Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Daerah Kalimantan Barat merupakan bagian dari dataran Sunda dengan batuan dasar
yang diperkirakan telah tersingkap sejak zaman Pra-Tersier. Batuan yang terdapat
pada daerah ini adalah batuan gunung api Pra-Tersier yang bersifat asam-intermediet
sehingga kaya akan kandungan unsur AL. Unsur ini merupakan unsur utama
pembentuk bauksit. Daerah ini merupakan daerah yang stabil dimana proses erosi
merupakan pengontrol utama bentuk lahan pada daerah ini. Sehingga proses
lateritisasi bauksit kemungkinan dapat berjalan dengan sangat baik di daerah ini.

Bauksit merupakan mineral bijih alumina yang dimanfaatkan sebagai bahan galian
industri sebagai bahan dasar pembuatan jenis logam alumunium. Bauksit ini berasal
dari endapan residual dari proses lateritisasi batuan asal. Oleh karena itu perlu
dilakukan penelitian untuk mengetahui kemungkinan terbentuknya endapan bauksit
pada daerah ini. Sehingga dari sini dapat diketahui daerah yang mempunyai potensi
endapan bijih bauksit dan dapat diketahui daerah yang terdapat endapan bijih bauksit
dengan kadar dan unsur yang beragam, untuk dapat memudahkan dalam kegiatan
ekplorasi selanjutnya.

Melihat perkembangan pertambangan bahan galian bauksit tersebut, maka


penulis ingin mendalami kegiatan pertambangan bauksit di PT.Cita Mineral
Investindo. Tbk Site Air Upas, pada tahapan atau kegiatan tentang masalah eksplorasi.
Eksplorasi merupakan kegiatan awal pengambilan sample material yang nantinya
akan di uji di laboratorium untuk mengetahui kadar alumina dan mineral-mineral
pengikutnya serta bauksit yang diinginkan buyer dapat terpenuhi.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah sebagai berikut :

a. Bagaimana tahapan eksplorasi dengan menggunakan metode test pit di PT.


Cita Mineral Investindo Tbk Site Air Upas ?
b. Bagaimana metode yang digunakan dalam pengambilan sampel pada
eskplorasi pada lubang test pit di PT. Cita Mineral Investindo Tbk Site Air
Upas ?
c. Mengapa pemilihan metode test pit yang tepat digunakan dalam kegiatan
ekploarsi di PT. Cita Mineral Investindo Tbk Site Air Upas ?
d. Apa saja kadar – kadar yang tergantung pada setiap sample yang di ambil pada
lubang test pit ?

1.3 Tujuan PKL (Praktek Kerja Lapangan)

1.3.1 Tujuan Umum


Adapun tujuan secara umum dilaksanakannya Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini
adalah seabgai syarat untuk menyelesaikan mata kuliah Praktek Kerja Lapangan
(PKL) pada semester VI Tahun 2019.

1.3.2 Tujuan Khusus


Adapun tujuan khusus dari Praktek Kerja Lapngan ini adalah :

a. Mengetahui tahapan eksplorasi dengan menggunakan metode test pit di PT.


Cita Mineral Investindo Tbk Site Air Upas.
b. Mengetahui Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel pada
eskplorasi pada lubang test pit di PT. Cita Mineral Investindo Tbk Site Air
Upas.
c. Mengetahui apa saja kadar – kadar yang tergantung pada setiap sample yang
di ambil pada lubang test pit.
1.4 Metodologi
Adapun Metodologi penelitian yang digunakan dalam laporan ini dapat dibagi
menjadi beberapa tahapan sebagai berikut :

1.4.1 Studi Literatur

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara menvari dan mengumpulkan
data yang berkaitan dengan penelitian antara lain berasal dari literatur penelitian
laporan mahasiswa terdahulu dari kampus dan laporan Eksplorasi Bauksit PT. Cita
Mineral Investindo, Tbk Site Air Rupas Tahun 2018.

1.4.2 Studi Lapangan

Adalah Teknik pengumpulan data secara langsung dari lapangan. Adapun data yang
diperoleh adalah sebagai berikut :
a. Data Eksplorasi daerah Batu Keling dan Manggungan
b.

1.5 Sistematika
Sistematika penulisan laporan Praktek Kerja Lapangan dibuat sebagai berikut :

1. Halaman Judul
2. Halaman Persetujuan / Pengesahan
a. Dosen Penguji
b. Pembimbing industri, dosen pembimbing dan ketua jurusan teknik
pertambangan.
3. Kata Pengantar
4. Daftar Isi
5. BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Rumusan Masalah
1.3. Tujuan PKL
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
1.4. Metodologi
1.5. Sistematika
1.6. Tempat Dan Jadwal Pelaksanaan
6. BAB II GEOLOGI REGIONAL
7. BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
3.1. Sejarah singkat perusahaan

3.2. Organisasi perusahaan

3.3. Pelaksanaan disiplin kerja dan lain-lain

3.4. Proses pelaksanaan produksi perusahaan

8. BAB IV KEGIATAN YANG DIAMATI


4.1. Pekerjaan yang diamati
4.2. Lingkup pekerjaan
4.3. Tugas selama praktek
9. BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
10. Lampiran
- Surat permohonan PKL dari Jurusan Teknik pertambangan
- Surat jawaban dari perusahaan
- Surat keterangan dari perusahaan yang menyatakan bahwa telah
menyelesaikan PKL
- Gambar-gambar kegiatan produksi yang diperlukan
- Foto- foto kegiatan produksi yang dianggap perlu
- Laporan kegiatan harian.\

1.6 Tempat dan jadwal pelaksanaan


Kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) dilaksanakan di PT.Cita Mineral
Investindo.Tbk Jobsite Air Upas Dusun Batang Belian Desa Karya Baru,kecamatan
Marau,kabupaten Ketapang Provinsi Kalimantan Barat. Praktek Kerja Lapangan
(PKL) dilaksanakan selama 1 bulan yaitu dari tanggal 4 Maret 2019 hingga 30 Maret
2019.
BAB II
GEOLOGI REGIONAL

2.1 Geologi Regional


Geologi regional berdasarkan analisa dari peta geologi lembar Kendawangan
Skala 1 : 250.000 yang dikeluarkan oleh Pusat Penelitian Dan Pengembangan Geologi
tahun 1994, kondisi geologi regional pada daerah eksplorasi dapat diuraikan menjadi
batuan yang terdapat pada daerah eksplorasi adalah Granit Sukadana (Kus) serta letusan
Gunung api kerabai (Kuk). Batuan-batuan tersebut terbentuk pada zaman Kapur Akhir
karena adanya perubahan sifat magmatisme secara drastis. Sifat kimia batuan yang sama
dan kedudukannya berdekatan antara granit Sukadana dan Gunung api Kerabai diduga
keduanya dihasilkan oleh magma yang sama. Peta geologi regional lembar
Kendawangan dapat dilihat pada gambar 2.1 (Sudana, D. Djamal, B & Sukido. 1994).
2.2 Geomorfologi
Geomorfologi daerah penelitian terbagi menjadi 2 bagian yaitu dibagian selatan blok
mulai dari Marau sampai Air Upas memiliki morfologi bergelombang lemah dengan
kemiringan lereng antara 50 – 100. Morfologi ini terdiri dari morfologi yang relatif datar
dan beberapa bukit kecil terisolasi dimana tidak ada perbedaan yang
menyolok,sedangkan disebelah utara bagian blok mempunyai morfologi relatif tinggi
dari Air Upas dengan beberapa perbukitan tinggi mencapai 300 m di atas permukaan laut
dan ratarata elevasi 50 – 80 meter. Disebelah barat dan sebelah timur relatif lebih datar
dengan elevasi 30 – 60 m topografi bergelombang sedang (Sudana, D. Djamal, B &
Sukido. 1994).
Gambar: peta Geologi Regional lembar kendawangan kalimantan barat
2.3 Stratigrafi
Stratigrafi dari hasil pengamatan lapangan litogi daerah penelitian tersusun oleh
formasi-formasi sebagai berikut (Sudana, D. Djamal, B & Sukido. 1994) :
1. Granit Sukadana (kus)
Terdiri atas batuan granit yang berwarna abu-abu kemerahan dengan ukuran
kristal kasar yang terdiri dari kuarsa,orthoklas,plagioklas,hornblende,biotit,dan
sedikit batuan diorit,diorit porfiri yang berwrna abu-abu kehitaman. Formasi ini
tersebar disebelah utara bagian blok dari barat ke timur, kemudian dibagian tengah
blok dan selatan.
2. Gunung Api Kerabi (kuk)
Terdiri atas perselingan vulkanik tuff, batuan apal,batu pasir tufaan,batu pasir
kuarsa,metasedimen. Litologi ini tersebar disebelah utara diantara formasi Kus
kemudian disebelah selatan dari arah barat laut dan tersingkap luas ketenggara.
Secara umum diseluruh daerah eksplorasi pada bukit-bukit tinggi merupakan
intrusi granit dari formasi Granit sukadana yang masih segar dan banyak boulder
granit didaerah yang relatif datar. Sedangkan formasi Gunung Api Kerabai ratarata
terdiri dari perbukitan sedang dan daerah yang datar.

Gambar: Peta Stratigrafi Regional


BAB III
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
3.1. Sejarah Singkat Perusaan

PT.Cita Mineral Investindo.Tbk yang dahulu bernama PT.Harita Prima Abadi


Mineral terletak di Dusun Batang Belian, Desa Karya Baru, Kecamatan Marau,
Kabupaten Ketapang, Provinsi Kalimantan Barat. Bijih bauksit yang dikelola oleh PT.ita
Mineral Investindo.Tbk ditambang dengan sistem tambang terbuka yang menerapkan
metode Strip Mining. PT.Cita Mineral Investindo.Tbk adalah salah satu anak perusahaan
dari perusahaan Harita Group,dengan target produksi perbulannya ± 350.000 ton. Harita
Group didirikan oleh Hariyanto WS Lim dengan visi yaitu mengembangkan sumber daya
alam Indonesia secara luas. Kebutuhan pasar dunia akan bahan baku alumunium
,membuka peluang bagi Harita Group untuk ambil bagian dalam industri pertambangan
dengan penyediaan bahan baku bauksit.
Lokasi penambangan PT.Cita Mineral Investindo.Tbk mempunyai beberapa blok
yaitu Sebalakan, Pesanggaran, Sedawak, Pantai Ribai, Manggungan, Silat, Batu Keling,
Perendaman(Batu Menangis) dan Selakoan. PT.Cita Mineral Investindo mempunyai 9
Bauxite Processing Plan (BPP) yang terdiri dari 7
Bauxite Processing Plan yang digunakan untuk mencuci ore yang berasal dari pit atau
intermediet (penyimpanan ore sementara) dan 2 Bauxite Processing Plan yang
digunakan untuk mencuci tailing dari proses pencucian ore. PT.Cita Mineral
Investindo.Tbk site Air Upas mempunyai beberapa buyer yang harus yang mempunyai
permintaan kualitas yang berbeda-beda antara lain yaitu PT.Well Harvest Winning
dengan permintaan kadar Al2O3 48%-50% dan SiO2 12%, Chalco dengan permintaan
kadar RSiO2 5% dan Xinfa dengan permintaan kadar Al2O3 minimal 48%, SiO2
maximal 12, RSiO2 maximal 5.

3.2. Organisasi Perusahaan


Pada PT.Cita Mineral Investindo.Tbk site Air Upas terdapat susunan organisasi yang
bertujuan untuk mengetahui jabatan serta untuk mengorganisir 11 dan menjalankan tugas
yang ada di PT.Cita Mineral Investindo.Tbk site Air Upas. Stuktur Organisasi PT.Cita
Mineral Investindo.Tbk site Air Upas dapat dilihat pada lampiran 1. Dalam struktur
organisasi jabatan tertinggi adalah General Manager Operation. General Manager
Operation membawahi Deputi General Manager Operation,Kepala Teknik Tambang,dan
site Manager. PT.Cita Mineral Investino.Tbk site Air Upas memiliki 9 departemen yaitu
departemen perencanaan & eksplorasi, Produksi, Quallity Control & Laboratorium, CSR
& land acquisition, marine,support,finance & Accounting, healt safety and environment
dan HR & GA. Dari masing-masing departemen tersebut memiliki manager,
supertenden, supervisor, staff dan crew yang bertugas untuk menjalankan pekerjaan di
departemen tersebut.

3.3. Pelaksanaan Disiplin Kerja dan lain-lain


3.3.1. Peraturan Perusahaan
Pada PT.Cita Mineral Investindo.Tbk site Air Upas untuk menciptakan tenaga
kerja yang disiplin dan tanggung jawab terhadap pekerjaannya maka di berlakukan
peraturan sebagai berikut, yaitu:
1. Setiap karyawan harus menjalankan tugasnya sebaik mungkin sesuai dengan
fungsi uraian pekerjaan yang telah ditentukan oleh atasannya.
2. Setiap karyawan wajib melakukan absensi baik secara mekanis dengan
fingerprint maupun menggunakan kartu kehadiran ataupun absensi manual pada
saat masuk dan pulang kerja.
3. Setiap karyawan harus berada/hadir ditempat tugasnya masing-masing tepat pada
waktu kerjanya sesuai dengan perjanjian kerja, demikian pula pada waktu
istirahat keluar dan meninggalkan kerja.
4. Karyawan tidak diperkenankan melakukan absensi, menandai kartu absen/kartu
hadir karyawan lain. Pelanggaran terhadap hal ini akan dikenakan sanksi.
5. Setiap karyawan yang datang terlambat atau pulang lebih awal dari waktu kerja
yang telah ditentukan wajib melapor dan mendapatkan persetujuan dari
atasannya.
6. Apabila karyawan berhalangan karena sakit atau kecelakan atau sebab lain maka
wajib memberitahukan kepada atasan masing-masing.
7. Setiap karyawan harus memperlihatkan sikap kerja yang baik, menghargai rekan
kerja, bawahan dan atasannya.
8. Setiap karyawan harus memelihara dengan baik barang milik perusahaan.
Bilamana menemukan, kehilang atau bila ada kerusakan barang tersebut
karyawan wajib melaporkan segera kepada perusahaan.
9. Barang milik perusahaan hanya digunakan untuk kepentingan perusahaan dan
dilarang keras untuk dipindahkan dari lingkungan perusahaan tanpa persetujuan
dari pimpinan/pejabat yang berwenang.
10. Karyawan tidak diperkenankan meminta atau menerima pemberian dalam bentuk
apapun dari seseorang atau organisasi yang ada hubungan dagang/kerja dengan
perusahaan. Apabila hal ini dilanggar,karyawan akan terkena sanksi sesuai
dengan peraturan perundangan atau peraturan perusahaan yang berlaku.
11. Karyawan tidak diperkenankan baik langsung atau tidak langsung
mempergunakan peraturan atau keterangan perusahaan untuk tujuan atau
keuntungan pribadi.
12. Karyawan dilarang menertibkan tulisan, memberikan ceramah atau keterangan
kepada pihak luar terkait dengan hasil produksi ataupun kegiatan perusahaan,
kecuali dalam rangka melaksanakan tuas dan telah mendapat persetujuan dari
pimpinan perusahaan.
13. Karyawan tidak diperkenankan secara langsung maupun tidak langsung bekerja
untuk perusahaan lain selama masih ada hubungan kerja dengan perusahaan.
14. Karyawan wajib mengembalikan dokumen dan barang-barang milik perusahaan
kepada atasannya pada waktu hubungan kerja berakhir.
15. Setiap karyawan wajib memelihara aset milik perusahaan yang dipinjamkan
kepadanya sebagai alat kerja/fasilitas dengan sebaik-baiknya dan bertanggung
jawab.
16. Setiap karyawan diwajibkan untuk bersedia ditempatkan/dimutasi dalam rangka
tugas, kecuali ada alasan yang dapat dibenarkan oleh peraturan perusahaan.
17. Dalam menjalankan tugas seperti yang disebutkna diatas, setiap karyawan harus
mematuhi instruksi atau tugas yang diberikan oleh perusahaan atau atasan.
3.3.2. Jadwal Kerja Perusahaan
Pada PT.Cita Mineral Investindo.Tbk site Air Upas memiliki jadwal kerja sebagai
berikut :
Jawal Kerja PT.Cita Mineral Investindo.Tbk site Air Upas
Pukul Senin-kamis, Pukul Juma’at
Sabtu-minggu

08.00 WIB Masuk Kerja 08.00 WIB Masuk Kerja

08.00 – Kerja 08.00 – Kerja


12.00 wib Produktif 11.00 wib Produktif
12.00 – Istirahat 11.00 – Istirahat
14.00 wib 14.00 wib
14.00 – Kerja 14.00 – Kerja
17.00 wib Produktif 17.00 wib produktif
17.00 wib Pulang 17.00 wib 17.00 wib

3.4. Proses Pelaksanaan Produksi Perusahaan


Proses pelaksanaan produksi PT.Cita Mineral Investindo.Tbk site Air Upas yaitu
sebagai berikut :
A. Eksplorsi
Kegiatan eksplorasi merupakan tahapan awal untuk menyelediki keterdapatan
bahan galian disuatu daerah. Kegiatan ini penting dilakukan karena merupakan
informasi awal yang berguna pada tahap eksplorasi. Berikut adalah tahap-tahap
dalam proses eksplorasi :
1. Survey tinjau
Kegiatan survey tinjau merupakan yang bertujuan untuk mengenal lokasi
atau tempat dilakukannya survey. Kegiatan survey tinjau dilakukan pada
tahap awal. Survey tinjau dibagi menjadi dua yaitu :
a. Pengambilan data (sampel permukaan)
Tahap ini dilakukan pengambilan data dengan memperhatikan
sifat fisik dari batuan seperti tekstur, warna, tingkat kekerasan,
sebaran mineral dan lain-lain.
b. Analisa data laboratorium
Sampel yang telah diambil pada survey tinjau akan dianalisa
dilaboratorium. Analisa lab bertujuan untuk mengetahui kadar
mineral yang akan disampling tersebut.
2. Test pit
Tujuan dari test pit yaitu untuk mengetahui ketebalan dari bauksit dan
mengambil conto bauksit dalam keadaan masih asli, yang kemudian sebagai
dasar dalam analisa laboratorium. Ukuran test pit yang digunakan lebar nya
sebesar 80 cm dan panjangnya 120 cm. Kedalaman test pit didasarkan pada
batas litologi lempung dan bauksit lapuk. Penentuan titik test pit didasarkan
pada singkapan yang mempunyai kualitas baik berdasarkan analisa
laboratorium. Jumlah titik test pit berdasarkan luasan area yang terindikasi
adanya bahan galian bauksit dengan kualitas baik. Kemudian bila hasil
singkapan bagus maka dilanjutkan lagi dengan di detailkan dengan cara
melakuka test pit dengan sistem grid, mulai grid 400, 200 , 100, 50. Bila
hasilnya telah seragam tidak perlu dilanjutkan hingga ke grid 25.
3. Preparasi
Setelah pengambilan conto selesai maka kemudian dibawa ke bagian
preparasi untuk dilakukan langkah-langkah selanjutnya, yaitu :
a. Penimbangan berat conto awal
b. Pencucian conto dengan air yang bertujuan agar matriks ( butiran yang
lolos pada ukuran mesh 100) dan pengotornya hilang
c. Pengeringan, bisa dilakukan dengan cara mengangin-anginkan atau di
oven
d. Crushing (penghacuran), conto yang telah dikeringkan dihancurkan
sampai pada ukuran krikil 15
e. Penimbangan berat conto setelah dicuci. Perbandingan berat yang telah
dicuci dengan berat yang belum dicuci akan menghasilkan Concretion
Factor (CF)
f. Quartering (pencampuran 4 bagian), setelah itu diambil 3 – 3,5 kg dari
conto yang tersisa
g. Dari 3 -3,5 dilakukan penghalusan setelah itu conto tersebut diayak
dengan ukuran 200 mesh, sampel yang lolos kemudian siap untuk di
analisis di laboratorium.
4. Laboratorium
Bauksit hasil preparasi selanjutnya dianalisa di laboratorium untuk
memeriksa kadarnya. Setelah kadar diketahui maka akan dilakukan blok
sistem. Blok sistem adalah panjang vertikal dan horizontal dari grid dihitung
letak test pit. Metode ini dilakukan untuk mencari penentuan batas nilai kadar
test pit pada grid.
B. Kegiatan Perencanaan Penambangan
Setelah mendapatkan data dari hasil test pit, maka data tersebut diserahkan
kepada bagian Mine Plan Engineer (MPE). Selanjutnyan MPE akan menghitung
cadangan reserve dan mengajukan lahan tersebut untuk dibebaskan ke bagian
Land Acquistion (LA). Jika lahan tersebut telah di bebaskan maka MPE akan
membuat perencanaan penambangan. MPE akan menjadwalkan bagian yang
mana saja yang harus ditambang, merencanakan akses pit yang akan ditambang,
menentukan alat yang akan digunakan pada saat produksi, menentukan BPP yang
akan digunakan untuk mencuci material dari pit tersebut dan akan membuat data
material yang akan ditambang.
MPE juga akan meminta informasi kepada bagian Quallity Control tentang
shipment yang akan dimuat dan permintaan material shipment pada bulan
tersebut sehingga MPE dapat merencanakan material yang harus ditambang
untuk memenuhi permintaan dari buyer. Bagian MPE akan menghitung
cumulative pit yang akan ditambang. Berikut adalah perhitungan cumulative :
cumulative : (Kadar A x Tonase A)+(Kadar B x Tonase B)
(Tonase A + Tonase B)
Dibagian MPE juga akan merencanakan proses back filling dan proses
regrading setelah selesai kegiatan penambangan.

C. Kegiatan Penambangan
Sistem penambangan yang diterapkan adalah sistem tambang terbuka.
Metode penambangannya adalah open pit dan selective mining (penambangan
yang selektif disesuaikan dengan produksi yang diinginkan). Metode ini
diterapkan karena untuk memasok bauksit sesuai dengan permintaan. Kegiatan
penambangan meliputi :
1. Land Clearing ( pembersihan lahan)
Land clearing adalah kegiatan membersihkan permukaan tanah areal
penambangan dari pepohonan, semak belukar dan lain-lain yang terdapat
diareal yang akan digunakan dalam proses penambangan. Kegiatan land
clearing ini menggunakan alat bulldozer. Area yang harus di land clearing
yaitu :
a. Area penambangan sampai batas tepi lahan yang akan ditambang
b. Area jalan yang direncanakan sebagai jalan produksi
c. Area yang akan digunakan sebagai tempat pembuangan material
tanah/batuan (disposal area)
2. Pengupasan Top soil dan Overburden (Open Shaft)
Pemindahan top soil yaitu untuk menyelamatkan tanah tersebut agar tidak
rusak sehingga masih mempunyai unsur tanah asli pada saat akan di revegetasi
17 pada saat kegiatan reklamasi,dengan kondisi tanah yang lunak sangat
memudahkan kegiatan pengupasan top soil. Ketebalan overburden berkisaran 1
m dari ore dapat dilakukan dengan bulldozer untuk efiensi waktu dan tenaga.
Pada kegiatan ini dapat pula menggunakan alat exavator.
Top soil dan overburden yang sebelumnya telah dikeruk diletakkan
disebelah shaft yang telah dibuka pada kegiatan open shaft ini dilakukan
pengontrolan agar overburden tidak tersisa sehingga tidak tercampur pada saat
ore getting. Jika overburden tercampur didalam ore maka akan meningkatkan
kadar silika dari ore tersebut dan akan berpengaruh pada jumlah kuantitas
material tersebut. Untuk menghindari tersisanya overburden maka pengupasan
overburden dihentikan setelah mengenai 10cm bagian atas ore.
3. Ore Getting
Kegiatan ini adalah kegiatan yang bertujuan untuk mengambil ore yang
berada di shaft kemudian dimuat kedalam alat angkut berupa dump truck
bermuatan 20 ton dan 30 ton. Alat muat yang digunakan pada kegiatan ini
adalah excavator. Pada kegiatan ini perlu dilakukan pengontrolan juga agar saat
mengambil ore tidak mengenai lapisan clay. Jika hal tersebut terjadi akan
meningkatkan kadar silika pada ore tersebut dan akan mempengaruhi kuantitas
material tersebut pula. 18 Untuk menghindari terambilnya clay maka proses ore
getting dihentikan apabila ore tersisa 10cm.
4. Hauling dari Pit ke BPP
Setelah material dari pit dimuat kedalam dump truck,selanjutnya material
tersebut akan diangkut menuju BPP untuk melakukan proses pencucian.
5. Bauxite Processing Plan (BPP)
Material yang dibawa oleh alat angkut dari pit selanjutnya dimasukkan ke
hopper dengan cara di dumping. Setelah material masuk kedalam hopper
selanjutnya di semprot dengan air menggunakan water canon agar mudah
masuk kedalam baby tromol dan tromol primer. Pada proses pencucian ini
bertujuan 19 untuk memisahkan bauksit dari material pengotornya,
menyeragamkan ukuran MGB dan membuat MGB tidak berlumpur. Material
yang dicuci berasal dari pit atau intermediet. Proses pencucian di BPP akan
menghasilkan material yang teralah tercuci yang disebut Metalurgyal Grade
Bauxite (MGB). Masing-masing BPP mempunyai target produksi sebesar
50.000 ton MGB.
Pada proses pencucian ini juga dilakukan blending yang terjadi di
tumpukan MGB yang keluar dari chut. Kapasitas hopper pada BPP adalah 60
ton yang berarti dalam hopper tersebut muat untuk material yang diangkut oleh
3 dumptruck bermuatan 20 ton. BPP dapat mencuci material sebanyak 300 ton
setiap jam nya. Pada saat di BPP akan diambil sample pada material yang
tercuci dan material yang telah tercuci yang berada di chut. Pengambilan
sample ini dilakukan setiap 50 ton material yang akan dicuci dengan
mengambil sample sebanyak 4 kg. MGB yang berada dibawah chut akan
ditiriskan selam 1 shift sebelum di pindahkan ke stockwash.
6. Hauling BPP ke Stockpile
Setelah dilakukan proses pencucian material di Bauxite Processing Plan
kemudian metallurgyal grade bauxite (MGB) diangkut menggunakan
dumptruck 30 ton dan 75 ton menuju stockpile di KM 6. Tetapi sebelum di
dumping ke stockpile harus melewati proses penimbangan terlebih dahulu
untuk mengetahui 20 berat bersih MGB yang diangkut. Pada saat penimbangan
diambil sample sebanyak 4 kg.
7. Pembuatan Letter Of Transhipment di Stockpile
Setelah MGB ditimbang kemudian ditempatkan di stockpile. Pada
stockpile akan di buat Letter Of Transhipment (LOT). Pembuatan LOT tersebut
berdasarkan dari asal pit material, jenis material dan BPP yang mencuci
material tersebut.
8. Pengapalan (Shipping)
Pada proses pengapalan akan di lakukan blending untuk mencapai kadar
Metallurgyal Grade Bauxite (MGB) sesuai dengan permintaan buyer.
Selanjutnya MGB tersebut dilakukan proses pengapalan menggunakan
shipment.

D. Kegiatan Pasca Tambang


Pada PT.Cita Mineral Investindo.Tbk site Air Upas setelah kegiatan
penambangan berakhir maka dilakukan kegiatan pasca tambang. Proses kegiatan
pasca tambang, yaitu:
1. Pemerataan dan Rehabilitasi tanah
Tahapan pertama yang dilakukan dalam kegiatan pasca tambang adalah
pemerataan dan rehabilitasi tanah. Berikut adalah kegiatan dilakukan saat
kegiatan pemerataan dan rehabilitasi tanah, yaitu:
a. Back Filling
Proses ini adalah penimbunan kembali overburden dan top soil pada
shaft yang ore nya sudah ditambang. Pada penambangan bauksit pada
PT.CMI.Tbk site Air Upas lapisan overburden dan top soil tidak mengalami
pemisahan pada saat di keruk dan pada saat di timbun kembali. Alat yang
digunakan pada proses back filling yaitu excavator dan bulldozer. Pemilihan
alat ini disesuaikan dengan kondisi pada back filling tersebut
b. Regrading
Kegiatan regrading adalah kegiatan perataan lahan yang telah dilakukan
back filling. Kegiatan ini dilakukan setelah semua shaft pada lahan tertentu
telah selesai di back filling. Kegiatan ini juga bertujuan agar mempermudah
revegetasi pada saat kegiatan reklamasi. Alat yang digunakan pada proses
regrading adalah bulldozer.
2. Reklamasi
Proses ini adalah proses revegetasi lahan bekas tambang dengan tanaman
yang sesuai dengan permintaan/perjanjian dengan pemilik lahan sehingga
dengan proses penanaman ini lahan yang telah ditambang kembali semula.
3. Pengolahan Limbah
Pada pengolahan limbah yang dihasilkan oleh proses pencucian ore
(tailing) yang mengandung material pengotor berupa lumpur yang dapat
mencemari sistem pengairan dan sungai disekitar. Maka harus dilakukan
pengolahan limbang dengan cara membuat tailing pond didaerah Bauxite
Processing Plan (BPP) yang bertujuan untuk mengendapkan lumpur yang
terkandung dari tailing sehingga pada tailing pond yang terakhir akan kembali
jernih dan dapat digunakan pada proses pencucian ore kembali dan tidak
memberi efek negatif pada sungai dan perairan sekitar.
BAB IV
KEGIATAN YANG DIAMATI
4.1. Pekerjaan Yang Diamati

4.2. Lingkup Pekerjan


4.3. Tugas Selama Praktik

Anda mungkin juga menyukai