bhakti Lintas Nusantara (PT FBLN) selaku perusahaan swasta

nasional dalam bidang tambang nikel memiliki wilayah ijin Usaha Pertambangan

1
Produksi di Desa Elvanun, Kecamatan Pulau Gebe, Kabupaten Halmahera

Tengah, Provinsi Maluku Utara seluas ±800 Ha. Untuk kegiatan penambangan

perusahaan ini menggunakan metode open pit dengan sistem selective mining

yang dilakukan di Blok BH menggunakan sub kontraktor PT. Sinar Karya

Mustika (PT.SKM) yang memiliki target produksi nikel sebesar 4.000 ton per hari

dengan menggunakan alat Excavator Komatsu PC 200 dengan kapasitas 2,4 BCM

untuk kegiatan loading dan Dump Truck Hino FM 260 dengan kapasitas 30 Ton

untuk kegiatan hauling. Dalam hal pencapaian target produksi terdapat beberapa

faktor teknis yang mempengaruhi yang dapat mengakibatkan target produksi

belum tercapai. Sehingga perlu dilakukannya kajian teknis produktivitas untuk

dapat meningkatkan target produksi. Dalam upaya pencapaian target produksi,

maka dilakukan kajian teknis, perbaikan efisiensi kerja untuk alat gali dan muat.

Apabila target produksi belum tercapai, maka dilakukan penambahan jumlah

pengisian terhadap alat angkut dari 4 kali pengisian menjadi 5 kali pengisian.

( Prodjosumarto Partanto, 2000).

Maka dari itu berdasarkan latar belakang pertambangan dengan

produktifitas kerja alat mekanis untuk menunjang hasil produksi. Maka penulis

mengangkat judul Kerja Praktek (KP) “Studi Tentang Biaya Operasional

Excavator PC 200 Pada Pengangkutan Biji Nikel Di PT. Sinar Karya

Mustika Kecamatan Pulau Gebe Kabupaten Halmahera Tengah Provinsi

Maluku Utara”.

2
I.2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang dapat disampaikan dalam kerja praktek ini

adalah :

a. Untuk mengetahui biaya operasional Excavator di PT. Sinar Karya Musika

Kecamatan Pulau Gebe Kabupaten Halmahera Tengah Provinsi Maluku

Utara.
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi operasional Excavator di PT. Sinar

Karya Mustika Kecamatan Pulau Gebe Kabupaten Halmahera Tengah

Provinsi Maluku Utara.

I.3. Batasan Masalah

Sesuai dengan latar belakang diatas, maka Dalam penelitian ini dibatasi

pada biaya operasional excavator pc 200 dalam pengangkutan bijih nikel di PT.

Sinar Karya Mustika Kecamatan Pulau Gebe Kabupaten Halmahera Tengah

Provinsi Maluku Utara.

I.4. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari kerja praktek ini adalah :

a. Untuk mengetahui berapa besar jumlah biaya operasional excavator di PT.

Sinar Karya Mustika.


b. Faktor-faktor yang mempengaruhi biaya operasional excavator pc 200 di

PT. Sinar Karya Mustika.

I.5. Manfaat Dan Kegunaan Penelitian

3
Manfaat yang diperoleh dari penelitian kerja praktek ini adalah :

a. Dapat menambah ilmu dan wawasan bagi peneliti untuk mengetahui Studi

Tentang Biaya Operasional Excavator PC 200 pada Pengangkutan Biji

Nikel.
b. Hasil ini dapat juga dijadikan sebagai referensi bagi setiap pembaca dan

bermanfaat sebagai pedoman penelitian.

I.6. Metode Penelitian

Untuk melaksanakan kerja praktek ini, maka disusunlah beberapa langkah

metode penelitian untuk dapat mempermuda kegiatan yang dilakukan demi

mencapai hasil yang optimal.

a. Metode pengumpulan data


Metode ini terbagi menjadi dua ketegori yaitu :
1. Studi literatur
Studi literatur berupa studi terhadap daerah penelitian dari Laporan-

laporan terdahulu yang ada.


2. Observasi lapangan
Observasi lapangan ini dilakukan dengan pengamatan terhadap kondisi

dan keadaan dilapangan.


b. Metode pengambilan data
Pada metode pengambilan data dilakukan dengan dua cara yaitu :
1. Data primer yaitu data yang diperoleh dari pengamatan dilapangan

langsung.
2. Data sekunder, yaitu data pendunkung atau data perlengkapan

dalam proses pengolahan data beserta keadaan geologi, topografi,

vegetasi dan curah hujan.

I.7. Metode pengolahan data

4
Data-data yang telah dikumpulkan akan dilakukan pengolahan dan disusun

berdasarkan masalah yang dirumuskan. Selanjutnya dideskripsikan untuk

mendapatkan gambaran keseluruhan mengenai Biaya Operasi Excavator dalam

pengangkutan Biji Nikel.

5
STUDI TENTANG BIAYA OPERASIONAL EXCAVATOR PC 200 PADA
PENGANGKUTAN BIJI NIKEL DI PT. SINAR KARYA MUSTIKA KECAMATAN PULAU
GEBE KABUPATEN HALMAHERA TENGAH PROVINSI MALUKU UTARA

RUMUSAN MASALAH

a. Untuk mengetahui biaya operasional Excavator di PT. Sinar Karya Mustika Kecamatan
Pulau Gebe Kabupaten Halmahera Tengah Provinsi Maluku Utara.
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi operasional excavator di PT. Sinar Karya
MustikaKecamatan Pulau Gebe Kabupaten Halmahera Tengah Provinsi Maluku Utara.

BATASAN MASALAH

Dalam penelitian ini dibatasi pada biaya operasional excavator pc 200 dalam pengangkutan Biji Nikel
di PT. Sinar Karya Mustika Kecamatan Pulau Gebe Kabupaten
Pengambilan Data Halmahera Tengah Provinsi Maluku
Utara.

Data Primer
Data Sekunder
1. Tinjau lapanagn
2. Pengambilan data lapangan 1. Data-data penelitian terdahulu
3. Wawancara 2. Peta geologi regional pulau gebe
4. Dokumentasi lapanagn 3. Peta Kesampaian Daerah
4. Data curah hujan

Pengolahan Data

Analisa Data

Penyusunan Laporan

Kesimpulan

Gambar 1.1.Diagram Alur

BAB II
TINJAUAN UMUM

6
II.1. Lokasi dan Kesampaian Daerah

II.1.1. Lokasi

Wilayah Izin Usaha Pertambangan (IUP) PT. Fajar Bhakti Lintas

Nusantara secara admistratif berada di Kecamatan Pulau Gebe, Kabupaten

Halmahera Tengah, Provinsi Maluku Utara. Secara geografis Izin Usaha

Pertambangan (IUP) PT. Fajar Bhakti Lintas Nusantara terletak pada titik kordinat

000 02’ 40” – 000 03’ 26” Lintang Selatan dan 129 0 23’ 00” – 1290 24” 51” Bujur

Timur.

II.1.2. Kesampaian Daerah

Untuk mencapai ke lokasi penelitian dapat ditempuh dengan rute

perjalanan sebagai berikut :

a. Jalur Udara
Untuk mencapai daerah penelitian Kerja Praktek, perjalanan dari Ternate ke

Gebe dapat ditempuh menggunakan pesawat perintis dengan waktu tempuh ±

45 menit.
b. Jalur Laut
Perjalanan dari Ternate ke Sosfifi dengan menggunakan Speedboat dengan

waktu yang ditempuh ±30 menit. Selanjutnya menggunakan angkutan darat

menuju Weda dengan waktu tempuh ±4 jam, dan dari Weda menuju ke Pulau

Gebe menggunakan kapal laut (ferry) dengan waktu perjalanan ±12 jam.

7
Sumber : ArcMap 10
Gambar II.1.1 Peta Administrasi Pulau Gebe

8
II.2. Keadaan Lokasi Penelitian
II.2.1. Geologi Regional Pulau Gebe
Pulau-pulau yang berada diwilayah provinsi maluku utara terutama

pulau halmahera bagian timur, Waigeo, Gag dan pulau-pulau disekitarnya

merupakan bagian dari “The Circum Pasific Orogenic Belt” (Katili, 2000)

batuan-batuan dasar dari orogenesis yang ada dikawasan ini terdiri dari

lapisan mesoik atas sampai lapisan tersier bawah. Proses pelapukan dan

retakan lapisan batuan dasar disepanjang garis tektonik, sehingga terjadi

intrusi nikel seperti dibukit elfanon, Tulio kalio, dan pulau Fau. Sebagian

wilayah pulau Gebe juga merupakan daerah


plateau terdiri dari batu pasir dan batu karang(gamping muda) seperti ditanjung

safa sampai tanjung Magnonapo, dan daerah massive yang terdiri dari batuan ultra

basa, basa dan laterit, terdapat dibukit elfanun dan teoli kalio.
II.2.2. Statigrafi

Formasi Batuan penyusun didaerah Pulau Gebe secara garis besar terdiri

atas empat jenis yaitu :

a. Formasi Batuan Ultra Basa


Terdiri dari jenis batuan dunit dengan bercirikan warna hijau tua agak

kehitaman, fanerik, Granular, Euhedral dalam keadaan segar mengandung

Olivine > 90% dan juga mengandung piroksen. Dan yang kedua adalah

jenis batuan harzburgit dengan bercirikan berwarna hijau tua, fanerik

sedang, piroksen.
b. Formasi Batuan Sedimen Kapur
Terdiri dari batuan gamping yang bercirikan batuan berwarna putih kelabu

dan merah, berbutir halus sampai sedang, mengandung banyak fosil

9
foraminifera, bentos dan planto, menunjukkan umur kapur akhir dan

pengendapan laut dalam.


c. Formasi Batuan Kuarter
Terdiri dari batu pasir gampung, berwarna putih kekuningan, coklat dan

kelabuh kurang kompak, umur pliosen.


d. Formasi Mafik
Terdiri dari jenis batuan gabro dengan bercirikan batuan berwarna abu-abu

tua kehitaman, berbutir kasar, tersusun dari mineral-mineral plagioklas,

piroksen, olivine dan kuarsa.

10
Sumber : PT. Sinar Karya Mustika

Gambar II.2.2. Peta Geologi Pulau Gebe

11
II.2.3. Morfologi

Berdasarkan data PT.Sinar Karya Mustika, morfologi daerah penelitian

merupakan daerah perbukitan dengan variasi lereng berkisar 50-500 dan evaluasi

tertinggi 245 meter diatas permukaan air laut. Secara deskripsi

kuantitatif/morfometri maka morfologi masing-masing daerah penelitian dengan

wilayah disekitarnya dapat dikelompokan berdasarkan arah umum kelerengan

menjadi dua satuan morfologi yaitu datar – landai (<200), perbukitan sedang (200-

400) dan curam (>400). Daerah ini mempunyai ketinggian antara 85 m – 245 m

diatas permukaan laut, memiliki sudut lereng 5 0 – 450 dan membentuk morfologi

pegunungan dan perbukitan.

Secara umum morfologi daerah penelitian Operasi Produksi PT. Sinar Karya

Mustika dapat dibagi menjadi :

1. Morfologi perbukitan landai. Daerah ini mempunyai ketinggian kurang lebih

75 meter. Kemiringan lereng daerah ini kurang dari 200 (<200). Tingkat erosi

rendah.

2. Morfologi perbukitan sedang. Secara umum morfologi perbukitan ini

meliputi sebagian besar dari area operasi produksi PT. Sinar Karya Mustika.

Morfologi ini merupakan perbukitan sedang dengan kemiringan lereng yang

terjal >400 . sayap lereng dari perbukitan ini mengarah ke barat. Tingkat erosi

didaerah ini berlangsung sedang sampai intensif (PT. Fajar Bakti Lintas

Nusantara, 2011).

12
II.2.4. Iklim Dan Curah Hujan

Pulau Gebe memiliki iklim tropis yang dipengaruhi oleh iklim laut tropis.

Berdasarkan hal tersebut, iklim Pulau Gebe sangat dipengaruhi oleh kondisi

lautan yang bervariasi dengan bagian wilayah lain seperti Halmahera Utara,

Halmahera Tengah atau Barat, Bacan dan Kepulauan Sula. Suhu udara berkisar

antara 28˚C-33˚C dengan rata-rata kelembapan 86,42% dan penyinaran matahari

54,42% dengan kecepatan angin 4,25 km/jam. Pulau Gebe juga dilalui oleh garis

khatulistiwa sehingga akan terasa lebih panas suhu udaranya.

Berdasarkan klasifikasi iklim Schimdt dan Ferguson, daerah Pulau Gebe

bertipe iklim B, yaitu termasuk ke dalam daerah basah. Curah hujan rata-rata

daerah ini adalah 1.869,4 mm/tahun. Pulau Gebe memiliki dua musim, yaitu

musim hujan dan kemarau yang diselingi oleh musim pancaroba. Musim hujan

berlangsung pada Bulan Desember Februari sampai maret, sedangkan musim

kemarau pada bulan Agustus sampai dengan Desember, yang diselingi oleh

musim pancaroba pada Bulan November-Desember.

II.2.5. Vegetasi

Lokasi wilayah pertambangan milik PT. Fajar Bakti Lintas Nusantara

adalah lahan bekas tambang milik PT. Antam Tbk yang telah melakukan mining

closure pada tahun 2005 dan telah menyelesaikan proses reklamasi lahan bekas

tambang. Sehingga vegetasi sekarang pada wilayah pertambangan milik PT. Fajar

13
Bakti Lintas Nusantara adalah tanaman-tanaman hasil reboisasi berupa pohon

kasuari, lorias, lamtoro, akasia, dan juga ditumbuhi semak belukar.

Sumber: Dokumentasi Lapangan 2017

Gambar II.2.3. Vegetasi Wilayah Penelitian

14
BAB III
LANDASAN TEORI

III.1. Alat Berat

Alat-alat berat yang sering dikenal didalam ilmu Teknik sipil merupakan

alat yang digunakan untuk membantu manusia dalam melakukan pekerjaan

pembangunan suatu stuktur bangunan. Alat berat merupakan faktor penting di

dalam proyek, terutama proyek-proyek kontruksi maupun pertambangan dan

kegiatan lainnya dengan skala yang besar. Tujuan dari penggunaan alat-alat berat

tersebut adalah untuk mempermuda manusia dalam mengerjakan pekerjaannya,

sehingga hasil yang diharapkan dapat tercapai target dengan lebih mudah dengan

waktu yang relatif lebih singkat. (Rochmanhadi, 1985)

III.2. Excavator

Excavator atau sering disebut dengan Backhoe termasuk dalam alat penggali

hidrolis memiliki bucket yang dipasang didepannya. Alat penggeraknya traktor

dengan roda ban atau crawler. Backhoe bekerja dengan cara menggerakan bucket

kearah bawah dan kemudian menariknya menuju badan alat.

III.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kerja Alat

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan dari suatu

peralatan yang juga dapat berpengaruh pada efektifitas produksi dari peralatan

tersebut (Prodjosumarto.P,1995), diantaranya :

15
III.3.1. Metode Pemuatan

Metode pemuatan material oleh alat muat ke dalam alat angkut

ditentukan oleh kedudukan alat muat terhadap material dan lat angkut, apakah

kedudukan alat muat tersebut berada lebih tinggi atau kedudukan keduanya sama

tinggi.

a. Top Loading

Kedudukan alat muat lebih tinggi dari bak truk jungkit (alat muat berada di

atas tumpukan material atau berada di atas jenjang). Cara ini dipakai pada

semua jenis alat muat. Selain itu operator lebih leluasa untuk melihat bak

dan menempatkan material.

b. bottom Loading

ketinggian atau letak alat angkut dan truk jungkit adalah sama. Cara ini

dipakai pada semua jenis alat muat.

III.3.2. Pengaruh Cuaca

Dalam keadaan cuaca panas dan berdebu sangat mengganggu

kerjaoperator, sehingga akan mengurangi kelincahan gerak peralatan. Begitu pula

pada saat musim hujan, kondisi tempat kerja dan jalan angkut yang tidak

diperkeras akan menjadi licin, sehingga peralatan mekanis yang digunakan tidak

dapat bekerja secara maksimal.

16
III.3.3. Efektifitas dan Efesiensi Kerja

Efisiensi kerja adalah penilaian terhadap pelaksanaan suatu pekerjaan

atau merupakan suatu perbandingan antara waktu yang dipakai untuk bekerja

dengan waktu yang tersedia. (Indonesianto, Y,2000).

efisiensi kerja dilapangan masih terdapat keterlambatan-keterlambatan

dalam penggunaan jam kerja yang tersedia, sehingga jam kerja efektif berkurang.

dalam perhitungan efisiensi kerja terdapat kompunen waktu yang harus

diperhatikan, yaitu :

1. Waktu kerja (W), yaitu waktu yang digunakan alat untuk produksi sampai

akhir operasi. Dengan waktu produktif terdapat beberapa variabel.


a. Waktu efektif (We) yaitu waktu benar-benar digunakan oleh alat untuk

berproduksi secara efektif.


b. Waktu delay (Wd) yaitu waktu yang terjadi akibat adanya hambatan-

hambatan seperti melumasi kendaraan, mengisi bahan bakar dan pelumnas,

menunggu perbaikan jalan produksi.


2. Waktu repair (R) yaitu waktu kerja yang tidak digunakan karena perbaikan

alat pada saat jam beroperasi berlangsung.


3. Waktu standby (S) yaitu waktu kerja yang tidak dipakai padahal alat tidak

rusak sedangkan tambang dalam keadaan beroperasi.

Untuk menentukan efisiensi kerja alat dapat digunakan persamaan sebagai

berikut. :

w
Eff = x 100%
T

17
W = T – Wh

Dimana :

W : Waktu Kerja Efektif


T : Total Waktu yang disediakan
Wh : Waktu Hambatan

III.3.4. Keadaan Material Yang DiKerjakan

Semakin keras material yang dikerjakan maka kemampuan alat semakin

menurunkan, karena waktu pemuatan yang dibutuhkan juga cycle time yang besar.

III.3.5. Faktor Pengembangan Material (Swell Factor)

Swell Factor merupakan perbandingan antara material sebelum digali

(volume insitu) dengan material yang suda digali (volume losse). Material di alam

keadaanya padat dan terkonsolidasi dengan baik dan hanya sedikit ruangan-

ruangan yang terisi udara diantara butir-butirnya. Bila material digali dari tempat

yang asli maka akan terjadi pengembangan atau pemuaian volume (swell).

Faktor pengembangan tersebut perlu diperhitungkan karena volume material pada

waktu penggalian tersebut “pay yard” atau “Bang Yard” atau volume aslinya

didalam. Sedangkan yang harus anjurkan adalah yang telah mengembang karena

digali (Prodjosumarto.P, 1995).

volume Insitu
SF= x 100
Volume Loose

III.3.6. Faktor Pengisian (Fill Factor)

18
Faktor pengisian adalah faktor yang menunjukan perbadingan antara

kapasitas nyata alat dengan kapasitas teoritis alat. Kapasitas teoritis sendiri

merupakan heaped capacity yaitu sudut maksimum yang dapat dicapai oleh

tumpukan material lepas. Faktor pengisian sangat dipengaruhi oleh keterampilan

operator, ukuran butir, metode pemuatan, ketersediaan material yang akan dimuat.

Hal inilah yang mempengaruhi faktor pengisian sehingga volume bucket tiap

pengisian berbeda.

V Teoritis
FP = x100%
V Nyata

Atau dapat dilakukan dengan pengamatan langsung dilapangan dengan

memperkirakan kapasitas pada bucket alat muat dengan rincian seperti pada

gambar dibawah ini.

sumber : Buku Ajar Pemindahan Tanah Mekanis

Gambar 3.1. Persen Pengisian Bucket Alat Muat

III.3.7. Cycle Time

Cycle time adalah waktu yang diperlukan oleh suatu alat untuk

melakukan kegiatan tersebut dari awal sampai akhir dan siap untuk memulai lagi.

19
Pada setiap kegiatan pemindahan tanah mekanis, alat-alat mekanis bekerja

menurut pola tertentu yang pada prinsipnya terdiri dari beberapa kompunen

waktu, diantaranya:

 Waktu edar alat gali muat

Terdiri dari menggali, mengisi mangkok, berputar dengan mangkok isi, menumpa

material dan berputar dengan mangkok kosong.

a. Kondisi tempat kerja

Tempat kerja yang luas dan sempit tentunya akan mempengaruhi waktu

edar dari alat muat dan alt angkut itu sendiri yang tentunya juga dapat

mempengaruhipada peningkatan efisiensi dan produktifitas kerja.

b. Keadaan alat

Keadaan alat yang baik akan membuat kinerja alat itu baik sehingga waktu

adar dapat sesuai dengan yang diharapkan. Jika kondisi alat tersebut rusak, tentu

kinerja alat tersebut akan menurun hingga waktu edar dari alat tersebut akan

menurun. Sehingga waktu edar dari alat yang diharapkan tidak dapat dicapai.

c. Kondisi cuaca

Kondisi kerja pada waktu hujan maupun panas/kering tentunya akan

berbeda dan akan mempengaruhi kinerja dari alat muat dan alat angkut sehingga

mempengaruhi waktu edarnya.

Rumus Perhitungan Cycle Time (CT) :

CT = T1 + T2 + T3 + T4

Dimana :

T1 = Diggig Time (waktu menggali)

20
T2 = Loaded Swing Time (waktu putar dalam keadaan terisi)

T3 = Dumping Time (waktu menumpah)

T4 = Empety Swing Time (waktu putar kebali kosong)

III.4. Perencanaan Produk Kerja

Produksi adalah besarnya jumlah material yang dihasilkan oleh alat

mekanis tersebut yang dioperasikan dalam suatu periode tertentu. Semakin besar

produksi yang dihasilkan suatu alat maka semakin baik tingkat penggunaan alat

tersebut.

 Produksi alat muat

Produksi alat muat merupakan produksi untuk mengalik dan memuatkan

sejumlah material sesuai dengan terget produksi yang telah diterapkan serta

sesuaikan dengan spesifikasi alat tersebut. Produksi alat muat (Prodjosumarto.P.

1995) dapat dihitung dengan penggunaan sebagai berikut:

KB x EFF x SF x FF
P= x 60 menit
CT

Dimana :

P : Produksi alat muat (m3/jam)


Cb : Kapasitas Bucket (m3)
EFF : Efisiensi kerja (%)
SF : Swell Factor
FP : Faktor Pengisian (%)
CT : Cycle Time (menit)

III.5. Biaya Pemilikan Dan operasi

Secara umum, biaya pemilikan dan operasi suatu alat besar dapat di gambar
sebagai berikut :

21
Nilai penyusutan

Biaya Bunga modal


Pemilikan

Asuransi

Bahan Bakar

Biaya Pemilikan, Biaya


Operasional, dan Biaya Oli Mesin, Oli Hidrolik , Oli
Pemeliharaan Tranmisi, Gemuk, Filter.

Biaya Operasi Upah Operator

Biaya Satuan Pekerjaan

Biaya Pemeliharaan

Gambar III.5.2. Biaya Pemilikan dan Operasi alat Berat

Tinggi rendahnya biaya pemilikan suatu alat tidak hanya tergantung dari harga

alat tersebut, tetapi juga di pengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :

- Kondisi medan kerja


- Tipe pekerjaan
- Harga lokal dari bahan-bahan dan minyak pelumnas
- Tingkat bunga
- Asuransi
- Biaya rupa-rupa
1. Biaya pemilikan

Yang dimaksud dengan biaya pemilikan adalah biaya yang menunjukan jumlah

antara penyusutan (depresiasi) alat, bunga dan asuransi alat.

22
a. Nilai penyusutan (depresiasi)
Penyusutan (depresiasi) adalah harga modal yang hilang pada suatu

peralatan yang disebabkan dari umur pemakaian. Guna menghitung besarnya

biaya penyusutan perlu diketahui terlebih dahulu umur kegunaan dari alat yang

bersangkutan dan nilai sisa alat pada batas akhir umur kegunaannya. Terdapat

banyak cara yang digunakan untuk menentukan biaya penyusutan. Salah satu

metoda yang banyak digunakan adalah “straight line method” yaitu turunya nilai

modal dilakukan dengan pengurangan nilai penyusutan yang sama besarnya

sepanjang umur kegunaan dari alat tersebut, sebagai berikut :

Harga Mesin−( Harga Ban )−Harga Sisa(Rupiah)


Depresiasi =
Umur Kegunaan( jam)

Untuk alat-alat yang menggunakan crawler, harga ban tidak ada.


b. Bunga modal, dan asuransi
Bunga modal tidak hanya berlaku bagi peralatan yang dibeli dengan sistem

kredit, tetapi dapat juga dari uang sendiri yang dianggap sebagai pinjaman. Jangka

waktu pinjaman jarang yang lebih dari 2 (dua) tahun pada saat ini. Besar kecilnya

nilai asuransi tergantung pada baru tidaknya peralatan, kondisi medan kerja, dan

tipe pekerjaan yang di tangani.


Perhitungan bunga modal, pajak dan asuransi dapat disatukan

dengan menggunakan rumus :


Faktor + Harga Mesin x Bunga per Tahun
Bunga Modal + Asuransi =
Jam Pemakaian Per tahun
Dimana :

1−( n−1 )( 1−r )


Faktor : =
2n

n : Umur ekonomis (life time) alat (tahun)


r : Nilai sisa alat (%)

23
Biaya pemilikan alat mempunyai nilai yang tetap walau alat tidak

dioperasikan.
2. Biaya opersai

Biaya operasi peralatan adalah biaya yang dikeluarkan hanya apabila alat

tersebut dioperasikan. Biaya yang terdiri atas :

1. Bahan bakar
Kebutuhan bahan bakar dan pelumnas per jam berbeda untuk setiap alat

atau merk dari mesin. Data-data ini biasanya dapat diperoleh dari pebrik produser

alat atau daeler alat yang bersangkutan atau dari data lapangan. Pemakaian bahan

bakar dan pelumnas per jam akan bertambah bila mesin bekerja berat dan

berkurang bila bekerja ringan. Biaya bahan bakar dapat dihitung dengan rumus :

Biaya bahan bakar (fuel) = Keb. Bhn. Bakar per jam x Harga Bahan. Bakar

Per Liter

2. Bahan Pelumas, Gemuk, Filter


Untuk kebutuhan bahan-bahan tersebut, seperti pada kebutuhan bakar, masing-

masing alat besar dalam kebutuhan per jam berbeda sesuai dengan kondisi

pekerjaan, bahan pelumnas yang terdiri atas:


- Oli mesin
- Oli Trnsmisi
- Oli Hidrolis
- Oli Final Drive
- Gemuk

Biaya bahan pelumas = kebutuhan bahan pelumas x Harga pelumas per liter

Sedangkan biaya filter biasanya diambil 50% dari jumlah biaya pelumnas

diluar bahan bakar atau dalam hitungan :

24
Jumlah Filter x Harga Filter
Biaya Filter Per Jam =
Lama Penggantian Filter ( jam)

3. Pemeliharaan
Biaya pemeliharaan ini merupakan biaya perbaikan dan perawatan alat

sesuai dengan kondisi operasinya. Makin keras alat bekerja per jam makin besar

pula biaya operasinya. Biaya perbaikan (reperasi) alat dapt ditentukan dengan

menggunakan formula berikut :

Faktor Perbaikan x (Harga Mesin Harga Ban)


Biaya Pemeliharaan =
Umur Kegunaan Alat (Jam)

Dimana :

Faktor perbaikan biasanya ditentukan berdasarkan pengalaman

4. Upah Operator
Salah satu cara untuk menghitung upah operator per jam adalah :

upah operator + Pembantu Perbulan ( Rupiah)


Upah Operator =
Jam Operasi per bulan(Jam)

25
BAB IV
PEMBAHASAN

IV.1. Lokasi

Lokasi yang akan dijadikan daerah penelitian Kerja Praktek yaitu di Front

Raja Ampat PT.SINAR KARYA MUSTIKA (SKM) sebagai perusahan kontraktor

dalam penyediaan alat mekanis, dan PT.FAJAR BHAKTI LINTAS

NUSANTARA (FBLN) selaku pemilik izin operasi produksi.

IV.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kerja Alat

a. Pengaruh Cuaca

Cuaca sangatlah penting bagi keberlangsungan kegiatan penambangan,

pada saat musim panas jalan sangatlah berdebu yang dapat mempengaruhi

penglihatan operator, sedangkan pada saat musim hujan jalan menjadi

berlumpur dan licin sehinggaperlu perawatan jalan dengan menggunakan

Motor Grader dan Doser

b. Kondisi Front Penambangan

26
Kondisi front juga dapat berpengaruh terhadap gerak kendaraan sehingga

butuh alat support untuk bagaimana memperbaiki jalan pada saat Loading

Ore sedang Berlangsung.

Sumber : Dokumentasi Lapangan 2017

Gambar IV.2.1. Kondisi Lapangan

IV.3. Pola Pemuatan

Pola muat yang sering digunakan oleh alat Exsavator JCB PC 200 adalah

pola muat Bottom Loading (pola muat antara alat gali-muat dan alat angkut

sejajar), dari pola muat ini dapat mempengaruhi sudut swing dari exsavator

tersebut.

27
Sumber : Dokumentasi Lapangan 2017

Gambar IV.3.2. Pola Pemuatan Bottom Loading

IV.4. Waktu Kerja

Waktu kerja yang tersedia adalah waktu dari keseluruha yang disediakan

oleh perusahaan dalam melakukan kegiatan penambangan. Pada kenyataan

dilapangan waktu kerja yang tersedia tidak dapat digunakan sepenuhnya karena

adanya hambatan-hambatan yang dapat mempengaruhi waktu kerja yang tersedi,

jam kerja yang berlaku diperusahaan dibagi menjadi dua Shift dalam sehari

dengan over shift pada hari jumat. Jadwal kerja yang ditetapkan di Perusahaan.

(Lampiran A)

a. Shift Siang

Kegiatan Waktu kerja


Shift Siang (jam)
1 Waktu Kerja 08.00-12.00
2 Istirahat 12.00-13.00
3 Waktu Kerja 13.00-18.00

28
Jumlah 9 jam
b. Shift Malam

Kegiatan Waktu kerja


Shift Malam (jam)
1 Waktu Kerja 20.00-00.00
2 Istirahat 00.00-01.00
3 Waktu Kerja 01.00-06.00
Jumlah 9 jam

Tabel 4.3. Waktu Kerja

IV.5. Faktor Pengisian (Fill Factor)

Besarnya nilai pengisian pada bucket (Fill Factor) tergantung dari jeis

kemampuan pemuatan oleh bucket alat muat yang berada di lokasi kegiatan

penambangan. Fill Factor yang digunakan adalah 82.76%. (Lampiran B)

IV.6. Faktor Pengembangan Material (Swell Faktor)

Besar pengembangan material (swell Faktor) diketahui adalah 1,16.

Dimana data tersebut diperoleh dari hasil perhitungan Lap Preparasi. lihat

(Lampiran C)

IV.7. Cycle Time Exsavator PC 200

Waktu edar adalah waktu yang diperlukan oleh suatu alat mekanis untuk

melakukan kegiatan tertentu dari awal hingga sampai akhir dan siap memulai lagi.

Waktu edar exsavator pc 200 sebagai berikut. Lihat pada (Lampiran D)

29
Jenis alat Waktu Edar
Exsavator JCB PC 200 (CT) 0,28 menit

Tabel IV.7.4. Waktu Edar Alat

IV.8. Efisiensi Kerja

Dari hasil pengamatan lapangan,masih terdapat hambatan-hambatan dalam

penggunaan jam kerja yang tersedia sehingga jam kerja efektif berkurang.

Hambatan-hambatan jam kerja :

a. Waktu Kerja (W) = 18 jam (1080 menit)

b. Waktu Standby = 1.85 jam (111.15 menit)

c. Waktu Repair = 0.30 jam (18.32 menit)

- Waktu Kerja Efektif

W = T – Wh

W = 1080 – 208.93 = 871.07 menit atau 14.51 jam

- Efisiensi Kerja

w
Eff = x 100%
T

871.07
Eff = x 100%
1080

= 0.8065 x 100%

30
= 80.65%

Jadi efisiensi kerja alat yaitu = 80,65%

IV.9. Perencanaan Produksi

Produksi alat muat merupakan hasil yang secara perhitungan dicapai oleh

suatu hubungan alat selama waktu operasi yang tersedia berkaitan dengan data

Bucket, Faktor Pengisian, waktu edar (cycle time), dan efisiensi kerja.Dari data

tersebut, maka didapatkan produksi dari alat tesebut. Lihat pada (Lampiran F)

Jumlah
Alat Berat Besar Produksi (M³)
Alat
210.96 ton/jam
Excavator JCB PC 200 1
3061.02 ton/hari
85,139.23 ton/bulan

Tabel IV.9.5. Produksi Alat

IV.10. Biaya Kepemilikan

Untuk menghitung Biaya Produksi Exsavator pada PT. SINAR KARYA

MUSTIKA maka dapat diselesaikan dengan persamaan berikut :

a. Perhitungan biaya penyusutan


( Hp−Hs−Hban)
UE
Diketahui :
Hp: Harga Pokok Alat = Rp 950,000,000
Hs: Harga sisa alat 10% = Rp 95,000,000
Hban: Harga ban =
UE: Umur ekonomis alat = 10,000 jam
Penyelesaian :

31
(950,000,000−95,000,000)
Biaya penyusutan=
10,000

= Rp 85,500.00 /jam
b. Perhitungan biaya modal
Pu+1 Hp
ix ( 2 Pu ) x h
Diketahui :

i : Suku bunga bank = 18.00%

Pu: Perkiraan usia pakai alat = 2.08 tahun

Hp: Harga pokok alat = Rp 950,000.000

h : Pemakaian dalam 1 tahun= 4,800 jam

Penyelesaian :

2.08+1 950,000.000
Bunga Modal = 18.00% x x
2 x 2.08 4,800

18 3.08
¿ x x 197.91
100 4.16
= 0.18 x 0.74 x 197.91
= Rp 26,362.50 /jam
c. Biaya Asuransi
Pu+1 Hp
px (
2 Pu )x h
Diketahui :
p : Premi asuransi = 2.00%
Pu: Perkiraan usia pakai alat = 2.08 tahun
Hp: Harga pokok alat =Rp 950,000.000
h : Pemakaian dalam 1 tahun = 4,800 jam

Penyelesaian :

32
Bunga Modal = 2.00% x

2.08+1 950,000.000
x
2 x 2.08 4,800

2 3.08
x ¿ x 197.91
100 4.16
= 0.02 x 0.74 x 197.91
= Rp 2,929.17 /jam
 Biaya kepimilikan = nilai penyusutan + bunga modal + biaya

asuransi
Diketahui :
 Nilai Penyusutan = Rp 85,500.00 /jam
 Bunga Modal =Rp 26,362.50 /jam
 Biaya Asuransi =Rp 2,929.17 /jam
Penyelesaian :
=Rp 85,500.00 /jam + Rp 26,362.50 /jam + Rp

2,929.17 /jam

Maka total biaya kepemilikan= Rp 114,791.67 /jam

IV.11. Biaya Operasional

a. Sewa Alat = = Rp /jam


b. Premi Operator = = Rp 20,000.00 /jam
c. Biaya BBM = 20.00 Ltr/jam x Rp 7,000 /Ltr = Rp 140,000.00 /jam
d. Oli Mesin = 0.20 Ltr/jam x Rp 21,000/Ltr = Rp 4,120.16 /jam
e. Oli Hidrolik = 0.36 Ltr/jam x Rp 2,000/Ltr = Rp 7,230.30 /jam
f. Gemuk = 0.15 Kg/jam x Rp 17,500/Kg = Rp 2,558.60 /jam
g. Oli Tranmisi = 0.10 Ltr/jam x Rp 19,000 /Ltr = Rp 1,994.84 /jam
h. Biaya Filter = 0.50 x (c + d + e + f) = Rp 76,954.53 /jam

Sub Total Biaya Operasian = Rp 252,858.43 /jam

33
IV.12. Biaya Pemiliharaan Alat

(Hp−Hban)
xf
UE

Dimana :

Hp = Harga Pokok Alat = Rp 950,000.000 /jam

Hban = Harga Ban =

UE = Umur ekonomis alat= 10,000 jam

f = faktor Biaya Pemeliharaan Selama Umur Ekonomis Alat = 90%


penyelesaian :
950,000.000
Biaya Pemeliharaan = x 90
10,000
950,000.000 90
= x
10,000 100
950,000.000
= x 0,9
10,000
= 95,000 x 0,9
Jadi total biaya pemeliharaan = Rp 85,500.00 /jam
Keterangan :
F = faktor biaya pemeriharaan selama umur ekonomis alat = 90%
IV.13. Perhitungan Total Biaya Kepemilikan, Biaya Operasional, Dan Biaya

Pemeliharaan
Dimana :
 Biaya Kepemilikan =Rp 114,791.67 /jam
 Biaya Operasional =Rp 252,858.43 /jam
 Biaya Pemeliharaan =Rp 85,500.00 /jam
Penyelesaian :

= Biaya Kepemilikan + Biaya Operasional + Biaya Pemeliharaan

= Rp 114,791.67 /jam + Rp 252,858.43 /jam + Rp 85,500.00 /jam


= Rp 453,150.10 /jam
Maka Total Keseluruhan dari Total Biaya Kepemilikan, Biaya

Operasional dan Biaya Pemeliharaan adalah Rp 453,150.10 /jam

34
IV.14. Biaya Operator
Dimana :
a. Premi operator = Rp 20,000.00 /jam
b. Waktu kerja efektif = 403.58 jam/bulan
Penyelesaian :
Upah Operator = Rp 20,000.00/jam x 206.18 jam/bulan

Maka biaya operator dalam 1 bulan adalah= Rp 8.071.600 /bulan

35
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

V.1. Kesimpulan

Dari hasil pengamatan penulis dilapangan serta penyusunan laporan kerja

praktek dan pengolahan data maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Faktor yang menghambat produktifitas alat adalah waktu pindah tempat

dikarenakan lantai front yang berlumpur.


2. Kesesuaian alat perlu diperhatikan dengan kondisi front yang berlumpur.
3. Butuh alat pendukung untuk mempersiapkan lantai front sebelum kegiatan

loading ore dimulai (vibrating roller).


4. Keserasian pada saat pengisian bucket perlu diperhatikan pada saat loading

ore.
5. Perlu diperhatikan Pemasok BBM agar mengisi BBM terlebih dahulu

sebelum pergantian shift.


6. Keserasian kerja antara shift siang dan shift malam perlu diperhatikan agar

tidak mengalami kesalah pahaman.

V.2. Saran

Sebaiknya dalam melakukan kegiatan produksi hal pertama yang perlu

diperhatikan adalah keselamatan para operator, yaitu dengan memfasilitasi para

pekerja dengan masker agar untuk melindungi pernapasan dari polusi debu dan

asap.

36
DAFTAR PUSTAKA

Prodjosumarto Partanto, 2000, Tambang Terbuka (Surface Mining),


Departemen Pertambangan Institut Teknologi Bandung, Bandung.

Chandra, 2011; Rencana Kerja Dan Anggaran Biaya Mineral Logam Biji Nikel,
PT.Fajar Bakti Lintas Nusantara.

Indonesianto Y, 2000; Diklat Pemindahan Tanah Mekanis, Jurusan Teknik


Pertambagan, Universitas Veteran Yogyakarta.

Prodjosumarto Partanto, 1995; Buku Pemindahan Tanah Mekanis, Jurusan Teknik


Pertambangan, Institut Teknologi Bandung Indonesia.

37

Anda mungkin juga menyukai