Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

STRATEGI MARITIM

Disusun Oleh

1. Muslim Saifulloh (R1c118072)

2.Mastan(R1c118046)

3. Ilham Isamahendra (R1c118056)

4. Awfa Selfiyana (R1c116110)

5. Muh dhafir (R1c120074)


6. Laode Muhammad El Mizar Rais
(R1c118044)

UNIVERSITAS HALU OLEO FAKULTAS ILMU

DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN KENDARI

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatnya sehingga makalah
inidapat tesusun hingga selesai. Tidak lupa pula saya juga mengucapkan banyak atas bantuan
dari pihak

yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun


pikirannya. Dan harapan saya semmoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca, untuk kedepannya memperbaiki bentuk maupun menambah isi
makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman saya, saya yakin masi banyak
kekkurangan dalam makalah ini, oleh karena itu saya sangat mengharapkan saran dan keritik
yang membangun dari pembaca demi ksempurnaan makalah ini.

Kendari Mei 2021

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..........................................................................................................................


2
DAFTAR ISI ............................................................................................................................................ 3
BAB 1 ....................................................................................................................................................
4
PENDAHULUAN..................................................................................................................................... 4
A. Latar Belakang .............................................................................................................................. 4
B. Rumusan Masalah......................................................................................................................... 4
C. Tujuan ........................................................................................................................................... 4
BAB II .................................................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN .......................................................................................................................................
5
1. Strategi Maritim ............................................................................................................................ 5
2. Aspek Sosial Dan Budaya .............................................................................................................. 6
3. Aspek Ekonomi.............................................................................................................................. 7
4. Aspek Pertahanan Dan Keamanan ............................................................................................... 8
5. Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi ................................................................................................. 9
6. SDM Maritim ............................................................................................................................... 10
7. KEBIJAKAN PEMBANGUNAN BERBARIS MARITIM ....................................................................... 11
BAB III ................................................................................................................................................. 13
PENUTUP ............................................................................................................................................ 13
1. Kesimpulan ................................................................................................................................. 13
2. Saran ........................................................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................................... 14
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebagai negara kepulauan terbesar di duni4 dengan luas \wilayah 5,8 juta km
persegi dan panjang garis pantai 81'000 km persegi, sudah sepatutnya brdonesia memiliki
strategi maritim yang baik. Hal tersebut mencakup aspek ekonomi, sosial, budaya politik
keamanan dan pertahanan.

Secara hukum intemasional dan Undang-undan& memang hrdonesia sebagai


negara kepulauan. Tapu belum maksimal memanfaatkan kekayaan yang ada di laut. Maka itu
diperlukan konsep strategi negara maritim yang tangguh danberdaulat.

Menyadarkan bahwa laut adalah aspek alamirh yang Paling memPengaruhi


kehidupan poleksosbudhankam nasional merupakan isu yang paling utama dan menarik
perhatian. Di sini pemerintahharus menjadi ujung tombak, dan untuk itu pemerintah
Indonesia perlu segera menetapkan sebuah National Maritime Policy dalam rangka
pemanfaatan laut bagi kemakmuran bangsa sekaligus untuk mengembangkan kembali
budaya bahari bangsa yang tujuan akhimya penguasaan laut nasional yang dapat
menegakkan harga diri bangsa.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana strategi maritim indonesia ?
2. Bagaimana Aspek Sosial dan Budaya strategi maritim Indonesia ?
3. Bagaimana Aspek Ekonomi Negara maritim ?
4. Bagaimana aspek pertahanan dan keamanan strategi maritim indonesia?
5. Bagaimana ilmu pengetahuan dan teknologi strategi maritim indonesia?
6. Bagaimana SDM maritim indonesia?
7. Apa kebijakan pembangunan berbasis maritim di indonesia?

C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui strategi maitim indonesia
2. Untuk Mengetahui Aspek Sosial dan Budaya strategi maritim Indonesia
3. Untuk Mengetahui Aspek Ekonomi Negara maritim
4. Untuk Mengetahui aspek pertahanan dan keamanan strategi maritim indonesia
5. Untuk mengetahui ilmu pengetahuan dan teknologi strategi maritim indonesia
6. Untuk mengetahui SDM maritim indonesia
7. Untuk mengetahui kebijakan pembangunan berbasis maritim di indonesia
BAB II
PEMBAHASAN

1. Strategi Maritim
Sebagai negara kepulauan terbesar di duni4 dengan luas \wilayah 5,8 juta km
persegi dan panjang garis pantai 81'000 km persegi, sudah sepatutnya brdonesia memiliki
strategi maritim yang baik. Hal tersebut mencakup aspek ekonomi, sosial, budaya politik
keamanan dan pertahanan. tidak heran, ancama dan ganguuan terus menerpa Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)

Dalam mengatasi tantangan tersebut seluruh komponen bangsa harus segera


membangkitkan maritime domain awarenes, atau kesadaran lingkungan maritime. Hal itu
di butuhkan karena bangsa indonesia sekarang tidak lagi memiliki budaya bahari.
Sehingga perlu dibangun kembali upaya penyadaran.

Menyadarkan bahwa laut adalah aspek alamirh yang Paling memPengaruhi


kehidupan poleksosbudhankam nasional merupakan isu yang paling utama dan menarik
perhatian. Di sini pemerintahharus menjadi ujung tombak, dan untuk itu pemerintah
Indonesia perlu segera menetapkan sebuah National Maritime Policy dalam rangka
pemanfaatan laut bagi kemakmuran bangsa sekaligus untuk mengembangkan kembali
budaya bahari bangsa yang tujuan akhimya penguasaan laut nasional yang dapat
menegakkan harga diri bangsa.

Pakar hukum laut internasionaf Prof Hasjim Djalal, menyatakan sudah sepatutnya
Indonesia memiliki konsep negara maritirn (maritime poliry). Menurut Hasyim, konsep
maritim yang dimaksud adalah negara mampu nremanfaatkan dan menjaga laut untuk
mensejahterakan rakyatnya. "Tapi, sayang kita sebagai negara kepulauan terbesar di dunia,
negara belum mampu memanfaatkan potensi sumberdaya laut" kata Hasjim.

Secara hukum intemasional dan Undang-undan& memang hrdonesia sebagai


negara kepulauan. Tapu belum maksimal memanfaatkan kekayaan yang ada di laut. Maka
itu diperlukan konsep strategi negara maritim yang tangguh danberdaulat. Menurut tokoh
maritim ur! negara maritim adalah n€'gara yang mampu memanfaatkan dan menjaga
lautrya. Banyak negara ke-pulauan tapi buka4 negara maritim, ada negara yang lautnya
sedikit tapi memiliki predikat negara maritim. Hasjim memberi contoh seperti China dan
Amerika. Ada juga negara yang tidak memiliki laut tapi menguasai laut, seperti Belanda
menjajah hrdonesia 350 tahun karena mereka mampu menguasai laut.

Dekan Fakultan Ilmu Perikanan dan Kelautan (FPIK) Institut Pertanian Bogor, Prof
Indra ]aya, menambahkaru salah satu kekurangan bangsa ini sebagai negara kepulauan
adalah dibidang sains dan teknologi. Indonesia memang negara yang luas. Untuk menjadi
Negara Maritim, ada tiga bidang yang bisa rnewujudkan rnenjadi Negara Maritim,
pertama adalah sumber kehidupar; perdagangan dan kekuatan laut.
Karena Indonesia berada di wilayah ring of fire, dan tiga patahan benua, yaitu
Eurasi4 Australia dan Pasifik Barat, maka ancaman benca alam patut dihindari dan
diantisipasi. Tidak hanya itu penyelanggaran kemanan maritim, perlu bekerjasama dengan
pihak-pihak lain dengan berpegangan pada beberapa hal, yaitu wadah y*g tepat, saling
menguntungkan, dan ada kesungguhan. Kesannya memang sederhana sekalf akan tetapi
justru di sana ada titik terangnya.

2. Aspek Sosial Dan Budaya

Dari aspek kehidupan sosial dan budaya, sejarah menunjukkan bahwa bangsa
Lndonesia pada masa lalu memiliki pengaruh besar ,di wilayah Asia Tenggara. Terutama
melalui kekuatan maritim di bawah Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit. Tak heran, wilayah
laut Indonesia dengan luas dua pertiga nusantara diwarnai banyak pergumulan kehidupan
di laut.

Penguasaan lautan baik di masa kejayaan Kerajaan Sriwijaya Majapahit maupun


kerajaan-kerajaan Bugis-Makassar, lebih merupakan penguasaan de facto daripada
penguasaan atas suatu konsepsi kewilayahan dan hukum. Namuru sejarah telah
menunjukkan bangsa Indonesia mencintai laut dan menjadi bagian masyarakat bahari.
Tetapi pada masa penjajahan kolonial, bangsa Indonesia digiring hidup di daratan. Hal ini
mengakibatkan menurunnya jiwa bahari. Padahal, nenek moyang masyarakat Indonesia
telah memahami dan menghayati arti dan kegunaan laut sebagai sarana yang menjamin
kepentingan bangsa, seperti perdagangan dan komunikasi.

Pada sekitar abad ke-14 dan permulaan abad ke-1.5 terdapat lima jaringan
perdagangan (commercial zones). Pertama, jaringan perdagangan Teluk Bengal, yang
melipu.ti pesisir Koromandel di India Selatan, Sri Lanka Burma (Myanmar), serta pesisir
utara dan barat Sumatera. Kedua, jaringan perdagangan Selat Malaka. Ketiga, jaringan
perdagangan yang meliputi pesisir timur Semenanjung

Dalam strategi besar Majapahit mernpersatukan wilayah Indonesia melalui


Sumpah Amukti Palapa dari Mahapatih Gaiah Mada. Kerajaan Majapahit telah banyak
mengilhami pengembangan dan perkembangan nilai-nilai luhur kebudayaan Bangsa
Indonesia sebagai manifestasi sebuah bangsa bahari yang besar. Sa yang, setelah
mencapai kejayaan, Indonesia terus mengalami kemunduran. Terutama setelah masuknya
VOC dan kekuasaan kolonial Belanda ke Indonesia. Perjanjian Giyanti pada1755 antara
Belanda dengan Raja Surakarta dan Yogyakarta mengakibatkan kedua raja tersebut harus
menyerahkan perdagangan hasil wilayahnya kepada Be1anda.

Sejak itu, terjadi penuruntln semangat dan jiwa bahari bangsa Indonesia, dan
pergeseran nilai budaya, dari budaya bahari ke budaya daratan. Namun, budaya bahari
Indonesia tidak boleh hilang karena alamiah Indonesia sebagai negara kepulauan terus
menginduksi, dan membentuk budaya maritim bangsa Indonesia.
Paradigma bangsa telah bergeser yang dulu sangat kental dengan semangat
maritim, telah luntur akibat peran kolonial yang telah merampas dan merampok segala
bentuk kehidupan yang sangat kental ,dengan lautan. Kolonialisme telah merubah cara
hidup dan cara pandang bangsa Indcrnesia dari lautan ke daratan untuk memenuhi ambisi
mereka untuk memperoleh rempah-rempah untuk kepentingan negara para kaum kolonial
kejam tersebut. Berb4g4i cara dilakukan mereka untuk menghacurkan kekuatankekuatan
maritim kerajaan di seluruh nusantara.

Kondisi tersebut berlangsung berabad-abad dan berlangsung dari generasi ke


generasi. Akibatnya, saat ini bangsa Indonesia masih sangat kental dengan paradigma
rlaratan bahkan orientasi pembangunan pun sangat kental dengan land base oriented.
Tentu kondisi ini tak boleh dibiarkan terus berlangsung, diperlukan berbagai upaya dari
semua tapisan masyarakat untuk segera merubah paradigma bangsa ini rrntuk kembali ke
cara pandang yang kental dengan strategi maritim. Pemerintah pun harusnya segera
memiliki kesadaran ruang bahwa kita hidup di sebuah negara yang dominan laut, sudah
sepantasnya jika negara ini dibangun dengan kebijakan yang berorientasi pada maritime
bqse oriented.

3. Aspek Ekonomi

Laut Indonesia ditaksir menyimpan potensi kekayaan yang dapat dieksploitasi 156
miliar dolar AS per tahun atau sekitar Rp1.456 triliun. Walau demikian, kontribusi sektor
kelautan terhadap PDB nasional dinilai masih rendah. Pada 1998 sektor kelautan hanya
menyumbang 20,06 persen terhadap PDB, itupun sebagian besar atau 49,78 persen
disumbang subsektor pertambangan minyak dan gas bumi di laut. Ini menunjukkan bahwa
kekayaan laut Indonesia yang sangat besar masih disia-siakan. Berbeda dengan negara
maritim lain, seperti RRC, AS, dan Norwegia, yang sudah memanfaatkan laut sedemikian
rupa hingga memberikan kontribusi di atas 30 persen terhadap PDB nasional mereka.

Dari sisi pembangunan ekonomi maritim, Indonesia iuga masih rnenghadapi


banyak kendala. Sektor perhubungan laut yang dapat 9Pe6pehilf
MenuiuMaiaO.penMadlimlndohde | 4ll ASPEK EKONOMI menjadi multiplier effect
karena perkemburgannya akan diikuti pembangunan dan pengembangan industri dan jasa
maritim lainnya masih dikuasai kapnl niaga asing. Asas cahotage seperti yang
diamanatkan UU RI No 1712008, tentang Pelayaran masih perlu diperjuangkan agar dapat
diterapkan dengan baik. Kendala yang dihadapi adalah masih kurangnya kapasitas kapal
nasional, sedangkan pembangunan kapal baru dihadang tidak adanya keringanan paiak,
sulitrya kredig serta tingginya bunga kredit untuk usaha di bidang maritirn mengingat
usaha jenis ini memiliki tingkat resiko tinggi, dar slow yielding.
Unfuk angkutan domestik, armada nasional baru mampu. mengangkut sekitar 60
persen. Peranan armada nasional dalam angkutan laut intemasional baik ekspor maupun
impor menunjukkan kenyataan yang lebih memprihatinkan, , karena pemberlakuan prinsip
Freight on Board (FoB), bukan Cost and Freight (C.,F). Dari ekspor dan impor nasional,
armada Indonesia hanya kebagian jatah sekitar 10 perserq mengakibatkan kerugian devisa
sebesar 40 miliar dolar AS.

Sisi lain dari liut yang memberikan peluang kesejahteraan dan kemakmuran,
sekaligus buah pertikaian pada masa depan adalah sumber daya laut dan bawah laut.
lrdonesia memiliki Zona Ekonomi Eksklusif yang terbentang seluas 2,7 juta krn persegi
dan keberhasilan untuk mengekploitasi wilayah ini dapat membantu .. mengangkat
Indonesia keluar dari keterbelakangan ekonomi. Namun disadari bahwa Indonesia
kekurangan kemampuan teknologr untuk memanfaatkan kekayaan bawah lautnya. Hal ini
diiebabkan karena kurangnya survei, research dan sumber daya "]'manusia di bidang
maritim.

Dari uraian pembangunan ekonomi maritim ini terlihat jelas bahwa kekuatan
armada pelayaran niaga dan perikanan adalah uiung tombak dan tolok ukur keberhasilan
pembangunan ekonomi atau industri maritim nasional. Asas cabotage yang telah secara
tegas diatur untuk diterapkan adalah kebijakan fundamental untuk pembangunan ekonomi
industri maritim karena multiplier effectnya sangat luas. Intiny+ untuk membangun
ekonomi ataii industri maritim, pemerintah harus segera menerapkan kebijakan insentif
kredit dan pajak untuk pengadaan, pengoperasian dan pemeliharaan kipal sebagairnana
diterapkan pemerintah dari negara-negara lain yang menjadi saingan armada pelayaran
niaga. Inpres V/2005 dan LIU RI No 1712008, tentang Pelayaran telah mengatur masalah
tersebut. Apabila hal ini diberikan perhatian lihusus dan sungguh+ungguh pemerintah,
pembangunan industri maritim akan menggeliat.

4. Aspek Pertahanan Dan Keamanan

Kedudukan Indonesia pada posisi silang perdagangaru memiliki empat dari


sembilan Sea Lines of Communication dunia mengakibatkan Indonesia mempunyai
kewajiban yang sangat besar menjamin keselamatan dan keamanan pelayaran intemasional
di Selat Malaka-Singapura, serta tiga Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI). Indonesia.
belum mempunyai kemampuan pertahanan dan keamanan laut yang memadai. Apalagi
untuk menjaga kedaulatan di seluruh wilayah laut yurisdikr;inya.

Dalam kepentingan menjaga keselamatary keamanan dan pertahanan Negara di


laut TNI AL sebagai tulang punggung upaya pertahanan.dan keamanan di laut masih
belum memiliki kemampuan yang memadai untuk melakukan penguasaan laut di bawah
yurisdiksi nasional. Kasus Ambalat dan yang terakhir, penangkapan petugas Dinas
Perikanan dan Kelautan Provinsi KepulauanRiauoleh Polisi LautDiraja
Malaysiahanyalahbeberapa contoh, bagaimana resiko yang harus diterima bila Indonesia
tidak memiliki armada perang yang kuat dan kemampuan pengamanan laut yang handal.
Dari kebutuhan sekitar 300 kapal kombatan, TNI AL hanya memiliki sekitar 130 kapal
dengan komposisi dah kemampuan yang dirasa belum memadai. Kekuatan TNI AL
tertinggal dari negara-negara tetangga, terutama dari sisi teknologi, karena masih
merrgandalkan kapal-kapal tua. Thailand saja memiliki kapal induk, sedangkan kapal
kombatan Indonesia masih terbatas sampai jenis Koroet.

Pembangunan TNI AL seharusnya lebih bersifat outward looking, yaitu


berdasarkan kebutuhan pengendalian laut nasional sampai ke batas wilayahZona Ekonomi
Eksklusif (ZEE), bukan hanya untuk mendukung pertahanan di darat. Perlu pula
mempertimbangkan strategi pertahanan yang bersifat deterrent dan denial.

Kepentingerr mengamankan kegiatan ekonomi dan kedaulatan di laut yurisdiksi


Indonesia yang sangat luas membuhrhkan sistem yang profesion, efektif dan efisien.
Contohnya kewenangan menegakkan hukum dilautyangditangani 13 instansiperlu ditinjau
ulang. Untukmencapai itu diperlukan strategi maritim yang mencakup berbagai bidang.

5. Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi

indonesia merupakan negara kr-'pulauan yang merniliki sumber daya alam sangat
besar. Namun, dalam pengelolaan dan pemanfaatan kekayaan yang dimiliki masih kurang
maksimal. lni karena rendahnya penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek).

Berdasarkan Deklarasi ]uanda 1952 wilayah laut Negara Kesatuan Republik


hrdonesia (NIGI) adalah sekitar 3,L juta kilometer persegi. Setelah diterimanya Konvensi
Hukum Laut PBB (LJNCLOS) 198e wilayah laut NKRI bertambah luas dari ZEE 2,7 juta
kilometer persegl menjadi total sekitar 118 juta kilometer persegt. Indonesia mendapatkan
hak-hak berdaulat atas kekayaan alam diZEE sejauh 200 mil dari garis pangkal lurus
Nusantara atau sampai ke batas continmtal mmgin jika masih ada kelanjutan alamiah
pulau-pulau hrdonesia di dasar samudra.

Masalah utamanya, apakah setelah berhasil mengklaim teritori wilayah laut ini,
kita telah nrelakukan langkah-langkah konkret untuk mengelohrya? Seperti yang
diamanahkan UUD 1941 Pasal 33 ayat (3) yang menyatakanbahwa kekayaan sumber daya
alarn harus dikelola sebesar-tiesarnya untuk kemakmuran rakyat.

Sampai saat ini, perhatian semua pihak terhadap wilayah laut masih kurang intensif
dibandingkan dengan wilayah daratan. Secara kewilayahan belum semua kewenangan
yang termakfub dalam UNCLOS 1982 ditindaklanjuti. Sebagai contotr, batas wilayah
perairan pedalaman (internal waters) yang status hukumnya sama dengan wilayah daratan
belum juga ditetapkan batas-batasnya.
Ada tiga lapis persoalan yang dihadapi untuk membangun kemandirian Lrdonesia
dalam pengelolaan sumberdaya kelautan, yakni:
(a) Mendorong agar perreliti/akademisi lrdonesia agar mampu berperan lebih dominan
dalam kegiatan riset kemaritiman di wilayah NKRI, sementara ini lupakan dulu
keinginan menjadi peneliflakademisi kelas dunia di bidang ini;
(b) Meningkatkan intensitas dan produktivitas riset di bidang kelautan agar lebih
sebanding dengan riset di wilayah daratan; dan
(c) Meningkatkan relevansi riset dengan realita kebutuhan darVatau persoalan nyata di
sektor kelautan agar dapat meningkatkan peran dan kontribusi dalam pembangunan
ekonomi, sehingga berpeluang untuk ikut mensejahterakan rakyat dan memakmurkan
bangs4 sebagaimana yang diamanahkan konstitusi.

Keragaman biologi kelautan trdonesia yang kaya telah. menarik perhatian dunia.
Penemuan spesies ikan purba Coelacanth (l-atimeria Mcnadou,sis, ymg sebelumnya
diperkirakan sudah punah) di perairan dekat Bunalien juga telah menjadi magnet bagi
banyak pakar biologi laut di seluruh dunia. Fenomena iklim di wilayah "benua maritim"
Indonesia juga telah menarik minat berbagai pihak, terutama IePan& untuk melakukan
studi prilaku iklim di wilayah Indonesia.

Keunikan posisi geografis lndonesia di antara dua kontinen dan dua samudra, serta
dilintasi garis katulistiwa dan rantai Sunung berapi (ring of fire),merupakankondisiyang
tak ada duanya di planetbumi ini.

6. SDM Maritim

Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan bagian terpenting dalam merrjalankan


roda perekonomian bangsa. sebagai negara dengan sumber daya laut yang besar,
peningkatan kualitas sumber daya manusia dalam pengelolaan sumber daya pesisir dan
laut mutlak hams diprioritaskan dalam perhmbuhan ekonomi. Salah satu faktor paling
Penting dalam menggerakkan roda ekonomi yang bersumber dari laut adalah
ketidaktersediaan sumber daya manusia yang andal dan profesional.

Di era globalisasi, persaingan di berbagai lini semakin kompetitif. Dukungan


profesionalisme sangat dibutuhkan. Di samping demi perkembangan industri di sektor
maritim, profesionalisme akan memberikan keunggulan tersendiri bagi individu yang
bekerja pada sektor tersebut, dan di sektor manapun. hrdividu tersebut akan lebih dihargai
karena mamPu meningkatkan pendapatan.
Laode Kamalauddin (Pembangunan Ekonomi Maritim di Lrdonesia 2002)
menyebutkan, SDM yang bekerja di sektor maritim dapat dikelompokkan dalam tujuh
katego4 yaitu
(1) sebagai pelaut kapal niaga domestik maupun asing;
(2) sebagai penangkap ikan di kapal domestikmaupunasing;
(3) sebagai pelautpadapelayaranrakyaf dan
(4) nelayan;
(5) tenaga kerja pada eksplorasi lautlepas pantai;
(6) karyawan yang bekerja di ekoturisme; dan
(7) karyawan di bidang kepelabuhanan.

7. KEBIJAKAN PEMBANGUNAN BERBARIS MARITIM

Posisi I-ndonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia seharusnya menjadi


kekuatan penting yang dapat dimaksimalkan dalam pembangunan. Kekayaan alam yang
terkandung di laut merupakan potensi ekonomi yang mampu rnemberikan kontribusi besar
bagi perekonomian Indonr:sia. Berbagai kekayaan laut ini telah dieksploitasi dan
dimanfaatkan sejak dahulu hingga sekarang baik melalui metode produksi tradisional
maupun berbasis teknologi. Namury lemahnya kebijakan pemerintah terhadap
pembangunan laut berbasis maritime poliry nrenjadikan pembangunan ekonomi bangsa
Indonesia tidak maksimal.

Deklarasi UNCLOS Itr yang mengukuhkan eksistensi Lrdonesia sebagai negara


Kepulauan patut disyukuri karena hal tersebut secara substansial berdampak pada semakin
luasnya klaim wilayah laut yang dimiliki hrdonesia. Saat ini hrdonesia memiliki luas laut
sebesar 5,8 Juta km2 yang terdiri dari Laut Territorial dengan luas O8 juta km2, Laut
Nusantara seluas 2,3 juta krr2 dar.ZEE sr-luas\7 juta km2. Di samping itu, Indonesia
memiliki pulau sebanyak kurang lebih 17.5&t pulau dan garis pantai sepanjang 81.000
krn. Dengan keunggulan sebagai negara kepulauan, wajar sekali jika pembangunan
ekonomi yang diharapkan dapat bertumpu pada sektor kelautan.

Kekalahan dalam kompetisi ekonomi berbasis maritim juga terjadi di sektor


industri dan jasa kelautan mulai dari hulu (upstream) maupun hilir (downstream).
1. belum adanya terobosan kebijakan yang mamPu mengikat dan memayungi instrumen
ekonomi maritim, seperti sektor perikanan, pertambangan dan energi lepas pantai,
pariwisata bahari, transportasi laut dan kepelabuhanan, serta sumber daya manusia di
sektor maritim.
2. kebijakan maritirn (maritime policy) tidak menjadi payung politik bagi pembangunan
ekonomi sehingga kelembagaan yang terlibat dalam sektor maritim mengalami
disorientasi.
3. Terjadinya backwash efek secara amassive yang menempatkan sektor maritim
khususnya perikanan sebagai sektor pengurasan sebagai akibat
4. faktor Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang diharapkan menjadi
s;rluran membagi kemakmuran secara adil nampaknya masih sulit cliwujudkan karena
wajah APBN yang continentaloriented, danselalu
menempatkansektormaritimtermasuk provinsi berbasis maritim dan pulau-pulau
kecilnya termarjinalisasi dalam pembagian saruma dan prasarana pembangunan.
BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
Sebagai Negara kepulauan terbesar di dunia , dengan luas wilayah 5, juta km
persegi dan panjang garis pantai 81.000 km persegi, sudah sepatutnya Indenesia memilki
strategi maritim yang baik. Hal ini mencakup aspek ekonomi, sosial , budaya, politik ,
keamanan dan pertahanan.
Dalam mengatasi tantangan tersebut , seluruh komponen bangsa harus
segera membangkitkan maritime domain awareness atau kesadaran lingkungan
maritim" (upaya ini harus sampai pada penyadaran efektif terhadap segala sesuatu yang
menyangkut lingkungan maritim merupakan hal-hal vital bagi keamanan ,keselamatan,
ekonimi dan lingkungan hidup bangsa Indonesia, serta menunjang upaya
menegakkan harga diri
bangsa.
Pemerintah Indonesia perlu segera menetapkan sebuah National Maritime Policy
dalam rangka pemanfaatan laut bagi kemakmuran bangsa, sekaligus untuk
mengembangkan kembali budaya bahari bangsa, yang tujuan akhirnya penguasaan laut
nasi$nal yang dapat menegakkan harga diri bangsa.
Menurut Prof. Hasjim Djalal seorang pakar laut internasional , konsep maritim
yang dimaksud adalah Negara yang mampu memanfaatkan dan menjaga laut
untuk mensejahterahkan rakyatnya" 'ia juga berpendapat Negara maritim adalah Negara
yang mampu memanfaatkan dan menjaga lautnya.
Menurut Prof. Indra jaya , untuk menjadi Negara maritim , ada tiga bidang yang
bisa mewujudkan menjadi Negara maritim, pertama adalah sumber kehidupan,
perdagangan dan kekuatan laut
"Menurut Robert Mangindaan seorang pakar keamanan Negara maritim , bahwa
masalah keamananmaritim yang akan dihadapi kedepan , masih akan berkisar pada sea
robbery and privacy, illegal fishing,transnational threat, illicit trafficking in weapon of
mass destruction and related materials, pelanggaranwilayah, lalu lintas di laut yang
berkaitan dengan
gerakan separatis dan mungkin ancaman maritimeterrorism.

Ada beberapa aspek dalam menentukan strategi maritim , yaitu:


1. Aspek sosial dan budaya
2. Aspek ekonomi
3. Aspek pertahanan dan keamanan
4. Aspek IPTEK
5. Aspek ADM maritim
6. Aspek kebijakan pembangunan berbasis maritim

2. Saran

Kekayaan alam indonesia sangatlah kaya salah satunya dari sektor kelautan, tetapi
sampai saat ini belum memberikan kesejahteraan kepada seluruh rakyanya terutama
yang bergelut di dunia kelautan, dikarenakan belum maksimalnya pemanfaatan
kekayaan laut indonesia. Oleh karena itu diperlukan sentuhan tangan pemerintah yang
maksimal serta para ahli dalam sektor kelautan indonesia agar pemanfaatan kekayaan
laut indonesia terisolir secara maksimal
DAFTAR PUSTAKA

Paonganan, Y, R.M Zulkipli, Kirana Agustina. 2012. 9 Perspektif Menuju Masa Depan
Maritim Indonesia, Jakarta:Yayasan Institusi Maritim Indonesia

Anda mungkin juga menyukai