Anda di halaman 1dari 34

Pemodelan dan Analisis Stabilitas Lereng

PEMODELAN DAN ANALISIS STABILITAS LERENG

I. PEMODELAN LERENG

Pemodelan lereng adalah proses membuat model lereng yang akan dianalisis
stabilitasnya. Menurut Pigguet J.P. 1983 (“Pemodelan Struktur Alamiah”,
Irwandy Arif,DR., Ir., MSc.), model dalam geomekanika didefinisikan sebagai;
- Suatu representasi skematik dari objek riil yang dipelajari (dalam hal ini
pit slope),
- Suatu refleksi matematik dari mekanisme prilaku batuan (elastik, elasto-
plastik, dll.),
- Suatu formulasi secara statistik dari refleksi matematik suatu prilaku
batuan.

Model lereng yang dibahas dalam kursus ini, adalah model lereng yang
pertama, yaitu representasi skematik atau bentuk abstrak dari lereng bukaan
tambang dengan memasukkan faktor-faktor geometri lereng, jenis batuan dan
prilakunya, batas-batas dan bidang-bidang diskontinuitas, sifat fisik dan sifat
mekanik batuan, tegangan in-situ, pembebanan dan kondisi batas, sehingga
dapat menggambarkan dan mewakili situasi dan kondisi lereng sebenarnya.

Fungsi utama dari Pemodelan dalan geomekanika ada 4(empat), yaitu;


1) Fungsi deskriptif yang merepresentasikan bentuk dan sifat massa batuan
mendekati kenyataan,
2) Fungsi eksplikatif, yang menjelaskan pengertian dari suatu fenomena yang
terjadi pada objek, tidak hanya representasi bentuk dan sifat massa batuan
model tetapi juga telah memperhitungkan proses dan mekanisme yang
terjadi secara rasional di dalam model,
3) Fungsi peramalan, yaitu dapat meramalkan apa yang akan terjadi dengan
menginputkan parameter yang berubah. Parameter input harus dapat
divalidasi dengan membandingkan hasil analisis model dengan hasil
pengukuran di lapangan, dan
4) Fungsi operasional, yaitu dapat mempresentasikan ketiga fungsi di atas
untuk suatu kinerja (pencapaian), dan dapat menjadi sumber inspirasi untuk
menentukan langkah aksi yang akan dilakukan.

Model lereng bukaan tambang dapat mewakili lereng tunggal, lereng tingkat
dua, tiga, inter-ramp slope, dan atau keseluruhan, tergantung konteks analisis
yang akan dilakukan.

. H-1
Pemodelan dan Analisis Stabilitas Lereng

II. ANALISIS STABILITAS LERENG

Sebelum melakukan analisis terhadap suatu lereng bukaan tambang, baik


untuk mendukung desain maupun dalam rangka mengevaluasi existing slope,
terlebih dahulu harus menentukan kemungkinan bentuk longsoran yang akan
terjadi. Secara umum bentuk longsoran dapat dibedakan dalam bentuk circular,
longsoran bidang, kombinasi keduanya, dan kompleks.

Untuk lereng dengan massa batuan lunak (soft materials), seperti antara lain;
overburden lunak, tanah, waste dump, tailing dump, bentuk longsoran lereng
yang mungkin terjadi adalah mendekati “circular failure”. Analisis stabilitas
lereng menggunakan pendekatan “soil slope stability”. Untuk lereng dengan
massa batuan yang keras, kuat, maka bentuk longsoran yang mungkin terjadi
adalah bentuk “planar” (longsoran bidang) yang terjadi melalui bidang
diskontinuitas batuan. Yang sering dijumpai di lapangan adalah longsoran
bentuk kombinasi antara circular dan planar karena material lunak berdekatan
dengan bagian batuan yang relatif kuat atau keras.

Untuk lereng bukaan tambang yang kondisi batuannya kompleks, terdiri dari
beberapa jenis batuan dengan kondisi geoteknik bervariasi, maka pendekatan
analisis dengan menganggap bentuk longsoran circular, atau longsoran bidang,
atau kombinasi, tidak dapat diterapkan lagi. Pendekatan analisis numerik dalam
hal ini direkomendasikan untuk digunakan.

Metode analisis stabilitas lereng umumnya didasarkan atas prinsip


keseimbangan batas (limit equilibrium method), teori batas plastik (plastic
theory), dan teori deformasi. Metode analisis berdasarkan teori batas plastik
dan teori deformasi banyak dikembangkan menjadi metode analisis numerik,
sebagai contoh metode elemen hingga (finite element method, FEM).

2.1 Analisis longsoran bentuk Circular

Banyak metode analisis yang didasarkan atas prinsip keseimbangan batas,


yang sudah dikenalkan, yaitu antara lain metode Hoek’s Charts (1981), Jambu
(1972), Morgenstern Price (1965), dan Bishop (1955). Untuk aplikasi di
pertambangan yang kondisi massa batuannya relatif lunak sampai agak keras
seperti pada banyak tambang-tambang batubara di Sumatera dan Kalimantan,
disarankan untuk menggunakan metode Hoek’s Charts dan Bishop.

. H-2
Pemodelan dan Analisis Stabilitas Lereng

a. Metode Circular Hoek’s Charts :

Asumsi-asumsi yang digunakan dalam membangun kurva ini adalah :


- Material pembentuk lereng dianggap homogen, bersifat lunak,
- Shear strength material ditentukan oleh parameter kohesi c, dan sudut
geser dalam, Ø sesuai rumus : г = c + σ tan Ø.
- Longsoran terjadi melalui bidang longsoran berbentu circular melalui
Toe.
- Diasumsikan terdapat vertical tension cracks di belakang Crest atau di
permukaan lereng,
- Lokasi tension cracks dan bidang longsoran terjadi pada nilai SF minimal
untuk suatu geometri dan kondisi air tanah tertentu,
- Variasi kondisi level air tanah diasumsikan dari kering sampai fully
sarurated (modelnya terlampir di belakang).

Penggunaan kurva Hoek untuk menentukan safety factor (SF) lereng secara
cepat dapat dilakukan, baik untuk mendukung pekerjaan desain awal atau
untuk melakukan evaluasi secara cepat. Hanya yang perlu diperhatikan adalah
lereng-lereng yang dianalisis cepat itu harus memenuhi atau mendekati kondisi
dalam asumsi-asumsi tersebut di atas.

Cara menggunakan Hoek’s Chart adalah sebagai berikut :


1) Buat gambar model lereng yang akan dianalisis dengan geometri dan
perkiraan kondisi level air mendekati sebenarnya. Kemudian pilih salah
satu dari 5 model “Ground Flow Condition” sesuai dengan perkiraan
kondisi air pada lereng (Gambar 2) .
2) Hitung nilai : c /(  H Tan Ø ) di mana, c = kohesi,  = densitas material,
H= tinggi lereng total, Ø = sudut geser dalam material.
3) Dari titik pada kurva Hoek dengan nilai c /(H tanØ), tarik garis menuju
pusat 0,0 sampai memotong sudut yang sama dengan sudut lereng, dan
beri tanda.
4) Dari titik potong tersebut pada 3), tarik garis horizontal dan vertikal
sampai memotong sumbu tanØ/F (vertikal) dan sumbu c/(HtanØ)
(horizontal). Beri tanda, dan baca nilainya masing-masing.
5) Tentukan safety factor lereng (F) dari nilai kedua titik potong pada sumbu
tanØ/F dan sumbu c /(H tanØ). (Note: biasanya F dari keduanya
berbeda tipis).

. H-3
Pemodelan dan Analisis Stabilitas Lereng

tanØ/F

C .
C .  H Tan 
3
HF

4
Gambar 1. Urutan perhitungan faktor keamanan lereng dengan Hoek's chart

. H-4
Pemodelan dan Analisis Stabilitas Lereng

Gambar 2. Pembagian lereng berdasarkan kondisi air tanah

. H-5
Pemodelan dan Analisis Stabilitas Lereng

Gambar 3. Circular Failure Chart 1

. H-6
Pemodelan dan Analisis Stabilitas Lereng

Gambar 4. Circular Failure Chart 2

. H-7
Pemodelan dan Analisis Stabilitas Lereng

Gambar 5. Circular Failure Chart 3

. H-8
Pemodelan dan Analisis Stabilitas Lereng

Gambar 6. Circular Failure Chart 4

. H-9
Pemodelan dan Analisis Stabilitas Lereng

Gambar 7. Circular Failure Chart 5

. H - 10
Pemodelan dan Analisis Stabilitas Lereng

TABEL CONTOH ANALISIS STABILITAS LERENG TIMBUNAN DENGAN METODE HOEK'S CHART

Kohesi, C : 71.9 kPa

Sudut geser dalam,  29.2 °

Bobot Isi,  18.465 kN/m3

Muka air tanah : lereng dianggap jenuh air (Chart No. 5)

TINGGI KEMIRINGAN LERENG KESELURUHAN (OVERALL SLOPE)  

LERENG 20° 30° 40° 50° 60° 70° 80° C/(.H.tan)

(m) tan/FK  

6 0.11 0.12 0.13 0.14 0.16 0.18 0.20 1.30

12 0.16 0.20 0.22 0.25 0.29 0.33 0.38 0.65

18 0.20 0.25 0.29 0.33 0.38 0.43 0.50 0.43

24 0.24 0.30 0.35 0.40 0.47 0.52 0.61 0.33

30 0.27 0.34 0.40 0.47 0.53 0.60 0.73 0.26

36 0.30 0.38 0.45 0.52 0.60 0.69 0.83 0.22

42 0.30 0.40 0.48 0.55 0.62 0.72 0.90 0.19

48 0.31 0.42 0.51 0.60 0.69 0.80 1.00 0.16

54 0.32 0.45 0.54 0.63 0.74 0.87 1.10 0.14

60 0.33 0.46 0.57 0.68 0.79 0.90 1.18 0.13

66 0.35 0.49 0.60 0.70 0.81 0.97 1.25 0.12

72 0.37 0.50 0.61 0.72 0.86 1.01 1.35 0.11

78 0.38 0.51 0.65 0.78 0.90 1.10 1.50 0.10

                 

. H - 11
Pemodelan dan Analisis Stabilitas Lereng

TINGGI KEMIRINGAN LERENG KESELURUHAN (OVERALL SLOPE)  

LERENG 20° 30° 40° 50° 60° 70° 80° C/(.H.tan)

(m) FK  

6 4.36 3.99 3.69 3.42 2.99 2.66 2.40 1.30

12 2.99 2.40 2.18 1.92 1.65 1.45 1.26 0.65

18 2.40 1.92 1.65 1.45 1.26 1.11 0.96 0.43

24 2.00 1.60 1.37 1.20 1.02 0.92 0.79 0.33

30 1.77 1.41 1.20 1.02 0.90 0.80 0.66 0.26

36 1.60 1.26 1.06 0.92 0.80 0.69 0.58 0.22

42 1.60 1.20 1.00 0.87 0.77 0.67 0.53 0.19

48 1.55 1.14 0.94 0.80 0.69 0.60 0.48 0.16

54 1.50 1.06 0.89 0.76 0.65 0.55 0.44 0.14

60 1.45 1.04 0.84 0.70 0.61 0.53 0.41 0.13

66 1.37 0.98 0.80 0.68 0.59 0.49 0.38 0.12

72 1.29 0.96 0.79 0.67 0.56 0.47 0.35 0.11

78 1.26 0.94 0.74 0.61 0.53 0.44 0.32 0.10

                 

. H - 12
Pemodelan dan Analisis Stabilitas Lereng

1.29

1.37

1.26

1.41

1.3 1.2

1.45 1.26 1.11

1.65 1.45 1.26

1.40

Gambar 8. Hasil simulasi perhitungan FK dengan metode Hoek's Chart

b. Metode Bishop

. H - 13
Pemodelan dan Analisis Stabilitas Lereng

Perhitungan stabilitas (faktor keamanan) lereng dengan metode Bishop, pada


prinsipnya adalah menghitung besarnya kekuatan geser yang tersedia untuk
menahan longsoran (sliding) dibandingkan dengan besarnya tegangan geser
yang bekerja sepanjang bidang longsor.

F = Shear strength available to resist sliding


Shear stress mobilized along failure surface

Harga perbandingan ini disebut faktor keamanan lereng F, dimana persamaan


matematiknya adalah sebagai berikut :

 
 sec  
 c'.b  W 1  r u  tan  . tan  '. tan 
1
F  
 . sin 
W  1 
 F 

Rumus ini dikenal dengan rumus Bishop. Terlihat bahwa sebelah kiri maupun
kanan dari persamaan di atas mengandung F. Untuk menghitung harga F, kita
harus melakukan pengulangan (iterasi), yaitu kita pilih suatu perkiraan harga F
awal (F coba), dan dimasukkan pada ruas kanan persamaan, kemudian
dihitung dan diperoleh harga F pada ruas kiri. Hasil perhitungan ini dimasukkan
kembali pada ruas kanan dan begitu seterusnya (beberapa kali), sampai
didapatkan hasil nilai F pada ruas kiri mendekati sama dengan F input pada
ruas kanan. Biasanya iterasi 2 – 3 kali sudah mendapatkan hasil F yang
mendekati sama.

Perhitungan tersebut demikian jika dilakukan secara manual, namun dewasa ini
sudah banyak metode perhitungan Bishop dibuat dalam program komputer,
seperti “Slide”, Slope, dan lain-lain. Sehingga simulasi dan perhitungan faktor
keamanan lereng dapat dilakukan dengan lebih baik.

. H - 14
Pemodelan dan Analisis Stabilitas Lereng

2
m.a.t

Z
b
1 u

W Sin 

W Cos 

W (berat Slice)

Gambar 9 Analisis stabilitas lereng metode Bishop

. H - 15
Pemodelan dan Analisis Stabilitas Lereng

Tabel perhitungan faktor keamanan lereng dengan Metode Bishop

S (1) (2) (3) (4) (5) (6)

E = =

G Z b W ru  W.sin c'.b W(1-ru) (2) sec  (4)

tan  . tan 
M tan + 1 x
F
E (3) (5)

N m M ton - …° ton ton ton ton ton

1 26 12 530.4 0.385 50 406.3 240 118.8 358.8 1.085 1.147 1.160 389.3 411.8 416.1

2 28 14 666.4 0.571 30 333.2 280 103.9 383.9 0.954 0.985 0.991 366.4 378.2 380.4

3 14 12 285.6 0.571 20 97.7 240 44.5 284.5 0.940 0.960 0.964 267.4 273.1 274.2

Jumlah 837.1 Jumlah 1023.0 1063.1 1070.7

Iterasi ke-1 : FK = 1023.0 : 837.1 = 1.22 Iterasi ke-2 : FK = 1063.1 ; 837.1 = 1.27 Iterasi ke-3 : FK = 1070.7 : 837.1 = 1.28

. H - 16
Pemodelan dan Analisis Stabilitas Lereng

2.2 Analisis Stabilitas Lereng Longsoran Bidang (batuan keras)

Masalah kelongsoran pada lereng batuan keras berbeda dengan kelongsoran


pada lereng tanah karena sifat-sifat dan perilakunya yang memang berbeda.
Stabilitas lereng pada batuan lebih ditentukan oleh adanya bidang-bidang
lemah yang disebut diskontinuitas, sedangkan stabilitas lereng pada batuan
lunak atau tanah ditentukan oleh kekuatan geser tanah dan gaya-gaya atau
stress yang bekerja pada massa tanah tersebut.

Berdasarkan orientasi dan kondisi bidang-bidang diskontinuitas pada massa


batuan lereng, bentuk longsoran pada lereng batuan dibedakan menjdi 3 (tiga),
yaitu :

a) Longsoran bidang (plane failure)


b) Longsoran baji (wedge failure)
c) Longsoran guling (topling failure)

Longsoran bidang merupakan suatu longsoran batuan yang terjadi sepanjang


bidang gelincir yang berbentuk mendekati bidang datar. Bidang gelincir tersebut
dapat terjadi melalui bidang sesar atau bidang perlapisan atau joint. Secara
sempurna bentuk longsoran seperti ini jarang terjadi dalam kenyataannya, dan
sering dalam bentuk kombinasi.

Syarat-syarat terjadinya longsoran bidang adalah :

a) Terdapat bidang luncur bebas, sebagai ilustrasi pada Gambar 10.


b) Arah bidang luncur sejajar atau mendekati sejajar dengan arah lereng
(maksimum berbeda 20°).
c) Kemiringan bidang luncur lebih besar dari pada sudut geser-dalam
batuan pembentuk lereng.
d) Terdapat bidang bebas (tidak terdapat gaya penahan) pada kedua
sisi blok longsoran.

. H - 17
Pemodelan dan Analisis Stabilitas Lereng

Gambar 10. Longsoran bidang

Dalam menganalisis longsoran bidang menurut metode Hoek dan Bray, maka
suatu lereng ditinjau dalam dua dimensi dengan anggapan-anggapan sebagai
berikut :

a) Semua syarat untuk terjadinya longsoran bidang terpenuhi.


b) Terdapat regangan tarik tegak (vertikal) yang terisi air sampai kedalaman
Zw. Regangan tarik ini dapat terletak pada muka lereng maupun di atas
lereng (lihat gambar 11).
c) Tekanan air pada regangan tarik dan di sepanjang bidang luncur tersebar
secara linier.
d) Semua gaya yang bekerja pada lereng melalui titik pusat massa batuan
yang akan longsor, sehingga tidak terjadi rotasi ( gambar 11)

. H - 18
Pemodelan dan Analisis Stabilitas Lereng

Gambar 11. Geometri longsoran bidang dengan rekahan tarik

Faktor keamanan lereng dari longsoran bidang dapat dihitung dengan


persamaan berikut :
C. A  W cos p  U  V sin p  tan 
F
W sin p  V cos p

dimana :
F = faktor keamanan lereng
C = kohesi batuan pembentuk lereng pada bidang luncur (ton f/m2)
A = panjang bidang luncur (m)

p = sudut kemiringan bidang luncur (°)

f = sudut kemiringan lereng (°)

. H - 19
Pemodelan dan Analisis Stabilitas Lereng

 = sudut gesek-dalam batuan pembentuk lereng (°)


W = berat massa batuan yang akan longsor (ton f)

W = ½..H2 [ { 1-(Z/H)2 }cotgp - cotgf ]


U = gaya angkat yang ditimbulkan oleh tekanan air di sepanjang
bidang luncur (tonf)

U = ½ w Zw (H-Z) cosec p
V = gaya mendatar yang ditimbulkan oleh tekanan air pada
regangan tarik (ton)

V = ½ w Zw2

w = bobot isi air (tonf/cm3)


Zw = tinggi kolom air yang mengisi regangan tarik (m)
Z = kedalaman regangan tarik (m)
H = tinggi lereng (m)

Jika terjadi getaran yang diakibatkan oleh adanya gempa, peledakan maupun
aktivitas manusia lainnya, maka persamaan di atas menjadi :

C. A  W  cos p   sin p   U  V sin p  tan 


F
W  sin p   cos p   V cos p

dimana :  = percepatan getaran pada arah mendatar

3.2 Longsoran baji (wedge failure)

Longsoran baji dapat terjadi pada suatu lereng batuan jika terdapat lebih dari
satu bidang lemah yang bebas dan saling berpotongan. Sudut perpotongan
antara bidang lemah tersebut harus lebih besar dari sudut geser-dalamnya
(Gambar 12).

Bidang lemah ini dapat berupa bidang sesar, rekahan, maupun bidang
perlapisan batuan.

. H - 20
Pemodelan dan Analisis Stabilitas Lereng

Sebagai contoh analisis akan dibahas tentang longsoran baji yang dibentuk
oleh dua bidang lemah. Dalam analisis dengan menggunakan metode Hoek
dan Bray, longsoran baji dianggap hanya akan terjadi pada garis perpotongan
kedua bidang lemah.

Faktor keamanan lereng dihitung dengan persamaan sebagai berikut :

  w    w 
F
3
 .H
C a . X  C b .Y    A  2. X  tan a   B  2 Y  tan b
 
   

dimana :
Ca = kohesi batuan pada bidang lemah I (ton f/m2)
Cb = kohesi batuan pada bidang lemah II (ton f/m2)

a = sudut geser-dalam batuan pada bidang lemah I (°)

b = sudut geser-dalam batuan pada bidang lemah II (°)

 = bobot isi batuan (tonf/m3)

w = bobot isi air (tonf/m3)

a = kemiringan (dip) dari bidang lemah I

b = kemiringan (dip) dari bidang lemah II

5 = sudut penunjaman perpotongan bidang lemah I dan II

na.nb = sudut perpotongan bidang lemah I dan II.

1.nb = sudut antara bidang lemah I dengan garis perpotongan


bidang lemah I dan muka lereng.

. H - 21
Pemodelan dan Analisis Stabilitas Lereng

Gambar 12. Longsoran baji

. H - 22
Pemodelan dan Analisis Stabilitas Lereng

2.na = sudut antara bidang lemah II dengan garis perpotongan


bidang lemah II dan muka lereng.

24 = sudut antara garis perpotongan bidang lemah II dan muka


lereng dengan garis perpotongan bidang lemah II dan bagian
atas lereng (upper slope).

13 = sudut antara garis perpotongan bidang lemah I dan muka


lereng dengan garis perpotongan bidang lemah I dan bagian
atas lereng (upper slope).

35 = sudut antara garis perpotongan bidang lemah I dan bidang


lemah II dengan garis perpotongan bidang lemah I dan bagian
atas lereng (upper slope).

45 = sudut antara garis perpotongan bidang lemah I dan bidang


lemah II dengan garis perpotongan bidang lemah II dan bagian
atas lereng (upper slope).

sin 24
X
sin 45 . cos 2 na

sin 13
Y
sin 35 . cos 1nb

cos  cos . cos na.nb


A a b

sin 5 .sin  na.nb


2

cos  cos . cos na.nb


B b a

sin 5 .sin  na.nb


2

. H - 23
Pemodelan dan Analisis Stabilitas Lereng

Jika pada bidang I dan II tidak terdapat kohesi, serta kondisi lereng kering,
maka persamaan di atas menjadi :

F = A tana + B tanb

Dimana A dan B adalah suatu faktor tanpa satuan yang besarnya tergantung
pada jurus (strike) dan kemiringan (dip) kedua bidang lemahnya. Bidang lemah
yang mempunyai kemiringan lebih kecil selalu dinamakan bidang lemah I,
sedang bidang lemah yang satunya lagi dinamakan bidang lemah II.
Penggunaan rumus ini lebih praktis dan lebih disarankan karena analisisnya
lebih konservatif dan lebih mudah.

Gunakan : kurva Hoek untuk wedge Analysis.

Gambar 13. Stereoplot data longsoran baji

. H - 24
Pemodelan dan Analisis Stabilitas Lereng

Gambar 14. Dip different 0 degree

. H - 25
Pemodelan dan Analisis Stabilitas Lereng

Gambar 15. Dip different 10 degree

. H - 26
Pemodelan dan Analisis Stabilitas Lereng

Gambar 16. Dip different 20 degree

. H - 27
Pemodelan dan Analisis Stabilitas Lereng

Gambar 17. Dip different 30 degree

. H - 28
Pemodelan dan Analisis Stabilitas Lereng

Gambar 18. Dip different 40 degree

. H - 29
Pemodelan dan Analisis Stabilitas Lereng

Gambar 19. Dip different 50 degree

. H - 30
Pemodelan dan Analisis Stabilitas Lereng

Gambar 20. Dip different 60 degree

. H - 31
Pemodelan dan Analisis Stabilitas Lereng

Gambar 21. Dip different 70 degree

. H - 32
Pemodelan dan Analisis Stabilitas Lereng

Tabel III-1
Perhitungan faktor keamanan lereng longsoran baji Metode Hoek, Bray & Boyd
DATA MASUKAN NILAI FUNGSI PERHITUNGAN
a =45o
b =70o
Cosa =0,7071
Cosb =0,3420
cos  cos . cos ab cos  cos . cos ab
A a b
 1,5475 B b a
 0,9557
5 =31,2o Sin5 =0,5180
sin .sin  sin .sin  ab
2 2
na.nb =101o Cosna.nb =-0,191 5 ab 5
Sinna.nb =-0,982

24 =65o
45 =25o
Sin24 =0,9063
Sin45 =0,4226
sin 24
X  3,3363
2.na =50o Cos2.na =0,6428
sin 45 . cos 2..na
13 =62o
35 =31o
Sin13 =0,8829
Sin35 =0,5150
sin 13
X  3,4287
1.nb =60o Cos1.nb =0,5000
sin 35 . cos 1..nb
 A   w X  tan  B   w Y  tan
A =30o TanA =0,5773    
B =20o TanB =0,3640 F
3
 .H
C a
. X  Cb .Y    2. 
 a
  2 
 b  1,35
 =160lb/ft3 w/2 =0,1953    
w =62,5lb/ft3 3cA/H =0,0721
cA =500lb/ft2 3cA/H =0,1442
cB =1000lb/ft2
H =130ft

. H - 33
Pemodelan dan Analisis Stabilitas Lereng

3.3 Longsoran guling (toppling failure)


Longsoran guling menurut metode Hoek dan Bray dapat dianalisis dengan
menggunakan suatu model yang sederhana. Oleh sebab itu, model tersebut
hanya berlku untuk kasus-kasus yang sederhana. Untuk keperluan analisis
lereng yang sebenarnya dilakukan analogi dengan mempertimbangkan
variabel-variabel di lapangan.
Model analisis berupa balok-balok yang disusun pada suatu tangga yang miring
(lihat gambar 22). Dengan model tersebut akan dianalisis kemantapan
(kestabilan) batas suatu lereng terhadap longsoran guling. Kemantapan batas
adalah suatu keadaan dimana lereng pada saat akan longsor.

Gambar 22. Longsoran guling


Gaya-gaya yang bekerja pada setiap balok dihitung dengan nilai (angka) sudut
gesek-dalam () tertentu, sampai diperoleh nilai P 0 positif terkecil. Nilai P0
tersebut merupakan gaya yang menahan balok 1 (lihat Gambar 22). Nilai sudut
geser-dalam () yang menghasilkan P0 terkecil, kemudian dipakai sebagai
sudut geser-dalam pada keadaan batas. Faktor kemantapan lereng terhadap
longsoran guling kemudian dapat dinyatakan dengan persamaan: F =
tan1/tan2 dimana, F= faktor kemantapan, 1 = sudut geser-dalam batuan,
2 = sudut gesek-dalam kritis.

. H - 34

Anda mungkin juga menyukai