Anda di halaman 1dari 10

6 KEKAR DAN REKAHAN GERUS

6.1 Definisi
Kekar adalah gejala yang umum terdapat pada batuan. Kekar dapat terbentuk
karena tektonik (deformasi) dan dapat terbentuk juga secara nontektonik (pada saat
diagenesa, proses pendinginan dsb). Dalam hal ini kita membatasi pada jenis kekar
yang terbentuk secara tektonik. Kekar merupakan salah satu struktur yang sulit untuk
diamati, sebab kekar dapat terbentuk pada setiap waktu kejadian geologi, misalnya
sebelum terjadinya suatu lipatan, atau terbentuknya semua struktur tersebut. Hal ini
yang juga merupakan kesulitan adalah tidak adanya atau relatif kecil pergeseran dari
kekar, sehingga tidak dapat ditentukan kelompok mana yang terbentuk sebelum atau
sesudahnya.
Berdasarkan mekanisme pembentukannya, rekahan secara umum dapat
dibedakan menjadi 2 jenis yaitu:
a Rekahan gerus (shear fracture): adalah rekahan yang bidang-bidangnya terbentuk
karena adanya kecenderungan untuk saling bergeser (shearing) lihat Gambar 6.1b
dan Gambar 6.2(a dan b).
b Kekar (Joint): adalah rekahan yang bidang-bidangnya terbentuk karena adanya
kecenderungan untuk saling menarik (meregang), lihat Gambar 6.1a dan Gambar
6.2(c dan d).
Kekar yang merupakan rekahan mode 1, juga dikenal sebagai eztension fracture,
rekahan sistematik yang terbentuk di dekat permukaan akibat tegangan diferenial
yang rendah. berdasarkan genetiknya (tektonik dan nontektonik), dapat dibagi
menjadi beberapa jenis:
c Tensile fracture: ialah kekar tarik yang yang terbentuk akibat tegasan utama minimum
bernilai negatif (tensile) akibat deformasi di kerak maupun defotmasi akibat
tegangan hidrostatik. Bidang rekah kekar tegak lurus dengan tegasan utama
minimum (Gambar 6.2c).
d Release fracture: ialah kekar tarik yang terbentuk akibat hilangnya atau pengurangan
tegangan litostatik. Orientasi kekar ini umumnya mengikuti topografi dan arah
bukaan searah terhadap tegasan utama terkecil (Gambar 6.2d).

Gambar 6.1 Berbagai jenis rekahan berdasarkan mekanisme pergerakannya. (a) Kekar sebagai rekahan
Mode 1, (b) Rekahan gerus sebagai rekahan mode 2, dan (c). Rekahan hybrid sebagai rekahan mode 3.

63
Gambar 6.2 Hubungan jenis rekahan dengan pola tegasan utama.

Perbedaan kedua jenis kekar ini terutama didasarkan pada sifat pergerakannya.
Banyak kriteria untuk menentukan jenis-jenis kekar ini, misalnya sifat permukaan,
orientasi pada pola regional (daerah yang lebih luas), dan hubungan dengan struktur
lain, tetapi seringkali tidak mungkin membedakannya di lapangan. Dihubungkan
dengan prinsip tegasan utama (pelajari prinsip kekandasan batuan), pola kekar-kekar
ini akan mengikuti prinsip tegasan utama (σ1, σ2, σ3).

Gambar 6.3 Simbol kekar, rekahan gerus, urat, dan stylolite pada peta geologi

Tujuan dari analisis kekar ini sebenarnya adalah untuk menafsirkan arah gaya
tektonik yang bekerja, sehingga diharapkan dapat membantu interpretasi struktur
sesar dan lipatan yang ada pada daerah penelitian. Hubungan antara kekar, sesar dan
lipatan. Di dalam analisis, rekahan juga dapat dipakai untuk membantu menentukan
pola tegasan, dengan anggapan bahwa rekahan tersebut pada keseluruhan daerah

64
terbentuk sebelum atau pada saat pembentukan sesar (Gambar 6.4). Cara ini sangat
lemah dan umumnya dipakai pada daerah yang lebih luas (regional) dan data yang
dipakai tidak hanya kekar, tetapi juga sesar yang dapat diamati dari peta topografi,
foto udara dan citra landsat.
Cara pendekatan lain untuk menganalisis kekar yaitu dengan melihat gejala
yang terdapat pada jalur sesar. Mengingat bahwa akibat gerak dari sesar, struktur
kekar juga dapat terbentuk. Beberapa contoh gerak sesar dapat menimbulkan pola
kekar pinnate (struktur bulu ayam), en echelon fractures seperti pada Gambar 6.4. Kekar-
kekar ini umumnya merupakan kekar tarik yang membentuk sudut lancip searah
dengan gerak sesar.

Gambar 6.4 Pola kekar tarik yang dapat digunakan untuk menentukan pergerakan sesar.

6.2 Penyajian Data Rekahan


Untuk mempelajari struktur geologi di lapangan lebih terperinci, seringkali
dilakukan pengamatan dan pengukuran beberapa jenis unsur struktur dalam jumlah
banyak. Hasil pengukuran unsur struktur dilapangan sebelum dianalisa, terlebih
dahulu diolah dan disajikan pada peta, penampang terinci dan dilengkapi dengan
diagram-diagram.
Penyajian pada diagram merupakan pengelompokkan satu atau beberapa jenis
unsur struktur, yang umumnya disajikan dalam bentuk diagram frekuensi/roset atau
diagram kontur. Beberapa unsur struktur yang bidang perlapisan atau foliasi, sumbu
lipatan, cermin sesar, lineasi mineral, milonit, orientasi fragmen dan sebagainya.
Data rekahan dapat disajikan dengan pendekatan metode statistik. Metode
statistik yang digunakan untuk mendapatkan kisaran harga rata-rata atau harga
maksimum dari sejumlah data acak, sehingga dapat diketahui kecenderungan-
kecenderungan bentuk pola ataupun kedudukan umum dari jenis struktur yang
sedang dianalisis. Tipe metode statistik yang digunakan berdasarkan parameter yang
diukur, dibagi menjadi: metode statistik dengan satu parameter dan metode statistik
dengan dua parameter.

65
6.2.1 Metode statistik dengan satu parameter
Yang dimaksud satu parameter adalah data-data rekahan dan struktur geologi
hanya terdiri dari satu unsur parameter pengukuran, misalnya data jurus kekar
vertikal, arah pengukuran (bearing) liniasi struktur sedimen, liniasi fragmen breksi
sesar, kelurusan gawir, kelurusan punggungan, dsb. Jenis diagram dari metode ini
adalah diagram roset dan histogram.
Dalam analisis kekar dengan histogram dan diagram roset yang dianalisis
hanyalah jurus dari kekar dengan mengabaikan besar dan arah kemiringan, sehingga
analisis ini akan mendekati kebenaran apabila kekar-kekar yang dianalisis mempunyai
dip cukup besar atau mendekati 90°. Gaya yang bekerja di anggap lateral. Karena
arah kemiringan kekar diabaikan, maka dalam perhitungan kekar yang mempunyai
arah N180°E dihitung sama dengan N°0E, N220°E dihitung sama dengan N40°E,
N115°E sama dengan N65°W. Jadi semua pengukuran dihitung ke dalam interval
N0°E - N90°E dan N0°W - N90°W.
Diagram roset dipakai untuk penyajian data hasil pengukuran arah atau jurus,
yang ditunjukkan sesuai dengan azimuthnya, dan frekuensinya ditunjukkan dalam
besaran persentase dari total pengukuran. Diagram roset digambarkan dalam
lingkaran penuh maupun setengah lingkaran (diagram kipas) dengan jari-jari sebagai
fungsi dari kerapatan dan busur lingkaran sebagai arahnya.

Prosedur Analisis
Untuk analisis statistik, semakin banyak data akan menghasilkan nilai yang lebih baik.
Sebaiknya gunakan minimal 30 data. Dalam analisis ini rekahan gerus dan kekar
dipisahkan, karena gaya yang bekerja untuk kedua jenis rekahan tersebut berbeda.
1 Buat tabulasi dari data pengukuran rekahan berdasarkan besar jurus ke dalam tabel
(Gambar 6.5). Buat interval 5°. Hitung frekuensi dan prosentase masing-masing
interval. Prosentase dihitung masing-masing interval terhadap seluruh pengukuran.

Gambar 6.5 Tabulasi perhitungan rekahan

2 Membuat histogram (Gambar 6.6).


a Buat sumbu horisontal untuk data jurus rekahan, dan sumbu vertikal sebagai
prosentase relatif.
b Sumbu datar terdiri dari N90°W – N0° - N90°E. Buat skala sesuai interval (5°).

66
c Buat balok masing-masing interval sesuai dengan besar prosentase relatif pada
tiap interval.
3 Membuat diagram kipas (Gambar 6.7).
a Buat setengah lingkaran bagian atas dengan jari-jari menunjukkan besar
prosentase terbesar dari interval yang ada (misal 24%).
b Pada sumbu datar plot prosentase. Dari pusat 0%, jari-jari terluar = prosentase
terbesar (24%).
c Busur lingkaran dibagi menurut interval (jika interval 5 derajat maka dibagi
menjadi 18 segmen). Plot jurus kekar sesuai interval (N90°W, 85, …, 5, 0, 5, …,
85, N90°E).
d Buat busur lingkaran dengan jari-jari = prosentase masing-masing interval mulai
dari batas bawah interval hingga batas atas interval. Misal interval N0°E - N5°W
prosentase 20%, maka buat busur lingkaran dari sumbu tegak (N0°E) hingga
(N5°W) dengan jari-jari skala 20%.
4. Interpretasi.

Gambar 6.6 Histogram data rekahan gerus dengan maxima N2,5°W dan N62,5°E dengan arah
tegasan utama terbesar N30°E.

Arah gaya pembentuk rekahan gerus membagi dua sudut lancip yang dibentuk
oleh rekahan gerus berpasangan.
a Pada diagram kipas arah gaya pembentuk rekahan gerus adalah besarnya sudut
(jurus) yang terbaca pada busur lingkaran, yang diperoleh dengan membagi dua
maksima (interval dengan prosentase terbesar) yang berjarak kurang dari 90°.
b Pada histogram, arah gaya = sudut yang terbaca pada sumbu datar yang merupakan
titik tengah antara dua maksima yang berjarak kurang dari 90°.
c Bila ingin mencari arah sumbu lipatan, tambahkan 90° dari arah gaya, searah atau
berlawanan jarum jam.

67
Gambar 6.7 Diagram kipas data rekahan gerus dengan maxima N2,5°W dan N62,5°E dengan arah
tegasan utama terbesar N30°E membagi sudut lancip maxima. Sumbu lipatan sekaligus tegasan utama
terkecil berarah tegak lurus N60°W.

6.2.2 Metode statistik dengan dua parameter


Metode statistik dengan data yang menggunakan dua unsur pengukuran seperti
pada struktur garis dan struktur bidang. Metode yang digunakan adalah menggunakan
diagram kontur, yaitu diagram yang pembuatannya didasarkan pada prinsip-prinsip
proyeksi stereografis dan proyeksi kutub (Gambar 6.8). Diagram kontur ini dipakai
untuk data hasil pengukuran unsur struktur, arah atau jurus dan besar penunjaman
atau kemiringan. Dasar yang dipakai adalah proyeksi kutub suatu bidang. Diagram
kontur dibuat untuk mendapatkan distribusi dan kerapatan dari hasil pengukuran
dalam suatu area lingkaran proyeksi. Oleh karena itu jaring yang digunakan adalah
jaring Schmidt (equal area). Tahapan pembuatan diagram kontur terdiri dari:
pengeplotan kedudukan struktur bidang dan garis ke dalam pole, dilanjutkan dengan
penentuan kerapatan rekahan dengan jaring penghitung (kalsbeek net), tahap
contouring titik kerapatan, dan penentuan arah umum rekahan.

Gambar 6.8 Proyeksi kutub (polar equal area net).

68
Prosedur Analisis
1 Mengeplot data kedudukan rekahan (rekahan gerus dan kekar tarik) ke dalam
proyeksi kutub sehingga diperoleh kedudukan titik proyeksi kutubnya (Gambar
6.8).
2 Menghitung kerapatan titik-titik tersebut ke dalam jaring penghitung (kalsbeek net).
Setiap segi enam dari segitiga-segitiga yang bersebelahan dalam jaring ini
membentuk suatu segi enam (hexagonal) yang luasnya berharga 1 % terhadap luas
total jaring. Letakkan kalkir berisi hasil pengeplotan tahap 1 di atas jaring
penghitung pada suatu posisi yang tetap dan tidak tergantung pada arah-arah mata
angin, posisi tetap ini diusahakan tidak berubah sampai proses perhitungan
kerapatannya selesai. Hitunglah jumlah titik-titik yang masuk ke dalam setiap
bentuk segi enam dan cantumkan angka pada titik pusat segi enam yang
bersangkutan, sesuai dengan jumlah (kerapatan) titik yang masuk ke dalam segi
enam yang bersangkutan. Untuk titik-titik yang jatuh pada tempat-tempat tertentu
pada jaring kalsbeek, perhitungannya tidak menggunakan bentuk segi enam, tetapi
dapat berbentuk lingkaran, separuh lingkaran, separuh segi enam dan segi lima
(Gambar 6.9a), tetapi pada prinsipnya jumlah segi tiganya tetap 6. Untuk titik-titik
pusat segi enam yang letaknya di pinggir jaring bentuknya menjadi separuh segi
enam atau separuh lingkaran (Gambar 6.9b) angka kerapatan yang dicantumkan
pada pusatnya merupakan jumlah titik-titik kutub dari dua bentuk separuh
lingkaran atau segi enam yang saling berseberangan.

Gambar 6.9 Jaring penghitung kalsbeek dan penentuan titik kerapatan rekahan.

3 Setelah semua angka-angka kerapatan selesai dicantumkan pada pusat-pusat segi


enamnya, garis kontur ditarik menghubungkan titik-titik kerapatan yang sama
(Gambar 6.10a). Penarikan garis kontur sama dengan prinsip penarikan garis
kontur topografi. Semua garis kontur yang di tarik harus bersifat tertutup, sehingga
jika ada garis kontur yang memotong garis tepi jaring harus dibuat tertutup melalui
titik-titik berseberangan dengan titik-titik potong dengan tepi jaring (Gambar
6.10a). Beri tanda yang berbeda untuk setiap daerah yang dibatasi oleh dua kontur

69
kerapatan yang berbeda (Gambar 6.10b). Dengan demikian setiap tanda yang
dibuat akan menunjukkan kisaran atau interval harga-harga kerapatannya. Jika data
pengukuran sebanyak 50 data, maka harga satu titik kerapatannya adalah
1/50x100% = 2%. Harga tertinggi (maksima) dianggap sebagai Pole kedudukan
umumnya. Tentukan titik pusat dari pole tersebut dan baca kedudukannya dengan
Schmidt Net.

Gambar 6.10 Pembuatan kontur kerapatan rekahan

70
6.3 Tugas Pendahuluan Kekar dan Rekahan Gerus

1 Berikan interpretasi anda berdasarkan gambar berikut. Gambar ini


mengilustrasikan keterdapatan berbagai tipe rekahan pada batuan jika bekerja
tegangan diferensial.

2 Menurut anda, apa perbedaan mendasar dari kedua gambar yang menunjukkan
distribusi rekahan berikut.

71
6.4 Tugas Praktikum Kekar dan Rekahan Gerus
3 Berikut adalah hasil pengukuran jurus rekahan gerus vertikal yang memotong
kekar tarik vertikal pada suatu singkapan granit. Tentukan distribusi data
berdasarkan:
a Histogram, dilengkapi tabel tabulasi data kedudukan jurus
b Diagram kipas
c Tegasan utama terbesar dan terkecil
Berdasarkan analisis tersebut, apa yang dapat anda simpulkan terkait sejarah
deformasi batuan granit..
Jurus rekahan gerus (N…°E)
43 45 49 190 355 237 185 223
40 51 52 200 210 182 220 210
47 54 180 37 194 5 223 71
5 240 178 44 187 187 10 185
355 55 217 47
Jurus urat dan kekar tarik (N…°E)
90 268 93 283 82 277 271
89 259 87 92 273 100 277
84 281 266 91

4 Pada singkapan perlipatan antiklin dijumpai rekahan gerus (N…°E/…°) pada


sayap lipatan. Rekahan ini diinterpretasikan terbentuk seiring dengan
pembentukan lipatan dalam fase deformasi yang sama. Tentukan tegasan utama
penyebab deformasi.
340/40 30/88 52/86 318/45 302/44 42/88 295/45 70/80 78/78 265/42
332/44 34/78 50/88 310/50 300/40 48/82 288/40 72/88 64/84 250/45
328/30 38/80 62/80 305/48 296/40 50/88 280/50 75/80 58/86 245/55
324/44 42/76 64/89 300/55 292/42 50/80 274/48 52/84 45/78 240/34

72

Anda mungkin juga menyukai