I. LATAR BELAKANG
Tujuan Kursus :
“Peserta kursus mampu memberi rekomendasi awal dan rekomendasi tambahan
tentang kestabilan lereng di site masing-masing”.
Kegiatan pertambangan secara umum mempunyai tahapan-tahapan sebagai
berikut;
penyelidikan umum,
eksplorasi (pendahuluan dan detil),
studi kelayakan (Pra FS, FS, termasuk studi geoteknik & hidrologi),
persiapan penambangan (development),
eksploitasi (penambangan),
pengolahan, pemurnian,
penjualan, dan
reklamasi tambang, sampai
penutupan tambang.
Dalam pertambangan batubara dengan sistem tambang terbuka, kegiatan desain
dan perencanaan tambang merupakan kegiatan utama dalam tahapan studi
kelayakan. Desain lereng bukaan tambang batubara sangat menentukan
keekonomian dari proyek penambangan itu yang ditolok ukur dari nilai stripping ratio,
SR, yaitu perbandingan waste yang digali dengan batubara yang dapat ditambang.
Pada sisi lain, kemiringan lereng bukaan tambang (overall) maksimum yang dapat
dibuat dalam konteks mendapatkan SR yang kecil dan keamanan stabilitas lereng
terjamin, sangat tergantung dari sifat-sifat dan kondisi geoteknik massa batuan
lereng bukaan tambang. Penentuan sudut kemiringan lereng bukaan tambang
optimum untuk memenuhi kriteria desain (SF, SR, mineable coal reserves) hanya
dapat ditentukan melalui studi geoteknik yang cermat dengan dukungan data yang
representatif. Jadi, peranan studi geoteknik tambang (slope stability) di sini
sangat menentukan kelayakan tambang.
Dalam tahap operasi penambangan, sejalan dengan kemajuan penggalian tambang,
para penambang akan dihadapkan dengan berbagai persoalan teknis operasional
penambangan dan masalah lainnya, terutama masalah keselamatan kerja (safety)
tambang. Salah satu aspek penting yang terkait adalah adanya bahaya
kelongsoran lereng-lereng galian tambang, baik potensi longsor dalam skala
single bench, double, atau inter-ramp slope. Masalah ini, juga aspek geoteknik
tambang yang perlu dipahami para pengelola penambangan.
Pengantar Geoteknik
1. Geoteknik
Geoteknik berasal dari ilmu mekanika yang diaplikasikan pada batuan (kulit bumi).
Mekanika batuan berasal dari mekanika dan batuan. Mekanika adalah ilmu yang
mempelajari efek yang terjadi apabila suatu tekanan atau gaya dikenakan pada
sebuah benda. Sedangkan, batuan adalah suatu bahan atau material yang terdiri
dari satu atau lebih mineral berbeda, yang telah terkonsolidasi dan bersatu
membentuk kulit bumi. Secara umum istilah mekanika batuan adalah ilmu
pengetahuan teoritis dan terapan, cabang dari mekanika, yang mempelajari tentang
perilaku (behavior) atau respons batuan dan massa batuan bila terhadapnya
dikenakan gaya atau tekanan.
Dalam aplikasinya, pada pekerjaan keteknikan di dalam massa batuan, baik
pekerjaan sipil (misalnya, penerowongan), maupun pertambangan (Open Pit,
Underground mining), banyak pakar menggunakan istilah geoteknik. Sebagian para
pakar di USA sering menggunakan istilah geo-mechanics.
Dalam geoteknik tambang, istilah batuan dan tanah dianggap sama sebagai batuan
atau massa batuan.
Pengantar Geoteknik
7. Model lereng
Pengantar Geoteknik
Model lereng adalah representasi skematik dari lereng bukaan tambang dengan
memasukkan faktor-faktor geometri lereng, jenis batuan, batas-batas dan bidang-
bidang diskontinuitas, sifat fisik dan sifat mekanik batuan, tegangan in-situ,
pembebanan dan kondisi batas, sehingga dapat menggambarkan dan mewakili
situasi dan kondisi lereng sebenarnya.
Model lereng dapat mewakili lereng tunggal, lereng tingkat dua, tiga, dan atau
keseluruhan, tergantung analisis yang akan dilakukan.
N Sf
SF = Sf / (W Sin α)
W Sin α
Sf = N. tan α
W Cos α
W (berat) N = (WCos α)
α
Keterangan :
W Sin α = gaya pendorong kelongsoran shear stress
(W Cos α) Tan α = gaya gesekan penahan kelongsoran shear strength.
Dalam konteks slope stability, kuat geser pada batuan keras yang digunakan dalam
analisis adalah kuat geser pada bidang diskontinuitas (bidang pecah batuan). Prinsip
teori dan rumusnya adalah sama dengan tanah, hanya bedanya, kohesi dan sudut
geser dalam adalah kohesi dan sudut geser dalam pada bidang diskontinuitas
batuan.
b. Sifat fisik-mekanik, kekuatan (terutama kuat geser) dan bobot isi massa
batuan pembentuk lereng.
c. Orientasi umum struktur diskontinuitas massa batuan lereng terhadap
orientasi muka lereng bukaan tambang.
d. Adanya air tanah di dalam massa batuan lereng.
e. Faktor luar sistem lereng, berupa beban luar dan atau getaran (gempa bumi
dan akibat peledakan tambang)
Geometri lereng:
Yang dimaksud geometri lereng adalah tinggi lereng dan kemiringan lereng, yang
dapat dipandang sebagai lereng tunggal (single bench), lereng ganda (double
benches), tripple benches, inter-ramp slope atau overall slope. Untuk suatu jenis
material, makin tinggi dan makin curam sudut lereng, makin rendah stabilitas lereng
tersebut. Demikian juga sebaliknya.
Massa batuan pembentuk lereng bisa terdiri dari satu atau beberapa jenis material
yang mempunyai parameter geoteknik yang berbeda-beda. Oleh karena itu, dalam
menganalisis stabilitas lereng harus dengan jelas terlebih dahulu mendefinisikan
model lereng yang akan dianalisis. Parameter geoteknik yang diinputkan harus
mewakili seluruh model termasuk sudah mengakomodasikan semua jenis material
yang berbeda-beda tersebut.
Untuk material tanah atau batuan lunak, parameter kuat geser dapat diperoleh dari
uji kuat geser langsung dan uji triaksial di laboratorium, atau uji lapangan. Perlu
diperhatikan penggunaannya dikaitkan dengan perkiraan model bentuk sircular
bidang longsor. Pada bagian bidang longsor yang agak/mendekati mendatar maka
lebih tepat menggunakan parameter kuat geser hasil uji geser langsung, sedangkan
pada bagian bidang longsor yang agak tegak /mendekati vertikal, parameter hasil
triaksial test yang lebih tepat.
Analisis stabilitas lereng untuk batuan yang keras dan terkekarkan, parameter kuat
geser yang diperhitungkan adalah kuat geser pada bidang diskontinuitas. Parameter
kuat gesernya diperoleh dari uji “direct shear test” melalui bidang pecah atau
diskontinuitasnya, menggunakan shear box test.
pada sistem lereng yang mengandung bidang diskontinuitas, adanya air dapat
menjadi pelicin untuk mendorong terjadinya geseran.
Umumnya pada kebanyakan tambang terbuka, termasuk tambang batubara yang
ada air tanahnya, faktor air tanah ini sering berperan besar dalam kelongsoran
lereng.
Faktor-faktor luar :
Faktor luar yang berpengaruh terhadap stabilitas lereng dapat berupa beban statik
dan beban dinamik. Beban statik, antara lain; di bagian belakang Crest lereng
ditempatkan alat-alat berat tambang, lokasi setling pond, dan lain-lain. Beban
dinamik, dapat berupa getaran gempa bumi dan atau akibat peledakan yang kurang
terkontrol, dan lain-lain.